89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja, kemudahan dalam komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat. Disisi lain dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri. Hal tersebut menghawatirkan karena mengancam kesehatan dan lingkungan, diantaranya pencemaran udara ataupun proses pengolahan bahan baku tertentu yang berpotensi bahaya seperti debu batu bara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas-gas beracun, dan lainnya. Tergantung jenis paparan yg terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul pada seseorang/pekerja. Penyakit tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru- paru yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja (Baharudin, 2010) Menurut data ILO pada tahun 1999, penyakit saluran pernapasan menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan. Tujuh persen dari semua kematian di seluruh dunia setiap tahun disebabkan oleh penyakit paru dan pernafasan yang sesungguhnya dapat dicegah. Jutaan orang sedang menjalani usia tua yang menyakitkan karena penyakit paru dan [1]

Transcript of 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

Page 1: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak positif

terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja, kemudahan dalam

komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan sosial

ekonomi masyarakat. Disisi lain dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit

akibat pajanan bahan-bahan selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri.

Hal tersebut menghawatirkan karena mengancam kesehatan dan lingkungan, diantaranya

pencemaran udara ataupun proses pengolahan bahan baku tertentu yang berpotensi

bahaya seperti debu batu bara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas-gas beracun, dan

lainnya. Tergantung jenis paparan yg terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul

pada seseorang/pekerja. Penyakit tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-

paru yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja (Baharudin, 2010)

Menurut data ILO pada tahun 1999, penyakit saluran pernapasan menempati

urutan ketiga sebagai penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan. Tujuh

persen dari semua kematian di seluruh dunia setiap tahun disebabkan oleh penyakit paru

dan pernafasan yang sesungguhnya dapat dicegah. Jutaan orang sedang menjalani usia

tua yang menyakitkan karena penyakit paru dan pernafasan yang seharusnya dapat

diobati jika saja sudah terdeteksi secara dini melalui pemeriksaan yang tepat yaitu

spirometri (Baharudin, 2010)

Spirometri adalah tes fisiologis yang mengukur bagaimana seseoranng

mengembuskan napas atau menghirup udara sebagai fungsi waktu. Sinyal utama diukur

dalam spirometri mungkin volume atau aliran. Spirometri sangat berharga sebagai tes

skrining umum pernafasan kesehatan dengan cara yang sama dengan tekanan darah yang

memberikan informasi penting tentang kardiovaskular kesehatan (Guyton, 2007).

1.2 Tujuan

1. untuk mendemostrasikan dan menganalisa kapasitas pernafasan manusia

2. untuk mengukur efektivitas dan kecepatan paru dalam mengisi dan mengosongkan

udara

[1]

Page 2: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

3. untuk mengetahui fungsi atau faal paru

4. untuk mengetahui adanya gangguan di paru dan saluran pernapasan

1.3 Manfaat

Sarana untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman sehingga menjadi bekal

di kemudian hari yang kelak dapat diterapkan dalam praktek yang sesungguhnya

sehingga tercapai keselarasan antara teori dan praktek di lapangan.

[2]

Page 3: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan merupakan saluran penghantar udara yang terdiri dari beberapa

organ dasar seperti hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru. Organ-organ ini

bekerja sama dalam menerima udara bersih, pergantian udara dari darah, dan mengeluarkan

udara yang telah dimodifikasi (Seeley, 2004).

Sistem pernapasan dapat dibagi menjadi 2 bagian tergantung fungsinya, yaitu konduksi,

sebagai bagian yang berfungsi dalam proses penghantaran dan bagian respiratorik yang

terdiri atas alveoli dan regio distal lainnya yang berfungsi dalam pertukaran gas. Organ-organ

respirasi dapat dibagi lagi menurut letaknya, yaitu upper respiratory tract yang terdiri dari

daerah dari hidung hingga laring dan lower respiratory tract yang terdiri dari trakea, bronkus,

bronkiolus, dan paru-paru (Seeley, 2004).

Gambar 2.1 Sistem Pernapasan

[3]

Page 4: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa

bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka udara disaring, dihangatkan, dan

dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri

dari sel epitel bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan

mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring

oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan

terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke bagian posterior di

dalam rongga hidung dan ke bagian superior di dalam sistem pernapasan bagian bawah

menuju ke faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. Lapisan

mukus memberikan air untuk kelembaban, dan banyaknya jaringan pembuluh darah di

bawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan

sehingga ketika mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati temperatur tubuh,

dan kelembabannya mencapai 100% (Price, 2006).

Udara akan mengalir dari faring menuju laring. Laring terdiri dari rangkaian cincin

tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Laring juga

mempunyai fungsi batuk untuk membantu menghalau benda-benda asing dan sekret keluar

dari saluran pernapasan bagian bawah. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga

(glotis) yang bermuara ke dalam trakea, dan merupakan pemisah antara saluran napas bagian

atas dan bawah. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu

kuda. Struktur trakea dan bronkus dianalogikan sebagai pohon trakeobronkial. Tempat trakea

bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan disebut karina. Karina memiliki banyak

saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme serta batuk yang berat jika dirangsang (Price,

2006).

Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus utama kanan lebih pendek dan

lebar serta merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya,

bronkus utama kiri lebih panjang dan sempit serta merupakan kelanjutan dari trakea dengan

sudut yang lebih tajam. Oleh sebab itu, benda asing yang terhirup lebih sering tersangkut

pada percabangan bronkus kanan karena arahnya yang vertikal. Cabang utama bronkus kanan

dan kiri akan membentuk bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan

ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya lebih kecil sampai akhirnya membentuk

bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus. Setelah

bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru sebagai temapat

pertukaran udara. Asinus terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus

[4]

Page 5: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

alveolaris terminalis yang merupakan struktur akhir paru. Alveolus merupakan bagian dari

struktur paru-paru yang sangat fungsional. Alveolus merupakan kantong bundar berdiameter

0.2-0.5 mm (Price, 2006).

Paru-paru merupakan organ yang luas, berbentuk konkaf pada bagian basalnya pada

diafragma, serta berbentuk tumpul pada bagian apeksnya. Paru-paru merupakan muara dari

bronkus, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan nervus. Paru-paru kiri berukuran lebih kecil

daripada yang kanan akibat kemiringan jantung ke sisi kiri. Paru-paru kiri memiliki dua

lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. Kedua lobus ini dipisahkan oleh fisura obliqua.

Sedangkan paru-paru kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus superior, lobus medius, dan

lobus inferior. Ketiga lobus tersebut dipisahkan oleh fisura obliqua dan fisura horizontalis

(Price, 2006).

Pleura merupakan suatu lapisan membran serosa yang menutupi paru-paru. Pleura ada

dua macam, yaitu pleura viseralis yang menjulur ke dalam fisura, serta pleura parietalis yang

melekat di mediastinum dan permukaan superior dari diafragma. Di antara pleura parietalis

dan pleura viseralis terdapat suatu ruangan yang disebut pleural cavity, yang diisi oleh cairan

pelumas dengan beberapa fungsi, contohnya sebagai lubrikan. Cairan pleural bersifat licin

sehingga dapat mengurangi gesekan pada saat paru-paru mengembang. Selain itu, cairan

pleural juga akan menciptakan suatu gradien tekanan di dalam paru-paru (Seeley, 2004).

2.2 Fisiologi Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan mempunyai fungsi utama untuk menyediakan oksigen (O2) dan

mengeluarkan karbondioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi ini merupakan fungsi yang vital bagi

kehidupan. Oksigen dibutuhkan dalam metabolisme sel untuk menghasilkan energi bagi

tubuh yang dipasok terus-menerus, sedangkan karbondioksida merupakan bahan toksik yang

harus segera dikeluarkan dari tubuh. Bila CO2 menumpuk di dalam darah akan menyebabkan

penurunan pH sehingga dapat menimbulkan keadaan asidosis yang mengganggu fungsi tubuh

dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Seeley, 2004).

Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu :

1) Ventilasi paru, yang berarti pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus paru

2) Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah

3) Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel

jaringan tubuh (Guyton, 2007).

[5]

Page 6: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang terdapat

antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Diantaranya itu perubahan

tekanan intrapulmonar, tekanan intrapleural, dan perubahan volume paru (Guyton, 2007).

Keluar masuknya udara pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yaitu :

1) Inspirasi : proses aktif dengan kontraksi otot-otot inspirasi untuk menaikkan volume

intratoraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih mengembang, tekanan dalam

saluran pernapasan menjadi negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru.

2) Ekspirasi : proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik dada kembali ke

posisi ekspirasi, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang, tekanan dalam

saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir keluar dari paru-

paru, dalam hal ini otot-otot pernapasan berperan (Yulaekah, 2007).

2.2.1 Parameter Fungsi Paru

1) Volume Paru

Ada empat jenis volume paru, yaitu :

a) Volume tidal, yaitu jumlah udara yang dihirup atau dihembuskan dalam satu

siklus pernapasan normal. Besarnya kira-kira 500 ml pada rata-rata orang

dewasa.

b) Volume cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat

dihirup setelah akhir inspirasi kuat. Biasanya mencapai 3.000 ml.

c) Volume cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat

dihembuskan sesudah akhir ekspirasi kuat. Jumlahnya sekitar 1.100 ml.

d) Volume residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam paru sesudah

melakukan ekspirasi maksimal atau ekspirasi yang paling kuat. Volume tersebut

± 1.200 ml (Guyton, 2007).

2) Kapasitas Paru

Peristiwa dalam sikus paru mencakup dua atau lebih nilai volume paru.

Kombinasi ini disebut kapasitas paru, yang dijelaskan sebagai berikut :

a) Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan

inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3.500 ml) yang dapat dihirup oleh

seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru

sampai jumlah maksimal.

[6]

Page 7: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

b) Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah

volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir

ekspirasi normal (kira-kira 2.300 ml).

c) Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal

dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat

dikeluarkan oleh seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru

secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira

4.600 ml).

d) Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan

paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5.800 ml).

Jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu (Guyton, 2007).

