Materi CTS

23
CARPAL TUNNEL SYNDROME II. 1 Anatomi Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel ) berada di dalam dasar pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot – otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm. Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis. Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya

description

teori

Transcript of Materi CTS

Page 1: Materi CTS

CARPAL TUNNEL SYNDROME

II. 1 Anatomi

Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan

tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang

dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon

memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot –

otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus

medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal

proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi

berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam

pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.

Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,

membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada

tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat

mengecilkan ukuran canalis.

Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam

ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada

otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang

diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi

oleh bagian distal N. Medianus.

Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan

proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan

dan ibu jari.

Page 2: Materi CTS

CT dibentuk oleh :

Atas : ligamentum carpi transversum (bagian dari. flexor retinaculum yang

membentang dari Os. Scapoideum dan trapezoideum ke arah medial menuju Os.

Piriformis & hamatum)

Lateral (radial) : Os naviculare dan tuberculum os trapezium.

Medial (ulnar) dibatasi oleh : Os. pisiformis dan os hamatum.

CT berisi :

4 Mm Fleksor Digitorum Superfisialis,

4 Mm Fleksor Digitorum Profundus,

1 M Fleksor Carpi Radialis,

1 N Medianus.

Anatomi Nervus Medianus

Serabut - serabut saraf yg membentuk N.

medianus berasal dari saraf spinal C5-C8

dan Th 1 dari pleksus brakhialis, dibentuk

oleh cabang lateralis fasciculus medialis

dan cabang medial dari fasciculus lateralis

dimana kedua cabang tersebut bersatu pada

tepi bawah M. Pectoralis minor.

Page 3: Materi CTS

Serabut motorik N. medianus mempersyarafi otot lengan bawah:

M. Pronator teres

M. Palmaris longus

M. Fleksor Carpi Radialis

M. Fleksor digitorum superficialis

M. Fleksor digitorum profundus

M. Pronator kuadratus

M. Fleksor Polisis longus

Serabut motorik N. Medianus yg mempersyarafi otot – otot tangan M. Fleksor polisis brevis,

M. Oponen polisis, M. abductor polisis brevis, Mm. Lumbricalis I dan II

Serabut sensorik N. Medianus:

Bagian Palmar ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan bagian radial jari manis, serta

ujung – ujung distal dari jari yang sama.

Bagian dorsal tangan sampai dengan Phalang kedua jari telunjuk, jari tengah dan

setengah dari jari manis.

Page 4: Materi CTS

Di dalam CT tersebut N. Medianus terletak langsung di bawah ligamentum karpi transversum

dan sebelumnya terletak di belakang dari tenson palmaris longus.

II. 2 Definisi CTS

Sindroma Carpal Tunnel merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan karena

tekanan pada nervus medianus dan nervus ulnaris di Carpal Tunnel. Adapun definisi lain

yaitu neuropati tekanan atau jeratan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal

pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Dulu, sindroma ini juga

disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenar atrophy.

Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana tulang

dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan

nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang

keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal

ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang

karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan

tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.2

II. 3 Epidemiologi

Menurut penelitian CTS lebih sering terjadi pada wanita. CTS adalah entrapment

neuropathy yang paling sering dijumpai 1.5-11. Nervus medianus mengalami tekanan pada

saat berjalan melalui terowongan karpal di pergelangan tangan menuju ke tangan. Penyakit

ini biasanya timbul pada usia pertengahan. Umumnya pada keadaan awal bersifat unila~ral

tetapi kemudian bisa juga bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan. Pada

beberapa keadaan tertentu, misalnya pada kehamilan, prevalensinya sedikit bertambah.2

Prevalensi CTS bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun 1976-1980 insidensnya 173

per 100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien pria/tahun. Di Maastricht,

Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan terbangun dari tidurnya akibat parestesi jari-

jari. 45% wanita dan 8% pria yang mengalami gejala ini terbukti menderita CTS setelah

dikonfirmasi dengan pemeriksaan elektrodiagnostik 1°. Pada populasi Rochester, Minnesota,

ditemukan rata-rata 99 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sedangkan Hudson dkk

menemukan bahwa 62% entrapment neuropathy adalah CTS.

