Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga

26
GERAKAN MAZHAB KETIGA Psikologi Umum Universitas Bunda Mulia

Transcript of Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 1/26

 

GERAKAN

MAZHAB KETIGAPsikologi Umum

Universitas Bunda Mulia

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 2/26

 

GERAKAN MAZHAB KETIGA

Latar Belakang Filosofis Eropa Eksistensialisme

Soren Kierkegaard

Wilhelm Dilthey

Pandangan Eksistensialisme

Moderen Jean Paul Sartre

Albert Camus

Karl Jaspers

Martin Buber

Fenomenologi Edmund Husserl

Martin Heidegger

Psikologi Eksistensial-

Fenomenologis Maurice Merleau-Ponty

Ludwig Binswanger

Gerakan Kekuatan Ketiga di

Amerika Psikologi Humanistik Amerika

Gordon Allport

Charlotte Buhler

Abraham Maslow

Rollo May

Carl Rogers

Kelompok Duquesne

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 3/26

 

GERAKAN MAZHAB KETIGA Gerakan mazhab ketiga dalam psikologi juga berasal dari tradisi model ilmu pengetahuan manusia

tentang aktivitas mental. Jika psikoanalisis dianggap sebagai "mazhab pertama" dan behaviorismesebagai "mazhab kedua" dalam psikologi abad 20, maka "mazhab ketiga" dapat berupa gerakanapapun selain psikoanalitik dan behavioristik. Nama-nama lain menggambarkan berbagaipandangan gerakan mazhab ketiga: Psikologi eksistensial menunjukkan penerapan filosofi eksistensial pada berbagai isu psikologis. Psikologi fenomenologis kadang digunakan untuk menunjukkan cara-cara khas dalam mempelajari berbagai

peristiwa psikologis tanpa terjebak dalam reduksionisme. Psikologi humanistik menggambarkan pendekatan sekelompok psikolog, sebagian besar adalah teoris

kepribadian dari Amerika, yang memiliki pandangan bahwa individu berusaha mengembangkan sepenuhnyakemampuan atau potensinya dan menolak penjelasan mekanis dan materialistik atas proses-proses psikologis.

Meskipun gerakan mazhab ketiga terdiri dari sekumpulan psikolog dan filsuf yang beragam, namun

terdapat beberapa sudut pandang yang sama. Pertama, gerakan tersebut secara jelas memahami pentingnya kebebasan dan tanggungjawab pribadi dalam

proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup untuk mencapai potensi manusia. Gerakanini menganggap pikiran sebagai entitas aktif dan dinamis yang melaluinya individu menunjukkan kemampuanmanusiawi yang unik dalam kognisi, kehendak, dan penilaian.

Kedua, para psikolog dalam gerakan ini tidak menerima reduksi proses-proses psikologis menjadi hukum-hukum mekanis peristiwa psikologis. Mereka lebih memandang manusia sebagai makhluk yang berbeda daribentuk kehidupan lainnya. Individu, dalam proses menetapkan kemanusiaan mereka, harus melampaui

pemuasan hedonistik atas kebutuhan-kebutuhan fisiologis dalam mencari nilai-nilai dan sikap pribadi yangmemiliki signifikansi sosial dan filosofis. Dengan demikian, terdapat penekanan pada diri dalam gerakanmazhab ketiga, yang berupaya mendorong pengembangan keutuhan kepribadian manusia yang unik yangditetapkan secara individual.

Gerakan mazhab ketiga bukan suatu sistem logis dengan prinsip-prinsip rinci yang diterima secarauniversal oleh para pengikutnya. Namun lebih merupakan orientasi dalam psikologi yang bereaksiterhadap reduksionisme dari proses-proses psikologis ke basis-basis fisiologis, yang terdapat dalam

psikologi behavioristik empiris. Seperti psikoanalisis, gerakan mazhab ketiga tidak lahir daripenelitian universitas dengan seting akademis. Akar gerakan tersebut dapat ditemukan dalamspekulasi filosofis, karya-karya tulis, dan observasi klinis.

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 4/26

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 5/26

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 6/26

Wilhelm Dilthey 

(1833-1911) Pandangan awal lainnya terkait eksistensialisme moderen dikemukakan oleh Wilhelm

Dilthey (1833-1911), sebagai pendukung berbagai alternatif bagi model ilmupengetahuan alam. Ia memasukkan prinsip-prinsip eksistensial dalam perspektifpsikologis.

Dilthey mengajukan "ilmu pengetahuan ruh," sebagai lawan ilmu-ilmu pengetahuanalam, untuk memahami kesejarahan manusia dengan mengetahui apa yang dimaksuddengan individu dan secara khusus pada setiap orang. Kesadaran historis adalah

karakteristik penentu pada setiap manusia. Dalam bukunya Essence of Philosophy(1907), Dilthey menulis bahwa agama, seni, ilmu pengetahuan, dan filosofi merupakanwujud pengalaman yang dialami di dunia, dan pengalaman tersebut tidak hanyamelibatkan fungsi-fungsi intelektual namun juga tujuan, nilai-nilai, dan hasrat individu.Sejalan dengan itu, penekanan Dilthey pada pengalaman yang dialami mengungkapkankarakteristik dasar kesadaran individu yang menggambarkan eksistensi.

