matrik komunikasi

25
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna. Proses komunikasi pada prinsipnya meliputi pengiriman dan penerimaan pesan- pesan di antara dua orang, kelompok kecil masyarakat, atau dalam satu lingkungan atau lebih dengan tujuan untuk mempengaruhi perilaku dalam suatu masyarakat. Dengan bahasa yang lebih sederhana, proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feedback) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak. Sedangkan berinteraksi dengan orang lain belum tentu mudah saling mengerti. Maka dilakukannya pendekatan yang memungkinkan untuk menduga perilaku partisipan komunikasi. pendugaan ini dilakukan dengan mengadakan pendugaan sistem sosial dalam konteks budaya masyarakat setempat. untuk memperole gambaran terebut, unsur0unsur sistem sosial perlu dikaji dengan

description

document

Transcript of matrik komunikasi

Page 1: matrik komunikasi

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari

kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna. Proses komunikasi

pada prinsipnya meliputi pengiriman dan penerimaan pesan-pesan di

antara dua orang, kelompok kecil masyarakat, atau dalam satu lingkungan

atau lebih dengan tujuan untuk mempengaruhi perilaku dalam suatu

masyarakat. Dengan bahasa yang lebih sederhana, proses komunikasi

dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (messages)

dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan

sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan

(feedback) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding)

antara kedua belah pihak.

Sedangkan berinteraksi dengan orang lain belum tentu mudah

saling mengerti. Maka dilakukannya pendekatan yang memungkinkan

untuk menduga perilaku partisipan komunikasi. pendugaan ini dilakukan

dengan mengadakan pendugaan sistem sosial dalam konteks budaya

masyarakat setempat. untuk memperole gambaran terebut, unsur0unsur

sistem sosial perlu dikaji dengan melihatnya sebagaidua kompoenen yang

terpisah yaitu struktur sosial dan norma sistem.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai interaksi antara individu

dengan masyarakat bahkan individu itu sendiri serta bagaimana matriks

komunikasi dalam sistem sosial dan pengaruh terhadap perilaku

kominukasi

Page 2: matrik komunikasi

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu :

1. mengetahui bagaimana komunikasi masyarakat dalam lingkungannya

2. mengetahui bagaimana dalam suatu matriks komunikasi unsure-unsur

dalam sistem sosial saling mempengaruhi

3. mengetahui bagai mana pengaruh unsure-unsur sistem sosial

terhadap perilaku komunikasi

1.3. Identifikasi Masalah

komunikasi dalam masyarakat merupakan suatu kebutuhan, dalam

makalah ini penulis merumuskan masalah yaitu :

1. mengetahui apa itu sistem sosial

2. mengetahui bagaimana komunikasi masyarakat dalam lingkungannya

3. mengetahu apa saja unsur-unsur dalam sistem sosial

4. mengetahui masalah-masalah dalam pendugaan perilaku

Page 3: matrik komunikasi

II

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem sosial merupakan pola-pola yang mengatur hubungan timbal

balik antara individu dalam masyarakat, antara individu dengan

masyarakat, dan tingkah laku individu itu sendiri (linton, 1956).

Didalam sistem sosial terdapat komponen-komponen yang satu sama

lain saling berinteraksi dalam rangka mencapai satu tujuan tertentu

(rogers,E.M, 1983).

Norma sistem ialah peraturan tentang perilaku individu (tertulis atau

tidak) dalam hubungan dengan sesama (Tubbs 1983).

Dalam setiap kelompok selalu ada pola-pola perilaku yang telah

mapan dan unik, yang merupakan identitas kelompok dan menjadi unsur

pembeda kelompok tadi dengan kelompok lain. (Havelock, 1971).

