Mekanisme Sistem Pernapasan Dan Pemeriksaan Spirometri
-
Upload
ricky-sunandar -
Category
Documents
-
view
38 -
download
8
description
Transcript of Mekanisme Sistem Pernapasan Dan Pemeriksaan Spirometri
Mekanisme Sistem Pernapasan dan Pemeriksaan
Spirometri
Ricky Sunandar
10.2012.227
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
I. Pendahuluan
Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur tersebut terlibat
dalam proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen (O2) antara atmosfer dan
darah serta pertukaran karbondioksida (CO2) antara darah dan atmosfer. Struktur yang
membentuk sistem pernapasan dapat dibedakan menjadi struktur utama (principal structure),
dan struktur pelengkap (accessory structure).
Yang termasuk struktur utama sistem pernapasan adalah saluran udara pernapasan,
terdisiri dari jalan napas dan saluran napas, serta paru (parenkim paru). Struktur pelengkap
sistem pernapasan berupa komponen pembentuk dinding toraks, diafragma, dan pleura.
Uji fungsi paru atau Lung function test atau yang disebut juga Pulmonary function
test, digunakan untuk mengevaluasi kemampuan paru dan menangani pasien penyakit paru.
Pemeriksaan fungsi paru berguna untuk menentukan adanya gangguan dan derajat gangguan
fungsi paru. Hasil pemeriksaan digunakan untuk menilai hasil terapi dan perkembangan
penyakit.1 Salah satu contohnya adalah spirometri yang akan kita bahas pada makalah ini.
II. Isi
Paru-paru
Paru (pulmo) terletak bebas di dalam cavum pleurae. Kedua paru saling terpisah oleh
jantung dan isi mediastinum lainnya, kecuali struktur-struktur yang melintasi hilus
pulmonalis. Paru berupa spons, mengapung dalam air, sangat elastik dan berkrepitasi bila
diraba, karena ada udara di dalam alveoli.
Paru memiliki apex (puncak), basis, tiga tepi dan dua permukaan. Bentuk paru
menyerupai separuh kerucut. Normal paru kanan sedikit lebih besar dari pada paru kiri,
karena mediastinum medius yang berisi jantung, menonjol lebih ke arah kiri daripada ke arah
kanan.
Akar paru (radix pulmonalis), yang menghubungkan permukaan medial paru menuju
jantung dan trakea pada mediastinum, dibentuk oleh sekelompok struktur pipa pendek yang
memasuki atau meninggalkan hilus pulmonalis. Struktur-struktur tersebut adalah bronchus
principalis, A. Pulmonalis, dua V. Pulmonalis, A. dan Vv. Bronchiales, plexus otonom
pulmonalis, pembuluh-pembuluh getah bening dan Nnll. bronchopulmonalis; semua
terbungkus oleh semu lengan baju pleura mediastinalis (penghubung pleura mediastinalis
dengan pleura pulmonalis). Hilus pulmonalis terletak setinggi vertebra thoracal 5-7. Sebelah
anterior masing-masing radix pulmonalis terdapat N. phrenicus, A. dan V.
pericardiacophrenica serta plexus pulmonalis anterior; sebelah posterior terdapat N. vagus
dan plexus pulmonalis posterior; sebelah inferior hilus pulmonalis dijumpai lipatan pleura
mediastinalis yang berproyeksi dari radix pulmonalis ke arah inferior dan membentang dari
hilus pulmonalis menuju sisi lateral oesophagus pada mediastinum, sebagai lig. pulmonale.
Mungkin lig. pulmonale ini berfungsi menstabilkan posisi lobus inferior paru dan mungkin
juga mengakomodasikan translokasi ke bawah dan ke atas struktur-struktur radix pulmonalis
selama bernapas.
Paru kiri dibagi menjadi lobus-lobus superior dan inferior oleh fissura obliqua.
