Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

24
Membangun Tim Efektif Diklat Kepemimpinan Aparatur Pemerintah Tingkat III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 2013 Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat; Rencana Pembelajaran; Bahan Ajar; Bahan Tayang.

Transcript of Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

Page 1: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

Membangun Tim Efektif

Diklat Kepemimpinan Aparatur Pemerintah Tingkat IIILEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 2013

Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat;Rencana Pembelajaran;

Bahan Ajar;Bahan Tayang.

Page 2: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

Bahan AjarDiklat Kepemimpinan Aparatur Pemerintah

Tingkat III

Diklat Kepemimpinan Aparatur Pemerintah Tingkat III

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 2013

Page 3: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

Kata Pengantar

ebagai Pegawai Negeri Sipil yang akan memimpin unit eselon III merupakanpemipinan yang harus memiliki kompetensi untuk mengenali seluruhstakeholders terkaitnya dan berkomunikasi secara stratejik kepada stakeholders

sehingga mampu mengelola program Organisasi dengan dukungan seluruhstakeholders terkait. Dengan memperhatikan hal tersebut maka Pegawai Negeri Sipilyang bersangkutan mampu bekerja secara bersama-sama dengan semangatkebersamaan secara efektif untuk membantu Pemerintah menjalankan kebijakan yangbermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Jakarta, Desember 2013

S

Page 4: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

Daftar Isi

Halaman

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1A Latar Belakang 1B Deskripsi Singkat 1C Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta 2D Tujuan Pembelajaran 2

1. Kompetensi Dasar2. Indikator Keberhasilan

E Materi Pokok dan Submateri Pokok 2F Petunjuk Belajar 3

BAB II Tim Efektif 4

BAB III Identifikasi stakeholder 7

BAB IV Nilai dan kepentingan stakeholder 12

BAB V Strategi Berkomunikasi 15

BAB VI Strategi berkomunikasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id
Page 6: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

1

Bab IPendahuluan

erminologi Tim dalam matadiklat ini tidak merujuk kepada kelompok yangsengaja dibentuk melalui pemilihan anggota tim secara khusus untuk mencapaitujuan tertentu namun lebih merujuk kepada konsep coalition building. Yaitu

bagaimana membangun koalisi dengan seluruh stakeholders yang terkait (internal daneksternal). Keberhasilan membagun koalisi dengan seluruh stakeholders baik yangberasal dari internal maupun eksternal organisasi (termasuk masyarakat atau individu-individu yang tadinya bersikap kontra) maka akan mendapat dukungan penuh dalammencapai target organisasi. Membangun Tim tidak hanya memerlukan kemampuanteknis namun juga seni bagaimana memahami kepentingannya, cara berkomunikasi,dan cara mempengaruhinya. Perpaduan kemampuan teknis dan seni mengelolastakeholders akan sangat menentukan keberhasilan organisasi dalam memberikanmanfaat lebih (added-value) kepada masyarakat melalui berbagai kebijakan, programdan kegiatan yang dialamatkan kepada masyarakat.

A. Latar Belakang

Sebuah organisasi publik bekerja tidak dalam kondisi vakum dan situasi yangsempurna, sehingga di dalam menjalankan tugas fungsinya tidak hanya bersinggungandengan satu pokok urusan tertentu namun selalu diwarnai dan bersinggungan denganberbagai kepentingan publik/urusan lainnya. Berbagai kepentingan publik dan urusandi luar tugas dan fungsinya ini lah yang kemudian memaksa sebuah organisasi publikuntuk selalu dinamis melakukan upaya perubahan (change) baik yang bersifat gradual(penyesuaian) maupun radikal agar organisasinya tetap dapat memberikan manfaatdan nilai lebih kepada masyarakat. Dalam upaya perubahan inilah diperlukankemampuan pemimpin birokrasi untuk memastikan dan mengajak seluruhstakeholdernya untuk mendukung secara penuh dengan kapasitas masing-masing.

B. Deskripsi Singkat

Bahan ajar ini membahas dan membekali peserta dengan kemampuan membanguntim efektif untuk mengelola program instansinya melalui pembelajaran identifikasistakeholder, pemetaan nilai dan interest stakeholder, dan strategi berkomunikasi. Matadiklat disajikan secara interaktif melalui metode ceramah interaktif, diskusi dan praktik.Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya membangun persepsi yang sama diantara para stakeholder untuk mewujudkan pengelolaan program instansinya.

