max weber
-
Upload
spsusuhukum -
Category
Documents
-
view
3.432 -
download
4
Transcript of max weber
MAX WEBER : HUKUM DAN KEBANGKITAN KAPITALISME
Tendensi yang umum untuk memikirkan “hukum dan
pembangunan” sebagai kajian permasalahan yang unik pada abad
ke 20 seringkali mengakibakan kelalaian kita terhadap penelitian
daasr dyang telah ditetapkan oleh para sarjana dari usia dini yang
menghaapi permasalahan yang sma. Uraian professor Trubeck
mendistilasi kontribusi Mazx Weber terhadap teori hukum dan
pembangunan yang memperlihatkan viabilitas berkelanjutan dari
analisis Weber untuk penggunaan kontemporer.
Dewasa ini para sarjana telah berspekulasi tentang
hubungan antara hukum dan pembangunan. Di abad ke 19, pemikir
seperti Maine, Durkheimdan Webher, yang meneliti kemunculan
peradaban industri, mempertibmangkan hukum sebagai suatu
faktor dalam proses yang mereka uji dan memberikan kontribusi
yang penting bagi epngetahuant entang peran sosial dari hukum.
Hingga akhir-akhir ini, kajian hukum dan ilmu sosial gagal untuk
melaksanakant radisi ini dan sangat sedikit yang ditambahkan pada
penelitian awal yang dilakukan oleh para ahli teori sosial. Dalam
bebropa tahun terakhir, amalah ini telah muncul dan masih kecil
tetapi pertumbuhan literatur kontemorer jug telah muncul dengan
mencoba suatu hubunganantar fenomena hukum dan juga
53
perubahan sosial, ekonomi dan politik yang berkaitan dengan
modernisasi industrialsiasi secara umum.
Literatur kontemporer memiliki utang besar terhadap karya
Max Weber. Dari beberapa penulis klasik, Weber lebih tertrik dalam
hukum dan kehidupan hukum. Apakah ini dapat dilakukan atau
tidak, penulis tentang hukum dan modernisasit elah
menggambarkan konsep dan teorinya termasuk kajian historis yang
komparatif dari peran hukum dalam kapitalisme. Disampiong
kepentingan dalam kerja Webher dan juga dengan schoalrship
umum tentng Weber, maka tidak ada hitungan sistematis untuk ide
ini terutama untuk hubungan antara hukum dan organisasi ekonomi
kapitalist. Sebagai hasilnya, ide tentang subjek itu adalah tidak
disalah artikan atau disalahpahami.
Dengan sifat penelitian Weber terhadap hukum, maka hal
ini tidak mengherankan lagi. Sementara dia tetap mengembangkan
ide tentang hubungan antra hukum dn pembangunan ekonomi,
Weber tidak pernah menetapkan sesuatu dalam diskusi yang lebih
mudah. Pandangannya tentang isu ini dianalisa pada berbagai hal
terutama dalam penelitiannya. Meskiiopun pembhasan tentang
hukum, sementara beberapa kesimpulan yang menyarankan dapat
diikuti.
54
Penelitian Weber ini memberikan awal yang penting bagi
pekerjaan anjutan. Tidak ada penulis yang menyesuaikan atau
mengarahkan ruang lingkup dalam penanganan Weber. Kesulitan
ini tentu dikaitkan dengan terminologi yang sama, tulisannya ini
diarahkan pada laiteratur kontemporer. Tujuan saya dalam tulisan
ini adalah membuat Weber memikirkan hubungan antara hukum
dan pembanguan ekonomi secara umum dalam mengakses sarjana
hukum dan ilmuwan sosial. Hingga akhirnya, saya mencoba untuk
menetapkan konsep yang telah ada, metode yang digunakannya,
teori dan pengembangan dari peran institusi hukum dalam
kapitalisme. Saya akan menguji ide dasar tenang hukumd alam
ekonomi dan masyarkat, peran hukum secara khusus dalam
kapitalisme, dan cara dimana pengemangan hukum di Eropa dari
industri modern.
I. Hukum dalam bidang ekonomi dan sosial
Max Weber telah menyumbangkan tenaganya untuk
menjelaskan mengapa kapitalisme industri muncul di dunia barat.
Sementara dia mengakui bahwa ini adalah masalah hsitoris, Weber
tidak membatasi dirinya sendiri untuk metode historis. Selain itu,
dia berusaha untuk membangun kerangka kerja sosioogi yang
55
memandu penelitian hsitoris. Kerangka kerja ini mengidentifiaksi
dimensi analitik utama dari masyarakat dan juga struktur konkrit
dalam meresponnya. Weber lebiht erfokius pada kebijakan,
struktur sosial, ekonomi, agama dan hukum dan juga politik, sosial,
ekonomi, agama dan struktur hukum dari amsyarkat. Dia merasa
bahwa dimensi ini dengan struktur yang telah ada harus dipisahkan
dan ditelitis eemikians ehingga ada hubungan dalam sejarah yang
dapat dipahami. Penggunaan metode ini adalah terutama dalam
sejarah yang dapat dijelaskan.
“kejadian atau even’ untuk menjelaskan itu adalah ebrupa
fakta bahwa sistem modern dari kapitalisme industri muncul di
Eropa tetapi dalam belahan dunia lain. hukum yang dirasakannya
memainkan peanan penting dalam sejarah. Hukum Eropa telah
memiliki fitur yang unik yang telah dibuat secarq konduksif pada
kaptialisme dibandingkan dengan sistem hukum yang ad.a untuk
memperlihatkan dan menjelaskan pentingnya fitur untuk
pembangunan ekonomi, Weber telah melibatkan sosiologid ari
hukum dalam teori sosiologi. Sehinga perjanjian monumentald ari
ekonomi dan masayrakat telah menetapkan analisis yang
lengkaopd ari pemikiran sosiologi termasuk rincian pembahaan tipe
56
hukum, teori hubungan diantara hukum dan peningkatan
kaptialisme industri.
Keputusan Weber ini termasuk hukum di dalam teori
sosiologi umum yang dijelaskan bukan hanya oleh latarbelakang
priabdi sebagai pengacara dan ahli sejarah hukum, tetapi juga
dengan metode yang digunakannya untuk menelusuri munculnya
bentuk aktivitas dan organisasi ekonomi yang berbeda yang disebut
sebagai kapitalisme bourjuis. Weber adalah memikirkan tentang
penjelasan kemunculan kapitalisme di dunia Barat. itu berarti
bahwa dia menemukan mengapa kapitalisme itu muncul di Eropa
dan tidak di belahan dunia lain. cara untuk melakukan hal ini
adalah dengan terfokus pada aspek amsyarakat Eropa yang unik
dan dapat menjelaskan mengapa kapitalisme muncul di sana.
Kemudian menguji hubungan antara fitur yang unik di dalam
kehidupan agama dunia Barat dan semangat kapitalsime,
sementara yang pertama mengidentifiaksian fitur unik dari sistem
hukum dunia Barat yang bersifat kondusif untuk aktivitas kapitalis.
Sementara eber meyakini bahwa hukum barat ini memiliki
fitur tetentu yang membantu menjelaskan mengapa kapitalisme
pertama kali muncul di Eropa, dia tidak memikirkan bahwa Barat
memiliki hukum sendiri. Weber juga memiliki konsep hukum yang
57
lebih luas dengan berbagai ksiaran fenomena dalam setiap
masyarakat yang berbeda. namun demikian, dia menggambarkan
perbedaan antara sistem hukum dari masyarkat berbeda. sebagian
masyarakat organisasi memiliki hukum, tetapi sistem hukum Eropa
mengarahkan sesuatu yang signifikand ri yang lain. dia
mengembangkan tipologi yang mengembangkan perbedaan
hukum Eropa dari urutan hukum dari peradaban lain dan kemudian
melakukan penelitian sejarah untuk memperlihatkan awal usul fitur
unik dari hukum Eropa.
Pada saat yang sama, melalui analisis teoritis paralel,
Weber menemukan adnaya kemungkinan untuk memperlihatkan
bagaimana tipe sistem hukumk tetentudiarahkan pada kapitalisme.
Akhirnya, dia mengarah pada sejarah untuk memperlhiatkan bahwa
semua peradaban – Eropa, India, Islam, china – hanya Eropa yang
mengembangkan tipe tertentu dari hukum. Kerena pada saat yang
sama, kapitlaisme ini muncul di Eropa, analisis ini menyatakan
kekuatan hukum Eropa yang memainkan peranan penting dalam
sistem ekonomi kapiaist.
