Materi Gangguan Refraksi Mata

18
Latar Belakang Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasansinar tidak difokuskan pada retina (bintik kuning). Untuk memasukkan sinar atau bayangan benda ke mata diperlukan suatu sistem optik. Diketahui bahwa bola mata mempunyai panjang kira-kira 2.0 cm. Untuk memfokuskan sinar ke retina diperlukan kekuatan 50.0 dioptri. Lensa berkekuatan 50.0 dioptri mempunyai titik api pada titik 2.0 cm (Ilyas , 2006, p1). Pada mata yang tidak memerlukan alat bantu penglihatan (biasa disebut mata normal) terdapat 2 sistem yang membiaskan sinar yang menghasilkan kekuatan 50.0 dioptri. Kornea mata mempunyai kekuatan 80% atau 40 dioptri dan lensa mata berkekuatan 20% atau 10 dioptri (Ilyas , 2006, p1). Menurut Ilyas (2006, p2) kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optic pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Pada kelainan refraksi, sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, akan tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, dan astigmatisme. B. Rumusan Masalah

description

ok

Transcript of Materi Gangguan Refraksi Mata

Page 1: Materi Gangguan Refraksi Mata

Latar Belakang

Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata

sehingga pembiasansinar tidak difokuskan pada retina (bintik kuning).

Untuk memasukkan sinar atau bayangan benda ke mata diperlukan suatu

sistem optik. Diketahui bahwa bola mata mempunyai panjang kira-kira 2.0

cm. Untuk memfokuskan sinar ke retina diperlukan kekuatan 50.0 dioptri.

Lensa berkekuatan 50.0 dioptri mempunyai titik api pada titik 2.0 cm

(Ilyas , 2006, p1).

Pada mata yang tidak memerlukan alat bantu penglihatan (biasa disebut

mata normal)   terdapat 2 sistem yang membiaskan sinar yang

menghasilkan kekuatan 50.0 dioptri.    Kornea mata mempunyai kekuatan

80% atau 40 dioptri dan lensa mata berkekuatan 20% atau 10 dioptri (Ilyas ,

2006, p1).

Menurut Ilyas (2006, p2) kelainan refraksi adalah keadaan dimana

bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi

ketidakseimbangan sistem optic pada mata sehingga menghasilkan

bayangan yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan

sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina.

Pada kelainan refraksi, sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, akan

tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan mungkin tidak terletak

pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia,

hipermetropia, dan astigmatisme.

B.        Rumusan Masalah

Page 2: Materi Gangguan Refraksi Mata

Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan

masalah sebagai berikut :

1.    Apa pengertian refraksi mata?

2.    Apa saja klasifikasi refraksi mata?

3.    Apa saja etiologi refraksi mata?

4.    Bagaimana patofisiologi refraksi mata?

5.    Apa manifestasi klinis klien yang mengalami refraksi mata?

6.    Apa saja komplikasi refraksi mata?

7.    Apa saja pemeriksaan penunjang refraksi mata?

8.    Bagaimana penatalaksanaan refraksi mata?

9.    Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan refraksi mata?

C.        Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan

sebagai berikut :

1.      Menjelaskan pengertian refraksi mata.

2.      Menjelaskan klasifikasi refraksi mata.

3.      Menjelaskan etiologi refraksi mata.

4.      Menjelaskan patofisiologi refraksi mata.

5.      Menjelaskan manifestasi klinis klien yang mengalami refraksi mata.

6.      Menjelaskan komplikasi refraksi mata.

7.      Menjelaskan pemeriksaan penunjang refraksi mata.

8.      Menjelaskan penatalaksanaan refraksi mata.

9.      Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan refraksi mata.