Gambar 2.2 Volume dan Kapasitas Paru

Semua volume dan kapasitas paru pada wanita 25% lebih kecil dibandingkan dengan

pria. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa kira-kira 4,8 liter sedangkan wanita dewasa 3,1

liter. Pengukuran kapasitas vital paru seringkali digunakan secara klinis sebagai indeks fungsi

paru. Nilai tersebut memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan serta

beberapa aspek fungsi pernapasan lainnya (Yulaekah, 2007).

[7]

Page 8: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

2.2.2 Pengukuran Faal Paru

Pemeriksaan faal paru sangat dianjurkan bagi tenaga kerja, yaitu menggunakan

spirometer, karena pertimbangan biaya yang murah, ringan, praktis dibawa kemana-mana,

akurasinya tinggi, cukup sensitif, tidak invasif dan dapat memberi sejumlah informasi yang

handal. Dari berbagai pemeriksaan faal paru, yang sering dilakukan adalah :

1) Kapasitas Vital (VC) adalah volume udara maksimal yang dapat dihembuskan setelah

inspirasi maksimal. Ada dua macam kapasitas vital paru berdasarkan cara

pengukurannya, yaitu vital capacity (VC) dengan subjek tidak perlu melakukan

aktivitas pernapasan dengan kekuatan penuh dan forced vital capacity (FVC), subjek

melakukan aktivitas pernapasan dengan kekuatan maksimal. Pada orang normal tidak

ada perbedaan antara FVC dan VC, sedangkan pada kelainan obstruksi terdapat

perbedaan antara VC dan FVC. VC merupakan refleksi dari kemampuan elastisitas

jaringan paru atau kekakuan pergerakan dinding toraks. VC yang menurun

menunjukkan kekakuan jaringan paru atau dinding toraks, sehingga dapat dikatakan

pemenuhan (compliance) paru atau dinding toraks mempunyai korelasi dengan

penurunan VC. Pada kelainan obstruksi ringan, VC hanya mengalami penurunan sedikit

atau mungkin normal.

2) Forced Expiratory Volume in 1 Second (FEV1) merupakan besarnya volume udara

yang dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi pertama pada orang normal

berkisar antara 4-5 detik dan pada detik pertama orang normal dapat mengeluarkan

udara pernapasan sebesar 80% dari nilai VC. Fase detik pertama ini dikatakan lebih

penting dari fase-fase selanjutnya. Adanya obstruksi pernapasan didasarkan atas

besarnya volume pada detik pertama tersebut. Interpretasi tidak didasarkan pada nilai

absolutnya tetapi pada perbandingan nilai FEV1 dengan FVC. Bila FEV1/FVC kurang

dari 75 % berarti abnormal. Pada penyakit obstruktif seperti bronkitis kronik atau

emfisema terjadi pengurangan FEV1 yang lebih besar dibandingkan kapasitas vital

(kapasitas vital mungkin normal) sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari 75%.

[8]

Page 9: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

Gambar 2.3 Klasifikasi Penilaian Fungsi Paru

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fungsi Paru

1) Jenis kelamin. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6 liter dan

perempuan muda kurang lebih 3,1 liter. Volume paru pria dan wanita berbeda dimana

kapasitas paru total pria 6,0 liter dan wanita 4,2 liter.

2) Posisi tubuh. Nilai kapasitas fungsi paru lebih rendah pada posisi tidur dibandingkan

posisi berdiri. Pada posisi tegak, ventilasi persatuan volume paru di bagian basis paru

lebih besar dibandingkan dengan bagian apeks. Hal ini terjadi karena pada awal

inspirasi, tekanan intrapleura di bagian basis paru kurang negatif dibandingkan bagian

apeks, sehingga perbedaan tekanan intrapulmonal-intrapleura di bagian basis lebih kecil

dan jaringan paru kurang teregang. Keadaan tersebut menyebabkan persentase volume

paru maksimal posisi berdiri lebih besar nilainya.

3) Kekuatan otot-otot pernapasan. Pengukuran kapasitas fungsi paru bermanfaat dalam

memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan. Apabila nilai kapasitas

normal tetapi nilai FEV1 menurun, maka dapat mengakibatkan rasa nyeri, contohnya

pada penderita asma.

4) Ukuran dan bentuk anatomi tubuh. Obesitas meningkatkan resiko penurunan kapasitas

residu ekspirasi dan volume cadangan ekspirasi dengan semakin beratnya tubuh. Pada

pasien obesitas, volume cadangan ekspirasi lebih kecil daripada kapasitas vital sehingga

dapat mengakibatkan sumbatan saluran napas.

5) Proses penuaan atau bertambahnya umur. Umur meningkatkan resiko mortalitas dan

morbiditas. Selain itu juga dapat terjadi penurunan volume paru statis, arus puncak

ekspirasi maksimal, daya regang paru, dan tekanan O2 paru. Aktivitas refleks saluran

[9]

Page 10: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

napas berkurang pada orang yang lanjut usia, akibatnya kemampuan daya pembersih

saluran napas juga berkurang. Insiden tertinggi gangguan pernapasan biasanya pada

usia dewasa muda. Pada wanita frekuensi mencapai maksimal pada usia 40-50 tahun,

sedangkan pada pria frekuensi terus meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai

usia 60 tahun.

