Memahami Bahasa Bahasa Bayi dan Balita serta Perekembangan Bahasanya dengan Berkomunikasi.docx

16
PERKEMBANGAN BAHASA DAN BERBICARA ANAK USIA DINI SERTA PERAN ORANG TUA DIDALAMNYA Citta Diana 1202100056 ABSTRAK. Bahasa merupakan bagian penting dalam hidup untuk saling berkomunikasi dengan manusia lain, perkembangan bahasa itu sendiri dimulai sejak seorang anak masih menjadi janin dalam kandungan ibu. Setelah dilahirkan, anak mulai berbahasa dengan cara menangis, tersenyum, dan menunjuk suatu objek tertentu sebagai bentuk komunikasi mula-mula. Perkembangan bahasa anak semakin pesat dengan diawalinya celotehan-celotehan tidak terdefinisi hingga menjadi satu bentuk kata yang jelas. Perlahan perbendaharaan kata anak akan semakin berkembang dan membutuhkan bimbingan orang tua dalam prosesnya. Kata kunci : bahasa, berbicara, anak PENDAHULUAN Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Kebanyakan orang tua dan ilmuan berpikir bahwa perkembangan bahasa baru dimulai pada usia 12 dan 18 bulan, yakni ketika balita mulai mengucapkan kata-kata pertama. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa proses berbahasa sudah dimulai sejak pendengaran janin terbentuk sempurna pada tri semester terakhir kehamilan dan sudah banyak mendengar suara-suara dari dalam rahim. Setelah dilahirkan , anak akan menghabiskan waktu untuk mendengarkan suara ibu atau orang-orang sekitar secara cermat, merekam segala macam informasi tentang bahasa, sekalipun otak bayi belum sepenuhnya mengerti atau

Transcript of Memahami Bahasa Bahasa Bayi dan Balita serta Perekembangan Bahasanya dengan Berkomunikasi.docx

PERKEMBANGAN BAHASA DAN BERBICARA ANAK USIA DINI SERTA PERAN ORANG TUA DIDALAMNYACitta Diana1202100056ABSTRAK. Bahasa merupakan bagian penting dalam hidup untuk saling berkomunikasi dengan manusia lain, perkembangan bahasa itu sendiri dimulai sejak seorang anak masih menjadi janin dalam kandungan ibu. Setelah dilahirkan, anak mulai berbahasa dengan cara menangis, tersenyum, dan menunjuk suatu objek tertentu sebagai bentuk komunikasi mula-mula. Perkembangan bahasa anak semakin pesat dengan diawalinya celotehan-celotehan tidak terdefinisi hingga menjadi satu bentuk kata yang jelas. Perlahan perbendaharaan kata anak akan semakin berkembang dan membutuhkan bimbingan orang tua dalam prosesnya.Kata kunci : bahasa, berbicara, anakPENDAHULUANBahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Kebanyakan orang tua dan ilmuan berpikir bahwa perkembangan bahasa baru dimulai pada usia 12 dan 18 bulan, yakni ketika balita mulai mengucapkan kata-kata pertama. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa proses berbahasa sudah dimulai sejak pendengaran janin terbentuk sempurna pada tri semester terakhir kehamilan dan sudah banyak mendengar suara-suara dari dalam rahim. Setelah dilahirkan , anak akan menghabiskan waktu untuk mendengarkan suara ibu atau orang-orang sekitar secara cermat, merekam segala macam informasi tentang bahasa, sekalipun otak bayi belum sepenuhnya mengerti atau mengontrol organ tubuh yang berfungsi untuk bersuara. Dengan kata lain, bayi memang belum dapat berbicara, namun memiliki banyak cara untuk berkomunikasi atau berbicara dengan orang disekitar sebelum mengucapkan kata-kata.Seiring dengan perkembangan usia, bayi akan tumbuh menjadi seorang batita dan balita yang perlahan dapat berceloteh, mengucapkan kata-kata