Mazhab Strategi Preskriptif

51
 Oktober 2003 Mazhab Strategi Preskriptif: Mencari Resep Keselarasan Perusahaan dengan Lingkungannya Frans Mardi Hartanto [email protected] Institut Teknologi Bandung

Transcript of Mazhab Strategi Preskriptif

Mazhab Strategi Preskriptif:Mencari Resep Keselarasan Perusahaan dengan LingkungannyaFrans Mardi [email protected] Institut Teknologi Bandung

Oktober 2003

Strategi yang Preskriptif: Apa Itu? Perumusan strategi yang preskriptif ditandai

oleh perhatian orang yang lebih besar pada bagaimana strategi itu harus dirumuskan daripada bagaimana strategi itu terbentuk Di sini perumusan strategi dianggap mulai sebagai suatu proses perancangan yang informal sampai suatu proses perencanaan yang formal, sistematik, dan a-kontekstual Keberhasilan berstrategi lebih ditentukan oleh kualitas substansi strategi daripada oleh proses perumusannyaOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Strategi Preskriptif Mazhab Perancangan (Design School) yang

dikenal karena analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (SWOT Analysis) Mazhab Perencanaan (Planning School) yang menekankan proses perumusan dan implementasi rencana jangka panjang yang dijalankan secara formal, sistematik, dan runtun Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) yang menganggap perumusan strategi sebagai suatu proses analitik untuk menghasilkan substansi strategi yang tepatOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (1) Konsep dasar: Merumuskan strategi sebagai proses konsepsi diri Proses perumusan strategi: Penilaian lingkungan eksternal untuk mengetahui Tantangan (Threats) dan Peluang (Opportunities) yang terdapat disitu Dilanjutkan dengan identifikasi Faktor Keberhasilan Utama (Key Success Factors) Penilaian lingkungan internal untuk memahami Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weakness) dari organisasi Diikuti dengan identifikasi Kompetensi Khas (Distinctive Competences) Analisis SWOT ini menghasilkan strategiOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (2) Proses implementasi strategi: Strategi diperkaya dahulu dengan tata nilai manajerial dan wacana tanggung jawab sosial sebelum diimplementasikan Pemilihan strategi yang paling tepat dengan kondisi lingkungan eksternal pada waktu strategi itu diimplementasikan di seluruh jajaran organisasi Untuk menjamin keberhasilan implementasi, maka perlu diterapkan hukum parsimoni (law of parsimony), artinya menjaga agar strategi itu jelas, sederhana, dan spesifikOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (3) Premis yang melandasi Mazhab Perancangan (1): Perumusan strategi merupakan proses berpikir yang diniatkan dan dijalankan secara sadar Pucuk pimpinan (CEO) adalah yang bertanggung jawab untuk mengendalikan dan menjaga kesadaran tersebut Model perumusan strategi perlu dijaga agar tetap sederhana dan informal Hanya boleh ada satu strategi Yang terbaik adalah yang dihasilkan proses yang khas (individualized process)Oktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (4) Premis yang melandasi Mazhab Perancangan (2): Proses perancangan berakhir pada waktu dihasilkan strategi yang terlihat lengkap sebagai suatu perspektif Strategi bersifat eksplisit, sehingga strategi itu perlu diupayakan agar tetap sederhana Strategi yang diimplementasikan perlu dijadikan sebagai aturan usaha yang mengikat sebelum diimplementasikan Implementasi strategi hanya mungkin dijalankan setelah strategi itu diformulasikan secara lengkap, unik, dan eksplisit, tetapi tetap dengan sederhanaOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (5) Ciri-ciri strategi yang baik: Konsistensi Strategi tidak boleh merepresentasikan tujuan dan kebijakan yang tidak konsisten Konsonansi Strategi perlu menunjukkan respons yang adaptif dengan lingkungan eksternalnya dan perubahan kritikal yang terjadi di situ Keunggulan Strategi perlu melahirkan keunggulan kompetitif di bidang yang ditekuni organisasi Kelayakan Strategi tidak boleh menimbulkan beban berlebih pada sumber daya yang tersedia atau memunculkan persoalan baru yang tidak terpecahkanOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (6) Kritik terhadap Mazhab Perancangan (1): Suatu strategi yang menempatkan organisasi di dalam suatu ceruk (niche) yang khas, dapat mempersempit perspektifnya sendiri Cara berstrategi seperti ini menolak kemunculan perkembangan inkremental dan strategi baru yang muncul kemudian Strategi sering menjadi belenggu inovasi dan menghalangi ke-wira-usahawan-an Anggapan bahwa kesadaran pikiran perlu mendahului tindakan, tidak selalu benar, karena dampak dari suatu tindakan juga perlu dipikirkan dan direnungkan dengan cermat pulaOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (7) Kritik