Materi Modul B. Bacaan
-
Upload
just4taeny -
Category
Documents
-
view
254 -
download
4
description
Transcript of Materi Modul B. Bacaan
BAHAN BACAAN (B.B.5.1 )
MODUL
PENYIAPAN SARANA KORBAN BENCANA
TAHUN 2015 ( 10 JP @ 45 MENIT )
OLEH : DRS. DARMAWI RANI, M.Si.
B.B. 5.1
SESI. 1.
PENYIAPAN SARANA.
A. PENGERTIAN SARANA.
Terdapat beberapa pengertian sarana terkait dengan bantuan korban bencana
sebagai berikut :
1. Sarana adalah; segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan. Sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak
seperti computer dan mesin-mesin ( Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
( KBBI ).
2. Sarana adalah ; perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah seperti
meja, kursi, alat- alat media pembelajaran dan lainnya ( Menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007 ).
3. Secara umum; sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan
bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi seperti
sabit, cangkul dan lain-lain ( Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.
24 tahun 2007 ).
4. Sarana/peralatan adalah; segala bentuk alat dan peralatan yang dapat digunakan
untuk membantu penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana,
pemenuhan kebutuhan dasar dan pemulihan segera prasarana dan sarana vital.
Termasuk dalam kategori peralatan ini misalnya; perahu karet, mobil rescue
tactical unit, mobil dapur umum, mobil tangki air, tenda, pompa, peralatan
kesehatan, peralatan komunikasi dan alat-alat berat( Badan Nasional
Penanggulangan Bencana ( BNPB ).
5. Manajemen sarana peralatan adalah suatu proses aktivitas yang berkaitan
dengan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran barang bantuan sesuai dengan
jenis, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki atau diperlukan oleh korban
bencana dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia yang
terdiri dari sandang, pangan dan papan.
B. TUJUAN PENYIAPAN SARANA.
Tujuan penyiapan sarana terhadap korban bencana dalam penampungan
sementara ( shelter ) diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Terwujudnya penjaminan pemenuhan kebutuhan hak berupa fisik, sosial,
keselamatan, keamanan, perlindungan, kenyamanan tempat tinggal
pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan
minimum.
2. Memfasilitasi dan mendukung pelaksanaan pelayanan social yang baik
dalam kegiatan pemulihan masalah psikososial, pendampingan sosial,
advokasi social, penanganan masalah pendidikan anak, kesehatan, dan
ekonomi, sehingga terciptanya kembali normalisasi kehidupan
bermasyarakat korban bencana dalam segala aspek pada wilayah yang
terkena bencana.
C. JENIS SARANA.
Terdapat beberapa jenis sarana yang diperlukan oleh korban bencana yang berada
ditempat penampungan ( shelter ) seperti dibawah ini :
1. Sarana mobilitas/ transportasi berupa mobil dumlap, rescue tactical unit, mobil tanki
air, mobil operasional (truk).
2. Sarana evakuasi kit berupa tenda pleton, tenda dapur umum, tenda regu, tenda
pengungsi/ keluarga, tenda posko/ komando, tenda gulung, velbed, matras, alat
dumlap, tikar dsb.
3. Sarana penerangan berupa listrik, genset, lampu genset, lampu sorot, lampu senter.
4. Sarana komunikasi berupa radio komunikasi, telepon, media elektronik.
5. Sarana ibadah agama Islam berupa ruang sholat, sajadah, mukena, kitab suci al
Quran.
6. Sarana ibadah agama Kristen berupa alkitab, fasilitas lagu rohani.
7. Sarana pendidikan berupa buku – buku pelajaran, meja baca, kursi, papan tulis, tikar,
perpustakaan keliling.
8. Sarana kesenian / hiburan berupa televise, radio, karaoke dan fasilitas musik lainnya.
9. Sarana kesehatan berupa stetoskop, ruang pemeriksaan, thermometer, lemari obat
dan obat – obatan, pembalut wanita, P3K, perawatan bayi, perawatan persalinan,
perawatan ibu nifas, bangsal pemeriksaan.
10. Sarana sanitasi berupa sarana kebersihan seperti tempat sampah, MCK, persediaan
air bersih.
11. Sarana olahraga berupa fasilitas tenis meja, bulutangkis, bola voli, kasti dan
sebagainya.
12. Sarana aksesibilitas penyandang disabilitas berupa kursi roda, kruk, alat bantu
dengar (hearing aid), tongkat netra.
13. Sarana balita berupa box tempat tidur, tempat penyimpanan perlengkapan anak.
14. Sarana rumah tangga berupa lemari pakaian, mebel, tempat tidur.
15. Sarana keamanan berupa perlengkapan keamanan, posko penjagaan keamanan.
1. Prinsip
Prinsip yang digunakan dalam penyiapan sarana bantuan korban bencana,
diantaranya sebagai berikut:
a. Harus dapat memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar secara
layak.
b. Dalam pemulihan sosial yang diberikan harus tepat sasaran tepat waktu dan
tepat bantuan.
c. Bantuan sarana yang diberikan harus cepat dalam rangka merespon
kebutuhan yang sangat mendesak.
d. Penyiapan sarana bantuan korban bencana harus berkualitas baik.
e. Sarana yang diberikan harus akuntabilitas yang artinya dapat dipertanggung
jawabkan secara objektif.
f. Partisipasif yakni harus melibatkan partisipasi dari semua pihak termasuk
korban bencana.
g. Stimulan yakni penyiapan sarana bersifat stimulan bagi korban bencana.
h. Kemandirian yakni bantuan sarana yang diberikan harus mampu
menciptakan kemandirian bagi korban bencana.
i. Meringankan beban penderitaan bagi korban pasca bencana.
j. Kerjasama dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait.
k. Menghargai kearifan lokal yakni harus menghargai dan menghormati nilai-
nilai lokal yang berlaku.
