mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas...

19
MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014 LATAR BELAKANG Badan Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2012 menyatakan bahwa di seluruh dunia, 60-90% dari anak- anak sekolah dan hampir 100% orang dewasa memiliki gigi berlubang, sering menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Salah satu cara tepat untuk mencegah masalah ini adalah dengan terus memastikan kebersihan mulut dengan tepat, salah satunya melalui sikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung floride. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, zat tepung dapat merusak gigi, contohnya permen, coklat, dan lainnya (WHO, 2003). Pada kelompok usia 10-15 tahun diketahui hanya ada 6,2% penduduk Indonesia yang memiliki perilaku menyikat gigi dengan benar. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup anak 1) Alumni Jurusan PKIP FKM Undana 2) Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana ANALISIS EFEKTIVITAS PERMAINAN SEBAGAI METODE PENYULUHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS IV SDN NAIKOTEN 1 KUPANG TAHUN 2013 Samson Lambert Roberto Selan¹, Engelina Nabuasa ², Ribka Limbu 2 Abstract: Dental and oral health education to elementary school students need to be done using a variety of media and methods. One method that can be used is games. This study aimed to analyze the effectiveness of game as a method of education to increased knowledge of oral health in the fourth grade students of SDN Naikoten 1 Kupang. The research method used in this study is quasi-experimental methods with Non-equivalent control group using pretest and posttest. Systematic Random Sampling is the sampling technique that used in this research, the sample is 40 students and 20 of them is the experimental group and 20 others is the control group. The instrument that used was a questionnaire. The data obtained through the pretest and posttest were analyzed using of Paired T test for related samples. The results showed that in experimental group the p value less than 0.05 (0.000 <0.05), whereas the p-value for the control group is greater

Transcript of mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas...

Page 1: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014

LATAR BELAKANGBadan Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2012 menyatakan bahwa di seluruh dunia, 60-90% dari anak-anak sekolah dan hampir 100% orang dewasa memiliki gigi berlubang, sering menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Salah satu cara tepat untuk mencegah masalah ini adalah dengan terus memastikan kebersihan mulut dengan tepat, salah satunya melalui sikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung floride.

Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama. Penyakit gigi yang banyak dikeluhkan masyarakat adalah karies gigi (dental caries) dan penyakit periodontal (kelainan jaringan penyangga gigi).

Anak Indonesia rata-rata memiliki 2-3 gigi berlubang, hal ini dipicu perilaku kegemaran anak-anak mengkonsumsi makanan manis, lunak, melekat serta makanan yang berupa

zat tepung dapat merusak gigi, contohnya permen, coklat, dan lainnya (WHO, 2003). Pada kelompok usia 10-15 tahun diketahui hanya ada 6,2% penduduk Indonesia yang memiliki perilaku menyikat gigi dengan benar. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup anak dan dapat mengganggu anak dalam menjalankan aktivitasnya di sekolah.

Sebesar 5,60% penduduk Indonesia di tahun 2012 mempunyai keluhan sakit gigi (Pofil Data Kesehatan Indonesia, 2011). Menurut Riskesda 2007, sebesar 25,1% penduduk NTT memiliki masalah gigi dan mulut. Hanya 5,0% penduduk NTT yang melakukan perilaku menggosok gigi yang benar, sisanya (95,0%) dinyatakan tidak (Riskesda, 2007). Jumlah SD/MI dengan sikat gigi massal di Nusa Tenggara Timur tahun 2010 mencapai 5.454 sekolah dengan jumlah murid yang perlu perawatan sebanyak 60.373 murid dan yang mendapat perawatan sebanyak 31.992 murid atau sebesar 53% (Profil Kesehatan Prov. NTT, 2011) sedangkan untuk Kota Kupang dari 6.696 murid yang diperiksa 4.131 diantaranya perlu mendapat perawatan dan sebesar 99,39% mendapatkan

1) Alumni Jurusan PKIP FKM Undana2) Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana

ANALISIS EFEKTIVITAS PERMAINAN SEBAGAI METODE PENYULUHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS IV SDN NAIKOTEN 1 KUPANG TAHUN 2013

Samson Lambert Roberto Selan¹, Engelina Nabuasa ², Ribka Limbu 2

Abstract: Dental and oral health education to elementary school students need to be done using a variety of media and methods. One method that can be used is games. This study aimed to analyze the effectiveness of game as a method of education to increased knowledge of oral health in the fourth grade students of SDN Naikoten 1 Kupang. The research method used in this study is quasi-experimental methods with Non-equivalent control group using pretest and posttest. Systematic Random Sampling is the sampling technique that used in this research, the sample is 40 students and 20 of them is the experimental group and 20 others is the control group. The instrument that used was a questionnaire. The data obtained through the pretest and posttest were analyzed using of Paired T test for related samples. The results showed that in experimental group the p value less than 0.05 (0.000 <0.05), whereas the p-value for the control group is greater than 0.05 (0.392> 0.05). The conclusions is that using games as an educational method are effectively improve the knowledge of oral health in the students fourth grade elementary school Naikoten 1 Kupang.

Key words: Effectiveness, Education, Game Method, Oral Healthy

Page 2: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014

perawatan (Profil Dinas Kesehatan Kota Kupang, 2011).

Masalah kesehatan gigi ini dapat terjadi akibat kurang diperhatikannya kebersihan gigi dan mulut. Karena gigi dan mulut yang terjaga kebersihannya memperkecil terjadinya kerusakan gigi. Selain itu, tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut pada umumnya disebabkan karena berbagai faktor, antara lain: (a) faktor pengetahuan, (b) sikap dan (c) perilaku atau tindakan dalam memelihara kesehatan gigi yang masih rendah (Notoatmodjo, 2003). Faktor pengetahuan dapat diintervensi melalui kegiatan penyuluhan atau pendidikan kesehatan melalui UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di setiap sekolah.