terhadap Mazhab Perancangan (2) : Di antara orang-orang yang mengikuti mazhab ini ada kecenderungan kuat untuk memisahkan berpikir dari bertindak Hal ini perlu dipertanyakan, karena secara fundamental ke dua kegiatan ini, yang mental dan fisikal bersifat interaktif dan saling menpengaruhi Di sini orang-orang juga cenderung untuk mengabaikan dinamika lingkungan, sehingga sekali dianggap memahami kondisi lingkungan eksternal, semua strategi dirumuskan dengan mengacu pada kondisi lingkungan eksternal yang satu ituOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (8) Kritik terhadap Mazhab Perancangan (3): Sekali orang terpaku pada kondisi lingkungan eksternal tertentu, orang cenderung mengabaikan belajar Akibatnya, potensi insani yang paling penting, yaitu kemampuan manusia untuk memperbaharui diri, menjadi terabaikan Keterikatan pada hasil analisis SWOT menyebabkan orang sering melupakan bahwa SWOT itu bersifat kontinjen dan perlu berubah menurut waktu dan tempat Kita sering lupa keunggulan dan peluang organisasi justru dapat menjadi kelemahan dan tantangan kita, atau sebaliknyaOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (9) Kritik terhadap Mazhab Perancangan (4) : Kita sering melupakan keterbatasan kemampuan kita untuk meramalkan masa depan, meskipun kita dapat memanfaatkan teknik peramalan yang paling mutakhir Kita sering mengabaikan kenyataan bahwa masa depan itu bukan kelanjutan dari masa lalu serta berkembang dengan acak dan sukar diprediksikan Gagasan bahwa struktur mengikuti strategi memang baik, tetapi kita tidak boleh mengabaikan bahwa mengubah strategi jauh lebih mudah dari mengubah struktur Di samping itu, hubungan strategi dengan struktur bersifat saling mengikuti dan timbal balikOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (10) Kritik terhadap Mazhab Perancangan (5) : Strategi yang eksplisit menimbulkan kekakuan yang menyebabkan organisasi susah beradaptasi dengan dinamika lingkungan eksternalnya Dalam lingkungan yang tidak menentu, yang berbahaya bukan strategi yang eksplisit, tetapi proses berstrategi yang dihentikan secara prematur Dalam kondisi lingkungan yang tidak terlalu dinamik sekalipun, strategi eksplisit yang terfokus, dapat membatasi wawasan serta membutakan kita dari peluang dan ancaman baruOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (11) Kritik terhadap Mazhab Perancangan (6) : Formulasi strategi melalui analisis SWOT cenderung memisahkan pemikir yang biasanya berada di dekat puncak hirarkhi perusahaan dari para pelaku yang berada di lapangan Hal ini bisa berakibat fatal, karena para pemikir itu sering kali tidak memahami realitas di lapangan Akibatnya, implementasi strategi yang dihasilkan sering kali menimbulkan dampak yang berbeda atau, bahkan, berlawanan dari yang diharapkan Simplifikasi perumusan strategi menyebabkan orang enggan belajar, dan bisa menimbulkan groupthinkOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perancangan (Design School) (12) Kontribusi Mazhab Perancangan : Keberadaan mazhab perancangan menyadarkan kita betapa pentingnya bekerja secara ilmiah dan sistematik Di lingkungan eksternal yang stabil atau yang dapat dikendalikan organisasi dengan baik, mazhab ini menawarkan cara berstrategi yang terbaik Cara berstrategi seperti ini memungkinkan kita memanfaatkan intelek secara maksimal Di lingkungan organisasi yang anggotanya lebih menyukai bekerja berdasarkan arahan yang jelas dan tegas, cara berstrategi ini adalah alternatif terbaikOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (1) Konsep dasar: Perumusan strategi sebagai proses perencanaan formal jangka panjang Proses perumusan strategi : Perumusan dijalankan secara sistematik, formal, dan bertahap Mazhab ini juga memanfaatkan analisis SWOT yang dilakukan dalam langkah-langkah yang dirumuskan dengan rapi dan diartikulasikan dengan komprehensif, lengkap dengan teknik yang digunakan Di depan, langkah itu diarahkan oleh obyektif, di belakang, didukung oleh anggaran dan rencana operasiOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (2) Premis yang melandasi Mazhab Perencanaan: Mazhab ini menerima premis yang melandasi Mazhab Perancangan, kecuali implementasinya yang sederhana menjadi tindakan formal yang dipersiapkan dengan rinci Di sini digunakan metafor mesin, di mana setiap komponen strategi perlu dipadukan dengan serasi dengan komponen strategi yang lain Inilah Taylorism di bidang perencanaan strategi Pucuk pimpinan (CEO) secara formal adalah yang bertanggung jawab, tetapi dalam realitasnya para perencana memegang peran paling menentukanOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (3) Mazhab ini mengembangkan prosedur yang

