Materi Pembuatan Keputusan Komprehensif

14
PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Pengertian pengambilan keputusan Para individu dalam organisasi membuat keputusan (decision), artinya mereka membuat pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk atau jasa yang ditawarkan, cara terbaik untuk membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang baru. Manajer tingkat menengah dan bawah menentukan jadawal produksi, menyeleksi karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka bekerja. Semakin banyak organisasi memberikan karyawan nonmanajerial otoritas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, maka pengambilan keputusan individual merupakan satu bagian penting dari perilaku organisasi. Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Beberapa pegertian tentang keputusan menurut beberapa tokoh (dhino ambargo: 2) adalah sebagai berikut: Menurut davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajad dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi. Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Claude s. George, jr (2005) menyatakan, proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif.

description

etika bisnis chapter 4

Transcript of Materi Pembuatan Keputusan Komprehensif

PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSANA. Pengertian pengambilan keputusanParaindividu dalam organisasimembuat keputusan(decision), artinya mereka membuat pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncakbertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk atau jasa yang ditawarkan, cara terbaik untuk membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufakturyang baru. Manajer tingkat menengah danbawah menentukan jadawal produksi,menyeleksi karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka bekerja. Semakin banyak organisasi memberikan karyawan nonmanajerial otoritas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, maka pengambilan keputusan individual merupakan satu bagian penting dari perilaku organisasi.Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Beberapa pegertian tentang keputusan menurut beberapa tokoh (dhino ambargo: 2)adalah sebagai berikut: Menurut davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajad dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi. Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Claude s. George, jr (2005) menyatakan, proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif. Horolddan cyril o'donnell (2005) juga berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. Dee ann gullies (1996) menjelaskan definisi pengambilan keputusan sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih sederhana dikemukakan oleh handoko (1997), pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu. Ralp c. Davis dalam imam murtono (2009) menyatakan keputusan dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan pragmatis.Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwapengambilan keputusanini adalahsesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan, seperti; tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif).Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembilan keputusan adalah:1. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;2. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;3. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;4. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;5. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;6. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;7. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;8. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan9. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu akibat adanyareaksiatas sebuah masalah (problem), yang artinya ada ketidaksesuian antara perkara saat ini dan keadaan yang diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative. Namun, berpaling dari hal ini keputusan yang dibuat haruslah keputusan yang baik, rasional, dan mengandung nilai-nilai etis dalam batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu haruslah ada kerangka kerja pengambilan keputusanyang etis atauethical decision making (edm) framework.

B. Perkembangan terkiniSkandal enron, arthur andersen, dan worldcom telah menunjukkan kepada masyarakat luas, runtuhnya pasar modal, dan pada akhirnya sarbanes oxley act 2002, yang membawa reformasi tata kelola yang luas. Skandal-skandal korporasi berikutnya, termasuk adephia, tyco, healthsouth, dan skandal lainnya menyajikan kesadaran publik yang semakin tinggi bahwa para eksekutif dapat membuat keputusan yang lebih baik. Kasus pengadilan berikutnya terkait denda, hukuman penjara, dan penyelesaiannya telah menggaris bawahi kebutuhan akan keputusan untuk menghasilkan tindakan yang legal. Pengadilan pendapat umum juga telah secara kejam berdampak pada perusahaan dan individu yang telah bertindak tidak etis. Kehilangan reputasi akibat tindakan tidak etis atau ilegal telah menyebabkan penurunan pendapatan dan keuntungan, merusak harga saham, dan akhir karir bagi banyak eksekutif meskipun tindakan tersebut belum diinvestigasi secara penuh dan tanggung jawab bagi mereka belum sepenuhnya terbukti.

C. Ethical decision making (edm) frameworkKerangka kerja edm menilai etis atau tidaknya suatu keputusan atau tindakan dengan menguji: Konsekuensi atau kemunculan keuntungan atau biaya bersih Hak dan kewajiban yang terpengaruh Keadilan yang ada Motivasi atau kebajikan yang diharapkanTiga pertimbangan pertama dari empat pertimbangan diatas, yaitu konsekuensialisme, deontologi dan keadilan, diuji dengan menitikberatkan pada dampak suatu keputusan terhadap pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang terpengaruh, yang dikenal dengan analisis dampak pemangku kepentingan. Pertimbangan keempat, motivasi pengambil keputusan, adalah pendekatan yang dikenal dengan etika kebajikan. Keempat pertimbangan harus sungguh-sungguh diuji dan nilai etika yang sesuai harus diterapkan dalam keputusan dan implementasinya jika suatu keputusan atau tindakan dapat dipertahankan secara etis.