Pandangan awal filosofi eksistensial, yang diwakili oleh Kierkegaard dan Dilthey,dilanjutkan di abad 20 oleh sekelompok filsuf dan penulis yang beralih dari perspektifreligius Kierkegaard ke pernyataan yang lebih terbuka tentang diri dan psikologiindividu. Meskipun sebagai kelompok mereka cukup terkenal di masa antara perangdunia, namun baru pada tahun-tahun tepat setelah Perang Dunia II lah paraeksistensialis menimbulkan pengaruh bagi kehidupan intelektual Barat. Seruan merekauntuk merestrukturisasi nilai-nilai manusia dan penghargaan terhadap martabat individu

diterima secara simpatik di kalangan mereka yang mengalami depersonalisasi perangindustrialisasi.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 7/26

LATAR BELAKANG FILOSOFIS EROPA

Pandangan Eksistensialisme Moderen

Tokoh pandangan eksistensialisme moderen

Jean Paul Sartre Albert Camus Karl Jaspers

Martin Buber

Meskipun kajian singkat tentang beberapa filsuf eksistensial di atas jelas

tidak lengkap, namun kajian tersebut mencerminkan keragaman opini yangada. Para eksistensialis adalah orang-orang ateistik sekaligus religius;pemisimistis sekaligus optimistis; mencari makna sekaligus merendahkanhidup menjadi suatu absurditas. Meski demikian, mereka memiliki dasaryang sama dalam hal menekankan pencarian individu atas eksistensi danidentitas. Setelah membahas tren fenomenologis dalam filosofi, kita akanmengkaji beberapa interpretasi eksistensial spesifik tentang psikologi.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 8/26

Jean Paul Sartre 

(1905-1980)  Hal yang mendasar dalam pandangan-pandangan Sartre adalah eksistensi mendahului esensi.

Berlawanan dengan prinsip Aristotelian dan Skolastik bahwa eksistensi individu adalah perwujudansuatu esensi atau kemenjadian umum yang bersifat metafisis, Sartre menyatakan bahwa eksistensimenggambarkan esensi individu. Dalam hal ini, kita adalah tindakan kita. Eksistensi kita tidakdigambarkan oleh akan menjadi apa kita, namun hanya oleh diri kita yang nyata, kumpulan tindakankita. Karena alasan ini penting bagi kita untuk terus mengambil berbagai pilihan, karena denganmengambil keputusan kita menetapkan siapa diri kita dan menjamin dan menjamin pertumbuhandiri. Maka kemudian seseorang akan menjadi orang seperti yang dikehendakinya. Kita bebasmemilih, namun kita harus bertanggungjawab atas pilihan tersebut. satu-satunya kewajiban dalam

hidup adalah mengambil pilihan. Individu menjalani eksistensinya dan menciptakan suatu esensi diri. Esensi Tuhan, menurut Sartre,

adalah produk umat manusia, yang memberikan eksistensi bagi Tuhan dalam pikiran mereka.Tuhan dapat direduksi menjadi eksistensi manusia. Perbedaan kualitatif antara umat manusia danseluruh alam adalah subjektivitas kita. Sartre menyatakan bahwa subjektivitas manusia adalahkeistimewaan luar biasa yang menjadikan kita memiliki martabat yang agung, namun sekaligus jugamenghukum kita dengan kebebasan untuk memilih. Sejalan dengan itu, sebagai individu, kita

dipenuhi penderitaan. Kita memiliki tanggungjawab penuh dan besar yang kita pegang setiap kalikita mengambil keputusan. Contohnya, jika kita memutuskan bahwa kita harus menjadi orang yang

 jujur, keputusan tersebut menetapkan suatu standar kejujuran pada semua orang bagi kita. Kitaberada dalam kesendirian. Sartre menyimpulkan bahwa karena Tuhan tidak eksis, maka kitasendirian dan tidak aman, dimana setiap orang secara potensial memiliki kebebasan untukmenentukan aturan-aturan perilakunya sendiri, tanpa bimbingan ketuhanan. Kita berada dalamkeputusasaan. Menurut Sartre, tanggungjawab kita adalah terhadap diri kita dan kita hanya

memiliki diri kita sebagai tempat bergantung. Kita tidak dapat menyalahkan Tuhan atau "nasib" ataskeputusan yang buruk; kita hanya dapat menyalahkan diri kita sendiri. Dengan demikian, psikologiSartre didasarkan pada premis eksistensial tentang kebebasan radikal eksistensi individu.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 9/26

Albert Camus 

(1913-1960) Filsuf-novelis tradisi eksistensial Prancis pasca perang. Albert Camus mengambil

keberanian ketika menghadapi absurditas hidup sebagai tema utama tulisan-tulisannya. Di antara banyak karyanya adalah esai The Myth of Sisyphus dan novel The 

Stranger , keduanya diterbitkan untuk pertama kali pada tahun 1942. Setelah perangberakhir Camus kembali menyutradarai teater dan menulis.

