materi diklat

download materi diklat

of 73

Transcript of materi diklat

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

Drs. Salamoen Soeharyo, MPA Dra. Nasri Effendy, M.Sc

Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2006

Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2006 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 2009 telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000 maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS. iii

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110 Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Jakarta LAN 2006 142 hlm: 15 x 21 cm ISBN: 979 8619 83 8

iv Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin. Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung. Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR .................................................................. DAFTAR ISI................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ..................................................... A. Deskripsi Singkat................................................. B. Manfaat Pembelajaran ......................................... C. Tujuan Pembelajaran ........................................... iii v 1 1 1 1

BAB II

SISTEM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA .................................. A. Pengertian ............................................................ B. Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan Negara........................................... C. Rangkuman.......................................................... D. Latihan/Diskusi.................................................... 4 6 6 3 3

BAB III Jakarta, Desember 2006

PENYELENGGARAAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) .......................................... A. Pengertian dan Pemahaman Tata Kepemerintahan Yang Baik 7

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUNARNO

(Good Governance) ............................................. B. Upaya Mewujudkan Tata Kepemerintahanv

7

vi

vii

Yang Baik (Good Governance) ........................... C. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah .......... D. Peradilan Tata Usaha Negara............................... E. Rangkuman .......................................................... F. Latihan .................................................................

10 18 24 26 28 BAB VI

D. Rangkuman.......................................................... D. Latihan.................................................................

85 87

HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA LAINNYA DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN

BAB IV

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN................................... A. Asas Peraturan Perundang-undangan .................. B. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan ........................................... C. Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang ................................ D. Kerangka Peraturan Perundang-undangan........... E. Rangkuman .......................................................... F. Latihan ................................................................. 36 41 42 43 33 29 29

PEMERINTAHAN NEGARA ................................. A. Hubungan Presiden Dengan MPR....................... B. Hubungan Presiden Dengan DPR........................ C. Hubungan Presiden Dengan DPD ....................... D. Hubungan Presiden Dengan BPK........................ E. Hubungan Presiden Dengan MA......................... F. Hubungan Presiden Dengan MK......................... G. Hubungan Presiden Dengan Bank Indonesia............. H. Rangkuman.......................................................... I. Latihan.................................................................

88 88 89 90 90 91 91 92 93 93

BAB V

LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAH ................ A. Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah ..................................... B. Urusan Pemerintah Yang Menjadi Kewenangan Daerah ............................................ C. Lembaga Pemerintah Tingkat Pusat .................... D. Lembaga Pemerintah Tingkat Daerah ................. E. Lembaga Perekonomian Negara..........................

44

BAB VII

PROSES MANAJEMEN PEMERINTAHAN .......... A. Perencanaan .........................................................

95 95 98 102 114 126 128

45

B. Pengorganisasian ................................................. C. Pelaksanaan .........................................................

48 51 74 81

D. Pengawasan ......................................................... E. Rangkuman.......................................................... F. Latihan.................................................................

viii

BAB VIII PENUTUP.................................................................. A. Tes........................................................................ B. Tindak Lanjut.......................................................

130 130 131

REFERENSI

.............................................................................

132

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi SingkatMata Diklat Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia membahas pengertian sistem penyelenggaraan pemerintahan negara RI, penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik (good governance), pembentukan peraturan perundang-undangan, lembaga-lembaga pemerintah, hubungan Presiden dengan lembaga-lembaga negara lainnya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, dan proses manajemen pemerintahan dengan mengacu kepada UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.

B. Manfaat PembelajaranDengan mempelajari mata Diklat ini peserta Diklat akan memperoleh pengetahuan tentang Pelaksanaan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan RI yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas peserta.

C. Tujuan Pembelajaran1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami hal ikhwal tentang sistem1

2

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

penyelenggaraan pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu: a. Menjelaskan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara; b. Menjelaskan tata kepemerintahan yang baik (good governance); c. Menjelaskan pembentukan peraturan perundangan; d. Menjelaskan lembaga-lembaga pemerintah; e. Menjelaskan hubungan Presiden dengan lembagalembaga negara lainnya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara; f. Menjelaskan proses manajemen pemerintahan.

BAB II SISTEM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA

A. PengertianSistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara pada hakikatnya merupakan uraian tentang bagaimana mekanisme pemerintahan negara dijalankan oleh Presiden sebagai pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara ialah sistem bekerjanya Pemerintahan sebagai fungsi yang ada pada Presiden. Pada dasarnya Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara tidak membicarakan Sistem Penyelenggaraan Negara oleh Lembaga-lembaga Negara secara keseluruhan. Dalam arti sempit, istilah Penyelenggaraan Negara tidak mencakup lembaga-lembaga Negara yang tercantum dalam UUD 1945. Sedangkan dalam arti luas, istilah penyelenggaraan negara mengacu pada tataran supra struktur politik (lembaga negara dan lembaga pemerintah), maupun pada tataran infrastruktur politik (organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan). Dengan demikian, yang dimaksud dengan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara sebenarnya adalah mekanisme bekerjanya lembaga eksekutif, yang dipimpin oleh Presiden baik selaku Kepala Pemerintahan maupun sebagai Kepala Negara.

3

4

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

5

B. Penyelenggaraan Negara

Kekuasaan

Pemerintahan4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Menurut UUD 1945, Presiden adalah sebagai penyelenggara atau pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara. Dalam melakukan kewajibannya, Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. Selain itu, dalam menjalankan fungsinya Presiden dibantu oleh Menteri-Menteri Negara, dimana setiap Menteri Negara membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Menteri-menteri Negara ini diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Sebagai Kepala Lembaga Eksekutif atau Kepala Pemerintahan, Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan Undang-undang sebagaimana mestinya. Presiden tidak dapat membekukan dan atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai Kepala Negara, Presiden: 1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut; 2. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR; 3. Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan

perubahan atau pembentukan Undang-undang harus dengan persetujuan DPR ; Menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibat keadaan bahaya ditetapkan dengan Undang-undang ; Mengangkat Duta dan Konsul. Dalam mengangkat Duta, memperhatikan pertimbangan DPR ; Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR ; Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung (MA) ; Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR ; Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan Undang-undang ; Membentuk Dewan Pertimbangan yang bertugas memberi nasehat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dengan Undang-undang; Membahas rancangan Undang-undang untuk mendapatkan persetujuan bersama DPR; Mengesahkan Rancangan Undang-undang yang telah disetujui bersama DPR untuk menjadi Undang-undang. Dalam hal ikhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak

11. 12. 13.

menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang; 14. Mengajukan Rancangan Undang-undang APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD (Dewan Perwakilan Daerah);

6

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

15. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR atas dasar pertimbangan DPD; 16. Menetapkan Calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan telah mendapat persetujuan DPR untuk menjadi Hakim Agung ; 17. Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR ; 18. Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.

BAB III PENYELENGGARAAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE)A. Pengertian dan Pemahaman Kepemerintahan Yang Baik GOVERNANCE) Tata (GOOD

C. RangkumanSistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara tidak membicarakan sistem penyelenggaraan negara oleh lembagalembaga negara secara keseluruhan akan tetapi adalah membicarakan mekanisme bekerjanya lembaga-lembaga eksekutif yang dipimpin oleh Presiden baik selaku Kepala Pemerintahan maupun sebagai Kepala Negara. Sejalan dengan kemajuan masyarakat dengan peningkatan permasalahannya, birokrasi cenderung terus semakin besar. Akibatnya adalah timbul masalah kuantitas dan kualitas birokrasi yang semakin lama semakin serius, termasuk beban negara menjadi terus bertambah berat. Keadaan ini diperparah dengan datangnya era globalisasi, yang merupakan era semakin luas dan tajamnya kompetisi antar bangsa. Globalisasi menimbulkan masalah yang harus di atasi agar kepentingan nasional tidak dirugikan, di lain pihak menimbulkan pula peluang yang perlu dimanfaatkan untuk kemajuan dan kepentingan nasional. Namun hal itu tidak mungkin mampu dihadapi dan ditanggulangi lagi oleh pemerintah sendiri. ESCAP mengartikan governance sebagai proses pengambilan keputusan dan proses diimplementasikan atau tidak diimplementasikannya keputusan: the process of decision making and the process by which the decision are implemented (or not implemented). Istilah governance menurut ESCAP7

D. Latihan/Diskusi1. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara? 2. Apa saja tugas Presiden sebagai Kepala Pemerintahan dan sebagai Kepala Negara? 3. Mengapa Menteri-menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR?