Fungsi norma menurut Rogers (1983) ialah :

1. Membatasi perilaku anggota sistem sosial

2. Mengarahkan perilaku anggota sistem sosial

3. Menjadi pedoman perilaku anggota sistem sosial

4. Merupakan ukuran dasar perilaku anggota sistem sosial

Dalam setiap kedudukan (status) senantiasa terdapat atura-aturan,

kumpulan hak dan kewajiban. Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajiban atau berperilaku sesuai dengan kedudukannya, maka ia

menjalankan suatu peranan. Dengan demikian berarti peranan merupakan

sekumpulan norma atau perilaku yang dijalankan oleh orang yang

mempunyai suatu kedudukan tertentu dalam sistem sosialnya (Tubbs

1983).

Page 4: matrik komunikasi

Dalam setiap system sosial, penempatan posisi senantiasa

dihubungkan dengan konsep wewenang. Wewenang dapat didefinisikan

sebagai sejumlah hak yang diberikan pada pemegang suatu posisi (Berlo,

1960).

Struktur sosial, sebagaimana telah disebutkan, terbentuk karena

tersusunya posisi, status dan peranan anggota-anggota sistem sosial.

Posisi seseorang dalam masyarakat menunjukan tempat individu tadi

dalam struktur sosialnya. Sedangkan status merupakan kedudukan atau

tempat seseorang dalam suatu pola atau sistem sosial tertentu (Soekanto,

1977).

Page 5: matrik komunikasi

III

PEMBAHASAN

A. Manusia dengan Lingkungannya

Dalam kehidupan sehari-hari ada kecenderungan bahwa orang

lebih senang berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai kesamaan

dalam beberapa atribut. Misalnya saja dalam hal kesamaan dalam hal

tingkatan pengetahuan, status, sikap dan sisi nilai. Kenapa orang

menyukai hal demeikian,karena respon komunikan sesuai dengan

harapan komunikator, ketepatan komunikasi lebih terjamin, tidak

diperlukan usaha yang berat untuk saling mengerti, dan tujuan komunikasi

dapat tercapai dengan baik.

Interaksi yang terjadi pada situasi di atas biasanya hanya

melibatkan partisipan komunikasi dalam jumlah terbatas. Dimana mereka

sebelumnya telah saling mengenal dan mempunyai pengalaman

berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Pada keadaan ini mereka tidak

mengalami kesulitan dalam melakukan pendugaan-pendugaan terhadap

perilaku lawan bicara. Dengan kata lain mereka dapat saling berempati

dengan baik sehingga tercapai efektifitas dalam komunikasi.

Akan tetapi situasi komunikasi tidak selalu demikian terjadinya. Dalam

keadaan tertentu dapat dijumpai bahwa komunikator menghadapi

komunikan dalam jumlah yang relatif banyak dan dengan kondisi yang

sangat beragam. Di samping itu, antara komunikator dan komunikan

belum saling mengenal dan tidak mempunyai pengalaman berkomunikasi

satu sama lain.

Dalam situasi komunikasi yang demikian, akan sulit dilakukan

empati terhadap perilaku individual. Empati yang dilakukan pada situasi

tesebut akan memakan waktu dan energi yang sangat banyak. Oleh

karena itu dilakukan pendekatan lain yang lebih memungkinkan untuk

Page 6: matrik komunikasi

menduga perilaku partisipan, komunikasi. Pendugaan ini dilakukan

dengan mengadakan pendugaan sistem sosial dalam konteks budaya

masyarakat setempat.

Masalah yang akan disoroti bab ini ialah bagaimana dalam suatu

matriks komunikasi unsur-unsur dalam sistem sosial saling

mempengaruhi, dan bagaimana pengaruh unsur-unsur sistem sosial

terhadap perilaku komunikasi.

B. Sistem sosial

Sistem sosial merupakan pola-pola yang mengatur hubungan timbal

balik antara individu dalam masyarakat, antara individu dengan

masyarakat, dan tingkah laku individu itu sendiri (linton, 1956). Didalam

sistem sosial terdapat komponen-komponen yang satu sama lain saling

berinteraksi dalam rangka mencapai satu tujuan tertentu (rogers,E.M,

1983). Dalam konteks kebudayaan, sistem sosial ini merupakan salah

satu wujud dari kebudayaan rasa untuk memenuhi kebutuhan manusia

dalam berhubungan dengan sesamanya (soemardjan, s. 1964).