Ia juga terlibat dalam perdebatan sengit dengan Sartre tentang penerapan prinsip-

prinsip komunis pada pemerintahan dan masyarakat. Situasi yang terjadi menjelangkematiannya mencerminkan rasa absurd Camus. Tampaknya ragu-ragu untukmemutuskan apakah akan mengendarai mobil atau naik kereta ke suatu tempat yangditujunya, ia kemudian tewas dalam kecelakaan mobil pada tanggal 4 Januari 1960,dan ditemukan karcis kereta api untuk hari itu di sakunya.

Dalam tulisan-tulisannya Camus selalu menempatkan individu dalam pengaruh

kekuatan lingkungan yang menyebabkan situasi hidup menjadi absurd. Ia berupayamengidentifikasi sumberdaya individu yang memungkinkan seseorang mengubaharah hidupnya menjadi lebih memuaskan dengan menampakkan keberanian untukmengambil kendali dan menumbuhkan rasa bertujuan.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 10/26

Karl Jaspers 

(1883-1969) Seperti Camus, Karl Jaspers) mengejar tema makna eksistensi dan revelansi makna bagi

psikologi. Ia mengartikan filosofi sebagai penyelidikan tentang kebebasan, sejarah, dankemungkinan makna dalam eksistensi. Jaspers mengenyam pendidikan kedokteran dan hukum diempat universitas di Jerman sebelum bergabung sebagai staf di sebuah rumah sakit psikiatri diHeidelberg. Dengan spesialisasi dalam psikologi, Jaspers bergabung dengan fakultas filosofi diUniversitas Heidelberg pada tahun 1913, di mana ia terus mengembangkan basiseksistensialnya bagi psikologi. Meski demikian, karena ia menolak meninggalkan istrinya yangberagama yahudi, selama tahun 1930-an kaum Nazi semakin sering melecehkannya, dan padatahun 1938 ia kehilangan gelar profesornya dan dilarang untuk menerbitkan tulisan-tulisannya.

Pada tahun 1945, ketika Heidelberg dibebaskan oleh tentara Amerika, Jaspers membentukkelompok untuk membuka kembali universitas dan melanjutkan tugas tersebut hingga tahun1949, pada saat mana ia bergabung dengan Universitas Basel di Swiss.

Jaspers secara konsisten mengemukakan pemikirannya tentang eksistensi manusia, yangmenuntunnya untuk mengajukan tiga tahap kemenjadian. Tahap pertama adalah kemenjadian- di sana (being-there ) dan menempatkan individu pada dunia realitas eksternal dan objektif.Kemenjadian-seseorang (being-oneself ) adalah tahap yang memungkinkan kesadaran diri

seseorang terhadap pilihan dan keputusan. Kemenjadian-sebagai-diri itu sendiri (being-in-itself )digambarkan oleh Jaspers sebagai tahap eksistensi tertinggi, ditandai dengan diperolehnyamakna penuh. Tahap ini merupakan dunia transendental makna invididual yang melingkupi danmemahami totalitas makna; individu memiliki komunikasi efektif dengan lingkungan sosial danfisik, sehingga eksistensi menjadi jelas sepenuhnya.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 11/26

Martin Buber 

(1878-1965) Figur terakhir yang mewakili filosofi eksistensial moderen adalah Martin Buber yang lahir di Wina

dan dibesarkan oleh kakeknya, seorang cendekiawan Yahudi, di Lvov, salah satu kota utama diPolandia (sekarang di Ukraina). Buber meraih gelar dalam bidang filosofi dari Universitas Winapada tahun 1904, dan pada masa itu terlibat dalam gerakan Zionis. Ia bermukim selama 5 tahundi tengah masyarakat Hasidik di Galicia untuk mempelajari tradisi keagamaan, budaya, danmistis nenek moyangnya. Ketika kembali ke Jerman, ia menjadi editor Der Jude (1916-1924) danbersama seorang Katolik dan Protestan menjadi editor Die Kreatur (1926-1930). Ia adalahprofesor perbandingan agama di Universitas Frankfurt dari tahun 1923 hingga diberhentikan olehpemerintah Jerman pada tahun 1933. Ia hijrah ke Palestina pada tahun 1938 dan mengajar

filosofi sosial di Universitas Hebrew hingga pensiun pada tahun 1951. Ia tetap aktif, mengajar diEropa dan Amerika hingga meninggalnya. Tulisan-tulisan Buber menarik karena ia tidak menekankan kesadaran atau kesadaran diri. Alih-

alih menekankan "percakapan dengan diri sendiri," Buber menekankan percakapan antar individudan antara individu dan Tuhan, sebagaimana tercermin dalam karyanya I and Thou (1923). Darikedua kontributor dalam suatu percakapan akan muncul kesatuan, sehingga individumenggambarkan dirinya dalam kaitan dengan orang lain atau dengan Tuhan. Dengan demikian,