pertama secara jelas, dan kemudian mulai mampu berbicara. Bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan dalam perkembangan berbicara anak usia dini, tentu melewati proses yang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sehingga agar masa-masa tersebut dapat dilewati dengan baik dan mudah, orang tua diharapkan berperan aktif dalam mendukung dan menstimulus kemampuan sang anak. Begitu misterius dan menakjubkan perkembangan bahasa dan perkembangan berbicara yang dialami seorang anak, dan dalam proses tersebut, orang tua tentu tidak ingin melewatkan satupun bagian penting akan sejarah hidup sang anak. Lalu bagaimana dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin mulai bermunculan dalam benak orang tua, seperti (1) bagaimana perkembangan bahasa anak untuk berkomunikasi sebelum mampu berbicara? (2) bagaimana perkembangan bahasa dan kemampuan berbicara anak serta peran orang tua didalamnya? Sehingga disusunlah artikel ini untuk membantu para pembaca menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.BAHASANPerkembangan bahasa anak untuk berkomunikasi sebelum mampu berbicaraSebelum dilahirkan, seorang calon anak atau biasa disebut janin, memperhatikan suara sang ibu serta pola intonasi dari bahasa yang digunakan sehari-hari, melalui air ketuban di dalam kandungan, dan hal tersebut merupakan fase awal pengenalan anak akan bahasa ibu. Setelah dilahirkan, seorang anak yang masih disebut bayi, tentu belum memiliki kemampuan untuk berbicara, sehingga untuk mengkomunikasikan keadaan yag sedang dirasakan, bayi memiliki beberapa cara yang dapat dilakukannya secara bertahap.Pertama, menangis adalah suara pertama yang dapat dihasilkan oleh bayi. Hal tersebut menunjukkan suatu reaksi dari apa yang dirasakan oleh bayi, yakni reflek paru-paru yang sudah terisi oksigen untuk pertama kali dan rasa dingin yang menyergap tubuh bayi setelah keluar dari kandungan ibu.Ketika enam bulan awal kehidupan bayi, menangis menjadi suara yang paling umum dan paling sering dilakukan, sebab menangis merupakan satu-satunya kemampuan bayi yang paling efektif untuk berkomunikasi. Dalam masa-masa tersebut, tangisan merupakan suatu reaksi terhadap keadaan fisisologis terhadap tubuh bayi, seperti rasa tidak nyaman, bosan, kesakitan, kesepian, lapar hingga rasa tidak nyaman dari popok yang belum diganti. Seiring dengan berjalannya waktu, orang tua akan mampu mengenali kekhasan dari tangisan sang bayi diantara tangisan-tangisan bayi lain, bahkan melalui tangisan sang anak juga, orang tua dapat merasakan kesedihan, frustasi, kegelisahan dan amarah sedang dialami.Orang yang tidak memiliki anak sering merasa heran, bagaimna orang tua dapat mengerti bahwa bayinya perlu disusui dan bukan diganti popoknya, atau mungkin ingin digendong hanya dengan mendengarkan suara tangisan saja. Karena setiap bayi seperti memiliki sebuah daftar tentang maksud dari tangisan yang berbeda-beda, hal tersebut memberikan petunjuk mengenai kebutuhan tertentu yang diinginkan, sehingga rahasianya terletak pada kekhasan dari suara tangisan yang dihasilkan oleh si bayi itu sendiri.Penelitian memperlihatkan bahwa suara tangisan yang artinya lapar, sifatnya sering sangat berirama, mirip seperti keledai yang meringik, dan umumnya diikuti dengan gerakan berirama pula, seperti menendang. Di pihk lain, tangisan tangisan yang artinya bosan iramanya kurang teratur dan terkoordinasi, dan mungkin mempunyai waktu perhentian yang lebih panjang, karena si bayi berhenti dan meungggu unutk mendapatkan respon yang diinginkan. Tangisan yang artinya kesakitan jauh lebih kuat daripada jenis suara tangisan lainnya dan menunjukkan kepada pendengarnya tentang adanya suatu keadaan yang mendesak. (Karmiloff,2003:81)

