Materi Bela negara

72
Bela negara Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi , cari Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik , secara fisik dengan mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh, secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan Negara dengan cara meningkatkan rasa nasionalisme , yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara. Landasan pembentukan bela negara adalah wajib militer . Bela negara adalah pelayanan oleh seorang individu atau kelompok dalam tentara atau milisi lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer ). Beberapa negara (misalnya Israel , Iran ) meminta jumlah tertentu dinas militer dari masing-masing dan setiap salah satu warga negara (kecuali untuk kasus khusus seperti fisik atau gangguan mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer , biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa perang . Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat , Jerman , Spanyol dan Inggris , bela negara dilaksanakan pelatihan militer , biasanya satu akhir pekan dalam sebulan. Mereka dapat melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota resimen , misalnya Tentara Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi bisa merupakan bagian dari pasukan cadangan militer , seperti Amerika Serikat National Guard. Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan ), Republik Korea , dan Israel , wajib untuk beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional.

Transcript of Materi Bela negara

Page 1: Materi Bela negara

Bela negaraDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik, secara fisik dengan mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh, secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan Negara dengan cara meningkatkan rasa nasionalisme, yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.

Landasan pembentukan bela negara adalah wajib militer. Bela negara adalah pelayanan oleh seorang individu atau kelompok dalam tentara atau milisi lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) meminta jumlah tertentu dinas militer dari masing-masing dan setiap salah satu warga negara (kecuali untuk kasus khusus seperti fisik atau gangguan mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa perang.

Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris, bela negara dilaksanakan pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan. Mereka dapat melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi bisa merupakan bagian dari pasukan cadangan militer, seperti Amerika Serikat National Guard.

Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib untuk beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional.

Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari pembentukan cadangan, kadang-kadang disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan kelompok atau unit personil militer tidak berkomitmen untuk pertempuran oleh komandan mereka sehingga mereka tersedia untuk menangani situasi tak terduga, memperkuat pertahanan negara.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Pengertian bela negara di Indonesia o 1.1 Dasar hukum o 1.2 Mars bela negara o 1.3 Hari bela negara

2 Referensi

Page 2: Materi Bela negara

3 Pranala luar

[sunting] Pengertian bela negara di Indonesia

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang[1].

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.[2] Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Unsur Dasar Bela Negara

1. Cinta Tanah Air2. Kesadaran Berbangsa & bernegara3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara4. Rela berkorban untuk bangsa & negara5. Memiliki kemampuan awal bela negara

[sunting] Dasar hukum

Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :

1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.

2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah

oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

[sunting] Mars bela negara

Mars Bela Negara diciptakan oleh Dharma Oratmangun.[3]

[sunting] Hari bela negara

Page 3: Materi Bela negara

Tanggal 19 Desember ditetapkan sebagai Hari Bela Negara ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2006

Kewajiban Bela Negara Bagi Semua Warga Negara Indonesia - Pertahanan Dan Pembelaan Negara

Thu, 31/07/2008 - 12:15am — godam64

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak

dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara." dan " Syarat-syarat tentang pembelaan diatur

dengan undang-undang." Jadi sudah pasti mau tidak mau kita wajib ikut serta dalam membela negara

dari segala macam ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun

dari dalam.

Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :

1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.

2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.

3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.

4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.

5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.

6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 dan pasal 27 ayat 3.

7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus dikomando dapat berperan

aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa

diwujudkan dengan cara lain seperti :

1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling)

2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri

3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn

4. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka.

Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara dengan

mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ATHG / ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan

pada NKRI / Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti para pahlawan yang rela berkorban demi

kedaulatan dan kesatuan NKRI.

Page 4: Materi Bela negara

Beberapa jenis / macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara :

1. Terorisme Internasional dan Nasional.

2. Aksi kekerasan yang berbau SARA.

3. Pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara dan luar angkasa.

4. Gerakan separatis pemisahan diri membuat negara baru.

5. Kejahatan dan gangguan lintas negara.

6. Pengrusakan lingkungan.

Tambahan :

Hati-hati pula dengan gerakan pendirian negara di dalam negara yang ingin membangun negara islam

di dalam Negara Indonesis dengan cara membangun keanggotaan dengan sistem mirip mlm dan

mendoktrin anggota hingga mereka mau melakukan berbagai tindak kejahatan di luar ajaran agama

islam demi uang. Jika menemukan gerakan semacam ini laporkan saja ke pihak yang berwajib dan

jangan takut dengan ancaman apapun.

Indonesia ku

Hidoeplah Indonesia Raja »

2 Mar

Nilai-Nilai Bela   Negara

Posted 2 Maret 2009 by obo in bela negara, Indonesia, Warga Negara. 14 Komentar

Oleh: Benediktus Sudjanto

Frens,,, selingan ya,,, udah keberatan mikirin spiritual niech,,gemana kalo kita mikir yang berat-berat untuk negara ini,,, gemanasech caranya biar kita bisa mempertahankan negara ini???? ini adabacaan sedikit,, yach buat nambah wawasan,,, untuk lihat lebih lengkapsilahkan klik di : http://www.dmcindonesia.web.id/

Arti dari bela negara itu sendiri adalah Warga Negara Indonesia (WNI)yang memiliki tekad, sikap dan perilaku yang dijiwai cinta NKRIberdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang rela berkorban demikelangsungan hidup bangsa dan negara. Adapun kriteria warga negara yg

Page 5: Materi Bela negara

memiliki kesadaran bela negara adalah mereka yg bersikap danbertindak senantiasa berorientasi pada nilai-nilai bela negara.

Nilai-nilai bela negara yang dikembangkan adalah Cinta Tanah air,yaitu mengenal, memahami dan mencintai wilayah nasional, menjagatanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia,melestarikan dan mencintai lingkungan hidup, memberikan kontribusipada kemajuan bangsa dan negara, menjaga nama baik bangsa dan negaraserta bangga sebagai bangsa indonesia dengan cara waspada dan siapmembela tanah air terhadap ancaman tantangan, hambatan dan gangguanyang membahayakan kelangsungan hidup bangsa serta negara dari manapundan siapapun.

Nilai yang kedua adalah Sadar akan berbangsa dan bernegara, yaitudengan membina kerukunan menjaga persatuan dan kesatuan darilingkungan terkecil atau keluarga, lingkungan masyarakat, lingkunganpendidikan dan lingkungan kerja, mencintai budaya bangsa dan produksidalam negeri, mengakui, menghargai dan menghormati bendera merahputih, lambang negara dan lagu kebangsaan indonesia raya, menjalankanhak dan kewajiban sesuai peraturan dan perundang-undangan yangberlaku dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentinganpribadi, keluarga dan golongan.

Nilai ketiga adalah yakin kepada Pancasila sebagai ideologi negara,yaitu memahami hakekat atau nilai dalam Pancasila, melaksanakan nilaiPancasila dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan Pancasila sebagaipemersatu bangsa dan negara serta yakin pada kebenaran Pancasilasebagai ideologi negara.

Nilai keempat rela adalah berkorban untuk bangsa dan negara, yaitubersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsadan negara, siap mengorbankan jiwa dan raga demi membela bangsa dannegara dari berbagai ancaman, berpastisipasi aktif dalam pembangunanmasyarakat, bangsa dan negara, gemar membantu sesama warga negarayg mengalami kesulitan dan yakin dan percaya bahwa pengorbanan untukbangsa dan negara tidak sia-sia.

Untuk nilai yang terakhir memiliki kemampuan awal bela negara secarapsikis dan fisik. Secara psikis, yaitu memiliki kecerdasan emosional,spiritual serta intelegensia, senantiasa memelihara jiwa dan raganyaserta memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan uji.Sedangkan secara fisik yaitu memiliki kondisi kesehatan, ketrampilanjasmani untuk mendukung kemampuan awal bina secara psikis dengan caragemar berolahraga dan senantiasa menjaga kesehatan.

Page 6: Materi Bela negara

Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan nyata, yakni siskamling,menjaga kebersihan, mencegah bahaya narkoba, mencegah perkelahianantar perorangan sampai dengan antar kelompok, meningkatkan hasilpertanian sehingga dapat mencukupi ketersediaan pangan daerah dannasional, cinta produksi dalam negeri agar dapat meningkatkan hasileksport, melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsayang berprestasi baik nasional maupun internasional.

Pendidikan Bela Negara Solusi Jitu Lahirkan Generasi Cinta

Tanah Air Berwawasan Kejuangan

Submitted by ptriwidodo on Wed, 12/10/2008 - 07:15.

Strategy

Oleh: Puji Triwidodo, ST., Akademisi & Praktisi Pendidikan, Kontributor TANDEF

Sudah pernah melihat raut wajah murid-murid sekolah ketika pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan? Atau

mungkin diri kita yang dulu belajar Pendidikan Moral Pancasila? Kalau gurunya bukan seorang yang cantik

jelita atau pandai melawak (itupun lawakannya di luar materi pelajaran), saya berani bertaruh para siswa akan

terlihat bosan dan sebentar-sebentar melihat jam dinding menanti pertolongan bel tanda kelas usai.

Ini merupakan problema besar bagi bangsa. Masa depan bangsa berada di tangan generasi muda khususnya

pelajar. Mereka adalah harapan kita. Generasi bintang. Sudah sepantasnya energi dan perhatian kita curahkan

kepada pelajar demi terwujudnya masa depan bangsa yang memiliki ketahanan nasional yang tangguh.

Jangan berharap terlalu besar untuk menumbuhkan nasionalisme dari generasi tua. Mahasiswa saja sudah

sulit. Nasionalisme mereka memiliki makna yang berbeda-beda. Menurut Taufik Abdullah, mantan Ketua LIPI,

krisis nasionalisme yang dialami bangsa Indonesia merupakan hasil sebuah proses kompleks sejarah

kepemimpinan nasional yang memberikan dampak pada jiwa-jiwa rakyatnya. Bahkan dalam salah satu

artikelnya ia memberikan sebuah retorika “Krisis Nasionalisme, Wacana atau Struktur Kesadaran?”. Dengan

demikian kaum pelajar tidak masuk dalam kategori yang terkena krisis nasionalisme karena mereka termasuk

lugu pada kasus ini. Terkecuali mereka yang keluarganya menjadi korban serius sebuah rezim.

Ancaman dan hambatan untuk pelajar menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air adalah lingkungan dan

globalisasi. Dan jangan lupa mereka adalah ‘Digital Native’ - lahir dan besar di era digital. Mereka lahir di masa

yang memanjakan fisik dan mobilitas seseorang di mana pelajaran mengenai tugas dan kewajibannya sebagai

warga negara menjadi sebuah hal yang membosankan dan jadul.

Lantas bagaimana jalan keluarnya?

Page 7: Materi Bela negara

Bagaimana pendapat Anda tentang Pendidikan Bela Negara?

Apakah ini bisa dijadikan pintu masuk cinta tanah air?

Sudah banyak instansi mengadakan pendidikan semacam ini secara massal. Pada bulan Agustus 2008,

Batalyon 613 Raja Alam bersama Pemerintah Kota terkait menggelar Pendidikan Kesadaran Bela Negara yang

diikuti puluhan peserta, terdiri anggota Batalyon 613 Raja Alam, mahasiswa, pelajar, serta organisasi

kepemudaan. Puluhan peserta pendidikan bela negara ini telah menjalani latihan selama 10 hari. Mereka

berasal dari berbagai elemen masyarakat. Mulai pelajar, hingga anggota TNI. Dengan bekal disiplin dan tekad

membela negara, para peserta diminta untuk lebih tanggap terhadap perkembangan situasi, serta peduli

kondisi keamanan negara. Karena jika mengandalkan kekuatan TNI saja, tanpa dukungan masyarakat,

mustahil keutuhan NKRI dapat dijaga.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) bekerjasama dengan Kementerian Negara Pemuda dan

Olahraga (Kemenegpora) juga telah menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Kesadaran Bela Negara Pemuda

Tingkat Nasional 2008. Kegiatan berlangsung pada 11 sampai dengan 22 Mei 2008 di Taman Rekreasi

Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur. Peserta yang terlibat sebanyak 100 orang yang terdiri atas DPP KNPI (5

orang), OKP Tingkat Nasional (27 orang), DPP KNPI/OKP Provinsi (33 orang), dan senat mahasiswa

perguruan tinggi (35 orang). Dari seratus peserta dipilih sepuluh besar untuk mendapatkan beasiswa dari

Depdiknas. Selain itu, dipilih tiga (peserta) terfavorit. Sakhyan Asmara, Deputi I Bidang Pemberdayaan

Pemuda Kemenegpora, menyampaikan, kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan semangat bela negara

dan kebangsaan di kalangan pemuda. "Target bela negara (adalah) membangkitkan semangat nasionalisme di

kalangan pemuda dan mahasiswa, agar pemuda bisa bersatu di antara perbedaan-perbedaan," katanya.

Adapun pelaksanaan kegiatan melibatkan Departemen Pertahanan, Lemhanas, KPK, Kopassus, Praktisi,

Mahkamah Konstitusi, Tim ESQ, dan BKPM.

Pada bulan Juli 2008, juga telah diadakan Forum Sosialisasi Bela Negara di Yogyakarta. Kegiatan yang

dihadiri 300 pelajar tersebut terdiri dari Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan se Kota

Yogyakarta. Selain para pelajar tampak hadir para Mahasiswa yang tinggal di asrama di wilayah Kota

Yogyakarta. Forum Sosialisasi Bela Negara bagi Pelajar Mahasiswa se Kota Yogyakarta, menghadirkan

narasumber dari Fakultas Filsafat Univesitas Gadjah Mada Yogyakarta, Alif Lukman Nul Hakim, S Fil yang

menyampaikan ceramah dengan judul Pemuda dan Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Disamping itu Prof. DR.Wuryadi MS Ketua Dewan Pendidikan Provinsi DIY, menyampaikan makalahnya yang

berjudul Peran Pemuda dalam Perjuangan Bangsa dan Wawasan Nusantara. Sedangkan materi Bela Negara

disampaikan langsung komandan Kodim 0734 Yogyakarta Let.Kol. Setya Hari, serta Walikota Yogyakarta

Herry

Zudianto, yang menyampaikan tentang Ketahanan Nasional.

Sedangkan tahun lalu, pada Agustus 2007, ratusan pelajar Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Jayapura, Papua mengikuti pelatihan bela negara. Nara sumber pelatihan

ini adalah Kapolresta Jayapura, Dandim 1701 Jayapura, Dinas Pendidikan dan Universitas Cenderawasih

(Uncen) Jayapura. Pelatihan bela negara bagi pelajar menengah atas tersebut bertujuan agar para siswa

memiliki rasa nasionalisme sebagai generasi penerus bangsa. Sedangkan materi bela negara yang diberikan

kepada para pelajar tersebut antara lain, peran pemuda sebagai pilar pembangunan dalam keikutsertaannya

dalam bela negara, rasa cinta tanah air, wawasan kebangsaan serta etika berbangsa dan bernegara.

Page 8: Materi Bela negara

Pendidikan Bela Negara yang tepat tentunya menggunakan sistem pembelajaran constructive and active

learning, yang berarti serangkaian aktivitas belajar dibuat sehingga para peserta mampu secara otomatis

mengetahui apa itu wawasan kejuangan, kebangsaan dan nusantara tanpa diberitahu oleh penyelenggara.