Buber menambahkan dimensi sosial penting dalam pertumbuhan diri, yang melengkapipandangan-pandangan lain tentang pertumbuhan diri dalam kerangka eksistensial.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 12/26

LATAR BELAKANG FILOSOFIS EROPA

Fenomenologi

Dalam pendekatan gerakan mazhab ketiga, fenomenologi berkonsentrasi pada studi

tentang fenomena sebagaimana yang dialami oleh individu, dengan penekanan padabagaimana tepatnya suatu fenomenon terjadi pada individu yang mengalaminyaterkait seluruh kekhususannya dan kekongkretannya. Sebagai suatu metodologi,fenomenologi terbuka bagi segala sesuatu yang penting bagi pemahaman tentangsuatu fenomenon. Subjek yang mengalami fenomenon perlu merasakannya tepatseperti penampakannya dalam kesadaran, tanpa penilaian terlebih dahulu, bias, ataukecenderungan atau orientasi yang telah ada sebelumnya. Tujuan metode tersebut

adalah: Dimasukkannya (secara harfiah, penyerapan mental) struktur fenomenon sebagaimana

penampakannya;

Penyelidikan tentang asal-usul atau basis fenomenon sesuai yang dialami; dan Penekanan pada berbagai kemungkinan cara mengindera semua fenomena. Tugas fenomenolog adalah menyelidiki proses-proses intuisi, refleksi, dan deskripsi. Sejalan

dengan itu, fenomena tidak dimanipulasi, namun dibiarkan untuk menunjukkan dirinya. Substansi fenomenologi terdiri dari data pengalaman dan maknanya bagi individu

yang mengalaminya. Fenomenologi menolak reduksionisme yang terdapat dalamberbagai metode empiris dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam. Fenomenologi lebihmemfokuskan pada signifikansi dan relevansi fenomena dalam kesadaran danperspektif individu seutuhnya.

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 13/26

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 14/26 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 15/26

PSIKOLOGI

EKSISTENSIAL-FENOMENOLOGIS Sebagai sebuah pandangan psikologi kontemporer, pandangan eksistensial-

fenomenologis terkait erat dengan dasar-dasar filosofisnya. Memang, batas yangmemisahkan fenomenologi eksistensial sebagai filosofi dari fenomenologi eksistensialsebagai psikologi tidak jelas. Psikologi eksistensial-fenomenologis umumnyamerupakan penerapan prinsip-prinsip filosofis, biasanya dalam situasi terapiutik klinis.Prinsip-prinsip tersebut dapat diringkas sebagai berikut: Manusia dipandang sebagai individu yang eksis sebagai kemenjadian-di-dunia. Setiap

eksistensi manusia adalah unik dan mencerminkan persepsi, sikap, dan nilai-nilai individual. Individu harus diperlakukan sebagai produk perkembangan pribadi dan bukan sebagai wujud

dari kesatuan umum manusia. Sejalan dengan itu, psikologi harus berkaitan denganpengalaman individual dalam kesadaran untuk memahami eksistensi manusia.

Manusia menjalani hidup dengan berjuang untuk melawan depersonalisasi eksistensi olehmasyarakat, yang mengakibatkan keterasingan, kesepian, dan kecemasan subjektif.

Fenomenologi sebagai sebuah metode memungkinkan pengujian terhadap individu yang

sedang mengalami suatu pengalaman. Kami membahas secara singkat dua psikolog yang dapat mewakili gerakan

eksistensial-fenomenologis di Eropa: Merleau-Ponty dan Ludwig Binswanger. Meskipunkeduanya terkenal sebagai pendukung pendekatan eksistensial-fenomenologis dalampsikologi, namun keduanya tidak dapat dianggap sebagai pengembang sistem yangkomprehensif. Namun baik Merleau-Ponty maupun Binswanger mencerminkan upayapara psikolog untuk mengasimilasi prinsip-prinsip dasar filosofis eksistensialismesehingga dapat menjadi bentuk penanganan yang berhasil mendukung upaya individuuntuk mencapai kesejatian.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 16/26

Maurice Merleau-Ponty(1908-1961) Maurice Merleau-Ponty memiliki latar belakang kuat dalam filosofi dan ilmu-ilmu pengetahuan empiris, dan

mengajar di universitas-universitas paling bergengsi di Prancis. Pada tahun 1927, ia bertemu Sartre dan

mengawali hubungan jangka panjang yang mencapai puncaknya pada tahun 1944 ketika mereka bersama-samamenjadi editor Les Temps Moderns , jurnal yang dikhususkan bagi isu-isu filosofis, politis, dan artistik. Pada tahun1952, ia berpisah dengan Sartre karena perbedaan pendapat tentang manfaat pemerintahan Marxis yangmeragukan bagi Prancis dan Uni Soviet. Pada tahun yang sama Merleau-Ponty ditunjuk menjadi kepaladepartemen filosofi di College de France, dan menjadi orang termuda yang pernah menduduki jabatan prestisiustersebut.