II. 4 Etiologi

Page 5: Materi CTS

Sebagian besar kasus CTS (>50%) bersifat idiopatik, tetapi berbagai kondisi dapat

berkontribusi sebagai penyebab, yaitu :

a. Kondisi kesehatan lain seperti artritis reumatoid, kelainan hormonal tertentu seperti

diabetes, kelainan tiroid, menopause, retensi cairan pada kehamilan.

b. Karakteristik fisik. Carpal tunnel seseorang dapat lebih sempit daripada populasi

umum

c. Proses penuaan normal dengan peningkatan massa di tenosinovium

d. Tekanan langsung atau lesi desak ruang di dalam carpal tunnel dapat meningkatkan

tekanan pada nervus medianus dan menyebabkan CTS

e. Tenosinovitis,yaitu peradangan membran musin tipis yang menyelimuti tendon

f. Sindrom double crush, kompresi atau iritasi nervus medianus di atas pergelangan

tangan

g. Aktifitas yang membutuhkan penggunaan tangan dengan kombinasi gerakan berulang

pergelangan tangan atau jari, dan pekerjaan yang menggunakan alat yang

menimbulkan getaran

h. Faktor keturunan

II.5 Gejala Klinis

Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari gejala sakit sedang

hingga gejala sakit yang berat. Gejala – gejala ini akan semakin bertambah berat dan

penderita yang telah didiagnosis dengan carpal tunnel syndrome akan mengeluhkan sensasi

mati rasa (numbness), kesemutan, dan sensasi terbakar pada jari jempol, jari telunjuk dan jari

tengah dimana ketiga jari tersebut diinervasi oleh N. Medianus.2,3 Pada beberapa penderita

juga sering mengeluhkan rasa sakit pada tangan atau pergelangan tangan dan hilangnya

kekuatan menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta benjolan pada

tangan; rasa nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di malam hari saat tidur.

Mati rasa (numbness) dan kesemutan (paresthesia) pada area yang dipersarafi oleh N.

Medianus merupakan gejala neuropathy akibat sindrom jebakan canalis carpi (carpal tunnel

Page 6: Materi CTS

entrapment). Kelemahan dan atrofi otot – otot thenar akan timbul selanjutnya jika kondisi ini

semakin tak terobati.

II.6 Patogenesis

Adanya disproporsi antara volume

CT dengan isinya, yaitu bertambahnya

volume dari isi carpal Tunnel atau

berkurangnya volume dari CT tersebut.

Dengan adanya Disproporsi akan terjadi

penekanan pd vasa vasorum dari N.

Medianus serta ischemic sehingga akan

menekan syaraf pada pembedahan akan

tampak syaraf yang pipih seperti pita.

Bertambahnya volume CT, karena:

Penebalan / fibrosis dari Fleksor

sinovialis merupakan penyebab

tersering. Hasil biopsi: RA, inflamasi non spesific kronis, Penyakit degeneratif

Udema di dlm CT , sehingga memberi tekanan dan kompresi pada syaraf, karena

faktor:

a. Hormonal adanya retensi cairan pd jaringan yang ada di CT. misalnya:

Menstruasi, kehamilan, menopouse, diabetes mellitus, dsn miksudema pd

hipotiroidisme.

b. Proses radang, misal: RA, osteoarhtritis.

c. Tumor dan keadaan lain yang menambah isi dari CT, misalnya: Ganglion,

neuroma, lipoma, kista sinovitis, hematoma, deposit Calsium, amiloidosis,

Chondrocalsinosis.

d. Penyakit Ocupasi adalah penyakit yang disebabkan karena penggunaan tangan

secara berlebihan pada keadaan Hiperekstensi pada pergelangan tangan, sehingga

tekanan CT meningkat dari pada tangan dengan posisi netral.