http//antoniusw27.blogspot.com201107memahami-penyebab-bayi-menangis.htmlDiakses pada 24/12/2012Tahap kedua setelah menangis adalah menunjukkan perasaan negatif dan perasaaan positif. Selanjutnya dalam masa perkembangan bayi, perhatian yang diberikan dari orang-orang sekitar tentu sangat disukai dan diharapkan oleh si bayi, namun terkadang hal tersebut juga melelahkan bagi bayi, dan karena belum mampu mengungkapkan keinginan dalam bentuk kata-kata, bayi dapat mengalami frustasi, terutama ketika orang-orang disekitar salah mengartikan keinginan dari si bayi. Jika sudah demikian, bayi akan menyampaikan perasaan negatif sebagai bentuk ketidakpuasan yang dirasakan.Mengubah posisi untuk memberi jarak terhadap seseorang, menolehkan kepala, melengkungkan atau menegakkan punggungnya, menolak untuk kembali tersenyum atau unutk membuat kontak mata, memegangi pakaian atau selimutnya dengan lebih erat, berulang-ulang menyentuh wajahnya sendiri, mengisap jari-jarinya, atau bahkan mendorong orang tersebut untuk menjauh dengan tangan atau kakinya. Semua tingkah laku yang diperlihtkan si kecil itu digunakan untuk mengungkapkan perasaannya yang negatif terhadap suatu keadaan. (Karmiloff,2003:83)Perasaan negatif bayi telah timbul pada usia dua dan tiga minggu dan hal tersebut bukan merupakan hasil dari didikan orang tua yang salah terhadap si bayi, melainkan alat untuk mengendalikan lingkungan sosial dan fisik di sekitar. Ketika bayi dihadapkan pada pemahaman yang berada di luar batas kemampuannya, bayi menjadi frustasi karena apa yang diharapkan tidak terjadi, kemungkinan besar bayi akan menunjukkan perasaan negatif dengan menarik diri, kemudian menjadi bingung dan menolak respon tersebut. Menangis menjadi ungkapan yang paling jelas dan umum bagi bayi menunjukkan perasaan negatif yang dirasakan, namun juga ada beberapa bahasa tubuh bayi kurang mencolok yang tetap dilakukan sebagai petunjuk perasaan negatif yang telah dirasakan.Bentuk respon lain yang terus berkembang pada bayi adalah perasaan positif. Perasaan positif akan sesuatu hal yang dirasa nyaman dan menyenangkan oleh bayi biasanya ditunjukkan dengan tersenyum bahkan tertawa. Perkembangan senyum atau bentuk mulut yang sedang tersenyum, sebenarnya mulai terjadi di dalam kandungan, yaitu ketika terjadi perubahan saraf pusat janin, yang menyebabkan sudut mulutnya sedikit terangkat. Hal tersebut juga terjadi saat bayi masih berusia satu hingga dua minggu sebagai gerakan refleks terhadap bunyi atau suara yang keras.Saat bayi berusia lima atau enam minggu, senyum akan mulai berkembang menjadi suatu respon terhadap sesuatu, seperti mainan, bunyi atau aksi yang dilakukan orang tua terhadap si bayi. Diwaktu yang sama, bayi mulai belajar mengendalikan komunikasi dengan mempengaruhi orang lain melalui senyuman-senyuman yang dilakukan.Segera, si kecil akan belajar untuk menggunakan berbagai senyumandengan bibir tertutup, gigi yang terlihat, ataupun mulut yang terbukadan secara hati-hati mengamati respons yang diberikan orang-orang terhdap bermacam-macam jenis senyuman. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa akan memberikan respons terhadap berbagai jenis senyuman si kecil. Ketika si kecil tersenyum dengan memperlihatkan giginya, orang dewasa terdorong bukan hanya unutk membalas senyuman itu, tetapi juga memberikan respons dengan bersuara dan juga mengangguk. (Karmiloff,2003:88)Senyum bersifat sosial yang sesungguhnya, muncul pada bayi usia empat bulan, yakni ketika bayi mulai menemukan arti dari suatu senyuman di dunia orang dewasa, dan berperan aktif untuk membalas senyuman.Bunyi seperti tertawa mulai muncul beberapa minggu setelah tersenyum, namun saat itu bayi mungkin tidak akan tertawa lagi akan sesuatu hal yang sama, sebab tertawa belum menjadi suatu respon selektif akan sesuatu. Berbeda ketika bayi berusia lima bulan rangsangan terhadap sistem pendengaran dan perabaan mulai semakin kuat, sehingga dengan dikelitik, melihat hal yang menggelikan, dan bermain cilukba menjadi cara terbaik untuk membuat bayi tertawa.Tahap ketiga dan terakhir dalam perkembangan bahasa anak sebelum dapat berbicara adalah menunjuk suatu objek. Ketika usia bayi beranjak enam bulan, tidak sebatas menangis, tersenyum ataupun tertawa yang dapat dilakukan oleh bayi, kini gerakan-gerakan naluriah seperti menunjukkan jari mulai muncul dalam upaya membagi pengalaman dan berkomunikasi dengan orang lain.Menunjuk pada anjing yang sedang lewat, mungkin artinya, Lihat anjing itu, bukankah menarik? Hal ini berbeda dengan menunjuk yang berfungsi sebagai alat penolong, yang mungkin berarti, Saya menginginkan bola itu, tolong berikan kepada saya. Menunjuk sebagai alat untuk memperlihatkan sesuatu juga dapat mempunyai arti yang lain. Fungsi menunjuk seperti ini dapat dipakai untuk mengekspresikan suatu ajakan, Mari kita melakukannya bersama-sama, atau mengungkapkan perasaan, Aku menyukai itu! (Karmiloff,2003:90)

65424_balita_belajar_menunjuk_663_382Diakses pada 24/12/2012Menunjuk menjadi bagian yang penting pada awal komunikasi bayi dengan orang di sekitar. Bayi menemukan cara yang mudah dan efektif untuk menyatakan apa yang dipikirkan, seperti ingin membagi pengalaman akan sesuatu, menunjukkan ketertarikan akan apa yang dilihat, hingga keinginan untuk saling berinteraksi dalam suatu kegiatan. Namun disaat yang sama, frustasi dapat dialami ketika apa yang dimaksudkan tidak dapat tersampaikan kepada lawan bicara, sehingga sebelum menunjuk pada sesuatu, bayi akan berusaha menarik perhatian dan meyakinkan terlebih dahulu bahwa lawan bicara sedang memperhatikan. Keadaan tersebut akan dialami oleh bayi berusia enam bulan atau lebih, dan tahap tersebut menandai permulaan munculnya kata-kata pada beberapa minggu kemudian. Perkembangan bahasa dan kemampuan berbicara anak serta peran orang tua didalamnyaOrang tua akan menahan napas dalam kekaguman pada perkembangan bahasa si bayi pada tahun pertama. Ketika bayi mungil yang hanya dapat menangis menjadi seorang balita yang dapat mengucapkan kata pertamanya dengan jelas, dan tidak lama kemudian orang tua akan semakin terpesona dengan ledakan bahasa dalam tahun kedua dan ketiga si bayi. Perkembangan bahasa dan kemampuan berbicara anak usia dini akan dibagi menurut usia, yakni:(1) usia dua bulan. Tahap berbahasa pertama pada balita adalah meraban (babling). Sebenarnya sejak lahir bayi dapat membedakan antara bunyi yang dihasilkan antara berbicara dan bukan