6) Daya pengembangan paru (compliance). Peningkatan volume dalam paru menghasilkan

tekanan positif, sedangkan penurunan volume dalam paru menimbulkan tekanan

negatif. Perbandingan antara perubahan volume paru dengan satuan perubahan tekanan

saluran udara menggambarkan compliance jaringan paru dan dinding dada. Compliance

paru sedikit lebih besar apabila diukur selama pengempisan paru dibandingkan diukur

selama pengembangan paru.

7) Masa kerja dan riwayat pekerjaan. Semakin lama tenaga kerja bekerja pada lingkungan

yang menyebabkan gangguan kesehatan, maka penurunan fungsi paru pada orang

tersebut akan bertambah dari waktu ke waktu.

8) Riwayat penyakit paru. Banyak para pekerja yang terkena gangguan pernapasan bukan

karena keturunan, melainkan akibat tertular oleh kuman atau basilnya. Biasanya kuman

tersebut berasal dari lingkungan rumah, pasar, terminal, stasiun, lingkungan kerja,

ataupun tempat-tempat umum lainnya.

9) Olahraga rutin. Kebiasaan olah raga akan meningkatkan denyut jantung, fungsi paru,

dan metabolisme saat istirahat.

10) Kebiasaan merokok. Tembakau merupakan penyebab penyakit gangguan fungsi paru-

paru yang bersifat kronis dan obstruktif, yang pada akhirnya dapat menurunkan daya

tahan tubuh (Yulaekah, 2007).

2.3 Gangguan Fungsi Paru

Pada individu normal terjadi perubahan (nilai) fungsi paru secara fisiologis sesuai

dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya (lung growth). Mulai dari fase anak

sampai kira- kira umur 22-24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada waktu itu nilai

fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan umur. Beberapa waktu nilai

fungsi paru menetap (stasioner) kemudian menurun secara gradual, biasanya pada usia 30

tahun mulai mengalami penurunan, selanjutnya nilai fungsi paru mengalami penurunan rata-

rata sekitar 20 ml tiap pertambahan satu tahun usia seseorang (Yulaekah, 2007).

[10]

Page 11: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

Gangguan fungsi ventilasi paru menyebabkan jumlah udara yang masuk ke dalam paru-

paru akan berkurang dari normal. Gangguan fungsi ventilasi paru yang utama adalah :

1) Restriksi, yaitu penyempitan saluran paru-paru yang diakibatkan oleh bahan yang

bersifat alergen seperti debu, spora jamur, dan sebagainya, yang mengganggu saluran

pernapasan.

2) Obstruksi, yaitu penurunan kapasitas fungsi paru yang diakibatkan oleh penimbunan

debu-debu sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fungsi paru.

3) Kombinasi obstruksi dan restriksi (mixed), yaitu terjadi juga karena proses patologi

yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran udara, yang juga melibatkan

saluran napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan suatu indikasi obstruktif saluran

napas dan kecilnya volume paru merupakan suatu restriktif (Yulaekah, 2007).

2.4 Spirometri

Salah satu metode untuk melakukan pengukuran volume dan kapasitas

dinamis paru adalah dengan spirometri. Tujuannya adalah untuk mengukur efektivitas

dan kecepatan paru dalam mengisi dan mengosongkan udara. Spirometri adalah suatu

teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi/faal paru, di mana pasien diminta untuk

meniup sekuat-kuatnya melalui suatu alat yang dihubungkan dengan mesin spirometer

yang secara otomatis akan menghitung kekuatan, kecepatan dan volume udara yang

dikeluarkan, sehingga dengan demikian dapat diketahui kondisi faal paru pasien.

Pemeriksaan spirometri digunakan untuk mengetahui adanya gangguan di paru dan

saluran pernapasan. Alat ini sekaligus digunakan untuk mengukur fungsi paru. Pasien

yang dianjutkan untuk melakuakan pemeriksaan ini antara lain pasien yang mengeluh

sesak napas, pemeriksaan berkala bagi pekerja pabrik, penderita PPOK, penyandang

asma, dan perokok. (Baharudin, 2010)

[11]

Page 12: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Judul Praktikum : Spirometri

3.2 Tujuan : Untuk mendemonstrasikan dan menganalisa kapasitas pernafasan manusia

3.3 Hari, tanggal praktikum : 27 Maret 2012

3.4 Alat dan bahan :

1. Spirometer collins

2. Kapas atau tissu

3. Alkohol 70%

4. Penjepit hidung

5. Alat tulis

3.5 Cara Kerja :

1. Bersihkan mulut pipa (mouth piece) spirometer dengan kapas dan alkohol 70%

2. Naracoba dalam posisi berdiri, berlatih menghembuskan nafas melalui mulut pipa

beberapa kali dengan hidung ditutup. Perhatikan penunjuk dan skala dan tidak boleh

terlihat oleh naracoba

3. Mengukur volume tidal (TV) . Letakan jarum penunjuk pada skala 0. Naracoba

melakukan inspirasi biasa (tanpa melalui pipa) kemudian ekspirasi biasa melalui

mulut pipa spirometer dengan hidung tertutup. Catat angka jarum penunjuk pada

skala, ulangi percobaan sebanyak 3 kali catat nilai rata- rata TV

4. Mengukur expiratory reserve volume (ERV) . Letakan penunjuk pada skala 0.

Naracoba melakukan inspirasi normal (tanpa pipa) kemudian melakukan ekspirasi

semaksimal mungkin melalui pipa dengan hidung tertutup. Lakukan 3 kali, catat nilai

rata- rata

5. Mengukur vital capacity (VC) . Letakan penunjuk pada skala 0, naracoba melakukan

inspirasi semaksimal mungkin, kemudian ekspirasi semaksimal mungkin melalui

mulut pipa dengan hidung tertutup. Ekspirasi dilakukan dengan pelan dan tenang.