B.B.5.2.
SESI. 2.
MEKANISME PENYIAPAN SARANA
Pelaksanaan manajemen bantuan sarana bagi korban bencana dilakukan seperti
halnya tahapan manajemen pada umumnya, yaitu adanya tahapan planning, organizing,
actuating dan controlling (POAC). Dalam manajemen penyiapan sarana (logistik)
dilaksanakan dengan proses; perencanaan dan pengadaan barang, penerimaan barang,
penyimpanan barang, pengeluaran barang, pengiriman barang, pembukuan, pelaporan dan
pengawasan.
Mekanisme yang digunakan dalam penyelenggaraan penyiapan bantuan sarana bagi
korban bencana, sebagai berikut :
A. Identifikasi Penyiapan Sarana.
Identifikasi dan pengkajian kebutuhan sarana merupakan langkah awal untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang membutuhkan, dimana, kapan dan
bagaimana menyampaikan kebutuhannya. Identifikasi kebutuhan penyiapan sarana
membutuhkan ketelitian dan keterampilan serta kemampuan untuk mengetahui secara
pasti kondisi korban bencana yang akan ditangani.
Untuk mengidentifikasi apa jenis yang dibutuhkan dapat menggunakan formulir
tabel tentang identifikasi kebutuhan seperti dibawah ini :
Tabel 1. Identifikasi Penyiapan Sarana
No Korban bencana Jenis kebutuhan Sarana Jumlah1 Lansia
Kursi roda 10 buah2 Anak Buku – buku pelajaran
Meja bacaKursiPapan tulis
5 paket5 buah5 buah2 buah
3 Balita Tempat penyimpanan perlengkapan anakBox tempat tidur
3 buah3 buah
4 Penyandang cacat Kursi rodaKrukTongkat netraHearing aid
3 buah3 buah5 buah3 buah
5 Perempuan Pembalut wanitaTempat persalinan
3 dus1 ruang
6 Ibu hamil Tempat pemeriksaan kehamilanPeralatan perawatan bayi
1 ruang
2 set
B. Perencanaan Penyiapan Sarana.
1. Perencanaan dalam penanggulangan bencana yang kaitannya dengan penyiapan
sarana bantuan korban bencana adalah suatu upaya-upaya sadar dan sistimatis
yang dilakukan dalam rangka mengidentifikasi, menyiapkan segala kebutuhan
sarana/logistik para korban sesuai kebutuhan untuk dapat dimanfaatkan secara
tepat waktu. Proses perencanaan harus memaksimalkan keterlibatan aktif para
stockehorder termasuk para korban bencana.
2. Tujuan perencanaan penyiapan sarana/fasilitas terkait dengan bantuan bagi
korban bencana, dilakukan dengan cara :
a. Mengetahui jumlah korban bencana yang membutuhkan penyiapan sarana
b. Mengetahui berupa jumlah penyiapan sarana yang dibutuhkan
c. Mengetahui jenis penyiapan sarana yang dibutuhkan
d. Mengetahui cara penyiapan sarana, penyimpanan dan pengeluarannya
kepada korban bencana
e. Mengetahui penanggung jawab kelompok penerima bantuan sarana bagi
korban bencana
3. Perencanaan kebutuhan penyiapan sarana, dihimpun melalui :
a. Rapat koordinasi terhadap informasi mengenai jumlah korban bencana,
pengungsi dan kondisi kerusakan
b. Laporan-laporan dari pihak berwenang dalam penanganan bencana dari
masyarakat
c. Pemberitaan dari media massa
d. Instansi/lembaga terkait dalam penanggulangan korban bencana
e. Tim Reaksi Cepat (TRC) penanggulangan bencana
4. Prosedur perencanaan penyiapan sarana bantuan korban bencana.
Prosedur yang harus dilalui dalam penyiapan sarana bantuan korban bencana
adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan penyiapan (pengadaan) sarana dilakukan untuk jangka waktu 1
