Matriks
-
Upload
arsyadi-hasballah -
Category
Documents
-
view
6.422 -
download
8
Transcript of Matriks
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, semakin dirasakan interaksinya dengan
bidang-bidang ilmu lainnya, seperti ekonomi dan teknologi. Peran matematika dalam interaksi
ini terletak pada struktur ilmu dan peralatan yang digunakan. Ilmu matematika sekarang ini
masih banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industri, asuransi, ekonomi,
pertanian, dan sosial maupun di bidang teknik.
Kata matematika berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani yang diartikan
sebagai “sains, ilmu pengetahuan atau belajar.” Disiplin utama dalam matematika didasarkan
pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, pengukuran tanah, dan memprediksi peristiwa
dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum
bidang matematika yaitu studi tentang struktur, ruang, dan perubahan. Pelajaran tentang struktur
yang sangat umum dimulai dalam bilangan natural dan bilangan bulat, serta operasi
aritmatikanya, yang semuanya dijabarkan dalam aljabar dasar. Sifat bilangan bulat yang lebih
mendalam dipelajari dalam teori bilangan. Ilmu tentang ruang berawal dari geometri. Dan
pengertian dari perubahan pada kuantitas yang dapat dihitung adalah suatu hal yang biasa dalam
ilmu alam dan kalkulus.
Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah mengalami kesulitan dalam beberapa
masalah. Seperti beberapa contoh kasus di bawah ini:
1. Sebuah kolam renang berbentuk persegi memiliki dasar berbentuk oval, berapakah
volume air yang dibutuhkan untuk memenuhi kolam renang tersebut?
2. Sebuah tangki berbentuk trapesium diisi penuh dengan air, berapakah total gaya yang
diperlukan untuk memompa seluruh air pada tangki tersebut, di mana ketinggian tangki
tersebut adalah 3 meter?
Berdasarkan beberapa contoh di atas, perhitungan biasa tidak mungkin bisa menjawab
pertanyaan di atas, untuk menjawabnya kita harus menggunakan salah satu cabang dari kalkulus,
yaitu integral. Integral memiliki peranan yang penting khususnya dalam bidang teknik dan sains.
1
Berdasarkan uraian di atas, maka karya tulis ini bertujuan untuk membahas aplikasi integral pada
kehidupan sehari-hari serta perhitungannya.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan karya tulis ini adalah:
1. Bagaimana Matriks dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari?
2. Bagaimana menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dijumpai sehari-hari dengan
menggunakan matriks?
1.3 Tujuan
Dengan adanya permasalahan yang muncul, maka tujuan daripada karya tulis ini adalah sebagai
berikut:
1. Memberitahukan kepada pembaca aplikasi-aplikasi perhitungan Matriks dalam
kehidupan sehari-hari
2. Memberitahukan cara-cara untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
integral
2
BAB II
PEMBAHASAN
M A T R I K S
2.1 Pengertian Matriks
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dapatkan sekumpulan bilangan yang tersusun
menurut baris-baris dan kolom-kolom. Kita ambil suatu contoh yang sederhana, misalnya daftar
siswa kelas I Program Akutansi pada suatu SMK seperti berikut.
Jenis Kelamin
Kelas
Putra Putri Jumlah
II Ak 1 28 15 43
II Ak 2 32 10 42
Jumlah 60 25 85
Dalam matematika, himpunan bilangan demikian, yaitu himpunan bilangan yang
tersusun menurut baris-baris dan kolom-kolom sehingga terbentuk persegi panjang, dan
ditempatkan diantara dua kurung disebut matriks.
Tanda kurung yang dipakai : kurung biasa () , kurung siku [ ] , atau kurung bergaris dua ‖‖.
Daftar diatas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut (28 15 4332 10 4260 25 85 )
Setiap bilangan pada matriks disebut elemen(unsur) matriks. Letak suatu unsur matriks
ditentukanoleh baris dan kolom di mana unsur tersebut berada.
