Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika...

35
Mekanika Fluida II Alat-alat ukur pada Saluran Terbuka

Transcript of Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika...

Page 1: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II

Alat-alat ukur pada Saluran Terbuka

Page 2: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Pengukur kedalaman kritis

Broad-crested weir

Es1Es1

Page 3: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Persamaan kedalaman kritis dapat diperoleh dengan

mendiferensiasikan Es

Karena dengan limit

Karena Q = q b, B = b dan A = by dan mengambil a = 1

Page 4: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Substitusi Yc ke persamaan energi maka akan diperoleh

Page 5: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Aliran melalui ambang

Tinjauan memakai energi spesifik

Aliran di atas ambang dan grafik spesifik energi

Page 6: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Nilai H didekati

dengan h:

Dengan velocity correction factor dan discharge coefficient persamaan menjadi :

h = tinggi muka air dari atas ambang, di hulu aliran (H = Es H1 = Es1, H2 = Es2)

Es1

Page 7: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

2. Flume

Aliran kritis diperoleh dengan menyempitkan saluran

Seringkali ditambah peninggian dasar saluran untuk memperoleh aliran kritis pada bagian sempitnya venturi flue

Page 8: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Dari persamaan energi diperoleh :

Dengan velocity correction factor dan discharge coefficient persamaan menjadi :

Substitusi ke persamaan energi maka diperoleh :

Aliran kritis diperoleh pada bagian leher

apabila disubstitusikan maka akan diperoleh

Page 9: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Tipe Alat Ukur berdasar Metode

1.Contracted Water head Methods (Weir/Notch)– Rectangular– V-notch– Cipoletti

2.End Depth Methods (Terjunan)– Rectangular– Triangular– Circular

3.Gravity Chute – Flow Diversion Methods (Flumes)– Parshall (upper atau submerge)– Trapezoidal– U-shape

Page 10: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Metode Notch

Prinsip Dasar Pengukuran:

Notch akan memberikan efek kontraksi pada aliran fluida sehingga kecepatan fluida akan terkonsentrasi pada titik tertentu dan dapat diukur untuk mewakili besaran debit yang melaluinya.

Page 11: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Rectangular (Tipe Weir)

Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis. Dapat dibagi lagi menjadi 3 kategori aliran:

Suppressed → Tidak terjadi kontraksi (b=B) Partially Suppressed Fully Suppressed → Terjadi kontraksi (B-b=4h

max)

Besarnya kontraksi akan mempengaruhi coeffisien of discharge.

Kb : koef. efek viskositas (ditentukan

berdasarkan grafik terkait fungsi Koefisien

Discharge (Cd).

Kh : koef. efek tegangan permukaan, untuk air

Kh = 0.001 m.

Page 12: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Penentuan koefisien Cd dan Kb

Page 13: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Batasan aplikasi (1)

• h diukur di awal saluran pada jarak > 4-5 hmax

sebelum weir

• weir sangat tipis sehingga tidak mempengaruhi pola aliran entrance.

• Muka air setelah weir < tinggi P.• h > 0.03 m• b dan B masing2 lebih dari 15 cm• 0 < b/B ≤ 1 and 0 < h/P ≤ 2.5• Jika b < B, maka B – b ≥ 20 cm

Page 14: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Solusi Analitik Lain (Weir)

Persamaan Francis

Persamaan Bazin

n : jumlah kontraksi

h : head di atas weir

Cd : koef. discharge

h : head di atas weir

b : lebar dasar weir

Page 15: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Triangular (V-notch weir)

Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis. Prinsip dasarnya sama dengan rectangular hanya perubahan bentuk

opening ditujukan agar pengukuran dapat lebih teliti dibandingkan dengan rectangular.

Besarnya kontraksi akan mempengaruhi coeffisien of discharge yg besar.

Cd : Koefisien Discharge

k : Koefisien koreksi head

θ : Sudut dalam v-notch

Page 16: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Penentuan nilai k dan Cd

Page 17: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Batasan aplikasi (2)

• h diukur di awal saluran pada jarak > 4-5 hmax

sebelum weir

• weir sangat tipis sehingga tidak mempengaruhi pola aliran entrance.

• Sudut notch (θ) direkomendasikan 600.• Muka air setelah weir < tinggi P.• h > 0.03 m

Page 18: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Cipoletti (Tipe Weir)

Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis. Didesain untuk mendapatkan kondisi kontraksi penuh, yang menyebabkan

koefisien discharge tidak lagi sebagai fungsi b dan P (seperti rectangular). Bentuk slope yang tajam (4:1) akan mendapatkan hasil pengukuran yang

lebih akurat dibandingkan rectangular.