Dimulai pada bagian posterosuperior hilus, fissura ini naik serong ke belakang, melintasi tepi
posterior paru kira-kira 6 cm di bawah apex. Kemudian turun ke muka, menyeberangi
permukaan costal, mencapai tepi bawah hampir pada ujung anteriornya. Akhirnya, naik pada
permukaan medial menuju bagian bawah hilus. Lobus superior berada di sebelah
anterosuperior terhadap fissura ini. Dekat ujung bawah tepi anterior lobus superior ini
terdapat incisura cardiaca, karena dari arah mediastinum medius jantung berproyeksi ke
dalam cavum pleurae kiri. Biasanya ujung bawah incisura cardiaca lobus superior ini
memiliki sebuah taju kecil, yakni lingula. Lobus inferior yang lebih besar, berada postero-
inferior terhadap fissura obliqua tersebut.
Paru kanan terbagi menjadi lobus superior, medius, dan inferior oleh dua fissura.
Fissura obliqua memisahkan lobus inferior dari lobus superior dan lobus medius. Fissura
obliqua tersebut menyerupai fissura obliqua kiri, tetapi agak vertikal (kurang serong),
memotong tepi inferior paru, kira-kira 7,5 cm di sebelah dorsal ujung anteriornya. Pada tepi
posterior, fissura ini mulai setinggi vetebra thoracal 4 atau sedikit lebih rendah. Fissura
horizontal yang pendek memisahkan lobus superior dan lobus medius. Kadang-kadang
bagian medial lobus superior terbagi sebagian oleh fissura yang bervariasi kedalamannya,
yang berisi bagian terminal V. azygos, membentuk lobus V. azygos.
Puncak paru berada kira-kira 2,5 cm di sebelah cranial sepertiga bagian tengah
clavicula; karena apex berada pada fossa supraclavicularis pangkal leher. Dari puncak paru,
ke arah medial dan bawah, tepi masing-masing paru menuju angulus sterni, sedikit di sebelah
lateral garis tengah. Selanjutnya, tepi anterior paru kanan sangat sesuai dengan garis yang
hampir tegak, tepat di sebelah lateral garis tengah, sampai tempat lekat tulang rawan iga 6
pada sternum. Di sebelah atas tepi anterior paru kiri juga tegak di sebelah lateral garis tengah,
mendekati garis refleksi costomediastinal pleurae (setinggi tempat lekat tulang rawan iga 4
pada sternum). Dari sini, tepi anterior ini menunjukkan incisura cardiaca yang bervariasi,
yakni tepi tersebut melintas kira-kira 3,5 cm ke arah lateral, sebelum melengkung ke arah
caudal dan medial menuju tulang rawan iga 6, sekitar 4 cm dari garis tengah.
Pada respirasi dangkal, tepi inferior paru sesuai dengan garis yang ditarik mulai dari
proyeksi ujung caudal tepi anterior menuju/menyilang iga ke enam pada linea
midclavicularis, iga ke delapan pada linea midaxillaris; dilanjutkan ke arah medial belakang
dan sedikit ke arah atas, sampai titik 2 cm di sebelah lateral terhadap vertebra thoracal 10.
Dari garis midclavicularis dan mengelilingi dinding thorax menuju columna vertebralis, dapat
diringkaskan bahwa, margo inferior paru dapat diproyeksikan oleh sebuah garis yang
melintasi iga 6, iga 8 dan vertebra T 10. Pada garis-garis bantu vertikal yang sama, proyeksi
tepi inferior cavum pleurae berturut-turut memotong iga 8, iga 10 dan vertebra T 12.