tahun dengan melaksanakan evaluasi setiap triwulan atau pada saat
terjadinya bencana
b. Masing-masing Kab/Kota di provinsi mendata jenis bencana yang sering
terjadi di wilayah layanannya dalam memastikan rencana penyiapan sarana
yang disesuaikan dengan kebutuhan terhadap bencana yang terjadi
c. Kab/Kota Provinsi berkoordinasi dengan pemerintah Kab/pemerintah Kota
masing-masing untuk mendapatkan data jumlah penduduk terbaru
d. Melakukan kebutuhan fasilitas/sarana (Buffer stock) berdasarkan wilayah
dengan menggunakan standar perhitungan dari Kementrian/Dinas sosial yang
berlaku, contohnya beras 50 ton berupa DO Bulog
e. Mempertimbangkan umur kadaluarsa sarana/barang, sehingga pengadaan
sarana dapat dilakukan dengan seefektif mungkin guna menghindarkan
kekurangan tempat gudang penyimpanan atau sarana/barang kadaluarsa
sebelum disalurkan
f. Mencari alternatif sumber-sumber penyiapan sarana
C. Pengadaan Sarana.
Pengadaan sarana dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan yang sudah
dilakukan jenis dan jumlah yang diperlukan sesuai fakta dilapangan. Pengadaan
sarana dapat dilakukan di Pusat dan Daerah, sebagai berikut :
1. Pengadaan sarana dari pusat
Mengkoordinasikan besaran kebutuhan sarana dengan pihak pusat dari
Kab/Kota ke Provinsi dan dari Provinsi masing-masing kepada Kementrian Sosial
dalam jangka waktu setiap bulan sekali pada saat jeda tidak terjadi bencana.
Pengadaan sarana dilakukan 1 bulan sekali pada minggu pertama dan kedua
pada jam-jam kerja pada saat terjadinya bencana. Pengadaan barang dilakukan
secepat mungkin selama 24 jam. Barang-barang/sarana yang diadakan dari
pusat, antara lain:
a. Beras berupa DO
b. Mie instan
c. Lauk pauk
d. Sandang
e. Peralatan dapur umum
f. Peralatan evakuasi
2. Pengadaan Sarana Dari Daerah.
Mengkoordinasikan dengan pihak daerah terkait dengan pengadaan sarana
kebutuhan dasar yang bersifat lokal. Hal ini sangat penting dilakukan untuk
memastikan bahwa pengadaan sarana di daerah berbeda dengan pengadaan
sarana yang dialokasikan dari pusat.
Sarana yang sudah dipersiapkan atau tersedia diharapkan dalam keadaan
baik dan siap disalurkan setiap waktu dibutuhkan. Pada saat jeda tidak terjadi
bencana, pengadaan sarana dapat dilakukan 1 bulan sekali pada minggu pertama
dan kedua pada jam-jam kerja pada saat terjadinya bencana dan dilakukan
dengan secepat mungkin selama 24 jam.
D. Penggudangan /Penyimpanan Sarana.
Penggudangan dalam hal ini adalah tempat penyimpanan sarana bantuan yang
didapat dari hasil pengadaan dan hibah masyarakat dalam dan luar negeri untuk
kemudian dapat disalurkan sesuai permintaan/kebutuhan yang diperlukan bagi
korban bencana yang terdiri dari :
1. Penerimaan
Penerimaan sarana dalam hal ini meliputi; jenis sarana yang di
masukkan/disisipkan ke dalam gudang, jumlah, keadaan sarana, siapa yang
menyerahkan dan siapa yang menerima sarana.
Dibawah ini (Tabel 2) contoh form yang digunakan dalam penerimaan
barang/sarana oleh pihak petugas gudang.
Tabel 2. Penerimaan Sarana
No Barang yang diterima
Jumlah Barang Keadaan Barang
Siapa yang menyerahkan
Siapa yang menerima
2. Penyimpanan sarana
Penyimpanan sarana untuk bantuan bagi korban bencana dalam hal ini
mencakup antara lain; pemilihan tempat, type gudang, kapasitas tampung,
fasilitas penyimpanan, sistem pengamanan dan keselamatan sarana yag di
simpan yang disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
Tujuan penyimpanan sarana di gudang antara lain, sebagai berikut :
a. Untuk melindungi sarana/peralatan dari kerusakan, kehilangan maupun
berkurangnya standar mutu sarana
b. Untuk memudahkan penyaluran kepada korban bencana dengan sistim “First
In, First Out”
c. Untuk menjamin ketersediaan sarana/peralatan pada setiap waktu
dibutuhkan.
E. Penyaluran Sarana.
Penyaluran sarana yang disimpan di gudang dapat dilakukan berdasarkan
permintaan yang telah disetujui oleh pejabat yang berwenang dalam
penanggulangan bencana dengan tujuan sasaran menerima bantuan yang tepat,
jumlah dan jenis bantuan sarana yang harus diberikan dengan prinsip yang tepat, ke
tempat yang tepat, dengan jumlah yang tepat/benar, kualitas yang benar, harga
yang tepat serta penerima korban bencana yang tepat.