e. Trauma akan merubah ”countour” normal CT atau pembentukan tulang baru yang

berlebihan pada Colles fracture

Page 7: Materi CTS

Terjadinya Neurophaty saat injuri disebabkan karena fragmen tulang patah atau

ujung ligamentum menekan n. medianus.

f. Infeksi pada tenosinovitis kronis dan tuberkulosa.

g. Kongenital, apabila ada anomali didaerah CT, misal perpanjangan

“Muscle Belly” dari M. Fleksor digitorum sublimis, atau pembesaran pembuluh

darah sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus.

h. Vascular “Shunt” pada renal dialisis yang berulang, pembuatan shunt

didaerah tangan, tetapi hal ini masih dalam perdebatan.

Atau bisa dikatakan umumnya CTS terjadi secara kronis di mana terjadi penebalan

fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang

berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya

aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi

intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini

akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini

menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam/pagi

hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut (mungkin

akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut

akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan safar menjadi

atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus

terganggu secara menyeluruh

Pada CTS akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler

sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini

diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan berlanjutnya

gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga

sawar darah-saraf terganggu. Akibatnya terjadi kerusakan pada saraf tersebut

Tekanan langsung pada safar perifer dapat pula menimbulkan invaginasi Nodus

Ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu.

Akhirnya setelah adanya disproporsi dan kompresi terhadap nervus medianus akan

menimbulkan suatu gejala / simptom. Yaitu nyeri, rasa terbakar dan rasa seperti di tusuk –

tusuk pada daerah carpal

Stadium pada kelainan syaraf:

Stadium I:

Page 8: Materi CTS

Timbulnya distensi kapiler intrafasikuler yang menyebabkan meningkatkan tekanan

intrafasikuler. Sehingga keadaan tersebut dapat menimbulkan konstriksi pembuluh

darah kapiler. Keadaan ini yang menyebabkan timbulnya gangguan nutrisi serta akan

terjadi hipereksitabilitas serabut saraf.

Stadium II

Adanya kompresi pada pembuluh kapiler akan menyebabkan anoksia dan kerusakan

endotelium kapiler. Masuknya protein ke dalam jaringan akan menyebabkan edema.

Protein tidak dapat keluar melalui perineurium oleh karena akumulasi dalam

endoneurium yang mana telah menyatu dengan metabolisme serta nutrisi aksonal.

Pada keadaan tersebbut juga diiikuti adanya proliferasi dari fibroblast serta iskemik

pada jaringan ikat yang mengalami konstriksi. Pada tahap akhir dari kompresi saraf,

akan terjadi defek pada motorik maupun sensorik.

Dasar patofisiologi dari penekanan dari saraf ini di awali dengan berkurang nya aliran

darah yang timbul dengan tekanan 20 – 30 mmHg. Pada penderita CTS tekanan pada

terowongan sedikitnya mencapai 33 mmHg dan bahkan sering mencapai 110 mmHG saat

pergelangan tangan pada dalam posisi ekstensi posisi dorsofleksi ini nampaknya merupakan

posisi yang meningkatkan tekanan intra karpal yang paling tinggi. Tekanan sebesar 50

mmHG selama 2jam akan menyebabkan oedema epineurium bila tekanan tersebut

berlangsung selama 8 jam maka akan mengakibatkan tekanan cairan endoneurium meningkat

sebesar 4 kali dan menghambat transport aksonal jika trauma ini terus terjadi pada endotel

kapiler maka akan semakin banyak protein yang bocor masuk kedalam jaringan sehingga

oedema makin menghebat dengan demikian lingkaran akan terjadi.

Dampak yang terjadi lebih nyata pada endoneurium, karena lebih banyak eksudat dan

oedema yang menumpuk disana akibat tidak dapat menembus perineurium. Perineurium

lebih tahan terhadap perubahan tekanan karena kelenturan

II.7 Diagnosa

Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh

beberapa pemeriksaan yaitu :

1. Pemeriksaan fisik

Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus

pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes

provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS adalah 4 :

Page 9: Materi CTS

a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-

gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan

menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai

pada penyakit Raynaud.

b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-

otot thenar.

c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual

maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan

abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari

lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.

Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan

yang rumit seperti menulis atau menyulam.

d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,

sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat

dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes

ini menyokong diagnosa CTS.

e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam

waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.

Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan

diagnosa CTS.

f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan

tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila

dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.

g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada

daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan

karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

h. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari

telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat

menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung

diagnosa.

Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-

point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes

dianggap positif dan menyokong diagnosa.

Page 10: Materi CTS

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)

a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang

positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada

beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa

normal pada 31 % kasus CTS. 4

b. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada

yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency)

memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di

pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik. 4

3. Pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat

membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos

leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT

scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.

4. Pemeriksaan laboratorium. Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita

usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan

seperti kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

II.8 Terapi / Penatalaksanaan

Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang masih dipergunakan

hingga saat ini, antara lain:

Nonoperasi

1. Splint (Bidai Immobilisasi)

Splint atau bidai pada pergelangan tangan membantu mengurangi mati rasa

dengan mengurangi fleksi pergelangan tangan. Bidai digunakan pada malam hari

untuk mereposisi tangan, mencegah fleksi atau ekstensi tangan saat tidur yang bisa

meningkatkan tekanan. Bidai biasanya digunakan pada pasien dengangelaja yang

ringan sampai sedang yang berlangsung kurang dari 1 tahun. 4,5

2. Peregangan (Stretching)

Page 11: Materi CTS

Beragam gerakan peregangan dapat membantu pencegahan terhadap CTS,

namun banyak orang yang tidak tahu akan kegunaan peregangan otot – otot

pergelangan tangan dan tangan. Untuk mengurangi insiden terserang CTS, berikut ini

adalah gerakan peregangan yang bisa dilakukan: 2,4

Gerakan 1, Gerakan Mengepal dan Membuka

Kepalkan tangan dengan kencang selama 3 – 5 detik, lalu lepaskan dan ratakan

seluruh jari – jari tangan. Ditahan selama 3 – 5 detik juga. Ulangi gerakan ini sebanyak 5 kali

di tiap tangan.

Gerakan 2 : Peregangan

Gerakan perengan ini dapat mengurangi rasa sakit dan tekanan yang disebabkan oleh

pergerakan tangan repetitif dalam periode tertentu. Dengan menggunakan salah satu tangan,

jari – jari di tangan lain di lebarkan sebisa mungkin tanpa menimbulkan rasa nyeri. Hasil dari

peregangan dapat dirasakan pada telapak tangan dan pergelangan tangan. Tahan posisi

peregangan ini selama 3 – 5 detik lalu lepaskan. Lakukan gerakan ini sebanyak 5x di tiap

tangan yang telah dilakukan gerak mengepal dan meregang.

3. Injeksi Kortikosteroid Lokal

Page 12: Materi CTS

Injeksi kortikosteroid cukup efektif sebagai penghilang gejala CTS secara

temporer dalam waktu yang singkat. Metilprednisolon atau hidrokortison bisa

disuntikkan langsung ke carpal tunnel untuk menghilangkan nyeri. Injeksi

kortikosteroid dapat mengurangi peradangan, sehingga mengurangi tekanan pada

nervus medianus. Pengobatan ini tidak bersifat untuk dilakukan dalam jangka waktu

yang panjang. Pada kebanyakan pasien, pembedahan merupakan satu –satunya

pengobatan yang bisa memberikan penyembuhan permanen.

4. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

Obat-obatan jenis NSAID dapat mengurangi inflamasi dan membantu

menghilangkan nyeri. Pada umumnya digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan

sampai sedang. Obat pilihan untuk terapi awal biasanya adalah ibuprofen. Untuk

pilihan lainnya ada ketoprofen dan naproxen.3,4,5

5. Fisioterapi dan Terapi Okupasi

Prosedur fisioterapi ini harus dilakukan secaraspesifik terhadap pola nyeri/gejala dan

disfungsi yang ditemukan.

