Materi Tutor Kardio

74
TUTORIAL I 1. Identifikasi hal-hal yang harus dikaji pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler! JAWAB: A. Pengkajian Mengkaji keluhan utama pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler antara lain : Nyeri dada : merupaka keluhan utama yang sering dikeluhkan oleh pasien untuk mengkaji keluhan nyeri, perawat harus mengkaji lebih jauh karekteristik dari nyeri dada berdasarkan dengan gangguan sistem kardiovaskuler seperti penyakit jantung . Sesak napas : napas pendek sering dialami oleh penyakit jantung, untuk mengkaji keluhan sesak napas , perawat harus mengkaji frekuensi atau irama pernapasan, dan mengkaji denyut nadi (denyutan jelas dari karotis, jugularis dan radialis) B. Data pengkajian klien a. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, letih, dan napas pendek Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung. b. Sirkulasi Gejala : riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner/ katup

description

haj

Transcript of Materi Tutor Kardio

Page 1: Materi Tutor Kardio

TUTORIAL I1. Identifikasi hal-hal yang harus dikaji pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler!

JAWAB:

A. Pengkajian

Mengkaji keluhan utama pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler antara lain :

Nyeri dada : merupaka keluhan utama yang sering dikeluhkan oleh pasien untuk

mengkaji keluhan nyeri, perawat harus mengkaji lebih jauh karekteristik dari nyeri dada

berdasarkan dengan gangguan sistem kardiovaskuler seperti penyakit jantung .

Sesak napas : napas pendek sering dialami oleh penyakit jantung, untuk mengkaji

keluhan sesak napas , perawat harus mengkaji frekuensi atau irama pernapasan, dan

mengkaji denyut nadi (denyutan jelas dari karotis, jugularis dan radialis)

B. Data pengkajian klien

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, letih, dan napas pendek

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung.

b. Sirkulasi

Gejala : riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner/ katup

Tanda : kenaikan tekanan darah , nadi(denyutan jelas dari karotis, jugularis dan

radialis),

bunyi jantung (terdengar bunyi S2 pada dasar , S3 pada CHF dini , S4 pengerasan

ventrikel kiri).

c. Hipertensi

Gejala : gangguan penglihatan (penglihatan kabur)

d. nyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung) dan nyeri hilang

timbul pada tungkai/klaudikasi .

e. Pernapasan

Gejala : disnea yang berkaitan dengan aktivitas/ kerja , batuk dengan/tanpa

pembentukan sputum.

Page 2: Materi Tutor Kardio

C. Pengkajian fisik

Menilai keadaan fisik secara umum dan tingkat kesadaran klien

Posisi klien

Mengatur posisi klien berbaring di tempat tidur sehingga kepala membentuk sudut

30derajatC -45derajatC dapat digunakan untuk memeriksa tekanan vena jugularis.

Infeksi : infeksi prekardium diamati adanya jaringan parut yaitu mula-mula infeksi

adanya parut,( operasi jantung sebelumnya akan menimbulkan bekas parut pada

dinding dada)

Palpasi : meraba prekardium dan melakukan pengukuran tekanan vena jugularis.

Perkusi : perkusi biasanya tidak digunakan bila telah ada hasil thoraks foto . Tetapi

tetap bermanfaat untuk mengetahui adanya kardiomegali, efusiperikar.

Aukultasi : mendengar bunyi jantung dengan menggunakan stetoskop .

2. Sebutkan Diagnosa-diagnosa keperawatan yang dapat di angkat pada pasien dengan

gangguan sistem kardiovaskuler!

JAWAB:

Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi

Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular cerebral

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi

glomerulus/meningkatnya produksi ADH dan retensi Natrium/Air.

Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan

berlebuhan/kebutuhan makanan yang salah.

Irama jantung meningkat berhubungan dengan kelelahan otot respiratori

pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depernitas dinding dada

3. Intervensi keperawatan pada sistem kardiovaskuler!

JAWAB:

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

1. Resiko terhadap

penurunan curah

jantung berhubungan

dengan vasokontriksi

1. Pantau tekanan darah. 1. Perbandingan dari tekaknan

memberikan gambaran yang

lebih lengkap tentang

keterlibatan bidang masalah

Page 3: Materi Tutor Kardio

2. Catat keberadaan kualitas

denyutan sentral dan perifer.

3. Aukultasi tonus jantung dan

bunyi nafas.

4. Amati warna kulit,

kelembaban, suhu, dan masa

pengisian kapiler.

5. Catat edema umu/tertentu

vaskuler.

2. Denyutan karotis,

jugularis,radialis,dan femoralis,

mungkin diamati atau tekanan

palpasi.Denyut pada tungkai

mungkin menurun, efek dari

vasokontriksi.

3. Bunyi jantung IV umum

terdengar hipertensi berat dan

kerusakan fungsi adanya krakels

dapat mengindentifikasi

kongesti paru sekunder

terhadap jantung kronik

4. Mungkin berkaitan dgn

vasokontriksi atau

mencerminkan dekompensasi

atau penurunan curah jantung.

5. Mengidentifiksai gagal jantung

kerusakan gnjal atau vaskuler

2. Nyeri akut

berhubungan dengan

peningkatan tekanan

vaskular cerebral

1. Mempertahankan tirah

baring selam fase akut

2. Berikan kompres dingin

pada dahi, pijat punggung dan

leher, serta teknik relaksasi .

3. Hilangkan/ meminimalkan

aktivitas vasokontriksi yang

dapat menurunkan dan sakit

kepala.

4. Bantu klien dalam ambulasi

sesuai kebutuhan.

1. Meminimalkan stimmengulasi

atau menurunkhan relaksasi

2. Menurunkan tekanan vaskuler

cerebral dan yang

memperlambat/ memblok

respon.

3. Menyebabkan sakit kepala pada

adanya tknan vaskuler serbral

karena aktivitas yang

meningkatkan vasokontriksi.

4. Pusing dan penglihatan kabur

sering b/d sakit kepala

Page 4: Materi Tutor Kardio

5. Berikan cairan,mknan

lunak.perawatan mulut yang

teratur bila terjadi pendarahan

hidung atau kompres dihidung

telah diberikan u/

menghentikan pendrhan

5. Menaikan kenymana kompres

hidung dpt mengganggu

menelan atau membutuhkan

nafas dgn mulut,menimbulkan

stanasi sekresi oral dan

mengeringkan membran

mukosa

3. Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan menurunnya

laju filtrasi

glomerulus/meningkat

nya produksi ADH dan

retensi Natrium/Air.

1. Pantau pengeluaran

urine,catat jumlah dan warna

saat dimana diuresis terjadi.

2. Pantau/hitung keseimbangan

pemasukan dan pengeluaran

selama 24 jam.

3. Perthankan duduk atau tirah

baring dengan posisi

semifowler selama fase akut.

4. Pantau TD dan CVP (bila

ada).

5. Kaji bising usu.Catat keluhan

1. Pegeluaran urine mungkin

aedikit dan pekat karena

penurunan perfusi ginjal.Posis

telentang membantu diuresis

sehingg pengeluaran urine

dapat ditingkatkan selam tirah

baring.

2. Terapi diuretic dapat

disebabkan oleh kahilangan

caiaran tiba-tiba/

berlebihan(hipovolemia)

meskipun edema/asites masih

ada.

3. Posisi tersebut meningkatkan

filtrasi ginjal dan menurunkan

produksi ADH sehingga

meningkatkan diuresis.

4. Hipertensi dan peningkatan

CVP menunjukkan kelebihan

cairan & dpt menunjukkan

terjadinya peningkatan

kongesti paru,gagal jantung.

5. Kongesti visceral (terjadi pada

gagal ginjal kronik lanjut)dpt

Page 5: Materi Tutor Kardio

anoreksia, mual, distensi,

abdomen, dan konstipasi

mengganggu fungsi

gaster/intestnal

4. Perubahan Nutrisi

lebih dari kebutuhan

tubuh berhubungan

dengan intake

makanan

berlebuhan/kebutuhan

makanan yang salah.

1. Kaji pemahaman klien

tentang hubungan langsung

antara kegemukan dengan

hipertensi.

