materi odema

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acute lung oedema (alo) adalah akumulasi cairan di paru yang terjadi secara mendadak. (aru w sudoyo, buku ajar ilmu penyaki dalam, 2006). Acute lung oedema (alo) adalah terjadinya penumpukan cairan secara masif di rongga alveoli yang menyebabkan pasien berada dalam kedaruratan respirasi dan ancaman gagal napas. Acute lung oedema (alo) adalah terkumpulnya cairan ekstravaskuler yang patologis di dalam paru. (soeparman;767). 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 apa definisi, etiologi, tanda gejala, manifestasi klinis, komplikasi, patofisiologi, serta pemeriksaan penunjang dari acute lung oedema? 1.2.2 bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan acute lung oedema? 1.3 Tujuan 1.3.1 untuk mengetahui definisi, etiologi, tanda gejala, manifestasi klinis, komplikasi, patofisiologi, serta pemeriksaan penunjang dari acute lung oedema. 1.3.2 untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan acute lung oedema. 1.4 Manfaat setelah mengetahui definisi, etiologi, tanda gejala, manifestasi klinis, komplikasi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, serta asuhan keperawatan dari acute lung oedema. diharapkan kita sebagai calon perawat dapat mengaplikasikannya pada saat di klinik nantinya. Diharapkan ini menjadi suatu bekal agar nantinya jika menemui kasus acute lung oedema kami sebagai perawatdapat memberikan dasar untuk melakukan asuhan keperawatan dengan baik. BAB II PEMBAHASAN Acute Lung Oedema (ALO)

description

mjhg

Transcript of materi odema

Page 1: materi odema

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang                Acute lung oedema (alo) adalah akumulasi cairan di paru yang terjadi secara mendadak. (aru w sudoyo, buku ajar ilmu penyaki dalam, 2006).Acute lung oedema (alo) adalah terjadinya penumpukan cairan secara masif di rongga alveoli yang menyebabkan pasien berada dalam kedaruratan respirasi dan ancaman gagal napas.Acute lung oedema (alo) adalah terkumpulnya cairan ekstravaskuler yang patologis di dalam paru. (soeparman;767).1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 apa definisi, etiologi, tanda gejala, manifestasi klinis, komplikasi, patofisiologi, serta pemeriksaan penunjang dari acute lung oedema? 1.2.2 bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan acute  lung oedema?

1.3 Tujuan

1.3.1 untuk mengetahui definisi, etiologi, tanda gejala, manifestasi klinis, komplikasi, patofisiologi, serta pemeriksaan penunjang dari acute lung oedema.1.3.2 untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan acute lung oedema.

1.4 Manfaat

            setelah mengetahui definisi, etiologi, tanda gejala, manifestasi klinis, komplikasi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, serta asuhan keperawatan dari acute lung oedema. diharapkan kita sebagai calon perawat dapat mengaplikasikannya pada saat di klinik nantinya. Diharapkan ini menjadi suatu bekal agar nantinya jika menemui kasus  acute lung oedema kami sebagai perawatdapat memberikan dasar untuk melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

BAB IIPEMBAHASANAcute Lung Oedema (ALO)

A. Definisi            Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Akumulasi Cairan Di Paru Yang Terjadi Secara Mendadak. (Aru W Sudoyo, Buku Ajar Ilmu Penyaki Dalam, 2006).            Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terjadinya Penumpukan Cairan Secara Masif Di Rongga Alveoli Yang Menyebabkan Pasien Berada Dalam Kedaruratan Respirasi Dan Ancaman Gagal Napas. Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terkumpulnya Cairan Ekstravaskuler Yang Patologis Di Dalam Paru. (Soeparman;767).B. Etiologi

