materi_kestabilan_lereng.pdf

download materi_kestabilan_lereng.pdf

of 88

Transcript of materi_kestabilan_lereng.pdf

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    1/88

    1

    PENDAHULUAN

    Pengetahuan kestabilan lereng atau disebut juga kemantapan lereng perlu

    diketahui oleh para pekerja lapangan dalam kegiatan penambangan.

    Pengetahuan kestabilan lereng ini diperlukan untuk menjaga supaya kegiatan

    penambangan berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sangat

    penting karena kestabilan lereng akan mempengaruhi kegiatan penambangan,

    baik secara keseluruhan maupun pada sebagian kegiatan penambangan,

    misalnya;

    - kelongsoran sebagian atau seluruh lereng akan mengakibatkan

    kerugian langsung berupa tertimbunnya pekerja atau peralatan.

    - Kerugian tak langsung berupa tertundanya penambangan dan ongkos

    pembersihan timbunan batuan

    Seringkali kelongsoran ini menyebabkan cadangan yang sedang

    dikerjakan secara tiba-tiba menjadi tidak ekonomis karena harus menanggung

    kecelakaan diatas. Untuk mencegah kecelakaan diatas maka para pekerja

    lapangan perlu memahami dan mempunyai keterampilan dalam hal:

    - identifikasi bidang lemah

    - pengaruh penambangan terhadap kestabilan lereng

    - factor-faktor pengganggu kestabilan lereng

    - dasar-dasar analisa kestabilan lereng

    - pengelolaan sumberdaya kestabilan lereng

    - perawatan lereng

    - K3 kestabilan lereng

    - pemantauan lereng

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    2/88

    2

    PENGARUH PENGGALIAN

    TERHADAP KESTABILAN MASSA BATUAN

    Tujuan khusus

    Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:

    1. Menjelaskan pengaruh pemotongan/penggalian atau penambangn terhadap

    kestabilan massa batuan yang membentuk lereng

    2. Menjelaskan metode tambang yang berhubungan dengan kestabilan lereng

    1.1 Metoda Penambangan Tambang Terbuka

    Tambang terbuka adalah kegiatan penambangan yang aktifitasnya

    berhubungan langsung dengan udara luar. Kegiatan tambang terbuka yang

    dikenal adalah; tambang open pit , tambang quarry, strip mine dan auger. Yang

    akan dibahas pada bab ini adalah mengenai tambang open pit, tambang quarry

    dan strip mine.

    1.1.1 Tambang open pit

    Sebagian besar penambangan saat ini dilakukan secara open pit,

    sehingga permasalahan kestabilan lereng sering dikaitkan dengan metoda

    penambangan ini. Karena kegiatan utama penambangan tambang terbuka

    adalah penggalian dengan cara memotong massa batuan yang mana hasil

    penggalian ini adalah terbentuknya lereng yang merupakan sisi-sisi dari sebuah

    lubang tambang.

    PEMBELAJARAN 1

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    3/88

    3

    Gambar 1-1

    Tambang Open Pit

    Pada beberapa tambang skala kecil - sedang lereng tunggal yang terbentukhanya mempunyai dimensi tinggi 5 meter hingga 10 meter dengan tinggi lereng

    keseluruhan sekitar 100 meter, sedangkan pada tambang besar, lereng tunggal

    yang terbentuk dapat mencapai 10 meter hingga 20 meter dengan tinggi lereng

    keseluruhan lebih tinggi dari 200 meter.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    4/88

    4

    Akibat penggalian pada massa batuan ini maka akan terjadi

    ketidakseimbangan pada lereng yang terbentuk. Ketidakseimbangan tersebut

    dapat disebabkan akibat;

    - perubahan tegangan pada sisi lereng yang terbentuk, yang disebabkan

    hilangnya beban pada sisi lain massa batuan akibat pemotongan.

    Kondisi ini akan menyebabkan terkonsentrasinya tegangan pada suatu

    daerah sempit sehingga akan menyebabkan terlampauinya kekuatan

    massa batuan oleh tegangan yang terjadi, yang pada akhirnya batuan

    yang bersangkutan akan pecah/failure

    Konsentrasi tegangan

    Gambar 1-2

    Ketidakseimbangan akibat perubahan tegangan

    - hilangnya penyanggaan pada suatu blok batuan yang disebabkan

    terpotongnya massa batuan yang sebelumnya menyangga blok batuan

    tersebut. Dengan adanya penggalian, maka ketersingkapan bidang

    lemah akan makin besar yang menyebabkan makin besarnya

    kemungkinan suatu blok batuan kehilangan penyanggaan.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    5/88

    5

    bidang lemah 1

    arah longsoran blok batuan

    blok penyangga

    yang lepas bidang lemah 2

    Gambar 1-3

    Makin besar geometri lereng, ketersingkapan bidang

    lemah akan makin besar

    Kedua ketidakseimbangan ini dapat saling sinergi sehingga menyebabkan

    makin berisikonya kegiatan pemotongan/penggalian massa batuan ini, hal ini

    terjadi karena massa batuan bukanlah suatu massa yang solid tetapi merupakan

    massa yang terpotongpotong oleh bidangbidang lemah (bidang diskontinyu).

    Akibat penggalian akan menyebabkan perubahan tegangan dan hilangnya

    penyanggaan pada blok batuan akan terjadi bersamaan, bahkan perubahan

    tegangan tersebut dapat menyebabkan makin melemahnya kuat geser bidang

    diskontinyu.

    Pada kegiatan tambang dimana semakin tinggi lereng tunggal (individual

    slope) dan terutama makin tingginya lereng keseluruhan (overall slope), maka

    risiko kelongsoran akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena makin tinggi lereng,

    maka perubahan tegangan akan semakin besar dan bidang lemah yang

    tersingkap/terpotong akan makin banyak.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    6/88

    6

    Pada lereng tanah, ketidakstabilan lereng lebih banyak disebabkan oleh

    perubahan tegangan akibat penghilangan beban pada sisi lereng yang lain.

    Perubahan tegangan ini menyebabkan bergesernya suatu blok tanah dimana

    kuat gesernya akan dilampaui yang pada akhirnya akan longsor.

    1.1.2 Tambang Quarry

    Metoda Penambangan ini diterapkan untuk mmenggali batuan ornamen

    atau konstruksi; misalnya batu belah/split, batu marmer, batu granit dll. Untuk

    batuan konstruksi persyaratan bentuk tidak menjadi masalah oleh sebab itu

    pembongkaran batuan tidak perlu mengikuti dimensi bongkahan tertentu, tetapi

    untuk batuan ornamen maka perlu dilakukan pemotongan yang lebih teratur dan

    berdimensi tertentu.

    Penambangan biasanya dilakukan pada bentuk cadangan yang membukit

    dan permulaan penambangan dilakukan secara side hill type,yaitu dilakukan dari

    sisi bukit setelah itu memotong secara keseluruhan bukit. Permasalahan

    kestabilan lereng yang sering ditemukan adalah kelongsoran batuan akibat

    terlampauinya kekuatan geser (shear strength) bidang lemah batuan akibat

    beban blok batuan atau hilangnya efek penyanggaan akibat pemotongan(Gambar 1-3)

    Sedangkan pengaruh perubahan tegangan akibat perubahan beban tidak

    terlalu berpengaruh. Kecilnya pengaruh pembebanan dikarenakan

    penambangan dilakukan pada lereng bukit/diatas bukit sehingga perubahan

    beban tidak terlalu besar. Ditinjau dari masalah kestabilan lereng, tambang open

    cut yang dilakukan dengan cara memotong bukit dari arah permasalahannya

    sama dengan quarry

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    7/88

    7

    Gambar 1-4

    Penambangan Quarry untuk batu marmer

    1.1.3 Tambang Batubara (Str ip Mine)

    Strip mine dilakukan untuk penambangan batubara yang mempunyai

    kemiringan yang rendah (kurang dari 300). Awal penambangan dilakukan dengan

    mengupas/stripping batuan penutup yang kemiringannya sejajar dengan

    batubara. Kemungkinan keelongsoran akan timbul jika penambangan sudah

    cukup dalam.

    Kelongsoran dapat terjadi pada high wall atau low wall. Pada high wall

    kelongsoran lebih didominasi karena perubahan tegangan pada high wallakibat

    perubahan beban dan kondisi bidang lemah, sedangkan pada low wall lebih

    disebabkan terlampauinya kekuatan geser (shear strength) bidang lemah oleh

    tegangan geser (shear stress) karena perubahan pembebanan.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    8/88

    8

    Gambar 1-5

    Penambangan Stripe Mine

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    9/88

    9

    RANGKUMAN

    PEMBELAJARAN 1

    Metoda penambangan tambang terbuka yang erat berhubungan denganmasalah kestabilan lereng adalah;

    - open pit, pada penambangan ini akan terbentuk lubang tambang yang sisi-

    sisinya dibatasi oleh lereng-lereng yang cukup terjal

    - quarry, penambangan ini dilakukan khusus untuk batuan kontruksi atau

    batuan ornamen

    - open cut, penambangan dilakukan mulai dari atas bukit dan mengarah ke

    kaki bukit

    - strip mine, penambangan dilakukan pada tambang batubara yang sedikit

    mendatar

    Dengan adanya penggalian, maka akan terjadi ketidakseimbangan baik berupa

    perubahan arah dan besarnya stress serta kehilangan penyanggaan dari suatu

    blok batuan.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    10/88

    10

    EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN

    PEMBELAJARAN 1

    EVALUASI

    1. Pada kegiatan penambangan sering terjadi kelongsoran batuan, hal ini terjadi

    karena adanya kegiatan penggalian. Sebutkan 2 akibat penggalian yang

    sering mempengaruhi kestabilan lereng.

    A. Perubahan arah tegangan yang menyebabkan terjadinya

    konsentrasi tegangan dan besarnya ketersingkapan terhadap

    bidang lemah

    B. Perubahan tegangan dan adanya bidang lemah sehingga

    menyebabkan batuan longsor.

    C. Konsentrasi tegangan pada kaki lereng akan menyebabkan

    batuan longsor melalui kaki lereng.

    D. Konsentrasi tegangan dan kehadiran bidang lemah akan

    menyebabkan lereng longsor melalui kaki lereng.