Kurangnya pengetahuan murid dan kebiasaan yang salah dalam memelihara gigi dapat meningkatkan jumlah angka penyakit gigi pada anak sekolah. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di SDN Naikoten 1 Kupang melalui wawancara dengan guru kelas dan murid di beberapa kelas ditemukan bahwa lebih dari setengah dari jumlah murid di kelas mengaku pernah mengalami masalah sakit gigi dan mengalami karies gigi, ditemukan juga banyak dari mereka yang tidak menyikat gigi dengan cara yang benar. Salah satu kelas yang memiliki murid dengan masalah kesehatan gigi cukup besar di sekolah itu adalah murid kelas IV dimana sebagian besar muridnya berusia 10 tahun. Pada kelompok usia ini minat belajar murid cukup tinggi, didukung oleh ingatan anak yang kuat serta kemampuan dalam menangkap dan memahami materi yang diberikan. Secara umum, perilaku kesehatan gigi pada usia ini lebih kooperatif daripada kelompok umur yang lebih muda dan usia ini juga dianggap sudah mandiri dalam kegiatan menyikat gigi. Selain itu, di SDN Naikoten 1 Kupang belum ada UKS maupun UKGS, serta tidak pernah diadakan kegiatan pemeriksaan maupun penyuluhan-penyuluhan khususnya mengenai kesehatan gigi dan mulut sebelumnya. Oleh karena itu,

perlu adanya peningkatan pengetahuan kepada murid di sekolah ini terutama murid kelas IV melalui penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu metode peningkatan pengetahuan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan perilaku perawatan kesehatan gigi dan mulut pada murid SDN Naikoten 1 Kupang.

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat (Muninjaya, 2004). Diharapkan penyuluhan yang diberikan dapat memberikan dampak terhadap perubahan pengetahuan dan sikap pesertanya, maka diperlukan metode yang dapat menarik perhatian dan dapat memberikan kesan yang mendalam kepada pesertanya. Salah satunya dapat dilakukan melalui metode permainan.

Metode permainan adalah salah satu metode yang dapat digunakan pada proses pembelajaran bagi anak, karena dunia anak adalah dunia bermain (Nirwana, 2011). Sebagaimana penelitian membuktikan, bermain merupakan sarana untuk menggali pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, sehingga permainan dapat menjadi sebuah sarana untuk memperdalam kesan peserta dalam suatu pembelajaran (Mulyati, 2005). Salah satunya adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Sujilah (2005) dalam meningkatkan pengetahuan matematika pada murid sekolah dasar dengan menggunakan metode permainan. Menurut Notoatmodjo (2003) permainan adalah salah satu metode dalam pendidikan kesehatan dan metode ini dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada murid di sekolah dasar.

139

Page 3: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

Analisis Efektivitas Permainan Sebagai Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Murid Kelas Iv Sdn Naikoten 1 Kupang Tahun 2013

Tujuan umum dari penelitian ini adalah Menganalisis efektivitas permainan sebagai metode dalam penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada murid kelas IV SDN Naikoten 1 Kupang, sedangkan Tujuan Khusus untuk mengetahui pengetahuan murid kelas IV SDN Naikoten 1 Kupang mengenai kesehatan gigi dan mulut sebelum diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan metode permainan, mengetahui pengetahuan murid kelas IV SDN Naikoten 1 Kupang mengenai kesehatan gigi dan mulut setelah diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan metode permainan dan untuk mengetahui efektivitas permainan sebagai metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada murid kelas IV SDN Naikoten 1 Kupang.

METODE PENELITIANJenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen yang adalah suatu penelitian dengan menggunakan kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut (Riyanto, 2011). Penelitian eksperimen yang dilakukan adalah eksperimen semu dengan rancang penelitian Non-equivalent Control Group.

Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri Naikoten 1 Kota Kupang selama 2 bulan, mulai dari bulan Februari-Maret tahun 2013.

Populasi adalah seluruh keseluruhan objek dari sebuah penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid di SDN Naikoten 1 Kupang tahun ajaran 2012/2013 yakni berjumlah 681 murid.

Sampel adalah objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah murid kelas IV (empat) di SDN Naikoten 1 Kupang pada tahun ajaran

2012/2013 yang ditentukan dengan menggunakan teknik random sampling, dimana semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel yaitu dengan menggunakan Systematic Random Sampling, yakni dengan membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan dengan pertimbangan pada kriteria inklusi sebagai berikut: (1) Dapat mengikuti kegiatan penyuluhan dengan baik. (2) Tidak terganggu dengan kegiatan sekolah seperti ujian dan lainnya. (3) Sudah dapat membaca dan menulis dengan baik. (4) Bersedia mengikuti kegiatan penyuluhan.

