Membaca Cepat Bab IV
-
Upload
deni-yuniardi -
Category
Documents
-
view
339 -
download
1
Transcript of Membaca Cepat Bab IV
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan disajikan hasil tes yang diperoleh dari penelitian.
Hasil tes tersebut ada dalam dua bagian, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil tes
tindakan siklus I adalah berupa penilaian terhadap keterampilan membaca cepat
siswa sebelum dikenalkan dengan metode P2R dan pada siklus 11 berupa
penilaian keterampilan membaca cepat siswa setelah dikenalkan pembelajaran
menggunakan metode P2R. Dan hasil kedua tes tersebut akan dibahas pada
masing-masing siklus.
4.1 Hasil
Penelitian dan Pembahasan Siklus I
4.1.1 Hasil
Penelitian Siklus I
Hasil tindakan proses pembelajaran dalam siklus 1 ini berupa hasil
tes membaca cepat siswa, hasil pengamatan, dan hasil wawancara. Adapun
aspek yang dinilai dalam membaca cepat adalah kecepatan membaca siswa
diperoleh hasil sebagai berikut:
Sebelum dikenalkan metode P2R untuk membaca cepat siswa
diperoleh hasil penilaian membaca cepat sebagai berikut:
43
Tabel 2. Penilaian Keterampilan Membaca Cepat Siklus 1
No Rentang Nilai Frekuensi %
1. 85 – 100 - -
2. 75 – 84 3 8,83
3. 65 – 74 12 35,29
4. 0 – 64 19 55,88
Jumlah 100,00
Dari hasil di atas terlihat bahwa siswa kelas V SD Negeri Klepu 04
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran
2007/2008 hanya diperoleh 3 orang atau 8,83 siswa yang mencapai
ketuntasan belajar sedangkan yang lainnya belum mencapai ketuntasan
belajar. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar yakni dapat membaca
cepat sebanyak 75 - 84 kata per menit. Sedangkan siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar, sebagian besar hanya mencapai 64 kata per
menit. Sehingga mereka masih harus belajar lagi, sehingga dapat membaca
cepat dengan ketuntasan minimal 75 kata per menit.
Dari hasil di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa ternyata belum
mencapai ketuntasan belajar. Karena belum mencapai ketuntasan belajar
perlu diketahui, pada bagian mana siswa menemui kesulitan dalam
membaca cepat. Kesulitan utama yang dialami siswa adalah belum dapat
membaca cepat secara terstruktur. Untuk itu perlu dilakukan lagi
44
pembelajaran membaca cepat dan dikenalkan dengan metode P2R untuk
dapat membaca cepat secara terstruktur sehingga ketuntasan minimal yang
diharapkan sebanyak 75 kata per menit dapat dicapai.
4.1.2 Pembahas
an Hasil Penelitian Siklus I
Rendahnya kecepatan membaca siswa kelas V SD Negeri Klepu 04
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran
2007/2008 akhirnya diketahui ada beberapa hambatan yang dijumpai. Pada
orang-orang tertentu di dalam membaca sering menemui hambatan
sehingga orang tersebut tidak bisa membaca secara cepat dan efisien,
Hambatan-hambatan ini banyak berkaitan dengan kebiasaan membaca yang
dipraktekkan sejak masa awal belajar membaca dan terbawa-bawa sampai
jenjang berikutnya. Beberapa hambatan tersebut di antaranya adalah:
1. Membaca dengan melafalkan kata yang dibaca.
Ada siswa yang membaca dengan melafalkan kata demi kata yang
dibaca. Mungkin orang tersebut kurang puas jika kata-kata yang dibaca
itu tidak diucapkan. Cara membaca seperti ini selain akan mengganggu
siswa lain, juga akan memperlambat pembacaan. Lambat karena kata
demi kata dibaca atau satu demi satu. Di samping itu, pembaca akan
mudah lelah karena mengucapkan kata demi kata yang dibaca itu
mengeluarkan banyak energi. Untuk mengatasi ini dapat dilakukan dua
cara. Pertama dengan merapatkan bibir ketika membaca; dan kedua,
45
dengan menguyah permen karet.
2. Membaca dengan menggerakkan bibir
Ada juga beberapa siswa yang membaca dengan menggerakkan bibir.
Bibirnya komat-kamit mengikuti bunyi huruf di dalam teks bacaan.