Sedangkan matriks komunikasi dapat diartikan sebagai suatu gambara

hubungan antara unsur-unsur dalam sistem sosial dan pengaruhnya

terhadap perilaku komunikasi anggota-anggota sistem sosial. Untuk

memperoleh gambaran tersebut, unsur-unsur sistem sosial perlu dikaji

dengan melihatnya sebagai dua komponen yang terpisah yaitu struktur

sosial dan norma sistem. Pemisah kedua komponen sisitem sosial itu

semata-mata hanya untuk keperluan analisi saja, karena pada

kenyataannya kedua komponen tadi sebenarnya tidak dapat dipisah-

pisahkan, Norma sistem adalah jiwa atau isi dari sistem sosial, sedangkan

struktur sosial merupakan kerangka atau bangunan dari sistem sosial itu

sendiri.

C. Unsur-unsur Sistem Sosial

Page 7: matrik komunikasi

Norma sistem ialah peraturan tentang perilaku individu (tertulis atau

tidak) dalam hubungan dengan sesama (Tubbs 1983). Dalam setiap

kelompok selalu ada pola-pola perilaku yang telah mapan dan unik, yang

merupakan identitas kelompok dan menjadi unsur pembeda kelompok tadi

dengan kelompok lain. (Havelock, 1971).

Fungsi norma menurut Rogers (1983) ialah :

5. Membatasi perilaku anggota sistem sosial

6. Mengarahkan perilaku anggota sistem sosial

7. Menjadi pedoman perilaku anggota sistem sosial

8. Merupakan ukuran dasar perilaku anggota sistem sosial

Norma sistem kadang berlaku dan mengikat untuk semua anggota

sistem. Kadang-kadang hanya berlaku untuk segolongan orang saja.

Perbedaan penerapan aturan perilaku ini akan melahirkan konsep

peranan, posisi, dan status yang merupakan unsur-unsur pembentuk

struktur sosial.

Untuk menjamin keberadaan norma, biasanya kelompok

melancarkan tekanan pada individu untuk senantiasa menyesuaikan diri

dengan norma yang berlaku. Bentuk tekanan kelompok itu antara lain

berupa penghukuman kepada individu yang berperilaku menyimpang dari

norma. Misalnya saja individu tersebut dikucilkan dari kegiatan kelompok.

Struktur sosial, sebagaimana telah disebutkan, terbentuk karena

tersusunya posisi, status dan peranan anggota-anggota sistem sosial.

Posisi seseorang dalam masyarakat menunjukan tempat individu tadi

dalam struktur sosialnya. Sedangkan status merupakan kedudukan atau

tempat seseorang dalam suatu pola atau sistem sosial tertentu (Soekanto,

1977). Dengan demikian mungkin saja seseorang sekaligus mempunyai

beberapa status yang berbeda tergantung dari nama status tadi diperoleh.

Misalnya saja seseorang dalam kehidupan masyarakatnya mempunyai

status sebaga lurah. Akan tetapi mungkin juga dia mempunyai status

sebagai guru. Selain itu, dalam keluarga dia adalah seorang ayah dan

seorang suami.

Page 8: matrik komunikasi

Dalam setiap kedudukan (status) senantiasa terdapat atura-aturan,

kumpulan hak dan kewajiban. Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajiban atau berperilaku sesuai dengan kedudukannya, maka ia

menjalankan suatu peranan. Dengan demikian berarti peranan merupakan

sekumpulan norma atau perilaku yang dijalankan oleh orang yang

mempunyai suatu kedudukan tertentu dalam sistem sosialnya (Tubbs

1983). Berlo (1960) menjelaskan asal mula peranan tersebut sebagai

berikut :

1. Perilaku individual, sebagai respon terhadap stimulasi yang diberikan,

dikelompokan menjadi perilaku-peranan (roel-behaviour) yaitu

sekumpulan perilaku yang telah diseleksi dan dihubungkan dengan

orang yang menduduki posisi tertentu dalam sistem sosial.