Besar anggota sampel dalam eksperimen tidak ditentukan oleh besarnya populasi, tetapi ditentukan oleh kekuatan pengaruh perlakuan dari studi-studi sebelumnya. Ukuran minimum besar sampel yang dapat diterima menurut Gay (1976) dalam Sevilla (1993) adalah 15 subjek per kelompok, sedangkan menurut Roscoe (1975) penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eksperimen yang ketat akan sukses jika ukuran sampelnya kecil antara 10 sampai dengan 20 (Sekaran, 2006), sehingga dari jumlah 90 murid di kelas IV SDN Naikoten 1 Kota Kupang akan diacak oleh peneliti menjadi 20 subjek untuk kelompok eksperimen dan 20 subjek untuk kelompok kontrol yang digunakan sebagai sampel penelitian, sehingga memungkinkan penyuluhan dengan metode permainan yang dilakukan dapat berjalan efektif dan terkontrol dengan baik

HASIL DAN BAHASAN Gambaran Umum Lokasi PenelitianSekolah Dasar Negeri Naikoten 1 Kupang sudah berdiri sejak tahun 1955. Sekolah ini bertempat di jl. Jenderal Soeharto No. 69 Kelurahan Naikoten 1 Kecamatan Kota Raja Kota Kupang. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah dengan kualitas tenaga pendidik yang baik. Hingga tahun 2013 ini tercatat total tenaga pendidik pada sekolah ini adalah 36 orang yang terdiri atas 26 guru tetap (PNS), 5 guru tidak tetap (honor, 2 orang staf tata

140

Page 4: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014

usaha, 1 orang pustakawan dan 2 orang Cleaning Service).

Sekolah Dasar Negeri Naikoten 1 adalah salah satu sekolah favorit di Kota Kupang dikarenakan posisinya yang berada di pusat kota serta kualitas guru yang memadai dan juga terbukti dengan perkembangan jumlah murid yang terus meningkat setiap tahunnya. Jumlah murid di sekolah ini terus bertambah setiap tahunnya mulai dari 598 murid pada tahun ajaran 2010/2011 hingga 681 murid pada tahun ajaran 2012/2013 dan hal ini serta beberapa alasan lain di atas merupakan beberapa indikator bahwa sekolah ini adalah salah sekolah sekolah favorit di Kota Kupang.

SDN Naikoten 1 dilengkapi dengan sejumlah sarana dan pra sarana untuk mendukung kegiatan administrasi dan juga kegiatan belajar mengajar sehari-hari. berbagai fasilitas yang ada di Sekolah Dasar Negeri Naikoten 1 Kupang yang mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah mulai dari ruangan hingga berbagai peralatan pendidikan berupa alat peraga seperti globe, torso, atlas dan lainnya.

Total Murid di SDN Naikoten 1 pada tahun ajaran 2012//2013 adalah 681 murid dengan 330 laki-laki (48,46%) dan 351 perempuan (51,54%) dibagi dalam enam angkatan kelas yakni kelas satu hingga kelas enam. Berikut dapat dilihat proporsi dari keenam tingkatan kelas tersebut pada grafik 1

Grafik 1. Distribusi Jumlah Murid di SDN Naikoten 1 Kupang Berdasarkan Tingkatan Kelas

Berdasarkan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa kelas I adalah kelas dengan jumlah murid terbanyak yakni mencapai 22,03% atau sebanyak 150 murid dan kelas dengan total murid terkecil adalah kelas V dengan 12,63% atau sebanyak 86 murid. Seluruh murid dalam keenam tingkatan kelas ini kemudian dibagi ke dalam beberapa rombongan belajar yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 4.2

Distribusi Jumlah Murid di SDN Naikoten 1 Kupang Berdasarkan Rombongan Belajar (ROMBEL)

NO KELAS ROMBEL2012/2013

Tahun Pelajaran2012/2013

1 I 4 1502 II 4 1353 III 3 1174 IV 2 905 V 3 866 VI 3 103

Sumber: Data sekunder SDN Naikoten 1 tahun 2013.

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa rombongan belajar terbanyak terdapat pada kelas I dan kelas II yakni mencapai empat rombongan belajar sedangkan untuk kelas IV adalah kelas dengan rombongan belajar terkecil yakni hanya 2 rombongan belajar saja.

Grafik 2 yang menunjukkan distribusi murid di SDN Naikoten 1 Kupang berdasarkan usia. Berdasarkan grafik 2 terlihat bahwa sebagian besar murid pada SDN Naikoten 1 Kupang berusia 8 tahun yakni berjumlah 158 murid atau 23,2% dengan laki-laki berjumlah 75 orang dan perempuan berjumlah 83 orang sedangkan usia 5 tahun dan 9 tahun adalah usia terkecil yakni hanya sebesar 4,11% atau 28 orang. Sebagian besar murid yang berusia 10 tahun adalah murid yang berada pada kelas IV yakni dari 17,33% murid berusia 10 tahun ada 10,57% atau sebanyak 72 murid yang menempati kelas IV. Perhitungan usia yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah

141

Page 5: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

Analisis Efektivitas Permainan Sebagai Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Murid Kelas Iv Sdn Naikoten 1 Kupang Tahun 2013

dengan menghitung berdasarkan tahun lahir murid.

Grafik 2

Distribusi Jumlah Murid di SDN Naikoten 1 Kupang Berdasarkan Usia

Gambaran Karakteristik RespondenGambaran karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.