Weber menekankan keyakinannya bahwa aspek hukum
yang unik dari masyarakat Eropa adalah bukan semata hasil atau
refleksi fenomena ekonomi. Secara eksplisit dan secara berulang
58
dia menyangkaol fitur sistem hukum Eropa tertentu yang
disebabkan oelh kapitalisme tertentu. penolakan teori deterministik
Marxian yang menyaakan bahwa fenomena hukum disebabkan oleh
kekuatan ekonomi, dia memopelhatkan bahwa ini unikdi dalam
sistem hukum Eropa yang dijelaskan oleh faktor non ekonomi
seperti kebutuhan internal dari profesi hukum dan kepentingan
politik atau organisasi. Faktor ekonomi khususnya kebutuhan
ekonomi dari kelas borjuis adalah sangat penting tetapi tidak
menjadi penentu dalam pembentukan lembaa hukum tertentu di
Eropa.
Lembaga ini berbeda dari pada peradaban lain di dalam
mutu struktural dan formal – atau seperti diarahkan leh Weber
dalam tingkatanr asionalitas. Keunikan hukum Eropa danaffinitas
diantara sistem ini dankapitalisme – tidak terletak pada isid ari
ketentuan substantif seperti dalam bentuk organisasi hukum dan
juga menghasilkan karakteristik formal dari proses hukum.
Kontrast Weber diantara sistem hjukum Eropa dan peradaban
seperti China tiaklah terfokus pada ada tidaknya aturan hukum
spesifik, meskipun ini tidak diabaian. Selain itu dia memikirkan
beberapa peranaan apakah organisasi hukum dapat dibedakan atau
terfokus pada pengelolaan politik dan agama, apakah hukum
59
sebagai suatu aturan atau sebagai corpus dari tradisi dengan
keputuan hukum yang ditentukan oleh aturan sebelumnya.
Sistem hukum Eropa dibedakan dalam semua dimensi.
Tidak seperti sistem hukum dari peradaban yang besar, organisasi
hukum Eropa ini sangat berbeda. negara Eropa memisahkan hukum
dari aspek kegiatan politik lainnya. Profesional khusus atau
kelompok status pengacara telah ada. Aturan hukum ini tentu
diarqhkan pada pengambilan keputusand an aturand ari pengaruh
agama dan dari sumber nilai tradisional. Keputusan kionkrit ini
tentu didasarkan atas aturan universal dan juga pengambilan
keputusan dalam intervensi politik.
Sehingga Weber meyakini bahwa hukum Eropa adalah lebih
rasional dari pada sistem hukum peradaban lain, yaitu lebih dapat
dibedakan (atau otonomi) dibangun dengan sadar, umum dan
universal. Tetapi dia juga berusaha untuk memerlahtkan bahwa
tidak ada epradaban lain yang memiliki kemamiopuand alam
mengembangkan tipe hukum ini. Hukum Eropa adalah ahsil
itneaksid ari berbagai proses. Bentuknya adalah diebntuk bukan
hanya oleh fitur yang berbeda dalam sejarah hukum dunia Barat –
khususnya trdisi hukum Romawi dan aspek organisasi hukum abad
pertengahan – dan juga dimodelkan oleh trend yang umum dan
60
berbeda dalam keagamaan, ekonomi, kehidupan politik di dunia
barat. peradaban lain yang ditelitinya kekruangan warisan hukum
secara khusus dan gagal megnembangkan ide keagamaan,
struktur politik dan jug kepentingan ekonomi yang tumbuh dari
hukum rasional di Eropa.
Kegagalan peradaban lainnya untuk mengembangkan
hukum rasional telah membantu menjelaskan mengapa di Eropa
akan membangkitkan suatu kapitalisme industri modern. Weber
meyakini bahwa tipe kapitalisme ini membutuhkan keteraturan
hukum dengan tingkat rasinalitas. Karena sistem ini unik bagi dunia
Barat, maka kajian sistem hukum ini membantu menjawab
pertanyaan Weber tentang penyebab kebangkitan kapitalisme di
Eropa.
II. Merekonstruksi analisis weber : Konsep hukum dan
hubungannya dengan dominasi
Untuk memahami abgaimna Weber mencapai kesimpulan
ini, mka perlu untuk membangun rincian dari argumen ini. Posisi
yang saya nyatakand alam paragraf ini muncul dari analisis sintesis
dari berbagai diskusi huium dan akptialisme dalam penelitiannya.
Karena Weber tidak meebrikankepada kita suatu penanganan yang
61
sistmatis dari thema ini, saya berusaha merekonstruksi apa yang
telah ada untuk memahami mengapa Weber sendirit erfokus pada
sisi otonomi, generalitas dan universalitas dari sistem hukum Eropa.
A. Konsep Hukum dari Weber : Paksaan, legitimasi dan rasionalitas
Disamping rpedileksi untuk definisi yang cermat, saya tidak
meyakini Weber telah membuat catatan yang jelas tentang hukum.
Sementara secara khusus dia mendefinisikan hukum pada
beberapa hal, didiskusikan di berbagai tempat dalam penelitiannya
dengan menembus sejumlah batas yang telah ditetapkan. Istilah
hukum ini digunakan untuk menjelaskan dari pada hanya sebagai
fenomena; ini tentu sangat dimungkinkan untuk
mengidentifiaksikans ejumlah unsur hukum yang penting dan
memperlihatkan berbagai bidang dalamf enomena hukum yang
tleah dimainkan dan dianggap penting.
Ada tema pusat tertentud alam diskusi Weberiant entang
hukum. Hukum itu adalah berkaitan dengan legitimasi yang telah
diorganisir serta noramtif dan rasionalitas. Unsur ini
dipertimbangkan secara terpisah.
Weber seringkali mengutip definisi terkenald ari hukum
yang telah ditetapkan di bab I dari ekonomi dan masyarakat, di
62
dalam mana hukum telah diidentifiaksikand engankoersi
terorganisir. Dalam konsep dasar dari sistem sosiologi, Weber
menekankan bahwa :
Keteraturan yang disebut hukum jika ada jaminan eksternal
oleh kemungkinan bahwa tindakan fisik atau psikologi akan
diberlakukan oleh staff seseorang untuk membawa kesesuaian atau
pelanggaran yang telah ada.
Berdasarkan definisi ini terlihat ada sesuatu yang bersfiat
inklusif. Pada sisi lain, ini gagal membedakan hukum dari perintah
yang disertai dengan ancaman, dan sehingga terlihat menyangkal
hubungannya dengan aturan. Sebaliknya, dinyakan bahwa aturan
tanpa mesin penegakkan yang terorganisir bukan hukum. Sehingga
dapat diserang oleh mereka yang ingin mencari hukum tanpa
kekautan politik terorganisir an juga elh mereka yang tidak
membutuhkan hukum dengan merjujuk pada tindakan yang
disertaid engan pemaksaan.
Tidak diragukn lagi Weber menekankan kesamaan
pemaksaan dari hukum. Seperti yang saya perlihatkan, koersi
hukum adalah fitur utama dari model Weber dari fungsi ekonomi
pasar. Namun demikian, analisis lebih lanjut menaytakan bahwa
Weber menggunakan banyak kosnep hukum yang lebih kompleks
63
dibandingkan dengan apa yang telah dikutup. Demikian juga dalam
onteks dimna definisi itu telah diberikan dengan mengarah pada ide
yang dikemukakan oleh Weber.
Sehingga dalam skema Weberian, hukum itu adalah sub
kelas dari kategori yang disebut urutan normatif atau legitimasi.
Semua keterturan itu adalah (1) sistem yang distrukturkan secara
sosial yang memuat (2) dalil normatif yang (3) bagi beberapa
tingkatan tertentu diterima secara subjektif oleh anggota kelompok
sosial sebagai ikaan atas pa yang mereka miliki tanpa melihat
perhitungan utilitariand ari probabilitas koersif. Hukum dibedakan
dari bentuk keteraturan normatif lain yang meliputi lembaga yang
telah dibentuk untuk penegakkannya dengan pemberian sanksi.
Hukum adalah suatu bentuk keteraturan sederhana yang diserai
dengan jaminan probabiltias terhadap keabsahan empirisnya.