Cara membaca seperti ini selain kurang enak di pandang mata (karena
bibir terus komat-kamit) juga kurang cepat dan efisien karena si
pembaca pada dasarnya membaca kata demi kata (bahkan huruf demi
huruf) yang ada di dalam teks bacaan. Cara membaca dengan komat-
kamit juga bisa membuat bibir cepat lelah, rahang atas dan bawah pegal,
dan pada akhirnya mempengaruhi daya tahan baca. Untuk mengatasi
hambatan ini bisa dilakukan dua cara yang dikemukakan di atas.
3. Membaca dengan menunjuk
Sebagian lagi ada siswa yang membaca dengan menunjuk-nunjuk teks
yang sedang dibacanya dengan jari atau alat tulis. Cara membaca seperti
ini juga kurang cepat dan efesien karena si pembaca melakukan
pembacaan kata demi kata. Di samping itu, cara membaca dengan
menunjuk-nunjuk ini juga bisa membuat tangan cepat lelah dan pada
akhimya bisa mempengaruhi daya tahan baca.
Untuk mengatasi hambatan ini bisa dilakukan dua cara berikut. Pertama
dengan memasukan tangan yang suka menunjuk-nunjuk itu ditugaskan
memegang buku yang sedang dibaca (sekaligus jari telunjuk dan jempol
ditugaskan untuk menyiapkan dan membuka ‘halaman berikut’ yang
akan dibaca).
46
4. Membaca dengan menggerakkan kepala
Sebagian siswa lagi memiliki kebiasaan membaca dengan
menggerakkan kepala (dari arah ke kiri ke kanan, dan sebaliknya)
mengikuti kata-kata yang sedang dibaca. Cara membaca seperti ini juga
kurang cepat dan eflsien karena si pembaca pada dasarnya mengikuti
pembacaan kata demi kata. Di samping itu cara membaca dengan
menggerakkan kepala bisa juga mengakibatkan kepala cepat lelah dah
bahkan pusing.
Untuk mengatasi kepala yang bergerak-gerak ini maka si pembaca bisa
memegang dagunya. Jadi ketika membaca, maka salah satu tangan
memegang teks bacaan dan tangan yang lain memegang dagu.
Jika cara mengatasi hambatan yang disebut di atas dilakukan berulang-
ulang, maka kebiasaan buruk dalam membaca itu lama-lama akan
hilang.
Di samping hambatan-hambatan yang dikemukakan di atas (yang
umumnya berkaitan dengan kiat membaca), masih ada beberapa hambatan
lain yang mempengaruhi kegiatan membaca cepat dan efisien, yaitu:
1. Kurang bisa konsentrasi karena:
Pada dasarnya kurang bisa berkonsentrasi; atau
Kesehatan sedang terganggu
Suasana hati sedang tidak tenteram; dan
Keadaan lingkungan tidak mendukung
47
Bagi siswa yang “pada dasarnya kurang bisa berkonsentrasi”
hanya bisa di atasi dengan melakukan latihan konsentrasi berulang-
ulang.
2. Daya tahan membaca cepat berkurang karena:
Posisi badan yang salah ketika membaca; atau
Lampu / penerangan yang tidak mendukung.
Hambatan ini bisa diatasi sesuai kasusnya:
Pertama, dengan memperbaiki posisi duduk yang baik ketika membaca
yaita: posisi badan diusahakan tegak dan rileks, dan tidak terlalu miring
(entah miring ke depan ke belakang, atau terlalu miring ke samping kiri
atau ke kanan). Posisi badan yang terlalu miring akan sangat
melelahkan.
Kedua, dengan memperbaiki lampu/penerangan. Lampu/penerangan
yang tidak baik (redup, kurang terang) akan membuat mata cepat lelah;
dan kita berlangsung lama bisa membuat mata sakit. Untuk membaca
tulisan yang bergerak dari kiri ke kanan (misalnya tulisan latin), maka
arah penerangan sebaiknya dari sebelah kiri; dan untuk membaca tulisan
yang bergerak dari sebelah kanan ke kiri (misalnya tulisan Ibrani, Arab
dll), maka arah penerangan sebaiknya dari sebelah kanan.
