medikamentosa obesitas

13
WASPADAI OBAT ANTI OBESITAS Ni Made Rai Wahyuni S Obesitas sering diartikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Sebenarnya patokan yang digunakan sebagai penentu apakah seseorang mengalami obesitas adalah suatu ukuran yang disebut indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada umur maupun jenis kelamin. Overweight atau sering disebut dengan kelebihan berat badan adalah tahap sebelum dikatakan obesitas secara klinis. Obesitas dikatakan terjadi kalau terdapat kelebihan berat badan 20% karena lemak para pria dan 25% pada wanita. .

Transcript of medikamentosa obesitas

Page 1: medikamentosa obesitas

WASPADAI OBAT ANTI OBESITAS

Ni Made Rai Wahyuni S

Obesitas sering diartikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Sebenarnya patokan

yang digunakan sebagai penentu apakah seseorang mengalami obesitas adalah suatu

ukuran yang disebut indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh (IMT)

merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT

didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter

(kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada umur maupun

jenis kelamin. Overweight atau sering disebut dengan kelebihan berat badan adalah

tahap sebelum dikatakan obesitas secara klinis. Obesitas dikatakan terjadi kalau

terdapat kelebihan berat badan 20% karena lemak para pria dan 25% pada wanita.

.

Kriteria di atas merupakan kriteria untuk kawasan Asia Pasifik. Kriteria ini berbeda

dengan kawasan lain, hal ini berdasarkan meta-analisis beberapa kelompok etnik

yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang sama,

menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kg/m2

dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT bangsa Cina, Ethiopia,

Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1.9, 4.6, 3.2, dan 2.9 kg/m2 lebih

Page 2: medikamentosa obesitas

rendah daripada etnik Kaukasia. Hal ini memperlihatkan adanya nilai cut off IMT

untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu. (Sugondo, 2006)

Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+)

adalah overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita adalah

obese. WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar dewasa

akan mengalami overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.

Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) prevalensi obesitas pada penduduk

dewasa di atas 15 tahun di beberapa kota besar di Indonesa cukup tinggi seperti di

Sumatera utara 20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di DKI Jakarta 26.9%

dengan 22.7% pria dan 30.7% wanita, Jawa Barat 17.0% dengan 14.4% pria dan

29.2% wanita, Jawa tengah 17.0% dengan 11.6% pria dan 22.0% wanita, DI

Yogyakarta 18.7% dengan 14.6% pria dan 22.5% wanita, Jawa timur 20.4% dengan

15.2% pria dan 25.5% wanita. Dan di Indonesia adalah 19.1% dengan wanita 23.8%

dan pria 13.9%.

Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya

mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi

dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang

berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di

negara-negara ini, termasuk Indonesia. Tingginya prevalensi ini, telah membuat

obesitas mendapat perhatian yang cukup singnifikan dalam medis. Obesitas lebih

sering terjadi antara wanita dan yang menyedihkan; prevalensi pada anak-anak juga

mengingkat pada taraf yang mengkhawatirkan.( Flier et al, 2005)

Obesitas yang ditandai dengan kelebihan lemak tubuh merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang utama yang banyak di dunia. Konsekuensi dari obesitas

yang penting dan perlu diperhatikan yaitu obesitas meningkatkan risiko hipertensi,

dislipidemia, diabetes tipe 2, penyakit jantung, gangguan tidur, osteoarthritis, dan

beberapa jenis kanker.

Page 3: medikamentosa obesitas

Bila seseorang mengalami obesitas ada 3 solusi yang umumnya dipilih untuk

mengatasinya. Pertama adalah pengaturan makan atau lebih popular disebut diet. Diet

paling sering menjadi solusi awal bagi orang dengan obesitas atau bahkan orang

normal yang ingin tampak lebih menarik dengan tubuh kurus. Bagi orang yang tekun

dan disiplin solusi ini mungkin berhasil, namun banyak juga yang berhenti di tengah

karena sulit mengubah kebiasaan makan dan hasil yang di dapat perlu waktu lama.

Solusi kedua yang sering dikombinasi dengan diet yaitu latihan fisik atau olahraga.

Hal ini juga sering mengalami hambatan karena perlu menyisihkan waktu terutama

bagi orang-orang dengan aktivitas padat. Pada akhirnya banyak orang mengambil

cara yang paling praktis dan efisien yaitu menggunakan obat-obatan.

