Membaca Cepat Bab IV

31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan disajikan hasil tes yang diperoleh dari penelitian. Hasil tes tersebut ada dalam dua bagian, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil tes tindakan siklus I adalah berupa penilaian terhadap keterampilan membaca cepat siswa sebelum dikenalkan dengan metode P2R dan pada siklus 11 berupa penilaian keterampilan membaca cepat siswa setelah dikenalkan pembelajaran menggunakan metode P2R. Dan hasil kedua tes tersebut akan dibahas pada masing-masing siklus. 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I 4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I Hasil tindakan proses pembelajaran dalam siklus 1 ini berupa hasil tes membaca cepat siswa,

Transcript of Membaca Cepat Bab IV

Page 1: Membaca Cepat Bab IV

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan disajikan hasil tes yang diperoleh dari penelitian.

Hasil tes tersebut ada dalam dua bagian, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil tes

tindakan siklus I adalah berupa penilaian terhadap keterampilan membaca cepat

siswa sebelum dikenalkan dengan metode P2R dan pada siklus 11 berupa

penilaian keterampilan membaca cepat siswa setelah dikenalkan pembelajaran

menggunakan metode P2R. Dan hasil kedua tes tersebut akan dibahas pada

masing-masing siklus.

4.1 Hasil

Penelitian dan Pembahasan Siklus I

4.1.1 Hasil

Penelitian Siklus I

Hasil tindakan proses pembelajaran dalam siklus 1 ini berupa hasil

tes membaca cepat siswa, hasil pengamatan, dan hasil wawancara. Adapun

aspek yang dinilai dalam membaca cepat adalah kecepatan membaca siswa

diperoleh hasil sebagai berikut:

Sebelum dikenalkan metode P2R untuk membaca cepat siswa

diperoleh hasil penilaian membaca cepat sebagai berikut:

43

Page 2: Membaca Cepat Bab IV

Tabel 2. Penilaian Keterampilan Membaca Cepat Siklus 1

No Rentang Nilai Frekuensi %

1. 85 – 100 - -

2. 75 – 84 3 8,83

3. 65 – 74 12 35,29

4. 0 – 64 19 55,88

Jumlah 100,00

Dari hasil di atas terlihat bahwa siswa kelas V SD Negeri Klepu 04

Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran

2007/2008 hanya diperoleh 3 orang atau 8,83 siswa yang mencapai

ketuntasan belajar sedangkan yang lainnya belum mencapai ketuntasan

belajar. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar yakni dapat membaca

cepat sebanyak 75 - 84 kata per menit. Sedangkan siswa yang belum

mencapai ketuntasan belajar, sebagian besar hanya mencapai 64 kata per

menit. Sehingga mereka masih harus belajar lagi, sehingga dapat membaca

cepat dengan ketuntasan minimal 75 kata per menit.

Dari hasil di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa ternyata belum

mencapai ketuntasan belajar. Karena belum mencapai ketuntasan belajar

perlu diketahui, pada bagian mana siswa menemui kesulitan dalam

membaca cepat. Kesulitan utama yang dialami siswa adalah belum dapat

membaca cepat secara terstruktur. Untuk itu perlu dilakukan lagi

44

Page 3: Membaca Cepat Bab IV

pembelajaran membaca cepat dan dikenalkan dengan metode P2R untuk

dapat membaca cepat secara terstruktur sehingga ketuntasan minimal yang

diharapkan sebanyak 75 kata per menit dapat dicapai.