T

Page 7: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

2

C. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta

Sebagai peserta yang menempati posisi sebagai (atau calon) pejabat eselon III, materimembangun tim efektif ini sangat strategis dalam menjalankan perannya karena akanmenentukan kinerja unit yang dipimpinnya. Kemampuannya membangun tim akanmembantunya membagun persepsi yang sama di antara para stakeholder ataupemangku kepentingan (internal dan eksternal) dalam pengelolaan programorganisasinya.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi DasarSetelah menyelesaikan isi bahan ajar ini, peserta mampu membangun tim yangefektif untuk mewujudkan pengelolaan program organisasi

2. Indikator Keberhasilan

Kemampuan spesifik yang dapat dimiliki oleh peserta Diklat setelah menguasaibahan ajar ini adalah:a. Mengidentifikasi stakeholder dalam mengelola programb. Memetakan nilai dan kepentingan stakeholderc. Menyamakan persepsi stakeholderd. Mempengaruhi stakeholdere. Mengajak stakeholder membentuk tim

E. Materi Pokok Dan Sub-Materi Pokok

Dalam rangka mencapai kompetensi dasar yang diharapkan, isi bahan ajar ini diurakanke dalam beberapa bagian pembahasan yang satu dengan lainnya saling terkait danmendukung. Penguraian ke dalam beberapa pokok bahasan tersebut juga dalamrangka proses pengkajian dapat dilakukan secara bertahap (gradual) sehingga dapatlebih membantu dalam proses belajar-mengajar.

1 Materi Pokok1. Identifikasi stakeholder2. Nilai dan interest stakeholder3. Strategi mempengaruhi stakeholder4. Strategi berkomunikasi

2 Sub-Materi pokok1.1 Pengertian stakeholders

Page 8: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

3

1.2 Jenis-jenis/Kategori stakeholders1.3 Menganalisis stakeholder

2.1. Nilai-nilai individu dan organisasi2.2. Memahami Kepentingan stakeholders2.3. Menganalisis kepentingan stakeholder2.4. Memetakan Nilai dan Interest Stakeholders

3.1 Jenis Pengaruh3.2. Memetakan pengaruh stakeholder3.3 Menerapkan Strategi mepengaruhi

4.1. Pengertian dan pola komunikasi4.2. Strategi komunikasi

F. Petunjuk Belajar

Supaya dapat memahami seluruh isi bahan ajar ini dengan baik, peserta Diklatdiharapkan dapat membacanya secara bertahap beserta beberapa referensipendukung. Hal tersebut untuk mengurangi kesenjangan terhadap substansi dalambahan ajar ini. Peserta Diklat disarankan melakukan curah pendapat dengan sesamapeserta Diklat karena metode pembelajaran tersebut dapat mempercepat pemahamantentang isi bahan ajar.

Page 9: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

4

Bab IITim Efektif

Tim Efektif dalam terminologi kepemimpinan birokrasi bukanlah merujuk pada timkhusus/task force yang dibentuk secara khusus untuk menangani suatuprogram/persoalan secara tuntas dengan diberikan kewenangan yang signifikan dalammenjalankan tugas tersebut. Tim efektif dalam kepemimpinan birokrasi merujuk padasebuah perpaduan hubungan yang berasal dari berbagai unsur baik eksternal(masyarakat, individu, lembaga swasta, internasional) dan internal birokrasi yangmemiliki saling ketergantungan kepentingan dalam menghasilkan nilai tambah bagitujuan bernegara. Membangun tim efektif dalam matadiklat ini merujuk pada istilahdalam ekonomi politik sebagai Coalition Building. Berbagai unsur baik internal maupuneksternal itulah yang kemudian disebut dengan stakeholders. Untuk itu, membentuk timEfektif dalam kepemimpinan birokrasi berarti menggerakkan aksi kolektif parastakeholders terkait menuju tujuan/ perubahan organisasi yang telah ditetapkansebelumnya.

Membentuk tim efektif bagi seorang pemimpin birokrasi tidak lah mudah karena tidakhanya terkait dengan penggunaan kewenangan formal (formal authority) yang dimilikikarena jabatannya namun juga memerlukan kewenangan informal (informal authority)berupa pengaruh yang dapat ditimbulkannya, mengingat problem dan tantangan yangdihadapinya tidak hanya bersifat teknis yang dapat diselesaikan melalui kewenanganformal namun juga problem dan tantangan yang bersifat adaptif yang memerlukankewenangan informal dalam menuntaskannya. Untuk itu perlu dikenali berbagai ciri-ciritim efektif dan kendala-kendala dalam membentuk tim efektif.