No Umur (Thn)

Jenis Kelamin Jumlah L+P %Laki-

Laki % Perem-puan %

1 8 0 0 1 2,5 1 2,5

2 9 16 40 11 27,5 27 67,5

3 10 3 7,5 9 22,5 12 30

Jumlah 19 47,5 21 52,5 40 100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari seluruh kelas IV yang diacak kemudian dipilihlah 40 orang responden yang sebagian besar berusia 9 tahun yakni sebesar 67,5% dan disusul oleh usia 10 dan 8 tahun, sedangkan untuk jenis kelamin sebagian besar responden adalah reponden perempuan yakni sebesar 52,5% sedangkan laki-laki sebesar 47,5%. Data primer yang diperoleh peneliti ini sedikit berbeda dengan data dari pihak sekolah yang menyatakan bahwa sebagian besar anak di kelas IV adalah anak kelahiran tahun 2002 yang seharusnya pada tahun ini berusia 10 tahun yakni sebesar 80% murid di kelas IV,

perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan perhitungan antara peneliti dengan pihak sekolah, peneliti melakukan perhitungan berdasarkan keterangan dari muridnya sendiri yang didasarkan pada tanggal lahir sedangkan pihak sekolah menghitung berdasarkan tahun lahir murid sehingga karena penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari maka ada sebagian besar anak yang usianya belum genap 10 tahun.

PengetahuanPengetahuan murid dilihat dari jawaban yang diberikan oleh murid dalam kuesioner yang diberikan sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest). Berikut adalah rekapan nilai pretest dan posttest

Hasil Pretest dan Posttest Pada Kelompok EksperimenPretest untuk kelas ekperimen dilakukan sebelum diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode permainan sedangkan untuk kelas kontrol diberikan sebelum diberikan posttest tanpa ada ekperimen (perlakuan). Berikut adalah hasil pretest dan posttest pengetahuan yang dilakukan pada kelas eksperimen:

Penge-tahuan

Kelompok Eksperimen

Total Mean Nilai Max

Nilai Min

Pretest 735 36,75 65 15Posttest 1300 65 100 35Selisi Nilai 565 28,25 35 20

Sumber: Data Primer tahun 2013

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa ada perubahan nilai pada kelompok eksperimen setelah diberikan penyuluhan dengan metode permainan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata (mean) nilai pretest yang sebelumnya hanya 36,75 meningkat menjadi 65 setelah posttest dengan nilai terendah pada pretest 15 dan tertinggi 65 sedangkan

142

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Tabel 3

Hasil Pretest dan Posttest Variabel Pengetahuan Kelompok Eksperimen

Page 6: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014

35 adalah nilai terendah pada posttest dan 100 adalah nilai tertinggi. Terlihat pada tabel 3 ada selisih positif pada total nilai maupun nilai rata-rata yakni selisih total nilai adalah 565 dengan selisih nilai rata-rata 28,25, hal ini menunjukkan ada peningkatan nilai setelah penyuluhan diberikan.

Hasil Pretest dan Posttest Pada Kelompok Kontrol

Tabel 4

Hasil Pretest dan Posttest Variabel Pengetahuan Kelompok Kontrol

Penge-tahuan

Kelompok Kontol

Total Mean Nilai Max

Nilai Min

Pretest 770 38,5 65 15Posttest 735 36,75 75 15

Selisi Nilai -35 -1,75 10 0

Sumber: Data Primer tahun 2013.

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol juga ada perubahan nilai antara pretest dan posttest, namun perubahan itu berbanding terbalik dengan kelompok eksperimen, dimana pada kekompok kontrol terjadi penurunan total nilai dan nilai rata-rata (mean) antara posttest dan pretest. Terlihat pada tabel 4.5 total nilai pada pretest adalah 770 dengan rata-rata 38,5 sedangkan pada posttest total nilainya adalah 735 dengan rata-rata 36,75, hal ini menyebabkan selisih nilai menjadi negatif yang berarti ada penurunan nilai pada posttest. Nilai terendah pada pretest adalah 15 dengan nilai tertinggi 65 dan pada posttest nilai terendahnya juga 15 dan nilai tertingginya adalah 75.

Efektivitas Permainan Sebagai Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Murid Kelas IV SDN Naikoten 1 Kupang Tahun 2013 Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan (Danfar, 2009). Efektivitas

memiliki arti berhasil atau tepat guna dan merupakan kata dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk melihat peranan metode permainan yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dalam meningkatkan pengetahuan murid kelas IV SDN Naikoten 1 Kota Kupang dengan melihat nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kontol.Analisis efektivitas menggunakan uji Paired Sampel T Test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara sampel yang diberi sebelum dan setelah perlakuan, penyuluhan dikatakan efektif jika terdapat peningkatan pengetahuan pada responden yang dilihat dari hasil uji ini, namun uji ini memiliki prasyarat yakni uji yang menggunakan asumsi-asumsi data berdistribusi normal dengan varians homogen dan diambil dari sampel yang acak (Riwidikdo, 2010). Uji normalitas adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal yakni distribusi data yang mampunyai pola seperti distribusi normal (distribusi data tersebut tidak mengarah ke kiri atau ke kanan). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Uji homogenitas dilakukan untuk menguji bahwa setiap kelompok yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama, dengan demikian perbedaan yang terjadi dalam hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan antara kelompok, bukan akibat dari perbedaan yang terjadi di dalam kelompok, tetapi untuk penelitian ini tidak perlu lagi dilakukan uji homogenitas karena kelompok eksperimen dan kontrol berasal dari tingkatan kelas yang sama yakni kelas IV yang berarti bahwa kedua kelompok memiliki varians yang sama. Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen kemudian dilakukan uji Paired Sampel T Test untuk mengetahui efektivitas metode permainan dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut ini. Berikut adalah hasil uji kolmogorov-smirnov dan Paired Sampel T Test:

143

Page 7: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

Analisis Efektivitas Permainan Sebagai Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Murid Kelas Iv Sdn Naikoten 1 Kupang Tahun 2013

Uji Kolmogorov-SmirnovHasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikasi untuk semua data lebih dari 0,05 yang berarti Ho diterima sehingga semua data berdistribusi normal, seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas

Data Sig. (2-tailed) NormalitasPretest kelas eksperimen

0,682 Berdistribusi normal

Pretest kelas kontrol

0,419 Berdistribusi normal

Posttest kelas eksperimen

0,505 Berdistribusi normal

Posttest kelas kontrol

0,352 Berdistribusi normal

Sumber: Data Primer tahun 2013.