ekstensif untuk menjabarkan dan mengkuantifikasikan tujuan organisasi yang dibedakan dari strateginya sendiri - Pada mazhab Perancangan, tujuan dan strategi jarang dipisahkan Tujuan yang dikuantifikasikan (atau obyektif) biasanya digunakan sebagai alat kontrol Audit eksternal biasanya dilakukan menyusul penetapan tujuan Di sini dilakukan peramalan tentang kondisi masa depan secara ekstensifOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (4) Membangun skenario masa depan merupakan

salah satu bentuk peramalan masa depan Skenario-skenario dikembangkan sebagai perwujudan alternatif dari kondisi organisasi di masa mendatang Audit internal dilakukan untuk menilai kompetensi khas (distinctive competence) yang dimiliki organisasi Langkah berikutnya adalah evaluasi atas strategi yang dihasilkan, misalnya melalui teknik analisis risiko atau penciptaan nilaiOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (5) Tahap operasionalisasi strategi dilakukan

melalui berbagai kegiatan yang dirinci dengan seksama Strategi mengalami dekomposisasi menjadi sub-strategi, baik menurut fungsi maupun menurut jangkauan waktu perencanaannya Dihasilkan sistem rencana berwujud hirarkhi strategi dan obyektif yang dijabarkan lagi ke dalam program, anggaran, dan proyek Semua kegiatan perencanaan ini dijadwalkan secara ketat dan formalOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (6) Salah satu bentuk implementasi mazhab ini di

sektor publik adalah yang dikenal dengan nama Sistem Perencanaan, Penyusunan Program, dan Penganggaran (SP4) atau Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS) Kegiatan perencanaan strategi sering menjadi sangat kompleks Bila organisasi tidak mampu mengurangi formalitas birokrasinya, kegiatan perencanaan strategi ini dapat berkembang menjadi kegiatan mengunyah angka (number crunching exercise) yang kontra-produktifOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (7) Beberapa perkembangan baru di lingkungan

Mazhab Perencanaan (1): Perencanaan Skenario Skenario adalah alat dari

ahli strategi untuk berspekulasi tentang berbagai macam wujud masa depan organisasi yang sering sukar diprediksikan Olah intelektual yang kreatif ini sangat kompleks dan membutuhkan lebih banyak pertimbangan yang arif daripada sekedar analisis kuantitatif Di sini sering kali diperlukan penerapan pola pikir, perspektif, dan paradigma yang berbeda Mengubah ke tiga hal terakhir ini adalah bagian tersulit dari kegiatan iniOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (8) Beberapa perkembangan baru di lingkungan

mazhab Perencanaan (2): Pengendalian Strategik Menjaga agar organisasi

tetap berada pada alur strategik yang telah ditetapkan menjadi perhatian para perumus strategi akhir-akhir ini Tujuan pengendalian strategik bukan sekedar untuk mendeteksi kesenjangan antara hasil yang direncanakan dengan yang sebenarnya, tetapi juga untuk mempertanyakan asumsi yang melandasi strategi tersebut Di samping itu, perlu diingatkan pula, strategi yang dilaksanakan dengan tepat, sering juga menghasilkan malapetakaOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (9) Beberapa perkembangan baru di lingkungan

mazhab Perencanaan (3): Pembaharuan Strategik

(Strategic Renewal)