Berbeda dengan passive learning seperti model perkuliahan di ruangan yang menuangi peserta bagaikan

sebuah teko (guru) berisi air penuh mengalirkan air ke gelas (murid) yang kosong. Ini namanya spoonfeeding.

Tak akan berhasil mencapai sasaran pembelajaran, yakni nasionalisme.

Bukankah kini outbond banyak digandrungi. Juga permainan pinball, dan soft air gun. Kegiatan yang

memerlukan taktik dan sedikit adrenalin ini tentunya bisa menjadi bagian dari Pendidikan Bela Negara. Ini bisa

dijadikan sebagai daya tarik pelajar. Belum lagi kalau mereka diperkenalkan dengan mobilitas pasukan dari

Titik Bongkar (TB) ke Daerah Persiapan (DP) untuk melakukan penyerangan. Pastinya dalam perang

konvensional, dari TB ke DP jaraknya tidaklah dekat dikarenakan titik sasaran berada di sebuah ketinggian.

Mereka dapat melatih fisik mereka sembari menikmati alam. Di kota, mana bisa mereka menikmati ini?

Banyak sekali bagian dari Pendidikan Bela Negara yang bisa diperkenalkan dan diperlatihkan kepada pelajar

dengan cara yang menyenangkan tanpa tekanan baik Pilih Jurit Tangkas (PJT), pertahanan, serangan, patroli,

bahkan sampai pengenalan senjata. Yang penting outcome pembelajaran harus sudah diset termasuk skill dan

knowledge yang diharapkan. Penggunaan sistem level juga sangat berarti agar siswa punya semangat untuk

berkompetisi.

Masalah pendanaan dan promosi sepertinya bisa melibatkan pihak swasta dalam program CSR (Corporate

Social Responsibility). Bidang Bela Negara sudah selayaknya mendapatkan perhatian para pengusaha di

samping pendidikan dan kesehatan, karena ketahanan nasional dan masa depan persatuan bangsa juga

merupakan masalah bersama. Tentunya diperlukan departemen khusus untuk secara intensif menawarkan

program ini kepada swasta dan juga insentifnya. Departemen yang ditunjuk harus bisa memberikan

penyadaran betapa arti penting Pendidikan Bela Negara. Biasanya, perusahaan akan mem-blow up kegiatan

CSR mereka melalui media massa. Dengan demikian diharapkan banyak pengusaha yang akan bergabung

untuk mendukung program ini.

Perang terbuka memang jangan sampai terjadi. Namun, walau nantinya harus terjadi Indonesia sudah siap

dengan salah satu potensinya yakni sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dasar tempur.

Di saat damai dan perang, Indonesia jaya!

»

Login or register to post comments

22996 reads

Sangat Inspiratif

Submitted by kazmi on Fri, 12/12/2008 - 02:11.

Membaca tulisanmu ini Ji, aku jadi pengen nulis juga tentang pentingnya memasukkan pendidikan

pendahuluan bela negara dalam kurikulum wajib dari SD s/d perguruan tinggi.

Di perguruan tinggi, ada sih yang namanya mata kuliah Kewiraan, tapi sepertinya contentnya banyak berkutat

Page 9: Materi Bela negara

di wacana2 abstrak yg melayang di awang2 serta terlalu berfokus pada aspek moril / mental semata, padahal

apabila kita sudah berada dalam kondisi perang, maka aspek taktis / teknis juga sangat menentukan.

Login or register to post comments

Aku dukung Mi.

Submitted by Puji Triwidodo (not verified) on Fri, 12/12/2008 - 04:06.

Aku dukung Mi.

Login or register to post comments

Pendidikan Dengan Cinta dan Kasih Sayang

Submitted by myrazano (not verified) on Fri, 12/12/2008 - 12:00.

Pendidikan militer justru akan melahirkan generasi yang mencintai kekerasan, sehingga saya sangat tidak

setuju dengan bela negara yang mengarah kepada militeristik

terimakasih

dari : http://myrazano.com

Login or register to post comments

Setuju

Submitted by ptriwidodo on Mon, 12/15/2008 - 00:00.

Saya sangat setuju dengan pendapat akhi. Pendidikan militer tidaklah tepat untuk diajarkan kepada anak didik.

Pendidikan dengan cinta dan kasih sayang adalah cara yang tepat baik di sekolah maupun di rumah.

Pendidikan bela negara bukanlah pendidikan militer atau pendidikan kekerasan. Pendidikan Bela Negara

adalah sebuah pendidikan yang mirip dengan outbond, physical education, dan pramuka. Hanya saja di sini,

peserta didik akan diberikan pengenalan taktik dan teknis, serta kosa kata terkait plus wawasan kebangsaan.

Bukankah anak-anak kita menyukai outbond? Pramuka?

Bukankah sang pembimbing mendeliver kegiatan dengan cinta dan kasih sayang?

Rasulullah pun seorang Komandan Militer, dan ia memberikan pendidikan dan pelatihan militer dengan cinta

dan kasih sayang.

Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman

Tidak semua pendidikan militer mengarahkan pada kekerasan

Page 10: Materi Bela negara

Pengalaman saya selama tiga tahun di TN, mata pelajaran yang saya paling tunggu-tunggu ya Bela Negara

(BN), kenapa? karena walaupun semi militer, bentuknya outbond yang seru.

Lagipula, setahu saya, pendidikan bela negara tidak harus perang-perangan,kan? di pelajaran BN, mana ada

perang-perangan?.

Kurikulum yang diajarkan lebih kepada 'membela diri'.

Saya adalah produk pendidikan semi militer 24 jam sehari 7 hari seminggu. Tapi saya (dan hampir semua

teman-teman saya) tidak suka kekerasan sampai saat ini. :)

.

justru klo terlalu banyak memberikan cinta dan kasih sayang pada generasi muda kita..maka merka akan

menjadi sangat manja,,lemah dan muda di provokasi...

konsep pertahanan dan keamanan yang pernah diterapkan..

konsep pertahanan dan keamanan yang mas pudji sampaikan merupakan salah satu cara penerapan

sosialisasi konsep pertahanan semesta yang melibatkan seluruh komponen yang dimiliki oleh Negara Republik

Indonesia.

Selain itu cara yang lain adalah dengan Penataran P-4, aktif dlm sosialisasi organisasi Pramuka, kegiatan

pemuda yang melibatkan seluruh pemuda dari masing-masing propinsi yang bertemu dalam satu wadah

kegiatan setingkat nasional, salah satu yang masih bertahan adalah Paskibraka setiap 17 agustusan diIstana

Negara, dan lain-lain.

sehingga konsep pertahanan dan keamanan yang demikian bisa menjangkau keseluruh lapisan dan

komponen.

Pendidikan Bela negara merupakan salah satu cara penyiapan komponen cadangan yang siap

dikerahkan..kalau boleh saran, hal2 positif yang seperti itu agar dimunculkan kembali kepermukaan dalam

mewujudkan pertahanan dan keamanan..

sementara kita kurangi konsep pertahanan dan keamanan yang berupa menyiapkan alutsista (kesiapan utk

perang..) anggaran negara kita masih belum menjangkau utk ukuran standart kesiapan perang suatu negara,

paling tdk 5-10 kedepan..

salut kepada Tandef..

setuju

setuju bgt ttg pendidikan bela negara..

asal jgn teori aja...

krn byk putra-putri indonesia yg terbaik yg karena ketidakmampuan negara untuk mengakomodir ide dan

kemampuan mereka akhirnya mereka lebih nyaman menyalurkan dan merefleksikan ide ataupun kepintaran

mereka di negeri org...

jadi tidak hanya ttg kemiliteran ataupun teori-teori saja...tp aspek segala bidang

krn sepertinya program itu hanya proyek sekelompok org yg akan mengambil keuntungan...

salam pramuka,

yuk semangat bina generasi muda melalui gerakan pramuka

Page 11: Materi Bela negara

Cinta Tanah-Air Harus Dari Dua Pihak

Sebagai pendatang baru, saya ingin urun bicara dalam hal pembangunan rasa cinta tanah-air. Apa yang sudah

anda tuliskan itu baik dan ideal adanya, yang sudah dicanangkan oleh para petinggi negara kita sejak negara

diproklamasikan. Tetapi, bicara soal cinta itu harus datang dari dua pihak, tidak bisa hanya satu pihak saja

yang diharuskan memiliki cinta. Selama ini, yang dituntut untuk mencintai hanyalah warganegara, sedangkan

negara (yang diwakili oleh para petinggi dalam pemerintahan negara) tidak pernah dituntut untuk mencintai

warganegaranya. Mereka selama ini sibuk dengan kepentingan dan ambisi mereka sendiri. Kalau kita

menengok negara tetangga, Singapura, kita merasa jauh ketinggalan. Meski bukan berbentuk negara

demokratis seperti yang sering kita klaim bagi negara kita, dan bahkan mereka sendiri menyebut negaranya

sebagai negara illiberate, tetapi rasa cinta negara terhadap warganegara terlihat nyata. Kehidupan

warganegara Singapura sebagian besar sejahtera secara ekonomi, karena itu yang menjadi pilar pertama dari

kesejahteraan, sebelum menjangkau ke kesejahteraan bentuk lainnya. Banyak orang-orang yang berusia lanjut

masih memperoleh pekerjaan, meski hanya sebagai pembersih meja di warung-warung makan atau jadi

tukang sapu halaman. Sehingga, selain menikmati uang pensiun di masa tuanya, dia masih dapat tambahan

uang belanja dari pekerjaannya itu. Di setiap kompleks perumahan selalu ada dibangun fasilitas umum (public

space) di mana orang dapat bertemu, bersosialisasi, ada perpustakaan umum yang modern dengan biaya

relatif murah, tempat main anak-anak gratis, juga untuk fisical fitness gratis. Persekolahan untuk warganegara

juga terjangkau biayanya oleh sebagian besar orang, ada juga subsidi bagi pelayanan kesehatan yang

bermutu. Ini semua merupakan bentuk kecintaan negara kepada warganegara.

Kalau negara kita dapat menyediakan semua pelayanan tersebut kepada rakyatnya, maka dijamin kalau akan

juga tumbuh dengan subur rasa cinta rakyat kepada negaranya, bertumbuh pula rasa rela berkurban untuk

membelanya

Ini semua merupakan kewajiban para politisi yang harus berjiwakan sebagai negarawan. Pembentukan kader-

kader pimpinan bangsa dengan kualitas seperti itu menjadi kewajiban dari parpol-parpol yang ada. Sayangnya

parpol-parpol yang ada sekarang baru bisa membangun kefanatikan para pendukungnya terhadap parpol

bersangkutan, agar dapat menang dalam pemilu dan menduduki kursi kekuasaan dalam negara. Dan ujung-

ujungnya adalah berebut kue kemerdekaan tetapi melupakan konstituen pendukungnya.

Ini semua hanyalah urun pikiran dari saya. Semoga bermanfaat

Kalau menurut pengamatan awam saya sebagai orang/rakyat biasa Pendidikan Bela Negara memang sangat

penting agar generasi digital ini mencintai bengsa dan tanah airnya. Tapi yang menjadi krusial sekarang adalah

pendidikan bela negara secara formal melalui bangku sekolah terasa kaku dan sangat membosankan. Saya

sangat setuju pendekatan rekreasi melalui outbond atau game2 outdoors. Lebih bagus lagi Pendekatan seni

budaya, bayangkan kalau banyak produser sinetron & film indonesia yang bikin film bernuansa kepahlawanan

& bela negara itu lebih asyik & lebih menyemangati dari pada dibangku sekolah. Bagus lagi kalau ada film

animasi buat anak - anak yang sejenis. Tetapi tentunya karya seni tersebut haruslah yang bermutu.Saya

prihatin dengan ndustri perfilman yang ada di indonesia, mereka hanya menghasilkan sinetron2 yang

melankolis = menghasilkan generasi cengeng & manja, Film Horor berbau porno = menghasilkan generasi

penakut & sex minded/ generasi horor porno. Kita lihat saja Amerika dengan industi perfilmanya, di susul

Bolywood & mandarin. Banyak dari karya2 mereka mengisahkan kepahlawanan yang membuat bangga akan

kebesaran negrinya. Yang otomatis menggugah semangat bela negara generasi mudanya bahkan semua

generasi.

Yup Bro saya kira emang media informasi di negeri ini harus di benahi harus ada peraturan yang jelas dari

pemerintah tentang kebijakan media kan sekarang ini hampir 24 jam/7hari generasi duduk di depan TV dan

alhasil pola pikir yang secara tidak langsung ditanamkan lewat media tersebut merasuki alam bawah sadar

Page 12: Materi Bela negara

generasi muda sekarang, gimana mereka akan berpikir bela negara sedangkan dalam kehidupan sehari-hari

mereka aja tidak pernah terlintas apa dan bagaimana negara ini, dan yang paling menyedihkan adalah ketika

event-event pemerintah misalkan pidato presiden, HUT TNI, tidak pernah diliput oleh media tersebut yang

diliput malah isu yang meruntuhkan kepercayaan masyarakat pada negara ini, gimana mereka akan kenal

dengan negara ini kalo pemerintah sendiri tiddak mau memperkenalkan diri kepada rakyatnya...key

Sedikit berbagi pengalaman

Assalamualakum wr, wb.

Hormat tangan pak dengan tulisan , kajian dan perspektifnya.

Sebenarnya tidak semua dari kita yang menyadari kondisi dilematis krusial ini , saya masih berpendapat

sebagian besar orang Indonesia ini awam ( lebih pas-nya Rabun )akan ancaman terhadap sendi - sendi

kehidupan bangsa.

Dengan adanya tren " Modern War " yang saat ini telah semakin tampak jelas menyelimuti terhadap semua

negara, tidak hanya kita !!

Tren perang ini tidak tampak lagi sebagai perak secara fisik antara 2 ato lebih negara / pihak. Namun lebih

tampak sebagai bagaimana suatu pihak / negara dapat mengendalikan negara / pihak sasaran tanpa

terdeteksi, akurat, dan optimal tanpa harus berada di negara / pihak sasaran.

Sangat setuju bila dikatakan ini tahapan dalam ops. intel....

yaa, memang perang modern adalah kombinasi ops intel dan upaya pemenuhan common interest.

Dan , serangan terhadap kekuatan mental & psikologi adalah tahapan awal "mereka" terhadap sasaran.....

Tidak ada upaya paling efektif selain membangun kembali Nasionalisme dan pribadi kita melalui wawasan

kebangsaan !!

Terdengar kolot, konservatif, kuno...Tapi inilah obat termanjur saat ini untuk patahkan upaya pihak Luar bila

masih ingin melihat Indonesia dalam suatu tatanan negara kesatuan dan tidak berfederasi, atau menjadi

bangsa yang di nomorduakan di negaranya sendiri...

Apa yang dilakukan oleh instansi - instansi peduli wawasan kebangsaan pernah saya lakukan di daerah

domisili saya. Hasilnya juga cukup menggembirakan dengan banyaknya jumlah peserta dan antusias mereka

dalam mengikuti kegiatan semi outbond tersebut. Tanpa diduga , muncul saran dari mereka untuk

memasukkan hal ini dalam kurikulum ekstra kurikuler. Hal tersebut tidak berlebihan karena pada saat di

laksanakan kegiatan tersebut , kami menggunakan juga tehnik diskusi panel dan sesi re-vitalisasi nasionalisme

dengan gunakan media film dokumenter dan film perjuangan.