berbicara. Kemudian antara usia dua hingga tiga bulan, bayi mulai mengeluarkan suara yang mirip dengan cegukan (cooing) sebagai respon terhadap suara orang tua. Ketika usia antara empat hingga enam bulan, bayi dapat menghasilkan bunyi berri yang diseilingi bunyi vokal, kemampuan tersebut dinamakan marginal babbling. (2) usia tujuh bulan. Bayi dapat mulai menggunakan suku kata konsonan dan vokal secara bergantian, atau biasa disebut dengan canonical babbling, dan perkembangan berbahasa yang dimiliki semakin membaik dengan urutan suku kata yang beragam. Dalam masa tersebut, bayi belum dapat menghasilkan kata-kata yang dapat dikenali hingga beberapa bulan ke depan. Sekalipun demikian respons positif yang diberikan dari orang tua kepada bayi manjadi bagian penting dalam proses berbahasa, misalnya respon positif orang tua yang seolah-olah mengerti maksud celoteh sang anak dan menjawab celotehan tersebut dengan kata-kata. (3) usia sepuluh bulan. Kata-kata pertama dihasilkan oleh bayi berusia sepuluh bulan keatas. Ketika bayi mulai disebut balita, masa perkembangan kebahasaan sudah mencapai titik mengucapkan huruf konsonan dan vokal secara bergantian.Pada dua bulan terakhir di tahun pertama kehidupannya, ocehan si kecil menjadi semakin kompleks, termasuk adanya urutan suku kata yang semakin beraneka-ragam, contohnya,babi dan bib. Sekarang ocehan si kecil dapat dibedakan secara jelas dengan ocehan bayi yang bahasa ibunya berbeda atau bayi orang asing. (Karmiloff,2003:95)Dalam meningkatkan kemampuan berbahasa yang dimiliki, seorang balita perlu latihan mekanisme berbicara melalui latihan gerakan mulut, lidah, dan bibir. Sebenarnya, aktivitas menghisap, menjilat, menyemburkan gelembung dan mengunyah merupakan kemampuan yang diperlukan. Orang tua dapat memulainya dengan melatih balita, melalui permainan maupun dengan makanan. Misal, sering-seringnya orang tua menyanyikan lagu untuk si balita dengan lagu-lagu anak-anak yang sederhana dan lucu, secara berulang dengan penekanan pada ritme dan pengucapannya, atau dengn bernyanyi diselingi permainan-permainan yang bernada, serta menarik perhatian. Peran orang tua terhadap perkembangan berbicara anak begitu penting, sehingga perlu diluangkannya waktu untuk kegiatan seperti contoh diatas agar kemampuan bicara dan berbahasa si balita dapat lebih berkembang. Orang tua menjadi model yang baik untuk si balita, terutama pada masa ini balita mulai belajar meniru kata-kata yang didengar dan mengucapkannya kembali. Orang tua dapat menjelaskan arti dari kata-kata yang baru dikenal dengan menunjukkan gambar, gerakan, sikap tubuh, atau pun ekspresi untuk mempermudah pemahaman si balita. Selanjutnya, balita akan mulai belajar bicara dengan bahasa yang mungkin tidak jelas bagi orang tua. Kadang-kadang orang tua perlu mengikuti gumaman yang dihasilkan, namun juga perlu mengucapkan kata secara benar. Jika suatu saat si balita berhasil mengucapkan suatu suku kata atau kata dengan benar, pujian yang disertai dengan pelukan, ciuman, dan tepuk tangan akan membuat balita semakin bersemangat. (4) usia 15-18 bulan. Kemampuan balita dalam mengerti dan menggunakan kosa kata semakin pesat, hal tersebut biasanya bersamaan dengan kemampuan si balita untuk berjalan. Secara efektif balita mulai menggabungkan komunikasi verbal dan tanpa kata-kata untuk mewujudkan kebutuhan dasar dan keinginan yang dirasakan kepada orang tua.