Page 3: Materi Gangguan Refraksi Mata

BAB II

PEMBAHASAN

A.       Pengertian

      Gangguan refraksi mata adalah pembiasan sinar oleh media penglihatan

yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kara atau panjang  bola

mata, sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat di biaskan di daerah

macula lutea tanpa bantuan akomodasi , keadaan ini disebut Ametropia

( masjoer, A :1999 : 72 )

      Gangguan refraksi mata adalah penyimpangan cahaya yang lewat secara

miring dari suatau medium ke mediuGm lain yang berbeda densitasnya.

Penyimpangan tersebut terjadi pada permukaan pembatas kedua medium

tersebut yang dikenal sebagai permukaan refraksi ( Dorland, 1996; 1591 ).

      Gangguan refraksi mata adalah suatau keadaan dimana penglihatan

terganggu  karena terlalu pendek  atau terlalu panjang bola mata sehingga

mencegah cahaya terfokus dengan jelas pada retina ( Timby, Scherer dan

Smith, 2000 )

B.        Klasifikasi

Klasifikasi kelainan refleks menurut ilyas, S. ( 1998 ), Tinaby, Scherer dan

Smith, E. (2000). Ada 2 yaitu :

1.    Ametropia

Ametropia (mata dengan kelainan refraksi) berasal dari bahasa Yunani;

ametros, yang berarti tidak seimbang/sebanding, dan opsis, adalah

penglihatan. Jadi ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan

Page 4: Materi Gangguan Refraksi Mata

refraksi dimana   mata yang dalam keadaan tanpa akomodasi atau istirahat

memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada

retina.

Ametropia dibedakan menjadi 4 yaitu:

a.      Ametropi oksial: Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih

panjang atau pendek.

b.      Ametropia refraktif: Ametropia akibat kelainan system pembiasan sinar di

dalam mata.

c.       Ametropia kurvatur: Ametropia akibat kelengkungan kornea atau lensa

yang tidak normal.

d.      Ametropia indeks: Ametropia karena indeks bias abnormal di dalam mata.

Ametropia dapat ditemukan empat bentuk kelainan yaitu :

a.      Myopia

Myopia adalah mata denga daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar

yang sejajar atau datang dari tak terhingga di fokuskan di depan retina.

Myopia dibedakan berdasarkan :

1)      Menurut bentuknya myopia dibedakan menjadi 2 yaitu :

a)      Myopia refraktif

Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada

katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga

pembiasan lebih kuat.

b)      Myopia aksial

Myopia akibat panjanganya sumbu bola mata, dengan kelengkungan lenssa

mata dan kornea yang normal.

Page 5: Materi Gangguan Refraksi Mata

2)      Menurut derajat beratnya myopia dibedakan dalam :

a)      Myopia ringan dimana myopia kecil dari pada 1 – 3 dioptri.

b)      Myopia sedang dimana myopia lebih dari antara 3 – 6 dioptri.

c)      Myopia berat atau tinggi dimana myopia lebih besar dari 6 dioptri.

3)      Menurut perjalanan myopia dikenal bentuk :

a)      Myopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa.

b)      Myopia progresif, myopia yang bertambah terus menerus pada usia

dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata.

c)      Myopia maligna atau degeneratif, myopia yang dapat mengakibatkan ablasi

retina dan kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa ditemukan pada

semua umur dan terjadi sejak lahir.

b.      Hipermetropi

Merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar

sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titim fokusnya terletak

dibelakang retina, hipermetropi dikenal dalam bentuk :

1)      Hipermetropi manifestasi

Ialah hipermetropi yang dapat dikoreksi dengan kaca mata positif maksimal

yang memberikan tajam penglihatan yang normal.

2)      Hipermetropi laten

Ialah dimana kelainan hipermetropi tanpa sikloplegia ( atau dengan obat

yang melemahkan akomodasi ) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.