Page 2: materi odema

Penyebab terjadinya alo dibagi menjadi 2, yaitu:Edema paru kardiogenikYaitu edema paru yang bukan disebabkan karena gangguan pada jantung atau sistem kardiovaskuler.a. Penyakit pada arteri koronariaArteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena adanya deposit lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika terbentuk gumpalan darah pada arteri dan menghambat aliran darah serta merusak otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Akibatnya, otot jantung yang mengalami gangguan tidak mampu memompa darah lagi seperti biasa.b. KardiomiopatiPenyebab terjadinya kardiomiopati sendiri masih idiopatik. Menurut beberapa ahli diyakini penyebab terbanyak terjadinya kardiomiopati dapat disebabkan oleh infeksi pada miokard jantung (miokarditis), penyalahgunaan alkohol dan efek racun dari obat-obatan seperti kokain dan obat kemoterapi. Kardiomiopati menyebabkan ventrikel kiri menjadi lemah sehingga tidak mampu mengkompensasi suatu keadaan dimana kebutuhan jantung memompa darah lebih berat pada keadaan infeksi. Apabila ventrikel kiri tidak mampu mengkompensasi beban tersebut, maka darah akan kembali ke paru-paru. Hal inilah yang akan mengakibatkan cairan menumpuk di paru-paru (flooding).c. Gangguan katup jantungPada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi untuk mengatur aliran darah tidak mampu membuka secara adekuat (stenosis) atau tidak mampu menutup dengan sempurna (insufisiensi). Hal ini menyebabkan darah mengalir kembali melalui katub menuju paru-paru.d. HipertensiHipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya penebalan pada otot ventrikel kiri dan dapat disertai dengan penyakit arteri koronaria.

Edema paru non kardiogenikYaitu edema paru yang bukan disebabkan karena keainan pada jantung tetapi paru itu sendiri. Pada non-kardiogenik, alo dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:Infeksi pada paruLung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru.Paparan toxicReaksi alergiAcute respiratory distress syndrome (ards)Neurogenik

C. Patofisiologis alo kardiogenik dicetuskan oleh peningkatan tekanan atau volume yang mendadak tinggi di atrium kiri, vena pulmonalis dan diteruskan (peningkatan tekanannya) ke kapiler dengan tekanan melebihi 25 mmhg. Mekanisme fisiologis tersebut gagal mempertahankan keseimbangan sehingga cairan akan membanjiri alveoli dan terjadi oedema paru. Jumlah

Page 3: materi odema

cairan yang menumpuk di alveoli ini sebanding dengan beratnya oedema paru. Penyakit jantung yang potensial mengalami alo adalah semua keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri >25 mmhg.Sedangkan alo non-kardiogenik timbul terutama disebabkan oleh kerusakan dinding kapiler paru yang dapat mengganggu permeabilitas endotel kapiler paru sehingga menyebabkan masuknya cairan dan protein ke alveoli. Proses tersebut akan mengakibatkan terjadinya pengeluaran sekret encer berbuih dan berwarna pink froty. Adanya sekret ini akan mengakibatkan gangguan pada alveolus dalam menjalankan fungsinya.

D. Tanda dan gejalaAlo dapat dibagi menurut stadiumnya (3 stadium),a. Stadium 1Adanya distensi pada pembuluh darah kecil paru yang prominen akan mengganggu pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi co. Keluhan pada stadium ini biasanya hanya berupa sesak napas saat melakukan aktivitas.

b. Stadium 2Pada stadium ini terjadi oedema paru interstisial. Batas pembuluh darah paru menjadi kabur, demikian pula hilus serta septa interlobularis menebal. Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor interstisial akan lebih mempersempit saluran napas kecil, terutama di daerah basal karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi reflek bronkokonstriksi yang dapat menyebabkan sesak napas ataupun napas menjadi berat dan tersengal.c. Stadium 3Pada stadium ini terjadi oedema alveolar. Pertukaran gas mengalami gangguan secara berarti, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita tampak mengalami sesak napas yang berat disertai batuk berbuih kemerahan (pink froty). Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata.

E. Penegakkan diagnosa      Pemeriksaan fisik1.      Sianosis sentral. Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus berbuih.2.       ronchi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi hampir seluruh lapangan paru, kadang disertai ronchi kering dan ekspirasi yang memanjang akibat bronkospasme sehingga disebut sebagai asma kardiale.3.      Takikardia dengan s3 gallop.4.      Murmur bila ada kelainan katup.

         Elektrokardiografi.Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium, tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bisa ditemukan.

         Laboratorium1. Analisa gas darah po2 rendah, pco2 mula-mula rendah dan kemudian hiperkapnia.2. enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.3. darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, ekg, enzim jantung (ck-mb, troponin t), angiografi koroner.

Page 4: materi odema

foto thoraks pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan x-ray dada. Radiograph (x-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus tulang-tulang dari vertebral column, dengan bidang-bidang paru yang menunjukan sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang dilingkungi oleh struktur-struktur tulang dari dinding dada.X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-kasus yang lebih parah dari pulmonary edema dapat menunjukan opacification (pemutihan) yang signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru yang normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari pulmonary edema, namun ia mungkin memberikan informasi yang minimal tentang penyebab yang mungkin mendasarinya.