Dalam karyanya yang paling terkenal, Phenomenology of Perception (1944), Merleau-Ponty menggambarkanpsikologi sebagai studi tentang individu dan hubungan sosial sebagaimana hubungan tersebut secara khusus

menghubungkan kesadaran dan alam. Mencerminkan pengaruh Husserl, Heidegger, dan Sartre, Merleau-Pontyberpendapat bahwa manusia bukanlah sebuah kesadaran yang memiliki berbagai karakteristik seperti yangsecara tradisional diajukan oleh anatomi, zoologi, dan psikologi empiris. Namun manusia adalah sumber absoluteksistensi. Individu tidak memerlukan eksistensi dari peristiwa-peristiwa fisik yang terjadi sebelumnya. Alih-alih,manusia berkembang ke arah lingkungan dan mempertahankan berbagai peristiwa fisik dengan memasukkanaspek-aspek lingkungan kedalam eksistensinya. Maka kemudian psikologi merupakan studi tentangintensionalitas individual. Bagi Merleau-Ponty, setiap niat adalah perhatian, dan kita tidak dapat memperhatikansesuatu kecuali jika kita mengalaminya.

Merleau-Ponty menyampaikan tiga pertanyaan utama yang dihadapi psikologi moderen: Apakah manusia merupakan organisme yang aktif atau reaktif? Apakah aktivitas ditentukan secara internal atau eksternal? Apakah aktivitas psikologis bersumber dari internal, dan dapatkah pengalaman subjektif dipertemukan dengan ilmu pengetahuan?

Merleau-Ponty meyakini bahwa proses-proses manusia tidak dapat dijelaskan melalui fisika, demikian jugametode empiris positif fisika tidak memadai bagi psikologi. Subjek pembahasan utama psikologi haruslahpengalaman, yang bersifat pribadi dan individual, yang terjadi dalam diri manusia dan bukan subjek verifikasi danpeniruan publik. Dengan demikian pendekatan yang tepat dalam psikologi adalah mempelajari rahasia-rahasiapersepsi dalam diri, yang hanya dapat dicapai melalui metode deskriptif fenomenologi.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 17/26

Ludwig Binswanger(1881-1966) Cendekiawan kedua yang mewakili psikologi eksistensial-fenomenologis adalah Ludwig

Binswanger yang berupaya mengintegrasikan gerakan ini, terutama karya-karya Husserl dan

Heidegger, dengan psikoanalisis. Ia lahir di Thurgan, Swiss, dan belajar di berbagai universitas diLausanne, Heidelberg, dan Zurich, dan meraih gelar dokter medis dari Zurich pada tahun 1907.Pada tahun 1910 Binswanger menggantikan ayahnya menjadi direktur Sanitarium BellevueSwiss, yang didirikan oleh kakeknya.

Menggunakan konsep Heidegger tentang kemenjadian individu di dunia (diterjemahkan dalambahasa Jerman sebagai Dasein ), Binswanger menyebut pendekatannya sebagai Daseins- analyse . Berpendapat bahwa reduksionisme metode ilmu pengetahuan alam tidak memadai,

Binswanger berpaling pada fenomenologi untuk memberikan penjelasan lengkap tentang aktivitasmental. Tujuan Binswanger adalah membuat terapis memahami dunia pasien sesuai pengalamanpasien itu sendiri. Ia membatasi penggunaan analisisnya pada pengalaman saat ini yang adadalam kesadaran, dan ia meyakini bahwa analisis tersebut harus mengungkap struktur-strukturfenomena yang diinterpretasi oleh setiap konteks makna yang ditetapkan secara individual olehsetiap pasien. Struktur makna fenomenal menggambarkan orientasi setiap individu dalamdunianya terkait proses-proses pikiran, rasa takut dan kecemasan, dan hubungan sosial.