2. Perilaku-peranan kemudian dihubungkan dengan perilaku-peranan

yang lain, disusun dan dietmpatkan pada posisi tertentu dalam struktur

sosial dan dinamakan sebagai posisi-peranan (role-position)

3. Kombinasi antara perilaku peranan dan posisi peranan inilah yang

dinamakan dengan peranan.

Jadi istilah peranan selalu menunjukan kepada nama dari

kumpulan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh orang yang menduduki

suatu tempat atau posisi dalam sistem sosial. Orang yang mempunyai

kedudukan sebagai lurah artinya mempunyai pola perilaku tertentu yang

menunjukan dirinya sebagai lurah. Demikian juga bila orang mempunyai

status sebagai mahasiswa, maka diharapkan dia berperan dan

menjalankan perilaku tertentu, hak dan kewajibannya yang harus dipenuhi

sebagai mahasiswa.

Dalam struktur sosial, ada suatu posisi yang mempunyai nilai

tertentu bagi orang yang menduduki posisi tadi. Nilai yang terdapat pada

posisi atau kedudukan inilah yang dinamakan dengan prestise (prestige).

Posisi pimpinan dalam organisasi dianggap mempunyai nilai prestise yang

tinggi. Demikian juga misalnya dengan kedudukan kepala kepala desa di

masyarakat pedesaan. Karena kedudukan kepala desa mempunyai nilai

Page 9: matrik komunikasi

prestise yang tinggi, maka banyak penduduk desa yang berusaha meraih

kedudukan tersebut.

Dalam kehidupan kelompok juga dikenal adanya istilah “esteem”.

Istilah ini dapat diartikan sebagai nilai atau penghargaan yang melekat

pada individu tanpa memandang kepada posisinya dalam sistem sosial.

Penghargaan yang diberikan pada individu tadi semata-mata karena

memang dia memiliki kapasitas yang patut dihargai

D. Wewenang dan Kekuasaan

Dalam setiap system sosial, penempatan posisi senantiasa

dihubungkan dengan konsep wewenang. Wewenang dapat didefinisikan

sebagai sejumlah hak yang diberikan pada pemegang suatu posisi (Berlo,

1960). Dengan wewenangnya, seseorang mempunyai kekuasaan (power)

untuk mempengaruhi pihak lain bertindak sesuai dengan kehendaknya.

Kekuasaan itu sendiri tidak selalu diperoleh dari wewenang resmi, tapi

bisa juga karena seseorang memang mempunyai kemampuan pribadi

untuk menguasai orang lain.

Kekuasaan itu senantiasa ada dalam setiap masyarakat. Akan tetapi

kekuasaan itu sendiri tidak dapat dibagi rata kepada semua anggota

masyarakat. Bagaimana masyarakat membagi kekuasaan, menyusun dan

mengatur posisi, merupakan pertanyaan yang menarik. Berlo

merumuskan pendapatnya bahwa posisi dan kedudukan seseorang dapat

ditentukan dengan melihat :

1. Derajat kepentingan peranan.

2. Derajat kesulitan untuk mendapatkan suatu peranan.

3. Derajat ketergantungan suatu peran dengan peran yang lain.

4. Nilai yang terkandung dalam peranan yang bersangkutan.

Hubungan antara wewenang atau kekuasaan dengan posisi biasanya

bersifat positif. Semakin tinggi posisi seseorang semakin besar

wewenang/kekuasaan orang tersebut.

E. Tujuan Kelompok

Page 10: matrik komunikasi

Tujuan dalam kelompok selain mempengaruhi aktivitas dan suksesnya

kelompok, juga mempengaruhi perilaku anggota kelompok.