3)      Hipermetropi total

Page 6: Materi Gangguan Refraksi Mata

Hipermetropi yang ukuranya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia

( obat tetes mata, biasanya diberikan pada anak, pemberian diberikan

selama 3 hari untuk mengetahui kelainan refraksi ).

c.       Afakia

Adalah suatau keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata

tersebut menjadi hipermetropi tinggi.

d.      Astigmatisme

Adalah kelainan kelengkungan kornea mata. Astigmatisme dikenal dalam

bentuk:

1)      Astigmatisme reguler

Adalah Astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah

atau berkurang perlahan – lahan secara terataur dari satau meredian ke

meredian berikutnya.

2)      Astigmatisme irreguler

Adalah astigmatisme yang terjadi tidak mempunyai 2 meredian yang tegak

lurus.

2.    Presbiopi

Adalah gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dpat terjadi akibat

kelemahan otot akomodasi, lensa meta tidak kenyal atau berkurang

elastisitasnya akibat sclerosis lensa.

C.        Etiologi

Penyebab kelainan refraksi menurut Ilyas, S. (1998). Timby, Scherer dan

smith. (2000) yaitu :

1.    Myopia

Page 7: Materi Gangguan Refraksi Mata

a.    Sumbu optik bola mata lebih panjang.

b.    Pembiasan media penglihatan kornea lensa yang terlalu kuat.

2.    Hipermetropi

a.    Bola mata pendek atau sumbu anteropasterior yang pendek.

b.    Kelengkungan kornea atau lensa kurang.

c.    Indeks bias kurang pada sistem optik mata.

3.    Afakia

Tidak adanya lensa mata.

4.    Astigmatisme

a.    Kelainan kelengkungan permukaan kornea.

b.    Kelainan pembiasan pada miridian lensa yang berbeda.

c.    Infeksi kornea.

d.    Truma distrofi.

5.    Presbiopi

a.    Kelemahan otot akomodasi.

b.    Lensa mata tidak kenyal atau berkurangnya elastisitas akibat sklerosis

lensa.

D.       Patofisiologi

Patofisiologi menurut Ilyas ( 1998 ).

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang

terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca dan panjangnya bola

mata. Pada orangn normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan

Page 8: Materi Gangguan Refraksi Mata

panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan mata

dibiaskan tepat di macula lutea. Mata normal disebut emetropia mata

dengan kelainan refraksi mengakibatkan sinar normal tidak dapat terfokus

pada macula. Hal ini disebabkan oleh kornea yang terlalu mendatar atau

mencembung, bola mata lebih panjang atau pendek lensa berubah

kecembungannyaatau tidak ada lensa mengakibatkan Ametropi dan bila di

akibatkan oleh elastisitas lensa yang kurang atau kelemahan otot

akomodasi mengakibatkan presbiopi.

Pada Ametropi apabila bola mata lebih panjang pembiasan kornea

berlebihan atau lensa yang terlalu kuat mengakibatkan pembiasan terlalu

kuat sehingga fokus terletak didepan retina dan penderita mengalami rabun

jauh ( myopia )sebaliknya bila bola mata terlalu pendek, indeks bias

kurangatau kelengkungan kornea atau lensa kurang maka pembiasan tidak

cukup sehingga fokus dibelakang retina dan mengakibatkan rabun dekat

( hipermetropi ). Hipermetropi tinggi terjadi akibat mata tidak memiliki

lensa ( Afakia ) apabila terjadi kelainan kelengkungan kornea, infeksi

kornea, distrofi atau pembiasan lensa berbeda maka akan mengakibatkan

bayangan ireguler (Astigmatisme).

Pada presbiopi elastisitas lensa yang berkurang atau kelemahan otot

akomodasi mengakibatkan daya akomodasi berkurang, sehingga lensa

kurang mencembung dan pembiasan kurang kuat. Untuk melihat mata

berakomodasi terus menerus sehingga terjadi ketegangan otot siliar yang

mengakibatkan mata lelah, dan mata berair jika menekan kelenjar air mata.