Saran kedua dari audiens adalah pemberian predikat siswa merah putih kepada siswa2 yang dianggap

memiliki kontribusi besar terhadap pengembangan wawasan kebangsaan atau prestasi yg membanggakan

negara. Selain predikat siswa merah putih, mereka juga berharap untuk mendapatkan bea siswa baik di dalam

ataupun di luar negeri....

Apa yang mereka sarankan, saya rasa adalah hal positif yang keluar dari akumulasi cita-cita dan empati

terhadap kondisi bangsa. Sungguh suatu hal yang tidak bisa kita abaikan begitu saja atau bahkan dianggap

sebagai hal memberatkan karena memberikan tambahan beban pekerjaan bagi pemerintah daerah dan pusat.

Bela Negara != Militer

Page 13: Materi Bela negara

Jadi ingat sewaktu pra jabatan PNS, kami mengikuti pelatihan bukan berbasis militer tapi kepolisian. Bela

negara ternyata tidak harus militer, tetapi bisa dalam bentuk lain. Membela negara juga bukan hanya

kewajiban militer, orang sipil pun juga harus ikut berperan.

Kaku

"Bukankah kini outbond banyak digandrungi. Juga permainan pinball, dan soft air gun. Kegiatan yang

memerlukan taktik dan sedikit adrenalin ini tentunya bisa menjadi bagian dari Pendidikan Bela Negara"....

saya sangat setuju dengan pendapat penulis..

sayang ini hanya menjadi wacana bagi para muda defender muda yang kreatif dan prihatin thdp pendidikan

bela negara dinegara kita...

betapa susahnya bagi para pengusaha permainan perang2an seperti airsoft gun dan paintball untuk

memasukkan senjata2 ini ke Indonesia...

belum lagi perijinan dan paranoia terhadap pelaku terorisme...

TNI bisa mendukung cinta belanegara dengan membuat kompetisi rutin bagi pemain airsoftgun, paintball

dsb ...

Bahkan US Army turut mendanai game developer yang membuat game2 perang seperti counterstrike, Delta

Force dll...

Muhamad Yusuf ST

Jogja / Cepu

bentuk pertahanan negara

Bro ada masukan siapa tahu berguna

Maaf saya bukan apa-2 disini hanya orang yg kepingin nimbrung aja , setelah baca artikel tentang alutsista kita

Usul : perlunya diadakan peralatan tempur gerak cepat mini untuk personnel yg bentuknya seperti sepeda

motor yg bisa membawa amunisi banyak seperti roket dan lainya termasuk bekal makanan , komunikasi kalo

bisa yg memakai tenaga surya , cara pengaktifanjalannya pakai password . ini kan lumayan bisa fleksible dan

cukup cepat untuk bergerak terutama daerah perbatasan ,

Kalo di sungai atau laut perbatasan jarak dekat bisa membuat pasukan serbu yg banyak memakai bentuk

kapal nelayan yg dirancang khusus dengan senjata ringan sampai semi berat .

Tapi saran saya jangan Pindat saja yg bikin pemerintah harus dukung dana dari pada dibelanjakan diluar

negri ... anak negeri kita yg jagoan di pupuk dan dibiayai baik riset dan segala hubungannya ... jangan

nggantung terus sama technologi orang luar ??? kapan bisa menang !!!!

Demikian dari saya

thanks alot

Belajar dari Korea Selatan

Page 14: Materi Bela negara

Coba kita lihat negara ginseng ini, mereka sdh mulai mewajibkan murid tk sampai perguruan tinggi utk

mempelajari Taek Won Do, bahkan di sana ada Universitas yang khusus membidangi bela diri ini. Suatu

kehormatan bagi keluarga/orang tua apa bila anak2 mereka dapat menguasai bela diri Taek Won Do. Bahkan

pemerintahnya telah menetapkannya sebagai bagian dari Kurikulum Pendidikan dan Budaya Bangsa.

Coba kita lihat negara kita......kita punya pencak silat...saat ini sudah banyak negara lain mempelajari tentang

pencak silat, sayangnya hasil Sea Games kemarin, tim pencak silat kita hampir di buat malu oleh vietnam,

thailand dll. Kenapa tidak kita kembangkan sj Pencak silat ini.....warisan budaya yg luar biasa.

Soal kekerasan....militerisasi.......bukan itu substansinya dalam membentuk pemuda indonesia yg diharapkan,

tapi nilai-nilai Nasionalisme, Patirotisme, Kesatria yang diwujudkan dalam sikap Percaya diri, disiplin, Hidup

Sehat, Fisik kuat, Semangat, dan lain lain yang tentunya hal positif kita inginkan itulah menjadi tujuan kita.

Kita semua tentunya berharap generasi Indonesia masa depan harus lebih baik, silahkan lihat diri anda sendiri

apakah lebih baik dari orang tua anda, kakek anda, atau hanya berharap menunggu warisan kemalasan,

materialistik, sadisme, pengguna narkoba, wah.....Semoga Allah SWT menjauhkan generasi kita dari hal-hal

ini. AMIN

Bela Negara - Thread Not Solved Yet

Setelah pernyataan dari menlu malaysia, Datuk Seri Anifah Aman yang menyatakan malaysia

tidak perlu meminta maaf atas perlakuan penegak hukum malaysia ketika menangkap 3 petugas KKPRI, Rakyat Indonesia seperti dikhianati dari dalam. Banyak yang menyayangkan reaksi pemerintah yang masih mencoba untuk jalan damai.

Tidak lama ini, Susilo Bambang Yudhoyono telah mengirimkan surat langsung ke Perdana Mentri Malaysia Datuk Sri Najib Tun Razak untuk segera mendiskusikan yang terjadi. Karena, hal tentang malaysia ini sudah terlalu cepat memanas karena kegeramanan ini bukanlah hal baru yang dialami Indonesia.

Dilain sisi, beberapa masyarakat yang mencoba untuk bergerak cepat, segera membentuk posko RELAWAN BELA NEGARA; GANYANG MALAYSIA. Posko ini nantinya sebagai tempat penampung hasil diplomasi yang sebentar lagi akan diselenggarakan, mulai dari awal hingga akhir. Tempat ini juga sebagai tempat penampungan aspirasi rakyat yang berusaha melawan keras tindakan penegak hukum Malaysia kemarin itu.

Tidak hanya sampai disitu, gerakan BELA NEGARA sudah banyak disuarakan di beberapa kampus di Indonesia. Mengingat bulan ini adalah bulan pertama dari jadwal perkuliahan beberapa universitas, banyak yang mendapat pembekalan materi BELA NEGARA. (Salah satunya di http://belanegara.dephan.go.id/ <- belum tahu, ini situs benar milik pemerintah atau gak).

berikut adalah isi dihalaman utama dalam situs http://belanegara.dephan.go.id/:

Page 15: Materi Bela negara

Quote:

Situs Pusat Informasi Bela Negara diselenggarakan sebagai salah satu wahana sosialisasi Bela Negara sebagai prasyarat terciptanya pembangunan potensi sumber daya manusia pertahanan serta membangun watak bangsa

Setiap bangsa dan negara di dunia ini senantiasa berusaha untuk mewujudkan cita-cita dan kepentingan nasionalnya. Demikian juga halnya dengan bangsa dan negera Indonesia. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4, tujuan bangsa Indonesia membentuk suatu pemerintahan negara adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, dalam wadah Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila.

Guna menjamin tetap tegaknya Negara Republik Indonesia dan kelangsungan hidup bangsa dan negara, maka sumber daya manusia menjadi titik sentral yang perlu dibina dan dikembangkan sebagai potensi bangsa yang mampu melaksanakan pembangunan maupun mengatasi segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) yang berasal dari dalam maupun luar negeri.Salah satu upaya pembinaan potensi sumberdaya manusia agar mampu menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dapat dilakukan melalui pembelaan negara, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 UUD 1945

Quote:

BJ ngomong: wah, pantesan kemaren gw ikut paduan suara disuruh nyanyi lagu Mars Bela Negara. Pas Rapat Senat terbuka, juga disuruh nyanyi mars bela negara. Semoga negara ini memiliki pembela yang siap sedia mengatakan: NKRI HARGA MATI!

__________________

Era reformasi membawa banyak perubahan di hampir segala bidang diRepublik Indonesia. Ada perubahan yang positif dan bermanfaat bagimasyarakat, tapi tampaknya ada juga yang negatif dan pada gilirannya akanmerugikan bagi keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arusinformasi dari segala penjuru dunia seolah tidak terbendung. Berbagai

Page 16: Materi Bela negara

ideologi, mulai dari ekstrim kiri sampai ke ekstrim kanan, menarik perhatianbangsa kita, khususnya generasi muda, untuk dipelajari, dipahami danditerapkan dalam upaya mencari jati diri bangsa setelah selama lebih dari 30tahun merasa terbelenggu oleh sistem pemerintahan yang otoriter.Salah satu dampak buruk dari reformasi adalah memudarnya semangatnasionalisme dan kecintaan pada negara. Perbedaan pendapat antar golonganatau ketidaksetujuan dengan kebijakan pemerintah adalah suatu hal yang wajardalam suatu sistem politik yang demokratis. Namun berbagai tindakan anarkis,

konflik SARA dan separatisme yang sering terjadi dengan mengatas namakan demokrasi menimbulkan kesan bahwa tidak ada lagi semangat kebersamaan sebagai suatu bangsa. Kepentingan kelompok, bahkan kepentingan pribadi, telah menjadi tujuan utama. Semangat untuk membela negara seolah telah memudar. Bela Negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau

militerisme, seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya

terletak pada Tentara Nasional Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 30 UUD 1945,

bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Republik

Indonesia. Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan

Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri. UU no 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara RI mengatur tata

cara penyelenggaraan pertahanan negara yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) maupun oleh seluruh komponen bangsa. Upaya melibatkan seluruh komponen bangsa dalam penyelenggaraan pertahanan negara itu

antara lain dilakukan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. Di dalam

masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasi, tentu

timbul pertanyaan apakah Pendidikan Pendahuluan Bela Negara masih relevan dan

masih dibutuhkan. Makalah ini akan mencoba membahas tentang relevansi

Pendidikan Pendahuluan Bela Negara di era reformasi dan dalam rangka menghadapi era globalisasi abad ke 21. Hakekat Ancaman Terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia Ancaman Dari Luar Dengan berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 1990an, maka ketegangan regional di dunia umumnya, dan di kawasan Asia Tenggara

khususnya dapat dikatakan berkurang. Meskipun masih terdapat potensi konflik

khususnya di wilayah Laut Cina Selatan, misalnya sengketa Kepulauan Spratly yang melibatkan beberapa negara di kawasan ini, masalah Timor Timur yang menyebabkan ketegangan antara Indonesia dan Australia, dan sengketa

Pulau

Page 17: Materi Bela negara

Sipadan/Ligitan antara Indonesia dan Malaysia, namun diperkirakan semua pihak yang terkait tidak akan menyelesaikan masalah tersebut melalui kekerasan bersenjata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam

jangka waktu pendek ancaman dalam bentuk agresi dari luar relatif kecil.

Potensi ancaman dari luar tampaknya akan lebih berbentuk upaya menghancurkan

moral dan budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika

dan obat-obat terlarang, film-film porno atau berbagai kegiatan kebudayaan

asing yang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama generasi muda, yang pada gilirannya dapat merusak budaya bangsa. Potensi ancaman dari luar

lainnya adalah dalam bentuk "penjarahan" sumber daya alam Indonesia melalui eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol yang pada gilirannya dapat merusak lingkungan atau pembagian hasil yang tidak seimbang baik

yang dilakukan secara "legal" maupun yang dilakukan melalui kolusi dengan

pejabat pemerintah terkait sehingga meyebabkan kerugian bagi negara. Semua potensi ancaman tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan Ketahanan Nasional melalui berbagai cara, antara lain: a. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat

menangkal pengaruh- pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma

kehidupan bangsa Indonesia b. Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui pemahaman dan penghayatan (bukan sekedar penghafalan) sejarah perjuangan

bangsa. c. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya alam nasional serta terciptanya suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa (legitimate, bebas

KKN, dan konsisten melaksanakan peraturan/undang-undang). d. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kecintaan terhadap tanah air

serta menanamkan semangat juang untuk membela negara, bangsa dan tanah air serta mempertahankan Panca Sila sebagai ideologi negara dan UUD 1945 sebagai landasan berbangsa dan bernegara. e. Untuk menghadapi potensi agresi bersenjata dari luar, meskipun kemungkinannya relatif sangat kecil, selain menggunakan unsur kekuatan TNI, tentu saja dapat menggunakan unsur Rakyat Terlatih (Ratih) sesuai dengan doktrin Sistem

Pertahanan Semesta. Dengan doktrin Ketahanan Nasional itu, diharapkan bangsa Indonesia mampu mengidentifikasi berbagai masalah nasional termasuk ancaman, gangguan,

Page 18: Materi Bela negara

hambatan dan tantangan terhadap keamanan negara guna menentukan langkah atau tindakan untuk menghadapinya. Ancaman Dari Dalam Meskipun tokoh-tokoh LSM banyak yang menyatakan hal ini sebagai

sesuatu yang mengada-ada, pada kenyataannya potensi ancaman yang dihadapi negara Republik Indonesia tampaknya akan lebih banyak muncul dari dalam negeri, antara lain dalam bentuk: a. disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah

terhadap kebijakan pemerintah pusat b. keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran

Hak Azasi Manusia yang pada gilirannya dapat menyebabkan huru-hara/kerusuhan massa c. upaya penggantian ideologi Panca Sila dengan ideologi lain yang

ekstrim atau yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia d. potensi konflik antar kelompok/golongan baik akibat perbedaan

pendapat dalam masalah politik, maupun akibat masalah SARA e. makar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional Di masa transisi ke arah demokratisasi sesuai dengan tuntutan

reformasi saat ini, potensi konflik antar kelompok/golongan dalam masyarakat

sangatlah besar. Perbedaan pendapat yang justru adalah esensi dari demokrasi malah merupakan potensi konflik yang serius apabila salah satu pihak berkeras dalam mempertahankan pendiriannya sementara pihak yang lain berkeras memaksakan kehendaknya. Dalam hal ini, sebenarnya cara yang terbaik

untuk mengatasi perbedaan pendapat adalah musyawarah untuk mufakat. Namun

cara yang sesungguhnya merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia itu

tampaknya sudah dianggap kuno atau tidak sesuai lagi di era reformasi ini. Masalahnya, cara pengambilan suara terbanyakpun (yang dianggap sebagai

cara yang paling demokratis dalam menyelesaikan perbedaan pendapat)

seringkali menimbulkan rasa tidak puas bagi pihak yang "kalah", sehingga mereka memilih cara pengerahan massa atau melakukan tindak kekerasan untuk memaksakan kehendaknya. Tidak adanya kesadaran hukum di sebagian kalangan masyarakat serta ketidak pastian hukum akibat campur tangan pemerintah dalam sistem

peradilan juga merupakan potensi ancaman bagi keamanan dalam negeri. Apalagi di

masa transisi saat ini ada kelompok/golongan yang secara terbuka menyatakan

tidak mengakui Peraturan/perundangan yang dikeluarkan oleh pemerintah transisi yang berkuasa saat ini. Pelecehan terhadap hukum/undang-undang ini jelas