Beberapa ciri-ciri yang dapat menunjukkan bahwa sebuah tim dikatakan efektif1. Bekerja sama dengan tujuan tertentu, sasaran yang jelas dalam suasana saling

mempercayai dan penuh percaya diri serta mengutamakan unjuk kerja;2. Bersedia menerima perbedaan dan sumbangan pemikiran serta masing-masing

individu memiliki peran yang berbeda-beda;3. Pemecahan masalah dilaksanakan secara positif tanpa melibatkan kebencian

individu;4. Saling berbagi ilmu, pengetahuan, informasi, dan keterampilan agar seluruh tim

memiliki kemampuan yang sama5. Apabila terjadi perbedaan pendapat mereka akan duduk bersama dan

memecahkan permasalahan yang ada dengan kepala dingin dan terbuka;

Page 10: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

5

6. Pembagian dan pendelegasian tanggungjawab dengan orang-orang yangbekerja secara mandiri tetapi tetap dalam kerangka kerjasama;

7. Saling berbagi dan menerima saran untuk perbaikan kinerja organisasi;8. Seluruh anggota tim tidak ragu-ragu mengambil inisiatif dan tindakan yang

diperlukan, tanpa rasa takut terhadap perbedaan pendapat.

Tidak dipungkiri sering mucul pertanyaan mengapa kita memerlukan tim dalammenuntaskan sebuah pekerjaa/program/kebijakan, bukankah peningkatan kualitas SDMdan kejelasan deskripsi kerja masing-masing pegawai telah cukup ?. Perlu dipahamibahwa seiring dengan perubahan karakteristik pekerjaan/ program atau kebijakan yangsemakin menuntut kerjasama antar berbagai pihak dengan keahlian yang berbeda-beda, untuk itu lah perlunya bekerja secara tim menjadi sangat signifikan. Yasin Ilyasmenggambarkan bahwa karakteristik pekerjaan ke depan yang penyelesaiannyasemakin membutuhkan keberadaan tim sebagai berikut (Ilyas, 2003, 3):

1) Pekerjaan semakin kompleks2) Membutuhkan kreativitas3) Ketidakjelasan arah masa depan4) Tuntutan efisiensi penggunaan sumberdaya5) Tuntutan komitmen kerja yang tinggi6) Tuntutan kooperasi pelaksanaan kerja7) Tuntutan proses kerja yang interfungsional

Untuk itu, sebuah organisasi publik yang masih menggunakan cara kerja tradisionaldalam pengelolaan program dimana cenderung birokratis, masing-masing unit hanyafokus pada kepentingan unit serta mengekang kreativitas unsur di dalamnya maka tidakakan fleksibel dalam merespon perubahan.

Permasalahan dalam membentuk Tim Efektif

Membentuk dan mengelola sebuah tim bukanlah pekerjaan mudah karenaberhubungan dengan berbagai kepentingan, pribadi, dan motivasi yang beragam.Secara umum dikenal 2 problem utama dalam membangun tim efektif dalam konteksCollective Action (The World Bank, 2013: 80-91) yaitu:

1. Permasalahan terkait motivasi, yaitu merujuk pada bagaimana permasalahanmotivasi dapat memperlambat atau bahkan menahan pembentukan tim efektif.Permasalahan ini mucul apabila terdapat pihak atau stakeholders yang ikutmenikmati manfaat sebuah program/perubahan tanpa memberikan kontribusipada proses program/perubahan (free rider) sementara stakeholders lain secara

Page 11: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

6

suka rela memberikan kontribusi yang signifikan untuk mendapatkan manfaatsebuah program. Sehingga selanjutnya program tidak akan berjalan denganlancar karena terjadi ketidakseimbangan kontribusi/pengorbanan antarstakeholder yang merugikan stakeholder tertentu.

2. Permasalahan terkait informasi, yaitu merujuk pada bagaimana permasalahaninformasi dapat menghalangi pembentukan tim efektif. Permasalahan ini munculapabila terdapat pihak/stakeholder tertentu yang memiliki kekuatan karenamemperoleh informasi yang lebih dibanding stakeholder lainnya sementaraterdapat pihak/stakeholder lain yang tidak mendapat informasi yang cukuptentang program/perubahan sehingga tidak mendapatkan manfaat dariprogram/perubahan tersebut. Permasalahan terkait ketidakseimbangan informasiyang diterima antar stakeholders ini disebut dengan information asymmetries.

Kedua problem tersebut sangat potensial terjadi pada saat program dari organisasiakan dirancang dan dilaksanakan. Untuk itu sebagai seorang pemimpin birokrasi harusdapat melakukan perencanaan yang baik dalam mengelola sebuah program termasukdi dalamnya memperkirakan dan mempersiapkan antisipasi terhadap keduapermasalahan tersebut.