Pada ametropi akomodasi juga dilakukan terus menerus agar mata dapat

melihat. Hal ini mengakibatkan mata lelah atau sakit, mata esotropia atau

mata juling ke dalam dan strabismus karena bola mata bersama – sama

Page 9: Materi Gangguan Refraksi Mata

konvergensi, serta glaucoma sekunder karena hipertrofi otot siliar pada

badan siliar mempersempit sudut bilik mata.

Rabun jauh atau myopia yang berjalan progresif akan mengakibatkan

kebutaan dan hiperplasi pigmen epitei dan perdarahan, kebutaan dapat

terjadi karena digenari macula dan retina perifer mengakibatkan atrofi lapis

sensori retina dan degennerasi saraf optik. Hiperplasi pigmen epitel dan

perdarahan terjadi karena neovaskularisasi sub retina akibat ruptur

membran bruch.

E.        Manifestasi Klinis

1.      Myopia

a.      Melihat jelas bila dekat dan melihat jauh kabur ( rabun jauh ).

b.      Sakit kepala sering disertai juling.

c.       Celah kelopak yang sempit.

d.      Astemopia konvergensi.

e.      Myopik kresen yaitu: gambaran bulan sabit yang terlihat pada polos

posterior fundus matamyopia yang terdapat pada daerah pupil saraf optik

akibat tidak tertutupnya sklera oleh koroid.

f.        Degenerasi macula dan retina bagian perifer.

2.    Hipermetropi

a.         Penglihatan dekat dan jauh kabur.

b.         Sakit kepala.

c.       Silau

d.       Diplopia atau penglihatan ganda.

Page 10: Materi Gangguan Refraksi Mata

e.       Mata mudah lelah.

f.        Sakit mata.

g.       Astenopia akomodatif.

h.       Ambiopia

i.         Kelelahan setelah membaca.

j.         Mata terasa pedas dan tertekan.

3.    Afakia

a.      Benda yang dilihat menjadi lebih besar 25% dibandingm ukuran

sebenarnya.

b.      Terdapat efek prisma lensa tebal sehingga benda terlihat seperti

melengkung.

c.       Bagian yang jelas terlihat hanya bagian sentral sedangkan penglihatan tepi

kabur.

4.    Astigmatisme

a.      Penurunan ketajaman mata baik jarak dekat maupun jauh.

b.      Tidak teraturnya lekukan kornea.

5.    Presbiopi

a.      Kelelahan mata.

b.      Mata berair.

c.       Sering terasa pedas pada mata.

F.         Komplikasi

Page 11: Materi Gangguan Refraksi Mata

Komplikasi dapat terjadi pada kelainan refraksi menurut ilyas ( 1998 ) dan

Ilyas, Tamzil, Salamun dan Ashar ( 1981 ) yaitu :

1.    Strabismus.

2.    Juling atau esotropia.

3.    Perdarahan badan kaca.

4.    Ablasi retina.

5.    Glaukoma sekunder.

6.    Kebutaan

G.       Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Mansjoer ( 1999 ) :

1.      Pemeriksaan ketajaman penglihatan.

Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu snellen

caranya :

a.      Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari kartu snellen dengan mata

tertutup satu

b.      Pasien diminta membaca huruf yang terdapat pada kartu, mulai dari yang

paling atas ke bawah dan  tentukan baris terakhir yang bisa di baca

seluruhnya dengan benar.

c.       Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ) maka

dilakukan uji hitung dengan uji hitung jarak 6m.

d.      Jika pasien tidak dapat menghitung jarak dari 6 m, maka jarak dapat

dikurangi 1 m sampai jarak maksimal penguji dengan pasien 1m.

Page 12: Materi Gangguan Refraksi Mata

e.      Jika pasien tetap tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari

jarak 1 m.

f.        Jika pasien tetap tidak dapat melihat lambaian tangan dilakukan uji dengan

arah sinar.

g.      Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinarmaka dikatakan

penglihatannya adalah 0 ( nol ) buta total.