Pemaksaan telah diprkenalkan untuk membedakan hukum dari
kesesuaian – perbedaan Weber yang menunjukkan sisi acak – tetapi
hukum dan konvensi ini haruslah dilegitimasi. Karena
mengkombinasikan legitimasi dan pemaksaan sehingga hukum
memiliki kekuasaan dana kewenangan, baik dalam konsep polar
maupun dalam ide Weber tentang hukum.
64
Sehingga kita tidak mengalami kesalahan dalam
menekankan pemaksan teradap definisi asal. Weber memikirkan
hukum sebagai kebiasaan dan konvensi sebagai salah satu sumber
panduan normatif dari masyarakat, dan juga menentukan
bagaimana keberadaannya. “Order” yang memiliki kemampuan
coersif disebut “hukum” tetapi tidak semua hukum itu bersifat
coersi. Aturan dan prinsip yang dapat dikemukakan oleh urutan
legal dan juga manusia yang dapat menerimanya sebagai
kewajiban tanpa paksaan. Weber melihat bahwa hukum dapat
menjai sumber dalam suatu alasan mengapa laki-laki menerima
kewajiban hukum sebagai suatu ikatan tanpa secara khusus
diancam dengan suatu sanksi. Dalam mengeksplorasi diskusi
hukum, aspek normatifnya haruslah tidak diabaikan.
Dimensi akhir dari hukum dalam skema Weber adalah
rasionalitasnya. Weber membedakan berbagai tipe hukum dalam
pengertian tingkat rasionalitas. Analisis yang tepat memperlihatkan
bahwa sistem notasi Weber darir asinalitas hukum mengukur
tingkatan dimana sistem hukum itu memiliki kemampuan
merumuskan, mengumumkan dan menggunakan aturan yang
bersifat universal. Sehingga sementara dalam analisis Weber
‘hukum’ adalah tidak menjadi hal penting dalam suatu aturan
65
(istilah hukum yang menjelaskan kategori generik yang lebih luas),
perbedaan utama diantara tipe hukum dengan kapasitas untuk
mengembangkan sistem dari aturan yang universal.
Rekapitulasi, unsur yang penting dari konsep Weber yang
lebih luas dari hukum adalah sebuah sistem standar, maxim, prinsip
dan aturan pelaksanaan pada beberapa tingkat yang diterima
sebagai suatu kewajiban olehs eseorang dan didukung oleh lembaa
penguatan khusus dengan memberikan sanksi paksaan. Pada
cakupan tertentu sanksi ini diberlakukan sesuai dengan sistem
aturan, hukum yang disebut rasional.
Weber adalah membahas berbagai kemungkinan diantaa
dua dimensi definisi ini. Hukum, sebagaimana dikemukakan oleh
Weber,d dapat dikatakan bervariasi tingkatan rasinalitasnya dan
dalam sifat legitimasinya.tingkat rasionalits hukum lebih lannut
dihubungkan dengan sifat legitimasinya. Weber mendiskusikan
variasi diantara dimensi ini guna menentukan entingnya
peningkatan kapitalisme.
1. Variasi dalam rasionalitas hukum : Tipe pemikiran hukum
66
Untuk mengungkapkan pentingnya sejarah sistem hukum,
Weber telah membangunsebuah tipe ideal dari ketentuan hukum
yang berbeda. tipe ini tentu merupakan buatan metodologi yang
mengizinkannya untuk menguji dan membandingkan sistem hukum
dari masyarakat yang konkrit. Semuanya ini tidak merefleksikan
sistem hukum yang konkrit, tetapi lebih dari itu termasuk kompleks
fitur khusus yang dapat ditemukand alam sistem real dan yang
menyoroti permasalahan yang ingin dikemukakan oleh Weber.
Tipologi Weber dari sistem hukum haruslaht erlihat dalam
knteks analisis rasionalitas hukum secara keseluruhan. Ini adalah
suaha untuk membedakan dimensi organisasi hukum dan juga
hubungan masyarakat hukum yang tlah diyakini terpengaruh
secara rasinalitas. Oleh karena itu berbagai tipe telah membedkan
perbedaan antara cara sistem hukum menangani malah
karakteristik dari perumusan norma (pembuatan hukum) dan
penggunaan norma untuk kondisi spesifik. Juga ada perbedaan
dalam suatu cara yang dirancang untuk mengukur tingkat
rasinalitas.
Ada sejumlah pendekatan yang dimungkinkan untuk
formualsi norma atau pembuatan hukum. Masyarakat dapat atau
tiakd dapat memiliki serangkaian aturan hukum yang dianggap
67
kewajiban bagi anggotanya. Untuk itu terlihat ada aturan, yang
kemudian dipandang sebagaui suatu bentukan sadar atau juga
dapat dianggap sebagai suatu aturan hukum primer yang telah
ada, sekaligus tidak akan merubah mutu. Dan pada suatu cakupan
aturan ini diakui sebagai suatu hal yang sadar, yang kemudian
bersifat instrumental untuk mencapai beberapa rangkaian tujuan
konkrit yang ekstrinsik seperti agama atau ideologi politii, dan
dengan demikian diwajibkan hanya pada cakupan yang telah
memenuhi tujuan ini. Sebagai alternatif, rangkaian atuan ini tentud
dapat terlihat sebagai sesuatu yang sifatnya otonom dari rangkaian
sosial secara spesifik.
Demikian juga, temuan hukum, atau penerapan norma,
yang memiliki variasi akraktesitik. Keputusan ini dapat dicapai aas
dasar magig. Kasus ini tentu diputuskan oleh seseorang yang
dianggap memiliki bbeapa bentuk kemampuan yang luar biasa dan
penilaian ini tentu diewajibkan karena keyakinan dalam magic
merka. Pada sisi lai, keputusan ini tentu didaarkan atas dasar
sekular.s etelah ada di dalam sisi sekular, orientasi, variasi itu
dimungkinkan. Sehingga temuan hukum itu dapat diorientasikan
kepada penyeleaian knflik spesifik dan penentuan ekuitas yang
68
nyata dari sebuah situasi, ke arah aplikasi preseden dari stereotipe,
atau ke arah aplikasi aturan umum melalui teknik kognitif.
Weber mempertimbangkan beberapa perbedaan variasi ini
dalam sistem hukum, dan khususnya dalam pengukuran sistem
aktual terhadap mana keputusan adalah (1) ditentukan oleh aturan
umum yang telah ada dari aplikasi universal dan (2) ditetapkan oleh
perbedaan organ hukum.
Meskiopuin hal ini menjadi masalah utama dari Weber,
namun dia menekankannya dalam cara yang berbeda. sistem
Weber ini diberi label sebagai tipologi ‘pemikian hukum’ dan
mengorganisir sistem hukum sesuai dengan apa yang disebut oleh
Weber sebagai rasionalitas atau pembuatan hukum dan penemuan
hukum. Aspek pembhasan ini tentu diaahkan pada kebingungan
yang besar antara apa yang telah diegerakkan. Dalam diskusi
pekerjan Weber, maka sangat jarang untuk melihat kategori
rasinalitas yang berhubungan dengan teori pembedaan, generalitas
dan universalitas. Jika ini dilakukan, maka argumen Weber ini
menjadi lebih jels.
Weber itu sendiri mengklasifikasikan sistem hukum ke
dalam kategori yang berbeda tergantung pada hukum yang telah
dibuat dan ditemukan. Hukum ini dapat ditemukan dan kemudian
69
dibuat secara irrasional atau rasional. Hukum dapat ebrupa (1)
secara formal atau (2) irrasionals ecara substantif, atau (3) secara
substantive atau (4) rasional secara formal. Akhirnya, hukum
rasional secara formal dapat berupa formal did lam pengertian
ekstrinsik dan logika.
Juga ada dua dimensi perbandingan : cakupan dimana
sistem adalah formal dan ckaupan dimana itu adalah rasional. Jika
istilah ini dianalisa, maka kita dapat menemukan formalitas yang
diangap penting untuk mengertian kriteria intrinsik keputuan untuk
sistem hukum dan dengan demikian mengukur tingkat otonomi
sistematis, sementara pengertianr asinalitas mengikuti beberapa
kritria dari keputuan yang berlaku untuk semua kasus dan ukuran
generalitas dan secara univesalitas dari aturan yang digunakan oleh
sistem. Hubungan antara tipologi Weber dan knsep pembedaan dan
generalitas dapat terlihat dalam tabel berikut.
Pengambiln keputusan hukum irrasional secara formal,
adalah berkaitan dengan keputusan kerasulan atau pernyaaan.