Page 12: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

7

Bab IIIIdentifikasi Stakeholder

Pengertian Stakeholder

Banyak definisi tentang stakeholder dari para Pakar. Wikipedia merujuk stakeholdersebagai “an accountant, group, organization, member or system who affects or can beaffected by an organization's actions". West (1998, 66) mendefinisikan Stakeholdersebagai “perorangan maupun kelompok-kelompok yang tertarik, baik yang berasal daridalam maupun dari luar organisasi, yang berpengaruh maupun terpengaruh olehtujuan-tujuan dan tindakan-toindakan sebuah tim”. Adapun dalam kepemimpinanbirokrasi , yang dimaksud dengan stakeholder adalah perorangan dapat berasal darimasyarakat/tokoh masyarakat/tokoh agama/pejabat organisasi publik/swasta yangberpengaruh ataupun terpengaruh oleh sebuah kebijakan/program/kegiatan organisasipublik dalam rangka memberikan added-value kepada masyarakat.

Jenis-Jenis Stakeholder

Dalam organisasi publik, adalah sangat penting untuk mengetahui siapa stakeholderyang memiliki kepentingan dan pengaruh terhadap program yang dimiliki olehorganisasi. Dalam organisasi publik yang tradisional sering tidak peduli denganberagam stakeholder karena hanya fokus terhadap diri sendiri dan menganggapprogram yang dimiliki oleh organisasinya berada dalam kontrol penuhnya. Padahalpotensi pendorong-penghambat-pengganggu dalam perencanaan maupunpelaksanaan program bahkan sering ditimbulkan oleh para stakeholder yang tadinyatidak diperhitungkan sama sekali.

Untuk itu perlu dikenali jenis stakeholder sebagai berikut:1. Stakeholder primer, yaitu mereka yang langsung dipengaruhi oleh program yang

dijalankan oleh organisasi publik tertentu. Pengaruh disini dapat bersifat positifmaupun negatif;

2. Stakeholder sekunder, yaitu mereka yang tidak langsung dipengaruhi olehprogram yang dijalankan oleh organisasi publik tertentu. Pengaruh disini dapatbersifat positif maupun negatif pula;

Page 13: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

8

3. Stakeholder utama, yaitu mereka yang bisa memiliki pengaruh positif / negatifterhadap program pemerintah dan keberadaan mereka sangat penting bagiorganisasi yang memiliki program tersebut.

Untuk dapat mengkategorikan stakeholders ke dalam stakeholder primer, sekundermaupun utama maka sangat diperlukan pemahaman terhadap kepentingan stakeholderterhadap program dari organisasi publik tersebut. Beberapa kepentingan stakeholderyang dapat dikategorikan adalah sebagai berikut:

1. Ekonomi2. Politik3. Sosial4. Budaya5. Etnis6. Lingkungan7. Keamanan

Atau kepentingan lain yang lebih spesifik.

Di dalam mengidentifikasi kepentingan para stakeholder perlu dikenali pula bagaimanaposisi para stakeholder tersebut terhadap program yang sedangdirencanakan/dijalankan oleh organisasi publik tertentu. Apakah mereka menunjukkansikap mendukung¸ abstain atau bahkan secara terang-terangan menolaknya karenatidak sesuai dengan kepentingan yang mereka perjuangkan. Dengan mengenali posisitersebut, maka akan membantu kita dalam merespon dan bagaimana bertindak terhdappara stakeholder tersebut.

Analisis Stakeholder

Melakukan analisis terhadap stakeholder adalah memetakan posisi stakeholderterhadap program yang akan dirancang/dijalankan oleh sebuah organisasi publik.Melakukan analisis terhadap stakeholder adalah penting bagi sebuah organisasi publikkarena akan memberikan isnpirasi tentang bagaimana kita harus bekerja bersamadengan Stakeholders dengan berbagai tingkat kepentingan dan pengaruh yangberbeda.Berikut adalah beberapa manfaat melakukan analisis stakeholder (Wisnubroto):

1. Mendapatkan lebih banyak gagasan pengembangan dan implementasiprogram/perubahan

2. Bisa memberi gambaran lebih jelas tentang konteks komunitas, potensikesulitan, dan aset yang ada

3. Sense of ownership terhadap program/upaya perubahan4. Lebih Fair bagi semua

Page 14: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

9

5. Meminimalisir penolakan terhadap program/perubahan6. Memperkuat posisi kita jika ada oposisi terhadap program7. Menjembatani modal sosial bagi komunitas8. Meningkatkan kredibilitas organisasi kita : fair, etis, transparan, dan membuat

orang suka bekerja dengan kita9. Meningkatkan peluang keberhasilan program/perubahan