Uji TPenggunaan Paired T Test adalah untuk menguji efektivitas suatu ekperimen terhadap suatu besaran variabel yang ingin ditentukan. Metode ini menggambarkan bahwa responden akan diukur test pengetahuannnya sebelum penyuluhan (nilai pretest) dan diukur test pengetahuannya setelah penyuluhan (nilai posttest), selanjutnya masing-masing nilai responden dibandingkan antara sebelum penyuluhan (pretest) dan setelah penyuluhan (posttest). Berikut adalah tabel hasil uji Paired T Test pada kelompok kontol dan eksperimen:

Hasil output SPSS menunjukkan bahwa t hitung untuk kelompok eksperimen -7,072 sedangkan kelompok kontrol 0,877. Nilai negatif (-) pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa nilai sebelum

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode permainan lebih kecil (<) dari nilai setelah penyuluhan dan sebaliknya pada kelompok kontrol t hitung tidak menunjukkan nilai negatif namun positif berarti nilai posttest lebih kecil dari nilai pretest.

Berdasarkan harga signifikasi (p) pada sig. (2-tailed) menunjukkan kelompok eksperimen memiliki harga p = 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak artinya ada beda rata–rata antara nilai sebelum diberikan penyuluhan dan sesudah diberikan penyuluhan dengan harga t negatif (-) yang menunjukkan nilai posttest lebih besar dari nilai pretest setelah diberikan penyuluhan, sehingga pemberian penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode permainan pada penyuluhan kesehatan gigi dan mulut efektif karena terbukti berperan dalam meningkatkan pengetahuan murid kelas IV SDN Naikoten1 Kupang.

BAHASANPengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Menurut Hidayat efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya (Danfar, 2009). Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana dan tujuan yang dicapai. Dunia pendidikan menggunakan kata efektivitas dalam pembelajaran dengan arti belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didiknya, melalui pemakaian prosedur yang tepat (Miarso, 2004), salah satunya dapat dilakukan dengan mengukur tingkat pengetahuan peserta didik sebelum dan sesudah diberikan pendidikan (Warsita, 2008). Efektivitas yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah untuk melihat peranan metode permainan yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dalam meningkatkan pengetahuan murid kelas IV SDN Naikoten 1 Kota Kupang.

144

Tabel 6 Hasil Uji Paired T Test

Kelas Jumlah Sampel

Rata-Rata Sig (2-

tailed)Nilai t hitungPretest Posttest

Ekspe-rimen 20 36,75 65 0,000 -7,072

Kontrol 20 38,5 36,75 0,392 0,877

Page 8: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan pengetahuan sebelum murid diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode permainan dan setelahnya. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan rata-rata nilai pada pretest dan posttest pada kelas eksperimen. Nilai rata-rata pretest (sebelum diberikan penyuluhan dengan metode permainan) pada kelas eksperimen adalah 36,75 dengan nilai tertinggi adalah 65 dan nilai terendahnya adalah 15, sedangkan setelah diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada anak terlihat perubahan pengetahuan, yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-ratanya yakni mencapai 65, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 35. Secara umum semua anak mengalami kenaikan nilai pada posttest, untuk mengetahui seberapa besar perubahannya dapat menggunakan rumus persentase peningkatan sebagai berikut:% peningkatan =

% peningkatan =

% peningkatan =

% peningkatan = 76,87

Peningkatan nilai ini menunjukkan adanya perubahan pengetahuan pada kelas eksperimen yang menandakan bahwa ada pengaruh dari penyuluhan dengan metode permainan yang diberikan. Berbeda dengan yang didapatkan oleh kelas kontrol, dimana nilai rata-rata pretest pada kelas kontrol adalah 38,5 dengan nilai tertinggi 65 dan nilai terendah 15 sedangkan nilai rata-rata pada posttest adalah 36,75 dengan nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 75, bahkan secara umum ada penurunan nilai responden pada posttest di kelas kontrol.

erdasarkan hasil uji Paired Sampel T Test harga signifikasi (p) pada sig. (2-tailed) menunjukkan kelompok eksperimen memiliki harga p = 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) artinya ada beda rata–rata antara nilai sebelum diberikan penyuluhan dan sesudah diberikan penyuluhan, hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada murid kelas IV SDN Naikoten 1 melalui metode permainan sangat bermanfaat terhadap peningkatan pengetahuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode permainan efektif digunakan sebagai metode penyuluhan karena berperan dalam meningkatkan pengetahuan responden.

Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok ataupun individu. Diharapkan dengan adanya pengetahuan yang baik dapat berpengaruh kepada perilakunya (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan juga merupakan suatu proses yang memiliki masukan (input), proses dan keluaran (output). Proses belajar adalah proses yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Belajar adalah suatu usaha untuk menguasai segala sesuatu dan menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan kesehatan dan salah satunya adalah metode penyampaian pada pendidikan kesehatan tersebut. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dalam proses belajar yang dilakukan oleh murid kelas IV SDN Naikoten 1 terjadi perubahan pengetahuan pada kelas eksperimen setelah diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode permainan. Metode permainan adalah salah satu metode yang dapat digunakan dalam pencapaian tujuan pendidikan kesehatan tersebut dan ini dibuktikan dengan terjadinya perubahan pengetahuan pada kelas eksperimen dalam penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode permainan adalah salah satu

145

Page 9: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

Analisis Efektivitas Permainan Sebagai Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Murid Kelas Iv Sdn Naikoten 1 Kupang Tahun 2013

metode yang dapat dipakai dalam pendidikan kesehatan pada anak-anak.Anak-anak adalah salah satu sasaran dalam pendidikan kesehatan, karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga yang sangat rentan dan menjadi sasaran strategis dari upaya kesehatan masyarakat. Tujuan dari pendidikan kesehatan pada anak usia dini adalah agar anak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, seoptimal mungkin meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak, serta menumbuhkan kesadaran dan membentuk perilaku hidup bersih dan sehat sedini mungkin. Salah satu pengetahuan yang perlu diketahui anak secara dini adalah pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut karena berbagai data mendukung bahwa anak pada usia sekolah sudah memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut. Badan Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2012 menyatakan bahwa di seluruh dunia, 60-90% dari anak-anak sekolah memiliki gigi berlubang, sering menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Selain itu, kegemaran anak dalam mengonsumi makanan manis, lunak, melekat serta makanan yang berupa zat tepung dapat merusak gigi, contohnya permen, coklat, dan lainnya dapat menjadi faktor risiko dalam tingginya angka kerusakan gigi pada anak. Hanya ada sebesar 6,2% anak Indonesia yang berusia 10-15 tahun yang memiliki perilaku menyikat gigi dengan benar (WHO, 2003) dan untuk penduduk NTT hanya 5,0% yang melakukan perilaku menggosok gigi yang benar (Riskesda, 2007). Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup anak dan dapat mengganggu anak dalam menjalankan aktivitasnya di sekolah.

Anak berusia 9-10 tahun dianggap sudah mandiri dalam kegiatan menyikat gigi artinya anak pada usia ini sudah dapat menyikat gigi sendiri. Selain itu, anak pada usia ini memiliki minat belajar yang tinggi serta didukung oleh ingatan anak yang kuat dan pada tingkat usia ini anak mudah dididik dan senang berada di sekitar orang-orang yang memberi perhatian, sehingga pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia ini sangatlah penting

untuk dilakukan. Berdasarkan data primer yang dimiliki oleh peneliti sebagian besar responden pada kelas IV berusia 9 tahun yakni sebesar 67,5%, sisanya 30% berusia 10 tahun dan ada 2,5% yang berusia 8 tahun sedangkan berdasarkan data dari pihak sekolah menyatakan bahwa sebagian besar anak di kelas IV adalah anak kelahiran tahun 2002 yang seharusnya pada tahun ini berusia 10 tahun yakni sebesar 80% murid, perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan perhitungan antara peneliti dengan pihak sekolah, peneliti melakukan perhitungan berdasarkan keterangan dari muridnya sendiri yang didasarkan pada tanggal lahir sedangkan pihak sekolah menghitung berdasarkan tahun lahir murid sehingga karena penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari maka ada sebagian besar anak yang usianya belum genap 10 tahun jika dihitung menggunakan keterangan murid tersebut, namun hal tersebut tidak menjadi persoalan hal terpenting adalah anak pada kelas IV sekolah dasar adalah anak dengan usia yang baik untuk diberikan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Metode permainan adalah salah satu metode yang dapat digunakan pada penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan sasaran anak-anak berusia 9-10 tahun ini.

Kegiatan pembelajaran kesehatan pada anak dapat dilakukan melalui pemenuhan kebutuhan anak yakni bermain. Bermain adalah proses yang menyenangkan dan dapat merangsang anak untuk melakukan explorasi dengan menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya, sehingga anak menemukan pengetahuan dari benda-benda yang dimainkan (Siswanto, 2010). Hal ini sejalan dengan pendapat dari Nirwana (2011), menurutnya bagi anak dunianya adalah dunia bermain, walau terus bertumbuh namun ini terus dibawa anak-anak karena bagi mereka bermain adalah hal yang sangat menyenangkan. Lydya Mulyati pada tahun 2005, menyatakan bahwa bermain merupakan sarana untuk menggali pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, permainan dapat menjadi sebuah

146

Page 10: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014

sarana untuk memperdalam kesan dalam suatu pembelajaran karena dalam permainan terdapat beberapa kelebihan dibandingkan metode lainnya yakni: (a) Peserta dalam metode permainan dapat terlibat aktif belajar. (b) Peserta mengalami sendiri apa yang diajarkan sehingga dapat lebih tertanam dibenak peserta. (c) Permainan membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta. (d) Permainan juga menimbulkan kesan yang mendalam. (e) Selain itu, metode permainan juga lebih fleksibel digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran karena dapat dimodifikasi dengan metode-metode lainnya.

Metode permainan adalah metode pendidikan yang sangat cocok digunakan sebagai salah satu metode pendidikan terutama pada pendidikan kesehatan khususnya pendidikan kesehatan gigi dan mulut kepada anak-anak pada usia Sekolah Dasar, sebagaimana hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa permainan adalah salah satu metode yang baik dalam pembelajaran kesehatan pada murid Sekolah Dasar, hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa metode permainan efektif meningkatkan pengetahuan murid kelas IV pada SDN Naikoten 1 Kupang.Metode permainan digunakan pada program Shining Smiles! Sebuah program yang diciptakan oleh American Dental Association (ADA), dimana pada program itu anak-anak diberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut melalui berbagai permainan yang menyenangkan seperti menggambar dan mewarnai serta bernyanyi bersama lagu-lagu yang digunakan untuk mencapai tujuan peningkatan pengetahuan dan lebih jauh perubahan perilaku terutama yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, penelitian lain juga menunjukkan efektifnya metode permainan ini.