Penilaian :

a.      Tajam penglihatan adalah 6/6 berarti pasien dapat membaca seluruh hurup

dalam kartu snellen dengan benar.

b.      Bila baris yang dibaca seluruhnya bertanda 30 maka dikatakan tajam

penglihatan 6/30, berarti dia hanya bisa melihat pada jarak 6m yang oleh

orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30m.

c.       Bila dalam uji hitung pasien hganya dapat melihat atau menentukan dari

jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3m maka dinyatakan tajam

penglihatan 3/60. jari terpisah dapat terlihat orang normal pada jarak 60m.

d.      Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak

300m bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1m berarti

tajam penglihatan adalah 1/300.

e.      Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat lambaian

tangan maka dikatakan sebagai 1/~ orang normal dapat melihat cahaya

pada jarak yang tak terhingga.

2.      Pemeriksaan kelainan refraksi.

Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai dengan mata

kanan kemudian mata kiri, dilakukan setelah tajam pemeriksaan diperiksa

dan diketahui adanya kelainan refraksi.

Page 13: Materi Gangguan Refraksi Mata

Caranya :

a.      Pasien duduk dengan jarak 6m dari kartu snellen.

b.      Satu mata dututup dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca

baris yang terkecil yang masih dapat dibaca.

c.       Pada mata yang terbuka diletakan lensa + 0,50 untuk menghilangkan

akomodasi pada saat pemeriksaan.

d.      Kemudian diletakan lensa positif tambahan, dikaji :

1)      Bila penglihatan tidak bertambah baik berarti pasien tidak hipermetropi.

2)      Bila bertambah jelas dan dengan kekuatan lensa yang ditambah secara

perlahah  - lahan bertambah baik berarti pasien mengalami hipermetropi,

lensa positif terkuat yang masih memberikan ketajaman terbaik merupakan

ukuran lensa koreksi untuk mata hipermetropia tersebut.

e.      Bila penglihatan tidak bertambah baik maka diletakan lensa negatif, bila

menjadi lebih jelas bearti pasien mengalami myopia. Ukuran lensa koreksi

adalah lensa negatif teingan yang memberikan ketajaman penglihatan

maksimal.]

f.        Bila baik dengan lensa positif maupun negatif penglihatan tidak bertambah

baik  atau tidak maksimal ( penglihatan tidak mencapai 6/6 ) maka akan

dilakukan ujipinhole. Letakan pinhole didepan mata yang sedang diuji dan

meminta membaca baris terakhir yang masih dapat dilihat atau dibaca

sebelumnya bila :

1)      Pinhole tidak memberikan perbaikan berarti mata tidak dapat dikoreksi

lebih lanjut karena media penglihatan keruh terdapat kelainan pada retina

atau syaraf optik.

Page 14: Materi Gangguan Refraksi Mata

2)      Terjadi perbaikan penglihatan, berarti terdapat astigmatisma atau silinder

pada mata tersebut yang belum mendapat koreksi.

g.      Bila pasien astigmatisma maka pada mata tersebut di pasang lensa potsitif

untuk membuat pasien menderita kelainan refraksi astigmatismus miopikus.

h.      Pasien diminta melihat kartu kipas astigma dan ditanya garis yang paling

jelas terlihat pada kartu  kipas astigma.

i.        Bila perbedaan tidak terlihat lensa positf diperlemah secara perlahan  -

lahan hingga pasien melihat garis yang paling jelas dan kabur.

j.        Dipasang lensa silinder negatif dengan sumbu yang sesuai dengan garis

terkabur pada kipas astigma.

k.       Lensa silinder negatif diperkuat sedikit demi sedikit  pada sumbu tersebut

sehingga sama jelasnya dengan garis lainya.

l.        Bila sudah sampai jelasnya dilakukan tes kartu snellen kembali.

m.    Bila tidak didapatkan hasil 6/6 maka mungkin lensa positif yang diberikan

terlalu berat harus dikurangi perlahan – lahan atau ditambah lensa negatif

perlahan – lahan sampai tajam penglihatan menjadi 6/6. derajat astigmat

adalah ukuran lensa silinder negatif yang dipakai sehingga gambar kipas

astigmat terlihat sama jelas.