8

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

9

dapat digunakan dalam beberapa konteks, seperti corporate governance, international governance, national governance dan local governance. Osborn dan Gaebler (1992: 24) mendefinisikan governance sebagai proses dimana kita memecahkan masalah kita bersama dan memenuhi kebutuhan masyarakat the process in which we solve our problem collectivelly and meet the society needs. Meuthia Ganie Rahman (Jakarta Post 26-10-1999: 2), mendefinisikan governance sebagai pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan negara dan sektor non pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Governance melibatkan berbagai pelaku, pelaku-pelaku yang berkepentingan atau stakeholder, yang pada dasarnya terdiri atas negara atau pemerintah dan non pemerintah atau masyarakat, yang tergantung dari permasalahan dan peringkat pemerintahannya dapat meliputi kalangan yang sangat luas dan beraneka ragam seperti organisasi politik, LSM, organisasi profesi, dunia usaha/swasta, koperasi, individu dan bahkan lembaga internasional. Oleh karena itu, UNDP (PT. Wahana, 1999: 14) juga menyebutkan bahwa governance yang baik sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat. Berhubung dengan keterlibatan berbagai pihak: negara, dunia usaha dan masyarakat tersebut, maka antara lain UNDP (ibid) mengemukakan ciri governance yang baik adalah:

1. Partisipasi, bahwa setiap warga negara baik langsung mau pun melalui perwakilan, mempunyai suara dalam pembuatan keputusan dalam pemerintahan; 2. Aturan hukum (rule of law), kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama untuk hak asasi manusia; 3. Transparansi, yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Informasi dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan serta dapat dipahami dan dimonitor; 4. Ketanggapan (responsiviness), yang berarti bahwa berbagai upaya lembaga dan prosedur-prosedur harus berupaya untuk melayani setiap stakeholder dengan baik, aspiratif; 5. Orientasi pada konsensus. Governance yang baik menjadi perantara kepentingan-kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas; 6. Kesetaraan (equity). Semua warga negara, mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan atau mempertahankan kesejahteraannya; 7. Efektifitas dan efisiensi, penggunaan sumber-sumber daya secara berhasilguna dan berdayaguna. Demikianlah kini istilah good governance telah menjadi perhatian orang dimana-mana. Dalam bahasa Indonesia telah ada tiga terjemahan untuk governance: kepemimpinan (Sofyan Effendi, lihat Bintoro), pengelolaan (Sofyan Wanandi; Meuthia Ganie Rachman) dan

10

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

11

penyelenggaraan (Bondan Gunawan). Mengingat istilah governance dapat digunakan dalam beberapa konteks seperti dikemukakan oleh ESCAP di atas, dan untuk negara/pemerintah mestinya public governance, maka istilah pengelolaan dan penyelenggaraan nampaknya lebih tepat. Akan tetapi dikaitkan dengan istilah yang ada dalam UUD 1945 penyelenggara negara dan penyelenggara pemerintahan negara nampaknya untuk kita, dalam penyelenggaraan negara/ pemerintahan, lebih baik governance diterjemahkan sebagai penyelenggaraan. BAPPENAS, melalui Tim Pengembangan Kebijakan Nasional menyatakan bahwa istilah tata kepemerintahan yang baik mulai banyak dikenal di tanah air sejak tahun 1997, ketika krisis ekonomi terjadi di Indonesia. Tata kepemerintahan yang baik merupakan suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis, dan efektif sesuai dengan cita-cita terbentuknya suatu masyarakat madani. Selain sebagai suatu konsepsi tentang penyelenggaraan peme rintahan, tata kepemerintahan yang baik juga merupakan suatu gagasan dan nilai untuk mengatur pola hubungan antara pemerintah, dunia usaha/swasta, dan masyarakat.

tidak singkat karena diperlukan pembelajaran, pemahaman, serta implementasi nilai-nilai tata kepemerintahan yang baik secara utuh oleh seluruh komponen bangsa termasuk oleh aparatur pemerintah dan masyarakat luas. Di samping itu, perlu adanya kesepakatan bersama serta rasa optimistik yang tinggi dari seluruh komponen bangsa bahwa penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik dapat diwujudkan demi pencapaian masa depan bangsa dan negara yang lebih baik. Untuk itu, Bappenas melalui Tim Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintahan Yang Baik, menyatakan bahwa dalam upaya mewujudkan tata kepemerintahan yang baik perlu diperhatikan prinsip-prinsip Tata Kepemerintahan Yang Baik dengan indikator minimal dan perangkat pendukung indikatornya sebagai berikut:

1. Wawasan Kedepan (Visionary):a. Indikator Minimal: 1) Adanya visi dan strategi yang jelas dan mapan dengan menjaga kepastian hukum; 2) Adanya kejelasan setiap tujuan kebijakan dan program; 3) Adanya dukungan dari pelaku untuk mewujudkan visi. b. Perangkat Pendukung Indikator: 1) Peraturan/kebijakan yang memberikan kekuatan hukum pada visi dan strategi; 2) Proses penentuan visi dan strategi secara partisipatif.

B. Upaya Mewujudkan Tata Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance)Upaya mewujudkan tata kepemerintahan yang baik membutuhkan komitmen kuat, daya tahan, dan waktu yang

12

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

13

2. Keterbukaan dan Transparansi (Openness and Transparancy)a. Indikator Minimal: 1) Tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses penyusunan dan implementasi kebijakan publik; 2) Adanya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau, bebas diperoleh, dan tepat waktu. Perangkat Pendukung Indikator: 1) Peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi; 2) Pusat/balai informasi ; 3) Website (e-government, e-procurement, dsb); 4) Iklan layanan masyarakat ; 5) Media cetak ; 6) Papan pengumuman. Indikator Minimal: 1) Adanya pemahaman penyelenggara negara tentang proses/metode partisipatif; 2) Adanya pengambilan keputusan yang didasarkan atas konsensus bersama. b. Perangkat Pendukung Indikator: 1) Pedoman pelaksanaan proses partisipatif; 2) Forum konsultasi dan temu publik, termasuk forum stakeholder ; 3) Media massa nasional maupun media lokal sebagai sarana penyaluran aspirasi masyarakat; b.

4) Mekanisme/peraturan untuk kepentingan yang beragam.

mengakomodasi

4. Tanggung Gugat (Accountability): a. Indikator Minimal: 1) Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur pelaksanaan; 2) Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan. b. Perangkat Pendukung Indikator: 1) Mekanisme pertanggungjawaban; 2) Laporan tahunan; 3) Laporan pertanggungjawaban; 4) Sistem pemantauan kinerja penyelenggara negara; 5) Sistem pengawasan; 6) Mekanisme reward and punishment. Indikator Minimal: 1) Adanya kepastian dan penegakkan hukum; 2) Adanya penindakan setiap pelanggar hukum; 3) Adanya pemahaman mengenai pentingnya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Perangkat Pendukung Indikator: 1) Sistem yuridis yang terpadu/terintegrasi (kepolisian, kejaksaan, pengadilan); 2) Reward and punishment yang jelas bagi aparat penegak hukum (kepolisian, kejaksaan, kehakiman);

b.

5. Supremasi Hukum (Rule of Law):a.

3. Partisipasi masyarakat (Participation):a.

14

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

15

3) Sistem pemantauan lembaga peradilan yang objektif, independen, dan mudah diakses publik (ombudsman); 4) Sosialisasi mengenai kesadaran hukum.

6. Demokrasi (Democracy):a. Indikator Minimal: 1) Adanya kebebasan dalam menyampaikan aspirasi dan berorganisasi; 2) Adanya kesempatan yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk memilih dan membangun konsensus dalam pengambilan keputusan kebijakan publik. Perangkat Pendukung Indikator: Peraturan yang menjamin adanya hak dan kewajiban yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk turut serta dalam pengambilan keputusan kebijakan publik.