4.1.2 Pembahas

an Hasil Penelitian Siklus I

Rendahnya kecepatan membaca siswa kelas V SD Negeri Klepu 04

Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran

2007/2008 akhirnya diketahui ada beberapa hambatan yang dijumpai. Pada

orang-orang tertentu di dalam membaca sering menemui hambatan

sehingga orang tersebut tidak bisa membaca secara cepat dan efisien,

Hambatan-hambatan ini banyak berkaitan dengan kebiasaan membaca yang

dipraktekkan sejak masa awal belajar membaca dan terbawa-bawa sampai

jenjang berikutnya. Beberapa hambatan tersebut di antaranya adalah:

1. Membaca dengan melafalkan kata yang dibaca.

Ada siswa yang membaca dengan melafalkan kata demi kata yang

dibaca. Mungkin orang tersebut kurang puas jika kata-kata yang dibaca

itu tidak diucapkan. Cara membaca seperti ini selain akan mengganggu

siswa lain, juga akan memperlambat pembacaan. Lambat karena kata

demi kata dibaca atau satu demi satu. Di samping itu, pembaca akan

mudah lelah karena mengucapkan kata demi kata yang dibaca itu

mengeluarkan banyak energi. Untuk mengatasi ini dapat dilakukan dua

cara. Pertama dengan merapatkan bibir ketika membaca; dan kedua,

45

Page 4: Membaca Cepat Bab IV

dengan menguyah permen karet.

2. Membaca dengan menggerakkan bibir

Ada juga beberapa siswa yang membaca dengan menggerakkan bibir.

Bibirnya komat-kamit mengikuti bunyi huruf di dalam teks bacaan.

Cara membaca seperti ini selain kurang enak di pandang mata (karena

bibir terus komat-kamit) juga kurang cepat dan efisien karena si

pembaca pada dasarnya membaca kata demi kata (bahkan huruf demi

huruf) yang ada di dalam teks bacaan. Cara membaca dengan komat-

kamit juga bisa membuat bibir cepat lelah, rahang atas dan bawah pegal,

dan pada akhirnya mempengaruhi daya tahan baca. Untuk mengatasi

hambatan ini bisa dilakukan dua cara yang dikemukakan di atas.

3. Membaca dengan menunjuk

Sebagian lagi ada siswa yang membaca dengan menunjuk-nunjuk teks

yang sedang dibacanya dengan jari atau alat tulis. Cara membaca seperti

ini juga kurang cepat dan efesien karena si pembaca melakukan

pembacaan kata demi kata. Di samping itu, cara membaca dengan

menunjuk-nunjuk ini juga bisa membuat tangan cepat lelah dan pada

akhimya bisa mempengaruhi daya tahan baca.

Untuk mengatasi hambatan ini bisa dilakukan dua cara berikut. Pertama

dengan memasukan tangan yang suka menunjuk-nunjuk itu ditugaskan

memegang buku yang sedang dibaca (sekaligus jari telunjuk dan jempol

ditugaskan untuk menyiapkan dan membuka ‘halaman berikut’ yang

akan dibaca).

46

Page 5: Membaca Cepat Bab IV

4. Membaca dengan menggerakkan kepala

Sebagian siswa lagi memiliki kebiasaan membaca dengan

menggerakkan kepala (dari arah ke kiri ke kanan, dan sebaliknya)

mengikuti kata-kata yang sedang dibaca. Cara membaca seperti ini juga

kurang cepat dan eflsien karena si pembaca pada dasarnya mengikuti

pembacaan kata demi kata. Di samping itu cara membaca dengan

menggerakkan kepala bisa juga mengakibatkan kepala cepat lelah dah

bahkan pusing.

Untuk mengatasi kepala yang bergerak-gerak ini maka si pembaca bisa

memegang dagunya. Jadi ketika membaca, maka salah satu tangan

memegang teks bacaan dan tangan yang lain memegang dagu.

Jika cara mengatasi hambatan yang disebut di atas dilakukan berulang-

ulang, maka kebiasaan buruk dalam membaca itu lama-lama akan

hilang.

Di samping hambatan-hambatan yang dikemukakan di atas (yang

umumnya berkaitan dengan kiat membaca), masih ada beberapa hambatan

lain yang mempengaruhi kegiatan membaca cepat dan efisien, yaitu:

1. Kurang bisa konsentrasi karena:

Pada dasarnya kurang bisa berkonsentrasi; atau

Kesehatan sedang terganggu

Suasana hati sedang tidak tenteram; dan

Keadaan lingkungan tidak mendukung

47

Page 6: Membaca Cepat Bab IV

Bagi siswa yang “pada dasarnya kurang bisa berkonsentrasi”

hanya bisa di atasi dengan melakukan latihan konsentrasi berulang-

ulang.