Banyak instrumen dan metode yang dapat dipergunakan dalam upaya mengidentifikasidan menganalisis kompleksitas pengaruh stakeholder. Salah satunya adalahpendekatan Net-Map yang diperkenalkan oleh Eva Schiffer. Net-map merupakaninstrumen berbasis Social Network Analysis (SNA). SNA sendiri merupakan tipeanalisis yang berusaha mengukur keterhubungan antar individu-individu danmembantu menjelaskan bagaimana antar individu tersebut saling terhubung denganberbagai issues atau program. Dengan analisis ini dapat memetakan secara singkatpola hubungan yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang ada sertamembantu bagaimana melakukan penguatan hubungan untuk dampak yang lebihbesar. Adapun Net-map sendiri sudah memodifikasi SNA dengan melibatkan partisipasiaktif stakeholder dalam melakukan analisisnya.

Schiffer mengenalkan Net map sebagai…” an interviewed based mapping tool thathelps people understand, visualize, discuss and improve situations in which manydifferent actors influense outcomes”.

Schiffer menggambarkan banyak manfaat yang dapat diperoleh dalam menggunakannet-map, antara lain net-map membantu untuk menentukan:

1. Siapa saja akto/stakeholders yang terlibat2. Bagaiman mereka terhubung3. Seberapa besar pengaruh mereka4. Apakah tujuan mereka

Disamping itu, dengan menggunakan net-map akan pula membantu memahami:1. Kompleksitas hubungan dengan perspektif yang berbeda2. Network terkait kewenangan formal & informal3. Bottlenecks serta penyebab keberhasilan & kegagalan4. Bagaimana memanfaatkan kompleksitas yang ada

Bagaimana menggunakan net-map dalam latihan ?

Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan net-mapuntuk melakukan identifikasi dan analisis terhadap kompleksitas hubungan antarstakeholder :

Page 15: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

10

1. Pahami aturan dasar dalam menggunakan net-map sebagai berikut: Peta hubungan yang akan dihasilkan hanya sebagai rangka. Sedangkan

diskusi justru sebagai substansinya Hasil akhir dari peta hubungan akan menunjukkan kepada siapa kita

dapat bekerja sama Proses yang maksimal yang melibatkan diskusi mendalam akan

melahirkan hasil yang maksimal (memberikan pandangan yang mendalambagaimana mengeksekusinya)

2. Persiapan penggunaan net-map: Tentukan pertanyaan yang akan dijawab Tentukan jenis hubungan (finansial, support, pengganggu/penghambat,

hirarki) Tentukan tujuan dari program Putuskan siapa yang harus terlibat dalam diskusi/wawancara

3. Identifikasikan aktor/stakeholder yang terkait dengan mengajukan pertanyaan“Siapa stakeholder yang terkait dengan keberhasilan program?” dan tempatkannama-nama para aktor tersebut di atas kertas flip chart secara tersebar. Semakinkompleks sebuah program akan memiliki semakin banyak stakeholder yangterkait.

4. Gambarkan garis yang menunjukkan keterhubungan antar aktor dengan tandapanah dalam konteks pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya. Berikanwarna garis yang berbeda dengan jenis hubungan yang berbeda. Bila antarstakeholder memiliki hubungan timbalbalik maka tanda panah juga timbal-balik.

5. Berikan tanda kekuatan pengaruh setiap aktor dengan mengajukan pertanyaan“Seberapa besar pengaruh stakeholder x terhadap y dalam konteks programyang sedang dibahas”. Penggambaran besarnya pengaruh dilakukan denganmenempatkan tugu pada sisi stakeholder. Semakin tinggi perngaruh stakeholderterhadap issue/program maka semakin tinggi tugu yang ditempatkan. Dalambanyak pengalaman, beberapa aktor akan memiliki tugu yang sama tinggikarena memang mereka memiliki pengaruh yang sama kuat terhadapissue/program tersebut.

6. Lakukan pengamatan kembali terhadap peta hubungan yang telah dihasilkandan yakinkan akurasi dari peta tersebut

7. Test kembali peta tersebut dengan mengklarifikasi kembali tiap aktor dengantujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan mengajukan pertanyaan“apakah aktor ini benar-benar mendukung program x?”

8. Diskusikan kembali peta hubungan tersebut dengan mengkaitkan apakah artiketerhubungan bagi strategi organisasi publik, darimana pengaruh akan datang,dan apa yang akan terjadi apabila terdapat perbedaan kepentingan/tujuan?