Page 19: Materi Bela negara

menimbulkan kekacauan/anarki dan merupakan potensi konflik yang serius. Contoh yang paling nyata adalah insiden Semanggi di mana para pengunjuk

rasa yang jelas-jelas tidak mematuhi UU no 9/1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum akhirnya bentrok dengan aparat

keamanan yang justru ingin menegakkan hukum. Terlepas dari berbagai faktor

psikologis dan politis yang memicu terjadinya insiden tersebut, kenyataannya adalah seandainya semua pihak menyadari pentingnya kepatuhan terhadap hukum, tentunya insiden itu tidak akan terjadi. Keragu-raguan aparat penegak

hukum (kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan) dalam menangani berbagai

tindak pidana korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara juga potensial

untuk menyulut huru-hara akibat kekecewaan masyarakat. Tidak adanya kesadaran hukum, di samping aspek sosial-psikologis yang perlu diteliti lebih

lanjut dan dicarikan penyelesaiannya, juga menyebabkan sering timbulnya

tawuran antar warga atau tawuran antar pelajar yang pada gilirannya menimbulkan keresahan masyarakat dan menyebabkan instabilitas keamanan lingkungan. Maka, sosialisasi berbagai peraturan dan perundang-undangan serta

penegakan hukum yang tegas, adil dan tanpa pandang bulu adalah satu-satunya jalan untuk mengatasi potensi konflik ini. Potensi ancaman dari dalam negeri

ini perlu mendapat perhatian yang serius mengingat instabilitas internal seringkali mengundang campur tangan pihak asing, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk kepentingan mereka. Memudarnya Nasionalisme dan Kecintaan Pada Bangsa dan Tanah Air Sebagai produk dari faktor politik, ekonomi, sosial dan

intelektual pada suatu tahapan sejarah, nasionalisme adalah "suatu kondisi pikiran, perasaan atau keyakinan sekelompok manusia pada suatu wilayah geografis tertentu, yang berbicara dalam bahasa yang sama, memiliki kesusasteraan

yang mencerminkan aspirasi bangsanya, terlekat pada adat dan tradisi bersama, memuja pahlawan mereka sendiri dan dalam kasus-kasus tertentu menganut

agama yang sama" Nasionalisme adalah produk langsung dari konsep bangsa. Ia merujuk kepada perasaan "kasih sayang" pada satu sama lain yang dimiliki oleh anggota bangsa itu dan rasa kebanggaan yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri. Dia adalah semangat kebersamaan yang bertujuan memelihara

kesamaan pandangan, kesamaan masyarakat dan kesamaan bangsa dalam suatu kelompok orang-orang tertentu. Dia adalah suatu idelogi abstrak yang mengakui kebutuhan akan suatu pengalaman bersama, kebudayaan bersama, dasar

sejarah, bahasa bersama dan lingkungan politik yang homogen. Nasionalisme dapat diungkapkan dengan berbagai cara, misalnya keinginan untuk mencapai

taraf

Page 20: Materi Bela negara

kehidupan yang tinggi, keinginan untuk memenangkan medali emas lebih banyak

dari negara lain dalam Olympiade, atau bahkan menundukkan wilayah lain yang

berbatasan. Akhir-akhir ini ditengarai bahwa semangat nasionalisme dan patriotisme, khususnya di kalangan generasi muda Indonesia telah

memudar. Beberapa indikasi antara lain adalah munculnya semangat kedaerahan

seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah; ketidakpedulian terhadap bendera

dan lagu kebangsaan; kurangnya apresiasi terhadap kebudayaan dan kesenian daerah; konflik antar etnis yang mengakibatkan pertumpahan darah. Ketidak mampuan pemerintah pasca Orde Baru untuk mengatasi krisis multidimensional sering dijadikan "kambing hitam" penyebab memudarnya nasionalisme. Banyak orang yang tidak merasa bangga menjadi orang

Indonesia akibat citra buruk di dunia internasional sebagai "sarang koruptor" dan "sarang teroris". Banyak orang yang enggan membela negara dengan alasan "saya dapat dari negara?" Presiden John F. Kennedy dari Amerika Serikat pernah mengatakan, "don't ask what your country can do for you, ask what

can you do for your country!" (jangan tanyakan apa yang dapat dilakukan oleh negaramu untukmu, tapi tanyakan apa yang dapat kamu lakukan untuk

negaramu!) Semangat seperti itu seharusnya juga berlaku bagi semua warga negara Indonesia. Ada semacam kekeliruan pandangan bahwa negara identik dengan pemerintah. Setiap warga negara boleh saja tidak setuju dengan kebijakan pemerintah, tapi dia tetap berhak dan wajib membela negaranya. Memudarnya nasionalisme dan patriotisme mungkin juga disebabkan oleh tiadanya penghayatan atas arti perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Perayaan hari Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus selama berpuluh

tahun terkesan hanya sebagai ritual upacara bendera yang membosankan. tradisi "hura-hura" lomba makan krupuk dan panjat pinang, panggung hiburan

yang dari tahun ke tahun hanya diisi oleh vocal group remaja setempat di

setiap RT di seluruh tanah air dan gapura yang mencantumkan slogan-slogan

kosong di setiap ujung gang. Yang lebih memprihatinkan, di tengah krisis ekonomi

yang berlarut-larut ini, hari Kemerdekaan dirayakan dengan kembang api.

Betapa tidak nasionalis dan tidak patriotisnya, membakar uang puluhan juta

rupiah sementara sebagian besar rakyat tengah menderita. Sedikit sekali

kelompok masyarakat yang merayakan hari Kemerdekaan dengan acara syukuran dan

do'a bersama mengingat jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa

mereka untuk mencapai kemerdekaan ini. Demikian pula Sumpah Pemuda, yang sebenarnya adalah modal awal persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia jauh sebelum kemerdekaan, kini

Page 21: Materi Bela negara

seolah hanya merupakan pelajaran sejarah yang tidak pernah dihayati dan diamalkan. Munculnya gerakan separatisme dan konflik antar etnis

membuktikan tidak adanya kesadaran bahwa kita adalah satu tanah air, satu bangsa,

dan satu bahasa. Harus diakui bahwa ada faktor-faktor politis, ekonomi dan psikologis yang menyebabkan gerakan-gerakan separatis maupun konflik

antar etnis itu, misalnya masalah ketidak adilan sosial dan ekonomi,

persaingan antar kelompok dan sebagainya. Kurang tanggapnya pemerintah baik di

pusat maupun daerah untuk mengantisipasi atau segera menangani berbagai permasalahan itu menyebabkan tereskalasinya suatu masalah kecil menjadi konflik yang berkepanjangan. Bela Negara Sebagai Hak dan Kewajiban Warga Negara Konsep Bela Negara Pasal 30 UUD 1945 menyebutkan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak

dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara". Konsep Bela Negara

dapat diuraikan yaitu secara fisik maupun non-fisik. Secara fisik yaitu

dengan cara "memanggul bedil" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela

Negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sedangkan

Bela Negara secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai "segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara

meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah

air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara". Bela Negara Secara Fisik Keterlibatan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara

merupakan hak dan kewajiban konstitusional setiap warga negara Republik Indonesia. Tapi, seperti diatur dalam UU no 3 tahun 2002 dan sesuai dengan doktrin Sistem Pertahanan Semesta, maka pelaksanaannya dilakukan oleh Rakyat Terlatih (Ratih) yang terdiri dari berbagai unsur misalnya Resimen Mahasiswa, Perlawanan Rakyat, Pertahanan Sipil, Mitra Babinsa, OKP yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer dan lainnya. Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu

pemerintah daerah dalam menangani Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, sementara

fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan reguler TNI dan terlibat langsung di medan perang. Apabila keadaan ekonomi nasional telah pulih dan keuangan negara

Page 22: Materi Bela negara

memungkinkan, maka dapat pula dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan

Wajib Militer bagi warga negara yang memenuhi syarat seperti yang dilakukan

di banyak negara maju di Barat. Mereka yang telah mengikuti pendidikan dasar militer akan dijadikan Cadangan Tentara Nasional Indonesia selama waktu tertentu, dengan masa dinas misalnya sebulan dalam setahun untuk mengikuti latihan atau kursus-kursus penyegaran. Dalam keadaan darurat perang, mereka dapat dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur maupun tugas-tugas teritorial. Rekrutmen dilakukan secara

selektif, teratur dan berkesinambungan. Penempatan tugas dapat disesuaikan dengan latar belakang pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil

misalnya dokter ditempatkan di Rumah Sakit Tentara, pengacara di Dinas Hukum,

akuntan di Bagian Keuangan, penerbang di Skwadron Angkutan, dan sebagainya.

Gagasan ini bukanlah dimaksudkan sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil,

tapi memperkenalkan "dwi-fungsi sipil". Maksudnya sebagai upaya sosialisasi "konsep bela negara" di mana tugas pertahanan keamanan negara bukanlah semata-mata tanggung jawab TNI, tapi adalah hak dan kewajiban seluruh

warga negara Republik Indonesia. Bela Negara Secara Non-Fisik Di masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan

reformasi saat ini, justru kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan guna

menangkal berbagai potensi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik dari

luar maupun dari dalam seperti yang telah diuraikan di atas. Sebagaimana

telah diungkapkan sebelumnya, bela negara tidak selalu harus berarti

"memanggul bedil menghadapi musuh". Keterlibatan warga negara sipil dalam bela

negara secara non-fisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa

dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara: a. meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati

arti demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak b. menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang

tulus kepada masyarakat c. berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan

berkarya nyata (bukan retorika) d. meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-

undang dan menjunjung

Page 23: Materi Bela negara

tinggi Hak Azasi Manusia e. pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat

menangkal pengaruh- pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma

kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah swt melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing- masing Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam

melakukan bela negara secara non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik yang

pada gilirannya merupakan ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan bagi

keamanan negara dan bangsa kiranya akan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan

sama sekali. Kegiatan bela negara secara non-fisik sebagai upaya peningkatan Ketahanan Nasional juga sangat penting untuk menangkal pengaruh budaya asing di era globalisasi abad ke 21 di mana arus informasi (atau disinformasi) dan propaganda dari luar akan sulit dibendung akibat

semakin canggihnya teknologi komunikasi. PENUTUP Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, jelaslah potensi

ancaman terhadap keamanan negara bisa datang dari luar maupun dalam negeri.

Namun potensi ancaman yang lebih besar adalah yang dari dalam negeri,

terutama di masa transisi menuju masyarakat madani sesuai dengan tuntutan reformasi. Lebih jauh lagi, pengalaman menunjukkan bahwa instabilitas dalam negeri seringkali mengundang campur tangan asing baik secara langsung maupun

tidak langsung. Mengingat kesadaran bela negara yang masih rendah di kalangan masyarakat kita, terutama di kalangan elite (politik dan ekonomi) serta

kaum intelektual/akademisi, dapat dikatakan bahwa Pendidikan Pendahuluan

Bela Negara untuk menanamkam kesadaran bela negara masih sangat relevan dan

masih sangat dibutuhkan di era reformasi saat ini dan di masa mendatang. Namun perlu dicarikan format yang lebih efektif, lebih sesuai dengan kondisi masyarakat dan lebih bersifat konkrit dan realistis agar tidak terkesan sebagai suatu kegiatan indoktrinasi teori yang bersifat abstrak dan membosankan. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara untuk masyarakat umum

akan sangat bermanfaat, khususnya dalam upaya menanamkan kesadaran akan hak

dan kewajiban konstistusional sebagai warga negara untuk mempertahankan

negara kesatuan Republik Indonesia. Materi yang diajarkan dapat ditingkatkan

Page 24: Materi Bela negara

kualitasnya, namun mengingat latar belakang pendidikan formal peserta yang

cukup beragam mungkin perlu dilakukan penyesuaian atau modifikasi. Selain

itu, perlu dipertimbangkan untuk melibatkan lebih banyak peserta dari kalangan elite (politik dan ekonomi) yang tampaknya kurang memiliki kesadaran bela negara akibat terlalu sibuk membela kepentingan pribadi/golongannya. Pendidikan kewiraan di tingkat perguruan tinggi,

yang juga merupakan salah satu bentuk dari Pendidikan Pendahuluan Bela

Negara, kiranya juga masih relevan dan diperlukan meskipun materinya tentu saja perlu disesuaikan seiring dengan perubahan situasi politik yang sedang terjadi dewasa ini.

Bela Negara

 

Fungsi dan Unsur Negara

 

1. Fungsi Negara

Negara adalah sekumpulan masyarakat dengan berbagai keragamannya, yang hidup dalam suatu

wilayah yang diatur secara konstitusional untuk mewujudkan kepentingan bersama.

Fungsi negara secara garis besar sebagai berikut:

a. Melaksanakan ketertiban, maknanya Negara mengatur ketertiban masyarakat supaya

tercipta kondisi yang stabil juga mencegah bentrokan-bentrokan yang terjadi dalam

masyarakat. Dengan tercipta ketertiban segala kegiatan yang akan dilakukan oleh warga

negara dapat dilaksanakan

b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya, maknanya negara berupaya

agar masyarakat dapat hidup dan sejahtera, terutama dibidang ekonomi dan sosial

masyarakat

Page 25: Materi Bela negara

c. Fungsi Pertahanan, maknanya Negara berfungsi mempertahankan kelangsungan hidup

suatu bangsa dari setiap ancaman dan gangguan yang timbul dari dalam maupun datang dari

luar negeri. Ancaman dan gangguan tersebut mungkin berupa serangan (Invasi) dari luar

negeri maupun golongan-golongan dari dalam negeri yang ingin memecah belah persatuan

dan kesatuan bangsa

d. Menegakkan keadilan, maknanya negara berfungsi menegakkan keadilan bagi seluruh

warganya meliputi seluruh aspek kehidupan (idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan

hankam). Upaya yang dilakukan antara lain menegakkan hukum melalui badan-badan

peradilan.

Page 26: Materi Bela negara

 

2. Unsur Negara

Suatu negara dinyatakan syah berdiri sebagai suatu negara yang berdaulat, jika memenuhi minimal 4

unsur, yaitu:

a. Rakyat. Dalam suatu negara mutlak harus ada rakyatnya. Yaitu sekumpulan manusia yang

dipersatukan oleh suatu perasaan dan bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.

Rakyat merupakan unsur yang utama berdirinya suatu negara, karena rakyatlah yang

pertamakali memiliki kehendak untuk mendirikan negara, melindunginya serta

mempertahankan kelangsungan berdirinya negara.

b. Wilayah. Wilayah dalam suatu negara adalah tempat bagi rakyat untuk menjalani

kehidupannya. Bagi pemerintah merupakan tempat untuk mengatur dan menjalankan

pemerintahan.

Wilayah suatu negara terdiri dari wilayah darat, laut, udara dan dasar laut dan tanah

dibawahnya.