Prosedur penerimaan dan pengeluaran sarana persediaan yang disimpan di
gudang pada Kementrian Sosial, Dinas/instansi Sosial provinsi, Dinas/instansi sosial
Kab/Kota dan penerima bantuan sarana bagi korban bencana dapat dilihat pada
penjelasan seperti di bawah ini :
1. Prosedur penerimaan barang di Kementerian Sosial
a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) membuat kesepakatan penyerahan barang
dengan penyedia barang dalam kontrak pengadaan barang.
b. PPK memberitahukan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Perlindungan
dan Jaminan Sosial (SesDitjen. Linjamsos) tentang penerimaan barang di
Gudang Bekasi.
c. SesDitjen memerintahkan Kepala Bagian (KaBag) Umum dan Kepala Gudang
untuk menerima barang.
d. PPK memerintahkan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan untuk melakukan
pemeriksaan dan penerimaan barang dari penyedia di Gudang Bekasi.
e. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan menerima barang setelah terlebih dahulu
memeriksanya dan mencocokkannya dengan dokumen penerimaan disertai
penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang dengan diketahui
oleh Kepala Gudang.
f. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan menyerahkan barang disertai dengan BAST
kepada Kepala Gudang dan juga menyanpaikan satu set BAST kepada PPK.
g. PPK menandatangani dokumen BAST barang dan menyampaikannya kepada
Penyedia Barang dan kepada SesDitjen.
h. Kepala gudang memerintahkan Petugas Administrasi Gudang untuk mencatat
mutasi penerimaan barang pada Kartu dan Buku Persediaan serta
memerintahkan Petugas Penata Barang (Stuffing) untuk menata dan
menyimpan barang digudang sesuai dengan kelompok barang.
i. PPK menyerahkan BAST kepada petugas SAI UAKPA/UAKPB.
j. Petugas SAI mencatat transaksi penerimaan barang.
2. Prosedur penerimaan Barang di Dinas/Instansi Sosial Provinsi
a. Kepala Dinas/Instansi Sosial Provinsi memerintahkan kepada Pengelola
Gudang Dinas/Instansi Sosial Provinsi agar mempersiapkan gudang untuk
menerima barang berdasarkan surat pemberitahuan dari Direktur di
lingkungan Ditjen. Linjamsos.
b. Pengelola Gudang dan Petugas Gudang Dinas/Instansi Sosial Provinsi
menerima barang setelah memeriksa dan mencocokkan dengan dokumennya
terlebih dahulu.
c. Pengelola Gudang dan Petugas Gudang Dinas/Instansi Sosial Provinsi
memaraf Surat Penyerahan Barang dan membuat BAST serta
menyampaikannya kepada Kepala Dinas/Instansi Sosial Provinsi.
d. Kepala Dinas/Instansi Sosial Provinsi menandatangani BAST dan
menyampaikannya satu set kepada Penyedia Jasa Pengiriman/Perusahaan
Ekspidisi.
e. Pengelola Gudang dan Petugas Dinas/Instansi Sosial Provinsi melanjutkan
dengan pencatatan mutasi barang pada Buku Persediaan dan Kartu Barang
serta mendokumentasikan bukti-buktinya.
3. Prosedur penerimaan barang di Dinas Sosial Kabupaten/Kota
a. Berdasarkan surat pemberitahuan dari kepala Dinas/Instansi Sosial Provinsi,
maka Kepala Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota memerintahkan kepada
Petugas Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota untuk mengambil barang dari
Gudang Provinsi.
b. Petugas Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota mengambil barang setelah
terlebih dahulu memeriksanya serta menandatangani surat penyerahan
barang dan membuat BAST.
c. Petugas Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota membawa barang beserta
BAST untuk ditandatangani oleh Kepala Dinas/Instansi Sosial
Kabupaten/Kota.
d. Petugas Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota menyerahkan barang kepada
Pengelola Gudang dan Petugas Gudang Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota.
e. Pengelola Gudang dan Petugas Gudang melakukan pencatatan mutasi barang
pada Buku Persediaan dan Kartu Barang.
f. Kepala Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota menandatangani BAST dan
mengirimkannya kembali kepada Kepala Dinas/Instansi Sosial Provinsi.
F. Penyiapan sarana bantuan lanjut usia, anak, disabilitas dan perempuan.
Penyiapan sarana bantuan bagi korban bencana dalam tanggap darurat tidak
hanya diperuntukkan bagi korban di masyarakat umum tetapi KemenSos RI juga
diberikan kepada korban bencana anak, lanjut usia, disabilitas dan perempuan.
1. Lanjut usia
Penyiapan sarana bantuan korban bencana lanjut usia dalam situasi darurat
sebagai berikut:
a. Lanjut usia adalah orang yang berusia 60 tahun keatas.
b. Kriteria penerima bantuan sarana, meliputi:
1) Lanjut usia yang mengalami langsung atau tidak langsung bencana alam
yang menimpa dirinya di lokasi bencana alam.
2) Mengalami bencana sosial baik langsung atau tidak langsung di tempat
tinggalnya.
3) Permasalahan khusus yaitu lanjut usia yang permasalahannya seperti
kecelakaan dan kekerasan.
4) Terlantar; dalam perjalanan, keluarga, dibuang oleh keluarganya, terpisah
dari keluarganya, korban penipuan, hidup sebatangkara dalam keadaan
sakit.
c. Bentuk bantuan sarana yang diberikan adalah uang santunan, sembako,
kebutuhan lainnya. Jenis bantuan sarana yang diberikan :
1) Bantuan sosial berupa uang tunai yang diberikan kepada ahli waris bagi
korban meninggal dunia dan kepada yang bersangkutan bagi korban
cacat permanen.