2. Daya tahan membaca cepat berkurang karena:

Posisi badan yang salah ketika membaca; atau

Lampu / penerangan yang tidak mendukung.

Hambatan ini bisa diatasi sesuai kasusnya:

Pertama, dengan memperbaiki posisi duduk yang baik ketika membaca

yaita: posisi badan diusahakan tegak dan rileks, dan tidak terlalu miring

(entah miring ke depan ke belakang, atau terlalu miring ke samping kiri

atau ke kanan). Posisi badan yang terlalu miring akan sangat

melelahkan.

Kedua, dengan memperbaiki lampu/penerangan. Lampu/penerangan

yang tidak baik (redup, kurang terang) akan membuat mata cepat lelah;

dan kita berlangsung lama bisa membuat mata sakit. Untuk membaca

tulisan yang bergerak dari kiri ke kanan (misalnya tulisan latin), maka

arah penerangan sebaiknya dari sebelah kiri; dan untuk membaca tulisan

yang bergerak dari sebelah kanan ke kiri (misalnya tulisan Ibrani, Arab

dll), maka arah penerangan sebaiknya dari sebelah kanan.

3. Munculnya kemalasan karena:

Pada dasarnya kurang suka membaca; atau

Bahasa yang ada dalam teks bacaan kurang dikuasai

Uraian dalam teks bacaan terlalu sulit diikuti dan dipahami; dan

48

Page 7: Membaca Cepat Bab IV

Isi dan jenis bacaan kurang diminati

Hambatan ini juga bisa diatasi sesuai dengan kasusnya, Jika

kemalasan itu pada dasamya karena kurang suka membaca, maka cara

mengatasinya adalah dengan menumbuhkan minat baca. Untuk tahap-

tahap awal bisa dimulai dengan bacaan-bacan yang ringan, misalnya

buku-buku humor, komik bersambung, dsb.

Setelah mengetahui hambatan dalam membaca cepat, maka

membaca yang pada hakikatnya adalah memahami teks bacaan. Hal ini

berarti, kegiatan membaca dilakukan bersama-sama oleh mata dan otak.

Mata berfungsi “memotret” teks, kemudian menyalurkanya ke dalam

otak untuk diolah. Cepat dan banyaknya otak mengolah suatu pesan

tergantung erat dari cepat dan banyaknya pesan yang dipotret oleh mata.

Membaca cepat adalah keterampilan yang sangat bermanfaat

untuk keperluan membaca sekilas dan biasanya mencegah kita bosan.

Namun membaca cepat tidaklah diperlukan jika ingin mendengarkan

kata-kata di dalam benak anda. Tujuan yang berbeda membutuhkan

kecepatan membaca yang berbeda.

Mata menerima informasi jauh lebih cepat daripada telinga.

Namun banyak siswa masih ingin “mendengar” perkataan dalam benak

mereka seraya membaca, meskipun sebenarnya tidak perlu begitu.

Dengan menuntut untuk “mendengar” setiap kata, benar-benar

melambatkan pembacaan. Pendengaran hanya dapat “"mendengar”

perkataan sekitar 250 kata permenit, tetapi mata dapat melihat kata

49

Page 8: Membaca Cepat Bab IV

dengan kecepatan 2.000 kata per menit atau lebih.

Ketika membaca juga tidak perlu harus melihat setiap kata

untuk memahami materi yang kita baca. Biasanya bukan kata itu sendiri

yang penting, melainkan gagasan yang disampaikan kata-kata tersebut.

Jika kita hanya membaca kata-kata kunci, anda akan memangkas jumlah

kata yang perlu dibaca setidaknya 70. Dan karenanya meningkatkan

kecepatan baca tiga atau empat kali lipat.