Keputuan ini diumumkan tanpa mengacua kepada standar umum
aau bahkan pada pemikiran pihak-pihak yang ebrtikai. Kriteria
pengambilan keputusan adalah bersifat intrinsik untuk sistem
hukum tetapi bukan tidak diektahui; tidak ada suatu cara dimana
70
pengamat dapat memprediksikan keputusan atau memahami
mengapa ini dapat dicapai. Keputuan irrasionals ecara substantif
juga memberlakukan kriteria dengan kondisi yang didasrkan pada
nilai etis dan pertimbangan praktis dari kasus khusus. Juga sangat
dimungkinkan untuk memahami keputuan setelah fakta, tetapi jika
sistem preseden muncul, sangat sulit untuk dihasilkan dari kasus
beton. Secara substantif pengambilan keputusan secara rasional
menggunakan serangkaian kebijakan umum atau kriteria, tetapi
tentu ada beberapa pengetahuan ekstrinsik untuk sistem hukum –
ideologi politik dan agama yang merupakan contoh sistem
ekstrinsik. Cakupan dimana prinsip dari sistem pemikiran eksternal
itu dapat dipahami, yang kemungkinan diaahkan apa bagaimana
sistem itu berfungsi dengan baik. Tetapi hal ini tentu mengarah apa
tingkatan yang terbatas untuk cara dimana aturan sistem eksternal
diterjemahkan ke dalam pengambilan keputuan hukum yang
bervariasi. Sehingga,. Sementara tipe ini lebih memiliki kemamioun
merumuskan aturan umum dibandingkan dua terdahulu, maka akan
terlihat bahwa ini adalah merupakanr asinalitas formal.
Dibandingkan dengan tipe keempat, ketiga tipe sistem hukum ini
memperlihatkan tingkatan perbedaan yang rendah, tingkat
71
generalita aturan atau keduany. Sebagai hasilnya sangat sulit
untuk memprediksikan tipe keputuan yang telah dicapai.
Ini tidak berlaku untuk hukum Eropa, dimana Weber
mengidentifiaksikannya dengan rasionalits formal secara logika.
Tipe sistem ini mengkombinasikan tingkat perbedaan hukum
dengan ketergantungan pada aturan umum yang telah ada dalam
penentuan keputuan hukum, kedua fitur ini saling berhubungan.
Apa yang dimaksud oleh Weber dengan rasinalitas formal
secara loika ? dan mengapa ini diarahkan pada aturan yang
berlaku secara umum ? Pemikiran hukum adalahr asional pada
cakupan yang tergantung pada beberapa pembenaran yang
transcendent untuk ksus tertentud an ini didaasrkan atas aturan
yang telah ada : sisi formal dari kriteria keputuan yang bersifat
intrinsik untuk sistem hukum; dan logika pada cakupan aturan atau
prinsip yang dibangun oleh mode spesialsasio pemikiran hukum
pada sistematisasi logika dn juga pada keputuan kasus khusus yang
telah dicapai dengan proses deduksi khusus dalam logika yang
didahului oleh aturan atau prinsip sebelumnya. Arena dalam
beberapa sistem, keputusan pengadilan hanya dapat didasarkan
atas prinsip hukum yang telah ditentukan sebeumnya an karena
sistem itu membutuhkan kerjaama yang lebih cermat, umumnya
72
melalui codifikasi, keputusan hukum yang akan didaasrkan pada
aturan dan ini tentu bersifat umum dan terlihat dari sumber
otonomi yang umum.
Weber mengutiop sistem hukum Jerman dari akhir abad ke
19 sebagai contoh konrkit dari sistem hukum dari tipe rasinal
formal. Sistem ini akan dianimasi oleh oleh teori ilmu hukum
Jerman dan apa yang disebut oleh Weber sebagai ilmu hukum dari
hukum sipil Pandectist yang didahului dari lima postulat dasar.
(1) Setiap keputusan hukum yang konkrit adalah aplikasi
dari proposisi hukuma bstrak terhadap situasi fakta konkrit; (2) Juga
harus dimungkinkan dalam kasus konkrit untuk mendapatkan
keputuan dari proposisi abstrak dengan menggunakan logika
hjukum; (3)hukum adalah atau harus ditangani seperti halnya
sistem tanpa gap; (4) apakah tidak dapat dibentuk seara rasional
adalah tidak relevan secara hukum dan (5) semua aksi manusia itu
adalah diorder berdaarkan hukum.
Dalam sistem ini, proposisi hukum “abstrak” adalah
diorganisir secara sistmatis dalam bentuk kode sipil; hakim jua
akan memberlaukan koe ini dengan menggunkan mode spesifik dari
logika profesional; tidak hanya dalam aksi manusia yang
73
diebrlakukan oleh hukum tetapi apa yang diperkenankan oleh
hukum pada suatu kekuatan sosial yang lain.
2. Hubungan antara struktur politik dan sistem hukum : Tipe
dominasi dan tipe hukum
Dengan gambaran khusus dari hukum Eropa, teori Weber
dari kejadian struktur ini harus diuji. Dalam kondisi ada hukum
Eropa itu akan muncul ? Mengapa sistem ini hanya berkembang di
Eriopa ? Jawbant erhadap pertanyan ini tentu membutuhkan analisis
sosiologi oolitik Weber terutama dalam penelitiannya, Weber telah
memastikan hubungan ebrsama antara politik an struktur hukum.
Sistem hukum modern atau Eropa ini hanya dapat muncul dalam
kondisi olitik yang berbeda. keberadaannya adalah terhubung
dengan munculnya birokrasi modern. Dalam waktu yang sama, tipe
dari keadaan ini adalah tergantung pada sistem hukum dari tipe
modern.
Dalam sosiologi politiknya, Weber telah membangun tipe
ideal dari sistem politik atau bentuk dominasi (otoritas legitimasi).
Ada yang disusun menurut tuntutan daasr dai sistema atau regime
ini yang membuat perintah itu dapat dipatuhi. Klasifikasi ini tentu
dibuat oleh kondisi khusus dari legitimasi, justifikasi primer yang
74
menawarkan ebrbagaia kemamiuan yang lain. Weber telah memilih
aspek dari sistem politik ini sebagai dasar untuk klasifiaksi karena
dia merasa bahwa ini akan membntuk dasar dari perbedaan real
dalam struktur dominasi empiris.
Weber telah mengidentifikasikan tiga ide atau bentuk murni
dari legitimasi. Ada yang disebut dominasi tradisinal, karismatik
dan hukum. Anggota organisasi sosial ini akan memperlakukan
permintaan sebagai legitimasi karena ini diajukan oleh seseorang
dengan karakteritik yang luar biasa atu karena mereka lebih
bergantung pada penegakkan hukum.
Karna sistem hukum menjadi abgiand ari total struktur
domiansi, smeuanya aksi ini diarahkan apa pemerintah, dan harus
dilegitiamsi; dan kemudian ditujukan pada pola total dari domiansi,
yang emudian arus lebih konsisten dengan kliam dasar dari sistem
yang telah ada. Sehingga dalam analisis ideal ini, hukum dikaitkan
dengan ketiga tipe dominasi dan masing-masing tipe murni dengan
ciri dari proses judisial dan juga basis legitimasi keputusan hukum.
Dalam domain tradisional pengambilan keptuusan adalah ditandai
sebagai sesuatu yang bersifat empiris dan dibenarkan didasrkan
atas tradisi yang telah ada. Dalam dominasi karismatik, hukum ini
75
daqpat diterima oleh penduduk sebagai suatu ikatan yang berasal
dari para pemimpin yang luar biasa.
Dalam kedua tipe ini, hukum itu akan dilegitiamsi oleh
sesuatu seperti yang terjadi diluar. Tetapi ketika hukum itu dalam
pengertian umum menjadi sebuah hukum rasional, maka akan
menjadi prinsip legitimasi dan dasar dari semua dominasi
legitimasi. Init entu sifat dari hukum modern dan dengan demikian
menjdi sebuah keadaan modern.
Weber telah membangun hubungan antara tie dominasi dan
tipe pemikiran hukum. Dominasi hukum ini didaarkan atas
rasinaltias formal yang kemudian hanya ada dalam konteks
dominasi hukum. Lebih lanjut, dia menekankan bahwa hukum itu
adalah diarahkan apa sisi modern, hukum raisonal yang
membnetuk dominasi ke arah keadaan modern.