Misalnya, pada matriks di atas unsur 25 trletak pada baris ke-3 dan pada kolom ke-2. Suatu
matriks dinyatakan dengan huruf kapital A , B , C ,. . . . dan seterusnya, sedangkan unsur
matriks dinyatakan dengan huruf kecil a, b , c , . . ., dan seterusnya.
3
Contoh :
A = (1 2 34 5 6 )
Matriks A mempunyai dua baris dan dua kolom. Oleh karena itu kita katakan bahwa matriks A
berordo 2×3 ,ditulis A2×3 atau (a23 ) .Ordo suatu matriks ditentukan oleh banyaknya baris dan banyaknya kolom dalam matriks
tersebut.
2.2 Hubungan Matriks Dengan Matriks.
Matriks A dan matriks B dikatakan berordo sama atau berukuran sama jika banyaknya
baris dan banyaknya kolom pada matriks A sama dengan banyaknya baris dan banyaknya kolom
pada matriks B
Contoh :
A = (2 1 30 3 2 )
dan B = (3 2 15 4 6 )
Matriks A berordo sama dengan matriks B, yaitu 2×3
Definisi:
Dua buah matriks A dan B dikatakan sama, ditulis A = B, jika dan hanya jika :
a. Matriks A dan B mempunyai ordo sama
b. Unsur-unsur yang seletak pad matriks A dan matriks B sama.
4
←baris ke-1 ←baris ke-2
↓ ↓ ↓Kolom Kolom KolomKe-1 Ke-2 Ke-3
2.3 Macam-Macam Matriks
1. Matriks Baris
Matriks Baris adalah matriks yang terdiri dari satu baris
Contoh : A = (1 5 3 −2 )
2. Matriks Kolom
Matriks Kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom
Contoh : A = ( 2
1−3)
3. Matriks Persegi atau Matriks Bujur Sangkar
Matriks Persegi atau matriks Bujur Sangkar adalah matriks yang mempunyai jumlah
baris = jumlah kolom
Contoh : A = ( 1 3 5
2 4 0−2 3 7 )
, jumlah baris = jumlah kolom
4. Matriks Nol
Matriks Nol adalah Suatu matriks m×n yang setiap unsurnya 0 berordo m×n ,ditulis
dengan huruf O.
Contoh : O2×3 = (0 0 00 0 0 )
5. Matriks Segi Tiga
Matriks Segi Tiga adalah suatu matriks bujur sangkar yang unsur-unsur dibawah atau
diatas diagonal utama semuanya 0 .
5
Contoh : C = (
2 0 0 03 7 0 0
−9 5 8 04 1 −3 5
) , D =
(8 2 1 −30 6 5 40 0 3 70 0 0 9
) Matriks C disebut matriks segi tiga bawah dan matriks D disebut matriks segitiga atas.
6. Matriks Diagonal
Matriks Diagonal adalah suatu matriks bujur sangkar yang semua unsurnya , kecuali
unsur-unsur pada diagonal utama adalah nol.
Contoh : E = (5 0 0 00 7 0 00 0 −2 00 0 0 8
)7. Matriks Skalar
Matriks Skalar adalah matriks diagonal yang unsur-unsur pada diagonal utama semuanya
sama.
Contoh : F = (7 0 0 00 7 0 00 0 7 00 0 0 7
)8. Matriks Identitas atau Matriks Satuan
Matriks Identitas atau Matriks Satuan adalah matriks diagonal yang unsur-unsur pada
diagonal utama semuanya satu ditulis dengan huruf I.
Contoh : I3 = (1 0 00 1 00 0 1 )
, I4 = (1 0 0 00 1 0 00 0 1 00 0 0 1
)6
I3 adalah matriks identitas ordo 3 dan I4 adalah matriks identitas ordo 4
9. Matriks Simetris
Matriks Simetri adalah suatu matriks bujur sangkar yang unsur pada baris ke-i kolom ke-j
sama dengan unsur pada baris ke-j kolom ke-i sehingga a ij=a ji .
Contoh : G = (1 3 2 53 4 6 92 6 7 85 9 10 2
) Unsur pada baris ke-2 kolom ke-4 adalah 9 dan unsur pada baris ke-4 kolom ke-2 juga 9.