Binswanger menerima penekanan psikoanalitik pada manifestasi instingtual dalamperkembangan awal, namun hanya sebatas yang terdapat dalam kesadaran saat ini. Sejalandengan itu, masa lalu hanya eksis dalam masa kini, dan berkontribusi pada rancangan strukturmakna bagi setiap individu. Psikologi Binswanger dan penerapannya dalam psikiatrimengasumsikan bahwa fenomenologi merupakan alat penting bagi penemuan diri esensial setiapindividu. Pemahaman atas struktur fenomenal ini mengarahkan proses membantu pasien dalammemodifikasi makna dan interpretasi kehidupan.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 18/26

GERAKAN MAZHAB KETIGADI AMERIKA

Seperti sistem psikologi lainnya yang berasal dari Eropa,gerakan mazhab ketiga di Amerika Serikat memilikiwujud yang bervariasi dan eklektik. Beberapa psikologberupaya memasukkan beberapa prinsip dan implikasi

gerakan tersebut dalam orientasi behavioristik danpsikoanalitik yang sudah ada, sedangkan kelompok lainberpegang teguh pada pandangan eksistensial-fenomenologis. Meski demikian, dalam semua wujud

gerakan mazhab ketiga, pandangan yang umummemiliki kekontrasan dengan pandangan dominan danreduksionistik behaviorisme materialistik.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 19/26

Psikologi Humanistik Amerika Wujud gerakan mazhab ketiga yang dikenal sebagai "psikologi

humanistik" adalah kelompok eklektik psikolog Amerika yangmendukung beragam interpretasi kepribadian manusia. Istilahhumanistik mencerminkan fokus pada penggambaran psikologimanusia dengan penekanan pada eksistensi dan variabilitasindividual, yang sangat berbeda dengan dasar biologis

behaviorisme. Kita akan membahas beberapa figur yang mewakiliberagam interpretasi dalam psikologi humanistik. Tokoh psikologi humanistik

Gordon Allport Charlotte Buhler Abraham Maslow Rollo May Carl Rogers

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 20/26

Gordon Allport 

(1897-1967) Teori kepribadian Gordon Allport dapat diklasifikasikan dalam beberapa sistem psikologi, namun

di sini digolongkan sebagai psikologi humanistik karena Allport, terutama di kemudian hari dalam

karirnya, mengajukan suatu kerangka kerja yang pada intinya konsisten dengan basis eksistensialgerakan mazhab ketiga. Dalam studinya tentang kepribadian, Allport membedakan antarapendekatan idiografis, yang menekankan pada individu serta variabilitas atau keunikannya, danpandangan nomotetik, yang menekankan pada kelompok dan meminimalkan perbedaanindividual. Dengan mendukung pendekatan idiografik, Allport selalu menekankan keunikan dankompleksitas individu dan mengemukakan tentang suatu keutuhan yang mendasari kepribadianyang pada akhirnya menentukan kesadaran. Ia menekankan pada diri, atau fungsi ego, dalam

kesadaran, yang harus dipahami sebagai manifestasi saat ini dari berbagai integrasi tujuandengan rasa individual tentang arah masa depan. Mencerminkan eklektisisme humanismeAmerika, Allport menggambarkan kepribadian sebagai sifat, atau predisposisi untuk merespon,yang mirip dengan insting dalam teori Freud dan kebutuhan dalam teori Horney. Sebagai produkwarisan genetik dan pembelajaran yang diperoleh, sifat dalam teori Allport adalah struktur mentalyang berperan dalam konsistensi perilaku individu.

Konsep Allport tentang niat dalam kepribadian adalah yang paling menunjukkan kesamaan

dengan pandangan eksistensial-fenomenologis. Konstruk ini terdiri dari aspirasi dan harapanmasa kini dan masa depan yang ditetapkan secara individual. Dalam teori kepribadian Allport, niatberperan dalam proses pertumbuhan berkelanjutan menuju kemenjadian. Lebih jauh, niatmemberikan keutuhan bagi ego yang menghasilkan perkembangan upaya pribadi, rasaindividualitas, dan pencapaian pengetahuan diri.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 21/26

Charlotte Buhler 

(1893-1974) Lahir di Berlin dan mengenyam pendidikan di beberapa universitas di Jerman, Charlotte Buhler adalah mahasiswa

Kulpe di Universitas Munich ketika ia meninggal secara mendadak pada tahun1915. Sebagai cendekiawan muda,

Karl Buhler, yang bertugas sebagai dokter tentara di pasukan Jerman pada awal Perang Dunia I, datang keMunich untuk membimbing para mahasiswa pasca sarjana Kulpe. Charlotte dan Karl menikah pada tahun 1916dan 2 tahun kemudian ia meraih gelar PhD. Pasangan Buhler tersebut berkontribusi bagi semakin meningkatnyareputasi psikologi dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan di Wina di masa antara dua perang dunia.Pada tahun 1924 hingga tahun 1925, Charlotte Buhler belajar dengan beasiswa di Universitas Columbia, di manaia bertemu dengan banyak psikolog Amerika terkemuka di masa itu. Ketika kembali ke Wina dengan membawahadiah penelitian selama 10 tahun, ia berada dalam jalur untuk membangun reputasinya sebagai pelopor dalampendekatan humanistik terhadap psikologi perkembangan sepanjang hidup.