Kegiatan rutin yang berbasis informasi dan dijalankan secara formal untuk memelihara atau mengubah pola kegiatan organisasi melalui pengkajian ulang atas tata nilai, sistem lintas batas (boundary spanning systems), dan sistem kontrol atau umpan balik diagnostik, dalam rangka memastikan tercapainya tujuan sesuai rencana Di sini taktik dipadukan menjadi langkah strategik yang kohesifOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (10) Kritik terhadap Mazhab Perencanaan (1) : Rencana strategi yang disiapkan cenderung menghasilkan kekakuan Horison waktu rencana strategi terlalu pendek Perubahan yang tercakup dalam rencana strategi bersifat non-sistematik dan inkremental, bukan mencerminkan langkah persiapan untuk mewujudkan perubahan yang lebih mendasar atau radikal Rencana strategi dikembangkan di sekitar ruang lingkup bisnis, struktur, staf, dan sistem yang ada atau tersedia di lingkungan organisasiOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (11) Kritik terhadap Mazhab Perencanaan (2) : Staf perencana mengambil alih proses perencanaan dan meninggalkan mereka yang melaksanakannya Proses mendominasi staf perencana Perencanaan menjadi begitu kompleksnya, sehingga para staf itu menjadi lumpuh oleh beban analisis (merasa tidak berdaya) Sistem perencanaan dirancang untuk tidak menghasilkan rencana yang dapat menggerakkan tindakan, karena para pelaksana cenderung ditinggalkan selama proses perencanaan berlangsungOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (12) Kritik terhadap Mazhab Perencanaan (3) : Perencanaan biasanya terfokus pada usaha penguasaan sumber daya, sehingga tugas utama di bidang pengembangan bisnis atau pembangunan sering terabaikan Di sektor swasta, terfokus pada akuisisi, merjer, atau disinvestasi, sedangkan di sektor publik terjebak dalam persaingan memperebutkan anggaran pembangunan Perencanaan sering gagal mengembangkan pilihan strategik yang diharapkan Para perencana sering terpaku pada strategi pertama yang dipilih dan lalai mengembangkan strategi alternatifOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (13) Kritik terhadap Mazhab Perencanaan (4) : Perencanaan cenderung mengabaikan persyaratan kultural dan organisasional yang perlu dipenuhi untuk menerapkan suatu strategi Perencanaan yang menggantungkan diri pada satu angka atau kondisi masa depan yang diramalkan, akan menghadapi permasalahan besar di era yang penuh ke-tidak-pasti-an dan perubahan Perencana sering mengabaikan realitas bahwa prediksi itu hanya memberikan rasa stabil yang semu, sebab di masa depan tidak ada yang pastiOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (14) Kritik terhadap Mazhab Perencanaan (5) : Perumusan strategi perlu didahului oleh stabilitas, suatu persyaratan yang jarang dapat dipenuhi Perumusan strategi bertitik tolak dari asumsi bahwa untuk merumuskan strategi dibutuhkan data dan informasi lengkap Ini adalah kelemahan lain dari cara berstrategi ini, karena informasi untuk perumusan strategi, tidak pernah tersedia lengkap Strategi bisa dirumuskan lepas dari implementasinya Asumsi ini kurang tepat, karena cara merumuskan strategi yang baik biasanya mempertimbangkan implementasi strategi sejak dari awalOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (15) Kritik terhadap Mazhab Perencanaan (6) : Data keras yang digunakan