Dari kecepatan membaca siswa yang dinilai maka penilaian

keterampilan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri Klepu 04

Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran

2007/2008 belum memenuhi target KKM untuk itu perlu diadakan

penelitian siklus II.

4.1.3 Format

(Bentuk) Pembelajaran Keterampilan Membaca Cepat

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, format (bentuk) atau

langkah-langkah pembelajaran dalam siklus I untuk keterampilan membaca

cepat secara ringkas sebagai berikut:

50

Page 9: Membaca Cepat Bab IV

Tabel 4. Langkah Pembelajaran Siklus I

Langkah Pembelajaran

1. Guru mengkondisikan siswa untuk siap melaksanakan

proses belajar.

2. Guru memulai proses pembelajaran dengan mempresensi

siswa lebih dahulu.

3. Guru memberikan apersepsi menanyakan kabar siswa dan

memancing siswa ke pokok pembahasan yaitu membaca cepat.

4. Setelah siswa terpancing dengan pokok bahasa, maka guru

mulai menjelaskan segala materi yang harus dikuasai siswa dalam

membaca cepat. Guru menjelaskan materi kepada siswa dan juga

dilakukan tanya jawab semua dilakukan selama 2 jam pelajaran.

5. Guru mengadakan tes keterampilan membaca cepat.

6. Guru mengukur kecepatan mambaca siswa untuk

menghasilkan nilai. Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat

mengetahui keterampilan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri

Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun

pelajaran 2007/2008.

Format pembelajaran untuk keterampilan membaca cepat siswa

kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

pada tahun pelajaran 2007/2008 dapat diringkas sebagai berikut:

51

Page 10: Membaca Cepat Bab IV

1. Pendahuluan, meliputi: menyiapkan bahan bacaan, menyiapkan

alat evaluasi, dan menyampaikan informasi model kepada siswa tentang

Kecepatan Membaca.

2. Kegiatan inti, meliputi: siswa membaca wacana dan mencatat

waktunya, siswa menjawab soal yang berkait dengan wacana.

3. Penutup, yaitu: siswa bersama guru menghitung kecepatan

membaca yang dicapai.

Dari format (bentuk) Pembelajaran keterampilan membaca cepat di

atas penulis ingin mengetahui penyebab ketidak berhasilan pembelajaran

dalam membaca cepat ini, penulis mengadakan pengamatan / observasi

terhadap cara penyampaian materi oleh guru.

Dari hasil pengamatan terhadap guru, diperoleh hasil bahwa guru

terlalu cepat dalam menyampaikan materi, sehingga siswa kurang jelas

dalam menangkap apa yang disampaikan oleh guru. Selain terlalu cepat,

materi yang disampaikan guru hanya materi yang sesuai dalam buku ajar

tanpa memberikan contoh dengan mempraktekkan cara membaca cepat

yang baik sehingga siswa dapat membaca cepat sesuai dengan kecepatan

minimal sebanyak 75 kata per menit. Ada hal lain yang penulis tangkap,

yaitu perhatian guru terhadap siswa kurang. Terbukti banyak siswa yang

kurang memperhatikan, namun guru membiarkan saja.

Pada saat tanya jawab mengenai materi dalam keterampilan

membaca cepat, siswa yang kurang jelas dalam menangkap materi yang

diajarkan juga tidak menanyakan kepada guru tentang apa saja yang belum

52

Page 11: Membaca Cepat Bab IV

dikuasai. Hal ini dapat terjadi karena mereka memang tidak menguasai

materi namun dapat pula karena mereka malas untuk mengikuti pelajaran

khususnya materi membaca cepat.

Ketika siswa disuruh untuk membaca cepat, terlihat hasilnya bahwa

siswa memang belum menguasai bagaimana membaca cepat dengan efektif

dan ensien. Dari hasil penilaian pada keterampilan membaca cepat di atas

terlihat bahwa siswa belum dapat membaca dengan kecepatan yang sesuai

yaitu 75 kata per menit. Sehingga penulis merasa perlu untuk memberikan

metode P2R kepada siswa.