Setinggi discus intervertebrale T 4/5 trachea bercabang menjadi bronchus principalis
dexter dan sinister. Bronchus principalis dexter lebih lebar, lebih pendek dan lebih vertikal
daripada yang kiri, panjangnya sekitar 2,5 cm. Diameter lebar yang lebih besar dan arahnya
yang lebih vertikal, menjelaskan kekerapan suatu benda asing yang tersedak, lebih sering
memasuki bronchus principalis dexter daripada yang sinister. Bronchus lobaris superior
kanan, sebagai cabang pertama bronchus principalis, berada di sebelah posterosuperior
terhadap A. pulmonalis kanan. Lanjutan bronchus principalis ini melintasi aspek posterior
arteri tersebut; setinggi vertebra thoracal 5 bronchus tersebut memasuki hilus paru di sebelah
posteroinferior terhadap arterinya dan selanjutnya bercabang menjadi bronchus-bronchus
sekunder (lobaris) lobus medius dan inferior.2
Tiap bronchus lobus bercabang menjadi bronki segmental. Tiap bronki segmental
memasuki sebuah segmen bronkopulmonalis. Tiap segmen bronkopulmonalis berbentuk
piramid dengan apeks ke arah hilus. Segmen merupakan unit struktural lobus yang memiliki
bronkus segmental, arteri, dan sistem limfatikus sendiri. Jika suatu segmen bronkopulmonalis
terkena penyakit, bisa dilakukan reseksi segmen dengan mempertahankan bagian lobus yang
lain. Darah dari setiap segmen mengalir ke vv. intersegmental.3
Lewat plexus pulmonalis anterior dan posterior yang dibentuk oleh cabang-cabang
truncus symphaticus segmen T 1-3 atau 4 dan parasimpatik N.vagus. Plexus-plexus yang
saling berhubungan ini terletak di sebellah anterior dan posterior terhadap bifurcatio tracheae
dan bronchus principalis. Plexuspulmonalis anterior jauh lebih kecil daripada plexus
posterior. Serabut-serabut saraf yang keluar dari plexus ini menyertai pipa-pipa bronchus dan
pembuluh darah, membawa serabut visceral eferen dan serabut visceral aferen menuju/dari
pleura visceralis dan struktur-struktur lain jaringan paru. Bronchokonstriktor otot bronchus,
vasodilator otot pembuluh darah dan sekresi kelenjar bronchus dihantarkan oleh
perangsangan serabut visceral eferen N. vagus; suplai simpatis berupa inhibitor, membuat
relaksasi otot polos bronchus, vasokonstriktor otot pembuluh darah dan mengadakan
pengurangan stimulasi parasimpatis (vagal).
Otot-otot dinding dada yang murni/sejati (M. serratus posterior, Mm. levatores
costarum, Mm. intercostales, M. subcostalis dan M. transversus thoracis serta diaphragma)
berfungsi sebagai otot-otot pernapasan yang normal.
Biasanya otot-otot anggota badan atas yang melekat pada rangka dada (M. pectoralis
major, M pectoralis minor, M. serratus anterior, dan M. latissimus dorsi) berfungsi juga
sebagai otot tambahan inspirasi dalam dan kuat, yakni membantu mengangkat iga-iga untuk
memperluas rongga thorax. 2
Yang termasuk otot-otot inspirasi tambahan adalah:2
- M. pectoralis major
- M. pectoralis minor
- M. sternocleidomastoideus
- M. scalenus anterior
- M. scalenus medius
- M. scalenus posterior
- M. serratus anterior
- M. latissimus dorsi
- M. iliocostalis bagian atas
Yang termasuk otot-otot ekspirasi tambahan adalah:2
- M. iliocostalis bagian bawah
- M. longissimus
- M. rectus abdominis
- M. obliquus abdominis externus
- M. obliquus abdominis internus
Mekanisme Pernapasan
Fungsi utama respirasi adalah memperoleh O2 untuk digunakan oleh sel tubuh dan
untuk mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh sel. Respirasi mencakup dua proses yang
terpisah tetapi berkaitan, yaitu respirasi internal dan respirasi eksternal.