Page 16: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

11

Berikut adalah Contoh hasil penggunaan Net-map dalam melakukan identifikasi dananalisis stakeholder:

Page 17: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

12

Bab IIIStrategi Mempengaruhi Stakeholder

Bagi sebuah organisasi publik, upaya mempengaruhi stakeholder terkait sangatlahesensial bagi keberhasilan perancangan dan pelaksanaan programnya yangdimilikinya. Dalam konteks membangun tim efektif, upaya mempengaruhi stakeholderharus diawali dengan mengelompokkan stakeholder berdasarkan pengaruh dankepentingan yang dimilikinya. Upaya mengelompokkan tersebut dapat dilakukandengan memanfaatkan hasil pemetaan stakeholder (dengan menggunakan net-map)sebelumnya. Dengan memanfaatkan hasil analisis dari net-map, maka perludikelompokkan stakeholder tersebut ke dalam 4 (empat) kelompok sebagai berikut:

Dalam menempatkan masing-masing stakeholder ke dalam salah satu kuadran tersebutdilakukan dengan mempertimbangkan ciri-ciri keempat Kelompok Stakeholders sebagaiberikut: Promoters memiliki kepentingan besar terhadap program dan juga kekuatan

untuk membantu membuatnya berhasil (atau menggagalkannya) Defenders memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan dukungannya

dalam komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi program

Influence

Interest

Page 18: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

13

Latents tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam program,tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi program jika merekamenjadi tertarik

Apathetics kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkintidak mengetahui adanya program

Setelah dapat mengelompokkan stakeholder ke dalam 4 kelompok tersebut makabeberapa hal yang perlu menjadi perhatian adalah : Stakeholders Utama pada umumnya adalah Promoters Kuadran ini dapat membantu memutuskan bagaimana mengelola Stakeholders Agar Upaya berhasil, perlu mengembangkan Promoters agar memahami penuh

dan menerima proses program sepenuh hati karena mereka bisa mengajakStakeholders lain bergabung serta mendorong mereka berpartisipasi dalamperencanaan, implementasi, dan evaluasi program. Disamping itu, mereka bisamenjadi mentor atau mitra bagi Stakeholders lain

Strategi Mempengaruhi Stakeholder

Seorang pemimpin birokrasi harus dapat mengajak seluruh stakeholdert (internal daneksternal) untuk dapat mendukung program organisasinya. Untuk dapat mengajakseluruh stakeholder memberikan dukungan kepada program sebuah organisasi publikmaka diperlukan strategi yang berbeda terhadap masing-masing kelompok. Adapunstrategi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Promoters (High Influence / High Interest) Benar-benar bisa membuat Upaya berjalan Jika positif, maka perlu diperkuat dan dilibatkan dalam pekerjaan yang

akan dinikmatinya Jika gagasannya tidak jalan, yakinkan bahwa mereka tahu mengapa, dan

mengapa alternatifnya lebih baik2. Latents (High Influence / Low Interest)

Bisa sangat membantu jika dapat diyakinkan akan pentingnya Upaya bagikepentingan mereka sendiri atau untuk kebaikan yang lebih besar

Perlu didekati dan diberi informasi, setiap kali perlu dilakukan kontakdengan mereka

Tunjukkan bagaimana Upaya memiliki efek positif terhadap isu maupunpopulasi yang menjadi perhatiannya

3. Defenders (Low Influence / High Interest) Bisa sangat membantu jika mereka tetap mendapat informasi dan kita

tidak perlu khawatir tertang ke terlibatannya di masa datang

Page 19: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

14

Mereka sering memberikan waktu dan keterampilannya saat Upaya perlubertahan hidup

4. Apathetics (Low Influence / Low Interest) Tidak peduli terhadap Upaya Menjadi Stakeholders karena kebetulan menjadi anggota suatu kelompok

atau karena posisinya di ko-munitas Sebaiknya tidak mengganggu mereka, walaupun bisa diberi informasi

melalui newsletter

Dan sebagai upaya pamungkas, dapat diterapkan strategi berikut untuk menarikstakeholder ke dalam proses dan menggerakkan ke arah Promoters yaitu dengancara sebagai berikut: Memperlakukan mereka dengan respek Memberi informasi apapun, training, mentoring, dan/atau dukungan yang

diperlukan agar mereka tetap terlibat Menemukan tugas atau pekerjaan yang perlu dilakukan yang menarik minat dan

menggunakan bakat mereka Menjaga semangat mereka dengan memuji, merayakan, apresiasi kecil, dan

secara terus menerus mengingatkan pencapaian Upaya Melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan Mengajak mereka mengerjakan pembuatan konsep, perencanaan, implementasi,