untuk perumusan strategi, biasanya terbatas ruang lingkupnya Kebanyakan informasi keras merupakan agregasi banyak data, sehingga sukar digunakan pada perumusan strategi Data keras sering kali tidak mutakhir, sehingga strategi yang menggunakannya menjadi kurang efektif Banyak data keras tidak dapat dipercaya atau kurang bermaknaOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (16) Kritik terhadap Mazhab Perencanaan (7) : Formalisasi proses perencanaan strategik dengan prosedur dan jadwal kerjanya yang ketat, sering kali menghasilkan simplifikasi yang mengingkari kompleksitas dari proses perumusan ini Perencanaan strategi memecah-mecah strategi dan obyektif ke dalam komponen-komponennya sedemikian, sehingga kita sering kali tidak dapat menemukan makna dari keseluruhan strategi itu Formalisasi cenderung menghambat inovasi yang justru dibutuhkan di lingkungan yang bergejolakOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (17) Kritik terhadap Mazhab Perencanaan (8) : Begitu perencanaan strategi menghalami hambatan karena tidak sanggup menghadapi kompleksitas lingkungan, maka orang cenderung untuk berganti fokus pada usaha memperebutkan sumber daya Perumusan strategi secara analitik formal sering kali menghasilkan paralisis (paralysis by analysis) Strategi merupakan hasil dari proses sinthesis, tetapi pola perumusan strategi di sini justru penuh dengan analisis Karena itu, pola perumusan strategi seperti ini akan sukar menghasilkan strategi yang utuhOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Perencanaan (Planning School) (18) Kontribusi Mazhab Perencanaan : Perencana strategi tidak perlu ditiadakan dan kerja mereka masih dibutuhkan sekali, tetapi peran mereka perlu ditegaskan yaitu hanya sebagai analis atau katalis bagi perilaku strategik yang sesuai, yang membantu pimpinan organisasi Perencana strategi kini perlu lebih banyak berperan untuk melakukan analisis dan melakukan kodifikasi dari strategi yang muncul dari proses belajar Perencana strategi dapat pula berperan sebagai penata atau pemakna data dan informasiOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (1) Konsep dasar: Perumusan strategi sebagai suatu proses analitikal untuk menetapkan posisi organisasi di pasar ekonomi Proses perumusan strategi (1): Mazhab ini pada dasarnya menerima model yang dioperasionalkan oleh mazhab Perancangan dan mazhab Perencanaan, tetapi dengan menekankan juga pentingnya strategi itu sendiri dan substansi dari strategi itu Di sini juga ditetapkan bagaimana prioritas akumulasi dan alokasi sumber daya, sehingga dengan begitu kita tahu posisi organisasi di lingkungan usahanyaOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (2) Proses perumusan strategi (2): Perumusan strategi di lingkungan mazhab ini banyak dipengaruhi oleh para ahli strategi militer seperti Sun Tzu dan von Clausewitz yang berfokus pada pengenalan musuh (pesaing), kekuatan lawan (lingkungan industri), dan medan pertempuran (pasar) Persaingan biasanya dianggap sebagai kelanjutan dari kebijakan dan struktur kekuasaan Strategi merupakan suatu respons manajemen terhadap manuver pesaing Untuk berhasil, perusahaan perlu mengetahui niat lawan dan mengambil posisi dan tindakan antisipatif yang tepatOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (3) Premis yang melandasi Mazhab Penetapan