Respirasi internal atau respirasi sel merujuk pada proses-proses metabolik intrasel yang
dilakukan di dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selagi
mengambil energi dari molekul nutrien. Respiratory quotient, rasio CO2 terhadap yang
dihasilkan terhadap O2 yang dikonsumsi, bervariasi bergantung pada jenis makanan yang
dikonsumsi.
Respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian pertukaran O2 dan CO2
antara lingkungan ekstrasel dan sel tubuh. Respirasi eksternal mencakup empat tahap, yaitu:5
1. Udara secara bergantian dimasukkan ke dan dikeluarkan dari paru sehingga udara
dapat dipertukarkan antara atmosfer dan kantung udara paru. Pertukaran ini
dilaksanakan oleh tindakan mekanis bernapas atau ventilasi. Kecepatan ventilasi
diatur untuk menyesuaikan aliran udara antara atmosfer dan alveolus sesuai
kebutuhan metabolik tubuh akan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2.
2. O2 dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di kapiler paru
melalui proses difusi.
3. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan.
4. O2 dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses difusi
menembus kapiler sistemik (jaringan).
Permulaan Respirasi: Kontraksi Otot Inspirasi
Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan berada dalam keadaan lemas dan
tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Otot-otot insprirasi utama adalah
diafragma dan otot interkostalis eksternus. Pada awal inspirasi, otot-otot ini dirangsang untuk
berkontraksi sehingga rongga thoraks membersar. Diafragma dalam keadaan melemas
berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga thoraks. Ketika berkontraksi (pada
stimulus saraf phrenicus), diafragma turun dan memperbesar volume rongga thoraks dengan
meningkatkan ukuran vertikal.
Otot interkostal eksternal yang serat-seratnya berjalan ke bawah dan depan antara dua
iga yang berdekatan, memperbesar rongga thoraks dalam dimensi lateral dan antero-posterior.
Ketika berkontraksi, otot intercostal eksternal mengangkat iga dan selanjutnya sternum ke
atas dan ke depan.
Sewaktu rongga thoraks membesar, paru juga dipaksa mengembang untuk mengisi
rongga thoraks yang lebih besar. Sewaktu paru membesar, tekanan intra-alveolus turun
karena jumlah molekul udara yang sama kini menempati volume paru yang lebih besar. Pada
gerakkan inspirasi biasa, tekanan intra-alveolus turun 1mmHg menjadi 759mmHg. Karena
tekanan intra-alveolus sekarang lebih rendah daripada tekanan atmosfer maka udara mengalir
ke dalam paru mengikuti penurunan gradien tekanan dari tekanan tinggi ke rendah. Udara
terus masuk ke paru sampai tidak ada lagi gradien, yaitu sampai tekanan intra-alveolus setara
dengan tekanan atmosfer. Sewaktu inspirasi, tekanan intrapleura turun menjadi 754mmHg
akibat ekspansi thoraks.
Peran Otot Inspirasi Tambahan
Inspirasi dalam (lebih banyak udara dihirup) dapat dilakukan dengan
mengontraksikan diafragma dan otot intercostal eksternal secara lebih kuat dan dengan
mengaktifkan otot inspirasi tambahan (aksesorius) untuk semakin memperbesar rongga
thoraks. Kontraksi otot-otot ini yang terletak di leher, mengangkat sternum dan dua iga
pertama, memperbesar bagian atas rongga thoraks. Dengan demikian membesarnya volume
rongga thoraks dibandingkan dengan keadaan istirahat maka paru juga semakin
mengembang, menyebabkan tekanan intra-alveolus semakin turun. Akibatnya, terjadi
peningkatan aliran masuk udara sebelum tercapai keseimbangan dengan tekanan atmosfer;
yaitu tercapainya pernapasan yang lebih dalam.