8. Daya Tanggap (Responsiveness): a. Indikator Minimal: 1) Tersedianya layanan pengaduan dengan prosedur yang mudah dipahami oleh masyarakat; 2) Adanya tindak lanjut cepat dari laporan dan pengaduan. b. Perangkat Pendukung Indikator: 1) Standar pelayanan publik; 2) Prosedur dan layanan pengaduan hotlin ; 3) Fasilitas komunikasi dan informasi.

b.

9. Keefesienan dan Effectiveness):a.

Keefektifan

(Efficiency

and

7. Profesionalisme dan Kompetensi (Profesionalism and Competency):a. Indikator Minimal: 1) Berkinerja tinggi; 2) Taat asas; 3) Kreatif dan inovatif; 4) Memiliki kualifikasi di bidangnya. b. Perangkat Pendukung Indikator: 1) Standar kompetensi yang sesuai dengan fungsinya; 2) Kode etik profesi; 3) Sistem reward and punishment yang jelas; 4) Sistem pengembangan SDM; 5) Standar dan indikator kinerja.

Indikator Minimal: 1) Terlaksananya administrasi penyelenggaraan negara yang berkualitas dan tepat sasaran dengan penggunaan sumber daya yang optimal; 2) Adanya perbaikan berkelanjutan; 3) Berkurangnya tumpang tindih penyelenggaraan fungsi organisasi/unit kerja. Perangkat Pendukung Indikator: 1) Standar dan indikator kinerja untuk menilai efisiensi dan efektifitas pelayanan; 2) Survei-survei kepuasan stakeholders. Indikator Minimal: Adanya kejelasan pembagian tugas dan wewenang dalam berbagai tingkatan jabatan.

b.

10. Desentralisasi (Decentralization):a.

16

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

17

b.

Perangkat Pendukung Indikator: Peraturan perundang-undangan mengenai: 1) Struktur organisasi yang tepat dan jelas; 2) Job description (uraian tugas) yang jelas.

12. Komitmena.

pada

Pengurangan

Kesenjangan

(Commitment to Reduce Inequality):Indikator Minimal: 1) Adanya langkah-langkah atau kebijakan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat yang kurang mampu (subsidi silang, affirmative action, dan sebagainya); 2) Tersedianya layanan-layanan/fasilitas-fasilitas khusus bagi masyarakat tidak mampu; 3) Adanya kesetaraan dan keadilan gender; 4) Adanya pemberdayaan kawasan tertinggal. Perangkat Pendukung Indikator: 1) Peraturan-peraturan yang berpihak pada pember dayaan gender, masyarakat kurang mampu, dan kawasan tertinggal; 2) Program-program pemberdayaan gender, masyara kat kurang mampu, dan kawasan tertinggal.

11. Kemitraan Dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (Private Sector and Civil Society Partnership):a. Indikator Minimal: 1) Adanya pemahaman aparat pemerintah tentang pola kemitraan; 2) Adanya lingkungan yang kondusif bagi masyarakat kurang mampu (powerless) untuk berkarya; 3) Terbukanya kesempatan bagi masyarakat/dunia usaha swasta untuk turut berperan dalam penyediaan pelayanan umum; 4) Adanya pemberdayaan institusi ekonomi lokal/usaha mikro, kecil, dan menengah, serta koperasi. b. Perangkat Pendukung Indikator: 1) Peraturan-peraturan dan pedoman yang mendorong kemitraan pemerintah-dunia usaha swastamasyarakat; 2) Peraturan-peraturan yang berpihak pada masyarakat kurang mampu; 3) Program-program pemberdayaan.

b.

13. Komitmen pada Lingkungan Hidup (Commitment to Environmental Protection):a. Indikator Minimal: 1) Adanya keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan perlindungan/konservasinya; 2) Penegakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan; 3) Rendahnya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan; 4) Rendahnya tingkat pelanggaran perusakan lingkungan.

18

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

19

b.

Perangkat Pendukung Indikator: 1) Peraturan dan kebijakan yang menjamin perlindungan dan pelestarian sumber daya alam dan ling kungan hidup; 2) Forum kegiatan peduli lingkungan ; 3) Reward and punishment dalam pemanfaatan sumber daya dan perlindungan lingkungan hidup.

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik. 1. Pengertian Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggung jawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Berdasarkan pengertian ini, maka semua instansi pemerintah, badan dan lembaga negara di pusat dan daerah sesuai dengan tugas pokok masing-masing harus memahami lingkup akuntabilitasnya masing-masing, karena akuntabilitas yang diminta meliputi keberhasilan dan juga kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. 2. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Dalam pelaksanaan akuntabilitas di lingkungan instansi pemerintah, perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel; b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

14. Komitmen pada Pasar Yang Fair (Commitment to Fair Market):a. Indikator Minimal: 1) Tidak ada monopoli; 2) Berkembangnya ekonomi masyarakat; 3) Terjaminnya iklim kompetisi yang sehat. Perangkat Pendukung Indikator: Peraturan-peraturan mengenai persaingan usaha yang menjamin iklim kompetisi yang sehat.

b.

C. Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahDalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggung jawab, telah diterbitkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Pelaksanaannya lebih lanjut didasarkan atas Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara (Keputusan Kepala LAN No. 589/ IX/6/4/1999 dan telah dirubah dengan Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003).

20

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

21

c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan; d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh; e. Harus jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas. Di samping itu, akuntabilitas kinerja harus pula menyajikan penjelasan tentang deviasi antara realisasi kegiatan dengan rencana serta keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pengukuran kinerja dimulai dari perencanaan strategis dan berakhir dengan penyerahan laporan akuntabilitas kepada pemberi mandat (wewenang). Dalam pelaksanaan akuntabilitas ini, diperlukan pula perhatian dan komitmen yang kuat dari atasan langsung instansi yang memberikan akuntabilitasnya, lembaga perwakilan dan lembaga pengawasan, untuk mengevaluasi akuntabilitas kinerja instansi yang bersangkutan.

tuntutan perkembangan lingkungan strategis, nasional dan global. Analisis terhadap lingkungan organisasi, baik internal maupun eksternal merupakan langkah yang sangat penting dalam memperhitungkan kekuataan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan tantangan/kendala (threats) yang ada. Analisis terhadap unsur-unsur tersebut sangat penting dan merupakan dasar bagi perwujudan visi dan misi serta strategi instansi pemerintah. Dengan perkataan lain, perencanaan strategis yang disusun oleh suatu instansi pemerintah harus mencakup: (1) pernyatan visi, misi, strategi, dan faktor-faktor keberhasil an organisasi; (2) rumusan tentang tujuan, sasaran dan uraian aktivitas organisasi; dan (3) uraian tentang cara mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dengan visi, misi, dan strategi yang jelas maka diharapkan instansi pemerintah akan dapat menyelaraskan dengan potensi, peluang dan kendala yang dihadapi. Perencanaan strategis bersama dengan pengukuran kinerja serta evaluasinya merupakan rangkaian sistem pengukuran kinerja yang penting.

4. Pengukuran KinerjaPengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Sebenarnya pengukuran kinerja punya makna ganda, yaitu pengukuran kinerja sendiri dan evaluasi kinerja. Untuk melaksanakan kedua hal tersebut, terlebih dahulu harus ditentukan tujuan dari suatu program secara keseluruhan. Setelah program didesain, haruslah sudah

3. Perencanaan StrategisDalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah perencanaan strategis merupakan langkah awal untuk melaksanakan mandat. Perencanaan strategis instansi pemerintah memerlukan integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lain agar mampu menjawab

22

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

23

termasuk penciptaan indikator kinerja atau pengukuran keberhasilan pelaksanaan program, sehingga dengan demikian dapat diukur dan dievaluasi tingkat keberhasilan nya. Pengukuran kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis dengan akuntabilitas. Suatu instansi pemerintah dapat dikatakan berhasil jika terdapat bukti-bukti atau indikator-indikator atau ukuran-ukuran pencapaian yang mengarah pada perencanaan misi. Tanpa adanya pengukuran kinerja sangat sulit dicari pembenaran yang logis atau pencapaian misi organisasi instansi. Sebaliknya dengan disusunnya perencanaan strategis yang jelas, perencanaan operasional yang terukur, maka dapat diharapkan tersedia pembenaran yang logis dan argumentasi yang memadai untuk mengatakan suatu pelaksanan program berhasil atau tidak. Dalam pengukuran kinerja perlu adanya: a. Penetapan Indikator Kinerja Penetapan indikator kinerja merupakan proses identifi kasi dan klasifikasi indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data/informasi untuk menentukan capaian tingkat kinerja kegiatan/program. b. Penetapan Capaian Kinerja Penetapan capaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui dan menilai capaian indikator kinerja pelaksanaan kegiatan/program dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh suatu instansi pemerintah.