           Pengukuran plasma b-type natriuretic peptide (bnp)Alat-alat diagnostik lain yang digunakan dalam menilai penyebab yang mendasari dari pulmonary edema termasuk pengukuran dari plasma b-type natriuretic peptide (bnp) atau n-terminal pro-bnp. Ini adalah penanda protein (hormon) yang akan timbul dalam darah yang disebabkan oleh peregangan dari kamar-kamar jantung. Peningkatan dari bnp nanogram (sepermilyar gram) per liter lebih besar dari beberapa ratus (300 atau lebih) adalah sangat tinggi menyarankan cardiac pulmonary edema. Pada sisi lain, nilai-nilai yang kurang dari 100 pada dasarnya menyampingkan gagal jantung sebagai penyebabnya.

           Pulmonary artery catheter (swan-ganz)Pulmonary artery catheter (swan-ganz) adalah tabung yang panjang dan tipis (kateter) yang disisipkan kedalam vena-vena besar dari dada atau leher dan dimajukan melalui ruang – ruang sisi kanan dari jantung dan diletakkan kedalam kapiler-kapiler paru atau pulmonary capillaries (cabang-cabang yang kecil dari pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru). Alat ini mempunyai kemampuan secara langsung mengukur tekanan dalam pembuluh-pembuluh paru, disebut pulmonary artery wedge pressure. Wedge pressure dari 18 mmhg atau lebih tinggi adalah konsisten dengan cardiogenic pulmonary edema, sementara wedge pressure yang kurang dari 18 mmhg biasanya menyokong non-cardiogenic cause of pulmonary edema. Penempatan kateter swan-ganz dan interpretasi data dilakukan hanya pada intensive care unit (icu).F. Penatalaksanaan pengobatan4. Posisi ½ duduk.5. Oksigen (40 – 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker.6. Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, pao2 tidak bisa dipertahankan ≥ 60 mmhg dengan o2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi co2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.7. Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor ekg, oksimetri bila ada.8. Menurunkan preload dan mengeluarkan volume cairan intra paru. Nitrogliserin (ntg) dan furosemide merupakan obat pilihan utama.9. Morfin sulfat 3 – 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg (sebaiknya dihindari).

Page 5: materi odema

10. bila perlu (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : dopamin 2 – 5 ug/kgbb/menit atau dobutamin 2 – 10 ug/kgbb/menit untuk menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respon klinis atau keduanya.11. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard12. Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil dengan oksigen.13. Penggunaan aminophyline, berguna apabila oedema paru disertai bronkokonstriksi atau pada penderita yang belum jelas oedema parunya oleh karena faktor kardiogenik atau non-kardiogenik, karena selain bersifat bronkodilator juga mempunyai efek inotropok positif, venodilatasi ringan dan diuretik ringan.14. Penggunaan inotropik. Pada penderita yang belum pernah mendapatkan pengobatan, dapat diberikan digitalis seperti deslano-side (cedilanide-d). Obat lain yang dapat dipakai adalah golongan simpatomi-metik (dopamine, dobutamine) dan golongan inhibitor phos-phodiesterase (amrinone, milrinone, enoxumone, piroximone)

Page 6: materi odema

PEMERIKSAAN FISIK

Sistem kardiovaskulerNo Prosedur

Tahap prainteraksiMelakukan verifikasi data sebelumnya bila adaMenempatkan alat di dekat pasien dengan benarTahap orientasiMemberikan salam sebagai pendekatan terapeutikMenjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasienMenanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukanTahap kerja

1 PengkajianKeluhan utamaRiwayat penyakit sekarangRiwayat penyakit terdahuluRiwayat keluargaRiwayat pekerjaanRiwayat alergiNamaUsiaJenis kelaminTempat tinggalSukuAgamaCek ttv :-       Td-       Nadi-       Rr-       Suhu

2 Pemeriksaan fisik jantunga. Inspeksi-     Bentuk perikordiumLihat bentuk dada klien

Normal : kedua dada simetrisAbnormal :Cekung (adanya penyakit jantung dan paru : perikarditis menahun, atelektasi paru)Cembung/menonjol : adanya pembesaran jantung,efusi perkardium,efusi pleura.adanya penonjolan iga adanya pjb (genetik)-     Denyut diapeks jantung (ictus cordis)Lihat denyut jantung yang tampak didaerah apeksNormal dewasa : terletak sela iga 4 kiri 2-3cm dari garis mid clavicula : seluas ibu jari