    2. Ketidakstabilan lereng yang terjadi saat penggalian bukan diakibatkan oleh;

    A. Perubahan tegangan

    B. Kehilangan penyanggaan blok batuan.

    C. Getaran akibat penggalian.

    D. Metode penambangan

    3. Keuntungan metoda penambangan terbuka adalah;

    A. Dapat menggunakan alat besar

    B. Suasana kerja lebih baik dibandingkan tambang bawah tanah.

    C. Recovery besar.

    D. Semuanya benar.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    11/88

    11

    4. Penyebab utama ketidakstabilan lereng pada penambangan quarry adalah;.

    A. Stress

    B. Bidang lemah.

    C. Air.

    D. Getaran.

    5. Pada material tanah, penyebab utama kelongsoran secara umum adalah.

    A. Stress

    B. Bidang lemah.

    C. Air.

    D. Getaran.

    KUNCI JAWABAN

    1. A

    2. D

    3. D

    4. B

    5. C

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    12/88

    12

    FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    KESTABILAN LERENG

    Tujuan khusus

    Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:

    1. Menjelaskan penyebab atau faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng

    2. Menjelaskan jenis kelongsoran pada tambang terbuka

    3. Mengidentifikasi Potensi Kelongsoran dalam Perencanaan Tambang

    4. Mengidentifikasi potensi kelongsoran dalam pelaksanaan pekerjaan

    Pada pembelajaran 1 telah dibahas secara sepintas bahwa tegangan dan

    bidang lemah merupakan beberapa penyebab kelongsoran. Tegangan yangmerupakan akibat dari geometri lereng dan bidang lemah akan dibahas kembali

    secara lengkap sehingga dapat dimengerti mengapa kedua factor tersebut

    sangat mempengaruhi kestabilan lereng. Faktor-faktor yang mengganggu

    kestabilan lereng adalah; geometri lereng, air tanah, bidang lemah, kekuatan

    batuan utuh dan faktor luar;

    2.1 Geometri lereng,

    Makin tinggi lereng, makin besar risiko yang akan dihadapi. Hal ini

    disebabkan karena makin tinggi lereng, maka makin besar perubahan tegangan

    (stress) yang dapat menyebabkan konsentrasi tegangan pada kaki lereng serta

    dengan makin besarnya geometri, maka ketersingkapan struktur pun akan makin

    besar (Gambar 2.1) yang menyebabkan terjadinya kelongsoran blok batuan.

    PEMBELAJARAN 2

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    13/88

    13

    Tegangan (stress) yang terkonsentrasi pada suatu area yang sempit akan

    melampaui kekuatan batuan, sehingga batuan akan pecah dan memprovokasi

    kelongsoran. Tegangan yang hadir pada lereng ini disebabkkan karena adanya

    perubahan beban (hilangnya beban) diatas dan disamping bidang lereng.

    Pada beberapa daerah dimana tektonik stress hadir atau adanya stress

    residu horisontal, maka pengaruh geometri ini akan makin besar.

    2.2 Bidang lemah

    Kekuatan massa batuan merupakan gabungan dari kekuatan batuan utuh,

    kondisi air tanah dan kondisi/posisi/geometri serta frekwensi bidang diskontinyu.

    Jika batuan utuh makin kuat serta bidang lemah makin sedikit dan makin kuat,

    maka massa batuan akan makin kuat. Selain itu pula adanya kehadiran bidang

    lemah yang cukup lebar/panjang harus diperhitungkan secara tersendiri karena

    akan menjadi faktor penentu kelongsoran.

    Kondisi bidang lemah yang harus diperhitungkan adalah

    - lebar bidang lemah; makin lebar jarak antar sisi-sisi bidang lemah, makabatuan akan makin lemah

    - kondisi pelapukan sisi-sisi batuan bidang lemah; makin lapuk sisi-sisi batuan

    bidang lemah maka bidang lemah tersebut akan makin lemah

    - jenis pengisi bidang lemah; jika pengisi kuarsa maka bidang lemah akan

    makin kuat, sebaliknya jika pengisi adalah lempung maka bidang lemah akan

    makin lemah

    - orientasi bidang lemah; bidang lemah yang berisiko longsor adalah bidang

    lemah yang searah dan lebih landai dari kemiringan lereng

    - kekasaran bidang lemah, makin kasar maka bidang lemah akan makin kuat

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    14/88

    14

    muka lereng

    Bidang lemah

    Gambar 2-1

    Sketsa mengenai pengaruh geometri lereng dan

    kehadiran bidang lemah terhadap kestabilan lereng

    Kondisi bidang lemah yang harus diperhitungkan adalah

    - lebar bidang lemah; makin lebar jarak antar sisi-sisi bidang lemah, maka

    batuan akan makin lemah

    - kondisi pelapukan sisi-sisi batuan bidang lemah; makinlapuk sisi-sisi batuan

    bidang lemah maka bidang lemah tersebut akan makin lemah

    - jenis pengisi bidang lemah; jika pengisi kuarsa maka bidang lemah akan

    makin kuat, sebaliknya jika pengisi adalah lempung maka bidang lemah akan

    makin lemah

    - orientasi bidang lemah; bidang lemah yang berisiko longsor adalah bidang

    lemah yang searah dan lebih landai dari kemiringan lereng

    - kekasaran bidang lemah, makion kasar maka bidang lemah akan makin kuat

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    15/88

    15

    2.3 Air tanah.

    Pada batuan sangat berpengaruh jika ada bidang lemah yang terisi oleh air

    karena akan menyebabkan meningkatkan tegangan terhadap bidang lemah

    tersebut. Selain itu air dapat mengikis pengisi ruang antar bidang lemah,

    melapukan sisi bidang lemah dan melarutkan mineral - mineral sulfida. Pada

    beberapa kasus, air dapat menjadi faktor utama ketidakstabilan lereng terutama

    pada lereng tanah.

    Arah tegangan air tanah

    Gambar 2-2

    Kehadiran air tanah akan mengurangi

    kekuatan geser bidang lemah

    2.4 GetaranGetaran dapat diakibatkan oleh gempa bumi, getaran alat berat ataupun

    peledakan. Getaran menyebabkan berpindahnya suatu massa dalam frekwensi

    tertentu yang mengakibatkan timbulnya gaya dorong pada suatu blok batuan,

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    16/88

    16

    2.5 Beberapa Jenis Kelongsoran Pada Tambang Terbuka

    Pada penggalian awal, umumnya material yang digali adalah tanah.

    Karakteristik mekanis tanah yang lemah menyebabkan tanah mudah longsor.Tapi karena tanah ini merupakan massa yang kontinyu, maka mudah untuk

    menganalisa keruntuhan/kelongsorannya. Tetapi jika penggalian dilakukan lebih

    dalam, maka akan ditemukan suatu zona campuran antara tanah dengan

    boulderbatuan. Pada zona ini seringkali terjadi kelongsoran yang tidak terduga,

    karena selain karakteristik mekanis material pada zona ini sangat beragam, juga

    reaksi terhadap penggalian beragam. Kondisi ketidakseragaman ini sering terjadi

    jika zona batuan solid cukup keras.

    Pada zona tanah kelongsoran yang terjadi dapat berupa;

    - jatuhan/fall

    - kelongsoran sirkuler

    - kelongsoran translasi

    - kombinasi

    Berikut adalah beberapa contoh sederhana kelongsoran

    Fall circuller

    Gambar 2-3

    Jenis Kelongsoran Tanah

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    17/88

    17

    Sedangkan pada zona batuan kelongsoran yang terjadi dapat berupa 2 jenis;

    Kelongsoran pada batuan utuh yaitu

    - kelongsoran geser/shear failure

    - kelongsoran lendutan/bending failure

    Shear failure Bending failure

    undercut

    Gambar 2-4

    Jenis Kelongsoran Pada Batuan Utuh

    Kelongsoran pada bidang lemah;

    - plane sliding

    - wedge sliding

    - bucling failure

    - toppling

    plane sliding wedge sliding

    arah longsoran

    arah longsoran

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    18/88

    18

    Buckling

    topling

    Gambar 2-5

    Jenis Kelongsoran Pada Bidang Lemah

    2.6 Identifikasi Potensi Kelongsoran dalam Perencanaan

    Tambang

    Untuk supaya penggalian dapat dilakukan secara aman dan

    mengantisipasi adanya kelongsoran, maka dalam perencanaan tambang perlu

    diidentifikasi jenis kelongsoran yang akan terjadi serta lokasinya. Data untuk

    mengidentifikasi jenis dan lokasi kelongsoran didapat setelah tambang dibuka

    dan lereng dibuat. Identifikasi jenis dan lokasi kelongsoran ini dibuat berdasarkan

    pemetaan bidang lemah, dimana hasilnya dianalisa secara stereografis. Selain

    itu tanda-tanda gangguan alam yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan harus

    diidentifikasi. Identifikasi kemungkinan kelongsoran ini akan membantu

    perencana dan operasional tambang untuk menghindari pemotongan/penggalianyang dapat menyebabkan kelongsoran, ataupun jika harus dilakukan maka

    antisipasi yang tepat dapat dilakukan.

    Identifikasi dalam memperhitungkan kemungkinan kelongsoran, biasanya

    dilakukan jika penambangan sudah mencapai material batuan. Hal ini dilakukan

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    19/88

    19

    karena penambangan sudah dalam sehingga jika terjadi kelongsoran, maka

    kerugian lebih lanjut dapat dicegah. Identifikasi kemungkinan kelongsoran ini

    dapat berupa perhitungan yang sudah cukup detail, jika ditemukan adanya

    bidang diskontinyu yang dominan, atau merupakan perhitungan awal melalui

    analisa stereografis jika tidak ditemukan bidang diskontinyu yang dominan.

    2.7 Mengidentifikasi potensi kelongsoran dalam pelaksanaan

    pekerjaan

    Dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.

    555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan

    Umum, masalah dimensi lereng dibahas pada Pasal 241. Pada ayat 2 beberapa

    persyaratan harus dipenuhi jika pekerjaan dilakukan pada batuan/material lepas.

    Selain itu pula pada pasal tersebut di ayat 5 mensyaratkan adanya studi

    kemantapan lereng. Dasar pemikiran yang memunculkan peraturan tersebut

    adalah karena banyaknya kecelakaan yang timbul karena cara penggalian yang

    tidak sesuai dengan kondisi batuan/material penggalian.