2. Bicarakan entingnya

menurunkan masukan kalori

dan batasi masukan lemak,

garam, gula, sesuai indikasi

3. Tetapkan keinginan klien

untuk menurunkan berat.

4. Kaji ulang masukan kalori

harian dan pilihan diet.

5. Instruksikan daan bantu

memilih makanan yang

tepat, hindari makanan

dengan kejenuhan lemak

tinggi dan kolestrol.

1. Kegemukan adalah resiko

tambahan pada potensi karena

kondisi proposi antara kapasitas

aorta dan peningkatan curah

jantung berkaitang dengan

peningkatan masa tubuh.

2. Kesalahan kebiasaan maksimun

menunjang terjadinya

atherosklerosis dan kegemukan

yang merupakan pediposisi.

3. Motivasi penurunan berat badan

adalah internal

4. Membantu dalam menentukan

kebutuhan individu untuk

penyesuaian / penyuluhan dan

mengidentifikasi kekuatan

dalam program diet terakhir.

5. Penting untuk mencegah

perkembangan atrorgenesis

kolaboratif

Page 6: Materi Tutor Kardio

4. Hal-hal apa saja yang harus didokumentasi setelah melakukan tindakan keperawatan!

JAWAB:

1. Segala tindakan yang dilakukan pada klien (DEPENDEN, INDEPENDEN, dan

INTERDEPENDEN)

2. Segala tindakan yang dilakukan oleh medis

3. Perubahan - perubahan yang terjadi pada klien utamanya yang menyangkut KDM.

DIAGNOSA EVALUASI

1. Resiko terhadap penurunan curah

jantung berhubungan dengan

vasokontriksi

1. Melakukan tindakan pengukuran tekanan

darah pada pasien untuk meningkatkan

resistensi perifer sebagai respon terhadap

penurunan curah jantung.

2. Mencatat keberadaan kualitas denyutan

sentral dan perifer

3. Melakukan auskultasi jantung, dan

pengukuran nadi (nadi lemah curah

jantung buruk).

4. Melakukan pengkajian yang berhubungan

dengan warna kulit,kelembaban,suhu,dan

masa pengisian kapiler

5. Memberikan cairan intrapena ( infus),

jika terjadi syok

2. Nyeri akut berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskular

cerebral

1. Memantau aktivitas pada tira baring

2. Memberikan kompres dingin pada dahi

dan melakukan tehnik relaksasi

3. Mengatur posisi klien senyaman mungkin

3. Kelebihan volume cairan b / d

menurunnya laju filtrasi glomelurus/

meningkatkan produksi ADH dan

retensi natrium / air.

1. Memantau pengeluaran urin

2. Memantau cairan infus

3. Mengatur posisi senyaman mungkin

4. Mengukur TTV

Page 7: Materi Tutor Kardio

4. Perubahan nutrisi lebih dari

kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake makanan berlebihan /

kebutuhan makanan

1. Memberikan penjelasan tentang penyakit

yang diderita klien

2. .Memberikan pemahaman tentang

pentingnya polan makan

3. .Memberikan pemahaman tentang pola

diet yang baik

4. Mengkaji kembali pola makan dan pola

diet klien

5. .Mendiskusikan bersama klien dan

keluarganya tentang asupan makan yang

harus di hindari.

Page 8: Materi Tutor Kardio

TUTORIAL II (ASTEOKLOROSIS)

KASUS:

Nama : Ny”L”

Usia : 62 tahun

Pekerjaan : IRT

Agama : islam

Status : menikah

Alamat :malengkeri,MKS

No.RM : 2009270367

Tgl masuk RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo 3 mei 2012

Anamnesis:

Nyeri dada sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

Riwayat penyakit sekarang:

Sejak 4 jam SMRS,pasien merasakan nyeri dada yang mulai dirasakan saat hendak

tidur.Nyeri dada terasa seperti ditimpa beban berat.Nyeri dada seperti ini sering

hilang dan timbul sejak 1 tahun SMRS dan mereda bila beristirahat.Nyeri saat ini

dirasa memberat sejak 4 jam SMRS.Pasien merasa sesak nafas.Terdapat keringat

dingin.

Sejak 2 tahun MRS, pasien dikatakan mempunyai hipertensi dan tidak teratur minum

obat.Pasien control di RS.Dr.Wahidin.Pasien sudah 2 kali dirawat di RS yang

sama,saat itu pasien sedang tidak terataur minum obat, dirawat karena muka bengkak

dan sesak nafas.Diberikan obat captopril 3X25 mg, simart 2 1X1, aldecto 1X15 mg,

lasix 1X1, ascardia 1X1.

Pasien tidak sesak nafas bila dia berbaring ,dapat tidur dengan satu bantal.Pasien

tidak pernah terbangun pada malam hari karena sesak.Pasien semakin membatasi

aktifitas fisik karena bila banyak bergerak pasien merasa sesak dan sakit dada namun

hilang jika beristirahat.Pasien merasa kelelahan bila berjalan jauh.

Page 9: Materi Tutor Kardio

Nyeri dad juga muncul jika banyak pikiran.Pasien tidak ada kebiasaan

merokok.Pasien tidak merasa cepat haus/lapar ataupun terbangun untuk BAK

dimalam hari.Saat ini pasien sudah tidak menstruasi lagi.Pasien belum pernah operasi

jantung sebelumnya.Makanan belum dijaga.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat asma,alergi,gastristis,stroke,dan DM disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat darah tinggi,DM,penyakit jantung, asma disangkal

RIWAYAT PEKERJAAN SOSIAL,EKONOMI,DAN KEJIWAAN KEBIASAAN

Pembiayaan rumah sakit secara pribadi

1. Tuliskan pemeriksaan fisik dan identifikasi masalah keperawatan pada kasus diatas!

JAWAB:

B. Pemeriksaan fisik :

Perasaan denyut jantung tidak teratur.

Periksa/palpasi nadi(denyutan jelas dari karotis,jugularis dan radialis).

Batuk (Apakah dia batuk/tidak)

Pucat(Apakah Nampak pucat)

C. Identifikasi masalah :

PENYAKIT JANTUNG KORONER (ARTEROSKLEROSIS)

a. hipertensi

b. kolesterol tinggi

c. kencing manis

d. obesitas

2. Tuliskan analisa data pada kasus diatas dan pola diet untuk penyakit asteoklorosis!

JAWAB:

ANALISA DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF MASALAH KEPERAWATAN

• Pasien merasa nyeri

dada yang mulai di

rasakan saat hendak

tidur.

• Terdapat keringat dingin. • Gangguan rasa aman dan

nyaman karena nyeri

 

Page 10: Materi Tutor Kardio

• Nyeri dada sebelah

kiri menjalar keleher

dan punggung.

• Nyeri dada seperti di

timpa beban berat.

• Nyeri dada sering

hilang timbul sejak 1

tahun SMRS dan

meredah bila

beristirahat.

• Nyeri di rasa

memberat sejak 4 jam

SMRS

Pasien merasa sesak

nafas.

Dada dirasakan

berdebar – debar.

Pasien pinsang saat di

bawah ke rumah sakit.

Pasien di katakan

mempunyai hipertensi dan

tidak teratur minum

obat.

Muka bengkak dan Sesak

nafas.

Diberikan obat captopril

3X25 mg,simart 2 1X1,

aldecto 1X25 mg, lasix

1X1, ascardia 1X1.

Tingkat kesadaran

menurun.

Pola nafas tidak efektif.

Edema

Kurang perhatian terhadap

kesehatan

POLA DIET UNTUK PENYAKIT JANTUNG

1) Batasi lemak jenuh dan kolesterol

Membatasi berapa banyak lemak jenuh pada makanan yang dikonsumsi adalah

langkah yang paling penting untuk mengurangi kolesterol darah dan

menurunkan risiko penyakit arteri koroner. Tingkat kolesterol darah yang tinggi

Page 11: Materi Tutor Kardio

dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri, yang disebut aterosklerosis.

Aterosklerosis dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Pilih

jenis lemak tak jenuh tunggal, seperti minyak zaitun atau minyak canola. Lemak

tak jenuh ganda yang ditemukan dalam kacang-kacangan dan biji-bijian, juga

pilihan yang baik untuk diet jantung sehat.