10. Matriks Mendatar
Matriks Mendatar adalah matriks yang banyaknya baris kurang dari banyaknya kolom .
Contoh : H2×3= (3 2 15 4 6 )
11. Matriks Tegak
Matriks Tegak adalah suatu matriks yang banyaknya baris lebih dari banyaknya kolom.
Contoh : K3×2 = (5 62 19 −7 )
12. Matriks Transpos ( notasi At )
Transpos A adalah matriks baru dimana elemen kolom pertama = elemen baris pertama
matriks A, elemen kolom kedua = elemen baris kedua matriks A, elemen kolom ketiga=
elemen baris ketiga matriks A.
7
Misal Matriks A = (1 −2 5 89 1 4 20 3 −2 −3 )
Maka Transpos A adalah At = (
1 9 0−2 1 35 4 −28 2 −3
) Jadi jika ordo matriks A = 3x4 maka ordo matriks transpos adalah 4x3
Sifat-sifat matriks transpos
1) ( A + B )t = At + Bt
2) ( At )t = A
3) ( AB )t = Bt At
2.4 Operasi Matriks
1. Penjumlahan dan Pengurangan 2 Matriks.
Dua matriks dapat dijumlahkan atau dikurangkan jika ordonya sama.
Misal ordo matriks A = 2 x 3 dan ordo matriks B = 2 x 3, maka keduanya dapat
dijumlahkan atau dikurangkan.
Contoh : Jika A = (3 2 15 4 6 )
dan B = ( 7 5 −3−2 1 0 )
Maka A + B = ( 3+7 2+5 1+ (−3 )5+ (−2 ) 4+1 6+0 )
= (10 7 −2
3 5 6 )
8
A – B = ( 3−7 2−5 1−(−3 )5−(−2 ) 4−1 6−0 )
= (−4 −3 4
7 3 6 )
Beberapa sifat yang berlaku pada penjumlahan matriks
1) A + B = B = A ( Sifat Komutatif)
2) (A + B) + C = A + ( B + C) (Sifat Asosiatif)
3) A + 0 = 0 + A = A (Sifat Identitas tambah)
2. Perkalian Bilangan Real dengan Matriks
Jika A suatu ordo m¿ n dan k suatu bilangan real (disebut juga sutu skalar), maka kA
adalah metriks ordo m¿ n yang unsur-unsurnya diperoleh dengan memperkalikan setiap
unsur matriks A dengan k. Perkalian seperti ini disebut perkalian skalar.
Jadi, jika A
=(a11 a12
a21 a22), maka: kA
=(ka11 ka12
ka21 ka22)
Contoh : Misal A = (2 −1 01 3 2 )
maka 3A = 3 (2 −1 01 3 2 )
= (6 −3 03 9 6 )
Sifat-sifat perkalian matriks dengan bilangan real.
Jika a dan b bilangan real, maka :
1) ( a + b )A = aA + bA
2) a ( A + B ) = aA + aB
3) a( bA ) = (ab)A
3. Perkalian Matriks dengan Matriks (Perkalian 2 Matriks)
Matriks A yang berordo m¿ p dangan suatu matriks B yang berordo p¿ n adalah matriks C
yang berordo m¿ n.
9
A m¿ p.B p¿ n = C m¿ n.
Dalam perkalian matriks ini yang perlu diperhatikan adalah :
Banyaknya kolom pada matriks A harus sama dengan banyaknya baris pada matriks B.
Jika hal ini tidak dipenuhi, maka hasil kali matriks tidak didefinisikan.
Secara umum jika A = (a11 a12 a13
a21 a22 a23) → ordo matriks 2¿ 3
B = (b11 b12
b21 b22
b31 b32) → ordo matriks 3¿ 2
C = A . B
= (c11 c12
c21 c22) → ordo matriks 2¿ 2
Dimana c11=a11 .b11+a12 .b21+a13 .b31
c12=a11. b12+a12 . b22+a13 . b32
c21=a21 . b11+a22 . b21+a23 . b31
c22=a21 . b12+a22 .b22+a23 .b32
2.6 Menentukan Determinan dan Invers
1). Determinan Matriks Persegi Berordo 2
Matriks A = (a bc d )
10
Hasil kali elemen-elemen diagonal utama dikurangi hasil kali elemen-elemen diagonal
samping disebut determinan matriks A.