Ini semakin jelas hanya atas engujian yang rinci dari kedua
tipe ideal ini. Dominasi hukum itu dikatakan ada ketika kondisi
berikut ini ada (1) terapat norma aplikasi secara umum; (2) ada
keyakinan bahwa hukum itu aadlah sistem konsistend ari aturan
abstrak, dan administrasi dari hukum yang terdiri dari aplikasi
atuan untuk ksus tertentu dan terbatas pada aturan; (3)
keunggulan adalah mengarahkannya pada urutan impesinal; (4)
76
kepatuhan adalah terhadap hukum dan bukan pada bentuk
keteraturan sosial; dan (5) keptuhan itu adalah hanya dimiliki
dengan rasinalitas yang telah terbentuk.
Dalam survey ebtnuk hukum, atau pemikiran hukum, Weber
telah memeprjelas bahwa ini diebdakand ari modern, tipe rasional
dalam kegagalannya untuk menghsilkan sistem aturan yang
bersifat umum. Irrasionalitas formal ini tidak hanya mengetahui
catatan dari atuan umum. Irrasinalitas substantif dalam kondisi ini
ditujukn apa situasi individu. Rasionalita substantif pada sisi lain
adalah diatur dengan rasionalitas yang telah ada – tetapi juga ada
beberapa prinsip pemikiran diluar hukum itu sendiri, seperti
agama, filsafat etika atau ideologi. Tiope hukum ini tentu akan
diusahakan untuk mencapai hasil khusus yang ditekankan oleh nilai
dari rangkian prinsiop yang telah ada, yang kemudian tidak umum
atau tidak dapat diprediksikan. Karena tidaka da sistem kognitif
yang memungkinkan pengamat memprediksikan kapan ahsil sesifik
akant erjadi, tipe hukum ini memperlihatkan urutan rasionalitas.
Wber menilai hubungan antara dominasi hukum dan hukum
Eropa dengan menjelaskan tipe dominasi lainnya. Sebagai hukum
rasional formal, maka sangat penting untuk menciptakan situasi di
dalam mana domiasi itu terlegitimasi secara rasional, sehingga
77
bentuk legitimasi yang lain akan menemukan peningkaan hukum
rasinal. Tradisionalisme menempatkan kendala serius dalam suatuc
ara pengaturanr asional secara formal. Dalam masyarakat
tradisional, menurut Weber, seseorang tidak dapat memiliki hukum
yang spesifik yang telah diberakukand engan baik terutama untuk
proseur yang tidak sesuai dengan klaim pemerintah terhadap
legitimasi. Perintah ini tentu hanya dapat diamati jika semuanya
dapat dikaitkan dengan kondisi yang tidak mengalami perubahan,
prinsip eksternal. Lebih lanjut, aturan tradisinal aruslah mendasari
aturand ari ekonomi terhadap utilitarian, kesejahteraan atau nilai
absolut. Hal ini berlaku sementara legitimasi itu didaarkan atas
prinsip tradisinalo, dengan mnekankan dominasi yang juga
mempertahankan kesejahteraan ekonomi dari subjek yang ada.
Situasi ini tentu dilakukan oleh Weber dalam rasionalitas yang telah
ada untuk urutan hukum teknik. Otoritas Charismatik ini tentu
mendorong peningkatan hukum rasional modern; Weber telah
mengamati bahwa otoritas birokrasi ini adalah rasional secara
khusus dalam pengertian ini terikat secara intelektual pada suatu
aturan.
Dari analisis ini, terlihat bahwa hukum Eropa adalah
dibedakand ari tipe hukum lain dalam beberapa dimensi. Tidak
78
seperti tipe lain, hukum Eropa telh mengembangkan sutu bentuk
aturan yang diberlakukan melalui prosedur formal yang menjamin
bahwa aturan ini akan diikuti dalams emua kasus. Untuk itu, maka
akan membentuk sebuah tindakan acak dari kelompok yang
berkuasa dan terutama sebagai akibatnya akan ada sesuatu yang
dapat dirpediksikan.s ehingga dalam hukum Eropa, aturan yang
mengatur kehidupan ekonomi adalah mudah ditentukan; tipe
urutan hukum ini mengurangi satu unsur ketiakpastian eknomi.
Perhitungan hukum Eropa adalah kontribusi utama untuk aktivitas
ekonomi kapitalis.
Tabel berikut ini memperlhakan hubungan antara hukum
dan tipe struktur politik (dominasi), yang menunjukkan tingkatan
diskresi sistem yang diberikan kepada penguaa dan juga tingkatan
perhitunganr elatif dari aturan yang mengatur kehidupan ekonomi.
Struktur politik juga akan menentukan tipe keteraturan hukum
yang ada sekaligus memepngaruhi fungsi ekonomi yang dimainkan
aau diperankannya.
B. Kebangkitan Legalisme
79
Apa yang muncul dari sistem yang sangat kompleks itu
adalah gambarand ari pertumbuhan masyarakat tertentu. dalam
mayarakat ini, sumber utama dari urutan normatif adalah
konsistensi secara logika dari aturan yang dibangun dalam suatu
spesialisasi. Aturan ini tentu akan diciptakan oleh penggunaan
bentuk pemikiran yang khusus dengan memungkinkan konstruksi
sistem intelektual yang dapat digunakan oleh profesional yang
sudah terlatih. Sementara nilai yang dinyatakan di dalam aturan
ini adalah diapdukan ke dalam sistem intelektual yang telah
dibangun oleh pofeisonal. Dan aturan hukum ini dibentuk dalam
rsolusi perselisihan antara anggota masyarakat.
Jika sistem ini berfungsi dengan baik, maka harus ada
perbedaan yang jelas dari hukum sumber normatif lainnya.
Demikian juga hukum yang diarhakan pada sistem lain yang telah
ada untuk loyalitas. Hukum haruslah menjadi otonomi dan supreme.
Hukum haruslah menajdit erpisahd ari kekuasaan dan
agama jika telah mencapai tujuan perumusan dan
mempertahankan ambisinya, aturan umum. Weber secara terus
menerus menekankan bahwa kekuasan ini adalah menjadi suatu
alasan yang tidak terpahami, bahwa emerintah akan terus berjuang
untuk mengorbankan prinsip tertentu, serta penetapan tujuan yang
80
telah ada. Dalam bahasa teori konstitusi amerika, kekuasaan ini
lebih terarahkan.
Tetapi tidak cukup untuk hukum menjadi sesuatu yang
terpisah dari sumber kontrol sosial lain. tidak cukup dimana atuan
itu da dalam epngertian abstrak. Semuanya akan mengontrol
kehidupan sosial dan hukum harus mendahui bentuk keteraturan
normatif. Jika tidak, maka aturan hukum akan membatasi dampak
sosial.
Beberapa otonomi hukum mengembangkan struktur
hukum yang berbeda, keahlian unik, pesan dan mode pemikiran
yang diperlukan jika masyarkat ini mencitpakan dan
memperahankan aturan. Profesional yang telah dikhususkan untuk
itu haruslaht etaop matang an memiliki kualita skhusus. Karena
mode pemikiran yang unik menjadi unsur penting dari struktur
sosial hukum modern, maka elatihan khusus harus tetap ada.
Model ini tentu disebut sebagai legalisme, untuk
menaytakan dominasi masyarakat oleh aturan otonom. Dalam
model ini, aturan dapat dipatuhi karena diyakini telah diebrlakukan
secara rasional. Dengan tingkat pembedaan permesinan hukum,
dan penurunan bentuk kontrol sosial lainnya, mansia dalam
kehidupan pengacaranya dapat diperhitungkan secara ekseluruhan.
81
Mereka mengetahui atau mereka dapat memeplajarinya, apa hak
dan tuga smereka, terutama memprediksikand engan tingkat
kepastiand ari koersi hukum yang telah ada.
Kondisi yang unik di dalam sejarah Eropa, seperti
dikemukakan oleh Weber, mengarah pada kondisi emergensi
legalisme. Agama, politik, ekonomi dan faktor hukum memberikan
ktnribusi bagi pengembangannya. Di dunia Barat, agama dan juga
hukum sekular akant erpisah sehingga memungkinkan pemisahan
antara norma hukum dan norma etika. Pada saat yang sama,
birorkasid ri gereja Katolik dan warisan hukum Romwawi,
mengaahkan hukum adat itu kepada sesuatu yang lebih rasional
dibandingkan dengan ketentuan hukum teokrasi. Dan raja Eropa
dalam perjuangannya untuk menapatkan kekuasaan denan
kelompok 0olitik lain menemukannya menjadi hal penting dan
menciptakan suatu stff birokasi.