3. Munculnya kemalasan karena:
Pada dasarnya kurang suka membaca; atau
Bahasa yang ada dalam teks bacaan kurang dikuasai
Uraian dalam teks bacaan terlalu sulit diikuti dan dipahami; dan
48
Isi dan jenis bacaan kurang diminati
Hambatan ini juga bisa diatasi sesuai dengan kasusnya, Jika
kemalasan itu pada dasamya karena kurang suka membaca, maka cara
mengatasinya adalah dengan menumbuhkan minat baca. Untuk tahap-
tahap awal bisa dimulai dengan bacaan-bacan yang ringan, misalnya
buku-buku humor, komik bersambung, dsb.
Setelah mengetahui hambatan dalam membaca cepat, maka
membaca yang pada hakikatnya adalah memahami teks bacaan. Hal ini
berarti, kegiatan membaca dilakukan bersama-sama oleh mata dan otak.
Mata berfungsi “memotret” teks, kemudian menyalurkanya ke dalam
otak untuk diolah. Cepat dan banyaknya otak mengolah suatu pesan
tergantung erat dari cepat dan banyaknya pesan yang dipotret oleh mata.
Membaca cepat adalah keterampilan yang sangat bermanfaat
untuk keperluan membaca sekilas dan biasanya mencegah kita bosan.
Namun membaca cepat tidaklah diperlukan jika ingin mendengarkan
kata-kata di dalam benak anda. Tujuan yang berbeda membutuhkan
kecepatan membaca yang berbeda.
Mata menerima informasi jauh lebih cepat daripada telinga.
Namun banyak siswa masih ingin “mendengar” perkataan dalam benak
mereka seraya membaca, meskipun sebenarnya tidak perlu begitu.
Dengan menuntut untuk “mendengar” setiap kata, benar-benar
melambatkan pembacaan. Pendengaran hanya dapat “"mendengar”
perkataan sekitar 250 kata permenit, tetapi mata dapat melihat kata
49
dengan kecepatan 2.000 kata per menit atau lebih.
Ketika membaca juga tidak perlu harus melihat setiap kata
untuk memahami materi yang kita baca. Biasanya bukan kata itu sendiri
yang penting, melainkan gagasan yang disampaikan kata-kata tersebut.
Jika kita hanya membaca kata-kata kunci, anda akan memangkas jumlah
kata yang perlu dibaca setidaknya 70. Dan karenanya meningkatkan
kecepatan baca tiga atau empat kali lipat.
Dari kecepatan membaca siswa yang dinilai maka penilaian
keterampilan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri Klepu 04
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran
2007/2008 belum memenuhi target KKM untuk itu perlu diadakan
penelitian siklus II.
4.1.3 Format
(Bentuk) Pembelajaran Keterampilan Membaca Cepat
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, format (bentuk) atau
langkah-langkah pembelajaran dalam siklus I untuk keterampilan membaca
cepat secara ringkas sebagai berikut:
50
Tabel 4. Langkah Pembelajaran Siklus I
Langkah Pembelajaran
1. Guru mengkondisikan siswa untuk siap melaksanakan
proses belajar.
2. Guru memulai proses pembelajaran dengan mempresensi
siswa lebih dahulu.
3. Guru memberikan apersepsi menanyakan kabar siswa dan
memancing siswa ke pokok pembahasan yaitu membaca cepat.
4. Setelah siswa terpancing dengan pokok bahasa, maka guru
mulai menjelaskan segala materi yang harus dikuasai siswa dalam
membaca cepat. Guru menjelaskan materi kepada siswa dan juga
dilakukan tanya jawab semua dilakukan selama 2 jam pelajaran.
5. Guru mengadakan tes keterampilan membaca cepat.
6. Guru mengukur kecepatan mambaca siswa untuk
menghasilkan nilai. Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat
mengetahui keterampilan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri
Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun
pelajaran 2007/2008.
Format pembelajaran untuk keterampilan membaca cepat siswa
kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
pada tahun pelajaran 2007/2008 dapat diringkas sebagai berikut:
51
1. Pendahuluan, meliputi: menyiapkan bahan bacaan, menyiapkan
alat evaluasi, dan menyampaikan informasi model kepada siswa tentang
Kecepatan Membaca.
2. Kegiatan inti, meliputi: siswa membaca wacana dan mencatat
waktunya, siswa menjawab soal yang berkait dengan wacana.
3. Penutup, yaitu: siswa bersama guru menghitung kecepatan
membaca yang dicapai.