D. Pendekatan-pendekatan pengambilan keputusan etis (leonard j brooks: 330)1. Pendekatan filosofiA. Konsekuensialisme,utilitarianisme, atau teleologiPelaku konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, dan karenanya hal ini hanyalah sebagian manfaat dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi. Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka disebut juga teleological.B. DeontologiBerbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya. Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.

C. Virtue ethicsKalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan.

Stakeholder impact analysis alat untuk menilai keputusan dan tindakanSejak berkembangnya konsep utilitarianisme pada 1861, suatu pendekatan yang diterima untuk menilai keputusan dan hasil tindakan adalah dengan mengevaluasi hasil akhir atau konsekuensi dari tindakan, yang secara tradisional didasarkan pada dampak keputusan terhadap kepentingan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Biasanya, dampak ini diukur dari keuntungan atau kerugian yang terjadi, karena keuntungan telah menjadi ukuran keberadaan yang ingin dimaksimalkan oleh pemegang saham. Pandangan tradisional ini sekarang berubah dalam dua jalan. Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham ingin memaksimalkan hanya keuntungan jangka pendek menunjukkan fokus yang terlalu sempit. Kedua, hak dan tuntutan kelompok-kelompok non-pemegang saham, seperti pekerja, konsumen/klien, supplier, pemerhati lingkungan, dan pemerintah yang mempunyai kepentingan dalam keluaran keputusan, atau didalam perusahaan itu sendiri, statusnya diakui dalam pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan modern sekarang akuntabel terhadap pemegang saham dan kelompok non-pemegang saham,yang keduanya menjadi pemangku kepentingan, kepada siapa respon perusahaan ditujukan. Biasanya, maksimalisasi keuntungan dalam jangka waktu lebih dari setahun memerlukan hubungan yang harmonis dengan kelompok pemangku kepentingan dan kepentingannya.

Kepentingan mendasar dari pemangku kepentinganPengambil keputusan mengkonsolidasikan kepentingan kelompok pemangku kepentingan kedalam tiga kepentingan yang umum atau mendasar, yaitu: Kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari keputusan Keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam keuntungan dan beban Keputusan tersebut seharusnya tidak menyinggung hak para pemangku kepentingan, termasuk para pembuat keputusanJadi, keputusan yang ditawarkan dapat dikatakan tidak etis jika keputusan tersebut gagal untuk memberikan keuntungan bersih, tidak adil, atau mengganggu hak para pemangku kepentingan.

Analisis dampak pemangku kepentingan pengambilan keputusan pendekatanBeberapa pendekatan dikembangkan memanfaatkan analisis dampak pemangku kepentingan untuk memberikan bimbingan tentang kepatutan tindakan yang diusulkan untuk pengambil keputusan.Memilih pendekatan yang paling berguna tergantung pada apakah dampak keputusan pendek daripada jangka panjang, melibatkan eksternalitas dan / atau probabilitas, atau mengambil tempat dalam pengaturan perusahaan.Pendekatan dapat digabung disesuaikan untuk mengatasi situasi tertentu.Analisis etis yang komprehensif melebihi model tucker, velasquez, dan pastin dikembangkan untuk menggabungkan penilaian dari motivasi, kebajikan, dan karakter sifat dipamerkan dibandingkan dengan yang diharapkan oleh stakeholder.2. Pendekatan 5 pertanyaanKerangka5-pertanyaan adalah pendekatan berguna untuk pertimbangan tertib masalah tanpa banyak eksternalitas dan di mana fokus khusus yang diinginkan oleh perancang proses pengambilan untuk pengobatan yang diperluas dari pendekatan ini.Pendekatan 5 pertanyaan opsional dirancang untuk memfokuskan proses pengambilan keputusan pada relevansi isu tertentu untuk organisasiatau pengambil keputusan yang terlibat.