Lakukan 3 kali, catat nilai rata- rata.

[12]

Page 13: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

6. Lakukan pengukuran VC (no.5) dengan naracoba yang sama pada posisi duduk dan

berbaring

7. Dari percobaan no. 3, 4, dan 5 dapat ditentukan nilai inspiratory reserve volume

(IRV) bagaimana rumusnya, berapa hasil untuk masing- masing naracoba?

8. Tunjuk 1 orang untuk menilai frekuensi pernafasan salah satu naracoba secara diam-

diam. Setelah mendapatkan frekuensi nafas, hitung :

a. Volume inspirasi normal selama 1 menit 1 jam dan 1 hari

b. Hitung jumlah oksigen yang dipakai selama 1 jam dan 1 hari

[13]

Page 14: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Respiratory Rate

Nama Sex TB Usia RREndy Prima Putra ♂ 168 20 17x/menitAfiffurahman ♂ 156 19 18 x/menit

Tabel 2.

Nama Sex TB Usia TV VC ERV IRV Vol 1 mnt

Vol 1 jam

Vol 1 hari O2 1 hari

Endy ♂ 168 20 200 2.900 1.000 1.900 3.400 204.000 4.896.000Afif ♂ 156 19 500 3.200 1.900 1.300 9.000 540.000 12.360.000

4.2 Pembahasan

Tabel 1. Respiratory Rate

Tabel 1 merupakan hasil dari perhitungan respiratory rate yang dihitung

dalam satu menit, normalnya respiratory rate pada dewasa adalah 16-24x/menit. Dari

2 data naracoba diatas respiratori rate nya normal.

Tabel 2. Pengukuran Spirometri pada Posisi Berdiri

Tabel 2 merupakan tabel pengukuran spirometri pada posisi berdiri

menggunakan sprirometer. Pada posisi berdiri dilakukan pengukuran terhadap tidal

volume (TV), expiratory reserve volume (ERV) dan vital capacity (VC).

Setelah pengukuran ketiga volume tersebut, maka dapat ditentukan:

1. Inspiratory reserve volume (IRV) dengan menggunakan rumus : VC = VT + IRV

+ ERV jadi IRV = VC – TV – ERV.

2. Untuk menentukan volume pernapasan 1 menit menggunakan rumus: RR x TV.

[14]

Page 15: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

3. Untuk menentukan volume pernapasan 1 jam menggunakan rumus: Volume

pernapasan 1 menit x 60.

4. Untuk menentukan volume pernapasan 1 hari menggunakan rumus: volume

pernapasan 1 jam x 24.

5. Untuk menentukan jumlah oksigen yang dipakai selama 1 hari: volume

pernapasan 1 hari x 20%

Dari 12 data diatas didapatkan 7 naracoba memiliki nilai Tidal Volume (TV)

diatas nilai rata-rata yaitu Deden, Anggrian, Ragil, Sigit Oc, Ian, Rahmat Az, dan

Maulana kemungkinan disebabkan karena kesalahan dalam menghitung nilai Tidal

Volume (TV), naracoba sedang memiliki gangguan pada sistem respirasi dan juga

naracoba yang tidak koperatif.

Dari 12 data diatas didapatkan semua naracoba memiliki Expiratory Reserve

Volume (ERV) diatas rata-rata, hal itu kemungkinan disebabkan karena kesalahan

dalam menghitung nilai Expiratory Reserve Volume (ERV), naracoba sedang

memiliki gangguan pada sistem respirasi dan juga naracoba yang tidak koperatif.

Dari 12 data diatas didapatkan naracoba yang memiliki nilai Volume Capacity

(VC) adalah Ilham dan paling rendah adalah Sigit R. Dimana pengertian volume

capacity ini adalah volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali

bernapas setelah inspirasi maksimum

Tabel 3. Pengukuran Spirometri pada Posisi Duduk

Tabel 3 merupakan tabel pengukuran spirometri pada posisi duduk

menggunakan sprirometer. Pada posisi duduk dilakukan pengukuran terhadap tidal

volume (TV), expiratory reserve volume (ERV) dan vital capacity (VC).

Setelah pengukuran ketiga volume tersebut, maka dapat ditentukan:

1. Inspiratory reserve volume (IRV) dengan menggunakan rumus : VC = VT + IRV

+ ERV jadi IRV = VC – TV – ERV.

2. Untuk menentukan volume pernapasan 1 menit menggunakan rumus: RR x TV.

[15]

Page 16: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

3. Untuk menentukan volume pernapasan 1 jam menggunakan rumus: Volume

pernapasan 1 menit x 60.