Permulaan Ekspirasi: Relaksasi Otot Inspirasi
Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafagma mengambil posisi aslinya yang
seperti kubah. Ketika otot intercostal eksternal melemas, tulang iga yang sebelumnya
terangkat turun karena gravitasi. Tanpa gaya-gaya yang menyebabkan ekspirasi dinding dada
maka dinding dada dan paru yang semula teregang mengalami recoil ke ukuran
prainspirasinya karena sifat-sifat elastiknya, seperti balon teregang yang dikempiskan.
Sewaktu paru kembali mengecil, tekanan intra-alveolus meningkat, karena jumlah molekul
udara lebih banyak yang semula terkandung di dalam volume paru yang besar pada akhir
inspirasi kini temampatkan ke dalam volume yang lebih kecil.5
Pada ekspirasi biasa, tekanan intra-alveolus meningkat sekitar 1 mmHg di atas
tekanan atmosfer menjadi 761 mmHg. Udara kini meninggalkan paru menuruni gradien
tekanannya dari tekanan intra-alveolus yang lebih tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih
rendah. Aliran keluar udara berhenti ketika tekanan intra-alveolus menjadi sama dengan
tekanan atmosfer dan gradien tekanan tidak ada lagi.
Ekspirasi Paksa: Kontraksi Otot Ekspirasi
Selama pernapasan tenang, ekspirasi normalnya merupakan suatu proses pasif, karena
dicapai oleh recoil elastis paru ketika otot-otot inspirasi melemas, tanpa memerlukan
kontraksi otot atau pengeluaran energi. Sebaliknya, inspirasi selalu aktif karena ditimbulkan
hanya oleh kontraksi otot inspirasi dengan menggunakan energi. Ekspirasi dapat menjadi
aktif untuk mengosongkan paru secara lebih tuntas dan lebih cepat daripada yang dicapai
selama pernapasan tenang, misalnya sewaktu pernapasan dalam ketika olahraga. Tekanan
intra-alveolus lebih ditingkatkan di atas tekanan atmosfer daripada yang dicapai oleh
relaksasi biasa otot inspirasi dan recoil elastis paru. Untuk menghasilkan ekspirasi paksa atau
aktif tersebut, otot-otot ekspirasi harus lebih berkontraksi untuk mengurangi volume rongga
thoraks dan paru.
Otot ekspirasi yang paling penting adalah otot dinding abdomen. Sewaktu otot
abdomen berkontraksi terhadi peningkatan terkanan intraabdomen yang menimbulkan gaya
ke atas pada diafragma, mendorongnya semakin ke atas ke dalam rongga thoraks daripada
posisi lemasnya sehingga ukuran vertical rongga thoraks menjadi semakin kecil. Otot
ekspirasi lain adalah otot intercostal internal, yang kontraksinya menarik iga turun dan
masuk, mendatarkan dinding dada dan semakin mengurangi ukuran rongga thoraks; tindakan
ini berlawanan dengan otot intercostal eksternal.
Sewaktu kontraksi aktif otot ekspirasi semakin mengurangi volume rongga thoraks,
volume paru juga menjadi semakin berkurang karena paru tidak harus teregang lebih banyak
untuk mengisis rongga thoraks yang lebih kecil, yaitu paru dibolehkan mengempis ke volume
yang lebih kecil. Perbedaan antara tekanan intra-alveolus lebih meningkat sewaktu udara di
paru tertampung di dalam volume yang lebih kecil. Perbedaan antara tekanan intra-alveolus
dan atmosfer kini menjadi lebih besar daripada ketika ekspirasi pasif sehingga lebih banyak
udara keluar menuruni gradien tekanan sebelum tercapai keseimbangan. Dengan cara ini,
selama ekspirasi aktif pengosongan paru menjadi lebih tuntas dibandingkan ketika ekspirasi
tenang pasif.