2) Pilih sumber protein yang rendah lemak (low fat)

Ikan adalah alternatif yang baik sebagai pengganti daging yang tinggi lemak.

Jenis ikan tertentu baik untuk kesehatan jantung karena kaya omega 3, yang

dapat menurunkan lemak darah yang disebut trigliserida. Sumber tertinggi

omega 3 terdapat pada ikan air dingin, seperti salmon, mackerel dan herring.

Sumber-sumber lain adalah biji rami, kenari, kedelai dan minyak canola.

3) Makan lebih banyak sayuran dan buah-buahan.

Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral, mereka

rendah kalori dan kaya serat makanan. Sayuran dan buah juga mengandung zat

yang ditemukan dalam tanaman yang dapat membantu mencegah penyakit

kardiovaskular

4) Tambahkan biji-bijian kedalam menu sehari-hari

Biji-bijian merupakan sumber serat yang baik dan sumber nutrisi lainnya yang

berperan dalam mengatur tekanan darah dan kesehatan jantung. Meningkatkan

jumlah biji-bijian dalam diet jantung sehat juga dapat dengan menggunakan

produk biji-bijian olahan.

5) Mengurangi sodium (garam) dalam makanan

Makan dengan kandungan natrium yang tinggi dapat berkontribusi

menyebabkan tekanan darah tinggi, yang merupakan faktor risiko penyakit

kardiovaskular. Mengurangi natrium merupakan bagian penting dari diet

jantung sehat

6) Mengontrol porsi makanan

Mengontrol porsi makanan juga berperan penting untuk diet jantung sehat.

3. Diagnosa dan jenis obat yang dikomsumsi oleh klien pada kasus diatas!

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Analisa data Diagnosa

Page 12: Materi Tutor Kardio

Data subjetif:

• Pasien merasa nyeri dada yang mulai

di rasakan saat hendak tidur.

• Nyeri dada sebelah kiri menjalar

keleher dan punggung.

• Nyeri dada seperti di timpa beban

berat.

• Nyeri dada sering hilang timbul sejak

1 tahun SMRS dan meredah bila

beristirahat.

• Nyeri di rasa memberat sejak 4 jam

SMRS

Data objektif:

• Terdapat keringat dingin.

Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri)

b/d iskemia akibat penyambutan arteri

koroner.

Data subjektif :

Pasien merasa sesak nafas.

Dada dirasakan berdebar – debar.

Data objekif:

Pasien pinsang saat di bawah ke

rumah sakit.

Pasien di katakan mempunyai

hipertensi dan tidak teratur minum

obat.

Muka bengkak dan Sesak nafas.

Diberikan obat captopril 3X25

mg,simart 2 1X1, aldecto 1X25 mg,

lasix 1X1, ascardia 1X1.

1) Gangguan kesadaran menurun b/d

hipertensi.

2) Pola nafas tidak efektif b/d nyeri atau

kelemahan otot

3) Edema b/d intek cairan dan sodium

4) Kurang pengetahuan terhadap

kesehatan b/d kurangnya

pengetahuan dan tidak teraturnya

minum obat

JENIS-JENIS OBAT YANG DIKOMSUMSI KLIEN:

Captopril

Page 13: Materi Tutor Kardio

Captopril 3x25 mg : atau biasa di kenal dengan Captensin(nama dagang).Dan

termasuk obat Anti Hipertensi, atau Obat yang digunakan untuk menurunkan

peningkatan tekanan sistolik dan diastolik di atas 140/90 mmHg.dan di

golongkan ke dalam ACE Bloker( ACE Inhibitor).

Simart 2

Simart 2 1x1 :Pencegahan & pengobatan trombosis vena. Obat tambahan

pada pengobatan oklusi (penutupan) koroner.Kondisi yang potensial terjadi

perdarahan, sudah dekat pembedahan, anestesi lumbal, pre-eklampsia &

eklampsia (keadaan yang ditandai dengan kejang-kejang dan penurunan

kesadaran pada wanita hamil atau pada masa nifas karena keracunan

kehamilan), terancam aborsi, hamil.

Aldecton

Aldecton 1x25mg : atau biasa dikenal dengan spironolacton (Nama

Generik/Latin).termasuk obat Diuretika.obat diuretika adalah zat-zat yang dapat

memperbanyak pengeluaran air seni (Diuresis) akibat khasiat langsung terhadap

ginjal.

Lasix

Lasix 1x1 : atau biasa dikenal dengan Furosemida (Nama Generik/latin)

termasuk obat anti diuretika. obat diuretika adalah zat-zat yang dapat

memperbanyak pengeluaran air seni (Diuresis) akibat khasiat langsung terhadap

ginjal.yang di gunakan untuk penyakit udem(Penumpukan cairan di jaringan

yang disebabkan oleh dekompensasi jantung).

Ascardia

Ascardia 1x1 : adalah obat yang bekerja pada jantung dan pembuluh darah baik

arteri maupun vena secara lansung dapat memulihkan fungsi otot jantung yang

terganggu menjadi normal kembali.

4. Jelaskan rencana tindakan keperawatan pada jantung koroner!

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

1) Gangguan rasa

aman dan nyaman

(nyeri) b/d iskemia

1.Dapatkan gambaran

nyeri klien secara

menyeluruh yaitu

1. Nyeri adalah

pengalaman subjektif

dan harus dapat

Page 14: Materi Tutor Kardio

akibat

penyambutan arteri

koroner.

TUJUAN:

Menghilangkan

rasa sakit nyeri

dada / intensitas

nyeri berkurang

KRITERIA:

Ekspresi wajah

baik dan klien

tidak gelisah

Ungkapan /

keluhan klien

tentang nyeri dada

telah berkurang /

hilang.

tentang lokasi, lamanya

kualitas dan kapa

terjadi nyeri.

2.Berikan lingkungan

yang nyaman dan

tenang.

3.Observasi TTV

sebelum dan sesudah

pemberian obat-obatan

narkotika.

4.Ajarkan dan anjurkan

pada klien untuk

melakukan teknik

relaksasi misalnya

menarik nafas dalam

dan dikeluarkan secara

perlahan

diuraikan

(digambarkan) oleh

klien dan untuk

membandingkan

dengan nyeri yang lain.

2. Untuk menghindari

rangsangan dari luar,

menghindari kecemasan

yang dapat

meningkatkan kerja

jantung secara tiba-tiba.

3. Hipotensi / depresi

pernafasan dapat terjadi

sebagai akibat

pemberian obat-obatan

narkotika .

4. Diharapkan dapat

mengurangi ketegangan

klien sehingga klien

lebih rileks dan nyeri

yang dirasa berkurang

2) Gangguan kesadaran

menurun b/d

hipertensi.

TUJUAN:

Tidak terjadi iskemia

miocard

KRITERIA:

1. Pantau TD setiap 4 jam

dan status umum setiap

8 jam.

2. Posisikan klien pada

posisi semi fowler.

1. Untuk mengevaluasi

keefektifan terapi.

2. Dapat membantu

menurunkan

kebutuhan energi dan

meningkatkan aliran

Page 15: Materi Tutor Kardio

Berpartisipasi dalam

aktivitas yang

menurunkan TD

darah arteri.

3) Pola nafas tidak efektif

b/d nyeri atau

kelemahan otot.

TUJUAN :

Tidak ada kesulitan

nafas

Berkurangnya

tingkat kecemasan

KRITERIA:

Nafas kembali

normal

Ekspresi wajah

rileks

1. . Anjurkan klien

bernafas dalam

2. Pertahankan klien

dalam posisi semi

fowler.

3. Berikan oksigen

tambahan sesuai

dengan indikasi.

4. Dorong perubahan

posisi sering.

1. Membersihkan jalan

nafas dan

memudahkan aliran

oksigen.

2. Menurunkan konsumsi

oksigen/ kebutuhan

dan meningkatkan

inflamasi paru.

3. Meningkatkan

konsentrasi alveolar

yang dapat

menurunkan

hipoksemia jaringan.

4. Membantu mencegah

atelektasis dan

pneumonia serta

kerusakan kulit.

4) Edema b/d intek cairan

dan sodium.

TUJUAN:

Menurunnya berat

badan

Keluaran urine

lebih besar dari

30mL/hari dan

lektrolit serum

1. Pertahankan klien

dalam posisi semi

fowler.