    Faktor-faktor kecelakaan pada pekerjaan tambang terbuka dimana front

    kerja berada pada daerah sekitar lereng meliputi :

    - tertimpa batuan,

    - terguling pada sisi crest(untuk peralatan)

    - tertimpa atau berada pada daerah longsoran individual slope dan/atau

    overall slope

    Faktor-faktor diatas diperberat oleh tatacara penambangan yang tidak

    mengindahkan kondisi lapangan/batuan serta peraturan yang ada.

    2.8 Fenomena Kecelakaan

    A. Batuan Jatuh

    Dimensi dari batuan yang jatuh dapat berukuran kecil hingga besar dan

    dapat berasal dari timbunan berm, bagian dari lereng (baik dari crestmaupun

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    20/88

    20

    face). Batuan yang jatuh dapat berupa komponen batuan dari berm, batu

    menggantung, potongan batuan hasil kelongsoran buckling dan batuan yang

    lepas dari crest

    Beberapa fenomena jatuhnya batuan dari lereng adalah dapat dilihat pada

    Gambar 2.6.

    Gambar 2-6

    Fenomena Jatuhnya Batuan

    Makin terjal lereng dan makin tinggi lereng maka kecepatan batuan jatuh

    pada toe akan semakin besar sehingga akan meningkatkan risiko kecelakaan.

    Beberapa jenis batuan jatuh adalah;

    - free falling/bouncing

    - rolling/toppling

    - sliding

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    21/88

    21

    Gambar 2-7

    Gerakan Batuan Jatuh

    Untuk menghindari batuan jatuh maka dibuat berm sehingga batuan dapat

    tertahan oleh adanya berm.

    Gambar 2-8

    Batuan Jatuh Tertahan Oleh Berm

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    22/88

    22

    Pada penambangan dimana pembongkaran batuan menggunakan peledakan,

    seringkali terjadi back break atau terjadi retakan/hancuran pada crest lereng

    baru. Kondisi ini merupakan kondisi berbahaya yang dapat menyebabkan

    tergulingnya kendaraan. Oleh sebab itu dibuat berm yang akan berguna bagi

    menghindarkan tergulingnya kendaraan karena melewati crest. Fenomena

    jatuhnya batuan dapat mengindikasikan bahwa kondisi lereng tidak stabil atau

    sedang dalam kondisi untuk mencapai kestabilan.

    B. Kendaraan Terguling

    Kegunaan lain dari berm pada jalan angkut atau cut bench adalah untuk

    menghindari jatuhnya kendaraan melewati crest.

    C Longsornya Lereng

    Kelongsoran individual slope hanya akan mengganggu produksi sehari-

    hari, tetapi jika kelongsoran menyangkut sebagian atau seluruh dari overall slope

    maka akan mengganggu produksi secara keseluruhan

    2.9 Pemeriksaan Lereng

    Untuk menghindari kecelakaan karena tidak amannya sebuah lereng perlu

    dilakukan pemeriksaan secara berkala kondisi lereng. Pada perusahaan

    tambang tersebut. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah;

    a. pada setiap potongan baru harus dipetakan dan diidentifikasi bidang-

    bidang lemah yang ada

    b. curigai jika ada tumpukan batu disekitar toe, hal ini mengindikasikan

    adanya jatuhan dari atas

    c. potong setiap batu menggantung

    d. tangani setiap adanya rekahan tarik pada crest

    e. tangani jika ada batuan yang akan jatuh dari berm

    f. drainsetiap adanya rembesan air

    g. pelihara drainase supaya tidak ada air yang tergenang

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    23/88

    23

    h. curigai setiap retakan mendatar pada muka lereng, hal ini dapat

    mengindikasikan adanya buckling

    i. identifikasi adanya retakan tarik diluar bataspit limit

    j. inspeksi khusus setiap setelah hujan

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    24/88

    24

    RANGKUMAN

    PEMBELAJARAN 2

    Faktor-faktor yang mengganggu kestabilan lereng adalah;

    - Geometri lereng,

    Makin tinggi lereng, makin besar risiko yang akan dihadapi. Hal ini

    disebabkan karena makin tinggi lereng, maka makin besar perubahan

    tegangan (stress) yang dapat menyebabkan konsentrasi tegangan pada

    kaki lereng serta dengan makin besarnya geometri, maka ketersingkapan

    struktur pun akan makin besar yang menyebabkan terjadinya

    kelongsoran blok batuan.

    - Bidang lemah

    Kekuatan massa batuan merupakan gabungan dari kekuatan batuan utuh,

    kondisi air tanah dan kondisi/posisi/geometri serta frekwensi bidang

    diskontinyu.

    - Air tanah.

    Pada batuan sangat berpengaruh jika ada bidang lemah yang terisi oleh

    air karena akan menyebabkan meningkatkan tegangan terhadap bidang

    lemah tersebut. Selain itu air dapat mengikis pengisi ruang antar bidang

    lemah, melapukan sisi bidang lemah dan melarutkan mineral - mineral

    sulfida. Pada beberapa kasus, air dapat menjadi faktor utama

    ketidakstabilan lereng terutama pada lereng tanah.

    - Getaran

    Getaran dapat diakibatkan oleh gempa bumi, getaran alat berat ataupun

    peledakan. Getaran menyebabkan berpindahnya suatu massa dalam

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    25/88

    25

    frekwensi tertentu yang mengakibatkan timbulnya gaya dorong pada suatu

    blok batuan,

    Beberapa Jenis Kelongsoran Pada Tambang Terbuka

    Pada zona tanah kelongsoran yang terjadi dapat berupa;

    - jatuhan/fall

    - kelongsoran sirkuler

    - kelongsoran translasi

    - kombinasi

    Sedangkan pada zona batuan kelongsoran yang terjadi dapat berupa 2 jenis;

    Kelongsoran pada batuan utuh yaitu

    - kelongsoran geser/shear failure

    - kelongsoran lendutan/bending failure

    Kelongsoran pada bidang lemah;

    - plane sliding

    - wedge sliding

    - buckling failure

    - toppling

    Pemeriksaan Lereng

    Untuk menghindari kecelakaan karena tidak amannya sebuah lereng perlu

    dilakukan pemeriksaan secara berkala kondisi lereng. Pada perusahaan

    tambang tersebut. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah;

    1. pada setiap potongan baru harus dipetakan dan diidentifikasi bidang-

    bidang lemah yang ada2. curigai jika ada tumpukan batu disekitar toe, hal ini mengindikasikan

    adanya jatuhan dari atas

    3. potong setiap batu menggantung

    4. tangani setiap adanya rekahan tarik pada crest

    5. tangani jika ada batuan yang akan jatuh dari berm

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    26/88

    26

    6. drain setiap adanya rembesan air

    7. pelihara drainase supaya tidak ada air yang tergenang

    8. curigai setiap retakan mendatar pada muka lereng, hal ini dapat

    mengindikasikan adanya buckling

    9. identifikasi adanya retakan tarik diluar bataspit limit

    10. inspeksi khusus setiap setelah hujan

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    27/88

    27

    EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN

    PEMBELAJARAN 2

    EVALUASI

    1. Sebutkan 2 geometri lereng yang menjadi penyebab utama ketidakstabilan

    lereng?

    A. Lebar dan tinggi

    B. Tinggi dan Kemiringan.

    C. Kemiringan dan topografi.

    D. Topografi dan lebar.

    2. Kondisi bidang lemah yang bagaimana yang dapat menyebabkan

    ketidakstabilan lereng;

    A. Bidang lemah yang terbuka

    B. Bidang lemah menerus.

    C. Bidang lemah terisi kwarsa.

    D. Semuanya benar

    3. Jenis kelongsoran utama pada massa batuan berlapis adalah;

    A. Sliding

    B. Shear.

    C. Topling.

    D. Fall

    4. Mengapa kelongsoran tanah sering terjadi setelah hujan lebat?

    A. Tanah menjadi licin

    C. Tanah menjadi lumpur.

    C. Tegangan air pori meningkat.

    D. Semuanya salah

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    28/88

    28

    5. Pada material tanah, penyebab utama kelongsoran secara umum adalah.

    a. Stress

    b. Bidang lemah.

    c. Air.

    d. Getaran.

    KUNCI JAWABAN

    1. B

    2. D

    3. A

    4. C

    5. C

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    29/88

    29

    IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK

    MATERIAL PEMBENTUK LERENG

    Tujuan khusus

    Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:

    1. Menjelaskan perbedaan lapisan tanah dan batuan2. Menjelaskan parameter penyebab kelongsoran

    3. Menjelaskan karakteristik massa batuan

    4. Menjelaskan tegangan geser tanah dan batuan

    3.1 Tanah

    Di alam tanah dibagi dalam beberapa lapisan, yaitu;

    a. top soil, merupakan lapisan tanah yang paling subur dimanaketebalannya antara 10 cm hingga 25 cm, tergantung kondisi

    lingkungan. Lapisan ini harus diselamatkan waktu pertama kali

    penggalian, ditempatkan secara khusus dan dilindungi sebelum

    digunakan kembali

    b. sub soil, terletak dibawah top soil. Istilah tanah dimulai dari sub soil

    kebawah.

    Dilihat dari genesanya ada empat jenis tanah yaitu;

    a. transported soil, adalah tanah yang terbentuk karena dipindahkan dan

    diendapkan dari daerah lain

    b. residual soil, adalah tanah yang belum mengalami transportasi dan

    terbentuk pada tempatnya semula

    PEMBELAJARAN 3

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    30/88

    30

    c. laterit, adalah tanah yang banyak mengandung oksida besi dan

    alumina

    d. organic soil sering pula disebut gambut

    3.1.1 Sifat Fisik dan Klasifikasi Tanah

    Tanah merupakan suatu material campuran antara butir tanah, udara dan

    air. Karena komposisi tersebut, tanah mempunyai sifat fisik yang berbeda-beda

    untuk tempat dan lingkungan yang berbeda. Sifat fisik tersebut adalah;

    Berat Volume

    = Wt = Vv

    = Ww =Vw =Vt

    =Ws = Vs

    Gambar 3-1

    Illustrasi Komposisi Berat dan Isi Tanah

    Klasifikasi dan sifat tanah akan sangat tergantung pada ukuran butirnya (kecuali

    lempung dan lanau). Berikut adalah jenis tanah beserta ukuran butirnya.