Dalam pengelolaan obesitas, gaya hidup dan modifikasi perilaku, termasuk

pola makan dan olahraga yang tepat dianjurkan menjadi awal penanganan untuk

obesitas. Terapi dengan obat sebenarnya direkomendasikan untuk pasien yang telah

mengalami obesitas, atau pasien kelebihan berat badan dengan adanya penyakit

penyerta misalnya pasien dengan diabetes. Obat anti-obesitas diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok, sesuai dengan mekanisme mereka tindakan: penekan nafsu

makan, penghambat penyerapan lemak, stimulator pengeluaran energi dan

thermogenesis. Banyak obat telah digunakan untuk mengobati obesitas selama

bertahun-tahun. Namun, sebagian besar obat anti-obesitas yang telah disetujui oleh

United States Food and Drug Administration (USFDA) dan dipasarkan kini telah

ditarik karena penemuan pasca-pemasaran efek samping yang serius. Ulasan ini

merangkum nasib obat anti-obesitas yang telah diperkenalkan untuk penggunaan

klinis.

PHENTERMINE AND FENFLURAMINE

Kombinasi phentermine dengan fenfluramine atau dexfenfluramine pernah

umum digunakan dalam mengelola obesitas. Phentermine adalah obat noradrenergik,

yang merangsang pelepasan noradrenalin dan mengurangi asupan makanan dengan

bertindak pada β-adrenergik reseptor di hipotalamus perifornical. Fenfluramine dan

Page 4: medikamentosa obesitas

dexfenfluramine (d-isomer dari fenfluramine) adalah obat serotonergik, yang

menyebabkan pelepasan serotonin untuk menekan nafsu makan dan mengurangi

asupan makanan. Kedua phentermine dan fenfluramine secara individual disetujui

oleh USFDA. Kombinasi phentermine dengan fenfluramine atau dexfenfluramine

tidak dianggap lebih efektif daripada salah satunya saja, tetapi dosis yang lebih

rendah masing-masing obat dapat digunakan dalam kombinasi, menyebabkan lebih

sedikit efek samping. Namun, keduanya, fenfluramine dan dexfenfluramine ditarik

dari pasar oleh USFDA pada tahun 1997 . Keputusan itu didorong oleh laporan awal

dari 24 wanita yang menerima fenfluramine. Studi ini mengidentifikasi kerusakan

katup jantung dalam hubungan dengan penggunaan fenfluramine. Temuan

echocardiographic dan histologis menunjukkan morfologi katup tidak biasa yang

menyerupai penderita penyakit jantung karsinoid. Dalam studi ini, hipertensi arteri

paru juga diidentifikasi dari delapan wanita.

SIBUTRAMINE

Sibutramine digunakan secara luas setelah persetujuan oleh USFDA pada

tahun 1997 . Sibutramine adalah obat serotonergik dan adrenergik yang menghambat

reuptake serotonin dan norepinefrin. Sibutramine menekan nafsu makan,

menyebabkan rasa kenyang, dan meningkatkan thermogenesis (pembentukan panas

tubuh). Sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa sibutramine menghasilkan

penurunan berat badan sekitar 4,45 kg dalam 12 bulan pada orang dewasa kelebihan

berat badan dan obesitas yang memiliki BMI 25 kg/m2 atau lebih besar. Pada pasien

obesitas, sibutramine mampu mengurangi lingkar pinggang, yang merupakan

prediktor kuat penyakit jantung. Selain itu, sibutramine menyebabkan penurunan

dalam kadar hemoglobin glikosilasi pada pasien obesitas dengan diabetes tipe 2.

Namun berdasarkan penelitian yang berlangsung kurang lebih 24 minggu, ada

beberapa orang yang mendapatkan peningkatan kembali berat badan setelah

pengobatan sibutramine dihentikan. Efek samping yang paling sering ditemui dari

sibutramine adalah sakit kepala, mulut kering, insomnia, dan sembelit. Tidak seperti

fenfluramine, penggunaan sibutramine tidak dihubungkan dengan peningkatan

Page 5: medikamentosa obesitas

hipertensi paru atau kerusakan katup jantung. Namun, sibutramine berakibat terhadap

peningkatan denyut jantung dan menyebabkan rata-rata peningkatan 2 mmHg pada

tekanan darah diastolik dan tekanan darah sistolik dengan dosis 10-15 mg per hari

pada beberapa pasien. Peningkatan tekanan darah lebih jelas pada pasien yang lebih