2. Lakukan terapi IV yang

ditentukan.

1. Untuk mengurangi

aliran balik vena

kejantung.

2. Untuk memudahkan

memberikan

pemberian obat-

obatan.

3. Diuretik

menghilangkan

Page 16: Materi Tutor Kardio

dalam batas-batas

normal

KRITERIA:

Hilangnya edema

warna kulit

membaik

3. Berikan diuretik untuk

meningkatkan

pengeluaran.

4. Batasi masukan cairan.

kelebihan cairan

didalam tubuh.

4. Untuk mengurangi

tekanan vena.

5) Kurang pengetahuan

terhadap kesehatan b/d

kurangnya

pengetahuan dan tidak

teraturnya minum obat

TUJUAN:

Mendemostrasikan

penerimaan tanggung

jawab dalam merawat

diri sendiri

KRITERIA:

Mengungkapkan

rencana yang relatif

realistis dengan

keadaan sekarang

1. Ajarkan klien untuk

berkonsultasi dengan

dokter jika terdapat

tanda dan gejala gagal

jantung.

2. Anjurkan klien untuk

meminum diuretik pada

pagi hari.

3. Usahakan agar pasien

mengerti makanan yang

boleh dan tidak boleh

dikonsumsi dan

upayakan bahwa pasien

dapat mengantisipasi

makanan yang tinggi

natrium.

1. Pasien perlu

mengevaluasi kembali

untuk menyesuaikan

obat-obatan.

2. Untuk mencegah

gangguan tidur pada

malam hari.

3. Tidak boleh memakan

makanan yang

mengandung natrium

tinggi untuk

mengontrol retensi

cairan tubuh.

PEMERIKSAAN PENUNJANG PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

EKG (Elektrokardiografi)

Dikerjakan waktu aktifitas sehari-hari 24 jam, waktu istirahat, ataupun waktu

stress.

Pemeriksaan radiologis thorax: Scanning Thalium

Page 17: Materi Tutor Kardio

Pemeriksaan Laboratorium: darah, ekokardiografi, kadar enzim, fungsi ginjal

dan hati.

foto thorax

exercise stress test

pemeriksaan vascularisasi perifer

5. Jelaskan implementasi dan evaluasi pada kasus diatas!

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Gangguan rasa aman

dan nyaman (nyeri)

b/d iskemia akibat

penyambutan arteri

koroner.

1) Mendapatkan

gambaran nyeri klien

secara menyeluruh

yaitu tentang lokasi,

lamanya kualitas dan

kapa terjadi nyeri.

2) Memberikan

lingkungan yang

nyaman dan tenang

3) Mengobservasi TTV

sebelum dan sesudah

pemberian obat-obatan

narkotika.

4) Mengajarkan dan

menganjurkan pada

klien untuk melakukan

teknik relaksasi

misalnya menarik

nafas dalam dan

dikeluarkan secara

perlahan

S:

Pasien merasa nyeri

dada yang mulai di

rasakan saat hendak

tidur.

Nyeri dada sebelah kiri

menjalar keleher dan

punggung.

Nyeri dada seperti di

timpa beban berat.

Nyeri dada sering

hilang timbul sejak 1

tahun SMRS dan

meredah bila

beristirahat.

Nyeri di rasa memberat

sejak 4 jam SMRS

O: Terdapat keringat

dingin.

A:masalah tidak teratasi

P: lanjutkan intervensi

2. Gangguan kesadaran

menurun b/d

1) Memantau TD setiap 4

jam dan status umum

S:

Page 18: Materi Tutor Kardio

hipertensi.

setiap 8 jam.

2) Memosisikan klien

pada posisi semi

fowler.

- Pasien merasa sesak

nafas.

-Dada dirasakan

berdebar – debar.

O:

- Pasien pingsan saat di

bawah ke rumah sakit

A: masalah tidak teratasi

P:lanjutkan intervensi

3. Pola nafas tidak efektif

b/d nyeri atau

kelemahan otot.

1) . Menganjurkan klien

bernafas dalam

2) Mempertahankan klien

dalam posisi semi

fowler.

3) Memberikan oksigen

tambahan sesuai

dengan indikasi.

4) Mendorong perubahan

posisi sering.

S:

-Pasien merasa sesak

nafas

O:

Pasien pingsan saat di

bawah ke rumah sakit.

A: masalah belum teratasi

P:lanjutkan intervensi

4. Edema b/d intek cairan

dan sodium.

1) Mempertahankan klien

dalam posisi semi

fowler.

2) Melakukan terapi IV

yang ditentukan.

3) Memberikan diuretik

untuk meningkatkan

pengeluara.

4) Membatasi masukan

cairan.

S:-

O:

Muka bengkak dan Sesak

nafas.

A:masalah belum teratasi

P:intervensi di lanjutkan

Page 19: Materi Tutor Kardio

5. Kurang pengetahuan

terhadap kesehatan b/d

kurangnya

pengetahuan dan tidak

teraturnya minum obat

1) Mengajarkan klien

untuk berkonsultasi

dengan dokter jika

terdapat tanda dan

gejala gagal jantung.

2) Menganjurkan klien

untuk meminum

diuretik pada pagi hari.

3) Mengusahakan agar

pasien mengerti

makanan yang boleh

dan tidak boleh

dikonsumsi dan

upayakan bahwa

pasien dapat

mengantisipasi

makanan yang tinggi

natrium.

S:

O:

Diberikan obat captopril

3X25 mg,simart 2 1X1,

aldecto 1X25 mg, lasix

1X1, ascardia 1X1.

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intevensi

Rencana pendidikan/edukasi yang di berikan sesuai kasus di atas:

1. Memberikan pemahaman pengertian panyakit jantung koroner Jantung koroner adalah Penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh yang diikuti oleh penebalan dan kekakuan pembuluh tersebut

2. Gejala penyakit jantung koroner Tidak ada gejala Sakit dada sebelah kiri (kdg menjalar keleher dan lengan kiri) Sesak Napas/Payah Jantung Perasaan denyut jantung tidak teratur Mati Mendadak

3. Siapa saja yang mudah terkena ppenyakit jantung koroner Hipertensi Diabetes melitus

Page 20: Materi Tutor Kardio

Kencing manis obesitas

4. Aktivitas/latihan Pola istirahat tidur yang teratur Pola makan dan minum teratur Pemberian teknik relaksase, masase, dan distraksi

5. Pola makanMemperhatikan pemenuhan nutrisi dan cairan mengurangi komsumsi natrium dan makanan yang mengandung kolestrol

6. Stress Kebanyakan berfikir

Komplikasi penyakit

Faktor lingkungan dan ekonomi

Faktor keluarga

Page 21: Materi Tutor Kardio

TUTORIAL III (STENOSIS AORTA)

KASUS:

Tn.S,58 tahun.MRS 10 menit yang lalu karena tiba-tiba pingsan.Anak klien mengatakan

ayahnya tiba-iba pingsan saat menerima kabar bahwa anak bungsunya yang kuliah di,luar negeri

akan pulang minggu depan.Setelah siuman, klien mengeluh nyeri dada,tepatnya dibawah tulang

dada.Klien mengatakan sering mengalami nyeri dada namun nyerinya reda saat beristirahat

sehingga dianggap tidak berbahaya.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan TTV: TD : 130/90 mmHg, N:80X/menit, S:370C,

P:28Xmenit.

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta,

yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke

aorta (Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516). 

Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve).

Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada

penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan

untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan

persoalan-persoalan jantung berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187). 

Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.

Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal

sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan

normal, katup aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga

darah bisa melewatinya.

Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga

lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri

harus memompa lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta.

Page 22: Materi Tutor Kardio

2. Etiologi

Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah

masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun

yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal

dengan demam rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :

a. Kelainan kongenital

Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta .

sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya

mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta

dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti

sampai  ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga

membutuhkan penanganan medis.

b. Penumpukan kalsium pada daun katup

Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi

katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring

dengan aliran darah yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi

kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada

katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasla dari proses

kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun, namun gejalanya beru timbul

saat klien berusia 70 tahun.

c. Demam rheumatik

Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau

bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya

kuman datau bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta

maka terjadilah kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat

menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan

stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu

katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan katup jantung dapat berupa

ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya.