Akhirnya, pengembangan otonomi dalam kehidupan hukum
ini telah menjadi hal mendasar untuk mrealisasikan kepercayaan
terhadap rasionalitas hukum. Sebagiana besar pengembangan itu
adalah pemsiahan penemuan hukum dan pembuatan undang-
undang, sebuah fenomena yang ditemukan oleh Weber mampu
mengaksentuasikannya dalam hukum Jeman. Perkembangan ini
82
adalah kondisi yang penting bagi penentuan penambilan hukum
dan jua sekularisasi hukum. Perbedan ini tentu diarahkan pada
sistem dunia barat. Demikian juga dalam dunia barat yang tidak
mengarah pada hukumalam dengan berbagai kemungkinan aturan
tertentu yang naikd an juga norma tradisional. Disamiong itu,
pengaruh hukum Romawid alam teknik khusus juga telah
diperhitungkan.
Salah satu unsur penting dari sejarah hukum Eropa adalah
konsep utama untuk pemahaman legalisme, yaitu enangnan Weber
terhadap kemunculan profesi hukum yang berbeda. hal ini tidak
hanya unik; namun ini penting untuk memunculan rasionalitas
formal dan juga menggaris bawahi dinamika dari legalisme
dimaksud.
Weber mengemukakan bahwa hanya dalam dunia barat
para ahli hukum muncul sebagai kelompok status yang berbeda.
kelompok status ini tentu merupakan organisasi yang ditemukan
atas dasar pendidikan formal, prestse pekerjaan atau gaya
hieuhidupan. Kelompok status ini dapat dibentuk atas daasr ide
bersama, seperti keyakinan politik atau keagamaan. Karena
manusia membentuks ebuah kepentingans ebagai hasil
keanggotaan dalam kelompok dan kemudian diarahkan pada ide
83
yang telah terbentuk dalam organisasi. Kelompok status ini tentu
memepngarhi sejarah karena mereka akan berjuang
mempertahankan ide yang telah menggaris bawahi ide lainnya.
Ide tentang sifat hukum dapat memiliki mutu pembentuk
kelompok dan kebutuhan kelompok dapat membangun
pengembangand ari konsepsi hukum yang ebrbea. Kemunculan
profesi hukum yang berbeda di dunia Barat tik hanya mendorong
pertumbuhan ide hukum sebagai teknik otonomi dalam sisi sosial;
namun jug ditujukan apa ide yang sama atas dasar konflik sosial.
Demikian juga rasionaltias yang sangat ekstrim dengan hukum
yang diarahkan pada teknik yang telah dikembangan terus
menerus.
III. Legalisme dan kapitalisme : Rekonstruksi teori Hukum Weber
dalam kehidupan ekonomi
Sekarang kita memiliki beberapa unsur yang dibutuhkan
untuk memahami teori hubungan Weber diantara pemunculan
hukum modern dan kapitalisme. Kita telah menguji sosiologi
hukum, yang mengidentifikasikan tipe sistem hukum dan sosiologi
politiknya yang memperlhiatkan bawa struktur kekuasaan ini
menentukan beberapa tingkat tipe urutan hukum yang tleh ada.
84
Kita harus tahu mengapa Weber memikirkan elgalisme yang
diekmbangkan di Eropa. Sekarang kita harus kembali pada sosiologi
ekonomi di dana mana dinamika ini telah diekmbangkan. Analisis
ini akan memperlihatkan kapitalisme dan legalisme yang telah
dihubungkan.
Dalam sosiologiekonomi, Weber menekankan pentingnya
pengembangan kapitalist dari dua aspek hukum : (1) tingkat
perhitungan relatif dan (2) kapasits untuk mengembangkan
ketentuan substantif – yang pada prinsipnya adalah berhubungan
dengan kebasan kontrak – pentingnya fungsi sistem pasar.
Alasan yang pertama ini adalah sangat epnting dari yang
kedua. Weber memastikan bahwa kapialisme ini membutuhkan
eprhitungan normatif. Survey tipe hukum ini menunjukkan bahwa
hanya hukum rasional, modern atau rasional formals ecara logik
akan memberikan eprhitungan penting. Legalisme ini tentu
mendukung pengebangan kapitalisme dengan menyediakan
suasana yang stabil dan mudah diprediksikan : kapitalisme yang
mendorong lealisme karena borjuis menayari kebutuhan untuk tipe
struktur pemerintahan.
Legalisme adalah cara untuk menyediakan tingkat
kepastian untuk operasi sistem kaptialist. Weber menekankqn
85
bahwa kapitalisme itu tidak akan berlanjut jika kontrol dari
sumbernya tidak dilakukan oleh suatu kekuatan hukum.
Rasionalisasi dan sistematisasi hukum secara umums serta
peningkatan perhitungan furngsi proses hukum merupakan salah
satu kondisi penting dari perusahaan kapitalist.
Pentingnya model ini adalah konflik keinginan egoistis yang
kemudian menjadi bagian dari kapitalisme kompetitif.d alam paasr
murni, kapitalisme dari tipe ideal dalam teks mikro ekonomi,
masing-masing akan digerakkan untuk menembangkan
kepentingan dan pengeluarna dari peserta lain di pasar. Secara
teoritis, motif rofit adalah tidak dapat diabaikn oleh suatu kekuatan
etika atau moral. Sehingga masing-masing pelaku tidak akan
memperhatikan ramifikasi dri ekonomi yang telah ada.
Pada saat yang sama aktor atau pelaku ekonomi dalam
sistem adalah bersifat saling ketergantungan. Tidak ada peserta
pasar yang dapat mencapai tujuan ini jika dia tidak memastikan
kekuasan atas aksi orang lain. ini tentu sedikit bagik bagi pemilik
pabrik tekstil untuk lebih lanjut mengembangkan suatu keinginan
jika ini dapat diarahkan untuk sisi produknya. Jika supplier tidak
memberikan suatu bahan yang dijanjikan, jika pekerja menolak
bekerja, jika pelanggan lalai untuk membayar barang yang
86
dikirimkan, maka rasionalits ini adalah penting di dalam dunia yang
kemudian ebraa diluar nilai produsen tekstie.
Weber kembali menekankan, ketikapastiand ari tipe ini
adalah merupakan prejudice yang serius untuk fungsi ekonomi
modern. Bagaimana pelaku ekonomi kapialist dalam dunia ini sama
untuk mengurangi ektidakpastian yang mengancam sistem
kapitalist dari kekuaan rduktif ? apa yang memungkinkan pelaku
ekonomi memrpediksikan kepastikan relatif dari pelaku yang lain ?
Untuk menjuawab pertanyaan ini, Weber pindh ke dalam
tingkat analisis sosioloi. Permaaahan konflik diantara kepentingan
pribadi seseorng dan stabilitas sosial adalah merupakan masalah
Hobbesian – adalah salah satu masalah yang mendaar dari
sosiologi dan jua mengarhakan bentukan Weber ke dlams ebuah
skema aksi soial. Weber mengkaui bahwa kemampuan rpediksi
yang uniformitas dari sosial ini dapat dijamin dalam berbagai cara
dan bahwa semua metode kontrol sosial ini mempengaruhi aktivitas
ekonomi. Pelaku ini tentu dapat menginternalisasi stndar normatif
dengan sebuah harapan sukarela.
IV. Kasus penyimpangan dan verifikasi masalah historis :
Legalisme dan kapitalisme di Inggris
87
Analisis ideal dari Weber untuk masalah ekonomi, politik
dan hukum menekankan bahwa hukum memberikan kontribusi bagi
kapitalisme dalam ukuran yang besar karena adanya kemampuan
erhitugnannya, sistem hukum otonomi dengan univeral dan atuan
umum, yang menjamin kebutuhan akan kepastian hukum. Ketika
dia mencoba memverifiksi hal ini secara historis, mka catatan ini
tidaklah mendukung analisisnya. Hal ini mendorongnya melakukan
kualifiaksi tetpi tidak pernah mengbaikan thesis dasar.
Dalam usaha untuk memperjuangkanc ataan historis.