Page 27: Materi Bela negara

c. Pemerintahan yang berdaulat. Pemerintahan dalam arti luas yaitu seluruh lembaga negara yang terdiri dari lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pemerintahan dalam arti sempit yaitu kekuasaan eksekutif yang terdiri dari presiden, wakil presiden dan menteri-menteri. Pemerintah yang berdaulat yaitu pemerintah yang syah yang diberi wewenang oleh rakyat sebagai pemegang kedaulatan berdasarkan undang-undang.

d. Pengakuan dari negara lain. Suatu negara syah berdiri manakala ada pengakuan dari

negara lain, baik secara de facto maupun secara de yure. Pengakuan secara nyata (de facto)

memang telah berdiri, mendapat banyak dukungan dari negara internasional. Pengakuan

secara de yure maknanya secara hukum international telah memenuhi syarat untuk berdiri

sebuah negara.

Misalnya Negara Republik Indonesia secara defacto telah berdiri sejak tanggal 17 Agustus

1945, sedangkan secara de yure berdiri sejak taggal 18 Agustus 1945.

KEMHAN TETAPKAN 19 DESEMBER SEBAGAI HARI BELA NEGARA

21-12-2010

Jakarta - Pemerintah melalui Keputusan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2006 menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara, dalam rangka mendorong semangat dankesadaran kebangsaan dan bela negara yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan serta menjamin kelangsungan hidup NKRI.

Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI I Wayan Medhio, sejarah mencatat pada tanggal 19Desember 1948 Pemerintah Indonesia mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatera Barat.

Page 28: Materi Bela negara

Pada saat itu, Negara Indonesia yang baru 3 tahun memproklamasikan kemerdekaaanya, nyaris berakhir akibat kembalinya agresi militer Belanda kedua dan menguasai ibukota negara di Yogyakarta disertai dengan penangkapan terhadap Presiden, Wakil Presiden RI dan sejumlah menteri.

Peristiwa ini mengakibatkankan pemerintahan yang sah di Yogyakarta tidak berjalan, katanya di Jakarta. Selasa (21/12).

Dalam kondisi kritis, yaitu beberapa saat sebelum penangkapan, para founding fathers telah mengambil keputusan yang cerdas dengan mengeluarkan dua surat mandat untuk membentuk Pemerintahan Darurat RI kepada Menteri Kemakmuran Mr. Sjarifuddin Prawiranegara yang sedang bertugas di Sumatera Barat, dan perwakilan RI di New Delhi AA. Maramis.

Sadar bahwa dengan dikuasainya ibukota, pemerintahan dan ditawannya kepala pemerintahan beserta para menterinya, maka untuk mengantisipasi kekosongan kepemimpinan nasional dan menjalankan pemerintahan negara RI, maka Mr. Sjafruddin Prawiranegara, ketika itu berinisiatif juga membentuk pemerintah darurat RI di Sumatera, guna menyelamatkan kelangsungan hidup Negara RI, sekaligusmenunjukkan kepada dunia bahwa Negara RI masih eksis.

Rangkaian peristiwa bersejarah tersebut telah menunjukkan kepada kita semua sebagai rakyat Indonesia, bahwa membela negara dalam rangka menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara, tidak hanya diwujudkan dengan mengangkat senjata atau kekuatan militer (hardpower) semata. Akan tetapi juga dapat diwujudkan melalui bidang lain yaitu dengan kekuatan non militer (soft power) seperti perjuangan politik dan diplomasi sebagaimana yang terjadi pada 19 Desember 1948, katanya.

I Wayan mengatakan dalam menumbuhkan jiwa, semangat dan kesadaran bela negara kepada setiap warga negara Indonesia, maka dikembangkan nilai-nilai kenegaraan yang dapat diimplementasikan dalam semua aspek kehidupan.

Dan oleh Kementerian Pertahanan ditetapkan sebagai nilai-nilai dasar bela negara, yaitu Cinta Tanah Air, Sadar berbangsa dan bernegara Indonesia, yakin pada Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, Rela berkorban bagi bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan awal bela negara.

Oleh karena itu, untuk mengenang sejarah berdirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) 19 Desember 1948, sebagai bagian dari upaya bangsa dalam mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup bangsa dan NKRI, patut diperingati sebagai Hari Bela Negara sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor:28Tahun 2006.

Sebelumnya, memperingati Hari Bela Negara yang jatuh padatanggal 19 Desember, dilaksanakan Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) dengan menggelar acara Gerak Jalan Santai bersama Menteri Pertahanan berlangsung di Lapangan MonumenNasional, Jakarta Minggu (19/12) lalu. (yr/toeb)

Generasi Muda Diharap Tingkatkan Semangat Bela Negara@ July 29, 2008 © admin [1156 ].§ Leave a comment

JAYAPURA- Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Haryadi Soetanto mengajak para generasi muda agar terus meningkatkan semangat Bela Negara dan Patriotisme sebagai wujud kecintaan kepada Bangsa dan Negara.

Hal itu diungkapkan Pangdam saat membuka perkemahaan Bhakti Wira Kartika ke-1 2008 di Bumi Perkemahan Buper Waena, Senin (28/7).Dikatakan, kegiatan ini bertujuan untuk membentuk dan membina generasi muda sebagai pemimpin-pemimpin bangsa di masa depan, agar mempunyai kepribadian yang kuat, bersemangat, ulet dan pantang menyerah serta inovatif untuk mendorong kemajuan pencapaian cita-cita bangsa.

“Saya berharap kepada seluruh peserta agar betul-betul mengikuti kegiatan ini dengan baik guna memantapkan tekad kaum muda sebagai patriot pembangunan, karena tantangan negeri pasca krisis moneter saat ini adalah tanggungjawab bersama untuk membangun kembali negeri ini,”harap Pangdam.Pangdam juga berharap, melalui kegiatan perkemahan Bhakti Wira Kartika ini para generasi muda,

Page 29: Materi Bela negara

terutama anggota pramuka dapat kembali menggelorakan semangat perjuangan para pendahulu. Sebab, kemerdekaan bangsa ini diperoleh melalui perjuangan dengan tetesan darah dan air mata.

Sebagai generasi penerus kata jenderal bintang dua itu, anggota pramuka bersama seluruh komponen bangsa berkewajiban mengisi kemerdekaan dengan kegiatan-kegiatan konstruktif dan bermanfaat. “Saya berharap gerakan pramuka sebagai wadah pembentukan karakter bangsa bagi generasi muda dapat meningkatkan kualitas kegiatannya. Sebab, pembentukan karakter bangsa ini sangat penting karena akan sangat menentukan nasib bangsa ke depan,” tuturnya.

Sementara itu, ketua penyelenggara Letkol Kav A.H Napoleon yang juga Dandim 1701/Jayapura mengatakan, kegiatan ini diikuti 1080 peserta, dari tingkat SD dan SMP di wilayah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Keerom.”Kegiatan ini berlangsung 2 hari 28-29 Juli, dimana para peserta akan mendapatkan berbagai bekal materi, diantaranya bela negara, upaya penanggulangan bencana alam, baris berbaris, pelestarian budaya dan renungan malam,”imbuhnya. (mud)

Kewajiban Bela Negara Bagi Semua Warga Negara Indonesia

SHARE THIS ARTICLE

Share on Facebook

Tweet on Twitter

Stumble This Article

Digg this Article

Bookmark on Delicious

Warga Negara dan NegaraPolitik Hukum Bela NegaraAdalah Pasal-30 UUD 1945 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara yang menyatakan bahwa (1) Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara; (2) Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung; (5) ….syarat-syarat keikutsertaan warga Negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang;

Page 30: Materi Bela negara

Adapun Pasal-9 UU No. 3/2003 tentang Pertahanan Negara menyatakan bahwa (1) Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela Negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan Negara; (2) Keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela Negara, sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) diselenggarakan melalui (a) pendidikan kewarganegaraan; (b) pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; (c) pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib; dan (d) pengabdian sesuai dengan profesi; (3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.

Selanjutnya, Penjelasan Atas Pasal-9 UU No. 3/2003 itu menyatakan bahwa Ayat (1) Upaya bela Negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela Negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga Negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada Negara dan bangsa; Ayat (2) Huruf (a) Dalam pendidikan kewarganegaraan sudah tercakup pemahaman tentang kesadaran bela Negara; Huruf (d) Yang dimaksud dengan pengabdian sesuai dengan profesi adalah pengabdian warga Negara yang mempunyai profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan Negara termasuk dalam menanggulangi dan/atau memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau bencana lainnya.

Seperti diketahui, pengertian Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung, yang membahayakan kehidupan nasional untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mencapai Tujuan Nasionalnya. Sedangkan Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi kemampuan dan kekuatan bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupan nasional bangsa dan Negara dalam mencapai Tujuan Nasional dan Hakikat Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan selaras dalam kehidupan nasional.

Ketahanan Nasional Indonesia dikelola berdasarkan Astagatra yang meliputi unsur2 (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan, (4) ideologi, (5)politik, (6) ekonomi, (7) sosial budaya dan (8) pertahanan keamanan. (1-3) disebut Trigatra atau tiga aspek alamiah dan (4-8) disebut Pancagatra atau lima aspek sosial. Kualitas Pancagatra dalam kehidupan nasional Indonesia tersebut secara terintegrasi dan dalam integrasinya dengan Trigatra adalah mencerminkan tingkat Ketahanan Nasional Indonesia. Ketahanan Nasional adalah suatu pengertian holistik, dimana terdapat saling hubungan antar gatra didalam keseluruhan kehidupan nasional (Astagatra). Kelemahan di salah satu gatra dapat mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan mempengaruhi kondisi secara keseluruhan. Ketahanan Nasional Indonesia bukanlah merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap gatranya, melainkan suatu resultante keterkaitan yang integratif dari kondisi2 dinamik kehidupan bangsa di seluruh aspek kehidupannya.

Page 31: Materi Bela negara

Dalam kerangka pengertian2 tersebut diataslah, maka situasi dan kondisi kekinian yang mencuat dihadapi oleh bangsa dan Negara seperti :1. Kasus Wilayah Kerja Minyak & Gas Bumi AMBALAT (Illegal Occupation)Adalah paling tidak berarti Ancaman terhadap Kekayaan Alam (Mineral & Energi) milik bangsa Indonesia, dan potensial berdampak Gangguan Politik dan Ekonomi.

2. Kasus Penebangan Liar Hutan (Illegal Logging)Adalah tidak berarti Ancaman bagi Kekayaan Alam (Sumber Daya Kayu, Flora, Fauna, NonHayati), dan potensial berdampak Ganggunan Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya serta Sistim Keseimbangan Alam (EkoSistem)

3. Kasus Pencurian Sumber Daya Perikanan (Illegal Fishing)Adalah paling tidak berarti Ancaman atas Kekayaan Alam (Sumber Daya Laut), dan potensial berdampak Gangguan Ekonomi

4. Kasus TKI di Malaysia (Illegal Immigration)Adalah paling tidak berarti Tantangan bagi Pembangunan Nasional dan potensial berdampak Gangguan Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya

5. Kasus Korupsi Skala Besar (Illegal Asset)Adalah paling tidak berarti Hambatan terhadap Pembangunan Nasional, dan potensial berdampak Gangguan Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya

Oleh karena itulah, sudah sewajarnya terjadi berbagai peristiwa hukum seperti unjuk kekuatan armada laut dan udara bersamaan dengan unjuk rasa dan sikap masyarakat yang peduli akan kedaulatan Negara akhir2 ini, sebagai ungkapan Upaya Bela Negara atas Kasus Wilayah Kerja Minyak & Gas Bumi AMBALAT itu.

Demikian pula atas Kasus-kasus Korupsi Skala Besar, berbagai unjuk rasa dan sikap masyarakat yang peduli akan Pemerintahan Yang Bersih (Good Governance) sesungguhnya adalah sebagai ungkapan Upaya Bela Negara, bersamaan dengan upaya2 Pemerintah menguatkan aparat dan perangkat hukum Anti Korupsi terkait (walaupun belum menunjukkan hasil yang dapat memuaskan masyarakat).

Khususnya pada Kasus Penebangan Liar Hutan, sesungguhnya telah terungkap baik pelaku2 utama maupun pelaku2 pendukungnya. Bahkan seharusnya, dugaan akan keterlibatan Negara tetangga atas operasionalisasi Penebangan Liar Hutan ini dapat mendorong Pemerintah sesegera mungkin melakukan SOMASI, dan kalau perlu dilanjutkan dengan upaya tindakan hukum pidana internasional, sebagai ungkapan nyata Upaya Bela Negara.

0

Page 32: Materi Bela negara

Latar Belakang PPPKRI-BELA NEGARA February 16, 2011

Lahir dan didirikan taggal 1 Juni 2008, bertepatan dengan hari lahirnya PANCASILA dan juga hampir bertepatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional 1908-2008, Organisasi PPPKRI BELA NEGARA alamat di Jalan Proklamasi No 56 Menteng Jakarta Pusat, didirikan oleh pemikiran anak anak pejuang yang Bergabung di Organisasi Kepahlawanan Perintis kemerdekaan Republik Indonesia dari para anak pejuang 45 sampai dengan pejuang Trikora yang masih sangat peduli pada nusa bangsa dan negara dengan dasar pendirian :

(1) Surat Keputusan Ketua Umum Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia periode 2004-2009 Nomor: SKEP/0602-01/PP-PKRI/VI/2007, tentang Pengukuhan dan Penetapan Dewan Pendiri Penerus Pejuang Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia Bela Negara Tahun 2007.

(2) Dengan Akta Notaris Nyonya HIZMELINA SH Notaris di Jakarta No: 01 tanggal 2 September 2008,

(3) Dasar dan Landasan Hukum PANCASILA dan UUD 1945Pasal 27 ayat ( 3 ) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya Pembelaan Negara,

(4) Pasal 28 Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang Undang.

(5) Pasal 28C Ayat ( 2 ), Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat , bangsa, dan negaranya.

Page 33: Materi Bela negara

(6) Pasal 28E ayat ( 3 ) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

(7) Pasal 30 ayat ( 1 ) Tiap tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha Pertahanan dan Keamanan Negara.

(8) Pasal 30 ayat(2) Usaha Pertahanan dan Keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung,

(9) KEPRES RI No 28 tanggal 19 Desember 2006 Tentang Hari Bela Negara menjadi Hari Besar Nasional

Maksud dan Tujuan Organisasi PPPKRI BELA NEGARA:

Tujuan utama para sesepuh dan pengurus Perintis Kemerdekaan pada saat didirikan PPPKRI BELA NEGRA adalah sebagai organisasi mata Rantai Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia yang di bentuk untuk turut mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dengan tetap tegak dan utuhnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan juga turut peran serta membantu dan mendampingi pemerintah sebagai penyelenggara Negara dalam setiap kebijakan Pemerintahan baik tingkat Pusat maupun daerah demi tercapainya Pembangunan di segala bidang secara menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia.

Mengingat usia para pelaku sejarah Bangsa ini sudah semakin tua dan bahkan sudah berkurang jumlahnya karena sudah banyak yang meninggal dunia akan tetapi semangat nilai perjuangannya harus tetap kita gelorakan kepada anak bangsa mendatang agar tidak terjadi kepada generasi muda yang melupakan sejarah dan melupakan para pahlawan dan para pendiri Bangsa terdahulu, PPPKRI BELA NEGARA berkewajiban juga di tuntut pada anggotanya untuk menegakkan kebenaran dalam berbangsa dan bernegara bahwa di kemudian hari jangan ada lagi bangsa yang tidak menghormati pemimpinya dan Jangan ada lagi bangsa yang melecehkan lembaga lembaga tinggi negara dan Institusi Negara yang Sah lainya.