3. Patofisiologi/penyimpangan KDM

Page 23: Materi Tutor Kardio

Stenosis katub aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel kiri dan aorta. Pada

orang dewasa stenosis biasa merupakan kelainan bawaan atau dapat sebagai akibat dari

endokarditis remaitik atau kalsifikasi kuspis dengan penyebab yang tidak di ketahui

penyempitan terjadi secara progresif selama beberapa tahun atau beberapa puluh

tahun.

Bilah-bilah katup aorta saling menempel dan menutup sebagian lumen diantara jantung

dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih

lambat tapi dengan energy yang lebih besar dari normal, mendorong darah melalui

lumen yang sangat sempit. Mekanisme kompensasi jantung mulai agal dan muncullah

tanda-tanda klinis.

Obstruksi jalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan ke ventrikel kiri, yang

mengakibatkan penebalan dinding otot. Otot jantung menebal (hipertrofi) sebagai respon

terhadap besarnya obstruksi; terjadilah gagal jantung bila obstruksinya terlalu berat.

Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta

yang dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto toraks dan enongkatan Peptida

Natriuretik. Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung.

Deposisi kolagen akan menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi

diastolik. Setelah penebalan miokard maksimal, maka wall stress tidak lagi

dinormalisasi sehingga terjadi peninggian tekanan diastolic ventrikel kiri menghasilkan

penurunan fraksi ejeksi dan penurunan curah jantung yang disebut sebagai disfungsi

sistolik

4. Manifestasi klinik

Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari

stenosis katup aorta berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi

katup aorta terjadi secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan

jantung telah dapat mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi

klinis dari stenosis katup aorta :

a. Nyeri dada

Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada

setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis.

b. Pingsan (syncope)

Page 24: Materi Tutor Kardio

Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan

dengan pengerahan tenaga atau kegembiraan.

c. Sesak napas

Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia

mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang

ekstrim dari aortic stenosis.

5. Pemeriksaan penunjang

a. Electrocardiogram (EKG): EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik

jantung. Pola-pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang

menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadian-kejadian yang

jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.

b. Chest x-ray: chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung

yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir,

cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-

daerah paru bagian atas seringkali terlihat.

c. Echocardiography: Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang

ultrasound untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung,

klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-

invasive yang berguna, yang membntu dokter-dokter mendiagnosa penyakit klep

aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan

kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan

kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat

digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan

untuk menaksir area klep aortic.

d. Cardiac catheterization : Cardiac catheterization adalah standar emas dalam

mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters)

dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama

tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic. Kecepatan dari aliran darah

diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter khusus.

Page 25: Materi Tutor Kardio

6. Penatalaksanaan

Terapi Umum:

a. Istirahat

Mengobati penyakit dasarnya

Terapi gagal jantung dan angina

Menghindari latihan berat.

b. Diet

c. Medikamentosa

Obat pertama :

Digoksin

Antibiotik

d. Operasi

Pergantian katup

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Identitas klien

Nama : Tn. S

Umur : 58 thn

Jenis kelamin : Laki-laki

Status kesehatan saat ini

Terdapat nyeri dada tepatnya dibawah tulang dada

Klasifikasi Data

1. Data Subjektif (DS)

Klien mengeluh nyeri dada, dibawah tulang dada

Klien mengatakan sering mengalami nyeri dada namun nyerinya redah setelah

beristirahat

2. Data Objektif (DO)

Klien tampak nyeri

Klien tampak meringis

Page 26: Materi Tutor Kardio

Analisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

Data Subjektif (DS):

Klien mengeluh nyeri

dada, dibawah tulang

dada

Klien mengatakan sering

mengalami nyeri dada

namun nyerinya redah

setelah beristirahat

Data Objektif (DO):

Klien tampak nyeri

Klien tampak meringis

Penurunan curah jantung

Kelelahan

Nyeri

Nyeri

2. DIAGNOSA

D. Nyeri dada b/d ketidakseimbangan suplai darah ke miokardium akibat sekunder dari

aliran darah yang menurun pada arteri koroner.

E. Pola napas tidak efektif b/d perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan

interstitial akibat sekunder dari edema paru

F. Perubahan perfusi jaringan yang b/d penurunan cardiac output sekunder.

G.Ansietas b/d prognosa penyakit jantung.

3. INTERVENSI

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

a. Nyeri dada b/d

ketidakseimbangan

suplai darah ke

miokardium akibat

1. Catat karakteristik nyeri, lokasi, lamanya, dan penyebaran .

2. Lakukan manajemen nyeri keperawatan:

1. Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian

2. Posisi fisiologis akan meningkatkan suplai

Page 27: Materi Tutor Kardio

sekunder dari aliran

darah yang menurun

pada arteri koroner.

A. Atur posisi fisiologis.

3. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai dengan indikasi.

4. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri

oksigen ke jaringan yang mengalami iskemi.

3. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan akibat sekunder dari iskemik.

4. Menurunkan stimulus internal

b. Pola napas tidak

efektif b/d perubahan

membran kapiler

alveoli dan retensi

cairan interstitial

akibat sekunder dari

edema paru

1. Auskultasi bunyi napas (crackles)

2. Ukur intake dan output cairan

1. Indikasi adanya edema paru; sekunder akibat dekompensasi jantung

2. Penurunan curah jantung mengakibatkan tidak efektifnya perfusi ginjal, retensi natrium/ cairan, dan penurunan output urine

c. Perubahan perfusi

jaringan yang b/d

penurunan cardiac

output sekunder.

1. Evaluasi tanda-tanda vital.

2. Evaluasi bunyi jantung,

pericardial friction rub,

CVP.

3. Observasi tanda dan gejala

yang mungkin merupakan

indikasi berkembangnya

kegagalan.

1. Indikasi menunjukkan

adanya tanda- tanda

penyakit timbul kembali,

missal: RR meningkat/

menurun, TD render

atau tinggi,dan lain- lain.

2. Indikasi menunjukkan

adanya bunyi jantung

yang tidak normal yang

bias menandakan adnya

kelainan.

3. Mencegah penyakit

memburuk.

Page 28: Materi Tutor Kardio

d. Ansietas

berhubungan dengan

prognosa penyakit

jantung.

1. Pantau respon fisik:contoh

palpitasi, takikardi,gerakan

berulang

2. Berikan tindakan

kenyamanan

3. Koordinasikan waktu

istirahat dan aktivitas saat

senggang tepat untuk

kondisi

4. Dorong ventilasi perasaan

tentang penyakit efeknya

terhadap pola hidup dan

status kesehatan akan datang

5. Anjurkan pasien melakukan

teknik relaksasi

1. Mengetahui klien dalam

keadaan normal atau

tidak.

2. mengurangi kecemasan

klien yang berhubungan

dengan penyakitnya.

3. Dengan memanajemen

waktu dengan baik,

kondisi klien bisa fit saat

beraktivitas.

4. memantau kondisi

psikologis klien.

5. Mengetahui klien dalam

keadaan stress atau tidak

agar koping klien efektif

Page 29: Materi Tutor Kardio

4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

a. Nyeri dada b/d

ketidakseimban

gan suplai darah

ke miokardium

akibat sekunder

dari aliran darah

yang menurun

pada arteri

koroner.

1. Mencatat karakteristik nyeri, lokasi,

lamanya, dan penyebaran .

2. Melakukan manajemen nyeri

keperawatan:

Mengatur posisi fisiologis.

3. Memberikan oksigen tambahan

dengan kanula nasal atau masker

sesuai dengan indikasi.

4. Mengajarkan teknik distraksi pada

saat nyeri

S:Anak klien

mengatakan

ayahnya tiba-tiba

pingsan

O:Klien tiba-tiba

pingsan

Pemeriksaan fisik:

TTV :

TD : 130/80 mmHg

N : 80x/menit

S : 37 C

P : 28x/menit

A:masalah belum

teratasi

P: lanjutkan

intervensi

b. Pola napas tidak

efektif b/d

perubahan

membran

kapiler alveoli

dan retensi

cairan

interstitial

1. Auskultasi bunyi napas (crackles)

2. Mengukur intake dan output cairan

S: Klien mengeluh

nyeri dada

O:-

A: masalah belum

teratasi

P: lanjutkan

intervensi

Page 30: Materi Tutor Kardio

akibat sekunder

dari edema paru

c. Perubahan

perfusi jaringan

yang b/d

penurunan

cardiac output

sekunder.