2) Indeks bantuan perorangan Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)
3) Indeks bantuan lembaga kesejahteraan sosial Rp. 25.000.000,-
d. Anggaran yang digunakan untuk bantuan berasal dari:
1) Anggaran yang terdapat pada DIPA Direktorat pelayanan sosial lanjut usia
Ditjen RehabSos.
2) Anggaran dana hibah dalam negeri melalui anggaran usaha kesejahteraan
sosial (UKS).
3) Dana bantuan dari pihak lain yang sifatnya tidak mengikat.
e. Prosedur pengajuan bantuan dilakukan pada saat:
1) Setelah terjadi bencana baik alam atau sosial (pasca bencana)
2) Pada saat Menteri Sosial kunjungan ke lapangan
3) Lansia yang terlantar maupun di telantarkan
f. Mekanisme ,yakni informasi yang diterima tentang lanjut usia dalam situasi
darurat dari masyarakat, media masa dan sumber informasi lainnya yang
dapat di pertanggung jawabkan
g. Bantuan sarana lainnya yang diberikan kepada korban bencana lanjut usia,
diantaranya:
1) Penyelamatan dan evakuasi ke tempat penampungan sementara
2) Pemulihan kondisi fisik berupa pemberian makanan, lauk pauk, pakaian,
perawatan fisik karena luka fisik dan mental
3) Pemulihan kondisi lanjut usia melalui konseling, bimbingan psikososial
4) Pemulihan kondisi sosial dengan bimbingan sosial untuk keberfungsian
sosialnya
5) Pelayanan advokasi untuk memberikan perlindungan dan pembelaan
haknya
6) Rujukan ke panti sosial, pusat pelayanan trauma lanjut usia dan rumah
sakit dalam kondisi sakit
2. Penyiapan sarana bagi anak
a. Pengertian anak
Anak adalah seorang yang berusia dibawah 18 tahun, kecuali dibawah hukum
yang berlaku untuk anak, usia kedewasaan dicapai lebih awal (pasal 1
Konferensi Hak Anak (KHA) Perserikatan Bangsa-Bangsa)
b. Jenis-jenis sarana pelayanan sosial yang diberikan kepada anak korban
bencana dalam situasi darurat antara lain :
1) Kegiatan psikososial (oleh UNICEF), mencakup:
a. Pengobatan bagi anak yang mengalami gangguan mental seperti
penderita depresi, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan lainnya.
b. Pencegahan dan pemulihan bagi anak yang memiliki masalah
penyesuaian diri dengan kegiatan seperti kesenian, olah raga,
bermain, konseling individu dan keluarganya, advokasi sosial, dsb.
2) Kegiatan psikososial pemulihan yang meliputi, memperkuat sistim
pengasuhan anak, memberikan keterampilan untuk mengatasi situasi
sulit, dsb.
3) Penyediaan sarana dalam belajar agam seperti Al-quran, perangkat alat
sholat, dsb.
4) Penyediaan perpustakaan keliling bagi pengungsi anak dengan
menyediakan buku, peralatan meja baca, kursi, tikar, gallon air, gelas
untuk kebutuhan minum anak.
5) Penyediaan sarana untuk belajar keterampilan seperti keterampilan
melipat kertas, membuat terompet dari bahan kertas dan keterampilan
lainnya.
6) Penyediaan sarana kegiatan olah raga selama berada di shelter seperti
untuk berolah raga, senam, sepak bola, bulu tangkis, tenis meja dan bola
kasti.
7) Penyediaan sarana dalam kegiatan perlombaan dalam rangka
menyambut dan memperingati HUT RI atau momen bersejarah lainnya
seperti sarana tenis meja.
3. Penyiapan sarana Disabilitas (penyandang cacat)
a. Pengertian penyandang cacat
Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik
dan/atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan
hambatan bagi dirinya untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara layak
(UU RI No.4 Tahun 1997).
b. Karakteristik Disabilitas
1) Netra, yang ditujukan pada orang yang tidak dapat melihat atau indera
penglihatannya tidak berfungsi.
2) Disabilitas tubuh, yakni orang yang memiliki kelainan fisik, alat gerak yang
meliputi tulang, otot dan persendian baik dalam struktur atau fungsinya
yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan baginya untuk
melakukan kegiatan secara layak.
3) Disabilitas rungu wicara, yakni suatu keadaan cacat dimana tidak dapat
mendengar dan berbicara dengan baik sehingga menjadi hambatan
dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara layak.
4) Disabilitas mental, yakni kecacatan secara mental baik berupa kelainan
mental atau jiwa, sehingga tidak dapat mempelajari dan melakukan
perbuatan yang umum dilakukan orang lain secara wajar dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Kebutuhan sarana.
Penyiapan sarana yang harus dipenuhi dalam situasi darurat guna
meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi permasalahan yang
ada, antara lain :
1) Disabilitas netra yakni kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, ekonomi,
budaya dan intervensi.
2) Disabilitas tubuh, yakni kebutuhan alat bantu, hubungan sosial,
bimbingan psikososial, aksebilitas, seperti kursi roda, krak, kebutuhan
primer (sandang, pangan, papan, kebutuhan rasa aman, dsb.