Para Pejuang Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia menginginkan rakyat ini tetap bersatu tidak ada yang makar namun sebaliknya tidak ada lagi di negara ini kesewenang wenangan pemimpin dan para penyelenggara negara menindas Rakyatnya, Pejuang Perintis Kemerdekaan ingin bangsa ini tetap hidup rukun

Page 34: Materi Bela negara

bersatu bersinergi antara Lembaga Tinggi negara pemerintah dan TNI/POLRI bersama rakyat membangun dan menjaga keutuhan negara dalam satu tujuan Bela negara seperti yang tercantum dalam amanat UUD 45 sebagaimana tersebut di atas.

Dengan demikian sesuai dengan namanya Penerus Pejuang Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia Bela Negara yang mendapat amanah dari para Pejuang Perintis Kemerdekaan lewat surat keputusan sah dari Ketua Umum Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia Masa Bhakti 2004-2009, kita mengajak seluruh komponen bangsa khususnya para generasi muda yang lahir dan menghirup udara dan makan minum di bumi pertiwi ini untuk tetap bergandeng tangan bersatu dalam satu kesatuan dan mari kita teruskan perjuangan para pendiri bangsa yang sudah berkorban nyawa harta darah nanah dan segalanya demi untuk bangsa dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, serta mengisi kemerdekaan dengan segala upaya dan kemampuan kita demi kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan juga ketentraman seluruh anak bangsa tanpa memandang suku, agama, ras atau golongan, serta mengajak seluruh komponen anak bangsa untuk ikut peran serta di barisan terdepan membela negara sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat (3) yang tercantum di atas dengan segala kemampuan dan ketrampilan yang kita miliki.

Oleh karena itu Bela Negara adalah spektrum yang sangat luas, dari yang terhalus sampai yang terkeras sekalipun, yang dimulai dari berbuat baik sesama warga Negara sampai berupaya menangkal ancaman serangan musuh bersenjata yang datangnya dari dalam negeri maupun dari luar demi untuk melindungi kedaulatan bangsa dan negara. Oleh karena itu kita sadar bahwa Bela Negara bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah atau TNI/POLRI saja melainkan juga tanggung jawab seluruh elemen Masyarakat Indonesia, maka dari itu PPPKRI-BELA NEGARA akan memobilisasi relawan-relawan Kesadaran Bela Negara yang akan digalang di seluruh wilayah Indonesia untuk mensukseskan gerakan Bela Negara menjadi gerakan Nasional yang sesuai KEPPRES RI No. 28 tanggal 19 Desember 2006. Dalam pelaksanaannya Gerakan Bela Negara juga menyesuaikan dengan peraturan pemerintah dan peraturan adat istiadat yang berlaku di daerah masing-masing tanpa bersebrangan satu sama lain.

Pada intinya PPPKRI BELA NEGARA akan membantu dan mendukung dengan sepenuhnya sesuai kemampuan untuk Program program Pemerintah dan Lembaga Tinggi Negara yang Sah yang Berpijak pada Rakyat dan juga siap mendukung PERTAHANAN dan

Page 35: Materi Bela negara

KEAMANAN negara TNI/POLRI sesusai dengan UUD 45 pasal 30 ayat (2), dan turut peran serta mendukung terciptanya Stabilitas Nasional secara global serta mengangkat dan menjunjung tinggi harkat martabat bangsa,

Demi cita-cita yang mulia bagi seluruh anak bangsa, maka PPPKRI BELA NEGARA turut berperan serta membangun bangsa dalam hal kesadaran Berbela Negara secara menyeluruh yang tepat Guna dengan membuat beberapa Bidang bidang Keorganisasian dan satuan-satuan tugas untuk membantu aparat pemerintah dan juga TNI/POLRI pada khususnya dalam bidang Pertahanan dan Keamanan Negara Kamtibmas, antara lain:

SAT- BELA NEGRA dipersiapkan untuk komponan cadangan dan pendukung TNI/POLRI. Dalam bidang Pertahanan dan keamanan negara jika di butuhkan, Sat-Bela Negara juga membangun pencitraan TNI pada Masyarakat luas, dan menjalin hubungan kemitraan POLRI dengan Masyarakat, mengingat jumlah Prajurit dan Personel dan juga masih minimnya peralatanTNI/POLRI kita maka belum seperti yang kita harapkan bersama, karena belum sebanding dengan luas pulau di wilayah NKRI dan pesatnya perkembangan penduduk atau kehidupan masyarakat kita yang beraneka ragam suku budaya, sehingga sering terjadi keributan antar warga yang terkadang beda pendapat atau paham dan juga kejahatan dan pelanggaran hukum lainya yang masih marak di bebarapa wilayah, untuk itu Kamtibmas masih sangat perlu ditingkatkan bersama;

Membentuk Satgas Peka Bencana Alam yang akan turut bergabung dengan badan penanggulangan bencana alam nasional, karena akhir-akhir ini di beberapa daerah kita sering terjadinya bencana alam dari gempa banjir angin puting beliung dan kebakaran hutan dan lain-lain ini menjadi keprihatinan kita bersama;

Membentuk Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum di beberapa daerah demi memberi pelayanan Konsultasi dan Bantuan di bidang Hukum pada seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan dan juga turut peran serta menegakan Supremasi Hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia;

Membentuk Koperasi dari tingkat Kepengurusan Pusat dan di Daerah guna mendidik dan mengenalkan pentingnya Perkoperasian di negara kita sebagai soko guru perekonomian Rakyat. Koperasi Bela Negara di bentuk demi kepentingan kesejahteraan para anggota dan masyarakat Luas pada umumnya,

Page 36: Materi Bela negara

Menyelenggarakan Event Hari Hari Besar Nasional dan seminar-seminar Nasional bersama pemerintah dan Lembaga Tinggi Negara dan juga kalangan swasta Nasional Lainya, pada moment-moment penting di negeri ini yang perlu kita angkat dan besarkan agar dapat mendidik kecintaan dan kemajuan pada anak Bangsa dan negara;

Melestarikan sejarah kepahlawanan nasional dan budaya bangsa dan juga melestarikan lingkungan hidup sumber daya alam yang ada di sekliling kita demi kelangsungan hidup anak Bangsa masa sekarang dan masa akan datang,

Agenda utama yang harus bisa kita lakukan untuk sementara ini oleh PPPKRI BELA NEGARA yaitu akan menggalakan dan mengajak para anggotanya dan elemen masyarakat lainya untuk meningkatkan kesadaran Berbela Negara demi memupuk jiwa Nasionalisme dan Patriotisme para pemuda dan generasi penerus anak bangsa agar selalu memperkokoh dan mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda tanggal 28 0ktober 1928 yang dipelopori oleh para pergerakan Pemuda terdahulu agar lebih semangat untuk menjaga dan menegakkan Ideologi Pancasila dan UUD 1945 demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam kerangka Utuh NKRI.

Semoga dengan terbentuknya PPPKRI BELA NEGARA yang baru eksis akhir tahun 2009 lalu dengan semangat Bela Negara-nya bersama pemerintah dan komponen masyarakat dan Organisasi kepemudaan lainya mampu berbuat yang lebih baik untuk Negara yang kita cintai ini.

Kami DPP PPPKRI BELA NEGARA mengucapkan selamat bergabung di Organisasi Penerus Pejuang Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia Bela Negara dari kepengurusan di beberapa daerah yang sudah berkenan dengan kesadaran diri mendaftar kepengurusan dan keanggotaan di daerah masing-masing. Marilah kita awali dari kita sendiri untuk menjaga dan merawat dan memajukan negeri kita sendiri, lambat laun Negeri kita pasti akan maju.

Sebagai Pemuda yang cinta tanah Air mari bersama-sama dan jangan mudah menyerah dalam berjuang, sepanjang hayat di kandung badan dan mari kita turut membangun bangsa dan negara ini dari yang sudah baik menjadi lebih baik.

Motto Bersatu kita teguh Bercerai kita runtuh

Sekali merdeka tetap Merdeka

Page 37: Materi Bela negara

NKRI harga Mati.

M E R D E K A………..!!!

DPP PPPKRI-Bela Negara

Sekilas PPPKRI-Bela Negara February 16, 2011

MERDEKA !!!

Kami adalah Organisasi Penerus Pejuang Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (PPPKRI-BELA NEGARA ). Kami generasi penerus bangsa siap dan harga mati untuk mempertahankan keutuhan NKRI, dan juga memerangi krisis multi dimensi yang masih berkepanjangan ini dengan semangat kebangkitan nasional yang mana para pejuang pendahulu kita bersatu padu mempertahankan keutuhan NKRI.

PPPKRI – BELA NEGARA siap meneruskan perjuangan itu dan siap menjadi barisan terdepan untuk mempelopori kader bangsa dalam gerakan berbela Negara yang tepat guna.

VISI :

Mengangkat dan menjunjung Tinggi harkat martabat Budaya Bangsa dan Negara, Berakhlak mulia, jujur disiplin setia siap dan berani menghadapi tantangan dan cobaan dalam mempelopori Gerakan kesadaran Bela Negara, meneruskan perjuangan para pejuang perintis kemerdekaan Republik Indonesia dan melestarikan Sejarah Pahlawan Nasional serta nilai – nilai sumpah pemuda, demi tetap kokohnya Persatuan dan Kesatuan bangsa untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau Harga mati NKRI.

MISI :

Page 38: Materi Bela negara

(1) Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945;

(2) Membela Pemerintahan dan Lembaga Tinggi Negara yang Sah, dan mendukung program pemerintah yang berpijak pada rakyat, dan turut berperan serta dalam memberantas narkoba, korupsi, terorisme, ilegal loging dan kerawanan sosial lainnya termasuk penanggulangan bencana alam;

(3) Turut peran serta menjaga stabilitas Nasional dalam bidang pertahanan dan keamanan Negara juga stabilitas perekonomian rakyat, sandang pangan dan papan;

(4) Menjunjung tinggi supermasi hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan membuka Lembaga Bantuan dan Konsultasi Hukum di Daerah Tingat I dan II demi untuk memberikan pelayanan di bidang hukum masyarakat luas;

(5) Menjaga dan melindungi kedaulatan rakyat dari ancaman musuh bersenjata yang datangnya dari luar maupun dalam dengan membentuk Kesatuan NIR Militer atau Satgas Bela Negara yang tepat Guna.

Janji Panca Prasetya PPPKRI-Bela Negara February 16, 2011

(1). KAMI

PENERUS PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA BELA NEGARA ADALAH WARGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA, DAN SENANTIASA SIAP SEDIA MENJADI PENEGAK DAN MEMBELA NEGARA PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945 YANG BERLANDASKAN PANCASILA DAN UUD 1945 ;

Page 39: Materi Bela negara

(2). KAMI PENERUS PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA BELA NEGARA ADALAH PATRIOT PENCINTA TANAH AIR, BANGSA DAN BAHASA INDONESIA SESUAI DENGAN SUMPAH PEMUDA;

(3). KAMI PENERUS PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA BELA NEGARA MEMILIKI SIFAT-SIFAT KSATRIA, JUJUR DAN MENEPATI JANJI;

(4). KAMI PENERUS PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA BELA NEGARA MEMILIKI DISIPLIN YANG HIDUP, TAAT KEPADA ORGANISASI, UUD NEGARA, DAN SELALU MEMEGANG TEGUH RAHASIA-RAHASIA NEGARA;

(5). KAMI PENERUS PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA BELA NEGARA ADALAH MANUSIA TELADAN YANG SIAP SETIA DAN BERANI MEMBELA TANAH AIR INDONESIA TANPA PAMRIH DAN MENJUNJUNG TINGGI NILAI-NILAI LUHUR PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA.

Kewajiban Bela Negara Bagi Semua Warga Negara Indonesia – Pertahanan Dan Pembelaan Negara February 16, 2011

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.” dan ” Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.” Jadi sudah pasti mau tidak mau kita wajib ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam.

Page 40: Materi Bela negara

Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.6. Amandemen UUD ’45 Pasal 30 dan pasal 27 ayat 3.7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus dikomando dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain seperti :1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling)2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn4. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka.

Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ATHG / ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan pada NKRI / Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan NKRI.

Beberapa jenis / macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara :1. Terorisme Internasional dan Nasional.2. Aksi kekerasan yang berbau SARA.3. Pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara dan luar angkasa.4. Gerakan separatis pemisahan diri membuat negara baru.5. Kejahatan dan gangguan lintas negara.6. Pengrusakan lingkungan.

Tambahan :Hati-hati pula dengan gerakan pendirian negara di dalam negara yang ingin membangun negara islam di dalam Negara Indonesis dengan cara membangun keanggotaan dengan sistem mirip mlm dan mendoktrin anggota hingga mereka mau melakukan berbagai

Page 41: Materi Bela negara

tindak kejahatan di luar ajaran agama islam demi uang. Jika menemukan gerakan semacam ini laporkan saja ke pihak yang berwajib dan jangan takut dengan ancaman apapun.

Komponen Cadangan Pertahanan Negara Bukan Wajib Militer Tapi Sipil yang Dilatih February 16, 2011

Ketua Pansus RUU Komponen Cadangan Pertahanan Negara DPR RI DR H Andi Jamaro Dulung MSi mengatakan, komponen cadangan pertahanan negara bukan wajib militer tapi sipil yang dilatih dan disiapkan dengan tujuan untuk memperbesar dan memperkuat kekuatan TNI sebagai komponen utama dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Demikian Andi Jamaro Dulung didampingi sejumlah anggota Pansus, Sabtu (13/6) di Kantor Gubsu saat bertatap muka dengan Pemprovsu, unsur TNI/Polri, mahasiswa, ormas pemuda, LSM dan instansi terkait.

Disebutkan, komponen cadangan disusun dalam bentuk satuan tempur yang disesuaikan dengan struktur organisasi angkatan sesuai masing-masing Matra dengan persyaratan umum WNI yang telah berusia 18 tahun dan didanai APBN. Anggota komponen cadangan pertahanan negara diberhentikan dengan hormat bila telah menjalani masa bakti paling singkat lima tahun dan tidak diperpanjang.Selain itu, calon anggota komponen cadangan selama menjalani latihan dasar militer, memperoleh hak uang saku, perlengkapan perorangan lapangan, rawatan kesehatan dan asuransi jiwa. Menurut Andi Jamaro, tujuan ke Sumut untuk mendengar dan menerima masukan terhadap RUU sebelum dibahas menjadi UU.WARNING.

Dalam forum dialog yang dipandu Sekdaprovsu DR RE Nainggolan MM ini, sebagian peserta mendukung RUU ini, walau ada juga peserta lain yang mempertanyakan keberadaan komponen

Page 42: Materi Bela negara

cadangan pertahanan negara ini. Peserta menilai bahwa keberadaan TNI/Polri dirasa cukup untuk menjaga kedaulatan negara. Yang penting, kata mereka, TNI/Polri perlu lebih diperlengkapi, sesuai kebutuhan.Selain itu juga dipertanyakan, apa manfaat RUU bila sudah dijadikan UU sedangkan ancaman tidak hanya datang dari luar tetapi juga dari dalam.