Notasi determinan matriks A adalah |A| atau det A = ad – bc
4. Menentukan Determinan dan Invers
1). Determinan Matriks Persegi Berordo 2
Matriks A = (a bc d )
Hasil kali elemen-elemen diagonal utama dikurangi hasil kali elemen-elemen diagonal
samping disebut determinan matriks A.
Notasi determinan matriks A adalah |A| atau det A = ad – bc
Contoh : Jika A = ( 1 2−3 4 )
maka det A = | 1 2−3 4
|
= ( 1)(4) – (2)(-3)
= 4 +6
= 10
2). Determinan Matriks Persegi Berordo 3
Matriks A = (a11 a12 a13
a21 a22 a23
a31 a32 a33)
Cara menentukan det A sebagai berikut :
Cara 1 : det A =
a11|a22 a23
a32 a33
|−a12|a21 a23
a31 a33
|+a13|a21 a22
a31 a32
|
= a11(a22 .a33−a23 .a32 )−a12 (a21 .a33−a23a31)+a13 (a21a32−a22 a31 )
Cara 2 : menggunakan aturan Saurrus
11
det A =
a11 a12 a13 a11 a12
a21 a22 a23 a21 a22
a31 a32 a33 a31 a32
- - - + + +
= a11. a22 .a33+a12 .a23 .a31+a13 .a21 . a32−a13 . a22 . a31−a11 . a23 . a32−a12 .a21 . a33
3). Invers Matriks Bujur Sangkar
Jika A dan B matriks ordo nxn, maka B adalah invers matriks A atau B adalah invers dari
matriks A dan hanya jika AB = BA = I, I adalah matriks identitas.
Contoh : Misal A = (3 51 2 )
dan B = ( 2 −5−1 3 )
Maka BA = ( 2 −5−1 3 )(3 5
1 2 ) =
(1 00 1 )
= I
Dengan demikian, B adalah invers dari A, di tulis B = A-1.Oleh karena BA = I dan B = A-1
maka A-1A = I
Jika A = (a bc d )
maka invers A (ditulis A-1)
dan dirumuskan A−1= 1
ad−bc ( d −b−c a )
Harga (ad –bc) disebut determinan dari matriks A atau det A.
Matriks (a bc d )
mempunyai invers jika dan hanya jika (ad – bc) ¿ 0.
Jika (ad – bc) = 0 maka matriks (a bc d )
tidak mempunyai invers.Matriks yang
12
determinannya = 0, dinamakan matriks Singular.
. Penyelesaian Persamaan Linier Dengan Matriks
1). Penyelesaian Persamaan Linier dua variabel dengan cara determinan
Untuk menyelesaikan persamaan linier dua variabel yang bentuknya seperti berikut
ax+by=cpx+qy=r
Diubah dalam susunan bilangan sebagai berikut dan diberi notasi D , Dx dan Dy dengan
D = |a bp q
| = a .q−b . p
Dx = |c br q
| = c .q−b . r
Dy = |a cp r
| =a . r−c . p
Kemudian x dan y dapat ditentukan dengan x= Dx
D dan y= Dy
D
13
BAB IV
PENUTUP
3.1 Saran
Matriks adalah susunan bilangan dalam suatu persegi panjang yang diatur berdasarkan
baris dan kolom.
Ordo atau ukuran dari suatu matriks adalah banyak baris dan kolom dari suatu matriks
Susunan horizontal disebut dengan baris
Susunan vertical disebut dengan kolom
Am x n
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Anton, Howard. 2000. Aljabar Linier. _ :Karisma Publishing Group
2. Johanes,dkk. 2006. Kompetensi Matematika 3A Program IPA. Jakarta : Yudhistira.
3. http://www.slideshare.net/AmriSandy/pertemuan12-10080718
15