    Tabel 3-1

    Ukuran Butir Tanah

    Jenis Tanah Ukuran

    Berangkal/Boulder) > 20 cm

    Kerakal/Cobble 820 cm

    Kerikil/Gravel 2 mm8 cm

    Pasir Kasar/Coarse Sand 0,6 mm2 mm

    Butir Tanah

    Udara

    Air

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    31/88

    31

    Pasir Sedang/Med.Sand 0,20,6 mm

    Pasir Halus/Fine Sand 0,060,2 mm

    Lanau/Silt 0,002 - 0,06 mm

    Lempung/Clay < 0,002 mm

    Dari segi keteknikan yang disebut tanah berada pada ukuran mulai dari

    kerikil kebawah. Pada tanah yang berbutir kasar (pasir halus hingga kerikil/Tabel

    2-1), sifat-sifat tanah tersebut akan tergantung pada ukuran butirnya. Sedangkan

    tanah yang berbutir halus (lempung dan lanau), sifat tanah tergantung pada

    komposisi kimianya.

    Pada kondisi nyata dilapangan, tanah merupakan campuran beberapa

    ukuran butir tanah. Istilah pasir lempungan atau lempung pasiran akan sangat

    umum ditemukan dilapangan. Seringkali istilah pasir kelempungan ditambah

    dengan bergradasi baik/buruk, dimana fraksi halus akan dinilai sifat

    plastisitasnya.

    3.1.2 Kuat Geser Tanah

    Salah satu parameter tanah yang penting adalah kuat geser tanah,

    dimana parameter ini diperlukan untuk menghitung daya dukung tanah,

    tegangan tanah pada dinding penahan serta kestabilan lereng

    Tanah yang terdiri dari butir kasar dan halus yang bergerak relatif antar

    butirnya akan mengalami keruntuhan geser (sher failure) jika tanah tersebut tidak

    dapat memelihara kekuatannya. Kekuatan geser tanah didapatkan dari kohesi

    (C) antar butir dan gesekan antar butir (

    )

    Sehingga Kuat Geser tanah ()adalah;

    = C +

    = C +. tan

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    32/88

    32

    Berikut adalah illustrasi pengukuran Kuat Geser

    Gambar 3-2

    Illustrasi Gaya-Gaya Pada Benda Yang Digeser

    Pada kondisi jenuh (kondisi alam yang paling rentan terhadap kelongsoran)

    tegangan air dalam pori-pori tanah akan mengurangi tegangan normal antar

    butir, dan jika tegangan air pori = u, maka akan menjadi;

    = C + (- u) . tan

    dimana;

    = tegangan normal

    = sudut geser dalam/sudut friksi

    C = kohesi

    (- u) = tegangan efektif =

    3.2 Batuan

    Seorang geologis mendefinisikan batuan adalah semua material kerak

    bumi. Mereka membagi batuan menjadi batuan consolidated (batuan) dan

    batuan unconsolidate (Tanah). Tetapi seorang yang berhubungan dengan

    masalah civil engineering mendefinisikan batuan adalah merupakan formasi

    keras dari kulit bumi. Dalam hal ini seorang tehnik sipil lebih memperhatikan

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    33/88

    33

    mengenai sifat fisik dan mekanik dari batuan. Sedangkan menurut ASTM, batuan

    adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa massa yang

    berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen. ISRM dan Bieniewasky

    membatasi definisi batuan secara lebih kwantitatif, yaitu bahwa batuan adalah

    material bumi dengan kuat tekan diatas 1 MPa.

    3.2.1 Klasifikasi Jenis/Massa Batuan

    Menurut engineering batuan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa

    cara yaitu;

    A. Secara Genesa

    - Batuan Beku (Andesit, Granit, Gabro dll)

    - Batuan Sedimen (batu Pasir, batu Lempung, Gamping dll)

    - Batuan Metamorf (Quartzite, Marmer, Slate dll)

    B. Secara Lithologi

    Klasifikasi ini berdasarkan kandungan mineralnya baik secara kimia

    maupun bentuk fisik butiran. Klasifikasi ini bermanfaat secara engineering

    terutama untuk membedakan beberapa jenis batuan sedimen yang

    mempunyai sifat kimia/fisik yang rentan terhadap perubahan cuaca,

    pelarutan air serta abrasivitas. Berikut adalah klasifikasi secara litologi

    berdasarkan beberapa perbedaan komposisi;

    - Perbedaan besar butir (batu Lempung, Lanau, batu Pasir)

    - Perbedaan komposisi Silika (Granit, Granodiorit, Andesit)

    - Perbedaan bentuk bitir (Konglomerat, Breksi, Aglomerat)

    C. Klasifikasi Kekuatan Batuan Utuh

    Klasifikasi ini berdasarkan kekuatan (kuat tekan) batuan utuh

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    34/88

    34

    Tabel 3-2

    Klasifikasi Kuat Tekan Batuan Utuh

    Class Deskripsi Kuat Tekan

    (MPa)

    Contoh Nama

    Batuan

    A Very High Strength 220 Quartzite,

    Diabase, Basalt

    B High Strength 110 220 Marble, Dolomite

    C Medium Strength 55 110 Limestone

    D Low Strength 28 55 Sandstone

    E Very Low Strength < 28 Tufa

    D. Klasifikasi Massa Batuan

    RQD merupakan cara yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan secara

    engineering suatu kondisi batuan. Sedangkan untuk mengklasifikasikan massa

    batuan, beberapa cara digunakan. Dimana pengklasifikasian ini sangat berguna

    secara engineering karena dapat mengkuantifikasi massa batuan dan

    mengklasifikasikannya. Beberapa cara yang digunakan yaitu;

    - Rock Mass rating

    - Q System

    - Rock Mass Index

    3.2.2 Sifat Massa Batuan Secara Umum

    Harus dibedakan secara jelas antara batuan utuh dengan massa batuan.

    Batuan utuh (intack rock) mempunyai sifat relatif lebih homogen dan lebih

    continue. Sedangkan massa batuan (rock mass) mempunyai sifat sbb;

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    35/88

    35

    A. Heterogen.

    Massa batuan dialam mempunyai sifat/besar butir yang berbeda, jenis

    semen yang berbeda serta komposisi mineral pembentuk yang berbeda, bahkan

    untuk batuan yang sama, bisa berbeda besar butir dan porositasnya.

    B. Diskontinue

    Massa batuan di alam tidak pernah berbentuk utuh. Selalu ada

    retakan/fisure/bidang pelapisan/kekar. Bahkan seringkali bidang diskontinyu ini

    sangat intensif sehingga batuan dapat dianggap seperti tanah.

    Batuan Utuh

    Discontinue

    Gambar 3-3

    Kondisi Massa Batuan Di Alam

    C. Anisotroph

    Karena heterogen dan diskontinue menyebabkan batuan dialam akan

    mempunyai variasi sifat fisik dan mekaniknya, sehingga akan berbeda perilaku

    saat menerima stress (tegangan) dan menjadi anisotroph.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    36/88

    36

    3.2.3 Eksplorasi Batuan Untuk Analisa Kestabilan Lereng

    Dalam bidang keteknikan batuan, terutama dalam perancangan pekerjaan

    pembuatan lereng mengetahui sifat-sifat batuan ataupun massa batuan adalah

    hal yang sangat penting. Sifat-sifat itu dapat berupa sifat fisik batuan, sifat

    mekanis/kekuatan batuan, dan karakteristik mekanik massa batuan. Tentu saja

    sifat-sifat ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alamiah massa batuan baik berupa

    kondisi geologi, kondisi hidrologi ataupun kondisi pelapukan. Kondisi yang

    berpengaruh ini sangat penting untuk diketahui sehingga kita mengetahui kondisi

    batuan/massa batuan mendekati kondisi sebenarnya. Beberapa penyelidikan

    perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi batuan/massa batuan tersebut yaitu

    dengan cara;

    Eksplorasi geoteknik bagi perancangan lereng merupakan penelitian batuan

    yang khusus ditujukan untuk maksud-maksud perancangan lereng. Pada tulisan

    ini perancangan lereng yang digunakan adalah perancangan lereng dengan

    menggunakan analisa kesetimbangan batas/limit equilibrium. Sehingga

    parameter yang digunakan harus sesuai dengan maksud analisa dimana

    parameter-parameter yang harus diketahui melalui eksplorasi geoteknik adalah;

    1. Sifat fisik; yang paling diperlukan adalah parameter Berat Jenis

    2. Sifat Mekanik B atuan/Bidang Lemah;

    Jika bidang lemah merupakan bidang longsor, maka perlu diketahui beberapa

    parameter mekanis bidang lemah tersebut.

    - Sudut Friksi

    Parameter ini didapat dari uji laboratorium dengan cara menggeser dua blok

    batuan (lihat Gambar 3-2)

    - KohesiKedua parameter ini akan menentukan Kuat Geser bidang lemah.

    Sehingga Kuat Geser batuan ()adalah;

    = C +

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    37/88

    37

    = C +. tan

    dimana;

    = tegangan normal

    = sudut geser dalam/sudut friksi

    C = kohesi

    3.Tegangan A ir Tanah; parameter ini didapat dari survey hidrologi, terutama

    sifat hidrologi pada rongga-rongga batuan dan pengaruhnya terhadap

    kekuatan massa batuan. Salah satunya adalah dengan cara mengukur tinggi

    muka air pada titik dimaksud.4. Geometr i lereng, tinggi, lebar dan sudut kemiringan lereng

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    38/88

    38

    RANGKUMAN

    PEMBELAJARAN 3

    - Tanah

    1. Dilihat dari genesanya ada empat jenis tanah yaitu;

    a. transported soil, adalah tanah yang terbentuk karena dipindahkan dan

    diendapkan dari daerah lain

    b. residual soil, adalah tanah yang belum mengalami transportasi dan

    terbentuk pada tempatnya semula

    c. laterit, adalah tanah yang banyak mengandung oksida besi dan

    alumina

    d. organic soilsering pula disebut gambut

    - 2. Klasifikasi Tanah

    Klasifikasi dan sifat tanah akan sangat tergantung pada ukuran butirnya (kecuali

    lempung dan lanau).

