Membangun Kota Ekologi

download Membangun Kota Ekologi

of 3

description

arsitektur

Transcript of Membangun Kota Ekologi

Sumber : http://uripsantoso.wordpress.comMembangun Kota Ekologi Peningkatan fungsi dan wewenang kelembagaan lingkungan hidup amat berperan dalam membangun suatu kawasan berwawasan ekologi. Jika lembaga tersebut mempunyai kewenangan yang memadai, maka mereka dapat merencanakan seluruh aktivitas penduduk di wilayah wewenang mereka secara lebih baik. Perencanaan tersebut didasarkan kepada kajian yang mendalam dari berbagai aspek.Berdasarkan kajian yang mendalam tersebut, Propinsi Bengkulu dapat mengkaji ulang tata ruang desa dan kota di wilayah Bengkulu. Salah satu konsep yang menarik untuk dipertimbangkan adalah gagasan kota ekologi. Kota ekologi adalah kota yang dirancang berdasarkan pendekatan ekologi. Pendekatan ekologi dalam penataan kota tidak berarti pemberian perhatian hanya pada aspek-aspek estetika kota, melainkan meliputi pula aspek-aspek kesehatan lingkungan, ekonomi lingkungan, serta aspek-aspek social kehidupan kota yang lebih luas. Pemahaman tentang konsep ekosistem dan ekosistem kota merupakan hal penting sebelum kita melakukan perancangan kota ekologi. Ini berarti bahwa sebelum perancangan dilakukan, ekosistem dimana proyek dilakukan dan komponen-komponennya harus dianalisis dan dipelajari terlebih dahulu secara holistik (Rahmi dan Setiawan, 1999). Tujuan dari perancangan kota ekologi bukannya bagaimana mempertahankan ekosistem dari perubahan dan pengaruh manusia, tetapi bagaimana menyatukan kegiatan manusia dengan ekosistem kota, dengan sesedikit mungkin kerusakan yang terjadi. Pada perancangan kota ekologi, ada tiga prinsip utama yang harus dipenuhi yaitu: (1) kesesuaian dengan iklim; (2) efisiensi sumberdaya, dan (3) efisiensi energi. Ketiga prinsip tersebut mendasari semua komponen perancangan kota ekologi, yang saling berintegrasi. Keterpaduan anta komponen dalam perancangan kota ekologi merupakan salah satu jalan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Adapun komponen perancangan kota ekologi terdiri dari: (1) tata guna tanah, (2) bangunan, (3) transportasi, (4) infrastruktur, (5) lansekap kota. Pada tata guna tanah, beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam perancangan kota ekologi adalah: (1) tata guna tanah campuran, (2) pemakaian lahan dengan lebih kompak, (3) integrasi antara tata guna tanah dan intrastruktur, (4) pemakian lahan untuk kegiatan skala kecil dan, (5) lebih banyak disediakan ruang terbuka. Pada komponen bangunan, rancangan bangunan harus dipikirkan secara menyeluruh. Dari sudut pandang ini kita dapat mengkaji bagaimana tapak, bentuk, material dan struktur bangunan dapat dipakai untuk mengurangi konsumsi energi, tetapi tetap nyaman dipakai. Menurut Vale dan Vale (1992) beberapa upaya yang harus dilakukan untuk mencapai bangunan hijau adalah: (1) konservasi energi, (2) kesesuaian dengan iklim, (3) mengurangi pemakaian sumberdaya baru, (4) memperhatikan tapak, (5) memperhatikan pemakai, dan (6) dirancang secara menyeluruh. Komponen kota ekologi berikutnya adalah transportasi. Blowers (1993) menekankan adanya empat prinsip mekanisme yang diperlukan untuk mencapai strategi transportasi berkelanjutan yaitu: (1) mekanisme aturan yang bertujuan membatasi tingkat polusi yang dihasilkan oleh kendaraan, (2) mekanisme financial, melalui pajak-pajak energi, meliputi pajak pemakaian bahan baker dan pengeluaran emisi ke udara, (3) mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan terhadap kendaraan yang efisien dalam pemakaian bahan baker, serta alternative teknologi transportasi, (4) adanya integrasi dalam perencanaan tata guna tanah dan transportasi, untuk meminimalkan jarak capai, mendorong dipakainya transportasi umum, serta meningkatkan kemudahan pencapaian terhadap fasilitas transportasi. Komponen lansekap kota terdiri atas ruang terbuka, pemanfaatan tanaman, pertanian kota dan hutan kota. Segala infrastruktur yang berkaitan dengan kota ekologi harus diperhatikan dan dipertimbangkan dengan teliti dan akurat.Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan mereka (Wiryono, 2007). Dengan kata lain pembangunan berkelanjutan memanfaatkan sumberdaya secara bijaksana, sehingga sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat dinikmati oleh generasi seterusnya. Daftar PustakaAnonimus. 1998. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. KLH-UNDP. Jakarta.Anonimus. 2004. Profil Kehutanan Kabupaten Lebong. Dinas Kehutanan Lebong. Bengkulu.Armanto, M. E. dan E. Wildayana. 1998. Analisis permasalahan kebakaran hutan dan lahan dalam pembangunan pertanian dalam arti luas. Lingkungan dan Pembangunan 18 (4): 304-318.Rahmi, D. H. dan B. Setiawan. 1999. Perancangan Kota Ekologi. Dikti, P & K. Jakarta.Soedradjat, R. 1999. Lingkungan Hidup, Suatu Pengantar. Dikti, P & K. Jakarta.Soemarwoto, O. 1991. Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global. Gramedia Pustaka Utma. Jakarta.Trihardi, B. 1997. Berbagai kegiatan yang dapat mempengaruhi kualitas air sungai di Propinsi Bengkulu: Penentuan titik-titik monitoring. Universitas Bengkulu. Bengkulu.