Tujuan kelompok menurut Berlo terdiri dari tiga dimensi. Dimensi

pertama dari tujuan kelompok adalah produktivitas. Peningkatan

produktivitas dalam kelompok bertujuan menghasilkan produk kelompok

secara lebih efektif dan efesien. Tujuan dalam dimensi pertama

merupakan tujuan perseorangan dan juga sekaligus tujuan kelompok.

Dimensi kedua dari tujuan kelompok ialah pemeliharaan kelompok

(group maintenance). Dimensi kedua ini tidak berhubungan dengan tujuan

perseorangan, tapi hanya merupakan tujuan kelompok. Kelompok perlu

menetapkan tujuan tersebut agar keberadaan kelompok dapat terus

berlanjut.

Antara dimensi pertama dengan dimensi kedua tadi terdapat

hubungan yang erat. Misalnya, jika tidak ada pemeliharaan kelompok

mungkin seorang anggota kelompok merasa tidak puas, sehingga dia

keluar dari keanggotaan kelompok. Jika hal itu terjadi berarti keutuhan

kelompok jadi terpecah. Inilah yang dapat mengakibatkan produktivitas

kelompok tidak tercapai.

Dimensi ketiga dari tujuan kelompok ialah bentuk ketergantungan

anggota dalam mencapai tujuan kelompok. Secara ekstrim ada dua jenis

ketergantungan “promotive” terjadi bila tujuan kelompok hanya mungkin

tercapai apabila ada kerjasama diantara anggota kelompok. Sedangkan

ketergantungan dan “contrient” terjadi bila dalam mencapai suatu tujuan

masing-masing anggota saling berkompetisi.

Antara ketergantungan promotive-contrient dan tujuan

produktivitas-pemeliharaan kelompok, juga terdapat hubungan. Biasanya

ketergantungan promotive menghasilkan kepuasan anggota yang lebih

tinggi dibandingkan dengan ketergantungan “contrient”. Sedangkan

ketergantungan “contrient” biasanya menghasilkan produktivitas yang

lebih tinggi dibandingkan dengan ketergantungan “promotive”.

Page 11: matrik komunikasi

F. Aplikasi Pendugaan Sistem Sosial

Bagaimana unsur-unsur dalam sistem sosial saling berpengaruh

telah diurakan pada bagian sebelumnya. Berikut ini akan dibahas

bagaimana hubungan antara unsur-unsur dalam sistem sosial tadi dengan

perilaku komunikasi, apa pengaruhnya dan bagaimana aplikasinya dalam

kegiatan komunikasi yang direncanakan, misalnya untuk kegiatan

penyuluhan pertanian.

Telah disebutkan bahwa sistem sosial lahir karena manusia

membutuhkan aturan dalam berhubungan dengan sesamanya. Sistem

sosial itu dihasilkan karena manusia berinteraksi dengan sesamanya,

karena manusia saling berkomunikasi. Alokasi posisi, penentuan status,

spesifikasi perilaku peranan, pembentukan norma, semuanya dicapai

melalui kegiatan komunikasi. Dengan kata lain, unsur-unsur dalam

kegiatan sosial semuanya dihasilkan melalui kegiatan komunikasi.

Pada perkembangan selanjutnya, unsur-unsur sistem sosial tadi

akan mempengaruhi proses komunikasi yang terjadi. Unsur-unsur sistem

sosial mempengaruhi bagaimana, mengapa, dengan siapa dan dariman

komunikasi terjadi. Sistem sosial membatasi cakupan dengan siapa orang

berkomunikasi. Misalnya, seseorang menempati posisi tertentu dalam

sistem sosialnya. Maka dia mempunyai peluang yang lebih besar untuk

berinteraksi dengan orang lain yang sederajat. Sebaliknya, dia

mempunyai peluang lebih kecil untuk berkomunikasi dengan orang lain

yang mempunyai posisi lebih tinggi atau lebih rendah.

Sistem sosial juga menentukan frekuensi interaksi seseorang.