Terapi okupasi memberikan penyaranan ergonomik untuk mencegah gejala yang

semakin parah. Terapi okupasi memfasilitasi fungsi tangan melalui terapi adaptif tradisional.

Olahraga dengan gerakan merelaksasi dan meregangkan otot – otot lengan dan tangan dapat

mengurangi resiko trauma ganda pada N. Medianus. 2

Pemijatan merupakan salah satu metode terapi yang sering digunakan untuk

mengobati gejala CTS. Perengangan dan pelepasan myofascial dapat menghilangkan rasa

nyeri, mati rasa, kesemutan dan nyeri terbakar dalam beberapa menit.

Operasi

Pada umumnya, terapi nonoperasi digunakan untuk kasus yang ringan. Jika gejala

menetap maka direkomendasikan untuk operasi. Tujuan dari operasi CTS adalah membelah

lapisan transkutaneus (Transcutaneus Layer/TCL). Pada saat TCL dipotong, maka tekanan

nervus di bawahnya akan berkurang. 2,4

Pembedahan Carpal Tunnel Syndrome

Page 13: Materi CTS

Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel syndrome. Dapat dilihat

adanya atrofi otot thenar eminensia di tangan kiri yang merupakan tanda kronik CTS.

Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome. Dapat dilihat

teknik pembukaan ligamentum carpi transversum yang juga dikenal dengan sebutan

pembedahan “pembebasan canalis carpi”. Pembedahan ini sangat direkomendasikan bagi

pasien yang telah mengalami secara konstan dan static mati rasa, kelemahan otot tangan, atau

atrofi, dan penggunaan splint di malam hari sudah tidak bisa lagi mengontrol gejala – gejala

intermiten CTS.

II.9 Pencegahan

Pencegahan pada CTS dapat dilakukan dengan :

Relaksasi dan mengurangi kekuatan pegangan

Lebih sering beristirahat

Memperbaiki postur tubuh dan memperhatikan posisi tangan

Menjaga agar tangan tetap hangat

Mengurangi berat badan jika terdapat obesitas

Page 14: Materi CTS

Terapi penyakit yang bisa menyebabkan CTS

Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan

dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari

dan telunjuk.

Diagnosis Banding

1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan dan

bertambah hila leher bergerak. Oistribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.

2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot

thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.

3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan

daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui

terowongan karpal.

4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus

dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya

adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS

normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu

jari, positif bila nyeri bertambah

Page 15: Materi CTS

Prognosis

Pada CTS, prognosis biasanya baik. Terdapat bebrapa faktor yang dapat

menyebabkan prognosis menjadi buruk, seperti status mental dan penggunaan alkohol. Gejala

bilateral dan manuver Phalen yang positif merupakan indikator prognosis yang buruk.

Penelitian menunjukkan bahwa 34% pasien CTS idiopatik mengalami resolusi sempurna

dalam 6 bulan. Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka

dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini : 2,4

1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus medianus

terletak di tempat yang lebih proksimal.

2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.

3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema,

perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang

persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah reflek

sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia dan

gangguan trofik.

Page 16: Materi CTS

DAFTAR PUSTAKA

1. M Brust, John C. Current Diagnosis and Treatment Neurology. Edisi kedua. Lange.

2012;h.296-297

2. Rambe, Aldy S. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome). Available

at : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3459/1/penysaraf-aldi2.pdf.

Accesed on : 19 April 2013

3. Misbach, Jusuf. Sitorus, Freddy. AS Ranakusuma, Teguh, et al. Panduan Pelayanan

Medis Departemen Neurologi RSCM. 2007;h.76

4. George, Dewanto. Riyanto, Budi. Turana, Yuda, et al. Panduan Praktis Diagnosis dan

Tatalaksana Penyakit Saraf. 2009;h.120-123

5. Tana, Lusianawaty. Sindrom terowongan karpal pada pekerja: pencegahan dan

pengobatannya. J Kedokter Trisakti. September-Desember 2003, Vol 22 No.3