4.1.4 Respons

Siswa

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap respons siswa pada

siklus 1 diketahui dalam pembelajaran keterampilan membaca cepat,

diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Siswa kurang memperhatikan terhadap apa yang disampaikan guru,

karena yang disampaikan hanya berupa materi yang harus dikuasai

dalam keterampilan membaca cepat tanpa disertai contoh membaca

cepat yang efektif dan efisien.

2. Ada sebagian siswa masih ada yang apatis terhadap keterangan

guru, sehingga pada saat guru memberi tugas kepada siswa untuk

membaca cepat, mereka tidak mampu membaca dengan kecepatan

sesuai ketuntasan minimal.

53

Page 12: Membaca Cepat Bab IV

3. Siswa waktu diajar hanya diam tidak memperhatikan seolah-olah

menghendaki supaya guru cepat menyelesaikan materi.

Untuk mengatasi respons siswa di atas, penulis merasa perlu untuk

mengajak siswa menyenangi dan tertarik pada pelajaran bahasa Indonesia

khususnya dalam keterampilan membaca cepat dengan memberikan metode

P2R untuk membaca cepat sehingga mereka dapat membaca cepat dengan

efektif dan efisien. Hasil penelitian ini ditindaklanjuti dengan penelitian

tindakan II.

4.2 Hasil

Penelitian dan Pembahasan Siklus II

4.2.1 H

asil Penelitian Siklus II

Hasil tindakan proses pembelajaran dalam siklus 2 ini berupa hasil

tes membaca cepat siswa, hasil pengamatan, dan hasil wawancara. Adapun

aspek yang dinilai dalam membaca cepat adalah kecepatan membaca siswa

diperoleh hasil sebagai berikut:

Setelah dikenalkan metode P2R untuk membaca cepat siswa

diperoleh hasil penilaian membaca cepat sebagai berikut:

Tabel 5. Penilaian Keterampilan Membaca Cepat Siklus 2

No Rentang Nilai Frekuensi %

1. 85 – 100 9 26,47

2. 75 – 84 21 61,77

54

Page 13: Membaca Cepat Bab IV

3. 65 – 74 4 11,76

4. 0 – 64 - -

Jumlah 100,00

Dari hasil di atas terlihat bahwa siswa kelas V SD Negeri Klepu 04

Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran

2007/2008 hanya diperoleh 4 orang atau 11,76 siswa yang tidak mencapai

ketuntasan belajar sedangkan yang lainnya telah mencapai ketuntasan

belajar. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar yakni dapat membaca

cepat diatas 75 kata per menit. Sedangkan siswa yang belum mencapai

ketuntasan belajar, sebagian besar mencapai 65 - 74 kata per menit.

Sehingga mereka telah dapat menerapkan metode P2R dan dapat membaca

cepat dengan ketuntasan minimal 75 kata per menit.

Dari hasil di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa telah mencapai

ketuntasan belajar. Hal ini membuktikan bahwa metode P2R yang

dikenalkan pada siswa memberikan dampak positif yakni adanya

peningkatan kecepatan membaca siswa.

4.2.2 P

embahasan Hasil Penelitian Siklus II

Kecepatan, tentu saja bukanlah satu-satunya ukuran dalam menilai

keterampilan membaca. Kecepatan harus diiringi dengan pemahaman

terhadap teks bacaan yang dibaca. Siswa yang hanya cepat membaca tapi

tidak memahami apapun yang ia baca, maka sesungguhnya ia belum bisa

55

Page 14: Membaca Cepat Bab IV

disebut sebagai pembaca yang benar, cepat dan efektif.