5. Evaluasi KinerjaSetelah tahap pengukuran kinerja dilalui, berikutnya adalah tahap evaluasi kinerja. Tahapan ini dimulai dengan menghitung nilai capaian dari pelaksanaan perkegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung capaian kinerja dari pelaksanaan program didasarkan pembobotan dari setiap kegiatan yang ada di dalam suatu program.

6. PelaporanLaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) harus disampaikan oleh instansi-instansi dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Penyusunan laporan harus mengikuti prinsip-prinsip yang lazim, suatu laporan harus disusun secara jujur, objektif dan transparan. Di samping itu perlu pula diperhatikan prinsip-prinsip: a. Prinsip pertanggungjawaban, sehingga harus cukup jelas halhal yang dikendalikan maupun yang tidak dikendalikan oleh pihak yang melaporkan harus dapat di mengerti pembaca laporan; b. Prinsip pengecualian, yang dilaporkan yang penting dan terdepan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang bersangkutan instansi yang bersangkutan seperti keberhasilan dan kegagalan, perbedaan realisasi dan target; c. Prinsip manfaat yaitu manfaat laporan harus lebih besar daripada biaya penyusunan.

24

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

25

Selanjutnya, perlu pula diperhatikan beberapa ciri laporan yang baik seperti relevan, tepat waktu, dapat dipercaya/diandalkan, mudah dimengerti (jelas dan cermat), dalam bentuk yang menarik (tegas dan konsisten, tidak kontradiktif), berdaya banding tinggi, berdayasaing, lengkap, netral, padat dan terstandarisasi. Agar LAKIP dapat lebih berguna sebagai umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan, maka bentuk dan isinya diseragamkan tanpa mengabaikan keunikan masing-masing instansi pemerintah. Penyeragaman ini paling tidak dapat mengurangi perbedaan cara pengkajian yang cenderung menjauhkan pemenuhan prasyarat minimal akan informasi yang seharusnya dimuat dalam LAKIP. Penyeragaman juga dimaksudkan untuk pelaporan yang bersifat rutin, sehingga perbandingan atau evaluasi dapat dilakukan secara memadai. LAKIP dapat dimasukkan dalam ketegori laporan rutin, karena paling tidak disusun dan disampaikan kepada pihakpihak yang berkepentingan setahun sekali.

pemerintahan negara yang dianut dalam UUD 1945, melalui aparaturnya di bidang Tata Usaha Negara, Pemerintah diharuskan berperan aktif dan positif. Pemerintah wajib secara terus menerus membina, menyempurnakan, dan menertibkan aparatur tersebut agar menjadi aparatur yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa yang dalam melaksanakan tugasnya selalu berdasarkan hukum dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian bagi masyarakat. Sadar terhadap peran aktif dan positif tersebut di atas, Pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah untuk menghadapi timbulnya benturan kepentingan, perselisihan atau sengketa antara Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dengan warga masyarakat. Sengketa yang terjadi antara Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dengan warga negara ini disebut sengketa Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha Negara melengkapi 3 peradilan lain yang sudah lama ada di bawah Mahkamah Agung yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama dan Peradilan Militer, sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman berdasarkan UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

D. Peradilan Tata Usaha NegaraPeradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang dinamis, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tentram, serta tertib. Dalam tata kehidupan yang demikian itu, dijamin persamaan warga negara di dalam hukum. Dalam usaha mewujudkan tujuan tersebut di atas, sesuai dengan sistem

26

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

27

Kehakiman. PTUN diciptakan untuk menyelesaikan sengketa antara Pemerintah dengan warga Negaranya. Dalam hal ini sengketa timbul sebagai akibat dari adanya tindakan-tindakan Pemerintah yang melanggar hak warga negaranya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PTUN diadakan dalam rangka memberi perlindungan kepada rakyat. Dengan kata lain tujuan PTUN sebenarnya tidak semata-mata untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak perseorangan, melainkan juga untuk melindungi hak-hak masyarakat. Di samping itu dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara yang bersih, efisien dan efektif telah dikembangkan pula berbagai pengawasan. Keseluruhan sistem pengawasan tersebut akan diuraikan dalam Bab VII.

Indonesia baik dalam era reformasi maupun sebelum reformasi. Kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan dalam era reformasi seperti TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; UU No. 28 Tahun 1999 yang juga tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Adapun peraturan perundangan yang dikeluarkan pemerintah sebelum era reformasi yang berkaitan dengan upaya perwujudan tata kepemerintahan yang baik adalah UU No. 8 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 2004. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik. Sedangkan Peradilan Tata Usaha Negara ini dimaksudkan untuk menyelesaikan sengketa antara Pemerintah dengan warga negaranya yang mencari keadilan terhadap sengketa tata usaha negara. Jadi PTUN dibentuk sebenarnya untuk memberi perlindungan kepada hak warga negara dan masyarakat.

E. RangkumanPenyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik sudah menjadi suatu tuntutan dan kebutuhan universal yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Upaya mewujudkan tata kepemerintahan yang baik membutuhkan komitmen kuat, daya tahan, waktu yang relatif panjang. Karena itu diperlukan pembelajaran, pemahaman, serta implementasi nilai-nilai tata kepemerintahan yang baik secara utuh oleh seluruh komponen bangsa termasuk oleh aparatur pemerintah dan masyarakat luas. Berbagai kebijakan pendukung untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik telah dikeluarkan pemerintah

28

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

F. Latihan1. Penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik (good governance) perlu melibatkan semua pihak yang terkait (stakeholder) yang pada dasarnya terdiri dari 3 sektor. Apa saja sektor-sektor itu dan jelaskan peranan masing-masing sektor tersebut! 2. Apakah prinsip-prinsip penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik (good governance) ini menurut UNDP? 3. Menurut Bappenas apa saja upaya yang diperlukan untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik di Indonesia? Sebutkan pula prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan beserta indikator-indikator minimal dan perangkat pendukung indikatornya! 4. Apa pengertian akuntabilitas yang resmi dianut pemerintah dan apa prinsip-prinsipnya? 5. Mengapa Peradilan Tata Usaha Negara juga merupakan upaya yang diperlukan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik?

BAB IV PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANPeraturan Perundang-undangan merupakan peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Keseluruhan aspek penyelenggaraan pemerintahan negara dalam pelaksanaannya diatur dengan dan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan. Hal ini dimaksudkan untuk: 1. Menjamin kepastian hukum, karena Indonesia adalah negara hukum; 2. Melindungi masyarakat dari tindakan aparatur dan pihak lain yang sewenang-wenang; 3. Melindungi aparatur dari tindakan masyarakat yang melawan hukum.

A. Asas Peraturan Perundang-UndanganDalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundangundangan yang baik yang meliputi:

1. Kejelasan TujuanSetiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

29

30

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

31

2. Kelembagaan atau Organisasi Pembentuk yang TepatSetiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang.

7. KeterbukaanDalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demi kian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan. Sedangkan materi muatan Peraturan perundang-undangan mengandung asas:

3. Kesesuaian antara Jenis dan Materi MuatanDalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangannya.

1.

PengayomanSetiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat.

4. Dapat DilaksanakanSetiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis.

2.

KemanusiaanSetiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.

5. Kedayagunaan dan KehasilgunaanSetiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3.

KebangsaanSetiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia.

6. Kejelasan RumusanSetiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundangundangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

4.

KekeluargaanSetiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

32

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

33

5.

KenusantaraanSetiap materi muatan peraturan perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.

10. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan.Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.

6.

Bhinneka Tunggal IkaSetiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B. Jenis Dan Hierarkhi Peraturan PerundangUndangan1. JenisDalam ketentuan Pasal 7 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, jenis peraturan perundang-undangan meliputi: UUD Negara RI 1945; Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; dan Peraturan Daerah. Jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana tersebut di atas, diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Adapun jenis peraturan perundang-undangan selain sebagimana tersebut di atas, antara lain adalah peraturanperaturan yang dikeluarkan oleh MPR; DPR; DPD; MA; MK; BPK; Gubernur BI; Menteri; DPRD Provinsi; DPRD Kabupaten/Kota; Gubernur; Bupati/Walikota; Kepala Lembaga atau Komisi yang setingkat yang dibentuk oleh

7.

KeadilanSetiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.

8. Kesamaan Kedudukan Pemerintahan

Dalam

Hukum

dan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain; agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.

9.

Ketertiban dan Kepastian HukumSetiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.

34

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

35

Undang-undang atau Pemerintah atas perintah Undangundang; Kepala Desa atau yang setingkat.

2. HierarkiYang dimaksud hierarki adalah penjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan adalah sesuai dengan hierarkinya. Hierarki peraturan perundang-undangan sesuai dengan Pasal 7 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 adalah: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. Sedangkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. Materi muatan yang harus diatur dengan UU atau peraturan pemerintah pengganti undang-undang adalah: hak-hak

asasi manusia, hak dan kewajiban warga negara; pelaksanaan dan penegakkan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara; wilayah negara dan pembagian daerah; kewarganegaraan dan kependudukan; dan keuangan negara. c. Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang undangan yang ditetapkan oleh Presiden berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mesti nya. d. Peraturan Presiden Peraturan Presiden adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh UU atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah. e. Peraturan Daerah Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah yang dimaksud meliputi: 1) Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama dengan Gubernur. Termasuk dalam Peraturan Daerah

36

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

37

2)

3)

Provinsi adalah Qanun yang berlaku di Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Perdasus serta Perdasi yang berlaku di Provinsi Papua; Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota bersama Bupati/Walikota; Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

lingkup atau obyek yang akan diatur, dan jangkauan dan arah pengaturan. Untuk pengharmonisan, pembulatan, dan pemantapan yang akan dituangkan dalam RUU, Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa penyusunan UU wajib mengkonsultasikan terlebih dahulu konsep tersebut dengan Menteri Kehakiman (dalam Kabinet Indonesia Bersatu: Menteri Hukum dan HAM) dan Pimpinan lembaga lainnya yang terkait. Apabila keharmonisan, kebulatan dan kemantapan konsepsi tidak dapat dihasilkan dalam forum konsultasi, maka Menteri Kehakiman dengan Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa bersama-sama Menteri Sekretaris Negara melaporkannya kepada Presiden untuk mendapatkan keputusan. Sebaliknya dalam hal telah diperoleh keharmonisan, kebulatan dan kemantapan konsepsi, Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa secara resmi mengajukan permintaan persetujuan prakarsa penyusunan RUU kepada Presiden.

C. Tata Cara Mempersiapkan Rancangan UndangUndangTata cara mempersiapkan RUU diatur dalam Keputusan Presiden No. 188 Tahun 1998. Dalam Keppres ini diatur tentang Prakarsa Penyusunan RUU; Panitia Antar Departemen dan Lembaga; Konsultasi RUU; Penyampaian RUU kepada DPR; Tata Cara Pembahasan RUU yang disusun oleh DPR; Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan UndangUndang.

1. Prakarsa Penyusunan RUUMenteri atau pimpinan LPND selanjutnya disebut Pimpinan Lembaga dapat mengambil prakarsa penyusunan RUU untuk mengatur masalah yang menyangkut bidang tugasnya. Prakarsa ini wajib dimintakan persetujuan lebih dahulu kepada Presiden dengan dilengkapi penjelasan mengenai konsepsi pengaturan yang meliputi: latar belakang dan tujuan penyusunan; sasaran yang ingin diwujudkan; pokok pikiran,

2. Panitia Antar Departemen dan LembagaBerdasarkan persetujuan dari Presiden atas prakarsa penyusunan RUU, Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa membentuk Panitia Antar Departemen dan

38

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

39

Lembaga yang diketuai pejabat yang ditunjuk untuk menyusun RUU tersebut. Permintaan keanggotan Panitia dilakukan langsung oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa kepada Menteri Sekretaris Negara, Menteri Kehakiman, Menteri atau Pimpinan Lembaga yang terkait dengan materi yang akan diatur. Surat keputusan Pembentukan Panitia Antar Departemen dan Lembaga ditetapkan paling lambat 30 hari kerja sejak tanggal diterimanya surat Menteri Sekretaris Negara mengenai persetujuan pemrakarsa. Kepala Biro Hukum atau Kepala Satuan Kerja yang menyelenggarakan fungsi di bidang perundang-undangan pada Departemen atau Lembaga pemrakarsa, secara fungsional bertindak sebagai Sekretaris Panitia Antar Departemen.

Penyampaian pendapat dan pertimbangan dilakukan paling lambat 30 hari kerja sejak diterimanya pemintaan pendapat dan pertimbangan tersebut. Apabila RUU tersebut telah memperoleh kesepakatan, Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa mengajukan RUU tersebut kepada Presiden. Kemudian Menteri Sekretaris Negara melaporkan RUU kepada Presiden dan sekaligus mempersiapkan Amanat Presiden bagi penyampaiannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

4. Penyampaian RUU kepada DPRDalam Amanat Presiden kepada pimpinan DPR ditegaskan hal-hal yang dianggap perlu, antara lain: a. Sifat penyelesaian RUU yang dikehendaki ; b. Cara penanganan atau pembahasannya, dalam hal RUU yang disampaikan lebih dari satu ; c. Menteri yang ditugasi untuk mewakili Presiden dalam pembahasan RUU di DPR. Amanat Presiden disampaikan juga kepada Wakil Presiden, para Menteri Koordinator, Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemrakarsa dan Menteri Kehakiman (dalam Kabinet Indonesia Bersatu, 2004-2009 disebut Menteri Hukum dan HAM). Apabila dalam pembahasan di DPR terdapat masalah yang bersifat prinsipil dan arah pembahasannya akan mengubah isi

3. Konsultasi RUUMenteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa menyampaikan RUU yang dihasilkan Panitia kepada Menteri Kehakiman dan Menteri atau Pimpinan Lembaga lainnya yang terkait, untuk memperoleh pendapat dan pertimbangan terlebih dahulu. Pendapat dan pertimbangan dapat pula dimintakan kepada Perguruan Tinggi dan organisasi di bidang sosial, politik, profesi atau kemasyarakatan lainnya sesuai kebutuhan.

40

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

41

serta arah RUU, Menteri yang mewakili Presiden wajib terlebih dahulu melaporkannya kepada Presiden dengan disertai saran pemecahan yang diperlukan untuk memperoleh keputusan.

7. Ketentuan Lain-LainPersetujuan pemrakarsa penyusunan RUU juga merupakan persetujuan bagi penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Keputusan Presiden (Perpres) dan peraturan lainnya, yang pelaksanaannya dilakukan sebagai satu kesatuan kegiatan. Penetapan Peraturan Pemerintah dan peraturan lainnya diselesaikan paling lambat satu tahun setelah pengundangan UU yang bersangkutan.

5. Tata Cara Pembahasan RUU Yang Disusun dan Disampaikan Oleh DPR.RUU yang disusun oleh DPR dan disampaikan kepada Presiden dilaporkan oleh Menteri Sekretaris Negara disertai saran mengenai Menteri yang akan ditugasi untuk mengkoordinasikan pembahasannya dengan Menteri atau Pimpinan Lembaga lain yang terkait. Tata cara selanjutnya sama seperti tata cara yang telah disebutkan pada butir 2, 3, dan 4.