3.      Pemeriksaan presbiopia.

Untuk lanjut usia dengan keluhan membaca dilanjutkan dengan

pemeriksaan presbiopia caranya :

a.      Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan dilakukan koreksi kelainan

refraksi bila terdapat myopia hipermetropia, atau astigmatisma sesuai

prosedur diatas.

Page 15: Materi Gangguan Refraksi Mata

b.      Pasien diminta membaca kartu pada jarak 30 – 40 cm.

c.       Diberikan lensa positif mulai +1 dinaikan perlahan 2x sampai

terbaca  huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini

ditentukan.

d.      Dilakukan pemeriksaan mata satu persatu.

H.       Penatalaksanaan

Penatalaksanaan refraksi menurut Satino, Ariani dan Lestari (2000).

1.      Non bedah.

Gangguan refraksi harus diperbaiki agar cahaya adapat terfokus pada

retina. Perbaikan ini dapat menggunakan sebuah lensa. jenis lensa yang

digunakan tergantung dari jenis kelainan refraksi.

a.      Myopia menggunakan lencsa konkaf atau negatif.

b.      Hipermetropia menggunakan lensa konveks atau positif.

c.       Presbiopia dapat menggunakan lensa konveks tetapi jika pasien tidak

dapat melihat jarak jauh, menggunakan lensa konkaf konveks atau lensa

ganda.

d.      Astigmatisma menggunakan lensa silinder.

Lensa tersebut dapat digunakan dengan menggunakan kaca mata atau

lensa kontak.

1)      Kaca mata.

Keuntungan :

a)      Mudah dugunakan

Page 16: Materi Gangguan Refraksi Mata

b)      Harganya lebih murah dan tahan lama.

Kerugian :

a)      Perubahan penampilan fisik

b)      Beratnya frame pada hidung dan penurunan penglihatan periperal karena

penglihatan dapat menjadi baik jika pasien melihat melalui pusat lensa.

2)      Contact lense atau lensa kontak.

Merupakan diskus atau cakram bulat dari plastik yang di design untuk

mengistirahatkan kornea mata dan dipasang dibawah mata. Contak lense

dipasang sesuai dengan ukuran, bentuk kornea dan kekuatan refraksi atau

pembiasan yang diinginkan.

Kerugian :

a)      Sulit dalam perawatan.

b)      Harga lebih mahal.

c)      Ada jangka waktu pemakaian ( tidak tahan lama ).

Keuntungan :

a)      Model lebih simple.

b)      Tidak menimbulkan gangguan penampilan peran.

c)      Bisa berfungsi sebagai estetika.

2.      Bedah

Pembedahan dapat mejadi alternatif tindakan untuk kelainan refraksi.

Radial keratotomy merupakan tindakan bedah untuk mengatasi myopia

sedang 8 – 16 insisi diagonal dibuat melalui 90% pada periperal kornea.

contac cornea tidak di insisi sehingga penglihatan tidak dipengaruhi insisi

pada kornea yang mana menurunkan panjang antereposterior mata dan

Page 17: Materi Gangguan Refraksi Mata

membantu gambaran terfokus pada retina. Komplikasi pada pembedahan

ini diantaranya luka atau scar pada kornea jika insisi terlalu dalam dan

kegagalan untuk mencapai kecukupan perbaikan jika insisi terlalu dangkal.

3.      Prosedur bedah

Prosedur bedah yang lain yang dapat dilakukan untuk memperbaikai

kelainan refraksi yaitu epikeratophakia pembedahan dari donor jaringan

kornea untuk klien kita yang mengalami kelainan refraksi akan tetapi dalam

hal ini jaringan donor yang digunakan untuk prosedur ini tidak semua

pasien dapat menerima transplantasi korne dari donor.