Beberapa macam peranan dapat meningkatkan frekuensi interaksi

seseorang dengan orang lain, misalnya peranan penyuluh, salesman,

resepsionis, dan guru. Sebaliknya ada peranan yang membatasi interaksi

seseorang dengan orang lain. Peranan ini biasanya menyangkut pada

tugas seseorang untuk menyimpan suatu rahasia, misalnya peranan

akuntan, pimpinan perusahaan, agen polisi dan sebagainya.

Page 12: matrik komunikasi

Sistem sosial juga mempengaruhi macam, isi, dan cara

memperlakukan pesan. Seorang pemimpin perusahaan dalam

membicarakan sesuatu hal kepada koleganya akan menggunakan

komunikasi langsung tatap muka, akan tetapi untuk menyampaikan

sesuatau kepada bawahannya barangkali cukup dengan memberikan

memo dengan isi pesan biasanya bersifat petunjuk atau pengarahan.

Dengan mengetahui ada hubungan antara unsur-unsur sistem

sosial dengan perilaku komunikasi, maka kita dapat melakukan

pendugaan perilaku individual. Pendugaan perilaku dapat dilakukan

antara lain dengan mengamati peranan yang dimiliki oleh seseorang.

Karena dalam setiap peranan selalu ada pola-pola perilaku yang harus

dijalani oleh siapa saja yang memegang peranan tersebut ( the must

behaviour). Dalam peranan itu juga ada perilaku-perilaku yang tidak boleh

dilakukan oleh orang yang bersangkutan (can’t behaviour). Ambil contoh

misalnya peranan seorang penyuluh pertanian. Seorang penyuluh

mempunyai kewajiban menyampaikan pesan kepada petani yang

membutuhkan. Dia tidak boleh menyimpannpesan tersebut untuk

keuntungan pribadinya, dan dia tidak boleh berlaku tidak adil dengan

menyampaikan pesan hanya kepada golongan petani tertentu saja. Jadi

dengan mengetahui pola perilaku yang ada dalam suatu peranan kita

dapat menduga perilaku orang yang memainkan peranan tersebut.

Sistem sosial juga akan mempengaruhi beberapa atribut individu

seperti sikap, pengetahuan, dan sistem kepercayaan. Orang yang hidup

dalam lingkungan sistem sosial tertentu, katakanlah suatu masyarakat

yang komunis, dalam dirinya akan terbentuk nilai-nilau yang dianut oleh

sistem sosial tadi. Oleh karena itu dengan mengetahui corak atau sistem,

kita dapat mengetahui beberapa atribut kepribadian seperti yang telah

disebutkan dimuka.

Pendugaan juga biasa dilakukan dengan melihat pada norma,

tujuan dan ketergantungan kelompok. Norma kelompok merupakan

identitas kelompok. Oleh karena itu, dengan mengetahui bahwa

seseorang adalah anggota dari sistem sosial tertentu, maka dapat diduga

Page 13: matrik komunikasi

perilakunya. Tujuan kelompok juga menentukan perilaku anggota

kelompok. Tujuan kelompok yang mengutamakan produktivitas, tentunya

menghasilkan perilaku anggota yang berbeda jika dibandingkan dengan

tujuan kelompok yang mengutamakan pemeliharaan kelompok.

Ketergantungan anggota dalam mencapai tujuan kelompok juga akan

mempengaruhi perilaku. Secara ekstrim perilaku anggota akan berbeda

apabila ketergantungan berada dalam dua kutub yaitu ketergantungan

“promotive” dan ketergantungan “contrient”.

Adanya kecenderungan orang lebih senang berinteraksi dengan

orang lain yang sederajat, dalam keadaan tertentu dapat menghambat

tersebarnya inovasi ke dalam anggota sistem sosial. Hal ini terutama

terjadi di masyarakat pedesaan. Suatu inovasi sering kali hanya menyebar

horizontal pada golongan petani tertentu saja. Tentunya hal ini akan

memperlambat proses diskusi inovasi tersebut.