3. Pendekatan standar moralPendekatan standar moral untuk analisis dampak stakeholder yang dibangun langsung pada tiga kepentingan mendasar dari stakeholder. Hal ini agak lebih umum dalam fokus dari pendekatan 5-pertanyaan, dan memimpin pengambil keputusan untuk analisis yang lebih luas berdasarkan keuntungan bersih bukan hanya profitabilitas sebagai tantangan pertama dari keputusan yang diusulkan. Akibatnya, ia menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok untuk pertimbangan keputusan yang memiliki dampak signifikan di luar korporasi dari kerangka kerja 4-pertanyaan.Pertanyaan berfokus pada keadilan distributif, atau keadilan, ditangani dengan cara yang sama seperti dalam pendekatan 5-pertanyaan.Moral standardQuestion of proposed decision

Bermanfaat

Maximaize bersih manfaat bagi masyarakat secara keseluruhanApakah tindakan memaksimalkan manfaat sosial dan meminimalkan cedera social

Hak-hak individual

Menghormati dan melindungiAdalah section yang konsisten dengan hak setiap orang?

Keadilan

Distribusi manfaat yang adil dan bebanAkan memimpin untuk ajust distribusi manfaat dan beban?

Semua standar moral harus diterapkan ada: tidak ada adalah tes cukup dengan itu sendiri

4. Pendekatan pastinpastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi. Sayangnya, hal ini dapat menyebabkan pemecatan seorang karyawan yang bertindak tanpa pemahamanaturan dasar etika baik dari organisasi pengusaha yang terlibat. Dalam rangka untuk memahami aturan dasar yang berlaku untuk benar mengukur komitmen organisasi untuk proposal dan untuk melindungi pembuat keputusan. Pastin menunjukkan bahwa pemeriksaan keputusan masa lalu atau tindakan dibuat. Ia menyebut ini pendekatan reverse engineering keputusan, karena upaya ini dilakukan untuk mengambil keputusan masa lalu terpisah untuk melihat bagaimana dan mengapa mereka dibuat. Pastin menunjukkan bahwa orang sering dijaga (secara sukarela atau tanpa sadar) tentang mengekspresikan nilai-nilai mereka, dan bahwa reverse engineering menawarkan cara untuk melihat, melalui tindakan masa lalu, apa nilai-nilai mereka.pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi.

Memperluas dan pencampuran pendekatanDari waktu ke waktu, masalah etika akan naik yang tidak cocok dengan sempurna ke salah satu pendekatan yang dijelaskan. Untuk eksistensi, masalah yang diangkat oleh suatu masalah etika dapat diperiksa dengan pendekatan 5-pertanyaan, mengharapkan bahwa ada dampak jangka panjang yang signifikan atau eksternalitas yang panggilan untuk analisis biaya-manfaat daripada profitability sebagai pertanyaan tingkat pertama. Untungnya, biaya-manfaat analisis dapat diganti atau ditambahkan ke pendekatan untuk memperkayanya. Demikian pula, konsep dasar etika aturan dapat dicangkokkan ke pendekatan non-pastin, jika diperlukan dalam keputusan yang berhubungan dengan pengaturan di dalam perusahaan. Perawatan harus diambil ketika memperluas dan blending pendekatan, bagaimanapun, untuk memastikan thet setiap bidang baik offness, keadilan, dan dampak pada hak-hak individu diperiksa dalam analisis keputusan-lain komprehensif terakhir mungkin rusak.

Mengintegrasikan pendekatan dampak analisis filosofis dan stakeholderPendekatan-konsekuensialisme filosofis, deontologi, dan kebajikan-etika yang dikembangkan pada awal bab mendasari, dan harus disimpan dalam pikiran untuk menginformasikan dan memperkaya, analisis bila menggunakan pendekatan tiga pemangku kepentingan dampak. Pada gilirannya, dampak pemangku kepentingan analisis pendekatan yang digunakan harus memberikan pemahaman tentang fakta, hak, kewajiban, dan keadilan yang terlibat dalam keputusan atau tindakan yang aseential ke analisis etis yang tepat dari motivasi, vitues, dan karakter yang diharapkan. Akibatnya, dalam analisis, efektif komprehensif dari ethicality dari keputusan atau tindakan yang diusulkan, pendekatan-pendekatan filosofis tradisional harus menambah model stakeholder dan sebaliknya.Menilai motivasi, dan kebajikan yang diharapkan dan karakterSebagaimana dicatat sebelumnya, suatu analisis etis yang komprehensif harus melampaui tucker, velasques, dan model pastin untuk memasukkan penilaian motivasi, kebajikan, dan karakter yang terlibat dibandingkan dengan yang diharapkan oleh stakeholder. Kebajikan harapan, bagaimanapun, belum secara luas diakui sebagai penting dalam analisis stakeholder, sebagai skandal terakhir menunjukkan mereka harus. Keputusan yang dibuat oleh eksekutif perusahaan dan oleh akuntan dan pengacara yang terlibat dalam enron, arthur andersen, worldcom, tyco, adephia, dan lain-lain telah menunjukkan bahwa para pengambil keputusan banyak yang gagal untuk hidup sampai dengan harapan para pemangku kepentingan. Beberapa termotivasi akan keserakahan, bukan oleh kepentingan enlighteded berfokus pada kebaikan semua. Lain pergi bersama dengan keputusan etis karena mereka tidak mengakui bahwa mereka diharapkan untuk berperilaku berbeda dan memiliki kewajiban untuk melakukannya.Beberapa beralasan bahwa karena semua orang sedang melakukan sesuatu yang mirip, bagaimana bisa salah? Mereka lupa untuk mempertimbangkan cukup kebajikan (dan kewajiban) mereka diharapkan untuk menunjukkan. Apabila suatu kewajiban fidusia telah memiliki masa depan kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, keutamaan sifat-karakter yang diharapkan seperti integritas, profesionalisme, keberanian, dan sebagainya-tidak cukup diperhitungkan. Oleh karena itu akan bijaksana untuk includde penilaian harapan etika moralitas sebagai langkah yang terpisah dalam setiap proses edm untuk memperkuat sistem pemerintahan dan penjaga terhadap keputusan etis.