Pada usia 15-18 bulan, balita Anda mampu menggunakan kira-kira enam atau tujuh kata berbeda yang dapat dikanali dan menggunkannya secara konsisten. Dia mampu mendengarkan perintah, mengartikannya scara tepat, kemudian melaksanakan perintah tersebut, asalkan perintah hanya berisi satu satu potong informasi didalamnya. Dia secara efektif menggabungkan komunikasi verbal dan tanpa kata-kata unutk mewujudkan kebutuhan dasar dan keinginannya kepada Anda; dia akan tetap berbicara sampai anada menunjukkan bahwa Anda memahami.Dalam masa tersebut, akan semakin baik jika orang tua dapat mengenalkan si balita dengan berbagai macam suara, bunyi, seperti misalnya suara mobil, motor, kucing, anjing, dan benda-benda yang sudah dikenal balita. Kemudian mengenalkan pula suara-suara yang sering didengar sehari-hari, seperti pintu terbuka-tertutup, suara air, suara angin berdesir di pepohonan, kertas dirobek, sampai benda jatuh. Sering-sering membacakan buku-buku yang sangat sederhana namun sarat dengan cerita yang menarik untuk anak dan gambar serta warna yang "eye catching". Menunjukkan obyek-obyek yang terlihat di buku, menyebutkan namanya, menjelaskan apa yang sedang dilakukannya, dan bagaimana jalan ceritanya. Kemudian meminta si balita untuk mengulang nama yang telah disebutkan, dan tidak lupa, memberi pujian jika si balita berhasil mengingat dan mengulang nama yang telah sebutkan. (5) usia 19-21 bulan. Perkembangan bahasa balita yang semakin berkembang, ditunjukkan dengan keberanian unutk mulai menggabungkan beberapa suku kata.Pada usia 19-21 bulan, dia masih menggunakan kata tunggal tetapi sekarang kata-kata itu sering disatukan untuk membentuk frasa pendek yang terdiri dari dua buah kata. Setiap frasa memiliki arti tersendiri, dan digunakan secara tepat olehnya. Dia tidak lagi mengatakan apa yang dipikirkannya saat itu masuk kedalam kepalanya, tetapi sebaliknya siapmendengarkan dan menunggu beberapa saat sebelum berbicara.Pada masa selanjutnya, orang tua perlu mengenalkan si balita pada perbendaharaan kata yang menerangkan sifat atau kualitas. Seperti baik, indah, cantik, dingin, banyak, sedikit, asin, manis, nakal, jelek. Caranya, pada saat orang tua mengucapkan suatu kata tertentu, perlu disertai dengan kualitas tersebut, misalnya anak baik, anak manis, anak pintar, baju bagus, boneka cantik, anak nakal, roti manis, dan sebagainya. Orang tua dapat pula mulai mengenalkan pada si balita kata-kata yang menerangkan keadaan atau peristiwa yang terjadi: sekarang, besok, di sini, di sana, kemarin, nanti, segera. (6) usia 22-24 bulan. Orang tua dapat mengenalkan kata-kata yang menunjukkan tempat: di atas, di bawah, di samping, di tengah, di kiri, di kanan, di belakang, di pinggir. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan contoh gerakan. Banyak model permainan yang dapat orang tua gunakan untuk menerangkan kata-kata tersebut, bahkan dengan permainan, akan jauh lebih menyenangkan bagi si balita dan orang tua sendiri.Pada usia 22-24 bulan, kesadaran anak Anda mengeani diri sendiri sebagai seorang individu secara berangsur-angsur meningkat di usia ini dan dia sekarang dapat diandalkan menyebutkan nama bagian-bagian utam badannya. Sebagian karena hasil dari meningkatkan kosa kata dan sebagian karena pemahamannya yang bertambah, anak Anda dapat menyebutkan nama berbagaibenda sehari-hari yang diletakkan didepannya. (Woolfson,2001:88)Perlu diingat bagi orang tua untuk tidak menyetarakan perkembangan yang dialami dengan anak-anak lainnya, karena setiap anak mempunyai dan mengalami hambatan yang berbeda-beda dalam perkembangan bahasa dan kemampuan berbicara. Jadi, jika si balita kurang lancar dan fasih berbicara, tidak perlu kemudian menekan untuk lekas-lekas mengoptimalkan kemampuan. Keadaan ini hanya akan membuat