3) Disabilitas rungu wicara, yakni kebutuhan alat komunikasi (hearing aid),
aksebilitas, keterampilan dan vokasional, rehabilitasi sosial, dsb.
4) Disabilitas mental, yakni kebutuhan aksebilitas, pendidikan, perawatan,
penempatan pada lembaga pelayanan peerlindungan khusus, kebutuhan
terapi khusus, dsb.
d. Prosedur mendapatkan bantuan yakni pejabat yang berwenang di
pemerintah Kab/kota mengajukan usulan bantuan kepada pejabat yang
berwenang di pemerintah provinsi.
e. Persyaratan mendapatkan bantuan:
1) Laporan jenis kejadian bencana oleh BPBD setempat
2) Daftar nama-nama calon penerima bantuan
3) Surat keterangan kecacatan dari RT/RW
4) Foto copy KTP dan KK
4. Penyiapan sarana korban bencana perempuan dan wanita hamil
a. Karakteristik
Hidup di pengungsian dan tinggal di shelter yang serba terbatas, perempuan
pengungsi menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja apa saja untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.
b. Kebutuhan mendesak bagi perempuan dan ibu hamil di shelter antara lain:
1) Memiliki akses untuk memperoleh seluruh fasilitas umum yang terdapat
disekitar shelter seperti peralatan dapur (panci, wajan, kompor, dsb).
2) Penyiapan tersedianya sarana pelayanan kesehatan reproduksi seperti
pembalut wanita, P3K, dan alat-alat lainnya.
c. Jenis penyiapan sarana yang disediakan, diantaranya:
1) Penyediaan sarana pelayanan kesehatan reproduksi secara tepat waktu
yang dapat mencegah kematian, penyakit, komplikasi kebidanan, infeksi
HIV dan ganguan reproduksi.
2) Layanan konseling, pencegahan aborsi, perawatan infeksi saluran
reproduksi
3) Pelatihan keterampilan usaha ekonomis produktif, terutama bagi
perempuan rawan sosial ekonomi.
4) Penguatan kapasitas perempuan untuk mengelola proses dan hasil dari
pengungsian.
B.B. 5.3.
SESI.3.
PENCATATAN DAN PELAPORAN SARANA
Pencatatan dan pelaporan merupakan suatu komponen pelayanan sosial yang
penting, sebagai kegiatan administrasi. Pencatatan dan pelaporan yang professional harus
lengkap, ringkas, dapat dibaca dan akurat.
Idealnya, suatu system pencatatan dan pelaporan akan menciptakan dokumentasi
yang bermanfaat untuk tujuan: (1) sebagai pertanggungjawaban atas hal-hal yang dilakukan;
(2) menyediakan data yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi perubahan yang
diinginkan, melayani permintaan, dan penyebaran informasi; (3) menyediakan data untuk
kepentingan penelitian; (4) menyediakan data yang mengungkapkan pertimbangan di dalam
membuat keputusan, pengembangan dan monitoring; (5) menyediakan data yang
diperlukan untuk kebutuhan kebijakan; (6) menyediakan informasi yang dapat dimengerti
oleh pengamat dari luar (badan akreditasi, pengacara, perusahaan asuransi, pengendalian
mutu pribadi, dan lain-lain).
Dalam kegiatan bantuan sarana terhadap korban bencana alam, sangat penting
dilakukan pencatatan dan pelaporan sebagai suatu bentuk mendokumentasikan hasil
bantuan sarana bencana secara tertulis yang dapat digunakan sebagai referensi dalam
melakukan kegiatan penyiapan sarana lainnya. Pelaporan merupakan susunan catatan yang
sistematik, realistis, reabilitas yang menjadi hasil pelaksanaan proses kegiatan dari awal
sampai akhir.
Pencatatan dan pelaporan dalam kegiatan penyiapan sarana berfungsi sebagai
pendokumentasian hasil-hasil proses dan langkah pengelolaan penyiapan sarana yang
dituangkan secara tertulis, diharapkan dapat dibaca dan dipelajari kembali oleh pihak lain
yang berkompeten dan menjadi bahan tolak ukur keberhasilan kegiatan penyediaan sarana
itu sendiri. Selanjutnya form yang diperlukan dalam pencatatan dan pelaporan disesuaikan
dengan langkah-langkah kegiatan penyiapan sarana.
Pelaporan barang bantuan logistic/sarana bidang penaggulangan bencana
merupakan suatu informasi tentang bantuan-bantuan yang ada digudang. Dibuat secara
periodik dan berkesinambungan dari proses penerimaan, penataan, pendistribusian,
pengeluaran/penyaluran dan penghapusan barang bantuan sosial.