muda dan lebih gemuk.. Berdasarkan pertimbangan atas pengaruhnya pada tekanan

darah, sibutramine tidak dianjurkan untuk digunakan pada pasien dengan penyakit

jantung koroner, aritmia jantung, hipertensi yang tidak terkontrol, gagal jantung

kongestif, atau riwayat stroke. Berdasarkan studi 5 tahun yang menguji pengaruh

Sibutramin terhadap jantung (SCOUT) yang melibatkan 10742 pasien overweight

atau obesitas dengan penyakit jantung, hipertensi atau diabetes tipe 2. Setelah periode

awal 6-minggu , pasien yang menerima single-blind sibutramine memiliki rata-rata

penurunan berat badan sebanyak 2,2 kg, pengurangan lingkar pinggang sebesar 2,0

cm, penurunan tekanan darah sistolik sebesar 3,0, tekanan darah diastolic 1,0 mmHg,

dan penurunan denyut nadi 1,5 bpm. Pada bulan Januari 2010, sebuah laporan awal

dari studi SCOUT, yang menunjukkan bahwa sibutramine dikaitkan dengan

peningkatan risiko serius, non-fatal kejadian kardiovaskuler seperti infark miokard

atau stroke dibandingkan dengan plasebo menyebabkan rekomendasi untuk

menangguhkan penggunaan sibutramine oleh Committee for Medicinal Products

(CHMP) untuk Human Use of the European Medicine Agency (EMEA). Sibutramine

kemudian ditarik dari pasar Eropa. USFDA meminta agar profesional kesehatan

diberitahu bahwa sibutramine tidak boleh digunakan pada pasien dengan penyakit

kardiovaskular. Hasil lengkap dari studi SCOUT diterbitkan pada bulan September

2010. Pengobatan jangka panjang sibutramine ditunjukkan untuk meningkatkan

risiko infark miokard nonfatal dan stroke non-fatal. USFDA memutuskan bahwa obat

mungkin menimbulkan risiko kardiovaskular yang tidak perlu untuk pasien, dan

sibutramine ditarik pada tanggal 8 Oktober 2010.

RIMONABANT

Sistem endocannabinoid memainkan peran penting dalam mengendalikan

asupan makanan dan keseimbangan energi, serta metabolisme lemak dan glukosa.

Page 6: medikamentosa obesitas

Endocannabinoids bertindak sebagai ligan endogen yang mampu mengaktifkan dua

jenis G protein-coupled reseptor cannabinoid, reseptor jenis cannabinoid 1 (CB1) dan

jenis cannabinoid 2 (CB2). Reseptor CB1 diekspresikan dalam sistem saraf pusat dan

pada jaringan perifer seperti jaringan adiposa, saluran pencernaan, hati dan otot, yang

semuanya terlibat dalam metabolisme lipid dan glukosa. Reseptor CB2 terletak dalam

sel-sel kekebalan tubuh dan hematopoietik (pembentuk komponen darah).

Rimonabant, obat pertama selektif antagonis reseptor CB1 di otak dan di perifer,

bertujuan memerangi obesitas dan faktor risiko yang terkait. Persetujuan penggunaan

rimonabant direkomendasikan oleh CHMP dari EMEA pada bulan April 2006.

Sejauh ini, telah ada empat uji besar klinis terhadap manusia yang menguji keamanan

dan kemanjuran rimonabant. The rimonabant in obesity (RIO) melakukan percobaan

terhadap efek rimonabant terhadap pasien obesitas, overweight, pasien

hiperlipidemia, dan diabetes tipe 2 . Rimonabant membantu menurunkan berat badan

sekitar 4,7 kg pada 1 tahun follow up. Namun, belakangan dilaporkan bahwa

penggunaan rimonabant dikaitkan dengan efek samping kejiwaan termasuk

kecemasan, depresi dan keinginan bunuh diri. Peristiwa kejiwaan samping yang

diamati dalam 26% dari peserta dalam kelompok rimonabant 20 mg dibandingkan

dengan 14% dari mereka pada plasebo dalam empat penelitian yang sama. Pada

Oktober 2008, penangguhan penggunaan rimonabant direkomendasikan oleh EMEA.

Izin untuk penggunaan rimonabant juga ditolak oleh USFDA.

ORLISTAT

Orlistat, suatu pengahambat reversibel enzim lipase di saluran pencernaan

yang berfungsi dalam pencernaan lemak. Obat ini telah disetujui untuk pengelolaan

jangka panjang dari obesitas. Orlistat mengurangi asupan kalori dan menyebabkan

penurunan berat badan dengan menghambat pemecahan lemak makanan dalam usus

dan mengurangi penyerapan. Dalam meta-analisis dari 29 studi, orlistat mengurangi

berat badan sekitar 2,59 kg dalam 6 bulan dan sekitar 2,89 kg dalam 12 bulan terapi.