D. Kerangka Peraturan Perundang-UndanganKerangka peraturan perundang-undangan terdiri atas: judul, pembukaan, batang tubuh, penutup, penjelasan (jika diperlukan) dan lampiran (jika diperlukan).

6. Pengesahan, Pengundangan & Penyebarluasan UUMenteri Sekretaris Negara menyiapkan naskah RUU yang telah disetujui DPR dan selanjutnya diajukan kepada Presiden guna memperoleh pengesahan (persetujuan bersama). Bila RUU yang telah disetujui tersebut tidak ditanda-tangani Presiden dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sejak RUU tersebut disetujui bersama, maka RUU tersebut tetap sah dan menjadi UU dan wajib diundangkan. Kemudian Menteri Sekretaris Negara mengundangkan UU tersebut dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara. Sedangkan Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa berkewajiban secepatnya menyebar luaskan jiwa, semangat dan substansi UU tersebut kepada masyarakat.

1. Judula. Judul memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun pengundangan atau penetapan dan nama Peraturan Perundang-undangan ; Nama peraturan perundang-undangan dibuat secara singkat dan mencerminkan isi peraturan perundangundangan; Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan ditengah marjin tanpa diakhiri tanda baca.

b.

c.

2. Pembukaana. Frase Dengan Rahmat Tuhan YME; b. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan; c. Konsiderans;

42

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

43

d. Dasar Hukum; e. Diktum.

hierarkinya, dan tata cara mempersiapkan rancangan undangundangnya.

3. Batang Tubuha. b. c. d. e. Ketentuan Umum; Materi Pokok Yang Diatur; Ketentuan Pidana (jika diperlukan); Ketentuan Peralihan (jika diperlukan); Ketentuan Penutup.

F. Latihan1. Apakah konsekuensi bahwa Indonesia adalah negara hukum dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan negara? 2. Apa perlunya ada ketetapan tentang Hierarki Peraturan Perundang-undangan? 3. Dalam strata kebijakan publik, kebijakan Menteri adalah kebijakan pelaksanaan, sebagai penjabaran kebijakan umum yang ditetapkan oleh Presiden. Bagaimana dalam hubungannya dengan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan? 4. Mengapa dalam penyusunan RUU dan RPP semua instansi terkait perlu diikutsertakan?

4. Penutupa. Penjelasan (jika diperlukan); b. Lampiran (jika diperlukan).

E. RangkumanKeseluruhan aspek penyelenggaraan pemerintahan negara dalam pelaksanaannya diatur dengan dan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan agar ada jaminan kepastian hukum, ada perlindungan masyarakat dari tindakan aparatur dan pihak lain yang sewenang-wenang dan juga agar aparatur terlindungi dari tindakan masyarakat yang melawan hukum. Oleh karena itu, agar setiap peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh lembaga-lembaga negara atau pejabat yang berwenang berkualitas dan tidak bertentangan satu sama lain maka dalam pembentukannya perlu memperhatikan asas pembentukan, asas tentang materi muatannya, jenis dan

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

45

BAB V LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAHDalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, pemerintah membentuk lembaga-lembaga pemerintahan seperti Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Lembaga-Lembaga lainnya. Pada dasarnya lembaga-lembaga pemerintah ini dapat dibagi dua, yaitu lembaga-lembaga pemerintah tingkat Pusat dan lembaga-lembaga pemerintah tingkat Daerah. Lembaga-lembaga penyelengara pemerintahan negara tersebut merupakan aparatur pemerintah atau disebut juga sebagai birokrasi pemerintah. Presiden bersama-sama lembaga-lembaga pemerintah menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Tugas umum pemerintahan adalah tugas-tugas atau urusan-urusan pemerintahan yang sejak dahulu dilaksanakan oleh pemerintah dimana saja dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat, seperti pemeliharaan keamanan dan ketertiban, penyelenggaraan pendidikan, pelayanan kesehatan dan lain-lain. Sedangkan tugas pembangunan adalah tugas-tugas atau urusanurusan dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan. Dengan adanya lembaga-lembaga pemerintah ini, maka urusanurusan pemerintahan akan terbagi habis ke dalam lembaga lembaga pemerintahan yang ada. Akan tetapi tidak harus setiap urusan pemerintahan diwadahi dalam satu lembaga pemerintahan.44

A. Urusan Pemerintahan Kewenangan Pemerintah

Yang

Menjadi

Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah adalah urusan-urusan yang menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. Urusan pemerintahan yang menjadi Urusan Pemerintah tersebut adalah: 1. Politik Luar Negeri, antara lain meliputi: a. Mengangkat pejabat politik dan menunjuk warga negara untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional; b. Menetapkan kebijakan luar negeri; c. Melaksanakan perjanjian dengan negara lain; d. Menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri. 2. Pertahanan, antara lain meliputi: a. Mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata; b. Menyatakan damai dan perang; c. Menyatakan negara atau sebagai wilayah negara dalam keadaan bahaya; d. Membangun dan mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan; e. Menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi setiap warga negara. 3. Keamanan, antara lain meliputi: a. Mendirikan dan membentuk kepolisian negara; b. Menetapkan kebijakan keamanan nasional; c. Menindak setiap orang yang melanggar hukum negara;

46

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

47

d. Menindak kelompok atau setiap organisasi yang kegiatannya melanggar keamanan negara. 4. Moneter dan Fiskal, antara lain: a. Mencetak uang dan menentukan nilai mata uang; b. Menetapkan kebijakan moneter; c. Mengendalikan peredaran uang. 5. Yustisi, antara lain: a. Mendirikan lembaga peradilan; b. Mengangkat hakim dan jaksa; c. Mendirikan lembaga permasyarakatan; d. Menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasian, memberi grasi, amnesti, abolisi, membentuk UndangUndang, Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang, Peraturan Pemerintah, dan peraturan lain yang berskala nasional. 6. Agama, antara lain: a. Menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional; b. Memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama; c. Menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan. Di samping itu terdapat bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent, artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dengan demikian setiap urusan yang bersifat concurrent senantiasa ada bagian

urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah, ada bagian urusan yang diserahkan kepada Provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada Kabupaten/Kota. Dengan kata lain bahwa Pemerintah dapat: a. Menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan; b. Melimpahkan sebagai urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah; atau c. Menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan dengan berdasarkan asas tugas pembantuan. Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang concurrent secara proporsional antara Pemerintah, Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Kota, maka disusun kriteria yang meliputi: eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan mempertimbangkan keserasian hubungan pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan. Kriteria Eksternalitas adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut. Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan Kabupaten/Kota, apabila regional menjadi kewenangan Provinsi, dan apabila nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

48

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

49

Kriteria Akuntabilitas adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan pertimbangan bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dari urusan yang ditangani tersebut. Dengan demikian akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan tersebut kepada masyarakat akan lebih terjamin. Kriteria Efisiensi adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan tersedianya sumber daya (personil, dana, dan peralatan) untuk mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

B. Urusan Pemerintahan Kewenangan Daerah

Yang

Menjadi

Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar. Sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi: 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

Perencanaan, pemanfataan, dan pengawasan tata ruang; Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; Penyediaan sarana dan prasarana umum; Penanganan bidang kesehatan; Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial; Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/ kota; Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/ kota; Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota; Pengendalian lingkungan hidup; Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/ kota; Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; Pelayanan administrasi umum pemerintahan; Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota; Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota; dan Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

50

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

51

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah Kabupaten/Kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi: 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2. Perencanaan, pemanfataan, dan pengawasan tata ruang; 3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum; 5. Penanganan bidang kesehatan; 6. Penyelenggaraan pendidikan; 7. Penanggulangan masalah sosial; 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan; 9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah; 10. Pengendalian lingkungan hidup; 11. Pelayanan pertanahan; 12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14. Pelayanan administrasi penanaman modal; 15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan 16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Urusan pemerintahan Kabupaten/Kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Gambar V.1: Pembagian Urusan Pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota

Sumber: Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

C. Lembaga Pemerintah Tingkat PusatDalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dikatakan bahwa Pemerintah Pusat atau Pemerintah adalah Presiden RI yang memegang kekuasaan pemerintahan negara RI. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, lembaga-lembaga pemerintah tingkat pusat meliputi: Kementerian Negara, Lembaga

52

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

53

Pemerintah Non Departemen (LPND), Kesekretariatan yang membantu Presiden; Kejaksaan Agung; Perwakilan RI di Luar Negeri; Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara RI (Polri); Badan/Lembaga Ekstra Struktural.