Selama ekspirasi paksa, tekanan intrapleura melebihi tekanan atmosfer tetapi paru tidak
kolaps. Karena tekanan intra-alveolus juga meningkat setara maka tetap terdapat gradien
tekanan transmural menembus dinding paru sehingga paru tetap teregang dan mengisi rongga
thoraks. Sebagai contoh, jika tekanan di dalam toraks meningkat 10mmHg, maka tekanan
intrapleura menjadi 766mmHg dan tekanan inraalveolus menjadi 770mmHg – tetap terdapat
perbedaan tekanan 4mmHg.4
Volume Paru dan Kapasitas Paru
Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume
udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri dengan alatnya
adalah spirometer.
Volume dan kapasitas total paru (total lung capacity/TLC) diukur dengan dilusi atau
gas inert seperti helium atau dalam suatu kotak tertutup. Volume dan kapasitas paru terdiri
atas:
1. Volume Tidal (VT) adalah volume udara yang masuk dan keluar paru-paru selama
ventilasi normal biasa. VT pada dewasa normal berkisar 500 mL untuk laki-laki dan
380 mL untuk perempuan.
2. Volume cadangan inspirasi (IRV) adalah volume udara ekstra yang masuk ke paru-
paru dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi tidal berkisar 3100 ml pada laki-
laki dan 1900 ml pada perempuan.
3. Volume cadangan ekspirasi (ERV) adalah volume ekstra udara yang dapat dengan
kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidal normal biasanya berkisar 1200 ml pada
laki-laki dan 800 ml pada perempuan
4. Volume residual (RV) adalah volume udara sisa dalam paru-paru setelah melakukan
ekspirasi kuat. Volume residual penting untuk kelangsungan serasi dalam darah saat
jeda pernapasan. Rata-rata volume ini pada laki-laki sekitar 1200 ml dan pada
perempuan 1000 ml.
5. Kapasitas residual fungsional (FRC) adalah penambahan volume residual dan
volume cadangan ekspirasi (FRC= RV+ERV). Kapasitas ini merupakan jumlah
udara sisa dalam sistem respiratorik setelah ekspirasi normal (jumlah udara yang
tertinggal dalam paru saar akhir ekspirasi selama pernapasan tidal, didapatkan dari
dilusi helium selama pernapasan tidal). Nilai rata-ratanya adalah 2200 ml.
6. Kapasitas inspirasi (IC) adalah penambahan volume tidal dan volume cadangan
respirasi (IC=TV+IRV). Nilai rata-ratanya adalah 3500 ml.
7. Kapasitas paru total (TLC): jumlah udara total dalam paru saat inspirasi maksimal.
TLC=VC+RV
8. Kapasitas Vital (VC) menggambarkan kemampuan pengembangan paru.
VC=IRV+TV+ERV
Tidak semua udara yang kita hirup menambahkan O2 ke darah. Volume trakea dan
bronkus disebut ruang mati anatomik (anatomic dead space) karena udara di ruang ini tidak
terpajan ke darah di kapiler paru. Ruang mati anatomik biasanya sekitar 0,15 liter. Selain itu,
pada sebagian penyakit beberapa kapiler alveolus tidak terisi darah dan di alveolus ini tidak
terjadi penyerapan O2. Volume yang tidak digunakan ini disebut ruang mati fisiologik atau
ruang mati alveolus. Udara di ruang mati tidak memberikan O2 kepada tubuh. Udara pengap
di ruang mati anatomik setelah ekspirasi ditarik kembali ke dalam paru saat inspirasi
berikutnya. Apabila Anda meningkatkan ruang mati Anda dengan bernapas melalui sebuah
selang yang panjang, anda semakin banyak mendaur ulang napas anda sendiri. Apabila selang
memiliki volume yang sama dengan kapasitas vital Anda, jelas tidak mendapat udara segar
dan akan tercekik.5
Faktor yang Mempengaruhi Volume dan Kapasitas Paru
Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah udara yang masuk dan keluar dari pari-
paru. Kapasitas paru-paru bervariasi sesuai dengan ukuran dan usia seseorang. Makin tinggi
individu makin besar paru-parunya jika dibandingkan dengan individu yang lebih pendek.