G. Pengembangan tindakan lebih etisPerbaikan yang berulang adalah salah satu keuntungan menggunakan kerangka yang diusulkan edm. Menggunakan set pendekatan filosofis, 5 - pendekatan pertanyaan, standard moral, pastin, atau pendekatan yang umum memungkinkan aspek etis dari keputusan untuk diidentifikasi, dan kemudian dimodifikasi untuk meningkatkan interatively dampak keseluruhan dari keputusan. Sebagai contoh, jika keputusan itu diharapkan tidak adil kepada kelompok stakeholder tertentu, mungkin keputusan dapat diubah dengan meningkatkan kompensasi untuk kelompok itu, atau dengan menghilangkan atau mengganti tindakan. Pada akhir setiap pendekatan edm, harus ada khusus untuk solusi saling menguntungkan. Proses ini melibatkan latihan imajinasi moral.Kadang-kadang, direktur, eksekutif, atau profesional akuntan akan kesulitan mengambil keputusan karena kompleksitas analisis atau ketidakmampuan untuk menentukan pilihan yang terbaik karena ragu ragu, terbentur waktu atau alasan lain. Herbert simon__memberikan konsep untuk memecahkan masalah ini. Dia berargumen bahwa seseorang "seharusnya tidak membiarkan kesempurnaan menjadi musuh dari kebaikan"---- perbaikan iteratif sampai tidak ada kemajuan lebih lanjut dapat dibuat untuk menghasilkan solusi yang harus dipertimbangkan cukup baik dan bahkan pada titik optimal dalam waktu.

