Maternitas Asma Bronkial Bumil ..

download Maternitas Asma Bronkial Bumil ..

of 16

description

kesehatan

Transcript of Maternitas Asma Bronkial Bumil ..

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. PENGERTIAN Merupakan penyakit pernafasan akut, yang disebabkan oleh allergen, oleh perubahan mencolok pada suhu lingkungan atau oleh ketegangan emosi. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan ( The American Thoracic Society ).

Asma adalah kondisi bronkus yang mengalami pendangkalan abnormal akibat rangsang kimia atau emosional seperti serbuk, debu rumah, atau distress.A. ANATOMI FISIOLOGI

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM RESPIRASIRespirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.B. ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnya serangan asma bronkhial.

1. Faktor predisposisi

Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma

bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor presipitasi

Reaksi imunologi (alergi) dimana IgE meninggi. Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut

ex: makanan dan obat-obatan seperti: morfin, efedrin, kortikosteroid( obat-obatan penekan ) pada masa pre eklampsia da eklampsia.

Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.C. MANIFESTASI KLINISObjektif :

Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheesingDapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkanBernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan

Sianosis, takikardi, gelisah, pulsus paradoksus

Fase ekspirium memanjang disertai wheesing (di apeks dan hilus)Subyektif :

Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia

Psikososial :Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung

Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnyaD. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Spirometri : Peningkatan FEV, atau FVC sebanyak 20 %

Pemeriksaan Radiologi : Pada umumnya normal. Dilakukan tindakan bila ada indikasi patologi di paru, misalnya: Pneumothorak, atelektasis, dll.

Analisa Gas darah : Hipoxemia, Hiperkapnia, Asidosis Respiratorik.

Pemeriksaan darah : Jumlah eosinofil meningkat.E. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Menghindari faktor pencetus, seperti :

Infeksi saluran napas atas

Alergen

Udara dingin

Psikis.

2. Menggunakan obat Obat lokal (seperti aminofilin) atau kortikosteroid inhalasi atau oral padaserangan asma ringan. Obat antiasma umumnya tidak berpengaruh negatif terhadap janin, kecualiadrenalin. Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin karena penyempitan pembuluh darah ke janin yang dapat mengganggu oksigenisasi pada janin tersebut. Aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus.3. Menangani serangan asma akut (sama dengan wanita tidak hamil), yaitu : Memberikan cairan intravena Mengencerkan cairan sekresi di paru Memberikan oksigen (setelah pengukuran PO2, PCO2) sehingga tercapai PO2 lebih 60 mmHg dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal. Cek fungsi paru Cek janin Memberikan obat kortikosteroid.4. Menangani status asmatikus dengan gagal napas Secepatnya melakukan intubasi bila tidak terjadi perubahan setelahpengobatan intensif selama 30-60 menit. Memberikan antibiotik saat menduga terjadi infeksi.5. Mengupayakan persalinan Persalinan spontan dilakukan saat pasien tidak berada dalam serangan. Melakukan ekstraksi vakum atau forseps saat pasien berada dalam serangan. Seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan. Meneruskan pengobatan reguler asma selama proses kelahiran. Jangan memberikan analgesik yang mengandung histamin tetapi pilihlah morfin atau analgesik epidural. Hati-hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostaglandin E2 karena dapat menyebabkan bronkospasme.6. Memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi akan mengalami gangguan pencernaan, gelisah dan gangguan tidur. Obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahayakarena kadarnya dalam air susu sangat kecil.7. Komplikasi

Komplikasi asma dalam kehamilan : Keguguran Persalinan prematur Pertumbuhan janin terhambat.

8. Asuhan Keperawatan Pada Asma Bronkial Pada Ibu Hamil

a. Identitas klien1) Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin2) riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.3) Status mental : lemas, takut, gelisah4) Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.5) Gastro intestinal : adanya mual, muntah.6) Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah

b. Pemeriksaan fisikDada1) Contour, Confek, tidak ada defresi sternum2) Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal3) Keabnormalan struktur Thorax4) Contour dada simetris5) Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata6) RR dan ritme selama satu menit.Palpasi :1) Temperatur kulit2) Premitus : fibrasi dada3) Pengembangan dada4) Krepitasi5) Massa6) EdemaAuskultasi1) Vesikuler2) Broncho vesikuler3) Hyper ventilasi4) Rochi5) Wheezing6) Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.c. Pemeriksaan penunjang1) Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.2) Tes provokasi :a. Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.b. Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.c. Tes provokasi bronkialUntuk menunjang adanya hiperaktivitas bronkus , test provokasi dilakukan bila tidak dilakukan test spirometri. Test provokasi bronchial seperti : Test provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.3) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.4) Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.5) Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.6) Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.7) Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.8) Pemeriksaan sputum.

D. Diagnosis Keperawatan Diagnosa 1 : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.Tujuan :Jalan nafas kembali efektif.Kriteria hasil :Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.Intervensi :b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).c. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.d. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.e. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.f. Berikan air hangat.Rasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.g. Kolaborasi obat sesuai indikasi.Bronkodilator spiriva 11 (inhalasi).Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

Diagnosa 2 : Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.Tujuan :Pola nafas kembali efektif.Kriteria hasil :Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.Intervensi :1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.6. Kolaborasi Berikan oksigen tambahan Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizerRasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

Diagnosa 3 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.Tujuan :

Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

Kriteria hasil :

Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.

Intervensi :1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan.3. Timbang berat badan dan tinggi badan.Rasional : Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi seringRasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.6. Kolaborasi Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan. Berikan obat sesuai indikasi. Vitamin B squrb 21.Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi. Antiemetik rantis 21Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah.

Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan :

Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Kriteria hasil :

KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang

Intervensi :

1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.

Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.

Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal.

4. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

5. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.

Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.

Diagnosa 5 : Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan :

Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.

Kriteria hasil :

Mencari tentang proses penyakit :

- Klien mengerti tentang definisi asma

- Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma

- Klien mengerti komplikasi dari asma

Intervensi :

1. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan.

Rasional : informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.

2. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.

Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik.

3. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.

Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya.

4. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan.

Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan komplikasi.

5. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.

Rasional : menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada patogen.EVALUASIa. Jalan nafas kembali efektif.b. Pola nafas kembali efektif.c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.