Pertemuan tersebut juga ‘warning’ agar nilai-nilai Pancasila dan UUD’45 tetap dipertahankan.Sementara itu Sekdaprovsu DR RE Nainggolan MM mengharapkan bila RUU ini benar-benar diterapkan dapat mengantisipasi ancaman kesatuan dan persatuan. Pancasila dan UUD’45 idiologi yang harus dilestarikan khususnya bagi generasi muda.Menurutnya, RUU Komponen Cadangan Pertahanan Negara ini penting baik bagi pemerintah juga segenap masyarakat untuk dapat merasakan bahwa pertahanan negara merupakan bagian dan tanggungjawab seluruh masyarakat. Juga untuk meningkatkan patriotisme dan meningkatkan kewaspadaan.

Andi Jamaro kembali menegaskan bahwa RUU Komponen Cadangan Pertahanan Negara sejak 2004 sudah diusulkan dan usul itu berasal dari pemerintah bukan dari DPR.“RUU ini juga untuk meningkatkan nasionalisme dan lahir karena ancaman terhadap negara dan kasus Ambalat merupakan salah satu faktor yang mempercepat,” ujar Andi Jamaro mengakhiri. (M3/v)(Sumber : www.hariansib.com / Harian Sinar Baru-Medan, SUMUT)

0

Kesadaran Bernegara dan Bela Negara Mulai Hilang February 16, 2011

“Jangan tanyakan apa yang dapat negara berikan kepadamu, tetapi tanyalah apa yang sudah Anda berikan kepada negara.” (Presiden AS John F. Kennedy)

Page 43: Materi Bela negara

Semangat nasionalisme yang berada di balik makna ungkapan yang populer ke seantero jagat itu agaknya sangat kontekstual dengan kondisi di Indonesia. Kendati demikian, potret negeri ini dewasa ini justru menggambarkan dengan gamblang betapa kesadaran bernegara, kesediaan berkorban membela negara, dan mencintai negara pada warga negara sudah mengalami erosi yang sangat tajam.

Secara obyektif, Budi Harsono menilai faktor penyebab dari profil ironis anak bangsa dewasa ini adalah kesalahan pada sistem pembangunan nasional masa silam. Pembangunan aspek sumber daya manusia (SDM) yang seharusnya mendapat tempat teratas justru tidak menjadi prioritas utama pembangunan jangka panjang alias kurang diperhatikan.Selama ini, konsep pembangunan SDM dilaksanakan secara beriringan dengan derap pembangunan fisik-material atau pembangunan ekonomi. Namun, dalam praktiknya, pembangunan SDM tertinggal dari pembangunan ekonomi. Akibatnya, hasil pembangunan SDM dari proses pendidikan kurang maksimal.

Sebagai ekses dari hasil pembangunan di bidang ekonomi, SDM bangsa ini yang terbentuk cenderung memiliki sikap, mental, dan perilaku yang materialistis, individualistis, dan pragmatis.“Setiap orang hanya cenderung memikirkan kepentingannya sendiri. Setiap individu berpikir dan bertindak berdasarkan imbalan apa yang bakal dia peroleh saja. Cara pandang seperti itulah yang dominan merasuki benak SDM kita dewasa ini. Kita bisa rasakan itu,” papar Budi.Indikasinya, bisa dilihat dari gambaran umum kualitas produk akhir yang dihasilkan sistem pendidikan nasional sebagai media pembangunan SDM. Pembangunan SDM-lah yang semestinya diprogramkan lebih awal.Memang, membangun SDM bukanlah suatu yang instan. Segala jerih-payah dari apa yang dikerjakan sekarang baru bisa dipetik hasilnya oleh bangsa ini pada 15 tahun sampai 20 tahun yang akan datang.

Sedangkan, yang namanya, membangun SDM haruslah dari awal dan sistematis karena hasilnya baru bisa dirasakan manfaatnya oleh bangsa ini dalam jangka panjang. Berbeda sekali dengan pembangunan fisik, seperti jembatan, jalan, atau gedung perkantoran, yang hasilnya sudah bisa langsung dilihat dan diperoleh hasilnya dalam jangka pendek.Karena itu, dalam membangun SDM antara lain tentang aspek-aspek kesadaran bernegara dan kesadaran bela negara inilah yang

Page 44: Materi Bela negara

sejatinya perlu dibangun dan ditumbuhkan secara terus-menerus oleh bangsa ini.

Dengan kata lain, bukan hanya aspek intelektualitas dan keterampilan yang dibangun tapi juga aspek budi pekerti dan cinta pada negara. Sekarang hampir tidak ada pendidikan yang memberikan secara maksimal budi pekerti serta kesadaran bernegara dan membela negara.

Akibatnya, rasa cinta kepada negara semakin hari semakin menipis di jiwa warga negara. Belum lagi derasnya pengaruh globalisasi sekarang ini semakin mempengaruhi hilangnya kecintaan kepada negara. “Fondasi bangsa ini sudah keropos!” tukas Budi Harsono.Padahal, di masa perjuangan bangsa ini merebut kemerdekaan pada tahun 1945, dengan hanya bersenjatakan bambu runcing, para pahlawan kusuma bangsa berani melawan penjajah yang bersenjata lengkap.Para pahlawan rela mengorbankan jiwa dan raganya karena memiliki kebanggaan dan kecintaan pada negaranya. Mati pun tidak apa-apa. Semangat itu dikwatirkan pada suatu saat akan hilang karena dari hari ke hari terus meluntur.Semangat dan idealisme itu harus dibangkitkan dan ditumbuhkembangkan kembali, dalam hal ini melalui media pendidikan. Dalam kurikulum pendidikan mesti ada penanaman nilai dan semangat bernegara dan kesadaran bela negara.‘Mengapa saya harus mencintai negara ini?’ dan ‘Mengapa saya mesti berkorban untuk negara ini?’ adalah dua pertanyaan besar yang bisa menjadi pintu masuk penanaman kesadaran bela negara dan idealisme kebangsaan itu melalui setiap jenjang pendidikan.

“Intinya, sejak kecil setiap warga negara yang sedang mengecap bangku pendidikan pada setiap jenjangnya diberikan motivasi untuk mencintai dan bangga kepada negaranya,” ucapnya.Namun membangun motivasi warga negara bukanlah pekerjaan instan. Sebab, membangun motivasi bukan indoktrinasi, melainkan membangkitkan kesadaran eksistensial setiap warga negara sebagai anak bangsa.Satu hal yang patut pula digarisbawahi, membela negara ini tidak hanya tugas TNI tapi juga seluruh komponen bangsa ini. Penekanan akan kondisi itu masih sangat kurang pada negara ini. Padahal, tidak ada satu pun negara di dunia ini yang tidak memberikan kesadaran bela negara kepada warga negaranya.Bahaya Narkoba, sekadar satu contoh, haruslah dipersepsikan sebagai sebuah ancaman yang sangat berbahaya bagi seluruh bangsa ini. Mengancam generasi muda harapan bangsa dan ujung-ujungnya

Page 45: Materi Bela negara

membuat kemampuan bela negara pada warga negara menjadi rapuh.Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negaranya dan kesediaan berkorban membela negaranya. Ini yang sangat kurang pada warga negara Indonesia. Itu bisa dirasakan bersama. Tengok saja kiprah sebagian LSM lokal yang cenderung lebih mengutamakan kepentingan NGO-NGO asing yang menjadi donornya ketimbang kepentingan bangsanya sendiri.

Menunjuk fenomena di Korea Selatan, Jepang, dan Cina sebagai salah satu contoh konkret hasil penanaman kesadaran bernegara, Budi Harsono mengatakan, rakyat negara-negara itu dengan penuh kesadaran mengkonsumsi produk dalam negerinya. Bukan dari negara luar. Rakyat Korea Selatan dan Jepang lebih suka memakai mobil produknya sendiri daripada produksi negara luar.

Perlu disadari, perang di era sekarang sudah bersifat semesta. Setiap negara sudah harus siap berperang. Sekadar ilustrasi, dalam perang modern yang pertama dilumpuhkan adalah pusat-pusat logistik seperti instalasi listrik, jalan-jalan, jembatan, lapangan terbang. Tujuannya agar negara itu menjadi lumpuh. Kalau sudah lumpuh, mudah untuk dikalahkan.Bertolak dari hal itulah, dalam konteks Indonesia saat ini, kesadaran bernegara dan kesadaran bela negara harus terus ditumbuhkembangkan kepada setiap warga negara agar, pada gilirannya, mereka memiliki kebanggaan, dan mampu membela negaranya sendiri. Lebih jauh dari itu, mereka mau mengabdikan diri dan bersedia berkorban untuk negaranya. Hanya saja, kesadaran warga negara untuk berkorban akan muncul bila negara (baca: pemerintah) memperhatikan nasib mereka.

Bangkitkan Kepercayaan RakyatBagaimanapun, bertumbuh dan berkembangnya semangat bernegara dan kesadaran bela negara mensyaratkan adanya hubungan timbal-balik antara pemerintah dan rakyat.Pemerintah tidak bisa sekadar menuntut rakyat tanpa menunjukkan kinerja yang baik, khususnya bahwa apa yang pemerintah perbuat memang semata-mata untuk kepentingan rakyat.Pemerintah harus mampu membuat rakyat merasakan bahwa pemerintah telah berbuat banyak dan bekerja keras untuk mereka. Rakyat harus merasakan manfaat dari apa-apa yang diperbuat pemerintah sehingga rakyat mau berpartisipasi dalam membangun negaranya.

Ada kesadaran warga negara untuk ikhlas menanggung beban dari derap pembangunan yang digerakkan oleh pemerintah. Sebab,

Page 46: Materi Bela negara

setiap warga negara tahu bahwa pemerintah berbuat maksimal untuk kepentingannya juga. Ironisnya, dalam hemat Budi, kondisi tersebut masih jauh dari harapan.

Contoh paling konkret, kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Idealnya, rakyat bersedia menanggung beban akibat kenaikan harga BBM tersebut karena rakyat tahu bahwa pemerintah memang tidak punya cara atau jalan keluar lain menyiasati tingginya harga minyak di pasar dunia. Rakyat mengerti bahwa pemerintah berbuat demikian untuk kepentingan semua. Untuk keselamatan bangsa.

Tapi realitasnya ada ketidak percayaan masyarakat kepada pemerintah dan ada miskomunikasi antara pemerintah dan rakyat. Rakyat masih menilai secara apriori kebijakan pemerintah tersebut. Persoalan komunikasi antara pemerintah dan rakyat itu mesti diperhatikan.

Sebab, jalinan komunikasi yang baik sangat berperan dalam menciptakan tumbuhnya kepercayaan rakyat kepada negara. Bila sudah tumbuh kepercayaannya kepada pemerintah, rakyat pun akan mau menanggung beban pembangunan. Sehingga, rakyat memahami pemerintah menaikkan harga BBM dengan alasan yang jelas.“Tantangan besar bagi pemerintah untuk menumbuhkan kepercayaan rakyat. Untuk itu, pemerintah harus punya sense of crisis dan kepedulian kepada nasib rakyat. Dari situlah baru bisa dibenahi semua,” tandas Budi.

Contoh yang lain, ada keinginan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL). Rakyat menilai kinerja PLN sendiri masih belum benar. Biaya produksinya masih sangat tinggi. Jadi, sebelum menaikkan TDL, pemerintah sebaiknya membenahi dulu kinerja PLN secara konkret.“Tumbuhkan kepercayaan pada rakyat bahwa pemerintah betul-betul membenahi kinerja PLN. Lakukan efisiensi, audit dengan baik, turunkan biaya produksi dan sebagainya,” ujar Budi Harsono.

Biaya produksi PLN masih sangat tinggi yakni sebesar 11 sen dolar per-KWH. Bandingkan dengan biaya produksi listrik di Malaysia atau Singapura yang hanya 6 sen dolar per-KWH.Alasannya, PLN masih menggunakan pembangkit listrik yang berbahan bakar minyak. Bandingkan dengan pembangkit-pembangkit listrik di Malaysia dan Singapura yang sudah berbahan bakar gas dan batubara.

Page 47: Materi Bela negara

Dengan melaksanakan program-programnya pemerintah perlu menumbuhkan kepercayaan rakyat, agar rakyat bersedia menanggung beban secara sukarela dari berbagai kebijakan yang diambil pemerintah.Budi kembali mengingatkan, semangat bernegara dan kesadaran bela negara bisa tumbuh dengan sendirinya pada rakyat sepanjang ada kepercayaan rakyat bahwa pemerintah memang memperhatikan nasibnya. Akan tumbuh gairah setiap individu dan masyarakat untuk berkarya, berbuat untuk negaranya.

Hubungan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat akan membuat Negara maju, dan dengan sendirinya akan tumbuh kesadaran kenegaraan dan kesadaran bela Negara dari setiap individu masyarakat.“Sekarang, banyak orang yang bersikap apatis. Jangankan memikirkan lingkungannya, untuk mengurusi dirinya sendiri saja susah. Padahal, kesadaran bernegara dan bela negara berawal dari kesadaran pada lingkungan terkecil: dari keluarga, RT, RW, kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten, provinsi, hingga akhirnya pada negara.”

Bangsa Butuh Pemimpin PanutanDi tengah kondisi bangsa Indonesia yang sedang terpuruk di berbagai bidang kehidupan, Budi Harsono menggarisbawahi, upaya membangkitkan semangat bernegara dan kesadaran bela negara pada warga negara relatif tidak mudah.

Karenanya, bangsa ini membutuhkan sosok pemimpin yang bisa menampilkan dirinya sebagai tokoh yang bias dipercaya dan menjadi panutan bagi seluruh rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin panutan adalah yang mau dan mampu memberikan contoh teladan.

Pemimpin panutan adalah pemimpin yang berani mengambil keputusan dengan segala risikonya. Sosok pemimpin yang kuat, berani, dihormati karena perilakunya, dan mampu memberi contoh konkret. Pemimpin yang konsekuen dan konsisten mempraktikkan apa yang dia ucapkan.

Misalnya, ketika Sang Pemimpin memimpin gerakan hidup sederhana kepada rakyatnya, maka dia sendiri harus benar-benar hidup secara sederhana.

Bukan pemimpin yang cari untung dan mengutamakan kepentingannya sendiri. Bukan pula pemimpin yang bicara A tapi kelakuannya B. Pemimpin dengan karakter seperti itu tidak akan laku. Sosok pemimpin yang memiliki mental cari selamat tidak bisa

Page 48: Materi Bela negara

diandalkan membangun negeri ini, dan membawa bangsa ini dari lembah keterpurukan.Tapi, tragisnya, sejauh ini bangsa Indonesia belum mempunyai sosok pemimpin ideal seperti itu. Tokoh-tokoh panutan sudah punah dan hampir tidak ada lagi figur-figur yang bisa menjadi pemimpin panutan.

Mudah-mudahan di masa yang akan datang muncul pemimpin panutan. Pribadi pemimpin teladan yang berani mengambil risiko untuk membawa bangsa ini lepas dan bebas dari keterpurukan. Pemimpin berkarakter demikian yang sangat dibutuhkan oleh bangsa ini.