1. Kementerian NegaraBerdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara, disebutkan bahwa Kementerian Negara terdiri dari Kementerian Koordinator, Kementerian Negara yang berbentuk Departemen dan Kementerian Negara. a. Kementerian Koordinator Kedudukan Kementerian Koordinator adalah unsur pelaksana Pemerintah yang dipimpin oleh Menteri Koordinator yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Tugas Kementerian Koordinator mempunyai tugas membantu Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan penyusunan kebijakan, serta mensikronkan pelaksanaan kebijakan di bidangnya. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya, Koordinator menyelenggarakan fungsi: Kementerian

1) Koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di bidangnya; 2) Sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya; 3) Pengendalian penyelenggaraan kebijakan, sebagai mana dimaksud pada huruf 1) dan 2); 4) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; 5) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 6) Pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden; 7) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden. Dalam Kabinet Indonesia Bersatu di bawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ada tiga Kementerian Koordinator, yaitu: Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; dan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. a). Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengkoordinasikan: Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan; Departemen Hukum dan HAM; Kejaksaan Agung; BIN; TNI; POLRI; dan Instansi yang dianggap perlu. b). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengkoordinasikan: Departemen Keuangan; Depar

54

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

55

temen Energi dan SDM; Departemen Perindustrian; Departemen Perdagangan; Departemen Pertanian; Departemen Kehutanan; Departemen Perhubungan; Departemen Kelautan dan Perikanan; Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Departemen Pekerjaan Umum; Departemen Kominfo; Kementerian Negara Ristek; Kementerian Negara Koperasi dan UKM; Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal; dan Instansi yang dianggap perlu. c). Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengkoordinasikan: Departemen Kesehatan; Departemen Diknas; Departemen Sosial; Departemen Agama; Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; Kementerian Negara Lingkungan Hidup; Kementerian Negara PP; Kementerian Negara PAN; Kementerian Negara Perumahan Rakyat; Kementeri an Negara Pemuda dan Olah Raga; dan Intansi lain yang dianggap perlu. Susunan Organisasi Kementerian Koordinator dibantu oleh: 1) Sekretariat Kementerian Koordinator; 2) Deputi; 3) Staf Ahli; 4) Di lingkungan Kementerian Koordinator dapat diangkat tiga orang Staf Khusus Menteri (Perpres No.62 Tahun 2005).

b. Departemen Kedudukan Departemen adalah unsur pelaksana Pemerintah yang dipimpin oleh Menteri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Tugas Departemen mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan. Fungsi Dalam pelaksanaan tugasnya, Departemen menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidangnya; 2) Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; 3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; 4) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 5) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden. Dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009) ada 20 (dua puluh) Departemen, yaitu: 1) Departemen Dalam Negeri; 2) Departemen Luar Negeri; 3) Departemen Pertahanan; 4) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia; 5) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;

56

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

57

6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20)

Departemen Perindustrian; Departemen Perdagangan; Departemen Pertanian; Departemen Kehutanan; Departemen Perhubungan; Departemen Kelautan dan Perikanan; Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Departemen Pekerjaan Umum; Departemen Kesehatan; Departemen Pendidikan Nasional; Departemen Sosial; Departemen Agama; Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; Departemen Komunikasi dan Informatika; Departemen Keuangan.

6) Staf Ahli; 7) Di lingkungan Departemen dapat diangkat 3 (tiga) orang Staf Khusus Menteri (Perpres No.62 Tahun 2005). Departemen yang menyelenggarakan urusan pemerintahan yang tidak diserahkan kepada Daerah dapat membentuk Instansi Vertikal yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Departemen secara selektif dapat membentuk UPT sebagai pelaksana tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang. c. Kementerian Negara Kedudukan Kementerian Negara adalah unsur pelaksana pemerintah yang dipimpin oleh Menteri Negara yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Tugas Kementerian Negara mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang tertentu dalam kegiatan pemerintahan negara. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Negara menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan kebijakan nasional di bidangnya; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya; 3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang mengabdi tanggung jawabnya;

Susunan Organisasi Departemen terdiri dari: 1) Menteri; 2) Sekretariat Jenderal, bertugas melaksanakan pembinaan dan koordinasi pelaksanan tugas dan administrasi Departemen; 3) Direktorat Jenderal, bertugas melaksanakan rumusan dan pelaksanaan kebijakan serta standardisasi teknis di bidangnya; 4) Inspektorat Jenderal, bertugas melaksanakan pengawasan fungsional; 5) Badan dan/atau Pusat;

58

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

59

4) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 5) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan perimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden. Berdasarkan Perpres No. 62 Tahun 2005, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Kementerian Negara Perumahan Rakyat, dan Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga, di samping melaksanakan fungsi-fungsi sebagaimana tersebut di atas, juga melaksanakan fungsi teknis pelaksanaan/fungsi operasionalisasi kebijakan di bidang masing-masing. Dalam Kabinet Indonesia Bersatu, Kementerian Negara terdiri dari: 1) Kementerian Negara Riset dan Teknologi; 2) Kementerian Negara Koperasi dan UKM; 3) Kementerian Negara Lingkungan Hidup; 4) Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan; 5) Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara; 6) Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal; 7) Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas (Kepres No. 171/M/ Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua Kepres No. 187/M/Tahun 2005); 8) Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara;

9) Kementerian Negara Perumahan Rakyat; 10) Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga. Susunan Organisasi Kementerian Negara dibantu oleh: 1) Sekretariat Kementerian Negara; 2) Deputi; 3) Staf Ahli; 4) Dilingkungan Kementerian Negara dapat diangkat 3 (tiga) orang Staf Khusus Menteri (Perpres No. 62 Tahun 2005). d. Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) LPND diatur dengan Keppres No. 103 Tahun 2001 yang telah enam kali mengalami perubahan terakhir perubahannya dengan Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2005. Kedudukan LPND dalam Pemerintahan Negara RI adalah lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden. LPND berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Tugas LPND mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Perpres No. 11 Tahun 2005 tentang Perubahan Kelima atas Keppres No. 103 Tahun 2001 tentang

60

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

61

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja LPND, pada Pasal 3 menyebutkan bahwa LPND terdiri dari: 1) Lembaga Administrasi Negara (LAN); 2) Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI); 3) Badan Kepegawaian Negara (BKN); 4) Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas); 5) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas); 6) Badan Pusat Statistik (BPS); 7) Badan Standarisasi Nasional (BSN); 8) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN); 9) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN); 10) Badan Intelijen Negara (BIN); 11) Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG); 12) Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN); 13) Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN); 14) Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL); 15) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP); 16) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI); 17) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT); 18) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM); 19) Badan Pertanahan Nasional (BPN); 20) Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM); 21) Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS);

22) Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Sesuai dengan Perpres No. 64 Tahun 2005, masingmasing LPND melaksanakan tugasnya dikoordinasikan oleh Menteri, yang meliputi: 1) Menteri Dalam Negeri bagi BPN; 2) Menteri Pertahanan bagi LEMHANAS dan LEMSANEG; 3) Menteri Perdagangan bagi BKPM; 4) Menteri Kesehatan bagi BPOM dan BKKBN; 5) Menteri Pendidikan Nasional bagi PERPUSNAS; 6) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara bagi LAN, BKN, BPKP, dan ANRI; 7) Menteri Negara Riset dan Teknologi bagi LIPI, LAPAN, BPPT, BATAN, BAPETEN, BAKOSUR TANAL, dan BSN; 8) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional bagi BPS; 9) Menteri Perhubungan bagi BMG. Dalam Keppres No. 103 Tahun 2001, Susunan Organisasi LPND diatur sebagai berikut: 1) 2) 3) Kepala; Bila dipandang perlu Kepala dapat dibantu oleh seorang Wakil Kepala; Sekretariat Utama, sebagai pelaksana fungsi staf/penunjang dan mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program

62

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

63

4)