Kehidupan suami istri Buhler di Wina dirusak secara kejam oleh gerakan Nazi di Austria yang kemudian berlanjutdengan aneksasi Jerman. Karl Buhler sempat dipenjara untuk waktu singkat, dan setelah dibebaskan pada tahun1939, keluarga Buhler hijrah ke Norwegia sebelum akhirnya ke Amerika Serikat. Setelah beberapa tahunmenjabat beberapa posisi klinis untuk waktu singkat di beberapa tempat di Amerika Serikat, keluarga Buhlerpindah ke California pada tahun 1945, dan Charlotte bekerja sebagai psikolog klinis di Rumah Sakit Wilayah LosAngeles dan bekerja paruh waktu sebagai pengajar di Universitas California Selatan. Pada tahun 1953 hingga1972 ia membuka praktek pribadi di Los Angeles.

Perspektif Charlotte Buhler tentang perkembangan menekankan bahwa pertumbuhan yang sehat memiliki tujuanpsikologis. Hal sentral dalam pandangan Charlotte Buhler tentang kepribadian adalah keyakinannya tentang

pentingnya keseimbangan harmonis dalam kecenderungan dasar untuk memuaskan kebutuhan, adaptasi yangterbatas, ekspansi kreatif, dan menjaga suatu keteraturan internal. Hanya yang pertama yang mencakup suatukepasifan, dan pertumbuhan sepanjang hidup memerlukan keterlibatan aktif dalam tiga kecenderunganberikutnya. Konseptualisasi ini mendahului "hirarki kebutuhan" Maslow, dan Buhler menekankan bahwa proses initerus berlanjut sepanjang hidup.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 22/26

Abraham Maslow 

(1908-1970) Figur besar lainnya dalam psikologi humanistik Amerika adalah Abraham

Maslow (yang kadang disebut sebagai penggerak utama dalam populerisasipendekatan ini. Ia mengembangkan pandangan tentang kepribadian yangsangat dipengaruhi oleh eksistensialisme Eropa. Pandangan Maslowdidasarkan pada kerangka motivasional yang berisi suatu hirarki kebutuhan,dari tingkat biologis primitif hingga ke pengalaman kesejatian manusia.Contohnya, kebutuhan fisiologis berupa rasa haus dan lapar harus dipenuhi

sebelum memikirkan kebutuhan akan rasa aman. Bila kebutuhan tersebuttelah terpenuhi, individu melanjutkan untuk memenuhi kebutuhan merekaakan cinta dan kepemilikan, kemudian kebutuhan akan harga diri,kebutuhan akan pengetahuan, dan akhirnya kebutuhan akan keindahan.Proses pertumbuhan pribadi sepanjang hidup melalui pemuasan kebutuhanprogresif disebut sebagai "aktualisasi diri" oleh Maslow. Hasil semestinyadari aktualisasi diri adalah kepribadian harmonis, talenta individu yangtermanfaatkan sepenuhnya, kemampuan intelektual, dan kesadaran diri.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 23/26

Rollo May 

(1909-1994) Setelah meraih gelar PhD dari Universitas Columbia pada tahun

1949, Rollo May membuka praktek pribadi di Kota New York.Existence: A New Dimension in Psychology and Psychiatry , sebuahbuku yang diedit oleh May pada tahun 1958, merupakan salah satuintroduksi pertama tentang potensi penerapan prinsip-prinsipeksistensial dalam psikoterapi dan teori kepribadian. Dalam dua bab

awal Existence , May menulis suatu argumen rinci yang mendukungkonsep bahwa interpretasi eksistensial aktivitas manusiamemberikan arah yang dibutuhkan bagi penelitian psikologi; yakni,psikologi menghendaki pemahaman lengkap tentang pengalamanmanusia yang dialami sebagai isu-isu manusia yang unik berupa

kehendak, memilih, dan berkembang.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 24/26

Carl Rogers 

(1902-1987) Mungkin merupakan psikolog humanistik yang paling populer, tulisan-tulisan Carl Rogers tentang

penerapan klinis sangat dipuji. "Terapi client-centered " yang dikembangkannya menyatakan

bahwa terapis harus membangun hubungan yang sangat pribadi dan subjektif dengan klien, danbertindak bukan sebagai ilmuwan atau dokter, namun sebagai seseorang yang berinteraksidengan orang lain. Bagi klien, konseling merupakan penggalian atas perasaan-perasaan asing,tidak dikenal, dan berbahaya, yang hanya dimungkinkan jika klien diterima apa adanya(unconditional ) oleh terapis. Karena itu terapis harus berupaya merasakan apa yang dirasakanklien seiring klien berkembang menuju penerimaan diri. Hasil hubungan empatik ini adalah kliensemakin menyadari perasaan dan pengalaman yang sejati, dan konsep dirinya menjadi sesuai