1. Evaluasi tanda-tanda vital.

2. Mengevaluasi bunyi jantung,

pericardial friction rub, CVP.

3. Mengobservasi tanda dan gejala

yang mungkin merupakan indikasi

berkembangnya kegagalan.

S: Klien mengatakan

sering mengalami

nyeri dada.

O:-

A: masalah tidak

teratasi

P:lanjutkan

intervensi

d. Ansietas

berhubungan

dengan

prognosa

penyakit

jantung.

1. Memantau respon fisik:contoh

palpitasi, takikardi,gerakan berulang

2. Memberikan tindakan kenyamanan

3. Mengkoordinasikan waktu istirahat

dan aktivitas saat senggang tepat

untuk kondisi .

4. Mendorong ventilasi perasaan tentang

penyakit efeknya terhadap pola hidup

dan status kesehatan akan datang

5. Menganjurkan pasien melakukan

teknik relaksasi

Page 31: Materi Tutor Kardio

TUTORIAL IV(VARISES VENA)KASUS:

Ny.M 28 tahun, sedang hamil 7 bulan MRS dengan keluhan nyeri dan tegang pada extremitas

bagian kanan bawah, kram otot dan lebih terjadi pada malam hari, kelelahan otot extremitas

kanan bawah, tampak edema pada tumit, tampak pembesaran vena pda beti. Klien mengatakan

keluhan-keluhan tersebut dirasakan sejak bulan ke-5 kehamilannya.Pemeriksaan TTV:

TD:120/80 mmHg, N: 80Xmenit, P:26Xmenit,Respirasi right:26X menit.

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian

Varises adalah vena normal yang mengalami dilatasi akibat pengaruh peningkatanan

tekanan vena. Varises ini merupakan suatu manifestasi yang dari sindrom insufiensi

vena dimana pada sindrom ini aliran darah dalam vena mengalami arah aliran retrograde

atau aliran balik menuju tungkai yang kemudian mengalami kongesti.

2. Etiologi

Berbagai faktor intrinsik berupa kondisi patologis dan ekstriksi yaitu faktorlingkungan

bergabung menciptakan spektrum yang luas dari penyakit vena. Penyebab terbanyak dari

varises vena adalah oleh karena peningkatan tekanan vena superfisialis, namun pada

beberapa penderita pembentukan varises vena ini sudah terjadi saat lahir dimana sudah

terjadi kelenahan pada dinding pembuluh darah vena walaupun tidak adanya peningkatan

tekanan vena. Pada pasien ini juga didapatkan distensi abnormal vena di lengan dan

tangan.

Umur merupakan faktor risiko independen dari varises. Umur tua terjadi atropi pada

lamina elastis dari pembuluh darah vena dan terjadi degenerasi lapisan otot polos

Page 32: Materi Tutor Kardio

meninggalkan kelemahan pada vena sehingga meningkatkan kerentanan mengalami

dilatasi.

Varises vena juga dapat terjadi apabila penekanan akibat adanya obstruksi. Obstruksi

akan menciptakan jalur baypass yang penting dalam aliran darah vena ke sirkulasi

sentral, maka dalam keadaan vena yang mengalami varises tidah dianjurkan untuk di

ablasi.

3. Patofisiologi/penyimpangan KDM

Biasanya kerusakan diakibatkan kerena adanya suatu hambatan aliran darah dan tekanan

hidrostatik yang terlau besar. Kegagalan katup pada vena superfisal paling umum

disebabkan oleh karena peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah oleh adanya

insufisiensi vena. Penyebab lain yang mungkin dapat memicu kegagalan katup vena

yaitu adanya trauma langsung pada vena adanya kelainan katup karena thrombosis. Bila

vena superficial ini terpapar dengan adanya tekanan tinggi dalam pembuluh darah ,

pembuluh vena ini akan mengalami dilatasi yang kemudian terus membesar sampai

katup vena satu sama lain tidak dapat saling betemu.

Varises vena pada kehamilan paling sering disebabkan oleh karena adanya perubahan

hormonal yang menyebabkan dinding pembuluh darah dan katupnya menjadi lebih

lunak dan lentur, namun bila terbentuk bvarises selama kehamilan hal ini memerlukan

evaluasi lebih lanjut untuk menyingkir adanya kemungkinan disebabkan oleh keadaan

DVT akut.

Kerusakan yang terjadi akibat insufisiensi vena berhubungan dengan tekanan vena dan

volume darah vena yang melewati katup yang inkompeten. Sayangnya penampilan dan

ukuran dari varies yang terlihat tidak mencerminkan keadaan volume atau tekanan vena

yang sesungguhnya. Vena yang terletak dibawah fasia atau terletak subkutan dapat

mengangkut darah dalam jumlah besar tanpa terlihat ke permukaan. Sebaliknya

peningkatan tekanan tidak terlalu besar akhirnya dapat menyebabkan dilatasi yang

berlebihan.

4. Manifestasi klinik

a. Nyeri dan nyeri tekan pada daerah yang terkena

b. Edema unilateral atau bilateral apabila yang terkena vena kava

c. Ada kemerah-merahan dan teraba panas

Page 33: Materi Tutor Kardio

d. Temperatur meningkat, tetapi tidak tinggi

e. Kurang dari 20% dari pasien menunjukkan tanda homan ( rasa nyeri pada betis bila

dorsofleksi kaki )

Faktor resiko trombosis vena profunda : 1) Umur ( diatas 40 tahun )

2) Gender ( lebig sering ditemukan pada wanita )

3) Immobilitas/statis

a. Pembedahan, istirahat, baring, kelumpuhan

b. Terlalu banyak duduk atau berdiri

c. Obesitas, kehamilan

4) Meningkatnya viskositas darah

a. Dehidrasi, temperatur meningkat

b. Polisitemia vena

5) Kerusakan pada intima

a. Kateter intravena ( sentral dan perifer )

b. Penyalahgunaan obat-obat intravena

6) Trauma

a. Fraktur terutama pelvis dan tulang-tulang panjang

b. Luka bakar

7) Kontrasepsi oral ( estrogen dalam pil )

5. Pemeriksaan penunjang

1) Manuver Perthes

Manuver Perthes adalah sebuah teknik untuk membedakan antara aliran darah

retrograde dengan aliran darah antegrade. Aliran antergrade dalam system vena

yang mengalami varises menunjukkan suatu jalur bypass karena adanya obstruksi

vena profunda. Hal ini penting karena apabila aliran darah pada vena profunda tidak

lancar, aliran bypass ini penting untuk menjaga volume aliran darah balik vena ke

jantung sehingga tidak memerlukan terapi pembedahan maupun skeroterapi.

Untuk melakukan manuver ini pertama dipasang sebuah Penrose tourniquet atau diikat di

bagian proksimal tungkai yang mengalami varises. Pemasangan tourniquet ini bertujuan

untuk menekan vena superficial saja. Selanjutnya pasien disuruh untuk berjalan atau

Page 34: Materi Tutor Kardio

berdiri sambil menggerakkan pergelangan kaki agar sistem pompa otot menjadi aktif.

Pada keadaan normal aktifitas pompa otot ini akan menyebabkan darah dalam vena yang

mengalami varises menjadi berkurang, namun adanya obstruksi pada vena profunda akan

mengakibatkan vena superficial menjadi lebih lebar dan distesi.

2) Perthes positif apabila varises menjadi lebih lebar dan kemudian pasien diposisikan

dengan tungkai diangkat (test Linton) dengan tourniquet terpasang. Obstruksi pada

vena profunda ditemukan apabila setelah tungkai diangkat, vena yang melebar tidak

dapat kembali ke ukuran semula.