dan evaluasi Upaya dari sejak awal

Page 20: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

15

Bab IVStrategi Berkomunikasi

Pengertian Komunikasi

Komunikasi secara umum diartikan sebagai suatu perbuatan atau kegiatanpenyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain. Namunsecara lebih khusus dalam konteks tim kerja, komunikasi adalah proses pertukaraninformasi, kepercayaan dan perasaan antara anggota yang satu dengan anggotalainnyanuntuk mewujudkan rasa saling memahami dan saling percaya demi terciptanyahubungan yang baik (Azwar, 1996; Wynn & Guditus, 1995). Terkait itu, untuk dapatmelihat seberapa kuat dan baiknya komunikasi anggota tim dalam konteksstakeholders, maka dalam melihat kualitas komunikasi di dalam pengelolaan programperlu diuji dengan beberapa pertanyaan berikut (mengadaptasi dari Ilyas, 2003):

a. Seberapa mudah mendapatkan informasi dari stakeholder lainnya?b. Apakah setiap stakeholder bersedia mempertimbangkan pendapat dan

pandangan dari stakeholder lainnya?c. Apakah antar stakeholder telah benar-benar memberikan informasi secara

tulus?d. Apakah setiap stakeholder mengetahui apa yang difikirkan oleh kolega

(sesama stakeholder) tentang kontribusinya dalam program?e. Apakah antar stakeholder telah mempertimbangkan perasaan stakeholder

yang lain?f. Apakah mereka membatasi komunikasi hanya sebatas pelaksanaan program

saja?

Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut setidaknya kita juga dapat melihat bagaimanadampaknya pada moral dan kekompakan antar stakeholder dalam pengelolaan sebuahprogram.

Toha ( Toha dalam Hamid dan Budianto, 2011:207) memandang proses komunikasidalam persepktif corporate dan marketing communication sebagai “menjual gagasan’dan memperoleh persetujuan dan dukungan terhadap gagasan tersebut yang padaakhir yang sebenarnya yang diinginkan oleh pengirim pesan itu sendiri adalah adanyaefek perubahan perilaku yaitu kesediaan “menerima/menyetujui gagasan” oleh parapenerima pesan.

Page 21: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

16

Arah Arus KomunikasiSecara umum terdapat 3 arah arus komunikasi, yaitu vertikal, horizontal dan

diagonal. Arah arus komunikasi Vertikal adalah arus komunikasi dalam hubunganhirarki organisasi (atasan kepada bawahan langsung dan sebaliknya). Sedangkan araharus komunikasi Horizontal merupakan arah komunikasi kepada antar kolegasejawat/sejajar posisi/tingakatan yang sama. Adapun arah arus komunikasi diagonaladalah arus komunikasi dari atasan kepada bawahan atau sebaliknya namun bukandalam unit yang sama. Dalam kehidupan sebuah organisasi tradisional, bagian terbesardari komunikasi lebih cenderung pada arah ke bawah yang dimanifestasikan dalambentuk instruksi, pengarahan, penjelasan dan sebagainya. Seiring dengan dinamikaperkembangan kematangan sebuah organisasi maka arah komunikasi menjadi semakinterbuka pada ketiga arah tersebut. Terutama dalam kondisi tuntutan pekerjaan yangsemakin membutuhkan kerja tim antar unit dalam sebuah organisasi.

Aksesibilitas Komunikasi

Aksesibilitas komunikasi adalah keterbukaan kesempatan melakukankomunikasi. Biasanya, tingkatan bagaimana antar stakeholder dapat berkomunikasidengan baik tergantung pada seberapa besar kesempatan antar mereka melakukankomunikasi. Metode komunikasi yang paling efektif adalah percakapan langsung yanginformal (Ilyas, 77) untuk itu pada kondisi masa lalu setidaknya jarak fisik dan ruangyang tersedia sangat menentukan kesempatan berkomunikasi. Namun dalam era yangteknologi yang semakin canggih saat ini, jarak fisik tidak menghalangi aksesibilitaskomunikasi seiring dengan berkembangnya varian media komunikasi. Dengankecanggihan alat komunikasi saat ini menjadikan aksesibilitas komunikasi antarstakeholder semakin terbauka dan tidak dibatasi lagi oleh jarak dan ruang yangtersedia. Untuk itu ketersediaan media komunikasi yang seimbang antar stakeholderikut menentukan seberapa efektif komunikasi antar mereka.

Strategi KomunikasiQuick dalam Ilyas (2003:77-80) membagi pola komunikasi ke dalam 4 (empat)spektrum yaitu agresif, assertive, responsif, dan non-assertive. Berikut adalah deskripsidari setiap spektrum tersebut:

Page 22: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

17

Spektrum Komunikasi

Agresif Assertive Responsif Non-Assertive Semuanya hanya

tentang Anda,menghilangkankeberadaanstakeholder lain.