Dari format (bentuk) Pembelajaran keterampilan membaca cepat di
atas penulis ingin mengetahui penyebab ketidak berhasilan pembelajaran
dalam membaca cepat ini, penulis mengadakan pengamatan / observasi
terhadap cara penyampaian materi oleh guru.
Dari hasil pengamatan terhadap guru, diperoleh hasil bahwa guru
terlalu cepat dalam menyampaikan materi, sehingga siswa kurang jelas
dalam menangkap apa yang disampaikan oleh guru. Selain terlalu cepat,
materi yang disampaikan guru hanya materi yang sesuai dalam buku ajar
tanpa memberikan contoh dengan mempraktekkan cara membaca cepat
yang baik sehingga siswa dapat membaca cepat sesuai dengan kecepatan
minimal sebanyak 75 kata per menit. Ada hal lain yang penulis tangkap,
yaitu perhatian guru terhadap siswa kurang. Terbukti banyak siswa yang
kurang memperhatikan, namun guru membiarkan saja.
Pada saat tanya jawab mengenai materi dalam keterampilan
membaca cepat, siswa yang kurang jelas dalam menangkap materi yang
diajarkan juga tidak menanyakan kepada guru tentang apa saja yang belum
52
dikuasai. Hal ini dapat terjadi karena mereka memang tidak menguasai
materi namun dapat pula karena mereka malas untuk mengikuti pelajaran
khususnya materi membaca cepat.
Ketika siswa disuruh untuk membaca cepat, terlihat hasilnya bahwa
siswa memang belum menguasai bagaimana membaca cepat dengan efektif
dan ensien. Dari hasil penilaian pada keterampilan membaca cepat di atas
terlihat bahwa siswa belum dapat membaca dengan kecepatan yang sesuai
yaitu 75 kata per menit. Sehingga penulis merasa perlu untuk memberikan
metode P2R kepada siswa.
4.1.4 Respons
Siswa
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap respons siswa pada
siklus 1 diketahui dalam pembelajaran keterampilan membaca cepat,
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Siswa kurang memperhatikan terhadap apa yang disampaikan guru,
karena yang disampaikan hanya berupa materi yang harus dikuasai
dalam keterampilan membaca cepat tanpa disertai contoh membaca
cepat yang efektif dan efisien.
2. Ada sebagian siswa masih ada yang apatis terhadap keterangan
guru, sehingga pada saat guru memberi tugas kepada siswa untuk
membaca cepat, mereka tidak mampu membaca dengan kecepatan
sesuai ketuntasan minimal.
53
3. Siswa waktu diajar hanya diam tidak memperhatikan seolah-olah
menghendaki supaya guru cepat menyelesaikan materi.
Untuk mengatasi respons siswa di atas, penulis merasa perlu untuk
mengajak siswa menyenangi dan tertarik pada pelajaran bahasa Indonesia
khususnya dalam keterampilan membaca cepat dengan memberikan metode
P2R untuk membaca cepat sehingga mereka dapat membaca cepat dengan
efektif dan efisien. Hasil penelitian ini ditindaklanjuti dengan penelitian
tindakan II.
4.2 Hasil
Penelitian dan Pembahasan Siklus II
4.2.1 H
asil Penelitian Siklus II
Hasil tindakan proses pembelajaran dalam siklus 2 ini berupa hasil
tes membaca cepat siswa, hasil pengamatan, dan hasil wawancara. Adapun
aspek yang dinilai dalam membaca cepat adalah kecepatan membaca siswa
diperoleh hasil sebagai berikut:
Setelah dikenalkan metode P2R untuk membaca cepat siswa
diperoleh hasil penilaian membaca cepat sebagai berikut:
Tabel 5. Penilaian Keterampilan Membaca Cepat Siklus 2
No Rentang Nilai Frekuensi %
1. 85 – 100 9 26,47
2. 75 – 84 21 61,77
54
3. 65 – 74 4 11,76
4. 0 – 64 - -
Jumlah 100,00
Dari hasil di atas terlihat bahwa siswa kelas V SD Negeri Klepu 04
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran
2007/2008 hanya diperoleh 4 orang atau 11,76 siswa yang tidak mencapai
ketuntasan belajar sedangkan yang lainnya telah mencapai ketuntasan
belajar. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar yakni dapat membaca
cepat diatas 75 kata per menit. Sedangkan siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar, sebagian besar mencapai 65 - 74 kata per menit.