4. Untuk menentukan volume pernapasan 1 hari menggunakan rumus: volume

pernapasan 1 jam x 24.

5. Untuk menentukan jumlah oksigen yang dipakai selama 1 hari: volume

pernapasan 1 hari x 20%

Dari 12 data diatas didapatkan 9 naracoba memiliki nilai Tidal Volume (TV)

diatas nilai rata-rata yaitu Ilham, Anggrian, Fredy, Abrar, Tata, Sigit R, Sigit Oc, Ian,

Rahmat, Maulana kemungkinan disebabkan karena kesalahan dalam menghitung nilai

Tidal Volume (TV), naracoba sedang memiliki gangguan pada sistem respirasi dan

juga naracoba yang tidak koperatif.

Dari 12 data diatas didapatkan 11 naracoba memiliki Expiratory Reserve

Volume (ERV) diatas rata-rata kecuali Ragil, hal itu kemungkinan disebabkan karena

kesalahan dalam menghitung nilai Expiratory Reserve Volume (ERV), naracoba

sedang memiliki gangguan pada sistem respirasi dan juga naracoba yang tidak

koperatif.

Dari 12 data diatas didapatkan naracoba yang memiliki nilai Volume Capacity

(VC) adalah Ilham dan paling rendah adalah Sigit R. Dimana pengertian volume

capacity ini adalah volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali

bernapas setelah inspirasi maksimum.

Tabel 4. Pengukuran Spirometri pada Posisi Berbaring

Tabel 4 merupakan tabel pengukuran spirometri pada posisi berbaring

menggunakan sprirometer. Pada posisi berbaring dilakukan pengukuran terhadap tidal

volume (TV), expiratory reserve volume (ERV) dan vital capacity (VC).

Setelah pengukuran ketiga volume tersebut, maka dapat ditentukan:

1. Inspiratory reserve volume (IRV) dengan menggunakan rumus : VC = VT + IRV

+ ERV jadi IRV = VC – TV – ERV.

[16]

Page 17: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

2. Untuk menentukan volume pernapasan 1 menit menggunakan rumus: RR x TV.

3. Untuk menentukan volume pernapasan 1 jam menggunakan rumus: Volume

pernapasan 1 menit x 60.

4. Untuk menentukan volume pernapasan 1 hari menggunakan rumus: volume

pernapasan 1 jam x 24.

5. Untuk menentukan jumlah oksigen yang dipakai selama 1 hari: volume

pernapasan 1 hari x 20%

Dari 12 data diatas didapatkan 10 naracoba memiliki nilai Tidal Volume (TV)

diatas nilai rata-rata yaitu Anggrian, Ragil, Fredy, Abrar, Tata, Sigit R, Sigit Oc, Ian,

Rahmat, Maulana kemungkinan disebabkan karena kesalahan dalam menghitung nilai

Tidal Volume (TV), naracoba sedang memiliki gangguan pada sistem respirasi dan

juga naracoba yang tidak koperatif.

Dari 12 data diatas didapatkan 11 naracoba memiliki Expiratory Reserve

Volume (ERV) diatas rata-rata kecuali Sigit R, hal itu kemungkinan disebabkan

karena kesalahan dalam menghitung nilai Expiratory Reserve Volume (ERV),

naracoba sedang memiliki gangguan pada sistem respirasi dan juga naracoba yang

tidak koperatif.

Dari 12 data diatas didapatkan naracoba yang memiliki nilai Volume Capacity

(VC) adalah Ilham dan paling rendah adalah Sigit R. Dimana pengertian volume

capacity ini adalah volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali

bernapas setelah inspirasi maksimum

[17]

Page 18: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Spirometri adalah metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah

dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru menggunakan

alat yang bernama spirometer dan hasil pengukurannya disebut spirogram.

2. Volume udara pernafasan terdiri dari Volume Tidal (VT), Volume Cadangan

Inspirasi (VCI), Volume Cadangan Ekspirasi(VCE),Volume Residu (VR).

3. Kapasitas paru terdiri Kapasitas Inspirasi (KI), Kapasitas Residu Fungsional

(KRF), Kapasitas Vital (KV), dan Kapasitas Paru-Paru Total (KPT).

4. Nilai KV < 80% terjadi pada penyakit paru restriktif yang terdiri dari TBC paru,

skoliosis, pleuritis, tumor paru, dan lumpuhnya otot-otot pernapasan

5. Nilai VEP1 < 70% terjadi pada penyakit paru obstruktif, yaitu bronkitis kronis,

emfisema dan asma bronkial.

5.2 Saran

1. Bagi naracoba yang melakukan pemeriksaan spirometri

[18]

Page 19: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

Pada saat melakukan pemeriksaan spirometri diharapkan kepada naracoba bersikap

koperatif sehingga tidak mempengaruhi hasil dari spirometrinya.

2. Bagi petugas yang melakukan penghitungan spirometri

Pada saat melakukan penghitungan hasil dari pemeriksaan spirometri diharapkan

kepada petugas harus teliti sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

penghitungannya.