Kecepatan membaca juga sesungguhnya sangat fleksibel seperti

halnya dengan kecepatan mengendarai mobil. Katakanlah seseorang sudah

bisa mengendarai mobil dengan kecepatan 120 km per jam. Kecepatan ini

tentu saja tidak bisa diterapkan pada semua jalan. Jika jalan itu sulit, maka

kecepatan diturunkan. Demikian juga membaca buku. Kecepatan membaca

yang dimiliki tidak bisa diterapkan pada semua bahan bacaan. Ada teks

bacaan yang memang bisa dibaca dengan cepat atau sangat cepat; tetapi ada

juga teks bacaan yang harus dibaca dengan kecepatan yang sedang.

Setelah dikenalkan metode P2R kepada siswa, maka siswa dapat

dengan mudah memahami tentang materi yang dimaksud, terbukti dari

keterangan siswa bahwa mereka mengatakan dapat memahami dengan jelas.

Dari pengamatan penulis ketika guru menyampaikan materi dengan

pelan dan gampang sehingga siswa dapat memahaminya. Siswa pun terlibat

antusias dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan guru pengajar karena

metdoe P2R yang dikenalkan baru dan menarik hati siswa sehingga

cenderung lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru.

Dari keterangan siswa bahwa kecepatan membaca ini mereka paham

ketika guru menyampaikan materi. Jadi ketika membaca cepat siswa dapat

membaca sesuai dengan ketuntasan minimal yang disyaratkan.

Dari kecepatan membaca siswa yang dinilai maka penilaian

keterampilan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri Klepu 04

Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran

56

Page 15: Membaca Cepat Bab IV

2007/2008 sudah memenuhi ketentuan di atas KKM.

Perubahan juga semakin tampak pada siswa. Terbukti dari seluruh

siswa mengatakan mulai terbiasa dan senang dengan membaca cepat. Guru

juga dapat lebih memahami metode P2R sehingga lebih mampu

menciptakan suasana pembelajaran membaca yang cukup kondusif.

Atas dasar hasil pembahasan di atas, dapat dikemukakan bahwa,

hipotesis tindakan yang diajukan melalui penelitian tindakan kelas ini

diterima atau terbukti. Dengan kata lain “Dengan metode P2R membaca

cepat pada siswa kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus

Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2007/2008 maka keterampilan

membaca cepat akan meningkat” dan sesuai dengan standar kompetensi

belajar minimum yang ditentukan oleh sekolah.

4.2.2 F

ormat (Bentuk) Pembelajaran Keterampilan Membaca Teks Cepat

dengan Menggunakan Metode P2R

Berdasarkan basil penelitian di atas, format (bentuk) atau langkah-

langkah pembelajaran dengan teknik pemodelan yang meningkatkan

keterampilan membaca cepat secara ringkas sebagai berikut:

Tabel 7. Langkah Pembelajaran Siklus II

Langkah Pembelajaran

1. Guru menjelaskan mengenai materi membaca cepat.

57

Page 16: Membaca Cepat Bab IV

2. Tahap para pembelajaran. Pada tahap ini guru dan penulis

mengadakan persiapan antara lain: membuat rencana pembelajaran,

menyiapkan alat-alat implementasi tindakan, menyiapkan bacaan

serta alat evaluasi.

3. Tahap Pembelajaran: Pendahuluan, Siswa diajak

berbincang tentang kecepatan membaca hingga terjadi persepsi yang

benar. Siswa diberi motivasi agar tumbuh gairah untuk mengubah diri

berkaitan dengan kecepatan membaca mereka.

4. Kemudian disampaikan beberapa hal berkait dengan

persiapan sebelum membaca. Persiapan ini lebih bersifat teknik

eksternal. Namun demikian, kondisi eksternal ini sangat berpengaruh

pada saat siswa membaca. Jika kondisi dan sikap fisik tidak nyaman

dan lingkungan penuh gangguan niscaya kemampuan siswa dalam

membaca tidak maksimal.

5. Siswa diminta melakukan persiapan sebelum membaca

sebagai berikut:

Minimalkan gangguan

Duduklah dengan sikap tegak

Lihat sekilah seluruh wacana

6. Kegiatan inti: Siswa dikenalkan dan dilatih pengembangan

membaca dengan metode P2R. Siswa diarahkan menggunakan

metode tersebut untuk membaca sesungguhnya. Bacaan yang

digunakan berjudul “Ciung Wanara”.