3) Tes Trendelenburg

Tes Trendelenburg sering dapat membedakan antara pasien dengan refluks vena

superficial dengan pasien dengan inkopetensi katup vena profunda. Tes ini

dilakukan dengan cara mengangkat tungkai dimana sebelumnya dilakukan

pengikatan pada paha sampai vena yang mengalami varises kolaps. Kemudian

pasien disuruh untuk berdiri dengan ikatan tetap tidak dilepaskan. Interpretasinya

adalah apabila varises yang tadinya telah kolaps tetap kolaps atau melebar secara

perlahan-lahan berarti adanya suatu inkopenten pada vena superfisal, namun apabila

vena tersebut terisi atau melebar dengan cepat adannya inkopensi pada katup vena

yang lebih tinggi atau adanya kelainan katup lainnya.

4) . Auskultasi menggunakan Doppler

Pemeriksaan menggunakan Doppler digunakan untuk mengetahui arah aliran darah

vena yang mengalmi varises, baik itu aliran retrograde, antegrade, atau aliran dari

mana atau ke mana. Probe dari dopple ini diletakkan pada vena kemudian dilakukan

penekanan pada vena disisi lainnya. Penekanan akan menyebabkan adanya aliran

sesuai dengan arah dari katup vena yang kemudian menyebabkan adanya perubahan

suara yang ditangkap oleh probe Doppler. Pelepasan dari penekanan vena tadi akan

menyebabkan aliran berlawanan arah akut. Normalnya bila katup berfungsi normal

tidak akan ada aliran berlawanan arah katup saat penekanan dilepaskan, akhirnya

tidak aka nada suara yang terdengar dari Doppler.

5) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium saat ini kurang begitu bermanfaat dalam menegakkan

diagnosis atau terapi varises vena.

Page 35: Materi Tutor Kardio

6) Pemeriksaan Imaging

Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi dan

memetakan seluruh area yang mengalami obstruksi dan refluks dalam system vena

superficial dan system vena profunda. Pemeriksaan yang dapat dialkukan yaitu

venografi dengan kontras, MRI, dan USG color-flow dupleks. USG dupleks

merupakan pemeriksaan imaging standar yang digunakan untuk diagnosis sindrom

insufisiensi vasirses dan untuk perencanaan terapi serta pemetaan preoperasi. Color-

flow USG (USG tripleks) digunakan untuk mengetahui keadaan aliran darah dalam

vena menggunakan pewarnaan yang berbeda.

Pemeriksaan yang paling sensitive dan spesifik yaitu menggunakan Magnetic

Resonance venography (MRV) digunakan untuk pemeriksaan kelainan pada sistem

vena profunda dan vena superficial pada tungkai bawah dan pelvis. MRV juga

dapat mengetahui adanya kelainan nonvaskuler yang menyebabkan nyeri dan

edema pada tungkai. Venografi dengan kontras merupakan teknik pemeriksaan

invasive. Saat ini venografi sudah mulai ditinggalkan dan digantikan dengan

pemeriksaan USG dupleks sebagai pemeriksaan rutin penyakit vena. Sekitar 15 %

pasien yang dilakukan pemeriksaan venografi ditemukan adanya DVT dan

pembentukan trombosisi baru setelah pemberian kontras.

6. Penatalaksanaan

a. Terapi Non Operatif

Kaus Kaki Kompresi (Stocking)

Kaus kaki kompresi membantu memperbaiki gejala dan keadaan hemodinamik

pasien dengan varises vena dan mengilangkan edema. Kaus kaki dengan tekanan

20-30 mmHg (grade II) memberikan hasil yang maksimal. Pada penelitian

didapatkan sekitar 37-47 % pasien yang menggunakan kaus kaki ini selama 1

tahun setelah menderita DVT mencegah terjadi ulkus pada kaki. Kekurangan

menggunakan kaos kaki ini adalah dari segi harga yang relatif mahal, kurangnya

pendidikan pasien, dan kosmetik yang kurang baik. Pada penelitian randomize

controlled trial compression menggunakan stoking (grade I dan II) dibandingkan

dengan kontrol penggunaan kaus kaki ini mengurangi terjadinya refluks VSM dan

Page 36: Materi Tutor Kardio

mengurangi keluhan dan gejala varises pada wanita hamil namun tidak ada

perbedaan terhadap pembentukan varises vena.

Skleroterapi

Skleroterapi dilakukan dengan menyuntikkan substansi sklerotan kedalam

pembuluh darah yang abnormal sehingga terjadi destruksi endotel yang diikuti

dengan pembentukan jaringan fibrotik. Sklerotan yang digunakan saat yaitu  ferric

chloride, salin hipertonik, polidocanol, iodine gliserin, dan sodium tetradecyl

sulphate, namun untuk terapi varises vena safena paling umum digunakan saat ini

adalah sodium tetradecyl sulphate dan polidacanol. Kedua bahan ini dipilih

karena sedikit menimbulkan reaksi alergi, efek pada perubahan warna kulit

(penumpukan hemosiderin) yang rendah, dan jarang menimbulkan kerusakan

jaringan apabila terjadi ekstravasasi ke jaringan.

b. Terapi Minimal Invasif

Radiofrekuensi ablasi (RF)

Radiofrekuensi adalah teknik ablasi vena menggunakan kateter radiofrekuensi

yang diletakkan di dalam vena untuk menghangatkan dinding pembuluh darah

dan jaringan sekitar pembuluh darah. Pemanasan ini menyebakan denaturasi

protein, kontraksi kolagen dan penutupan vena. Kateter dimasukkan sampai ujung

aktif kateter berada sedikit sebelah distal SFJ yang dikonfirmasikan dengan

pemeriksaan USG. Ujung kateter menempel pada endotel vena, kemusian energy

radiofrekuensi dihantarkan melalui kateter logam untuk memanaskan pembuluh

darah dan jaringan sekitarnya. Jumlah energy yang diberikan dimonitor melalui

sensor termal yang diletakkan di dalam pembuluh darah. Sensor ini berfungsi

mngatur suhu yang sesui agar ablasi endotel terjadi.

Endovenous Laser Therapy (EVLT)

Salah satu pilihan terapi varises vena yang minimal invasive adalah dengan

Endovenous laset therapy (EVLT). Keuntungan yang didapat menggunakan

pilihan terapi ini adalah dapat dilakukan pada pasien poliklinis di bawah anestesi

local. EVLT yang secara luas digunakan menggunakan daya sebesar 10 14 watt.

Prosedurnya EVLT menggunakan fibre  laser yang dimasukkan ke distal VSM

sampai SFJ dibawah control USG.

Page 37: Materi Tutor Kardio

c. Terapi Pembedahan

Ambualtory phlebectomy (Stab Avulsion)

Teknik yang digunakan adalah teknik Stab-avulsion dengan menghilangkan

segmen varises yang pendek dan vena retikular dengan jalan melakukan insisi

ukuran kecil dan menggunakan kaitan khusus yang dibuat untuk tujuan ini,

prosedur ini dapat digunakan untuk menghilangkan kelompok varises residual

setelah dilakukan sphenectomy.

Saphectomy

Teknik saphenektomi yang paling popular saat ini adalah teknik menggunakan

peralatan stripping internal dan teknik invaginasi dengan jalan membalik

pembuluh darah dan menariknya menggunakan traksi endovenous, teknik

tersebut dapat menurunkan terjadinya cedera pada struktur di

sekitarnya.Gambar 5-6. Untuk menghilangkan VSM, sebuah insisi dibuat 2-3

cm sebelah medial lipatan paha untuk melihat SFJ.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Identitas klien

Nama : Ny. N

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status kesehatan saat ini

Terdapat nyeri dan tegang pada ekstremitas kanan bawah

Terdapat edema pada tumit

Pembesaran vena pada betis

Pengkajian fisik

TD : 120/80 mmHg

N : 80x/ menit

S : 36,5°C

P : 26x/ menit

KLASIFIKASI DATA

Page 38: Materi Tutor Kardio

Data Subjektif (DS)

o Klien mengeluhkan nyeri dan tegang pada ekstremitas kanan bawah

o Klien mengatakan sering mengalami keram otot pada malam hari

o Klien mengeluhkan nyeri sejak bulan ke-5 kehamilannya

Data Objektif (DO)

o Tampak edema pada tumit

o Tampak pembesaran vena pada betis

o Klien tampak nyeri

ANALISA DATA

DATA ETOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN

DS:

Klien mengeluhkan

nyeri dan tegang pada

ekstremitas kanan

bawah.