Salah satu penelitian yang mendukung efektivitas permainan dalam peningkatan pengetahuan murid sekolah dasar adalah penelitian yang dilakukan oleh Sujilah (2009) dalam meningkatkan pengetahuan matematika pada murid sekolah dasar

dengan menggunakan metode permainan dimana nilai pretest pada kelompok eksperimennya adalah 60,00 dan meningkat menjadi 80,00 pada posttest. Penelitian yang dilakukan pada murid di Sekolah Dasar MI Sultan Agung Depok Sleman pada tahun 2009 ini membuktikan bahwa metode bermain membuat murid lebih berminat dalam belajar dan membuat murid menjadi lebih senang dalam belajar matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar murid. Permainan yang digunakan oleh Sujilah antara lain adalah menghitung dan mewarnai gambar, teka-teki angka, kartu ular angka dan jemput angka.

Penelitian Azis (2011) juga menunjukkan bahwa permainan dapat meningkatkan pengetahuan murid. Penelitian dengan judul upaya peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas IV melalui permainan cerita berantai di SD Negeri Brojol I Kecamatan Miri Kabupaten Sragen juga membuktikan hal yang sama bahwa permainan cerita berantai dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan hasil belajar murid di sekolah itu. Hasil penelitiannya menunjukkan ada peningkatan nilai pada kelompok eksperimennya. Kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara sebelum tindakan ada 12 siswa (50,00%), pada siklus I ada 17 siswa (70,83%) dan siklus II ada 22 siswa (91,67%). Hasil belajar siswa dalam keterampilan berbicara sebelum tindakan ada 13 siswa (57,17%), pada siklus I ada 15 siswa (62,50%) dan pada siklus II ada 24 siswa (91,67%).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marganingsih (2010) yang menggunakan permainan tebak kata dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar dimana hasil penelitian ini menunjukkan efektifnya metode permainan ini dimana data awal nilai siswa yang mencapai ketuntasan minimal 65 adalah 50%, pada siklus I pada nilai tugas meningkat menjadi 66,67%, keaktifan dan kreatifitas belajar siswa 41,67% dan 50%.

147

Page 11: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

Analisis Efektivitas Permainan Sebagai Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Murid Kelas Iv Sdn Naikoten 1 Kupang Tahun 2013

Pada siklus II hasil belajar menjadi 83,33% keaktifan belajar 75% kreatifitas belajar 75%. Pada siklus III mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu 85% siswa mencapai nilai di atas nilai KKM, tingkat hasil belajar siswa mencapai 91,67%, 100% siswa ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan 100% siswa mampu meningkatkan kreatifitasnya.

Penelitian yang dilakukan Rahmawati (2012) dalam upaya meningkatkan hasil belajar alat pernafasan dengan metode bermain jawaban pada siswa kelas V SD Muhammadiyah PK Ampel dimana jumlah siswa yang mencapai nilai KKM berdasarkan hasil tes siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I putaran 1 adalah 18 siswa (75%), siklus I putaran 2 sebanyak 19 siswa (79%) dan siklus II putaran 1 sebanyak 21 siswa (83%), siklus II putaran 2 sebanyak 24 siswa (100%). Semua penelitian ini membuktikan hal yang sama bahwa permainan efektif digunakan sebagai salah satu metode dalam meningkatkan pengetahuan murid sekolah dalam pembelajaran.

Alasan permainan menjadi salah satu metode yang efektif dalam kegiatan pembelajaran dipaparkan oleh Rebecca Teed pada tahun 2007. Menurutnya Game-Based Learning (GBL) bermanfaat dalam memotivasi murid untuk belajar karena permainan adalah hal yang menyenangkan, menenggelamkan mereka dalam materi sehingga mereka belajar lebih efektif serta mendorong murid untuk belajar dari kesalahan mereka. Alasan-alasan ini membuktikan bahwa permainan adalah sebuah metode yang tepat yang dapat digunakan dalam meningkatkan pengetahuan murid di sekolah dasar. Demikian pula pada pendidikan kesehatan terutama bagi anak-anak, permainan dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam meningkatkan pengetahuan secara dini sehingga diharapkan akan berpengaruh pada tercapainya sebuah perilaku yang mendukung terciptanya peningkatan derajat kesehatan dan bersifat lebih permanen

baginya di masa yang akan datang. Selain itu keberhasilan metode permainan dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada murid kelas IV SDN Naikoten 1 Kota Kupang juga didukung oleh perancangan metode yang baik.

Hasil uji serta alasan-alasan yang dipaparkan dan dukungan penelitian lain telah membuktikan bahwa permainan adalah metode yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada murid kelas IV SDN Naikoten 1 Kupang.

PENUTUPSimpulanDari hasil penelitian tinjauan kandungan formaldehid berdasarkan perbedaan suhu air pada peralatan makan melamin yang dijual di pasar kasih Kota Kupang, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Nilai rata-rata kelompok eksperimen sebelum diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode permainan adalah 36,75 dengan nilai tertinggi 65 dan nilai terendah 15 sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-ratanya adalah 38,50 dengan nilai terendah 15 dan tertinggi 65. (2) Nilai rata-rata kelompok eksperimen setelah diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode permainan adalah 65,00 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 35 sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-ratanya adalah 36,75 dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 15. (3) Berdasarkan hasil uji Paired Sampel T Test ada beda rata–rata antara nilai sebelum diberikan penyuluhan dan sesudah diberikan penyuluhan, hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada murid kelas IV SDN Naikoten 1 melalui metode permainan sangat bermanfaat terhadap peningkatan pengetahuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode permainan efektif digunakan sebagai metode penyuluhan karena berperan dalam meningkatkan pengetahuan responden.