Meniscayakan hak danmartabat stakeholderlain.

Pernyataan agresifmerendahkan,mempermalukan danmenghina

Menganggap andasebagai yang utama,stakeholder lainadalah nomor dua(sekunder).

Mengekspresikankebutuhan dankeinginan dengan carayang dapat diterimaoleh stakeholder lain.

Dapat menyampaikaninformasi yang tidakmenyenangkandengan cara yangtidak mengancam danmembuat tersinggungstakeholder lain

Mengganggapstakeholder lain adalahyang utama,sedangkan anda justruyang sekunder.

Menyadari stakeholdermemiliki kekuatan,sumberdaya, danpersepsi berbedaterhadapkondisi/situasi tertentu.

Berusaha mencari danmengidentifikasikomponen diatas untukdipertemukan padakesamaan pandangandan atau penyelesaianmasalah

Stakeholder lainadalah segalanya.

Melepastanggungjawab danmenyerhkansemuanya kepadastakeholder lain.

Sumber : Diadaptasi dari Quick dalam Ilyas (2003:78)

Ilyas memandang, apabila komunikasi assertive dan komunikasi responsifdipadukan maka akan dapat dijadikan sebagai instrumen negosiasi, pemecahanmasalah ataupun resolusi konflik dan menjadikannya sebagai metode komunikasi yangpaling optimal. Komunikasi yang demikian dipandang dapat memfasilitasi hak danperasaan setiap stakeholder yang terlibat dalam sebuah program dan menyediakanruang untuk berdialog dimana setiap stakeholder dijamin secara terbukamengekspresikan perasaannya tentang program yang akan/sedang dijalankan. Bahkandalam kondisi yang demikian, kebutuhan, keinginan dan kompetensi dari setiapstakeholder akan menjadi perhtian.

Berikut adalah karakteristik dari pola komunikasi assertive dan responsif (diadptasidari Ilyas, 2003):

AssertiveAnggota yang assertive

ResponsifAnggota yang responsif

Member informasi Menjelaskan situasi seperti apa pandangan

yang dimilikinya

Mencari informasi Mengundang stakeholder lain untuk

menyampaikan pandangannya terhadapsituasi yang dialami

Menyampaikan perasaan Berkaitan dengan perasaannya tentang

apa yang sedang terjadi

Mencari tahu perasaan stakeholder lain Meminta stakeholder lain menyampaikan

perasaannya tentang situasi yang sedangterjadi dan menerima informasi tersebuttanpa harus sependapat

Mencari perubahan pada stakeholder lain Menjelaskan perilaku yang diinginkannya,

Mencari perubahan diri Bersedia mengu bah perilaku sendiri yang

Page 23: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

18

yang harus diperankan oleh stakeholderlain

tidak efektif dan membantu relasiinterpersonal

Mendefinisikan manfaat perubahan Menggambarkan manfaat yang akan

didapat stakeholder lain karena dampakperubahan

Mendefinisikan manfaat perubahan untuk dirisendiri

Menjelaskan manfaat atau insentif kepadastakeholder lain (jika memungkinkan bagoikedua pihak) apabiola terjadi perubahanyang diharapkan

Dari pola komunikasi tersebut dapat menjadi pilihan dalam menggunakan strategikomunikasi kepada para stakeholder dengan mengingat konteks komunikasi efektifdalam membangun tim efektif adalah sebagaimana konteks yang diperkenalkan olehToha di atas yaitu “menjual gagasan’ dan memperoleh persetujuan dan dukunganterhadap gagasan tersebut yang kemudian dapat mengakibatkan perubahan perilakuyaitu kesediaan “menerima/menyetujui gagasan” dan mendorong pelaksanaangagasan/program tersebut.

Page 24: Membangun Tim Efektif - bldk.mahkamahagung.go.id

19

DAFTAR PUSTAKA

Curduneaunu-Huci, Cristina, Hamilton Alexander, and Ferrer, Issel Masses, 2013,Understanding Policy Change : How to apply Political Economy Concepts in Practice,The World Bank, Washington DC

Eva Schiffer, Net-map.wordpress.com

Ilyas, Yasin, 2003, Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja, PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta

Toha, Muharto, Arti Penting Komunikasi bag Organisasi dan Public Relations dalamHamid, Farid dan Budianto, Heri, 2011, Ilmu Komunikasi : Sekarang dan TantanganMasa Depan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

West, Michael, 1998, Effective Team Work, Kanisius, Yogyakarta