Klien mengeluhkan

nyeri sejak bulan ke-5

kehamilannya

DO:

Klien tampak nyeri

Tampak pembesaran

vena pada betis

Gangguan katup vena

Katup tidak mampu menutup

dan menahan aliran refluks.

Nyeri

Nyeri

DS:.

Klien mengatakan

sering mengalami

keram otot pada

malam hari

Keram otot

Nyeri Edema

Page 39: Materi Tutor Kardio

DO:

Tampak edema pada

tumit

Edema

2. DIAGNOSA

a. Nyeri b/d iskemia jaringan sekunder

b. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari normal b/d penemuan nutrisi untuk

penyembuhan klien

c. Intoleransi aktivitas b/d kurangnya kesadaran pasien yang menyebabkan keadaan

yang mengalami penurunan

d. Gangguan rasa nyaman b/d pelepasan mediator nyeri yang menyentuh ujung saraf

3. INTERVENSI

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri b/d iskemia jaringan sekunder.

Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.

1. Kaji derajat nyeri. Catat perilaku melindungi ekstremitas.

2. Pertahankan tirah baring selama fase akut.

3. Tinggikan ekstremitas yang sakit.

4. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi.

1. Derajat nyeri secara

langsung berhubungan

dengan luasnya kekurangan

sirkulasi, proses inflamasi.

2. Menurunkan

ketidaknyamanan

sehubungan dengan

kontraksi otot dan gerakan.

3. Mendorong aliran balik vena

untuk memudahkan sirkulasi,

menurunkan pembentukan

statis.

4. Menurunkan/mencegah

kelemahan otot, membantu

meminimalkan spasme otot.

Page 40: Materi Tutor Kardio

5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

5. Mengurangi nyeri dan menurunkan ketegangan otot

2. Gangguan integritas kulit b/d insufisiensi vaskular.

Tujuan : Mempertahankan integritas kulit.

1. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritema, ekskoriasi.

2. Kaji ekstremitas untuk penonjolan vena yang jelas.

3. Ubah posisi secara periodik dan hindari pemijatan pada ekstremitas yang sakit.

4. Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif.

5. Lakukan kompres hangat, basah atau panas pada ekstremitas yang sakit bila diindikasikan..

1. Kondisi kulit dipengaruhi

oleh sirkulasi, nutrisi, dan

imobilisasi. Jaringan dapat

menjadi rapuh dan

cenderung untuk infeksi

dan rusak.

2. Distensi vena superfisial

dapat terjadi pada TVD

karena aliran balik melalui

vena percabangan.

3. Meningkatkan sirkulasi,

pemijatan potensial

memecahkan/

menyebarkan trombus

sehingga menyebabkan

embolus.

4. Meningkatkan sirkulasi

jaringan, mencegah stasis.

5. Meningkatkan vasodilatasi dan aliran balik vena dan perbaikan edema lokal.

3. Gangguan mobilitas fisik b/d keterbatasan aktivitas akibat nyeri.

Tujuan : 

Menunjukkan

teknik/perilaku yang

memungkinkan

melakukan aktivitas.

1. Pertahankan posisi tubuh yang tepat.

2. Perhatikan sirkulasi, gerakan, dan sensasi secara sering.

1. Meningkatkan stabilitas

jaringan (mengurangi risiko

cedera), posisi fungsional

pada ekstremitas.

2. Edema dapat mempengaruhi

sirkulasi pada ekstremitas

sehingga potensial

terjadinya nekrosis jaringan.

Page 41: Materi Tutor Kardio

3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif.

4. Jadwalkan aktivitas dan

perawatan untuk memberikan periode istirahat yang tidak terganggu.

5. Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat pada latihan rentang gerak.

3. Meningkatkan pemeliharaan

fungsi jaringan.

4. Mencegah kelelahan,

mempertahankan kekuatan

dan toleransi pasien

terhadap aktivitas.

5. Memampukan keluarga/orang terdekat untuk aktif dalam perawatan pasien dan memberikan terapi lebih konsisten.

4. Nutrisi

kurang dari

kebutuhan b/d

peningkatan

kebutuhan

metabolik.

Tujuan :

Menunjukkan

peningkatan

masukan makanan,

mempertahankan/

meningkatkan berat

1. Lakukan pengkajian nutrisi

dengan seksama.

2. Berikan makan porsi kecil dan

sering termasuk makanan kering

dan makanan yang menarik

untuk pasien.

3. Berikan diet tinggi

kalori/protein dengan tambahan

vitamin.

4. Anjurkan pembatasan aktivitas

selama fase akut.

5. Konsul dengan ahli diet.

1. Mengidentifikasi

kekurangan/kebutuhan

untuk membantu memilih

intervensi.

2. Tindakan ini dapat

meningkatkan masukan

dan memerlukan lebih

sedikit energi.

3. Membantu memenuhi

kebutuhan metabolisme,

mempertahankan berat

badan dan regenerasi

jaringan.

4. Menurunkan kebutuhan

metabolik untuk mencegah

penurunan kalori dan

simpanan energi.

5. Membantu mengkaji

kebutuhan nutrisi pasien

dalam perubahan

pencernaan dan fungsi

Page 42: Materi Tutor Kardio

usus.

5. Gangguan citra

tubuh b/d varises.

Tujuan :

Peningkatan rasa

percaya diri dalam

kemampuan untuk

menghadapi

penyakit.

1. Dorong pengungkapan

mengenai masalah tentang

proses penyakit, harapan masa

depan.

2. Diskusikan persepsi pasien

mengenai bagaimana orang

terdekat menerima keterbatasan.

3. Akui dan terima perasaan

berduka, bermusuhan,

ketergantungan.

4. Perhatikan perilaku menarik

diri, penggunaan menyangkal

atau terlalu memperhatikan

tubuh/perubahan.

5. Susun batasan pada perilaku

maladaptif. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi perilaku

positif yang dapat membantu

koping.

6. Ikut sertakan pasien dalam

merencanakan perawatan dan

membuat jadwal aktivitas.

1. Berikan kesempatan untuk

mengidentifikasi rasa

takut/kesalahan konsep dan

menghadapinya secara

langsung.

2. Isyarat verbal/nonverbal

orang terdekat dapat

mempunyai pengaruh

mayor pada bagaimana

pasien memandang dirinya.

3. Nyeri konstan akan

melelahkan, dan perasaan

marah dan bermusuhan

umum terjadi.

4. Dapat menunjukkan

emosional ataupun metode

koping maladaptif,

membutuhkan intervensi

lebih lanjut/dukungan

psikologis.

5. Membantu pasien untuk

mempertahankan kontrol

diri, yang dapat

meningkatkan perasaan

harga diri.

6. Meningkatkan perasaan

kompetensi/harga diri,

mendorong kemandirian

dan partisipasi dalam

Page 43: Materi Tutor Kardio

terapi.

4. EVALUASI

1. Nyeri hilang atau terkontrol.

2. Mempertahankan integritas kulit.

3. Menunjukkan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

4. Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat

badan.

5. Peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit.

Page 44: Materi Tutor Kardio

HJ.RISNAWATI

SISTEM KARDIOVASKULER

NAMA DOSEN PEMBIMBING:

1) KRISTA MULYANA,S.Kep.,Ns

2) MIKAWATI RASYD,S.Kp.,M.Kep

3) SITTI SYAMSIAH,S.Kp.,M.Kep

4) EVI LUSIANA,S.Kep.Ns

Page 45: Materi Tutor Kardio

PRODI : S1.KEPERAWATAN

STIKES PANAKUKANG MAKASSAR

ANGKATAN 2011

MINGGU I

ANATOMI DAN FISIOLOGI

KARDIOVASKULER

Page 46: Materi Tutor Kardio

NAMA DOSEN:

MIKAWATI RASYD,S.Kp.,M.Kep

MINGGU II

PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

NAMA DOSEN:

SITTI SYAMSIAH,S.Kp.,M.Kep

Page 47: Materi Tutor Kardio

MINGGU III

PENYAKIT KATUP JANTUNG

NAMA DOSEN:

Page 48: Materi Tutor Kardio

EVI LUSIANA,S.Kep.Ns

MINGGU IV

PENYAKIT PEMBULUH DARAH

NAMA DOSEN:

Page 49: Materi Tutor Kardio

KRISTA MULYANA,S.Kep.,M.Kes