Normal anak : terletak disela iga 4 kiri.bila denyut tak tampak dikarenakan payudara besar,dinding torak besar,efusi perikardium

Page 7: materi odema

Abnormal :Denyut apeks tergeser kesamping kiri pada keadaan patologis misalnya penyakit jantung,efusi pleura (adanya cairan di lapisan pleura paru)Denyut nadi pada dada :   Timbul denyutan di iga 2 kanan : adanya aneurisma aorta asenden   Timbul denyutan di iga 2 kiri :dilatasi pulmonalis, aneurisma aorta desenden-     Denyut vena :Lihat vena jugularisb. PalpasiDenyut apeks:Normal disela iga ke 5 (2-3 cm medial garis midclavicula)Getaran/thrill :Bising jantung yang keras akan teraba sebagai getaran pada palpasiSela iga 2 kiri sternum misalnya pulmonal stenosisSela iga 4 kiri sternum misalnya vsdSela iga 2 kanan sternum misalnya pada aortik stenosisGetaran tersebut lebih mudah diraba bila penderita membungkuk kedepan dengan nafas ditahan waktu ekspirasiGerakan trakheaPada aneurisma aorta denyutnya akan menjalar ke trakhea,denyutan ini dapat dirabaCara : pemeriksa berdiri dibelakang penderita dan kedua jari telunjuk diletakan ditrakhea.kemudian laring dan trakhea diangkat keatas oleh kedua telunjuk.Jika ada aneurisma aorta,tiap kali jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjukc. Perkusi  Daerah redup jantung mengecil pada emfisema (alveoli menjadi kaku mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi)d. AuskultasiBj1 dan bj 2:Ics 2 kanan: aortaIcs 2 kiri : pulmonalIcs ics 4 kiri : trikuspidalisIcs 5 kiri midclavicula : mitralTahap terminasiMelakukan evaluasi tindakanMelakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnyaBerpamitan dengan klienMembereskan alat-alatMencuci tanganMencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

Asuhan keperawatan ALOKasus pemicu 1: pasien tn.jr, 67 tahun, masuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas makin berat 2 hari smrs. Cepat lelah, perut terasa begah, pada pengkajian lebih lanjut, doe (+), pnd (+), orthopnea (+), odema di kaki (+2), td: 130/90 mmhg, nadi 86 x/mnt, rr 24x/menit, spo2:

Page 8: materi odema

94%. Pada pengkajian riwayat pasien pernah di rawat dengan nstemi dan chf 1 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan thorax foto menunjukkan gambaran odema paru.           Pengkajian:1. Keluhan utama: sesak nafas semakin berat 2 hari smrs2. Riwayat penyakit sekarang: cepat lelah, perut terasa begah3. Riwayat penyakit terdahulu: nstemi dan chf4. Nama: tn.jr5. Usia: 67tahun6. Jenis kelamin: pria7. Cek ttv: - td: 130/90 mmhg-          Nadi: 86 x/mnt-          Rr: 24 x/mnt

         Data fokusData subjektif Data objektif- pasien mengeluh sesak nafas- pasien mengatakan cepat lelah- pasien mengatakan perutnya terasa begah

- doe (+)- pnd (+)- orthopnea(+)- odema di kaki (+2)- td : 130/90- n : 86x/mnt- rr : 24x/mnt-spo2 : 94%

         Analisa dataNo Data fokus Problem Etiologi1.

2.

3.

Ds : - pasien mengeluh sesak nafas dan cepat lelahDo : - doe (+) - pnd (+) - orthopnea(+) - rr : 24x/mnt

Ds : - pasien mengatakan perutnya terasa begah

Do : - odema di kaki (+2)Intake : 2800Output : 2500

Ds : - pasien mengeluh cepat lelah

Do : - doe (+) - pnd (+) - orthopnea (+)

Gangguan pertukaran gas

Kelebihan volume cairan

Intoleransi aktivitas

Gangguandifusi oksigen

Adanya cairan di dalam alveolus

Kurangnya suplai oksigen (o2)

         Diagnosa keperawatan

Page 9: materi odema

No Diagnosa keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi1.

2.

3.

Gangguan pertukaran gas b.d gangguan difusi oksigen

Kelebihan volume cairan b.d adanya cairan di dalam alveolus

Intoleransi aktivitas b.d berkurangnya suplai oksigen (o2)

19 / 9 / 2012

19 / 9 / 2012

20 / 9/ 2012

20 / 9 / 2012

21 / 9/ 2012

22 / 9 / 2012

         IntervensiNo Tanggal Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

keperawatan1.

