Mekanisme Inflamasi Pada Rheumatoid Arthritis

9
MEKANISME INFLAMASI PADA ARTRITIS REUMATOID Tugas ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Patobiologi Gizi yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr.,Sp.PA Oleh: ADHININGSIH YULIANTI NIM. S531308001 CLINICAL NUTRITION KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PROGRAM PASCASARJANA ILMU GIZI

Transcript of Mekanisme Inflamasi Pada Rheumatoid Arthritis

MEKANISME INFLAMASI PADA ARTRITIS REUMATOID

Tugas ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Patobiologi Gizi yang dibimbing

oleh Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr.,Sp.PA

Oleh:

ADHININGSIH YULIANTI NIM. S531308001

CLINICAL NUTRITION

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM PASCASARJANA ILMU GIZITAHUN 2014

MEKANISME INFLAMASI PADA ARTRITIS REUMATOID

Artritis Reumatoid (AR) merupakan penyakit autoimun yang berhubungan

dengan kecacatan progresif, komplikasi sistemik, kematian dini, dan masalah

sosial ekonomi (Mclnnes dan Schett, 2011). AR sudah lama dikenal dan tersebar

luas di seluruh dunia dan melibatkan jenis kelamin, ras dan etnik. ·  Prevalensi AR

sekitar 0,5% sampai 1% populasi (12-1200 per 100.000 populasi) (Gabriel, 2001).

AR lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan dengan pria (3:1) (Dewing,

et al., 2012). Rasio ini dapat mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur (Daud,

2006).

Faktor penyebab AR tidak diketahui, namun terdapat faktor genetik,

lingkungan, hormonal, imunologi dan infeksi yang mungkin berperan penting

dalam terjadinya AR (Temprano, 2013). Faktor penyebab AR 30% berkaitan

dengan faktor genetik. AR mempunyai predisposisi genetik dan diketahui

berhubungan dengan produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II (MHC

Class II Determinant) yaitu Human Leukocyte Antigen (HLA) dengan AR

seropositif (faktor reumatoid atau ACPA) (Daud, 2006; (Mclnnes dan Schett,

2011). AR ditandai dengan inflamasi sinovial dan hiperplasia, produksi

autoantibodi (faktor reumatoid dan anti-citrullinated protein antibody (ACPA),

destruksi tulang rawan dan tulang (deformitas), dan gangguan sistemik (Mclnnes

dan Schett, 2011).

Patogenesis AR tidak dapat dijelaskan dengan pasti, namun terdapat faktor

pemicu eksternal (misalnya merokok, infeksi, atau trauma) yang memicu reaksi

autoimun, menyebabkan hipertrofi sinovial dan inflamasi sendi kronis (Dewing, et

al., 2012). Sel T CD4+, fagosit mononuklear, fibroblast, sel-sel osteoklas, dan

neutrofil merupakan sel yang memainkan peran seluler utama dalam patogenesis

AR, sedangkan sel-sel B memproduksi autoantibodi (RFs). Produksi abnormal

berbagai sitokin, kemokin, dan mediator inflamasi lainnya (misalnya tumor

necrosis factor alpha / TNFα, interleukin IL-1, IL-6, IL-8, TGFß, fibroblast

growth factor/ FGF, dan platelet-derived growth factor / PDGF) didapatkan pada

AR (Temprano, 2013).

Mekanisme terjadinya AR diawali dengan terdapatnya suatu antigen

penyebab AR yang berada pada membran sinovial, dan akan diproses oleh antigen

presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel sinoviosit A,

sel dendritik atau makrofag yang semuanya mengekspresi determinan HLA-DR

pada membran selnya (Daud, 2006). Antigen yang telah diproses akan dikenali

dan diikat oleh sel CD4+ bersama dengan determinan HLA-DR yang terdapat

pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu kompleks

trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan IL-1 yang dibebaskan

oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya aktivasi sel

CD4+ (Mclnnes dan Schett, 2011).

Menurut Daud (2006), kompleks antigen trimolekular akan mengekspresi

reseptor IL-2 pada permukaan CD4+. IL-2 yang diekskresi oleh sel CD4+ akan

mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada permukaannya sendiri dan akan

menyebabkan terjadinya mitosis dan proliferasi sel. Proliferasi sel CD4+ akan

berlangsung terus selama antigen tetap berada dalam lingkungan tersebut. Selain

IL-2, CD4+ yang telah teraktivasi juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti

gamma-interferon, tumor necrosis factor β (TNF-β), IL-3, IL-4, granulocyte-

macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) serta beberapa mediator lain

yang bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas fagositosisnya

dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi yang

dibantu oleh IL-1, IL-2, dan IL-4. Antibodi yang dihasilkan akan membentuk

kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi setelah

berikatan dengan antigen yang sesuai. Pengendapan kompleks imun akan

mengaktivasi sistem komplemen yang akan membebaskan komponen-komplemen

C5a. Komponen-komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain

meningkatkan permeabilitas vaskular juga dapat menarik lebih banyak sel

polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke arah lokasi tersebut. Pemeriksaan

histopatologis membran sinovial menunjukkan bahwa lesi yang paling dini

dijumpai pada AR adalah peningkatan permeabilitas mikrovaskular membran

sinovial, infiltrasi sel PMN dan pengendapan fibrin pada membran sinovial.

Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh

pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien, prostaglandin

dan protease neutral (collagenasedan stromelysin) yang akan menyebabkan erosi

rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya

depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan

viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan

proteoglikan rawan sendi (Daud, 2006).

Prostaglandin E2(PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan dapat

merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan

TNFβ. Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila antigen

penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi pada AR,

antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur persendian,

sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Tidak terhentinya

destruksi persendian pada AR kemungkinan juga disebabkan oleh terdapatnya

faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi terhadap epitop

fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 % pasien AR. Faktor reumatoid akan

berikatan dengan komplemen atau mengalami agregasi sendiri, sehingga proses

peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan

terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan

histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat

(Daud, 2006).

Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan

kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang

paling destruktif dalam patogenesis AR. Pannus merupakan jaringan granulasi

yang terdiri dari sel fibroblas yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai

jenis sel radang. Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan

pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan

jaringan kolagen dan proteoglikan (Daud, 2006).

Gambar 1. Patogenesis Artritis Rematoid (Mclnnes dan Schett, 2011).

Gambar 2. Sistem Imun Adaptif dan Innate pada Artritis Reumatoid (Mclnnes dan Schett, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Daud, R. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid II; Edisi IV: Artritis Rematoid. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dewing, et al. 2012. Osteoarthritis and Rheumatoid Arthritis: Pathophysiology, Diagnosis and Treatment. [serial on line]. http://www.clinicaladvisor.com

Gabriel, S. E. 2001. The Epidemiology of Rheumatoid Arthritis. [serial on line]. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed.

Gibofsky, A. 2012. Overview of Epidemiology, Pathophysiology, and Diagnosis of Rheumatoid Arthritis. American Journal Managed Care; 18. [serial on line]. http://www.ajmc.com.

Mclnnes, L. B., dan Schett, G. 2011. Mechanism of Disease: The Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis. The New England Journal of Medicine. [serial on line]. http://nejm.org.

Tak, P. P., dan Kalden, J. R. 2011. Advances in Rheumatology: New Targeted Therapeutic. BioMed Central: Arthritis Research and Therapy 13(55). [serial on line]. http://arthritis-research.com/content/13/S1/S5.

Temprano, K. K. 2013. Rheumatoid Arthritis. eMedicine Journal. [serial on line]. http://emedicine.medscape.com.