si balita menjadi stress. (7) usia 25-36 bulan. Pada usia ini, balita akan lebih senang bercakap-cakap dengan anak-anak sebaya dari pada dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, akan baik jika balita banyak dikenalkan dengan anak-anak seusia dan dilibatkan pada lingkungan sosial yang bisa memfasilitasi kemampuan sosial dan berkomunikasi si balita sendiri. Salah satu tujuan para orang tua memasukkan anak dalam nursery school adalah agar si anak bisa mengembangkan kemampuan komunikasi sekaligus sosialisasi. Meskipun demikian, bahasa dan kata-kata yang diucapkan masih bersifat egosentris, namun lama kelamaan akan lebih bersifat sosial seiring dengan perkembangan usia dan keluasan jaringan sosial. Pada usia 25-30 bulan, dia senang Anda membacakan cerita kepadanya menjelang tidur. Dia mampu memberikan pertanyaan, mendengarkan dengan penuh perhatian unutk menjawab dan kemudian merasakan mengenai apa yang dikatakan kepadanya. Memorinya bertamnah baik sampai dia dapat mengingat sedikit informasi pribadi dan dapat dianadalkan menyampaikannya kepada adanak atau orang dewasa yang sudah dikenal. Pada usia 31-36 Bulan, kata ganti saya dan kita mulai muncul lebih sering dalam pembicaraannya. Dia tidak selalu menggunakannya dengan tepat, siring terbalik.Sekarang kosa katanya sudah bertambah sam[ai paling sedikit seribu kata yang dapt digunakannya secara percayaa diri dan tepat. Dia mulai memahami tata bahasa dasara dari bahasa dan abhwa ada aturan yang harus diikuti. (Woolfson,2001:88)Orang tua perlu sering-sering menceritakan cerita menarik pada balita, karena sebenarnya cerita juga merupakan media atau sarana untuk mengekspresikan emosi, menamakan emosi yang disimpan dalam hati, dan belajar berempati. Dari kegiatan ini pula, balita tidak hanya belajar berani mengekspresikan diri secara verbal tetapi juga belajar berperilaku sosial. Kegiatan seperti menceritakan pada balita cerita yang lebih kompleks dan mengenalkan beberapa kata-kata baru sambil menerangkan artinya dapat dilakukan terus menerus agar anak dapat mengingatnya dan mengenalinya dengan mudah ketika orang tua mengulang cerita itu kembali di lain waktu. (8) usia tiga hingga empat tahun, balita mulai mampu menggunakan kata-kata yang bersifat perintah, hal ini juga menunjukkan adanya rasa percaya diri yang kuat dalam menggunakan kata-kata dan menguasai keadaan. Anak-anak senang sekali mengenali kata-kata baru dan terus berlatih untuk menguasainya. Anak-anak juga mulai mengenali konsep-konsep tentang kemungkinan, kesempatan, dengan "andaikan", "mungkin", "misalnya", "kalau". Perbendaharaan kata semakin banyak dan bervariasi seiring dengan peningkatan penggunaan kalimat yang utuh. Anak-anak juga semakin sering bertanya sebagai ungkapan rasa keingintahuan yang dirasakan, seperti "kenapa dia Ma?", "sedang apa dia Ma?", "mau ke mana?" Dalam masa tersebut, yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah menghindari sikap mengkoreksi kesalahan pengucapan kata anak secara langsung, karena itu akan membuat anak merasa malu dan bisa mematahkan semangat untuk belajar dan berusaha. Orang tua bisa mengulangi kata-kata tersebut secara jelas seolah mengkonfirmasi apa yang dimaksudkan sang anak. Dengan demikian, anak akan memahami kesalahan tanpa merasa malu. Pada usia ini, seorang anak sudah mulai bisa mengerti penjelasan sederhana. Oleh sebab itu, orang tua dapat mulai mencoba untuk mengajak anak mendiskusikan soal-soal yang sangat sederhana, dan menanyakan pendapat yang dipikirkan mengenai persoalan tersebut. Dengan cara itu, orang tua melatih cara dan proses penyelesaian masalah pada anak setahap demi setahap. Hasil dari tukar pendapat itu sebenarnya juga mempertinggi self-esteem anak karena merasa pendapat yang dipikirkan telah didengarkan oleh orang