Page 19: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Batasan aplikasi (3)

• h diukur di awal saluran pada jarak > 4-5 hmax

sebelum weir

• weir sangat tipis sehingga tidak mempengaruhi pola aliran entrance.

• Muka air setelah weir < tinggi P.• h > 0.03 m• P > 2 h

max

Page 20: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Metode End-depth

Prinsip Dasar Pengukuran:

Terjunan akan memberikan efek kecepatan terminal yang dapat diukur untuk mewakili besaran debit yang melaluinya.

Page 21: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Rectangular (End-depth)

Didesain untuk mendapatkan aliran freefall Aliran tidak mengalami kontraksi Mudah dalam konstruksi

Page 22: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Triangular (End-depth)

Didesain untuk mendapatkan aliran freefall Aliran tidak mengalami kontraksi Mudah dalam konstruksi Dibandingkan rectangular, bentuk ini tidak terbentuk drop-off zone.

Page 23: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Circular (End-depth)

Didesain untuk mendapatkan aliran freefall Aliran tidak mengalami kontraksi Mudah dalam konstruksi Dibandingkan rectangular, bentuk ini tidak terbentuk drop-off zone.

Page 24: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Metode Flume

Prinsip Dasar Pengukuran:

Flume memberikan efek gabungan kontraksi dan kecepatan terminal secara sekaligus namun dengan kehilangan tekanan yang lebih kecil yang dapat diukur untuk mewakili debit yang melaluinya.

Page 25: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Rectangular Flumes (1)

Syarat umum keberlakuan:• 0<h≤3 m• 0.01<h≤16 m• b<B<104 m• 0≤P<3 m• 0<L<104 m• F<1• Jika P=0, B>b• Jika B=b, P>0

Hasil akurat (ISO 4359)• h≤2 m• 0.1 m ≤b≤B• F≤0.5• h/b≤3• (bh)/[B(P+h)]≤0.7• h/L≤0.5• h≥0.05 atau h≥0.05 L

Page 26: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Rectangular Flumes (2)

Prosedur Analisis Rectangular Flumes (ISO 4359):1. Hitung Cd 2. Hitung A3. Hitung Cv (Numerik)4. Hitung Q5. Hitung v6. Hitung F

Page 27: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Trapezoidal Flumes (1)

Syarat umum keberlakuan:• 0<h≤3 m• 0.01<h≤16 m• b<B<104 m• 0≤P<3 m• 0<L<104 m• F<1• 0<m<100 m• 0<M<100 m

Hasil akurat (ISO 4359)• h≤2 m• 0.1 m ≤b≤B• F≤0.5• h/L≤0.5• h≥0.05 atau h≥0.05 L

Page 28: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Trapezoidal Flumes (2)

Prosedur Analisis (ISO 4359):1. Hitung k 2. Hitung Cd3. Hitung A dan T4. Hitung Cs (asumsi H=h)5. Hitung Cv6. Hitung Q7. Hitung v8. Hitung F9. Ulangi dengan

Page 29: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

U-shape Flumes (1)

Syarat umum keberlakuan:• 0<h≤3 m• 0.01<h≤16 m• d<D<104 m• 0≤P<3 m• 0<L<104 m• F<1

Hasil akurat (ISO 4359)• h≤2 m• 0.1 m ≤d≤D• F≤0.5• h/L≤0.5• h≥0.05 atau h≥0.05 L

Page 30: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

U-shape Flumes (2)

Prosedur Analisis (ISO 4359):1. Hitung Cd2. Hitung A dan T3. Hitung Cu (asumsi H=h)4. Hitung Cv5. Hitung Q6. Hitung v7. Hitung F8. Ulangi dengan H= hCv

2/3

Page 31: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Parshall Flumes (1)

Syarat umum keberlakuan:• 0<h≤3 m• 0.01<h≤16 m

Hasil akurat (ISO 9826)• h≤2 m• 0.152 ≤b≤15.24 m

Page 32: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Parshall Flumes (2)

Analisis Parshall Flume:• Baca grafik• Hitung debit: Q= Ch

n

Page 33: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Submerge Parshall Flumes (1)

Terjadi karena:Level muka air di hilir terlalu tinggi sehingga lompatan hidrolis tidak terlihat atau sangat kecil.

Solusinya:Dilakukan koreksi terhadap perhitungan debit pada kondisi ideal.

Q= Chn− Qe

Page 34: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Submerge Parshall Flumes (2)

Page 35: Mekanika Fluida IIkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/thisslide_05.pdf · Mekanika Fluida II - TL ITB Rectangular (Tipe Weir) Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.

Mekanika Fluida II - TL ITB

Questions?