Oleh karena itu, dengan mengetahui bahwa dalam sistem sosial

selalu tedapat kecenderungan perilaku komunikasi yang demikian,

seorang penyuluh harus bekerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat

dari berbagai lapisan petani. Dengan cara itu diharapkan inovasi dapat

lebih cepat menyebar di masyarakat pedesaan.

G. Masalah-Masalah Dalam Pendugaan Perilaku

Dalam menduga perilaku individu dengan menggunakan dasar

pengetahuan sistem sosial, seringkali timbul permasalahan.

Permasalahan tadi muncul karena bekenya unsure-unsur daam sistem

sosial sangat kompleks, dan aspek-aspek yang ada di dalamnya sangat

beragam. Hal ini misalnya dapat terlihat dari adanya aspek-aspek yang

harus diperhatikan dalam pendugaan perilaku peranan, aspek wewenang

dan kekuasaan dalam posisi, beragamnya peranan seseorang, dan

adanya konflik peranan dan norma. di bawah ini akan diuraikan satu

persatu permasalahan diatas.

Page 14: matrik komunikasi

a. Beberapa Aspek Perilaku dalam Peranan

Dalam perilaku peranan (role-behaviour) ada beberapa istilah yang

digunakan yaitu :

1. Role-Prescription : pernyataan yang eksplisit tentang perilaku yang

harus dilakukan oleh orang yang mempunyai suatu peranan tertentu.

2. Role Description : rincian perilaku yang dijalankan oleh si pemegang

peranan

3. Role Expectation : harapan yang ada pada seseorang tentang perilaku

yang harus dijalankan oleh pemegang suatu peranan.

Ketiga hal di atas saling berhubungan. Apabila ketiganya berjalan

bersamaan, pendugaan perilaku yang kita lakukan akan tepat. Akan tetapi

jika mereka berbeda, maka akan terjadi kegagalan dalam pendugaan.

Ilustrasinya adalah tugas seorang kontak tani adalah membantu penyulus

menyampaikan pesan kepada petani (role prescription). Pada suatu saat,

seorang penyuluh menyampaikan pesan penyuluhan kepada kontak tani

dengan harapan dia mau meneruskan pesan itu kepada petani lainnya

(role expectation). Akan tetapi karena alasan tertentu sang kontak petani

tidak menyampaikan kepada petani yang lain (role Description). Maka

gagalah maksud dari sang penyuluh.

b. Aspek Wewenang dan Kekuasaan dalam Posisi

Dalam setiap posisi terkandung pola-pola perilaku tertentu.

Sehingga masalah yang sama seperti pendugaan perilaku dalam peranan

akan muncul jika perilaku pemegang suatu posisi menyimpang dari apa

yang seharusnya dia lakukan.

Ambil contoh misalnya posisi kepala keamanan di suatu desa.

Kekuasaannya seharusnya hanyalah menjaga keamanan desa. Dia tidak

berhak misalnya mengatur tugas seorang penyuluh di desa tersebut. Bila

itu dilakukan berarti dia telah melewati batas wewenang, dan ini dapat

menimbulkan permasalahan.

Page 15: matrik komunikasi

c. Sistem Sosial yang Beragam

1. Kelompok Rujukan

Diantara kelompok sosial yang dimasuki, seseorang biasanya

mempunyai kelompok rujukan. Kelompok rujukan itu merupakan kelompok

yang menjadi tempat rujukan seseorang dalam mengidentifikasikan diri,

merupakan kelompok yang norma-norma dan perilakunya menjadi

panutan bagi orang yang bersangkutan.

Dalam menduga perilaku orang, perlu diketahui kelompok mana

yang menjadi rujukannya, kelompok mana yang paling berperan dalam

pembentukan perilaku orang tersebut.