Makin kita tua, kapasitas paru-paru kita juga menurun karena paru-paru kehilangan daya
elastisitasnya dan otot-otot pernapasan menjadi kurang efisien. Metoda yang umum untuk
memeriksa fungsi paru adalah dengan mengukur volume pernapasan dalam kondisi yang
berbeda dan hasilnya dibandingkan dengan nilai rata-rata normal. Alat yang digunakan
disebut spirometri, grafik yang merekam perubahan volume pulmonal yang diamati selama
pernapasan disebut spirogram.6
Spirometri
Pemeriksaannya sederhana dan tidak rumit. Pemeriksaan ini tidak bersifat invasif, dan
dilakukan dengan indikasi:
- Pemeriksaan kesehatan berkala (pada Occupational health)
- Penyakit paru obstruktif
- Penyakit paru restriktif
- Follow up penyakit
- Pada perokok
- Mengevaluasi disability
- Evaluasi prabedah
- Penyakit paru pekerja (pada Occupational surveys)
- Mengevaluasi respon saluran pernapasan terhadap bronkodilator dan kortikosteroid.
Ada beberapa macam spirometer, antara lain water sealed spirometer, bellow
spirometer, dan electronic spirometer. Hasil pemeriksaan spirometri berupa gambar yang
diperoleh dari pena pada kymograph disebut spirogram, sedangkan gambar yang diperoleh
dari office-spirometer sebagai hasil dari pneumotach disebut diagram.
Udara yang keluar dari paru, masuk ke dalam spirometer yang bersuhu lebih rendah
dibandingkan dengan suhu tubuh sehingga mengalami pengurangan volume. Berkaitan
dengan hal ini, terdapat istilah ATPS (ambient temperature and pressure, saturated) dan
istilah BTPS (body temperature and pressure, saturated). Hasil yang dinilai secara ATPS
dibandingkan dengan cara BTPS kira-kira berbeda sebesar 8%. Agar nilai pemeriksaan dapat
dibandingkan, penilaian harus menggunakan ukuran yang sama. Oleh karena itu, nilai hasil
uji spirometer sebaiknya menggunakan BTPS. Menurut perjanjian, nilai spirometri yang
dihasilkan pada pemeriksaan dengan office spirometer telah dikonversi ke nilai BTPS.
Untuk keperluan pemeriksaan paru di klinik, diperlukan spirometer kering, yaitu
spirometer dengan pneumotach yang memiliki thermister dan integrating circuit di dalamnya
sehingga akan menghasilkan angka sesuai upaya dan kemampuan yang diperiksa. Untuk
mendeteksi small airway disease, digunakan MEFV curve (maximal expiratory flow volume)
dan uji closing volume.1
III. Penutup
Respirasi adalah suatu mekanisme dimana tubuh memperoleh O2 yang dibutuhkan
oleh sel dan mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh sel. Organ yang sangat terkait dalam
respirasi ini adalah paru-paru. Paru-paru juga memiliki kapasitas dan volume tertentu.
Kapasitas dan volume paru ini di pengaruhi oleh ukuran dan usia seseorang. Untuk
mengetahui tentang seberapa besar kapasitas paru-paru, seseorang dapat melakukan
pemeriksaan dengan menggunakan spirometri. Jadi, spirometri adalah alat yang berfungsi
untuk mengetahui seberapa besar kapasitas paru-paru seseorang.
IV. Daftar Pustaka
1. Darmanto D. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC; 2009.h.5-6, 219-
21.
2. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.h.78-
88, 93-7.
3. Faiz O, Moffat D. Anatomy at a glance. Jakarta: Erlangga; 2004.h.11
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 20011.h.497-
509.
5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.h.527-
78.
6. Asih NGY, Effendy C. Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC; 2003.h.13.