Membaca Sinema Indonesia

download Membaca Sinema Indonesia

of 1

Transcript of Membaca Sinema Indonesia

  • 8/3/2019 Membaca Sinema Indonesia

    1/1

    inema sebagai sebuah karya seni di tengah masyarakat,sudah jamak diketahui, tentu mengambil peran besar dalam

    berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupunS politik. Berkaitan dengan itu, sinema kiranya perlu untuk dibacaulang keberadaannya. Pembacaan berupa analisis atau kritik terhadap sinema dan permasalahannya penting menentukan

    perkembangan sinema itu, utamanya s inema Indonesia.Pertanyaannya adalah, apa yang bisa dibaca dari sinema

    Indonesia selain credit titile ? Membaca dalam konteks ini bukanlah semata berkait pada keberadaan teks di dalam sebuahkarya sinema. Lebih dari itu, pembacaan terhadap sinemaIndonesia meliputi sekuruh hal yang menyertai kehadiran sinemaIndonesia mulai dari awal kemunculannya hingga saat ini.

    Berangkat dari kebangkitan sinema Indonesia (terutama film) pada awal-awal tahun 2000-an, berbagai fenomena baru berkaitandengan sinema pun bermunculan. Fenomena itulah yang dibacaatau ditangkap oleh para penulis (semuanya berjumlah 11 orang)yang terangkum dalam buku ini. Sebanyak 11 karya tulis, secaraurut sesuai halaman awal, berjudul Terra Incognita Film

    Indonesia , Film Psikopat Indonesia: Riak di Jejak Ombak , Komedi Bernuansa Seks , Hantu Perempuan dan PerempuanSeksi, Perempuan Menyatakan Cinta , Anak-Anak sebagai Subjek

    Terjajah , Tokoh Bokir sebagai Karakter Kocak dalam Film-film Horor Indonesia Periode 1984-1990 , Mempertanyakan RumahSakit Jiwa Lewat Film , Film Indonesia dan MUI , Meraba Denyut

    Kritik Film Indonesia , Pemerintahan Sinetron Indonesia , Luka Perban Sinetron Indonesia dan Mer indukan Ratu Adi l Mendapatkan Indigo.

    Melihat judul rangkuman karya yang disajikan dalam buku inisebagaimana dipaparkan di atas, memang sudah terbagi dalam

    berbagai bab sudut pandang tinjauan. Mulai dari masalah kritik film, kemudian menyambar persoalan sinetron, genre film cintadan horor, sampai pada soal sensor yang digawangi lembaga

    penjaga moral semacam MUI (hal 127). Tinjauan demi tinjauanitu mengetengahkan beragam pembacaan atas berbagai persoalanyang membelit dunia sinema di Indonesia, bahkan jugadisinggung soal tipologi keklisean yang biasa ditemui di filmIndonesia, semisal film gila tentang orang gila dan film-film yang

    berkecenderungan kotasentris (hal 17).

    Persoalan emansipas i perempuan dalam film drama percintaan, juga tak luput dari tinjauan kritis itu. Kini, ternyata,tak hanya pihak pria yang sering mengobral kata "aku cinta

    padamu" pada pihak perempuan untuk menjelaskan caramenyatakan cintanya. Jika awalnya perempuan menyatakan cintamasih dengan malu-malu, seiring dengan perkembangan zaman,tokoh perempuan diciptakan semakin berani, bahkan semakin"gila-gilaan" menunjukkan pengorbanannya untuk laki-laki yangdicintainya. Menyatakan cinta, selain dengan perbuatan, jugadilakukan dengan pengungkapan secara langsung dengan kata-kata. Dengan bantuan tabel, (hal 81) pembaca buku ini bisamenyimak betapa meningkatnya kemajuan perempuan dalamurusan menyatakan cinta itu kepada lawan jenisnya.

    Ya ng m en ar ik ,s el ai n p em bi ca ra antentang sinetron, adalahtinjauan tentang dunia

    p s ik o p at . M e la l uitulisan bertajuk Film

    Ps ikopat Indones ia: Riak di Jejak Ombak (hal 27) penulis (SaefulA nw a r ) m en c o b amenyelami dunia psikopat yang diangkat film-film Indonesia.Dengan mengungkapkan kekurangan yang ditemui dalam filmyang bercerita tentang seorang psikopat, ditemukan bahwaterdapat penyederhanaan latar kehidupan tokoh-tokoh psikopattanpa berangkat dari keadaan psikologis sang psikopat. Artinya,tanpa disebutkan mengapa sang psikopat itu menjadi psikopat,tapi tiba-tiba muncul dalam sebuah bangunan cerita yangmemang sudah di setting bahwa dia adalah seorang psikopat.Bahkan pengertian psikopat itu sendiri lebih diartikan sebagaiantisosial daripapa penyendiri dalam arti terkurung pikirannyasedantang disiknya berada di tengah khalayak. Tinjauan finaldalam bab ini adalah bahwa film-film tersebut berakhir dengankematian sang psikopat, sementara orang yang menyebabkanmereka sakit kebanyakan t idak merasakan dampak dar ikelainan itu.

    Perkembangan munculnya genre film baru (pengertian barudalam hal ini lebih tepat diartikan semata bahwa film itu memang

    baru muncul dalam arti kewaktuan, bukan karena genrenya)adalah film komedi yang melalui posternya justru menawarkanlekuk tubuh perempuan menawan. Dengan bahasa lain, film yangdiketengahkan ke masyarakat sebagai film horor, tetapi ketikadiputar hanya sedikit ketegangan yang menimbulkan ketakutan,karena justru yang muncul adalah "ketegangan" yang lain.Persoalan genre yang kabur inilah yang kemudian diulas,dipertanyakan, dianalisis dalam tajuk Komedi Bernuansa Seks(hal 43). Tulisan dalam bab ini berusaha menjawab pertanyaan

    bagaimana komedi dan seks selalu berdampingan dalam filmsejak dahulu hingga sekarang, mana di antara unsur komedi bisa

    bertahan karena unsur seks di dalamnya yang universal atau

    sebaliknya.Faktor politik dan ekonomi, bagaimana pun, sangat

    berpengaruh terhadap keberlangsungan film Indonesia. Kondisi politik dan ekonomi yang sampai sekarang masih sangatfluktuatif ini, terasa pula dampaknya dalam pasang surut

    perfilman Indonesia. Masalah dana, kualitas intelektual danidealisme sineas, selera penonton, serta peran pemerintah,merupakan faktor utama pencipta kendala. Terlihat klisememang. Tetapi faktor-faktor itu adalah sebuah kenyataan, meskitidak berdiri sendiri, terkait satu sama lain. Demikianlah kiranya

    buku ini telah membawa khalayak pada sebuah pengertian lebih jauh dan mendalam tentang dunia sinema Indonesia. (awd )

    I n f o B u k u

    Judul Buku : Membaca Sinema IndonesiaPenulis : Editor: Aprinus Salam EditorPenerbit : Institut for Civil Empowerment (ICE) dan Jurusan Sastra

    Fakultas Ilmu Budaya UGMTahun : 2011Tebal : (xviii + 226)

    Membaca Sinema Tak Hanya Membaca "Credit Title"