2.

3.

19 / 9 / 2012

19 / 9 / 2012

19 / 9 / 2012

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah gangguan pertukaran gas sudah teratasi dengan criteria hasil :1.sesak nafas berkurang2.rr: 12-24x/mnt

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah gangguan keseimbangan cairan sudah teratasi dengan criteria hasil :- tidak terjadi odema kaki- turgor kulit bagus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah intoleransi aktivitas sudah teratasi dengan criteria hasil :- pasien tidak lemas lagi

- berikan posisi semi fowler/fowler

- berikan lingkungan yang nyaman

- kaji keluhan sesak

- kaji ttv

- pantau hasil agd

- kolaborasi dalam pemberian oksigen

- monitor intake dan output cairan

-monitor pengeluaran urin, catat jumlah, konsentrasi, dan warna- kolaborasi dalam pemberian terapi seperti diuretik, ntg, dll

-anjurkan untuk total bed rest-pantau skala kekuatan otot

Page 10: materi odema

- mampu melakukan aktivitas tanpa gangguan

-berikan lingkungan yang nyaman-kolaborasi dalam memberikan oksigen

         ImplementasiNo Tanggal Diagnosa Implementasi keperawatan1.

2.

3.

19 / 9 / 2012

19 / 9 / 2012

20 / 9 / 2012

1

Ii

Iii

-memberikan posisi semi fowler/fowler

- memberikan lingkungan yang nyaman

- mengkaji keluhan sesak

- mengkaji ttv

- memantau hasil agd

- kolaborasi dalam pemberian oksigen

- memonitor intake dan output cairan

-memonitor pengeluaran urin, catat jumlah, konsentrasi, dan warna- kolaborasi dalam pemberian terapi seperti diuretik, ntg, dll

-menganjurkan untuk total bed rest-memantau skala kekuatan otot-memberikan lingkungan yang nyaman-kolaborasi dalam memberikan oksigen

         EvaluasiNo Tanggal S.o.a.p Paraf dan nama

jelas1. 20 / 9 / 2012 S: pasien sudah tidak

mengeluh sesak nafasO: rr : 12-24x/mntA: tujuan tercapai masalah gangguan pertukaran gas teratasi

Page 11: materi odema

2.

3.

21 / 9/ 2012

22 / 9 / 2012

P: intervensi dihentikan

S : pasien sudah tidak merasa begahO: tidak terjadi odemaa:masalah gangguan keseimbangan cairan sudah teratasiP:intervensi dihentikan

S: klien sudah sehatO: spo2 normal : 90-100%A: masalah sudah teratasi kurangnya supali oksigenP: intervensi dihentikan

  Aspek legal etik keperawatan etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tersebut dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu :

1. Otonomi (penentuan pilihan)Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek professional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

2. Benefisiensi (do good)Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.

3. Keadilan (justice)Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hokum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Nonmalefisien( do no harm)

Page 12: materi odema

Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik dan psikologik.

5. Veracity (kejujuran)Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.

6. FidelityPrinsip ini membutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan mentapi janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

7. Kerahasiaan (confidentiality)Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.

8. Akuntabilitas (accountability)Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

BAB III

Page 13: materi odema

PENUTUP

KESIMPULANAcute Lung Oedema (Alo) Adalah Akumulasi Cairan Di Paru Yang Terjadi Secara Mendadak.Penyebab terjadinya alo dibagi menjadi 2, Edema paru kardiogenik dan Edema paru non kardiogenikEdema paru kardiogenik Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena gangguan pada jantung atau sistem kardiovaskuler. Biasanya terjadi karena adanya penyakit pada arteri koronaria, Kardiomiopati, Gangguan katup jantung, HipertensiEdema paru non kardiogenik Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena keainan pada jantung tetapi paru itu sendiri. Pada non-kardiogenik, alo dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: Infeksi pada paru, Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalationdan infark paru, Paparan toxic, Reaksi alergi, Acute respiratory distress syndrome (ards), Neurogenik.

BAB IVDAFTAR PUSTAKA1. Doenges, marylin e.,dkk. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc2. Suhaemi, emi mimin. 2002. Etika keperawatan: aplikasi dalam praktik. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc a.price, sylvia. 1994.3. Patofisiologi konsep klinis proses penyakit. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc4. Rokhaeni, eni, dkk. 2001. Buku ajar keperawatan kardiovaskuler. Jakarta: bidang pendidikan & pelatihan pusat kesehatan jantung dan pembuluh darah nasional “harapan kita”