Posisi: Strategi bersifat generik, umum, dan menunjukkan

posisi perusahaan di pasar Pasar (konteks) bersifat ekonomik dan kompetitif Proses perumusan strategi adalah seleksi dari posisi generik yang ada berdasarkan suatu perhitungan analitik Analis memegang peran penting di dalam proses perumusan strategi Strategi dikembangkan lengkap sebelum diartikulasikan dan diimplementasikanOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (4) Beberapa cara berstrategi dari mazhab

Penetapan Posisi (1): Boston Consulting Group (BCG) keluar dengan

gagasan Growth-Share Matrix di mana sesuatu perusahaan ditetapkan dahulu potensi pertumbuhan dan tingkat penguasaan pasarnya untuk kemudian ditentukan apa yang perlu dilakukannya untuk berhasil di dalam posisi tersebut Perusahaan kemudian dikembangkan sehingga mampu memperoleh posisi yang lebih baik, atau bila posisinya sudah baik, bagaimana perusahaan itu dapat bertahan di posisi tersebutOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (5) Beberapa cara berstrategi dari mazhab

Penetapan Posisi (2): Profit Impact of Market Strategies (PIMS) dari GE

menyediakan basis data sesuatu industri secara komprehensif - Sesuatu perusahaan dari industri yang bersangkutan dapat menentukan posisi dan strateginya dengan cara membandingkan datanya dengan basis data tersebut Strategi Kompetitif dari Porter bertitik tolak dari usaha mencari keselarasan (fit) di antara kondisi eksternal dengan strategi internal Di sini pendekatan mazhab Perancangan diterapkan di lingkungan eksternalOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (6) Beberapa cara berstrategi dari mazhab

Penetapan Posisi (3): Porter mengidentifikasikan lima kekuatan di

lingkungan eksternal yang mempengaruhi strategi, yaitu: Ancaman dari pendatang baru, Daya tawar dari pemasok perusahaan, Daya tawar dari pelanggan, Ancaman dari substitusi produk, dan, Intensitas persaing di antara perusahaan yang bersaing

Strategi perusahaan ditetapkan dengan mempertimbangkan kekuatan-kekuatan tersebutOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (7) Strategi generik dari Porter (1985): Kepemimpinan Ongkos (Cost Leadership) Dicapai melalui produksi di atas skala ekonomik, fasilitas produksi yang besar, pengendalian ongkos yang cermat, dan belajar dari pengalaman Diferensiasi Dicapai melalui pengembangan produk yang unik, merek yang dikenal luas, dan kesetiaan pelanggan Fokus Dicapai melalui penguasaan segmen pasar yang sempit yang bisa terbentuk dari karakteristik pelanggan yang khusus, pasar geografik, atau produk khususOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (8) Kerangka Rantai Nilai dari Porter (1985):Infrastruktur Perusahaan

Manajemen OrangPengembangan Teknologi LABA PelayananLaba (Margin)