Bila dibandingkan dengan pengobatan dengan plasebo dan diet, orlistat secara

signifikan mengurangi lingkar pinggang, kolesterol total, LDL-C dan tekanan darah,

Page 7: medikamentosa obesitas

dan peningkatan kadar glukosa darah dan resistensi insulin. Dalam prakteknya, efek

samping yang paling umum dari orlistat mempengaruhi sistem pencernaan, seperti

diare, perut kembung, sakit perut dan dispepsia. Selain itu, penggunaan jangka

panjang dari orlistat dapat mengakibatkan kekurangan dari vitamin larut lemak

(vitamin A, D, E, dan K). Suplementasi vitamin yang cukup oleh karena itu mungkin

diperlukan untuk pasien yang menggunakan orlistat. Harus diingat bahwa tentang

efek jangka panjang pada kejadian kardiovaskular dari terapi dengan orlistat sangat

terbatas oleh karena itu obat ini masih menjadi pilihan utama untuk terapi anti

obesitas.

EPHEDRINE AND CAFFEINE

Efedrin dan kafein termasuk dalam kategori obat yang meningkatkan

pengeluaran energi dan termogenesis. Dalam uji coba jangka panjang terkontrol

plasebo klinis, kombinasi dari efedrin dan kafein menunjukkan efek yang lebih besar

pada penurunan berat badan dari pada pengguanaan tanpa kombinasi. Zat-zat ini juga

terkandung dalam beberapa suplemen kesehatan. Namun, sampai saat ini, kombinasi

dari efedrin dan kafein belum disetujui sebagai pengobatan anti-obesitas.

Walaupun bukan merupakan penyakit yang mengancam jiwa, obesitas telah

menjadi suatu masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Hal ini dapat dikontrol

melalui obat-obatan yang tentu saja harus aman dan efektif. Fenfluramine dan

dexfenfluramine telah ditarik karena terbukti menyebabkan kerusakan katup jantung.

Sibutramine bekerja dengan menekan nafsu makan dan meningkatkan denyut jantung

dan tekanan darah. Di Eropa dan Amerika obat ini telah ditarik sehubungan dengan

peningkatan kejadian kardiovaskular. Rimonabant merupakan antagonis reseptor

endocannabinoid yang efektif mengurangi berat badan. Namun, efek samping berupa

gangguan psikis juga menyebabkan penarikan obat ini. Orlistat disetujui di Eropa dan

Amerika Serikat untuk pengobatan obesitas, namun penggunaannya dibatasi karena

menimbulkan efek samping gastrointestinal. Efedrin dan kafein adalah bahan alami

dalam makanan dan suplemen yang dapat membantu orang menurunkan berat badan.

Page 8: medikamentosa obesitas

Meskipun hasil yang menjanjikan pada pengurangan berat badan dan

beberapa faktor risiko kardiovaskular, sebagian besar obat anti-obesitas yang

dikembangkan sejauh ini belum disetujui atau harus ditarik dari pasar, karena efek

samping yang merugikan. Untuk saat ini orlistat adalah obat anti obesitas yang

disetujui secara luas. Perkembangan baru obat anti-obesitas masih sangat dibutuhkan.

Meskipun obat-obatan menjadi solusi efektif penurun berat badan, seperti yang telah

dipaparkan diatas berbagai obat ternyata memiliki efek samping terapi yang cukup

parah. Bahkan menurut beberapa sumber terapi jangka panjang menggunakan orlistat

dapat mengakibatkan kerusakan hati yang cukup parah. Namun data penelitian

terhadap efek jangka panjang penggunaan obat ini masih minim, sehingga saat ini

masih digunakan secara luas dan belum ada penangguhan dari badan pengawas obat-

obatan. Melalui paparan di atas dapat dimengerti pertimbangan mengapa para praktisi

medis akan menganjurkan diet dan olah raga sebagai terapi utama pada kasus-kasus

obesitas. Selain tidak memiliki efek negative, pengaturan makan serta olah raga

sebagai terapi sekaligus pencegahan malah mampu meningkatkan kesehatan baik

fisik maupun mental. Dengan kata lain hindarilah pemakaian obat dan jika tidak

punya pilihan lain, bersikaplah selektif terhadap pemilihan obat yang anda lakukan.