SaranBagi Instansi Kesehatan agar terus meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada

148

Page 12: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014

murid Sekolah Dasar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan murid mengenai kesehatan gigi dan mulut serta dapat menggunakan metode permainan sebagai salah satu alternatif metode dalam melakukan penyuluhan kesehatan serta mulai berperan dalam pembentukan UKS dan UKGS di SDN Naikoten 1Kupang. Bagi Instansi Pendidikan, khususnya bagi SDN Naikoten 1 Kupang untuk menggunakan metode permainan sebagai salah satu metode dalam pendidikan terutama pendidikan kesehatan demi meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan murid dan bekerja sama dengan pihak kesehatan, pendidikan, dalam negeri dan agama dalam membentuk tim pembina dan pelaksana UKS dan UKGS di sekolah sehingga dapat menjadi wadah bagi guru, orang tua dan semua pihak sekolah untuk lebih berperan dalam memperhatikan kesehatan gigi dan mulut murid. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat agar menggunakan metode permainan sebagai salah satu metode dalam perkuliahan serta terus memacu mahasiswanya untuk turut aktif dalam berbagai kegiatan penyuluhan kesehatan salah satunya kesehatan gigi dan mulut melalui penggunaan metode ini serta menjadi salah satu referensi bahan baca dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswanya. Bagi Peneliti Lain untuk memperbaiki ataupun memodofikasi lagi metode permainan ini ataupun menggunakan metode lainnnya sebagai pembanding metode ini sehingga dapat dilakukan uji perbandingan antara metode permainan dengan metode lainnya dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan salah satunya kesehatan gigi dan mulut pada murid sekolah dasar serta lebih mempersiapkan metode penyuluhan dengan baik melalui persiapan metodenya, tempat serta waktu yang tepat sehingga penyuluhan yang diberikan dapat berjalan dengan efektif dan mengurangi bias dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKAAmerican Association Dentist. How to Brush.

http://www.ada.org/sections/about/pdfs/HOD_whitening_rpt.pdf

[17 Januari 2013, jam 12.10 AM] ___________________________________.

Lesson Plan Grades Preschool Through 1 (Ages 4-7) Shining Smiles. http://www.ada.org/sections/publicResources/pdfs/shining_curriculum.pdf [17 Januari 2013, jam 12.20 AM]

___________________________________. Keep Your Januari 2013, jam 12.20 AM]

Danfar. 2009. Definisi/Pengertian   Efektifita s. http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/ [13 April 2013, jam 13.00]

Dinas Kesehatan Prov. NTT. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011. Kupang: Dinas Kesehatan Prov. NTT

Dinas Kesehatan Kota Kupang. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011. Kupang: Dinas Kesehatan Kota Kupang

Hicks, Rob. How to Have Clean, White Teeth. http://www.wikihow.com/Have-Clean,-White-Teeth [17 Januari 2013, jam 12.05AM]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Latupeirissa, Frans. 2007. Komparasi Efektivitas Penggunaan Booklet dan Lembar Balik Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kader. Skripsi. Universitas Nusa Cendana

Lusiana, Yeti. 2010. Efektivitas Penyuluhan Yang Dilakukan Oleh Perawat Gigi dan Guru Orkes Dalam Meningkatkan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Murid SD Negeri 060973 di Kecamatan Medan Selayang. Tesis. Universitas Sumatera Utara

Marganingsih, Dewi 2010. Penggunaan Permainan Tebak Kata dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta

149

Page 13: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com · Web viewTabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelas Jumlah Sampel Rata-Rata Sig (2-tailed) Nilai t hitung Pretest Posttest Ekspe-rimen 20

Analisis Efektivitas Permainan Sebagai Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Murid Kelas Iv Sdn Naikoten 1 Kupang Tahun 2013

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Mulyanti, Lydia. 2005. 50 Permainan Asyik 6. Yogyakarta: Anak Didik Imanuel

Nirwana, Ade. 2011. Psikologi Balita dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

___________________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

___________________. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Purnomo, Azis. 2011. Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV Melalui Permainan Cerita Berantai di SD Negeri Brojol I Kecamaatan Miri Kabupaten Sragen. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahmawati, Salis Nur. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Alat Pernafasan Dengan Metode Bermain Jawaban Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah PK Ampel Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Riwidikdo, Handoko. 2010. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan dengan Menggunakan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Sevilla, Consuelo. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI-Press

Siswanto, Hadi. 2010. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Sujilah. 2009. Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Matematika dengan Metode Bermain Pada Siswa Kelas I B MI Sulta Agung. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga

Teed, Rebecca. 2007. Why Use Games to Teach. http://serc.carleton.edu/ introgeo/games/whygames.html [24 Februari 2013, jam 05.00 PM]

Bambang Warsita. (2008). Teknologi Pembelajaran dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

World Health Organization, 2003. The World Oral Health Report. Geneva : 1-33.

World Health Organization. 2012. Kesehatan Mulut. http://www.who.int/mediacentre /factsheets/fs318/en/index.html

[17 Januari 2013, jam 12.00 AM] _________. Keep A Clean Toothbrush.

http://www.wikihow.com/Keep-a-Clean-Toothbrush [17 Januari 2013, jam 12.05AM]

150