Sehingga mereka telah dapat menerapkan metode P2R dan dapat membaca
cepat dengan ketuntasan minimal 75 kata per menit.
Dari hasil di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa telah mencapai
ketuntasan belajar. Hal ini membuktikan bahwa metode P2R yang
dikenalkan pada siswa memberikan dampak positif yakni adanya
peningkatan kecepatan membaca siswa.
4.2.2 P
embahasan Hasil Penelitian Siklus II
Kecepatan, tentu saja bukanlah satu-satunya ukuran dalam menilai
keterampilan membaca. Kecepatan harus diiringi dengan pemahaman
terhadap teks bacaan yang dibaca. Siswa yang hanya cepat membaca tapi
tidak memahami apapun yang ia baca, maka sesungguhnya ia belum bisa
55
disebut sebagai pembaca yang benar, cepat dan efektif.
Kecepatan membaca juga sesungguhnya sangat fleksibel seperti
halnya dengan kecepatan mengendarai mobil. Katakanlah seseorang sudah
bisa mengendarai mobil dengan kecepatan 120 km per jam. Kecepatan ini
tentu saja tidak bisa diterapkan pada semua jalan. Jika jalan itu sulit, maka
kecepatan diturunkan. Demikian juga membaca buku. Kecepatan membaca
yang dimiliki tidak bisa diterapkan pada semua bahan bacaan. Ada teks
bacaan yang memang bisa dibaca dengan cepat atau sangat cepat; tetapi ada
juga teks bacaan yang harus dibaca dengan kecepatan yang sedang.
Setelah dikenalkan metode P2R kepada siswa, maka siswa dapat
dengan mudah memahami tentang materi yang dimaksud, terbukti dari
keterangan siswa bahwa mereka mengatakan dapat memahami dengan jelas.
Dari pengamatan penulis ketika guru menyampaikan materi dengan
pelan dan gampang sehingga siswa dapat memahaminya. Siswa pun terlibat
antusias dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan guru pengajar karena
metdoe P2R yang dikenalkan baru dan menarik hati siswa sehingga
cenderung lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Dari keterangan siswa bahwa kecepatan membaca ini mereka paham
ketika guru menyampaikan materi. Jadi ketika membaca cepat siswa dapat
membaca sesuai dengan ketuntasan minimal yang disyaratkan.
Dari kecepatan membaca siswa yang dinilai maka penilaian
keterampilan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri Klepu 04
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran
56
2007/2008 sudah memenuhi ketentuan di atas KKM.
Perubahan juga semakin tampak pada siswa. Terbukti dari seluruh
siswa mengatakan mulai terbiasa dan senang dengan membaca cepat. Guru
juga dapat lebih memahami metode P2R sehingga lebih mampu
menciptakan suasana pembelajaran membaca yang cukup kondusif.
Atas dasar hasil pembahasan di atas, dapat dikemukakan bahwa,
hipotesis tindakan yang diajukan melalui penelitian tindakan kelas ini
diterima atau terbukti. Dengan kata lain “Dengan metode P2R membaca
cepat pada siswa kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2007/2008 maka keterampilan
membaca cepat akan meningkat” dan sesuai dengan standar kompetensi
belajar minimum yang ditentukan oleh sekolah.
4.2.2 F
ormat (Bentuk) Pembelajaran Keterampilan Membaca Teks Cepat
dengan Menggunakan Metode P2R
Berdasarkan basil penelitian di atas, format (bentuk) atau langkah-
langkah pembelajaran dengan teknik pemodelan yang meningkatkan
keterampilan membaca cepat secara ringkas sebagai berikut:
Tabel 7. Langkah Pembelajaran Siklus II
Langkah Pembelajaran
1. Guru menjelaskan mengenai materi membaca cepat.
57
2. Tahap para pembelajaran. Pada tahap ini guru dan penulis
mengadakan persiapan antara lain: membuat rencana pembelajaran,
menyiapkan alat-alat implementasi tindakan, menyiapkan bacaan
serta alat evaluasi.
3. Tahap Pembelajaran: Pendahuluan, Siswa diajak
berbincang tentang kecepatan membaca hingga terjadi persepsi yang
benar. Siswa diberi motivasi agar tumbuh gairah untuk mengubah diri
berkaitan dengan kecepatan membaca mereka.