    Ukuran Butir Tanah

    Jenis Tanah Ukuran

    Berangkal/Boulder > 20 cm

    Kerakal/Cobble 820 cm

    Kerikil/Gravel 2 mm8 cm

    Pasir Kasar/Coarse Sand 0,6 mm2 mm

    Pasir Sedang/Med.Sand 0,20,6 mm

    Pasir Halus/Fine Sand 0,060,2 mm

    Lanau/Silt 0,002 - 0,06 mm

    Lempung/Clay < 0,002 mm

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    39/88

    39

    3. Kuat Geser Tanah

    Kuat Geser tanah ()adalah;

    = C +

    = C +. tan

    Pada kondisi jenuh (kondisi alam yang paling rentan terhadap kelongsoran)

    tegangan air dalam pori-pori tanah akan mengurangi tegangan normal antar

    butir, dan jika tegangan air pori = u, maka akan menjadi;

    = C + (- u) . tan

    dimana;

    = tegangan normal

    = sudut geser dalam/sudut friksi

    C = kohesi

    (- u) = tegangan efektif =

    Batuan

    1. Klasifikasi Jenis/Massa Batuan

    Secara Genesa

    - Batuan Beku (Andesit, Granit, Gabro dll)

    - Batuan Sedimen (batu Pasir, batu Lempung, Gamping dll)

    - Batuan Metamorf (Quartzite, Marmer, Slate dll)

    Secara Lithologi

    Berikut adalah klasifikasi secara litologi berdasarkan beberapa perbedaan

    komposisi;

    - Perbedaan besar butir (batu Lempung, Lanau, batu Pasir)

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    40/88

    40

    - Perbedaan komposisi Silika (Granit, Granodiorit, Andesit)

    - Perbedaan bentuk bitir (Konglomerat, Breksi, Aglomerat)

    Klasifikasi Kekuatan Batuan Utuh

    Klasifikasi ini berdasarkan kekuatan (kuat tekan) batuan utuh

    Klasifikasi Kuat Tekan Batuan Utuh

    Class Deskripsi Kuat Tekan

    (MPa)

    Contoh Nama

    Batuan

    A Very High Strength 220 Quartzite,

    Diabase, Basalt

    B High Strength 110 220 Marble, Dolomite

    C Medium Strength 55 110 Limestone

    D Low Strength 28 55 Sandstone

    E Very Low Strength < 28 Tufa

    Klasifikasi Massa Batuan

    Beberapa cara yang digunakan yaitu;

    - Rock Mass rating

    - Q System

    - Rock Mass Index

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    41/88

    41

    2. Sifat Massa Batuan Secara Umum

    Heterogen.

    Diskontinue

    Anisotroph

    3. Eksplorasi Batuan Untuk Analisa Kestabilan Lereng

    1. Sifat fisik;

    2. Sifat Mekanik B atuan/Bidang Lemah;

    - Sudut Friksi

    - Kohesi

    - Kuat Geser

    3.Tegangan A ir Tanah;

    4. Geometr i lereng, tinggi, lebar dan sudut kemiringan lereng

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    42/88

    42

    EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN

    PEMBELAJARAN 3

    EVALUASI

    1. Parameter apa yang sangat mempengaruhi sifat tanah pada tanah berbutir

    halus?

    A. Kandungan air

    B. Besar butir.

    C. Kandungan bahan organik/komposisi kimia.

    D. Semua salah.

    2. Berapa harga kohesi tanah pasir yang mempunyai Kuat Geser 10 MPa dan

    sudut geser dalam 300;

    A. 20 MPa

    B. 5 MPa.

    C. 0.

    D. Semua salah.

    3. Sifat massa batuan secara umum dialam dalam menyebarkan stress adalah;

    A. Heterogen

    B. Diskontinyu.

    C. Lemah.

    D. Isotroph.

    4. Parameter yang utama dari kekar yang digunakan untuk analisa kestabilan

    lereng adalah:

    A. Bukaan kekar

    B. Pengisi kekar.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    43/88

    43

    C. Kekasaran kekar.

    D. Kuat Geser kekar.

    5. Kekuatan massa batuan tergantung dari beberapa parameter, yaitu.

    A. Kuat tekan batuan utuh, bidang lemah dan tekanan air

    B. Bidang lemah, tekanan air dan getaran.

    C. Kekuatan batuan utuh, bahan organic dan bidang lemah.

    D. Semua salah.

    KUNCI JAWABAN

    1. C

    2. C

    3. D

    4. D

    5. A

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    44/88

    44

    KONSEP DASAR ANALISIS

    Tujuan khusus

    Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:

    1. Menerapkan Hoek Chartdalam perhitungan kestabilan lereng tanah

    2. Menerapkan metode Bishop dalam perhitungan kestabilan lereng tanah

    3. Menganalisis kestabilan lereng dengan metode analisa stereografis

    4.1 Material Tanah

    Untuk menganalisis atau menilai kestabilan lereng dipakai dua metoda yaitu

    Metoda Numeric dan Metoda Kesetimbangan Batas. Metoda Numeric

    menggunakan Program Finite Element, Boundary Element Methode atau yang

    lainnya, Sedangkan Metoda Kesetimbangan Batas sering dipakai karena lebih

    praktis pengerjaannya. Untuk perhitungan dan analisa kestabilan lereng tambang

    pada material tanah yang sering digunakan adalah ;

    A.Hoek Chart

    B.Cara Bishop

    Pada lereng tanah atau pada batuan yang lapuk/sangat terkekarkan, bidang

    gelincir dianggap/menyerupai lingkaran (circular). Kriteria kestabilan suatu lereng

    dihitung berdasarkan Faktor Keamanan (FK) yaitu;

    Gaya-gaya penahan

    FK =

    Gaya-gaya penggerak

    PEMBELAJARAN 4

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    45/88

    45

    4.1.1 Hoek Chart.

    Metoda ini merupakan metoda grafis atau dapat dianggap sebagai metoda

    empiris, karena menggunakan perbandingan kondisi lereng baku dengan kondisi

    lereng yang akan dihitung. Metode ini (Chart dari Prof Hoek dan Bray, 1981)

    bisa dipakai untuk desain permulaan dari suatu lereng, terutama untuk

    mengetahui Faktor Keamanan secara cepat.

    Cara ini juga dapat digunakan oleh para inspektur tambang atau

    pengawas keselamatan kerja dimana perkiraan stabilitas lereng secara cepat

    dapat dihitung walaupun relatif tidak terlalu teliti.

    Persyaratan atau asumsi penggunaan chart ini adalah;

    Material pembentuk lereng dianggap homogen, jadi parameter kohesi,

    sudut geser dalam dan bobot isi cukup diwakili oleh satu harga.

    Bidang longsoran dianggap berbentuk circular.

    Kondisi air tanah pada lereng diwakili oelh lima model seperti

    digambarkan dalam

    Cara Menggunakan Hoeks Charts

    Hoeks Charts ini yang dibuat oleh E. Hoek dan Bray dalam Rock Slope

    Engineering, second edition. The Institute of Mining and Metallurgy, London

    1977.

    Cara memakai chart ini sangat sederhana dan cukup memberikan hasil

    yang dapat dipercaya. Langkah-langkahnya adalah :

    a. Buatlah gambar lereng yang akan dianalisa sesuai dengan kondisi

    sebenarnya. Pada gambar itu dibuat perkiraan garis lengkungan level airtanahnya. Dari gambar ini pilih salah satu chart dengan kondisi air tanah yang

    paling sesuai diantara lima kondisi air yang digambarkan oleh Hoek (Lihat

    Gambar 4-2).

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    46/88

    46

    b. Hitung harga C

    .H. tan

    Dimana :

    C = kohesi = sudut gesr dalam efektife

    = Bobot isi rata-rata material.

    H= tinggi lereng total.

    Catatan : bila C = 0 maka harga C = 0

    JH tan

    c. Kemudian dari titik luar chart (Gambar 4.1) yang dipilih pada

    tarik garis radial kedalam sampai memotong sudut yang sama dengan sudut

    lereng yang dianalisis

    C

    = 0

    .H. tan

    C

    .H. tan

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    47/88

    47

    C

    . H.tan

    tan

    FK

    Sudut lereng

    d C

    d

    C

    . H.FK

    Gambar 4-1

    Langkah-Langkah Penggunaan Hoek Chart

    d. Dari titik potong pada C, tarik garis vertikal ke bawah dan horizontal ke kiriuntuk mendapatkan harga-harga :

    tan dan C

    FK .H.FK

    Dari salah satu harga (pilih yang paling suka) tan atau C ,

    FK .H.FK

    Harga Faktor Keamanan (FK) dapat dihitung.

    b

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    48/88

    48

    Gambar 4-2

    Lima Kondisi Permukaan Air Tanah Yang Diguinakan Untuk Analisa Grafis

    Hoek Charts

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    49/88

    49

    Gambar 4-3

    Charts No.1 Digunakan Untuk

    Kondisi Pertama (Kondisi Air Kering)

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    50/88

    50

    Gambar 4-4

    Charts No.2 Digunakan

    Untuk Kondisi Kedua

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    51/88

    51

    Gambar 4-5

    Charts No.3 Digunakan

    Untuk Kondisi Ketiga

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    52/88

    52

    Gambar 4-6

    Charts No.4 Digunakan

    Untuk Kondisi Keempat

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    53/88

    53

    Gambar 4-7

    Charts No.5 Digunakan

    Untuk Kondisi Kelima

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    54/88

    54

    4.1.2 Metode Bishop.

    Selain metoda Hoek Chart yang simple, untuk analisis stabilitas lereng

    pada material yang lemah seperti tanah/batuan lapuk digunakan metoda lain

    yang lebih teliti, beberapa metoda tersebut adalah Metoda Janbu, Metoda

    Bishop, Metoda Culmann dan Metoda Morgensten. Tetapi metoda yang paling

    umum digunakan adalah Metoda Bishop. Metode Bishop dianggap metode

    anilisis stabilitas lereng yang relatif paling teliti dari metode analitik yang

    berdasarkan prinsip keseimbangan batas.

    Untuk perencanaan/desain lereng dengan resiko tinggi dimana diperlukan

    perhitungan yang teliti metode ini cukup memadai. Yang penting dalam

    menggunakan metode ini untuk mencapai ketelitian dan kehandalan perhitungan

    adalah data-data yang di inputkan harus cukup mewakili kondisi sebenarnya.

    Parameter strenghtdan data air tanah harus merupakan hasil penyelidikan yang

    teliti.