Kebiasan yang keliru pada para pembuat keputusan : Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan kepentingan pemegang saham.Seringkali, dampak yang paling signifikan (pemegang saham, pemegang saham) dari suatu tindakan yang diusulkan adalah mereka bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan nonshareholder stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap pemegang saham menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini adalah untuk memastikan cakrawala waktu yang cukup untuk analisis, dan untuk mempertimbangkan eksternalitas akun berdasarkan biaya-manfaat, meskipun dampaknya diukur awalnya oleh sekelompok nonshareholder. Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan pemegang sahamSeringkali, dampak yang paling signifikan (pemegang saham, pemegang saham) dari suatu tindakan yang diusulkan adalah mereka bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan nonshareholder stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap pemegang saham menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini adalah untuk memastikan cakrawala waktu yang cukup untuk analisis, dan untuk mempertimbangkan eksternalitas akun berdasarkan biaya-manfaat, meskipun dampaknya diukur awalnya oleh sekelompok nonshareholder. Berfokus hanya pada legalitasBanyak manajer yang hanya peduli dengan apakah suatu tindakan sesuai dengan aturan. Hukum, beranggapan bahwa"jika itu sesuai aturan hukum, berarti tindakannya etis." Keadilan yang terbatasKadang-kadang pengambil keputusan bersikap adil hanya untuk kelompok yang disukai. Dan mereka tak punya kemampuan mengendalikan opini umum dan ujung ujungnyamembayar untuk mengawasi mereka. Banyak eksekutif telah menunda masalah danmengabaikan atas resiko. Cara yang terbaik untuk menjamin suatu keputusan itu etis bila berlaku adil untuk semua pemangku kepentingan. Pembatasan hak yang telitiPengambil keputusan seharusnya meneliti dampak terhadap hak seluruh pemangku kepentingan. Konflik kepentinganPerkiraan/prasangkabukan satu-satunya alasan untuk menunjukkan penilaian tindakan yang diusulkan. Penghakiman dapat diliputi oleh konflik kepentingan - kepentingan pribadi dari pembuat keputusan terhadap kepentingan terbaik perusahaan, atau sekelompok pengambilan keputusan adalah penyimpanganterhadap kepentingan terbaik perusahaan Keterkaitan pemangku kepentinganSeringkali pembuat keputusan gagal mengantisipasi bahwa apa yang mereka putuskan untuk satu kelompok akan mempengaruhi kelompok yang lain. Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok stakeholderKebutuhan untuk mengidentifikasi semua stakeholder dan kelompok kepentingan sebelum mengevaluasi dampak dari masing-masing bukti diri. Namun, ini merupakan langkah yang diambil untuk diberikan berulang kali, dengan hasil bahwa isu-isu penting tidak diketahui. Sebuah pendekatan yang berguna untuk membantu masalah ini adalah untuk berspekulasi tentang bagaimana buruk itu bisa pergi dari tindakan yang diusulkan dan mencoba untuk menilai bagaimana media bereaksi. Hal ini sering mengarah pada identifikasi kelompok yang paling rentan stakeholder. Kegagalan memberi peringkat pada kepentingan stakeholderKecenderungan untuk memperlakukan semua kepentingan stakeholders sama tingkat pentingnya. Namun, seringmemperlakukan kepentingan yang mendesak yang paling penting. Mengabaikan ini tidak benar dan dapat menyebabkan keputusan kurang optimal dan tidak etis. Meninggalkan kebaikan, kejujuran dan hak.Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa keputusan etis yang komprehensif tidak bisa dilakukan jika salah satu dari tiga aspek terlupakan. Kegagalan mempertimbangkan motivasi untuk sebuah keputusanSelama bertahun-tahun, pengusaha dan profesional yang tidak peduli tentang motivasi untuk tindakan, seperti consenquences dapat diterima. Sayangnya, banyak produsen telah kehilangan melihat kebutuhan untuk meningkatkan jaringan global untuk semua pengambilan manfaat (atau sebanyak mungkin) dan keputusan dibuat bahwa manfaat sendiri, atau hanya sedikit kurang beruntung pendek dan jangka panjang lainnya. Cupet ini, murni seft - pengambil keputusan organisasi yang berminat mewakili risiko tinggi untuk pemerintahan. Kegagalan untuk memperhitungkan kebajikan yang seharusnya ditunjukkanAnggota dewan, eksekutif dan akuntan profesional diharapkan untuk bertindak dengan itikad baik dan pembuangan kewajiban fidusia kepada orang-orang mengandalkan mereka. Mengabaikan kebajikan diharapkan dari mereka dapat menyebabkan ketidakjujuran, kurangnya integritas dalam penyusunan laporan, kegagalan untuk bertindak atas nama stakeholder, dan kegagalan untuk debit keberanian dalam menghadapi orang lain yang terlibat dalam tindakan tidak etis, atau meniup peluit bila diperlukan. Akuntan profesional yang mengabaikan nilai-nilai yang diharapkan dari mereka cenderung lupa bahwa mereka diharapkan untuk melindungi koleksi publik.

Langkah-langkah untuk mengambil keputusan yang beretika1. Mengidentifikasi fakta dan seluruh kelompok pemangku kepentingan serta kepentingannya yang terpengaruh2. Merangking pemangku kepentingan dan kepentingannya, mengidentifikasi yang terpenting dan memberikan bobot terhadapnya lebih dari isu yang lain dalam analisis3. Menilai dampak tindakan yang ditawarkan pada masing-masing kepentingan kelompok pemangku kepentingan dengan memperhatikan keberadaan mereka, perlakuan adil, dan hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan kerangka kerja pertanyaan secara menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang dibicarakan kemudian tidak masuk dalam analisis.

Tujuh langkah analisis pengambilan keputusan oleh amrican accounting association (1993 :1. Menentukan fakta (what, who, where, when and how)2. Menetapkan masalah etika3. Mengidentifikasikan prinsip dasar, peraturan dan nilai4. Menetapkan alternative pilihan5. Membandingkan nilai dengan alternative6. Menetapkan konsekuensinya7. Membuat keputusan