5)

administrasi dan sumber daya yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Utama; Deputi, pelaksana fungsi lini dan membawahi direktorat dan/atau pusat. Direktorat digunakan sebagai nomenklatur unit yang fungsinya Pembinaan. Sedangkan Pusat untuk unit yang fungsinya pelaksanaan; Unit pengawasan dapat berbentuk Inspektorat Utama atau Inspektur, dan bertugas untuk melaksanakan pengawasan fungsional.

administrasi kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara. Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. f. Kejaksaan Agung Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara secara merdeka di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan Undang-Undang. Kejaksaan adalah satu dan tidak terpisahkan. Pelaksanaan kekuasaan negara bidang penuntutan ini diselenggarakan oleh Kejaksaaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri. Kejaksaan Agung berkedudukan di Ibukota Negara RI dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara RI. Kejaksaan Tinggi berkedudukan di Ibukota Provinsi dan dasar hukumnya meliputi wilayah Provinsi. Kejaksaan Negeri berkedudukan di Ibukota Kabupa ten/Kota yang dasar hukumnya meliputi wilayah daerah kabupaten/kota yang dasar hukumnya meliputi wilayah daerah kabupaten/kota. Dalam hal tertentu di daerah hukum kejaksaan negeri dapat dibentuk cabang Kejaksaan Negeri.

e. Kesekretariatan Yang Membantu Presiden 1) Sekretariat Negara Berdasarkan Kepres No. 117 Tahun 2000, Sekre tariat negara adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan mempunyai tugas untuk memberikan dukungan staf dan pelayanan administrasi kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara. Sekretariat Negara dipimpin oleh Sekretaris Negara. 2) Sekretariat Kabinet Berdasarkan Kepres No. 111 Tahun 2000, Sekretariat Kabinet adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan mempunyai tugas memberikan dukungan staf dan pelayanan

64

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

65

a. Tugas dan Wewenang Umum 1) Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang: a) Melakukan penuntutan; b) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan putusan lepas bersyarat; d) Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan UU; e) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan kepengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik. 2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah. 3) Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan: a) Peningkatan kesadaran hukum; b) Pengamanan kebijakan penegakkan hukum; c) Pengawasan peredaran barang cetakan;

d) Pengawasan aksi kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan Negara; e) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama; f) Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal. 4) Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan Undang-Undang. 5) Kejaksaan berwenang menangani perkara pidana yang diatur dalam Qanun sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi NAD sesuai Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Khusus Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang: 1) Menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakkan hukum dan keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan. 2) Mengefektifkan proses penegakkan hukum yang diberikan oleh Undang-undang. 3) Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum. 4) Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara.

66

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

67

5) Mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana. 6) Mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluar wilayah NKRI karena keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan. g. Perwakilan RI di Luar Negeri Perwakilan RI di luar negeri adalah satu-satunya Aparatur yang mewakili kepentingan Negara RI secara keseluruhan di negara lain atau pada Organisasi Internasional, dan dapat berupa Kedutaan Besar RI (KBRI), Konsulat Jenderal RI (KONJENRI), Konsulat RI, Perutusan Tetap RI (PTRI) pada PBB maupun Perwakilan RI tertentu yang bersifat sementara. Perwakilan RI terdiri atas Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan Konsulat. 1) Perwakilan Diplomatik Cakupan kegiatan Perwakilan Diplomatik menyangkut semua kepentingan Negara RI dan wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara penerima atau yang bidang kegiatannya meliputi bidang kegiatan suatu Organisasi Internasional. Perwakilan Diplomatik terdiri atas Kedutaan Besar RI dan Perwakilan Tetap RI yang dipimpin oleh seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh dan bertanggung jawab kepada

Presiden selaku Kepala Negara melalui Menteri Luar Negeri. Tugas Pokok Perwakilan Diplomatik adalah mewakili Negara RI dalam melaksanakan hubungan diplomatik dengan negara penerima atau Organisasi Internasional serta melindungi segenap kepentingan negara dan warga negara RI di negara penerima sesuai dengan kebijakan pemerintah yang ditetapkan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk hukum dan tata cara hubungan internasional. 2) Perwakilan Konsuler Kegiatan Perwakilan Konsuler meliputi semua kepentingan negara RI di bidang konsuler dan mempunyai wilayah kerja tertentu dalam wilayah negara penerima. Perwakilan Konsuler terdiri atas Konsulat Jenderal RI dan Konsulat RI yang dipimpin oleh Konsul Jenderal dan Konsul, yang bertanggung jawab kepada Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, bertanggung jawab langsung kepada Menteri Luar Negeri. Tugas Pokok Perwakilan Konsuler adalah mewakili negara RI dalam melaksanakan hubungan konsuler dengan negara penerima di bidang perekonomian, perdagangan, perhubungan, kebudayaan dan ilmu

68

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

69

pengetahuan serta mengeluarkan izin prinsip penanaman modal asing di Indonesia untuk Menteri Luar Negeri atas nama Menteri yang bertanggung jawab di bidang investasi sesuai dengan kebijakan pemerintah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. h. Tentara Nasional Indonesia (TNI) Peran, tugas, susunan dan kedudukan TNI secara pokokpokoknya diatur dalam TAP No. VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; TAP No. VII/ MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan kemudian diatur dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Kedudukan Sesuai dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 kedudukan TNI diatur sebagai berikut: 1) Dalam pengesahan dan penggunaan kekuatan militer, TNI berkedudukan di bawah Presiden. 2) Dalam kebijakan dan strategi pertahanan serta dukungan administrasi; TNI di bawah koordinasi Departemen Pertahanan. TNI terdiri dari TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara yang melaksanakan tugasnya secara merata atau gabungan di bawah

pimpinan Panglima. Tiap-tiap angkatan (AD, AL, dan AU) mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat. Peran TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. Fungsi Sebagai alat pertahanan negara, TNI berfungsi sebagai: 1) penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. 2) penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagai mana tersebut butir 1. 3) pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, TNI merupakan komponen utama Sistem Pertahanan Negara. Tugas Pokok TNI mempunyai tugas pokok untuk: 1) menegakkan kedaulatan Negara; 2) mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; 3) melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

70

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

71

Susunan Organisasi Organisasi TNI terdiri dari: 1) Markas Besar TNI yang membawahkan: Markas Besar TNI Angkatan Darat, Markas Besar TNI Angkatan Laut, dan Markas Besar TNI Angkatan Udara; 2) Markas Besar TNI terdiri dari: Unsur Pimpinan, Unsur Pembantu Pimpinan, Unsur Pelayanan, Badan Pelaksana Pusat, dan Komando Utama Operasi; 3) Markas Besar Angkatan terdiri atas Unsur Pimpinan, Unsur Pembantu Pimpinan, Unsur Pelayanan, Badan Pelaksana Pusat, dan Komando Utama Pembinaan. TNI dipimpin oleh seorang Panglima yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan DPR. Angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan dan berkedudukan di bawah Panglima serta bertanggung jawab kepada Panglima. Kepala Staf Angkatan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Panglima. i. Kepolisian Negara RI (POLRI) Peran, tugas, susunan dan kedudukan POLRI, sebagaimana TNI secara pokok-pokoknya diatur dalam TAP No. VI/MPR/2000 dan TAP No. VII/MPR/2000. Kemudian diatur dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Peran dan Tugas POLRI POLRI merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Selain tugas pokok tersebut di atas, POLRI juga melaksanakan tugas bantuan: 1) dalam keadaan darurat memberikan bantuan kepada TNI yang diatur dengan undang-undang; 2) turut secara aktif dalam tugas-tugas penanggulangan kejahatan internasional sebagai anggota International Criminal Police Organization Interpol; 3) membantu secara aktif tugas pemeliharaan perdamaian dunia (peace keeping operation) di bawah bendera PBB. Susunan dan Kedudukan POLRI: 1) POLRI merupakan Kepolisian

Nasional

yang

organisasinya disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai tingkat daerah; 2) POLRI berada di bawah Presiden; 3) POLRI dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara RI (KAPOLRI) yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR;

72

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Modul Diklat Prajabatan Golongan III

73

4) Anggota POLRI tunduk pada kekuasaan peradilan