    Analisis Metode Bishop

    Perhitungan stabilitas cara Bishop juga berdasarkan prinsip

    keseimbangan batas, yaitu menghitungkan besarnya kekuatan geser yang akan

    mempertahankan stabilitas, dibandingkan dengan besarnya tegangan geser

    yang bekerja. Harga perbandingan ini disebut faktor stabilitas atau Faktor

    Keamanan (FK). Seperti pada Gambar berikut;

    Dari Gambar 4.8 didapat FK sebagai berikut

    W Cos . Tan

    FK =

    W Sin

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    55/88

    55

    W Cos . Tan

    W Sin W Cos

    W

    Gambar 4-8

    Illustrasi Sederhana Kelongsoran

    Dari prinsip diatas dapat dianalisa kelongsoran Metoda Bishop melalui gambaran

    sebgai berikut;

    Jika kita mempunyai sebuah lereng (Lihat Gambar 4.10), kita ambil parameter

    segmen yaitu;

    - lebar segmen = b,

    - berat segmen = W

    - panjang dasar segmen = L,

    - jarak titik pusat dasar segmen dengan pusat rotasi = R

    - jarak pusat rotasi dengan titik berat segmen = x

    - tinggi air tanah = u

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    56/88

    56

    x

    R

    b

    W

    S

    L

    Gambar 4-9

    Analisis Lereng Cara Bishop

    Maka didapat;

    1 Sec

    F = Cb + (W u. b )Tan

    W. Sin 1 +

    Rumus ini dikenal dengan rumus Bishop.

    Tan . Tan

    F

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    57/88

    57

    Contoh Perhitungan

    Sebuah lereng dengan tinggi 10 meter dan lebar muka lereng 20 meter,

    mempunyai sifat fisik/mekanik sebagai berikut;

    = 1,7 ton/m3

    C=1,5 ton/m2

    = 360

    Hitung Faktor Keamanan?

    Langkah Pekerjaan;

    1. buat segmen/irisan pada lereng, lebar irisan adalah b, tinggi irisan adalah h

    (gunanya untuk menghitung W dalam ton).

    2. buat garis singgung pada pertengahan dasar segmen, sudut antara garis

    singgung dengan horizontal disebut , hitung Sin . Sin akan negatif jika

    irisan segmen menahan kelongsoran..

    3. hitung tegangan air pori, masukan besaran pada rumus di atas.

    Kita lihat bahwa sebelah kiri maupun sebelah kanan dari persamaan di atas

    mengandung F. Untuk menghitung harga F kita harus melakukan pengulangan

    (iterative), yaitu kita pertama ambil suatu harga F sebagai percobaan dan

    dimasukan pada ruas sebelah kanan. Lalu dihitung harga F sebelah kiri. Hasil

    perhitungan ini dimaksukan lagi disebelah kanan dan seterusnya sampai

    mendapatkan nilai F yang sama.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    58/88

    61

    Tabel 4-1

    Perhitungan Slope Stability Cara Bishop

    Segmen

    b(meter)

    H(meter)

    W

    (ton)

    o

    Sin

    Ws

    in(t

    on)

    Cb

    (ton)

    u(kg/cm2

    )

    u.

    b(ton)

    W

    u.

    b

    (W

    ub)t

    an

    8+12

    (5)

    Sec oC

    1 + Tan tan

    F

    13 x 14

    F = 1,6 1,49 F = 1,6 1,49

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    1 10 15,5 264 66 0,914 241 15 0 0 192 264 207 1,230 1,175 255 243

    2 20 33 1122 45,5 0,714 801 30 1,45 290 605 832 635 0,978 0,958 620 608

    3 20 37 1258 26,5 0,446 572 30 2,5 500 551 758 581 0,915 0,900 532 523

    4 20 33,7 1146 10 0,174 199 30 2,65 530 448 616 478 0,912 0,935 451 456

    5 20 24,5 834 -5 0,087 -73 30 2,08 416 304 418 334 1,045 1,048 349 350

    6 20 10 340 -

    20,5

    0,351 -119 30 0,85 160 131 180 161 1,280 1,305 206 210

    Jumlah : 1621

    2413 2390

    F = 1,49 1,47

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    59/88

    62

    Gambar 4-10Illustrasi Kondisi Lereng Untuk Perhitungan Tabel 4-1

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    60/88

    63

    4.2 Material Batuan

    Dalam menganalisa atau menghitung kestabilan lereng batuan dapat

    digunakan beberapa metoda yaitu;

    a. Metoda Analitis, yaitu menganalisa kestabilan berdasarkan sifat fisik danmekanik batuan ataupun tanah secara matematis/numerik yaitu dengan

    cara;

    - matematis

    - numeric (finite element, distinct element)

    b. Metoda Empiris, metoda ini digunakan untuk memperkirakan sudut lereng

    batuan berdasarkan klasifikasi massa batuan RMR (Rock Mass Rating).

    c. Metoda Analisa Balik, metoda ini digunakan untuk menghitung kestabilan

    lereng batuan ataupun tanah berdasarkan hasil-hasil pemantauan.

    Selain beberapa metoda diatas, analisa strerografik seringkali dilakukan, untuk

    menganalisa potensi kelongsoran lereng batuan. Metoda ini tidak kwantitatif

    tetapi cukup dipercaya untuk mengetahui potensi kelongsoran bidang. Analisa

    stereografik ini dapat digabungkan dengan Metoda Analitis matematis sehingga

    hasilnya kwantitatif.

    4.2.1 Analisa Stereografik

    Metoda ini digunakan untuk penilaian awal kemungkinan adanya potensi

    kelongsoran pada suatu daerah. Data diambil dengan menggunakan pemetaan

    geologi serta identifikasi struktur. Parameter yang penting adalah;

    a. Orientasi dari bidang diskontinyu (jurus dan kemiringan)

    b. Bidang diskontinyu dianggap menerus

    a. Harga sudut geser dalam bidang diskontinyu lebih kecil dari sudut

    bidang diskontinyu

    b. Orientasi lereng

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    61/88

    64

    U

    750

    N 750E/500

    N 600 E/700

    600

    bidang lemah

    lereng

    700

    Gambar 4-11

    Illustrasi Kondisi Lereng Untuk Stereografis

    Pada analisa ini semua bidang digambarkan dalam equatorial equal angle net

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    62/88

    65

    Arah longsoran

    Gambar 4-12

    Proyeksi Stereografis Bidang Lemah

    Penggambaran dalam stereografis akan memberikan suatu wawasan

    untuk mengevaluasi secara awal potensi kelongsoran pada suatu lereng.

    Potensi-potensi kelongsoran tersebut dapat digambarkan pada peta

    perencanaan tambang pada setiap seksi.

    4.2.2 Metoda Analitis

    4.2.2.1 Metode Analitis Grafis Dari Hoek & Bray

    Metoda ini digunakan untuk jenis material batuan dimana longsoran

    dianalisa menurut bidang lemah.

    Lereng

    N 600/70

    0E

    Bidang Lemah

    N 750/50

    0E

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    63/88

    66

    A. Longsoran Bidang

    Dalam menganisis longsoran bidang dengan metode Hoek dan Bray;

    anggapan untuk proyeksi stereografis termasuk dalam asumsi termasuk asumsi

    berikut:

    - bidang dimana terjadinya longsoran harus mempunyai strike yang

    sejajar atau tidak melebihi 200 dengan strike muka lereng

    - bidang gelincir harus daylight atau sudut lereng lebih besar dari sudut

    bidang gelincir

    - sudut bidang gelincir (bidang diskontinyu) harus lebih besar dari sudut

    friksi (sudut geser dalam) bidang gelincir (bidang diskontinyu).

    < 200

    Gambar 4-13

    Illustrasi Lereng Dengan Bidang Luncur

    Pada kondisi lapangan, diatas atau dimuka lereng sering dijumpai adanya

    tension crackyang terisi air.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    64/88

    67

    V Z

    a Zw

    U

    H

    f p W

    Gambar 4-15

    Longsoran Bidang

    Keterangan,

    H = tinggi lereng

    W = berat blok

    U = tekanan air dari bidang longsor

    V = tekanan air dari tension crack

    f = sudut lereng

    p = sudut bidang longsor

    Z = kedalaman tension crack

    Zw =panjang kolom air pada tension crack

    Faktor Keamanan F = Gaya-gaya penahanGaya-gaya penggerak

    F = C . A + (W Cos pUV Sin p ) Tan

    W Sin p + V Cos p

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    65/88

    68

    dimana :

    F = faktor kemantapan lereng

    C = kohesi pada bidang luncur

    A = panjang bidang luncur (m) = (HZ). Cosec p

    = sudut geser dalam batuan (o)

    U = w. Zw .A

    V = w . Z2w

    W = . H2 ( 1(Z/H)2) Cot pCot f jika tension crack

    diatas lereng

    W = . H2

    ( 1(Z/H)2

    ) Cot p(Cot p. Tan f1) ,jikatension crack dimuka lereng

    Z = H ( 1 Cot f . Tan p )

    Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan maupun

    aktivitas manusia lainnya, maka persamaan menjadi :

    F = C . A + W ( Cos pa Sin p) - UV Sin p ) Tan

    W ( Sin p + a Cos p) + V Cos p

    dimana :

    a = percepatan getaran pada arah mendatar akibat gerakan gempa atau

    kendaraan

    B. Longsoran Baji.

    Longsoran jenis ini lebih sering ditemukan di lapangan dibandingkan

    dengan longsoran bidang. Sebagai contoh analisis hanya akan dibahas tentang

    longsoran baji yang dibentuk oleh dua bidang lemah. Dalam analisis dengan

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    66/88

    69

    menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dianggap hanya akan

    terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah tersebut.