dengan totalitas eksistensinya. Pandangan-pandangan Rogers tentang kepribadian pada dasarnya bersifat fenomenologis dalam

arti ia memfokuskan pada diri yang menjalani pengalaman. Individu dianggap eksis pada awalnyasebagai bagian dari bidang fenomenal pengalaman, dan struktur konseptual diri harus dibedakandari seluruh bidang tersebut melalui diperolehnya pengetahuan diri. Maka kemudian diri berisikonsep-konsep terorganisasi dan konsisten yang didasarkan pada persepsi atas karakteristik"saya" atau "aku" dan persepsi atas hubungan "saya" dengan orang lain. Setelah struktur

konseptual diri diketahui dan diterima, maka individu sepenuhnya bebas dari ketegangan dankecemasan internal.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 25/26

Kelompok Duquesne Pandangan psikologi eksistensial-fenomenologis yang paling konsisten di Amerika berasal dari para

psikolog yang berpusat di Universitas Duquesne di Pittsburgh. Banyak tulisan para cendekiawanEropa diterbitkan ulang oleh Universitas Duquesne, yang pada awalnya mensponsori penerbitan

penelitian terkini dalam Review of Existensial Psychology and Psychiatry . Sejak awal tahun 1970-an,Departemen Psikologi di Duquesne mensponsori Journal of Phenomenological Psychology . Sebagaipusat psikologi eksistensial-fenomenologis yang paling aktif di Amerika, kelompok Duquesnemewakili orientasi yang cukup unik dalam eklektisisme yang dominan di kalangan akademiapsikologi Amerika.

Kekuatan inspirasional kelompok Duquesne adalah Adrian van Kaam (b. 1920), yang berasal dariBelanda, yang merupakan anggota ordo pendeta yang mendirikan Duquesne. Ia mendukung revisi

psikologi berdasarkan prinsip-prinsip eksistensialisme, lepas dari batasan reduksionisme model danmetode ilmu pengetahuan alam. Pernah belajar bersama para pemimpin gerakan mazhab ketiga diAmerika, seperti Rogers dan Maslow, van Kaam mendirikan sebuah institut di Duquesne yangdirancang untuk menggali perkembangan spiritualitas. Ia memimpin institut tersebut hingga tahun1980.

Ajakan bagi lebih banyak penekanan fenomenologis dalam penelitian psikologi konsisten dengandefinisi psikologi yang sejatinya sebagai ilmu pengetahuan manusia. Mantan anggota kelompok

Duquesne adalah Amedeo Giorgi (b. 1931), yang menjalani pelatihan sebagai psikologeksperimental di Universitas Fordham. Giorgi mengusulkan pendekatan yang lebih terbuka terhadappsikologi dalam karyanya Psychology as a Human Science yang diterbitkan pada tahun 1970. Iamenyimpulkan bahwa psikologi harus menjadikan individu manusia sebagai subjek pembahasannyayang "harus didekati dalam kerangka rujukan yang juga manusiawi, a.l., kerangka rujukan yang tidakmengacaukan fenomena manusia sebagai individu" (hal 224-225). Meskipun gambaran tentangaktivitas penelitian kelompok Duquesne di luar lingkup pembahasan kita saat ini, namun penting

untuk memahami bahwa orientasi dalam psikologi Amerika ini menghasilkan manfaat darikeragaman perspektif dalam karakteristik penelitian psikologi.

 

5/7/2018 Pb13mat_xvi Gerakan Mazhab Ketiga - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pb13matxvi-gerakan-mazhab-ketiga 26/26

Gerakan Mazhab Ketiga Sebagai penutup bab ini, menarik untuk dicatat adanya kesamaan pengaruh antara

gerakan mazhab ketiga dan psikoanalisis sebagai sistem psikologi. Wujud yang paling jelas dari kedua sistem tersebut berasal dari Eropa, dan

dampaknya di Amerika utamanya melalui penerapan klinis. Kedua sistem tersebutkurang memiliki basis empiris, sehingga daya tariknya hanya terbatas pada psikologiarus utama di Amerika. Lebih jauh, kedua sistem tersebut mengalami perpecahankarakteristik dalam berbagai wujud kontemporernya.

Meski demikian, gerakan mazhab ketiga, tidak seperti psikoanalisis, tidak pernahmemiliki figur rujukan yang diterima luas, sebuah peran yang dimiliki oleh Freuddalam psikoanalisis. Memang, fondasi filosofis gerakan mazhab ketiga berisikumpulan beragam tulisan, mulai dari karya-karya sastra hingga sistem eksistensimanusia yang komprehensif.

Dalam psikologi Amerika, gerakan mazhab ketiga memengaruhi pandangan-pandangan psikologi, terutama dalam penerapan terapiutik, namun bukanmerupakan alternatif serius bagi dominasi pandangan behavioristik.