2. Konflik Peranan dan Norma

Seseorang mungkin menempati posisi yang berbeda dalam

berbagai sitem sosial yang dimasukinya. Peranan dan norma-normanya

juga mungkinberbeda bahkan bisa juga bertentangan satu sama lain. Jika

peranan dan norma ini mengalami konflik atau pertentangan, maka hal ini

dapat mengakibatkan ketepatan pendugaan perilaku akan menurun

karenasulit menentukan perilaku mana yang dominan bagi

seseorang.contoh dari adanya konflik peranan misalnya demikian. Pak

Hasan adalah seorang Camat. Sedangkan pak Amir adalah seorang juru

ketik yang bekerja di kantor kecamatan tempat pah Hasan bertugas.

Berarti pak Hasan adalah atasan pak Amir di kantor Kecamatan tersebut.

Akan tetapi pada sistuasi sistem sosial yang lain yaitu keluarga, pak Amir

itu kebetulan adalah mertua dari pak Hasan. Dalam situasi yang

demikianlah masalah konflik peranan dapat terjadi.

Sedangkan ilustrasi dari kemungkinan timbulnya konflik norma

adalah demikian. Seseorang bekerja di dua tempat yang berbeda

katakanlah di suatu lembag penelitian dan di suatu perusahaan obat-

obatan pemberantas hama tanaman. Sebagai seoran peneliti hama, orang

tadi harus bebas dari interes pribadi dalam menghasilkan penelitian untuk

menemukan jenis obat-obatan yang dapat dianjurkan kepada konsumen.

Artinya dia harus netral dalam memberikan rekomendasi pengobatan atau

Page 16: matrik komunikasi

pemberantasan hama tanaman. Hal ini tentunya bertentangan dengan

norma dia sebagai seorang salesman di perusahaan obat-obatan itu.

Norma salesmen adalah mempengaruhi konsumen untuk membeli produk

yang dihasilkan perusahaannya. Menghadapi keadaan ini tentunya dalam

diri orang tersebut terjadi konflik norma.

3. perbedaan-perbedaan dalam Berbagai Sistem Sosial

Pendugaan perilaku berdasarkan pengetahuan dari satu sistem

sosial barangkali tidak sama hasilnya apabila diterapkan untuk menduga

sistem sosial yang lain. Hal ini disebabkan karen setiap sistem sosial

mempunyai aturan tersendiri dalam menyusun perilaku peranannya,

dalam mengalokasikan wewenang dan kekuasaan, dalam menentukan

tujuan dan ketergantungan kelompok, dan dalam menjalankan norma-

normanya. Dengan kata lain, komposisi dan bekerjanya suatu sistem

sosial mungkin berbeda dengan sistem sosial yang lain.

Page 17: matrik komunikasi

KESIMPULAN

o Manusia harus berkomunikasi dengan orang lain dalam masyarakat,

dengan suatu sistem sosial dimana mereka berada yang akan

mempengaruhinya untuk mencari keperluannya.

o Factor-faktor dalam sistem sosial adalah : tingkah laku (perilaku), posisi,

prestise dan kebanggaan.

o Fungsi-fungsi dan norma-norma dalam sistem sosial akan berpengaruh

terhadap komunikasi. Demikian juga dimensi tujuan grup akan

mempengaruhi komunikasi.

o Komunikasi dan sistem sosial :

Sistem sosial dihasilkan melalui komunikasi.

Sekali sistem sosial telah berkembang, itu akan menentukan komunikasi

anggota-anggotanya.

Komunikasi mempengaruhi sistem sosial, sistem sosial mempengaruhi

komunikasi.

o Komunikasi tidak berfungsi, karena kesulitan prediksi dari : fungsi tingkah

laku dan fungsi kedudukan.

o Fungsi ganda : dalam hal ini menunjukkan golongan adalah sistem sosial

yang menjadi titik petunjuk bagi individu dimana grup mempunyai norma-

norma, fungsi tingkah laku adalah sangat penting kepada tingkah lakunya

dan kepercayaannya.

o Konflik antara fungsi dan norma mungkin terdapat dalam sistem yang satu

dengan sistem yang lain. Komunikasi melewati sistem yang berbeda akan

terdapat peningkatan hambatan-hambatan yang dihadapi.

Page 18: matrik komunikasi

DAFTAR PUSTAKA