    Bidang B Bidang A

    (a)

    Garis perpotongan

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    67/88

    70

    (b)

    4 bidang B

    3 5 2

    bidang A

    1

    H

    (c)

    Gambar 4-16

    Model Longsoran Baji

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    68/88

    71

    RANGKUMAN

    PEMBELAJARAN 4

    1. Material Tanah

    Untuk menganalisis atau menilai kestabilan lereng dipakai dua metoda yaitu

    Metoda Numerik dan Metoda Kesetimbangan Batas. Metoda Numeric

    menggunakan Program Finite Elemen, Boundari Element Methode atau yang

    lainnya, Sedangkan Metoda Kesetimbangan Batas Sering dipakai karena lebih

    praktis pengerjaannya. Untuk perhitungan dan analisa kestabilan lereng tambang

    pada material tanah yang sering digunakan adalah ;

    C.Hoek Chart

    D.Cara Bishop

    Pada lereng tanah atau pada batuan yang lapuk/sangat terkekarkan, bidang

    gelincir dianggap/menyerupai lingkaran (circular). Kriteria kestabilan suatu lereng

    dihitung berdasarkan Faktor Keamanan (FK) yaitu;

    Gaya-gaya penahan

    FK =

    Gaya-gaya penggerak

    2 Material Batuan

    Dalam menganalisa atau menghitung kestabilan lereng batuan dapat

    digunakan beberapa metoda yaitu;

    A. Metoda Analitis, yaitu menganalisa kestabilan berdasarkan sifat fisik dan

    mekanik batuan ataupun tanah secara matematis/numerik yaitu dengan

    cara;

    - matematis

    - numeric (finite element, distinct element)

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    69/88

    72

    B. Metoda Empiris, metoda ini digunakan untuk memperkirakan sudut lereng

    batuan berdasarkan klasifikasi massa batuan RMR (Rock Mass Rating).

    C. Metoda Analisa Balik, metoda ini digunakan untuk menghitung kestabilan

    lereng batuan ataupun tanah berdasarkan hasil-hasil pemantauan.

    Selain beberapa metoda diatas, analisa stereografik seringkali dilakukan, untuk

    menganalisa potensi kelongsoran lereng batuan. Metoda ini tidak kwantitatif

    tetapi cukup dipercaya untuk mengetahui potensi kelongsoran bidang. Analisa

    stereografik ini dapat digabungkan dengan Metoda Analitis matematis sehingga

    hasilnya kwantitatif.

    a. Metoda Analitis

    1. Analisa Stereografik

    Metoda ini digunakan untuk penilaian awal kemungkinan adanya potensi

    kelongsoran pada suatu daerah. Data diambil dengan menggunakan pemetaan

    geologi serta identifikasi struktur. Parameter yang penting adalah;

    a. Orientasi dari bidang diskontinyu (jurus dan kemiringan)

    b. Bidang diskontinyu dianggap menerus

    c. Harga sudut geser dalam bidang diskontinyu lebih kecil dari sudut

    bidang diskontinyu

    d. Orientasi lereng

    2. Metode Analitis Grafis Dari Hoek & Bray

    Metoda ini digunakan untuk jenis material batuan dimana longsoran

    dianalisa menurut bidang lemah.

    A. Longsoran Bidang

    Dalam menganalisis longsoran bidang dengan metode Hoek dan Bray;anggapan untuk proyeksi stereografis termasuk dalam asumsi, termasuk

    asumsi berikut:

    - bidang dimana terjadinya longsoran harus mempunyai strike yang

    sejajar atau tidak melebihi 200 dengan strikemuka lereng

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    70/88

    73

    - bidang gelincir harus daylight atau sudut lereng lebih besar dari sudut

    bidang gelincir

    - sudut bidang gelincir (bidang diskontinyu) harus lebih besar dari sudut

    friksi (sudut geser dalam) bidang gelincir (bidang diskontinyu).

    B. Longsoran Baji.

    Longsoran jenis ini lebih sering ditemukan dilapangan dibandingkan

    dengan longsoran bidang. Sebagai contoh analisis hanya akan dibahas tentang

    longsoran baji yang dibentuk oleh dua bidang lemah. Dalam analisis dengan

    menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dianggap hanya akan

    terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah tersebut.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    71/88

    74

    EVALUASI DAN KUNCI JAWABANPEMBELAJARAN 4

    EVALUASI

    1. Analisa kestabilan lereng yang bagaimana yang paling simple dalam nenilai

    kestabilan timbunan batuan penutup? .

    A. Analisa kesetimbangan batas

    B. Analisa Hoek Chart.

    C. Analisa Bishop.

    D. Analisa Hoek & Bray.

    2. Untuk menganalisa kestabilan batuan, digunakan analisa empiris. Analisa ini

    memerlukan parameter batuan dari mana ?;

    A. Besarnya perpindahan dari hasil pemantauan

    B. Uji kekuatan massa batuan di lapangan.

    C. Hasil kuat tekan mencerminkan kekuatan massa batuan

    D. Semua salah.

    3. Pada analisa Hoek & Bray, tegangan air pada tension cracks akan

    memperbesar gaya penggerak, besarnya harga tegangan air tersebut adalah;

    A. V Sin

    B. V Cos

    C. V Tan

    D. Salah semua.

    4. Jurus sebuah kekar utama memotong jurus sebuah lereng dengan perbedaan

    jurus sebesar 300, menurut Hoek & Bray lereng tersebut apakah akan :

    A. Longsor

    B. Belum tentu longsor.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    72/88

    75

    C. Stabil.

    D. Semua salah.

    5. Pada analisa Hoek & Bray, harga z/H = 1, maka lereng dalam keadaan..

    A. Stabil

    B. Labil.

    C. Akan longsor.

    D. Semua salah.

    KUNCI JAWABAN

    1. B

    2. D

    3. B

    4. C

    5. A

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    73/88

    76

    PEMANTAUAN, PERKUATAN, DAN PERAWATAN LERENG

    Tujuan khusus

    Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:

    1. Menyebutkan prinsip pemantauan lereng tanah/batuan

    2. Menjelaskan prinsip perkuatan lereng tanah/batuan

    3. Menjelaskan prinsip perawatan lereng tanah/batuan

    5.1 Pemantauan

    Pelaksanaan pemantauan dilakukan untuk mengetahui tingkat dan

    kuantitas kelongsoran secara nyata dan cepat melalui angka-angka numerik.

    Hal ini perlu dilakukan sebagai peringatan dini adanya bahaya sehingga dapat

    diambil tindakan secepatnya yang cocok.

    Beberapa alat diciptakan untuk memantau pergerakan tanah misalnya;

    a. Electronic Distance Measurement (EDM)/Surface Stick

    Alat ini digunakan untuk mengukur perbedaan posisi suatu titik (surface

    stick) pada muka lereng yang tidak terlalu curam atau pada bench. Monitoring

    dilakukan dari suatu tempat yang relatif tidak bergerak dengan jarak antara 25 m

    hingga 2000 m. Ketepatan pengukuran dapat mencapai +/- 0,3 mm.

    PEMBELAJARAN 5

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    74/88

    77

    EDM

    Surface Stick

    Gambar 5-1

    Pengukuran Posisi Surface Stick Dengan Alat EDM

    b. Inclinometer

    Alat Inclinometer digunakan untuk memantau pergerakan bagian atas dari

    suatu lereng, dimana titik acu ada dibagian bawah lereng yang bergerak.

    Inclinometer

    Penyimpangan lubang

    karena gerakan tanah erkiraan batas gerakan

    Arah gerakan longsor

    acuan tak bergerak

    Gambar 5-2

    Pemantauan Menggunakan Inclinometer

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    75/88

    78

    Alat ini digunakan untuk lereng yang cukup besar dan luas, sedangkan In-Place

    Inclinometer digunakan untuk lereng yang relatif kecil. Pengukuran dilakukan

    dengan cara mengukur penyimpangan lubang bor

    c. Slope Monitoring System

    Digunakan untuk mengukur kelongsoran pada muka lereng timbunan tanah

    Antenna untuk mengirim data

    kawat

    Probe

    Gambar 5-3

    Peantauan Menggunakan Slope

    Monitoring System

    d. Magnetic Slope Extensometer

    Alat ini digunakan untuk memantau pergerakan lereng tanah. Pengukuran

    dilakukan berdasarkan perpindahan magnit dalam lubang bor.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    76/88

    79

    II

    I Batas longsor yang mungkin

    A

    B C

    D=titik tdk bergerak

    Gambar 5-4Pemantauan Menggunakan Slope Extensometer

    Titik D di angkerkan pada tanah yang tak bergerak, titik B dan C merupakan

    magnit yang diangkerkan pada tanah yang mungkin akan bergerak. Jika hanya

    blok I bergerak maka magnit B akan bergerak menjauhi angker D, tetapi jika blok

    I dan II bersamaan bergerak, maka magnit pada B dan C yang akan bergerak

    menjauhi D.

    5.2 Perkuatan

    Pada situasi dimana geometri lereng harus dipertahankan, atau

    pemotongan lereng tidak menguntungkan, tetapi di lain pihak terjadi

    ketidakstabilan lereng. Maka perlu dilakukan stabilisasi lereng.

    A. Stabilisasi Longsoran Pada Bench

    Jika kelongsoran terjadi pada individual slope, baik berupa kelongsoran

    baji atau kelongsoran bidang, maka penggunaan split set atau rockbolt lebih

    menguntungkan.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    77/88

    80

    Strap

    Rockbolt

    Split Set

    Gambar 5-5

    Perkuatan Batuan Dengan Split Set/Rockbolt

    Jumlah perkuatan yang digunakan tergantung dari beban yang harus ditahan,

    kedalaman perkuatan serta parameter kekuatan perkuatan. Pelaksanaan dari

    perkuatan tersebut dapat dilakukan saat pemotongan lereng, atau beberapa saat

    setelah pemotongan lereng supaya mudah pelaksanaannya dan kondisi bidang

    longsor masih rapat.

    Tetapi jika kelongsoran menyangkut beberapa individual slope, maka

    perlu dilakukan stabilisasi dengan perkuatan yang lebih kuat.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    78/88

    81

    Bidang lemah

    Tarikan

    grout

    Gambar 5-6

    Perkuatan Dengan Prestressed Cable Bolt

    Beberapa perkuatan yang biasa dilakukan adalah menggunakan cable

    bolt atauthread bar.

    Pada beberapa kasus sering ditemukan adanya lempung yang mudah

    lapuk/pecah jika terkena udara, maka perkuatan melalui penyemprotan semen

    perlu dilakukan jika dinilai perlu.

    5.3 Perawatan Lereng

    Kelongsoran pada lereng tambang adalah hal yang harus dihindari, oleh

    sebab itu disain lereng serta pencegahan haruslah tindakan yang diutamakan.

    Seringkali tindakan pemotongan lereng bagian atas atau penimbunan toe harus

    dilakukan.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    79/88

    82

    Bagian y Bagian yang dipotong

    Bagian yang ditimbun

    Gambar 5-7

    Tindakan Pemotongan Atas Atau Penimbunan Kaki Lereng

    Selain itu lereng tanah sangat rentan terhadap kondisi perubahan muka

    air tanah serta erosi permukaan.