58

Page 17: Membaca Cepat Bab IV

Setelah selesai membaca, siswa menghitung waktu yang digunakan

kemudian bacaan dikumpulkan. Sebagai akhir pembelajaran siswa

menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan tanpa

melihat teks bacaan. Setelah itu, siswa dihitung kecepatan

membacanya dengan menggunakan rumus yang telah disampaikan.

Dan format (bentuk) Pembelajaran keterampilan membca cepat

diatas penulis mengetahui penyebab keberhasilan pembelajaran dalam

membaca cepat dengan metode P2R ini, penulis mengadakan pengamatan /

observasi terhadap cara penyampaian materi oleh guru.

Dari hasil pengamatan terhadap materi yang disampaikan oleh guru,

menunjukkan bahwa guru tidak kesulitan dalam menyampaikan materi

karena telah dibantu oleh metode P2R yang ada. Setiap aspek dapat

dijelaskan secara gampang dan siswa mengetahui praktek membaca cepat

yang efektif dan efisien.

Pada saat tanya jawab mengenai materi dalam keterampilan

membaca cepat, siswa yang kurang jelas maksud materi yang diajarkan

meminta kepada guru untuk mengulangi lagi materi yang dimaksud.

Dan hasilnya terlihat ketika siswa disuruh untuk membaca cepat,

siswa dapat membaca dengan kecepatan sebagaimana disyaratkan dalam

ketuntasan minimal yakni 75 kata per menit. Dari hasil penilaian pada

keterampilan membaca cepat di atas terlihat bahwa seluruh siswa ternyata

dapat mencapai ketuntasan belajar. Sehingga secara keseluruhan

59

Page 18: Membaca Cepat Bab IV

keterampilan membaca cepat siswa telah memenuhi target nilai 75 dalam

rata-rata kelas nilai rata-rata yang dicapai sebesar 81,06.

4.2.3 R

espons Siswa

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap respons siswa pada siklus

2 diketahui dalam pembelajaran keterampilan membaca cepat, diperoleh

hasil sebagai berikut:

1. Siswa yang pada siklus 1 kurang memperhatikan terhadap apa

yang disampaikan guru, karena yang disampaikan berupa materi yang

harus dikuasai dalam keterampilan membaca cepat namun karena

disertai pengenalan metode baru yakni P2R siswa menjadi bersemangat

dan memperhatikan materi yang disampaikan guru mereka merasa ada

sesuatu yang baru yang membuat mereka memperhatikan guru dalam

menyampaikan materi.

2. Pada siklus 1 ada sebagian siswa masih ada yang apatis terhadap

keterangan guru, sehingga pada saat guru memberi tugas kepada siswa

untuk membaca cepat, mereka tidak mampu membaca cepat dengan

efektif dan efisien. Hal di atas tidak terjadi lagi pada siklus 2. Dengan

metode P2R yang baru dikenalkan membuat siswa tertarik untuk

mempraktekkan dalam membaca cepat mereka.

3. Pada siklus 1 terjadi siswa waktu diajar hanya diam tidak

memperhatikan seolah-olah menghendaki supaya guru cepat

60

Page 19: Membaca Cepat Bab IV

menyelesaikan materi, pada siklus 2 hal ini tidak terjadi lagi, karena

siswa ingin tahu cara membaca cepat yang etektif dan efisien dengan

dikenalkannya metode P2R yang merupakan hal baru bagi siswa.

Setelah timbul rasa tertarik siswa atas materi yang diberikan, maka

siswa akan belajar untuk menguasai materi khususnya keterampilan

membaca cepat hal ini terlihat dari hasil penilaian siswa dalam

membaca cepat pada siklus 2 setelah diberikan metode P2R siswa telah

mencapai ketuntasan belajar untuk keterampilan membaca cepat.

61