3. Bagi mahasiswa/i

Diharapkan untuk selalu menjaga kesehatan sistem pernafasan dengan cara

melakukan olahraga secara rutin baik itu dengan intensitas ringan, sedang dan

berat.

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, Syamsurrijal. 2010. Analisis Hasil Spirometri Karyawan Pt. X yang Terpajan

Debu di Area Penambangan dan Pemrosesan Nikel, http://mru.fk.ui.ac.id, diakses

tanggal 1 April 2012.

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit EGC . Jakarta.

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.

Volume 2. EGC : Jakarta.

Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5th ed. Philadelphia ; F. A.

Davis ; 2007

Seeley, et al. 2004. Anatomy & Physiology : Sixht Edition. The McGraw-Hill Companies

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : Dari Sel ke Sistem, 2nd ed. EGC : Jakarta.

Yulaekah, Siti. 2007. Paparan Debu & Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Batu

Kapur. Available from http://eprints.undip.ac.id/18220/1/SITI_YULAEKAH.pdf, di

akses tanggal 6 April 2012.

[19]

Page 20: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

LAMPIRAN

Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan spirometri?

Spirometri adalah alat untuk mengukur volume udara yang dihirup dan dihembuskan;

alat ini terdiri dari sebuah tong berisi udara yang terapung pada sebuah wadah berisi air.

Sewaktu seseorang menghirup dan meghembuskan udara keluar-masuk tong melalui

sebuah selang penghubung, tong akan naik atau turun yang kemudian dicatat sebagai

suatu spirogram. Pencatatan tersebut dikalibrasika ke besaranya perubahan volume

(Sheerwood, 2001).

2. Sebutkan, terangkan, dan gambarkan komponen-komponen kapasitas pernafasan beserta

nilai normalnya masing-masing?

Tidal volume (TV). Volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali

bernapas. Nilai rata-rata pada kedaan istirahat adalah 500 ml.

Inspiratory reserve volume (VCI) atau volume cadangan inspirasi. Volume tambahan

yang dapat secara maksimal dihirup melebihi tidal volume istirahat. VCI dihasilkan

oleh kontraksi maksimum diafragma, otot-otot antariga eksternal, dan otot inspirasi

tambahan. Nilai rata-ratanya adalah 3.000 ml.

[20]

Page 21: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

Inspiratory Capacity (IC) atau Kapasitas inspirasi (KI). Volume maksimum udara

yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi normal tenang (KI = VCI+TV). Nilai normal

rata-rata laki- laki dewasa adalah 3600 ml, sedangkan pada wanita sekitar 2400 ml.

(Price,2006)

Expirasi Reserve Volume (ERV) atau volume cadangan ekspirasi (VCE). Volume

tambahan udara yang dapat secara aktif dikeluaran oleh kontraksi maksimum

melebihi udara yang dikeluarkan secara paksa pad akhir tidal volume biasa. Nilai

rata-ratanya adalah 1.000 ml.

Volume residual (VR). Volume minimum udara yang tersisa di paru bahkan setelah

ekspirasi maksimum. Nilai rata-ratanya adalah 1.200 ml.

Functional Residual Capacity (FRC) atau kapasitas residual fungsional (KFR).

Volume udara yang tertinggal dalam paru sesudah ekspirasi volume tidal normal

(KFR = VCE+VR). Nilai normal rata- rata laki- laki dewasa adalah 2400 ml, dan

pada wanita sekitar 1800 ml. (Price,2006)

Kapasitas vital (KV). Volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu

kali bernapas setelah inspirasi maksimum. Subjek mula-mula melakukan inspirasi

maksimum, kemudian melakukan ekspirasi minimum (KV = VCI+TV+VCE). Nilai

normal rata- rata laki- laki dewasa adalah 4800 ml dan pada wanita adalah 3100 ml.

(Price,2006)

Total Lung Capacity (TLC) atau Kapasitas paru total (KPT). Volume udara

maksimum yang dapat ditampung oleh paru-paru (KPT = KV+VR). Nilai normal

rata-rata laki- laki dewasa adalah 6000 ml dan pada wanita sekitar 4200 ml.

(Price,2006)

Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (forced expiratory volume, FEV1). Volume

udara yang dapat diekspirasi selama detik pertama ekspirasi pada penentuan KV.

Biasanya FEV1 adalah sekitar 80%; yaitu, dalam keadaan normal 80% udara yang

dapat dipaksa keluar dari paru-paru yang mengembang maksimum dapat

dikeluarkan dalam 1 detik pertama. Pengukuran ini memberikan indikasi laju aliran

udara maksimum yang dapat terjadi di paru.

(Sheerwood, 2001)

[21]

Page 22: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

[22]

Page 23: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

Sesudah melakukan percobaan jawablah pertanyaan berikut :

1. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pernafasan

seseorang?

1. Jenis kelamin. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6 liter dan

perempuan muda kurang lebih 3,1 liter. Volume paru pria dan wanita berbeda dimana

kapasitas paru total pria 6,0 liter dan wanita 4,2 liter.