    Beberapa tindakan pencegahan kelongsoran akibat kondisi hidrologi,

    adalah:

    a. drainase sekeliling pit dengan maksud untuk menghindari mengalirnya

    air permukaan kedalam pit. Mengalirnya air permukaan kedalam pit

    selain akan membuat masalah pada penambangan, juga akan

    menimbulkan erosi dan merembes masuk ke dalam lereng yang dapat

    memicu terjadinya kelongsoran.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    80/88

    83

    air dialirkan keluar

    paritan pemotong aliran

    Gambar 5-8

    Saluran Air Permukaan Disekitar Pit

    b. pemompaan diluar batas pit dengan maksud untuk menurunkan

    permukaan air tanah

    m.a.t seb. pemompaan

    m.a.t set.pemompaan

    Gambar 5-9

    Pemompaan Untuk Menurunkan Muka Air Tanah

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    81/88

    84

    c. pembuatan drainase dari muka lereng dengan cara membuat lubang

    (pipe drain) menembus muka lereng

    Tindakan ini dilakukan untuk menurunkan tekanan air disekitar

    dinding/lereng pit

    m.a.t seb.drainase

    m.a.t set. drainase

    pipa

    Gambar 5-10

    Pengendalian Air Sekitar Muka Lereng

    Walau bagaimanapun pengelolaan air pada pit (bench) sangat penting dilakukan,

    karena air yang mengalir di bench dapat meresap kedalam tanah dan memicu

    kelongsoran.

    Pada beberapa kasus, untuk mencegah kelongsoran, dilakukan perkuatan pada

    muka lereng dengan cara soil nailing, grouting atau shotcretedengan wire mesh

    pada muka lereng

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    82/88

    85

    RANGKUMAN

    PEMBELAJARAN 5

    1. Pemantauan

    a. Surface Stick

    Alat ini digunakan untuk mengukur perbedaan posisi suatu titik (surface

    stick) pada muka lereng yang tidak terlalu curam atau pada bench. Monitoring

    dilakukan dari suatu tempat yang relatif tidak bergerak dengan jarak antara 25 m

    hingga 2000 m. Ketepatan pengukuran dapat mencapai +/- 0,3 mm.

    b. Inclinometer

    Alat Inclinometer digunakan untuk memantau pergerakan bagian atas dari

    suatu lereng, dimana titik acu ada dibagian bawah lereng yang bergerak.

    Alat ini digunakan untuk lereng yang cukup besar dan luas, sedangkan In-

    Place Inclinometer digunakan untuk lereng yang relatif kecil. Pengukuran

    dilakukan dengan cara mengukur penyimpangan lubang bor

    c. Slope Monitoring System

    Digunakan untuk mengukur kelongsoran pada muka lereng timbunan tanah

    d. Magnetic Slope Extensometer

    Alat ini digunakan untuk memantau pergerakan lereng tanah. Pengukuran

    dilakukan berdasarkan perpindahan magnit dalam lubang bor.

    2. Perkuatan

    Jika kelongsoran terjadi pada individual slope, baik berupa kelongsoran

    baji atau kelongsoran bidang, maka penggunaan split set atau rockbolt lebih

    menguntungkan.

    Jumlah perkuatan yang digunakan tergantung dari beban yang harus

    ditahan, kedalaman perkuatan serta parameter kekuatan perkuatan.

    Pelaksanaan dari perkuatan tersebut dapat dilakukan saat pemotongan lereng,

    atau beberapa saat setelah pemotongan lereng supaya mudah pelaksanaannya

    dan kondisi bidang longsor masih rapat.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    83/88

    86

    3. Perawatan Lereng

    Kelongsoran pada lereng tambang adalah hal yang harus dihindari, oleh

    sebab itu disain lereng serta pencegahan haruslah tindakan yang diutamakan.

    Seringkali tindakan pemotongan lereng bagian atas atau penimbunan toe harus

    dilakukan.

    Selain itu lereng tanah sangat rentan terhadap kondisi perubahan muka

    air tanah serta erosi permukaan.

    Beberapa tindakan pencegahan kelongsoran akibat kondisi hidrologi,

    adalah:

    a. drainase sekeliling pit dengan maksud untuk menghindari

    mengalirnya air permukaan kedalam pit. Mengalirnya air

    permukaan kedalam pit selain akan membuat masalah pada

    penambangan, juga akan menimbulkan erosi dan merembes

    masuk ke dalam lereng yang dapat memicu terjadinya kelongsoran.

    pemompaan diluar batas pit dengan maksud untuk menurunkan

    permukaan air tanah

    pembuatan drainase dari muka lereng dengan cara membuatlubang (pipe drain) menembus muka lereng

    Walau bagaimanapun pengelolaan air pada pit (bench) sangat penting

    dilakukan, karena air yang mengalir di bench dapat meresap kedalam tanah dan

    memicu kelongsoran.

    Pada beberapa kasus, untuk mencegah kelongsoran, dilakukan perkuatan pada

    muka lereng dengan cara soil nailing, grouting atau shotcretedengan wire mesh

    pada muka lereng

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    84/88

    87

    EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN

    PEMBELAJARAN 5

    EVALUASI

    1. Untuk memantau gerakan permukaan lereng, maka yang paling simple

    digunakan adalah ?

    A. Surface Stick

    B. Ekstensometer.

    C. Inclinometer.

    D. EDM.

    2. Alat pantau yang paling teliti untuk memantau pergerakan lereng adalah ?

    A. Surface Stick

    B. Multipoint Magnetic Ekstensometer

    C. Inclinometer

    D. EDM

    3. Pada tambang batubara dimana overburden didominasi lempung, makadigunakan perkuatan splitset;

    A. Cara perkuatan ini salah

    B. Cara perkuatan ini benar asal splitsetcukup rapat

    C. Gunakan splitsetyang panjang

    D. Salah semua.

    4. Pada pemantauan lereng batuan digunakan Inclinometer:

    A. Supaya supervisor mengetahui kondisi pergerakan massa batuan

    dibelakang muka lereng

    B. Supaya supervisor mengetahui kondisi perkembangan kekar

    pada permukaan lereng

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    85/88

    88

    C. Supaya supervisor mengetahui kondisi pergerakan massa batuan

    dipermukaan lereng

    D. Supaya supervisor mengetahui arah gerakan lereng

    5. Cara yang umum untuk mengurangi pengaruh air tanah pada kestabilan

    lereng tambang adalah:

    A. Membuat sumuran pada sisi terluar pit

    B. Melakukan pemompaan air pada dinding pit

    C. Membuat saluran disekitar pit

    D. Benar semua

    KUNCI JAWABAN

    1. A

    2. B

    3. A

    4. D

    5. D

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    86/88

    89

    6. Rangkuman Akhir

    a. Penggalian massa batuan menyebabkan berubahnya arah tegangan

    (stress) sehingga terjadi konsentrasi tegangan pada kaki lereng.

    Konsentrasi tegangan pada kaki lereng akan menyebabkan

    ketidakseimbangan.

    b. Penggalian pun akan menyebabkan tersingkapnya bidang lemah

    batuan sehingga akan menyebabkan terjadinya kelongsoran pada blok

    batuan.

    c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng baik untuk

    material tanah ataupun batuan adalah ;

    - Geometri lereng

    - Kekuatan tanah/batuan atau massa batuan

    - Bidang lemah (kekar, sesar, bidang pelapisan dll)

    - Air (air tanah atau air yang masuk kedalam bidang lemah)

    - Pengaruh luar (getaran)d. Material pembentuk lereng tambang terdiri dari tanah dan batuan,

    dimana lereng dari tanah mempunyai karakteristik mekanis yang lebih

    rendah dibandingkan dengan lereng dari batuan.

    e. Parameter mekanis material tanah yang paling menentukan kestabilan

    lereng adalah;

    - kohesi

    - sudut geser dalam

    - kuat geser.

    f. Kehadiran air tanah akan mengurangi kuat geser material tanah hal ini

    disebabkan air tanah mempunyai tegangan pori yang akan

    mengurangi tegangan normal antar butir tanah.

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    87/88

    90

    g. Salah satu cara mengklasifikasikan batuan secara engineering adalah

    menggolongkan batuan secara ;

    - Klasifikasi berdasarkan Genesa

    - Klasifikasi berdasarkan Lithologi

    - Klasifikasi berdasarkan Kekuatan batuan utuh.

    - Klasifikasi berdasarkan Rating kekuatan massa batuan

    h. Sifat massa batuan secara umum adalah;

    - Heterogen

    - Diskontinue

    - Anisotroph

    i. Cara sederhana untuk menganalisa kestabilan lereng tanah adalah

    dengan cara ;

    - cara Bishop, dimana parameter yang diperlukan adalah;

    * tegangan air tanah

    * sudut geser dalam tanah

    * kohesi

    * berat jenis

    * geometri lereng

    - cara grafis dengan Hoek Charts, dimana parameter dan alat bantuyang diperlukan adalah ;

    * kesesuaian kondisi air tanah dengan salah satu charts

    * sudut geser dalam tanah

    * kohesi

    * berat jenis

    k. Cara sederhana untuk menganalisa kestabilan lereng batuan adalah

    dengan cara Stereografis

    l. Pemantauan lereng dilakukan dengan menggunakan alat ;

    - inclinometer

    - extensometer

    - surface stick

  • 7/25/2019 materi_kestabilan_lereng.pdf

    88/88

    Daftar Pustaka

    1. Bieniawski,ZT. Engineering Rock Mass Classifications. John Wiley &Sons. 1989

    2. Braja M. Das. Principles of Geotechnical Engineering. PWSPublishers.1985.

    3. Dunnicliff, John. Geotechnical Instrumentation For Monitoring FieldPerformance. John Wiley & Sons. 1988

    4. Gian Paolo Giani. Rock Slope stability Analysis. Balkema. 1992

    5. Hoek & Bray. Rock Slope Engineering. Third Edition. The Institution ofMining & Metallurgy, London. 1981

    6. Jumikis, Alfred. Rock Mechanics. Trans Tech Publications. 1983

    7. Pande, Beer, Williams. Numerical Methods in Rock Mechanics. JohnWiley & Sons. 1990

    8. Vutukury. Introduction to Rock Mechanics. Industrial Publishing &Consulting, Inc. 1994

    9. Wesley. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. 1977

    10. William Lambe. Soil Mechanics..Massachusets Institute Technology. JohnWilley & Sons.1969