dewasa. Orang tua perlu mengeluarkan kalimat yang panjang dan kompleks, agar anak mulai belajar meningkatkan kemampuan dalam memahami kalimat. Untuk mengetahui apakah anak memahami atau tidak, orang tua bisa melihat respon dan reaksi si anak, jika anak melakukan apa yang orang tua inginkan, dapat diartikan si anak cukup mengerti kalimat orang tua. Memakai cerita-cerita dongeng dan fabel yang sebenarnya mencerminkan dunia anak dan menggunakannya sebagai suatu cara untuk mengajarkan banyak hal tanpa menyinggung perasaan. Dengan mendongeng, orang tua mengenalkan pada anak konsep-konsep tentang moralitas, nilai-nilai, sikap yang baik dan jahat, keadilan, kebajikan dan pesan-pesan moral lainnya. Menjadikan saat-saat bersama anak sebagai masa yang menyenangkan, ceria, santai dan segar sehingga perkambangan bahasa dan kemampuan berbicara anak semakin meningkat dan terasah dengan baik.SIMPULAN DAN SARANSimpulanPerkembangan bahasa anak usia dini, telah dimulai sejak berada dalam kandungan. Keterbatasan kemampuan untuk mengucapkan kata-kata, menjadi tahap awal bagi anak untuk menunjukkan respon yang dirasakan melalui bahasa tubuh. Menangis, tersenyum hingga menunjuk suatu objek tertentu, menjadi cara efektif dan mudah dalam menyatakan perasaan negatif dan perasaan positif anak. Orang tua terkadang bisa salah mengartikan petunjuk yang diberikan, namun seiring berjalannya waktu, orang tua akan dapat mengartikan pesan-pesan yang ingin disampaikan sang anak bahkan perasaan yang belum dapat terucapkan.Beranjak pada masa bayi, seorang balita mulai belajar untuk berbicara dengan kemampuan bahasa yang semakin berkembang. Diawali dengan meraban (babling), celoteh yang kurang terdifinisi, kemudian mengucapakan huruf konsonan dan vokal secara bergantian, hingga mengucapkan kata-kata pertamanya dan mulai menggabungkan beberapa kata yang merajuk pada makna yang lebih luas. Tahapan demi tahapan perkembangan bahasa dan berbicara pada anak, tentu tidak memakan proses yang singkat dan mudah, oleh karena itu peran orang tua yang aktif dan setia untuk membimbing sangat diperlukan dan diharapkan. Sehingga semakin meningkat dan lancarlah perkembangan bahasa dan kemampuan berbicara pada anak.SaranSaran yang dapat diberikan kepada orang tua sebagai pelindung dan pembimbing anak adalah memiliki kesabaran dan ketulusan dari orang tua, hal tersebut dikarenakan kemampuan bayi yang masih sangat terbatas, untuk mengutarakan keadaan yang dirasakan. Bahasa tubuh yang ditunjukkan, seperti menangis tekadang mungkin membuat frustasi orang tua, sehingga orang tua perlu tetap membimbing dengan kasih sayang.Mengingat begitu pentingnya perkembangan bahasa dan kemampuan berbicara anak sedari dini, maka dukungan dari orang tua begitu berpengaruh, dan cara yang dapat dilakukan adalah dengan sabar dan kasih membimbing anak dalam berkomunikasi secara intensif, kontak mata, bercerita, berdialog, bekerja sama dengan anak, meski anak belum bisa merespon secara kompleks. Emosi yang di transfer sudah menjadi bahasa tersendiri yang ditangkap oleh otak anak sehingga anak mengerti apa yang dikehendaki orang tua. Menggunakan media bervariasi untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan bicara anak, sesuai dengan karakter anak. Dengan cara demikian dihrapkan perkembangan berbahasa dan berbicara anak dapat berjalan lancarDAFTAR RUJUKANKarmiloff, Kyra.2003.Segala Hal Yang Akan Ditanyakan Oleh Bayi Anda.Jakarta:Erlangga.Woolfson, Richard.2001.Balita yang cerdas.Batam:Karisma Publishing Group.http://buburdelima.com/2012/pengertian-bahasa-menurut-para-ahli.htmlhttp://adeirmasuryani.wordpress.com/2010/11/29/makalah-perkembangan-bahasa-berbicara-pada-anak-usia-dini/http://www.balita-anda.com/psikologi/789-tahap-perkembangan-kemampuan-bicara-dan-berbahasa.html