2. Posisi tubuh. Nilai kapasitas fungsi paru lebih rendah pada posisi tidur dibandingkan

posisi berdiri. Pada posisi tegak, ventilasi persatuan volume paru di bagian basis paru

lebih besar dibandingkan dengan bagian apeks. Hal ini terjadi karena pada awal

inspirasi, tekanan intrapleura di bagian basis paru kurang negatif dibandingkan bagian

apeks, sehingga perbedaan tekanan intrapulmonal-intrapleura di bagian basis lebih

kecil dan jaringan paru kurang teregang. Keadaan tersebut menyebabkan persentase

volume paru maksimal posisi berdiri lebih besar nilainya.

3. Kekuatan otot-otot pernapasan. Pengukuran kapasitas fungsi paru bermanfaat dalam

memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan. Apabila nilai

kapasitas normal tetapi nilai FEV1 menurun, maka dapat mengakibatkan rasa nyeri,

contohnya pada penderita asma.

4. Ukuran dan bentuk anatomi tubuh. Obesitas meningkatkan resiko penurunan kapasitas

residu ekspirasi dan volume cadangan ekspirasi dengan semakin beratnya tubuh. Pada

pasien obesitas, volume cadangan ekspirasi lebih kecil daripada kapasitas vital

sehingga dapat mengakibatkan sumbatan saluran napas.

5. Proses penuaan atau bertambahnya umur. Umur meningkatkan resiko mortalitas dan

morbiditas. Selain itu juga dapat terjadi penurunan volume paru statis, arus puncak

ekspirasi maksimal, daya regang paru, dan tekanan O2 paru. Aktivitas refleks saluran

napas berkurang pada orang yang lanjut usia, akibatnya kemampuan daya pembersih

saluran napas juga berkurang. Insiden tertinggi gangguan pernapasan biasanya pada

usia dewasa muda. Pada wanita frekuensi mencapai maksimal pada usia 40-50 tahun,

sedangkan pada pria frekuensi terus meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai

usia 60 tahun.

6. Daya pengembangan paru (compliance). Peningkatan volume dalam paru

menghasilkan tekanan positif, sedangkan penurunan volume dalam paru

menimbulkan tekanan negatif. Perbandingan antara perubahan volume paru dengan [23]

Page 24: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

satuan perubahan tekanan saluran udara menggambarkan compliance jaringan paru

dan dinding dada. Compliance paru sedikit lebih besar apabila diukur selama

pengempisan paru dibandingkan diukur selama pengembangan paru.

7. Masa kerja dan riwayat pekerjaan. Semakin lama tenaga kerja bekerja pada

lingkungan yang menyebabkan gangguan kesehatan, maka penurunan fungsi paru

pada orang tersebut akan bertambah dari waktu ke waktu.

8. Riwayat penyakit paru. Banyak para pekerja yang terkena gangguan pernapasan

bukan karena keturunan, melainkan akibat tertular oleh kuman atau basilnya.

Biasanya kuman tersebut berasal dari lingkungan rumah, pasar, terminal, stasiun,

lingkungan kerja, ataupun tempat-tempat umum lainnya.

9. Olahraga rutin. Kebiasaan olah raga akan meningkatkan denyut jantung, fungsi paru,

dan metabolisme saat istirahat.

10. Kebiasaan merokok. Tembakau merupakan penyebab penyakit gangguan fungsi paru-

paru yang bersifat kronis dan obstruktif, yang pada akhirnya dapat menurunkan daya

tahan tubuh (Yulaekah, 2007).

2. Apakah ada perbedaan nilai VC pada perubahan posisi (no. 6)? Yang mana yang lebih

baik? Mengapa demikian?

Ada pada posisi berbaring, karena pada posisi berbaring keadaan organ sistem penafasan

berda sejajar sehingga mudah untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.

3. Mengapa percobaan ini tidak dapat mengukur residual volume, functional residual

capacity, dan total lung capacity?

Karena kurangnya peralatan dan juga metode ini tidak terlalu akurat dalam

pengukurannya.dan juga volume residual tidak dapat diukur secara langsung dengan

spirometer, karena volume udara ini tidak keluar dan masuk paru.namun,volume ini

dapat ditentukan secara tak langsung melalui teknik pengenceran gas yg melibatkan

insprasi sejumlah tertentu gas penjejak tak berbahaya misalnya helium.

[24]

Page 25: 89510085 Dasar Teori Spirometri Novi

4. Pada literatur, ada ukuran yang disebut forced expiratory volume secone one (FEV1).

Coba terangkan apa yang maksudnya? Tujuannya apa? Apakah bisa diukur dengan

percobaan ini? Mengapa demikian?

Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara yang dapat

dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama dengan FVC

merupakan indikator  utama fungsi paru-paru.

FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar

75% - 80%

Tujuan untuk mengukur derajat berat atau tidaknya asma seseorang

FEV1: 27% predictedasma derajat berat

FEV1>80% asma derajat ringan

FEV1 60%-80% asma derajat sedang

FEV1 <60% asma derajat berat

FEV1/FVC = 67% penyakit obstruktif (normal : >75%)

Patofisiologi: ekspirasi menjadi sulit karena adanya obstruksi pada saluran nafas,

sehingga FEV1 lebih rendah dari normal, FVC juga menurun tapi tidak sebesar

penurunan FEV1, sehingga rasio FEV1/FVC juga menurun.

[25]