Weber mengemukakan adanya aspek dari kehidupan hukum yang
penting bagi pengembangan kapitalistis tetapi tidak sesuai dengan
tingkat formalisme logika. Misalnya, dalam satu hal, dia secara
eksplsit mengenali bahwa ada konflik potnsial di dalam rasionalisme
hukum untuk tipe formal dan kapasitas kreatif sistem untuk
menghasilkan konsep kelembagaan yang dibutuhkan oleh situasi
ekonomi. Dia juga mencaat adanya otonomi hukum yang dapat
menimbulkan ekonomi yang terfrustrasi. Tetapi hal ini
menyebabkan penilaian ulang dari mdoel, yang tidak
mempengaruhi penekanan pentingnya perhitungan hukum.
Karena metode ini adalah sesuatu yang penting terkait
dengan sejarah, maka akans angat bermanfaat untuk menguji
88
kasus menyimpang yang terus mengganggunya dalam berbagai
area. Hal ini menjadi masalah pengembangan bahasa Inggris.
Dalam sosiologi hukumya ada perjuanan antara konsep dan
sejarah, antara teorid an fakta, yang kemudian lebih mengarah
pada usaha untuk melihat hubungan antara sistem hukum Inggris
dan pengembangan kapitalisme di Inggris. Dia kembali pada
masalah ini beberapa kali. Ambisi dan diskusi kotnradiksi dari
masalah ini menunjukkan gambaran Weber dalam apa yang disebut
ahli teori sosiologi.
Karena Weber menganalisa hubungan antara hukum dan
ekonomi dalam sejarah Inggris, pertumbuhan bangsa ini
menggambarkan dua masalah utama dalam teorinya. Pada satu
sisi, Inggris terlihat kekurangan kemampuan perhitungan, formals
ecara loika, sistem hukum yang seringkali diidentifiaksikanny
sebagai hal penting bagi pembangunan kapitalist. Pada sisi lain,
kapitalisme itu menjadi salah satu yang telh dikembngkan di
Inggris, dengan berbagai pengaruh pada rasionalisasi hukum
Inggris.
Dari sudut pandang Weber, sistem hukum Inggris ini
menghadirkan suatu kntrast dengan sistem kontinental. Tingkatan
rasionalitas hukum adalah sangat rendah dibandingkan dengan
89
tipe lain yang berbeda di benua Eropa. Dalam gamabran formal
yang mendaasr, sistem Inggris ini berbeda dari formalisme juridis
dari sistem kotinental termasuk di dalam sistem keadilan sekular.
Namun demikian, kapitalisme memiliki kemunculan perama di
Inggris dan Inggris merupakan regime kapitalist yang telah ada.
Temuan ini memperlihatkan atau menghadirkan beberapa
kemungkinan logika. Pertama, mereka harus mendorong catatan
hubungan sistematis dianara hukum dan ekonomi. Kedua, akan
menekankan bahwa tipe ideal dari rasionalitas formal tiaklah
terfokus pada fitur penting dari kehidupan hukum dalam
pengembangan ekonomi. Ketiga, mereka menujukkan bahwa
Inggris adalah salah satu dari beberapa cara pengecualian yang
telah diadakan secara generalisasi. Dalam diskusi tentang masalah
Inggris, Weber mengaopsi ketiga posisi yang tidak konsisten itu.
Dalam serangkaian keyakian dan pesan yang sifatnya
kontradiksi, Weber menyatakan beberapa hipotesis berikut : (1)
sistem hukum Inggris menawaran tingkat perhitungan yang rendah
tetapit entud engan kapitalisme yang telah dibantu oleh suatu kelas
yang rendah. (2) Inggris adalah unik dalam pencapaian kapialisme
bukan karena tetapi lebih dari sekedar sistem judisial. kondisi yang
memungkinkan hal ini tentut idaklah dikembangkan di sini. (3)
90
sistem hukum Inggris, sementara jauhd ri model yang diembangkan
secara rasinalitas formala dalah cukup diperhitungkan uguna
mendukng kapitalisme, karena hakim lebih mendorong pada
kapialistis.
V. Legalisme dan legitimasi dominasi kelas
Hingga saat ini, kapitalisme itu telah disajikan sebagia
suatu abstraksi. Sementara Weber memeprhitungkan bahwa
kapitalisme itu adalahd alam suatu cara dimana sebagian sistem
ekonomi rasional dimungkinkan. Dia lebih kritis untuk beberapa
efek moral dari sistem ini. Kritikan ini tentu terlibat dalam beberapa
hal; muncul secara jelas dalam bagian sosiologi hukum dimana
Weber ini mengambil alih suatu hal yang diajukanoleh marx; peran
legalisme dalam legitimasi ominasi kaptialistis.
Legalisme ini akan lebih dari fungsi ekonomi dalam
kapitalisme. Weber memerlhatkan abaimana ide sistem hukum
otonomi ini mengarah pada keadilan formal yang melegitimasi
struktur politik dari masyarakat kapitalist.
Legalisme ini melegitimasi dominasi pekerja oleh kaum
kapitalist. Hubungan antaa hukum, negara dan pasar adalah
sangat kompleks. Legalisme sementara berusaha menekankan
91
sesuatu hal penting merupakan sebuah kekuatan dan sementra
sistem ini mempersamakannya secara formal, demikian juga
dominasi kelas. Legalisme ini memperkuat keadaan dengan
membatasinya dan juga komitmen untuk sistem aturan yang terus
meningkatkan legitiamsid ari dunia modern dan juga kewenangan
atau kekuatanefektif. Dan juga untuk pertumbuhan yanglebih baik,
akan menguangi kekutan untuk pengembangan pasr. Kekauan
posisid ari kontrol ini diarahkan pada peningkatan ekuatan efektif
ari organisasi dan sumber daya ekonomi. Prinsip kesamaan
ekualitas hukum dengan kels tertentu diarahkan pada otonomi
faktual.
Dia meyakini bahwa efek legalisme ini berasal dari
antimony dasar antara kriteria bahan dan formal dari keadilan, dan
juga aspek negatif dari administrasi formald ari keadilan dalam
kondisi modern. Keadilan formal ini tentud dapat diarakan pada
kekuatan ekonomi; bukan hana d yang dapat diperhitungkan tetapi
penekanan formal untuk kriteria yang sifatnya sbstantif untuk
pengambilan keutusan. Sekaligus mendorong pengguaan hukum
sebagai intrumen keadilan sosial. Dalam hal ini adalah seperti yang
dikemukakan oleh Anatole Frances.
92
Keadilan formal ini menjamin kbebaan mksimum untuk
pihak-pihak berkekeptningan untuk menunjukkan kepentingan
hukum. Tetapi karena distribusi kekuatan eknomi yang tidak sama
yang merupakan sistem keadilan formal dan juga harus tepat
waktu dan mengarah pada konsekuensi yang bertolak belakang.
Keadilan formal ini bukan hanya repugnant terhadap
kekuatan otoritas dan juga pemerintah arbitrary; juga akn
bertentangand engan kepentingan demokrasi. Keadilan formal ini
adalah abstrak, tidak memeprtimbnagkan hal-hal yang bersifat etis
yang dimunculkan oleh suatu keopentingan; seperti abstensi,
mengurangi kemungkinan merealsiasikan kebijakan sbstantif oleh
kelompok tertentu. ehingga nilai emokrasi dan tipe ekadilan sosial
hanya dicapai pada tingkat biaya dalam legalisme. Weber juga
mengemukakan bahwa legalisme formal akan memerlhatkan
kreativitas dan juga otonomi hukum yang mengarah pada hasil dari
kapitalist.
VI. Metodologi dan sudut pandang weber
Seperti yang telah dijelakan dalam pembahaan, Weber
mendekati masalah hukum dalam amsyarkat dan ekonomi dari
93
sudut pandang holistik, historis dan komparatif. Struktur dasar
analisis ini telah mengidentifikasikan beebrapa hal penting dari
maayrakat dan ekonomi dengan memerhatkan bagaimana hukum
dapat ikaitkand engan rngkaian sosial yang berbeda. tipe hukum,
ekonomi dan politik ini ditujukan pada catatan hsitoris. Hukum itu
diliht sebagai hsil itneraksid ari berbaai kekuatan dan pada saat
yang sama sebagai struktur yang berbeda yang memberikan
ontribusi bagi idnependensi bentuk mayarakat.