Pengadaan Logistik Masuk Logistik KeluarPemasaran & Penjualan

Operasi

Aliran Aktivitas Primer

Aktivitas Pendukung

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (9) Kritik terhadap Mazhab Penetapan Posisi (1): Mazhab ini, seperti juga Mazhab Perancangan dan Perencanaan, banyak bertumpu pada analisis, tetapi selama ini strategi justru dirumuskan tanpa bertumpu pada hasil analisis itu, karena memang tidak ada teori tentang perumusan strategi Strategi Fokus (terutama fokus pada ongkos) yang ditawarkan mazhab ini sering kali menjadi terlalu sempit Orang mengabaikan aspek sosial dan politik dari bisnis Strategi sering kali direpresentasikan oleh manajemen ongkos, segmen pasar, dan data ekonomikOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (10) Kritik terhadap Mazhab Penetapan Posisi (2): Pengabaian aspek politik sering kali menyesatkan, karena menguasai segmen pasar dan menghalangi pesaing masuk dalam pasar, sering kali justru memerlukan penggunaan kekuasaan dan intervensi politik (pemerintah) Mazhab ini terlalu berfokus pada industri yang sedang tumbuh (yang sering kali berskala kecil atau menengah) dan cenderung mengabaikan industri besar yang mapan yang justru mendominasi pasar Bias ini diduga menyebabkan para pengikut mazhab ini mengabaikan aspek politikOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (11) Kritik terhadap Mazhab Penetapan Posisi (3): Mazhab ini melihat konteks bisnis sebagai relatif stabil Karena itu, strategi yang dirumuskan biasanya juga menekankan perlunya konsolidasi industri yang mengalami fragmentasi Disayangkan gagasan konsolidasi industri ini tidak diimbangi dengan kesadaran bahwa sering kali industri perlu dipecah, bila konteksnya menjadi makin tidak stabil Perhatian yang terlalu besar pada usaha mencari keselarasan dengan konteks sering mengabaikan kapabilitas internal perusahaanOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (12) Kritik terhadap Mazhab Penetapan Posisi (4): Mazhab ini banyak bekerja dengan data dan perumusan strategi dilakukan berbasis pada hasil analisis yang kompleks Para aktor yang akan menjalankan strategi sering diabaikan Tentunya dapat dipertanyakan apakah suatu strategi yang dirumuskan dengan susah payah akan dapat diterapkan bila tidak didukung para pelakunya Mazhab ini menetapkan posisi generik suatu perusahaan di dalam industrinya, bukan keunikan perspektif perusahaan itu Cara ini bisa menyebabkan strategi kehilangan maknaOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (13) Kritik terhadap Mazhab Penetapan Posisi (5): Cara berstrategi dengan menetapkan posisi perusahaan di lingkungan industrinya akan menjadikan para perumus strategi sebagai pemberi cap (codifier) pada masa lalu suatu perusahaan, bukan sebagai penentu atau penemu masa depan Dengan begitu, strategi cenderung mementingkan tinggal di sini daripada pergi ke sana Perumus strategi yang menggunakan pendekatan mazhab ini cenderung mencari ceruk di mana ada kenyamanan usaha, bukan menciptakan ceruk-ceruk yang menantangOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (14) Kritik terhadap Mazhab Penetapan Posisi (6): Perumus strategi yang lebih dinamik biasanya ingin mengembangkan keunggulan sebagai yang pertama (first mover advantage) Kecenderungan mereka untuk mengunyah data yang lengkap dahulu sebelum bertindak, seringkali justru meniadakan keunggulan tersebut Resep yang dihasilkan dari proses analisis sering kali memang benar untuk dipakai di masa lalu, tetapi sering kali menjadi penghambat bila digunakan untuk menjalankan bisnis di masa depanOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (15) Kritik terhadap Mazhab Penetapan Posisi (7): Strategi yang dirumuskan di lingkungan mazhab ini biasanya menunjukkan bahwa untuk berhasil, perusahaan perlu melakukan apa yang dilakukan perusahaan lain yang berhasil di lingkungan industri itu Strategi itu biasanya cenderung mengabaikan hal berbeda apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk menjadi lebih berhasil dari perusahaan lain di masa depan Strategi dianggap sebagai pilihan Tidak salah, tetapi orang lupa pilihan bukan inovasi yang dibutuhkan untuk membangun keunggulanOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (16) Kontribusi dari Mazhab Penetapan Posisi (1): Mazhab ini memperkaya substansi dari mazhab perencanaan melalui proses analisis yang intensif Bagi perusahaan yang beroperasi di lingkungan bisnis yang relatif stabil dan mantap, analisis strategi memang cukup untuk dianggap sebagai perumusan strategi Meskipun begitu, analisis strategik jangan dibiarkan mendominasi proses perumusan strategi Mazhab ini telah membuka banyak peluang penelitian di bidang manajemen strategi, tetapi orang perlu memperluas perspektifnyaOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Mazhab Penetapan Posisi (Positioning School) (17) Kontribusi dari Mazhab Penetapan Posisi (2): Mazhab ini juga banyak berkontribusi pada pemahaman karakteristik hubungan di antara perusahaan dengan lingkungannya, tetapi keselarasan (fit) yang terdapat di antara perusahaan dengan lingkungannya tidak dapat dipandang sebagai suatu kondisi yang statik, tetapi perlu terus dikembangkan mengikuti dinamika lingkungan itu Keberadaan mazhab ini menggairahkan kembali perhatian orang pada manajemen strategi sebagai upaya untuk mengembangkan kiprah perusahaan yang lebih dapat diterima oleh lingkungannyaOktober 2003 Frans Mardi Hartanto

Penutup Mazhab-mazhab strategi yang preskriptif melihat

keberhasilan perusahaan sebagai ditentukan oleh kemampuan manajemennya untuk menyelenggarakan perusahaan sesuai dengan suatu resep yang didapatkan dari analisis yang mendalam atas pengalaman perusahaan dan kondisi konteksnya di masa lalu Berstrategi secara preskriptif seperti ini dapat memberi hasil yang baik, tetapi masih kurang memadai untuk mencapai hasil yang istimewaOktober 2003 Frans Mardi Hartanto