4. Kemudian disampaikan beberapa hal berkait dengan
persiapan sebelum membaca. Persiapan ini lebih bersifat teknik
eksternal. Namun demikian, kondisi eksternal ini sangat berpengaruh
pada saat siswa membaca. Jika kondisi dan sikap fisik tidak nyaman
dan lingkungan penuh gangguan niscaya kemampuan siswa dalam
membaca tidak maksimal.
5. Siswa diminta melakukan persiapan sebelum membaca
sebagai berikut:
Minimalkan gangguan
Duduklah dengan sikap tegak
Lihat sekilah seluruh wacana
6. Kegiatan inti: Siswa dikenalkan dan dilatih pengembangan
membaca dengan metode P2R. Siswa diarahkan menggunakan
metode tersebut untuk membaca sesungguhnya. Bacaan yang
digunakan berjudul “Ciung Wanara”.
58
Setelah selesai membaca, siswa menghitung waktu yang digunakan
kemudian bacaan dikumpulkan. Sebagai akhir pembelajaran siswa
menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan tanpa
melihat teks bacaan. Setelah itu, siswa dihitung kecepatan
membacanya dengan menggunakan rumus yang telah disampaikan.
Dan format (bentuk) Pembelajaran keterampilan membca cepat
diatas penulis mengetahui penyebab keberhasilan pembelajaran dalam
membaca cepat dengan metode P2R ini, penulis mengadakan pengamatan /
observasi terhadap cara penyampaian materi oleh guru.
Dari hasil pengamatan terhadap materi yang disampaikan oleh guru,
menunjukkan bahwa guru tidak kesulitan dalam menyampaikan materi
karena telah dibantu oleh metode P2R yang ada. Setiap aspek dapat
dijelaskan secara gampang dan siswa mengetahui praktek membaca cepat
yang efektif dan efisien.
Pada saat tanya jawab mengenai materi dalam keterampilan
membaca cepat, siswa yang kurang jelas maksud materi yang diajarkan
meminta kepada guru untuk mengulangi lagi materi yang dimaksud.
Dan hasilnya terlihat ketika siswa disuruh untuk membaca cepat,
siswa dapat membaca dengan kecepatan sebagaimana disyaratkan dalam
ketuntasan minimal yakni 75 kata per menit. Dari hasil penilaian pada
keterampilan membaca cepat di atas terlihat bahwa seluruh siswa ternyata
dapat mencapai ketuntasan belajar. Sehingga secara keseluruhan
59
keterampilan membaca cepat siswa telah memenuhi target nilai 75 dalam
rata-rata kelas nilai rata-rata yang dicapai sebesar 81,06.
4.2.3 R
espons Siswa
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap respons siswa pada siklus
2 diketahui dalam pembelajaran keterampilan membaca cepat, diperoleh
hasil sebagai berikut:
1. Siswa yang pada siklus 1 kurang memperhatikan terhadap apa
yang disampaikan guru, karena yang disampaikan berupa materi yang
harus dikuasai dalam keterampilan membaca cepat namun karena
disertai pengenalan metode baru yakni P2R siswa menjadi bersemangat
dan memperhatikan materi yang disampaikan guru mereka merasa ada
sesuatu yang baru yang membuat mereka memperhatikan guru dalam
menyampaikan materi.
2. Pada siklus 1 ada sebagian siswa masih ada yang apatis terhadap
keterangan guru, sehingga pada saat guru memberi tugas kepada siswa
untuk membaca cepat, mereka tidak mampu membaca cepat dengan
efektif dan efisien. Hal di atas tidak terjadi lagi pada siklus 2. Dengan
metode P2R yang baru dikenalkan membuat siswa tertarik untuk
mempraktekkan dalam membaca cepat mereka.
3. Pada siklus 1 terjadi siswa waktu diajar hanya diam tidak
memperhatikan seolah-olah menghendaki supaya guru cepat
60
menyelesaikan materi, pada siklus 2 hal ini tidak terjadi lagi, karena
siswa ingin tahu cara membaca cepat yang etektif dan efisien dengan
dikenalkannya metode P2R yang merupakan hal baru bagi siswa.
Setelah timbul rasa tertarik siswa atas materi yang diberikan, maka
siswa akan belajar untuk menguasai materi khususnya keterampilan
membaca cepat hal ini terlihat dari hasil penilaian siswa dalam
membaca cepat pada siklus 2 setelah diberikan metode P2R siswa telah
mencapai ketuntasan belajar untuk keterampilan membaca cepat.
61