Weber tidak hanya menggunakan metode ini untuk
memoperlahtkan bagaimana legalisme dikembangkan di Eropa; dia
juga menekankan upaya menganalia mengapa ebntuk dan
susbtansi huium modern ini tidak muncul dalam peradaban yang
lebih besar. Contohnya adalah ilsutrasi persepktif dan metode
yang dilihat alam poembahaan mengapa sistem hukum China ini
gagal mengembangkan kebebaan kontrak dan konsep korporasi.
Weber meyakini bahwa konsep hukum dari corporasi telah
memberikan kontribusi yang sangat penting bagi pengembangan
kapitalsitis di Eropa. Analisis pembanding memperlihatkan bahwa
konsep ini tidak muncul di China dan ini emrupakanf akta
konsekuensi untuk pengembangan ekonomi di China. Kemudian di
94
berusaha menjelaskan menapa China tidak pernah
mengembangkan konsep tersebut.
Konsep korporasi sebagai sosok hukum memiliki dua unsur.
Pertama, menekankan hubungan kontaktual bebas diantara entitas
yang diakui secara sah. Kedua, menegaskan bahwa kelompok ini
akan memasuki beberapa hubungan. Weber memperlihatkan
bagaimana organisasi politik China dan struktur ssialnya
mendorong pengembangan pad ide hukum yang telah ada.
Struktur sosial ini tentu mendorong penignkatan hubungan
kontraktual. Tidak seperti Eropa, myarakat China ini terorganisir
dalam berbagai absis kkerabatan. Weber telah engmati bahwa jenis
organisasi kekerabatanini mendorong resolusi perselisihan melalui
hukum, melalui lembaga aturan yang didorong oleh engambil
keputusan otonomi. Penurunan organisasi ini telah
memperlihatkan beebrpa fkator dalam meningkatkan bentuk
organiasi kotnaktual di Eropa ; kekuatan kontinue dari kelompok di
China telah mendorong peningkatan bentuk hubungan tersendiri.
Lebih lanjut, organisasi politik di China mendorong embentukan
kelompok. Sementara sistem politik ddari Roma dan Eropa abad
pertengahan telah mendorong munculnya perusahaan otonomi,
keadan patriomonial China ini mendorong semua asosiasi yang
95
akan mengacam hegemoninya. Untuk itu, ide dari perusahaans
ebagai sosok hukum termasuk konsep yang berhubungan dari
kewajiban lterbatas, gagal berkembang di China.
Weber mengkaui bahwa faktor ekonomi yang bersifat murni
memberikan kontribusi bagi situasi sebagai hasild ri sikaop ekonomi
dan organisasi, dan tidak adanya kekautan yang kuat di China
dalam mengembangkan tipe yang telah diakui secara sah. Tetapi
ini tentu memberikan isyarat bagi faktor-faktor lain; pengembangan
sistem hukum di China tidak akan teratribusi untuk beberapa faktor
sebagai hasild ari inteaksid ari semua fitur yang terpisah dari
masyarakat.
Pendekatan holistik yang sama tentu berlaku untuk
mengkaji hukum perusahaan di Eropa. Tidak ada satu gamabrand
ari masyarakat Eropa yang dijelaskan oleh hukum Eropa dengan
memecahkan amalah krusial dari pengembangan koneop
kepribadian juristik. Faktor ekonomi, sosial dan politik, termasuk
pengembangan otonomi di dalam hukum adalah diarahkan pada
sisi penting dan juga keunikan dari Barat dengan pemikirannya.
Dari analisis ini semakin jelas bahwa sebagian ide hukum ini dapat
dipahami dalam konteks sudut pandang multi dimensi dari hukum.
96
VII. Kesimpulan
Pernyataan saya terhadap karya Weber ini telah jelas dan
abstrak. Saya tidak mamopu untuk menunjukkn semua komlkitas
dari argumend an semata mengemukakan bahwa analisis historis
yang diperlihtkan oleh Weber memeoprlhatkan legalisme yang
muncul di Eriopa dan juga dengan penelitian komparatif melalui
upaya dalam mencoba memerlahtkan mengpa peradaban utama
lainnya mengembangkan legalisme.
Saya berharap bahwa saya akan menekankan analisis
pembanding dan komparatif yang bersifat sentral untuk diskusi
Weber. Seperti saya kemukakan pada awal tulisan ini, tugas tuama
Weber adalah historis. Seperti yang dikemukakan Roth, Weber ini
memandang konsep sosiologi sebagai Clio’s handmaiden, sebagai
alat yang melakukan penelitian sejarah dan penelitian komparatif.
Tipe ieal dan teorid ari apa yang saya kemukakan ini adalah
menguji kejadian historis. Demikian juga terbatas dalam
kemampuannya untuk permasalahan penelitian yang telah ada.
Tipe ideal ini bukanlah teori universal dari masyarakat, meskipun
digunakan untuk membangun berbagai permasalahan yang telah
diteliti da tidak digunakan secara mekanika dalam konteks yang
lain.
97
Jika uraian dasar dari analisis Weber ini dipikirkan, maka
penulis kontmorer akan berada dalam poisi terbaik guna
engevaluasi pekerjaannya dan memberikan kotnribusi abgio
penelitiannya. Dengan akta lain, akan kemungkinan menggunakan
Weber tanpa melecehkannya.
Tidak dapat dibantah bahwa pemahaman umum dari teori
Weber ini adalah membantu para arjana untuk terus mengerjakan
tugasnya; analiis dari peran hukum dalam kapitalisme modern.
Sebaaimana telah dibahas dalam ksus Inggris, tugs ini jauhd ari
semiourna. Namun, tipologi Weber dari hukum, dominasi dan
kapialisme akan membantu untuk menelusuri beberapa hal dari
Eropa dan Inggris dan juga sejarah hukum. Sebagaimana
ditunjukkan oleh sebuah rekonstruksi, konsep tertentu yang
digunakan dalam tipe pemikiran hukum akan menimbulkabn
kebingungan dalam kejelaannya dan kita akan menggunakan
rincian dari ukuran kajian historis yang telah ada.
Bahkan meskipioun itu diebrlakukand lam tipologi Weber
untuk dunia yang bersifat kontemporer. Kondisi pengembangan
kntemorer atau mdoernisasi ini tentu berbeda dari apa yang telah
ada di dalam kajian Weber. Banyak unsur dari tipologinya yang
tidak ditemukand alam pengembangan yan telah ada. Mialnya
98
keseluruhan teori dari peran ekonomi hukum sebagaimana telah
dikemukakan, telah mencoba mengembangkan apa yang disebut
pertumbuhan ekonomi. Demikian juga model peran ekonomi yang
diarahkan pada ide abad ke 19. setelah itu, perhatian dibutuhkan
dalam masalah kontemporer yang telah ada.
Tidak terlupakan lebih lanjut bahwa meskipun Weber dan
yang lainya telah mengujinya,. Beberapa konstruksi intelektual init
elah digunakan untuk keperluan heuristik. Namun tipe murni ini
ditemukand lam beberpa dunia reall tidak ada sistem hukum dalam
sisi logika yang murni.
Akhirnya, kita ingin memeprtanyakan penekanan Weber
terhadap kualitas formald ari hukum modern, sudut pandang yang
memahami purposif atau kualtias isntrumennya. Brngkali
dipengaruhi oleh ide hukum sebagai ketentuan formal dan
menekankan pentingnya perhitungan hukum dalam kehidupan
ekonomi. Webher itu bermaksud untuk mnekankan karakteistik
hukum Eropa, dan seperti diberi contoh oleh Inggris, mampu
memberikan penekanan pada berbagai signifikansi ekonomi dari
perbaikan marginal perhitungan hukum.
Tetapi sarjana modern terus melanjutkan kajian historis dan
kemudian menekankan relevansi hukum untuk proses
99
pengembangan, yang kemuian mampu diarahkan pada penelitian
Weber. Pertama, pendekatan tipologinya masih berharga,
meskipouin pengembangan tipologi baru itu dianggap sangat
penting. Kedua, Weber menekankan bahwa posisi ini harus
diverifiaksi oleh sebuah komparatif darianalisis sosiologi. Akhirnya,
dia mempertahankan bahwa relevansi hukum dalam mayarkat
dapat dipahami oleh analisis hubungan antra beberapa bagiand an
struktur masyarakat/. Kontibusi yang unik dari Weber ini adalah
menganalisa hukum melalui sudut pandang sosial, holistik dalam
fenomena hukum, yang tidak seluruhnya bersifat terikat dan juga
terantung pada beberapa aspek kehiupan sosial.
100