Administrasi laporan pertanggungjawaban harus sesuai dengan format dan dibuat
secara periodik dan disimpan sebagai arsip. Pembukuan/pencatatan dan pelaporan
dilakukan berdasarkan buku penatausahaan barang persediaan sesuai Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 171/PMK.05/2007 tentang sistem akuntasi dan pelaporan
keuangan pemerintah pusat, sebagaimana di atur dalam pasal 18 ayat (1) menyebutkan
“setiap kementerian Negara/Lembaga wajib menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan
laporan keuangan dan ayat (2) SAI terdiri dari SAK, SIMAK-BMN dan SA-BPP”. Dalam pasal
39 ayat (1) disebutkan setiap unit akuntansi barang melakukan inventarisasi atas BMN yang
dikuasainya, ayat (2) disebutkan “Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun kecuali untuk persediaan dan
konstruksi dalam pengerjaan dilaksanakan setiap tahun. Pencatatan dan pelaporan
persediaan yang dilaksanakan oleh Kementrian Sosial RI, Dinas/Instansi Sosial Provinsi dan
Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota sebagaimana diuraikan berikut ini:
A. Pencatatan dan pelaporan pada Kementerian Sosial RI
Berdasarkan penerimaan dan pengeluaran barang, Kepala Gudang dibantu oleh
Petugas Administrasi Persediaan melakukan pencatatan setiap transaksi persediaan
pada Buku Persediaan yang dilengkapi dengan Buku pembantunya dan Kartu Barang,
yaitu:
a. Buku persediaan
1) Buku Persediaan ini mencatat penerimaan barang,
penyaluran/pengiriman barang kepada Dinas/Instansi Sosial Provinsi dan
saldo barang yang terdapat di gudang Kementerian Sosial RI (Gudang
Bekasi).
2) Buku Persediaan tersebut dilengkapi dengan Buku pembantu sebagai alat
kendali seperti daftar pengiriman barang persediaan kepada setiap
Dinas/Instansi Sosial Provinsi.
b. Kartu Barang
Kartu Barang dibuat untuk setiap jenis barang dan ditempatkan pada setiap
tumpukan barang di gudang yang memuat informasi mengenai mutasi
penerimaan dan pengeluaran barang serta saldo barang.
c. Pemeriksaan fisik persediaan
Setiap akhir semester paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, Kepala
Satuan Kerja (Direktur) selaku penaggungjawab UAKPB menugaskan Tim
untuk melakukan pemeriksaan fisik persediaan. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan bersama dengan Kepala Gudang dilakukan terhadap seluruh
batang persediaan yang tersimpan di gudang dan dituangkan ke dalam Berita
Acara pemeriksaan fisik barang, yang disetujui oleh kepala Satuan kerja
(Direktur) selaku penaggungjawab UAKPB.
d. Laporan persediaan
1) Berdasarkan berita acara pemeriksaan fisik barang setiap akhir semester,
kepala Bagian Umum SesDitjen. Linjamsos menyusun rekapitulasi saldo
persediaan dan menyampaikannya kepada Direktur selaku penanggung
jawab UAKPB yang terkait sebagai bahan penyusun laporan persediaan
untuk menyusun laporan keuangan (SAI). Rekapitulasi saldo persediaan
ini juga mencakup saldo persediaan yang dikelola oleh Kementerian
sosial RI, Dinas/Instansi Sosial Provinsi dan Dinas/Instansi Sosial
Kabupaten/Kota berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Fisik Persediaan
dari gudang kementerian sosial RI, gudang Dinas/Instansi Sosial Provinsi
dan gudang Dinas/Instansi Kabupaten/Kota.
2) Laporan persediaan yang disusun oleh Satker penaggungjawab UAKPB
dibuat menurut sub-kelompok barang dan harus memberikan informasi
tentang jumlah persediaan yang rusak atau using. Laporan persediaan
diperoleh dari rekapitulasi saldo persediaan yang didukung dengan berita
acara pemeriksaan fisik persediaaan yang berasal dari gudang
kementerian sosial RI, gudang Dinas/Instansi Sosial Provinsi dan gudang
Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota.
3) Persediaan yang telah usang adalah persediaan yang tidak dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan operasional bukan hanya karena usianya
tapi juga karena sudah ketinggalan teknologi atau ketidaksesuaian
spesifikas.
4) System aplikasi persediaan yang dilaksanakan oleh UAKPB akan
melakukan jurnal penyesuaiaan secara otomatis, dan selanjutnya UAKPB
mengirimkan file data jurnal penyesuaiaan kepada UAKPA.
B. Pencatatan dan pelaporan pada Dinas/Instansi Sosial Provinsi
Berdasarkan penerimaan dan pengeluaran barang, pengelola persediaan pada
gudang Dinas/Instansi Sosial Provinsi melakukan pencatatan terhadap seluruh
barang kedalam Buku Persediaan barang dan Kartu Barang, yaitu:
i. Buku persediaan
1) Buku persediaan mencatat penerimaan dan penyaluran kepada
Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota yang dibuatkan per jenis barang
untuk setiap Satker Kementerian Sosial yang merupakan sumber
penerimaan barang, yaitu Direktorat Perlindungan Sosial Korban
Bencana Alam (PSKBA) dan Direktorat Perlindungan Sosial Korban
Bencana Sosial (PSKBS).
a) Buku persediaan Dinas Sosial Provinsi untuk barang yang
berasal dari direktorat PSKBA.
b) Buku persediaan Dinas Sosial Provinsi untuk barang yang
berasal dari Direktorat PSKBS.
2) Buku persediaan tersebut dilengkapi dengan buku pembantu sebagai
alat kendali seperti daftar pengiriman barang persediaan kepada
setiap Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota.
ii. Kartu barang
1) Kartu barang dibuat untuk setiap jenis barang dan ditempatkan pada
setiap tumpukan barang di gudang yang memuat informasi mengenai
mutasi penerimaan dan pengeluaran barang serta saldo barang.
iii. Pemeriksaan fisik persediaan
1) Setiap akhir semester paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya,
Kepala Dinas Sosial Provinsi menugaskan Tim untuk melakukan
pemeriksaan fisik persediaan (stock opname) terhadap seluruh barang
persediaan yang tersimpan di gudang dan di tuangkan kedalam berita
acara pemeriksaan fisik barang, yang dilakukan bersama dengan
pengelola persediaan/petugas gudang persediaan.
2) Berita acara tersebut dibutkan masing-masing atas persediaan yang
berasal dari Dit. PSKBA dan Dit. PSKBS.
a) Berita acara pemeriksaan fisik yang bersumber dari Direktorat
PKSBA.
b) Berita acara pemeriksaan fisik yang bersumber dari Direktorat
PKSBS.
iv. Laporan persediaan
1) Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Fisik Barang setiap akhir
semester, Petugas Administrasi persediaan pada Dinas/Instansi Sosial
Provinsi menyusun rekapitulasi saldo persediaan yang dibuatkan
untuk masing-masing Satker sumber persediaan yaitu Dit. PSKBA dan
Dit. PSKBS.
2) Rekapitulasi saldo persediaan ini juga mencakup saldo persediaan
yang dikelola oleh Dinas/Instansi Sosial Provinsi dan Dinas/Instansi
Sosial Kabupaten/Kota berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Fisik
Persediaan dari gudang Dinas/Instansi Sosial Provinsi dan gudang
Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota.
a) Rekapitulasi saldo persediaan Direktorat PSKBA
b) Rekapitulasi saldo persediaan Direktorat PSKBS
3) Rekapitulasi saldo persediaan Dinas/Instansi Sosial Provinsi ini
merupakan lampiran laporan persediaan yang disampaikan oleh
Kepala Dinas/Instansi Sosial Provinsi kepada SesDitjen. Linjamsos.
Laporan persediaan harus memberikan informasi tentang jumlah
persediaan yang rusak atau usang. Persediaan yang telah usang
adalah persediaan yang tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional bukan hanya karena usianya tapi juga karena sudah
ketinggalan teknologi atau ketidaksesuaian spesifikasi.
a) Laporan persediaan Direktorat PSKBA
b) Laporan persediaan Direktorat PSKBS
c)
C. Jenis-jenis laporan meliputi:
a) Laporan Harian : merupakan laporan untuk mengetahui kondisi stock
berdasarkan data terakhir gudang. Laporan ini dapat mempergunakan kartu
stock barang yang selalu di update pada saat barang masuk dan barang
keluar. Kartu stock harus dilengkapi dengan dokumen penerimaan dan
pengeluaran yang diarsip secara urut berdasarkan tanggal penerimaannya
b) Laporan Bulanan : merupakan laporan untuk mengetahui kondisi stock yang
berdasarkan data terakhir kartu stock barang yang telah dibandingkan
dengan data fisik barang (stock opname bulanan). Laporan ini berfungsi
sebagai alat control bagi Dinas Sosial Provinsi dalam perencanaan pengadaan
dan penyaluran barang bantuan sekaligus untuk mengetahui situasi kondisi
saat ini.
c) Laporan Triwulan : merupakan akumulasi dari laporan bulanan dan hasil
opname fisik barang untuk mengetahui kondisi barang per tiga bulan.
d) Laporan Semester I, II dan Tahunan : merupakan laporan
pertanggungjawaban penggunaan barang milik Negara sesuai dengan standar
akuntansi pemerintah untuk mengetahui situasi dan kondisi barang secara
transparan dan akuntabel berdasarkan pencatatan dan hasil opname fisik
barang sesuai standar akuntansi pemerintah (SAP), sebagai bahan laporan
semester I dan II keuangan pemerintah.
e) Laporan Rekapitulasi : untuk mengetahui frekuensi pendistribusian bantuan
bencana baik di provinsi maupun di kabupaten/kota, yang dilakukan
berdasarkan Berita Acara Serah Terima barang (BAST).
f) Laporan Stock Opname : laporan yang diterbitkan berdasarkan audit stock
opname bersama dengan pimpinan atau atasan langsung dan pemeriksaan
dari badan pengawasan daerah, bila perlu didampingi Inspektorat Jenderal
Kementerian Sosial dan BPKP.
g) Laporan Emergency : laporan tentang kejadian yang sifatnya emergency,
terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga. Laporan ini dibuat berdasarkan
kejadian bencana.
h) Laporan Barang Rusak dan atau Kadaluarsa : merupakan laporan untuk
mengetahui kondisi bantuan yang rusak dan kadaluarsa yang ada di gudang
secara keseluruhan dan pelaporannya dibuat berdasarkan hasil penilaian
petugas gudang dan disertai rencana penghapusan yang dilengkapi dengan
berita acara penghapusan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
Jakarta, April 2015.
Penyusun,
Drs. Darmawi Rani, M.Si.