1

Bela Negara Bukan Berarti Angkat Senjata February 19, 2011

Dalam berbagai kesempatan beberapa petinggi TNI mengatakan bahwa bela negara bukan hanya masalah mengangkat senjata. Bela negara adalah kemampuan warga negara dalam segenap profesinya untuk membela cita-cita dan tujuan nasional. Bela negara adalah hak dan kewajiban warga negara, bahkan merupakan kewajiban dasar manusia yang mengiringi hak asasinya. Bela negara merupakan tekad, sikap dan perilaku warga negara Indonesia yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Memang kalau kita cermati dalam UU 34/2004 tentang TNI, sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. Sedangkan dalam kerangka ancaman militer untuk kepentingan pertahanan negara,

Page 49: Materi Bela negara

maka sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang berada di dalam atau di luar pengelolaan departemen yang membidangi pertahanan dimanfaatkan semaksimal mungkin, baik sebagai komponen cadangan, komponen pendukung, maupun sebagai unsur lain kekuatan bangsa.

Dalam konteks pertahanan pada dasarnya pendidikan kewarganegaraan sudah tercakup di dalamnya pemahaman tentang kesadaran bela negara, yang merupakan fondasi bangunan sistem pertahanan yang bersifat semesta dengan melibatkan seluruh sumber daya, sarana dan prasarana nasional. Namun demikian, pertahanan semesta tidak akan dapat dimobilisasi jika warga negara atau sumber daya manusia yang menjadi sentral bergeraknya sistem itu tidak memiliki sifat perilaku yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.

Sayangnya, kini hanya sedikit tokoh maupun pimpinan yang menyadari akan arti pentingnya memasyarakatkan bela negara, nampaknya baru institusi TNI dan Dephan yang tetap peduli dengan konsep bela negara. Untuk itu pemahaman tentang bela negara dan konsep-konsep tentang komponen cadangan patut kita dukung.

Untuk itulah sistem pertahanan negara mengamanatkan perlunya penyiapan bela negara sejak dini oleh pemerintah. Mengembangkan pengertian penyiapan dini tersebut, maka dilakukan usaha pembinaan kesadaran bela negara sejak usia sekolah, sehingga diharapkan para calon pemimpin dan calon intelektual bangsa mampu menganalisa dan mengambil keputusan yang mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun kemampuan para pendidik dalam mensosialisasikan bela negara.

Keberhasilan sistem ini, pada gilirannya akan kelihatan pada tampilan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara, serta pengertian bela negara dalam arti yang luas sehingga menjadi warga negara yang dapat diandalkan.

Sistem ini harus mampu mensinergikan antara kebijakan dan pelaksanaannya. Bahkan karena stigma politik, terdapat kecenderungan bela negara diartikan atau dipahami secara sempit dengan ajaran militerisme. Untuk itu sekali lagi perlu ditekankan bahwa bela negara bukan berarti angkat senjata tetapi merupakan wujud dan bentuk kecintaan kita kepada negara.sekaligus seorang pahlawan. Bukan doswan. Pendosa yang berlumur dengan keangkaramurkaan. (**)

Page 50: Materi Bela negara

PENDIDIKAN PENDAHULUAN BELA NEGARA DANRELEVANSINYA DI ERA REFORMASI

Oleh: Budi S. Satari MA*ChairmanDefense and Security ForumJakarta

Era reformasi membawa banyak perubahan di hampir segala bidang diRepublik Indonesia. Ada perubahan yang positif dan bermanfaat bagimasyarakat, tapi tampaknya ada juga yang negatif dan pada gilirannya akanmerugikan bagi keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arusinformasi dari segala penjuru dunia seolah tidak terbendung. Berbagaiideologi, mulai dari ekstrim kiri sampai ke ekstrim kanan, menarik perhatianbangsa kita, khususnya generasi muda, untuk dipelajari, dipahami danditerapkan dalam upaya mencari jati diri bangsa setelah selama lebih dari 30tahun merasa terbelenggu oleh sistem pemerintahan yang otoriter. Salah satu dampak buruk dari reformasi adalah memudarnya semangatnasionalisme dan kecintaan pada negara. Perbedaan pendapat antar golonganatau ketidaksetujuan dengan kebijakan pemerintah adalah suatu hal yang wajardalam suatu sistem politik yang demokratis. Namun berbagai tindakan anarkis,konflik SARA dan separatisme yang sering terjadi dengan mengatas namakandemokrasi menimbulkan kesan bahwa tidak ada lagi semangat kebersamaansebagai suatu bangsa. Kepentingan kelompok, bahkan kepentingan pribadi,telah menjadi tujuan utama. Semangat untuk membela negara seolah telahmemudar. Bela Negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme,seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletakpada Tentara Nasional Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, belanegara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia.Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan RepublikIndonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri. UU no 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara RI mengatur tata carapenyelenggaraan pertahanan negara yang dilakukan oleh Tentara NasionalIndonesia (TNI) maupun oleh seluruh komponen bangsa. Upaya melibatkanseluruh komponen bangsa dalam penyelenggaraan pertahanan negara itu antaralain dilakukan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. Di dalam masatransisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasi, tentu timbulpertanyaan apakah Pendidikan Pendahuluan Bela Negara masih relevan dan masihdibutuhkan. Makalah ini akan mencoba membahas tentang relevansi PendidikanPendahuluan Bela Negara di era reformasi dan dalam rangka menghadapi eraglobalisasi abad ke 21.Hakekat Ancaman Terhadap Negara Kesatuan Republik IndonesiaAncaman Dari Luar Dengan berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 1990an, makaketegangan regional di dunia umumnya, dan di kawasan Asia Tenggara khususnyadapat dikatakan berkurang. Meskipun masih terdapat potensi konflik khususnyadi wilayah Laut Cina Selatan, misalnya sengketa Kepulauan Spratly yangmelibatkan beberapa negara di kawasan ini, masalah Timor Timur yangmenyebabkan ketegangan antara Indonesia dan Australia, dan sengketa PulauSipadan/Ligitan antara Indonesia dan Malaysia, namun diperkirakan semuapihak yang terkait tidak akan menyelesaikan masalah tersebut melaluikekerasan bersenjata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam jangkawaktu pendek ancaman dalam bentuk agresi dari luar relatif kecil. Potensiancaman dari luar tampaknya akan lebih berbentuk upaya menghancurkan moral

Page 51: Materi Bela negara

dan budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika danobat-obat terlarang, film-film porno atau berbagai kegiatan kebudayaan asingyang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama generasi muda, yang padagilirannya dapat merusak budaya bangsa. Potensi ancaman dari luar lainnyaadalah dalam bentuk "penjarahan" sumber daya alam Indonesia melaluieksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol yang pada gilirannyadapat merusak lingkungan atau pembagian hasil yang tidak seimbang baik yangdilakukan secara "legal" maupun yang dilakukan melalui kolusi dengan pejabatpemerintah terkait sehingga meyebabkan kerugian bagi negara. Semua potensi ancaman tersebut dapat diatasi dengan meningkatkanKetahanan Nasional melalui berbagai cara, antara lain:a. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkalpengaruh- pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupanbangsa Indonesiab. Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melaluipemahaman dan penghayatan (bukan sekedar penghafalan) sejarah perjuangan bangsa.c. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya alam nasionalserta terciptanya suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa (legitimate, bebas KKN,dan konsisten melaksanakan peraturan/undang-undang).d. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kecintaan terhadap tanah air sertamenanamkan semangat juang untuk membela negara, bangsa dan tanah air sertamempertahankan Panca Sila sebagai ideologi negara dan UUD 1945 sebagai landasanberbangsa dan bernegara.e. Untuk menghadapi potensi agresi bersenjata dari luar, meskipunkemungkinannya relatif sangat kecil, selain menggunakan unsur kekuatan TNI, tentu sajadapat menggunakan unsur Rakyat Terlatih (Ratih) sesuai dengan doktrin Sistem PertahananSemesta.Dengan doktrin Ketahanan Nasional itu, diharapkan bangsa Indonesia mampumengidentifikasi berbagai masalah nasional termasuk ancaman, gangguan,hambatan dan tantangan terhadap keamanan negara guna menentukan langkahatau tindakan untuk menghadapinya.

Ancaman Dari Dalam Meskipun tokoh-tokoh LSM banyak yang menyatakan hal ini sebagai sesuatuyang mengada-ada, pada kenyataannya potensi ancaman yang dihadapi negaraRepublik Indonesia tampaknya akan lebih banyak muncul dari dalam negeri,antara lain dalam bentuk:a. disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkansentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadapkebijakan pemerintah pusatb. keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran HakAzasi Manusia yang pada gilirannya dapat menyebabkan huru-hara/kerusuhan massac. upaya penggantian ideologi Panca Sila dengan ideologi lain yang ekstrimatau yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesiad. potensi konflik antar kelompok/golongan baik akibat perbedaan pendapatdalam masalah politik, maupun akibat masalah SARA

Page 52: Materi Bela negara

e. makar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional Di masa transisi ke arah demokratisasi sesuai dengan tuntutan reformasisaat ini, potensi konflik antar kelompok/golongan dalam masyarakat sangatlahbesar. Perbedaan pendapat yang justru adalah esensi dari demokrasi malahmerupakan potensi konflik yang serius apabila salah satu pihak berkerasdalam mempertahankan pendiriannya sementara pihak yang lain berkerasmemaksakan kehendaknya. Dalam hal ini, sebenarnya cara yang terbaik untukmengatasi perbedaan pendapat adalah musyawarah untuk mufakat. Namun carayang sesungguhnya merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia itu tampaknyasudah dianggap kuno atau tidak sesuai lagi di era reformasi ini.Masalahnya, cara pengambilan suara terbanyakpun (yang dianggap sebagai carayang paling demokratis dalam menyelesaikan perbedaan pendapat) seringkalimenimbulkan rasa tidak puas bagi pihak yang "kalah", sehingga merekamemilih cara pengerahan massa atau melakukan tindak kekerasan untukmemaksakan kehendaknya. Tidak adanya kesadaran hukum di sebagian kalangan masyarakat sertaketidak pastian hukum akibat campur tangan pemerintah dalam sistem peradilanjuga merupakan potensi ancaman bagi keamanan dalam negeri. Apalagi di masatransisi saat ini ada kelompok/golongan yang secara terbuka menyatakan tidakmengakui Peraturan/perundangan yang dikeluarkan oleh pemerintah transisiyang berkuasa saat ini. Pelecehan terhadap hukum/undang-undang ini jelasmenimbulkan kekacauan/anarki dan merupakan potensi konflik yang serius.Contoh yang paling nyata adalah insiden Semanggi di mana para pengunjuk rasayang jelas-jelas tidak mematuhi UU no 9/1998 tentang KemerdekaanMenyampaikan Pendapat di Muka Umum akhirnya bentrok dengan aparat keamananyang justru ingin menegakkan hukum. Terlepas dari berbagai faktor psikologisdan politis yang memicu terjadinya insiden tersebut, kenyataannya adalahseandainya semua pihak menyadari pentingnya kepatuhan terhadap hukum,tentunya insiden itu tidak akan terjadi. Keragu-raguan aparat penegak hukum(kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan) dalam menangani berbagai tindakpidana korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara juga potensial untukmenyulut huru-hara akibat kekecewaan masyarakat. Tidak adanya kesadaranhukum, di samping aspek sosial-psikologis yang perlu diteliti lebih lanjutdan dicarikan penyelesaiannya, juga menyebabkan sering timbulnya tawuranantar warga atau tawuran antar pelajar yang pada gilirannya menimbulkankeresahan masyarakat dan menyebabkan instabilitas keamanan lingkungan.Maka, sosialisasi berbagai peraturan dan perundang-undangan serta penegakanhukum yang tegas, adil dan tanpa pandang bulu adalah satu-satunya jalanuntuk mengatasi potensi konflik ini. Potensi ancaman dari dalam negeri iniperlu mendapat perhatian yang serius mengingat instabilitas internalseringkali mengundang campur tangan pihak asing, baik secara langsungmaupun tidak langsung, untuk kepentingan mereka.

Memudarnya Nasionalisme dan Kecintaan Pada Bangsa dan Tanah Air Sebagai produk dari faktor politik, ekonomi, sosial dan intelektualpada suatu tahapan sejarah, nasionalisme adalah "suatu kondisi pikiran,perasaan atau keyakinan sekelompok manusia pada suatu wilayah geografistertentu, yang berbicara dalam bahasa yang sama, memiliki kesusasteraan yangmencerminkan aspirasi bangsanya, terlekat pada adat dan tradisi bersama,memuja pahlawan mereka sendiri dan dalam kasus-kasus tertentu menganut agamayang sama" Nasionalisme adalah produk langsung dari konsep bangsa. Ia merujukkepada perasaan "kasih sayang" pada satu sama lain yang dimiliki olehanggota bangsa itu dan rasa kebanggaan yang dimiliki oleh bangsa itusendiri. Dia adalah semangat kebersamaan yang bertujuan memelihara kesamaanpandangan, kesamaan masyarakat dan kesamaan bangsa dalam suatu kelompokorang-orang tertentu. Dia adalah suatu idelogi abstrak yang mengakui

Page 53: Materi Bela negara

kebutuhan akan suatu pengalaman bersama, kebudayaan bersama, dasar sejarah,bahasa bersama dan lingkungan politik yang homogen. Nasionalisme dapatdiungkapkan dengan berbagai cara, misalnya keinginan untuk mencapai tarafkehidupan yang tinggi, keinginan untuk memenangkan medali emas lebih banyakdari negara lain dalam Olympiade, atau bahkan menundukkan wilayah lain yangberbatasan. Akhir-akhir ini ditengarai bahwa semangat nasionalisme danpatriotisme, khususnya di kalangan generasi muda Indonesia telah memudar.Beberapa indikasi antara lain adalah munculnya semangat kedaerahan seiringdengan diberlakukannya otonomi daerah; ketidakpedulian terhadap bendera danlagu kebangsaan; kurangnya apresiasi terhadap kebudayaan dan keseniandaerah; konflik antar etnis yang mengakibatkan pertumpahan darah. Ketidak mampuan pemerintah pasca Orde Baru untuk mengatasi krisismultidimensional sering dijadikan "kambing hitam" penyebab memudarnyanasionalisme. Banyak orang yang tidak merasa bangga menjadi orang Indonesiaakibat citra buruk di dunia internasional sebagai "sarang koruptor" dan"sarang teroris". Banyak orang yang enggan membela negara dengan alasan"saya dapat dari negara?" Presiden John F. Kennedy dari Amerika Serikatpernah mengatakan, "don't ask what your country can do for you, ask what canyou do for your country!" (jangan tanyakan apa yang dapat dilakukan olehnegaramu untukmu, tapi tanyakan apa yang dapat kamu lakukan untuk negaramu!)Semangat seperti itu seharusnya juga berlaku bagi semua warga negaraIndonesia. Ada semacam kekeliruan pandangan bahwa negara identik denganpemerintah. Setiap warga negara boleh saja tidak setuju dengan kebijakanpemerintah, tapi dia tetap berhak dan wajib membela negaranya. Memudarnya nasionalisme dan patriotisme mungkin juga disebabkan olehtiadanya penghayatan atas arti perjuangan para pahlawan kemerdekaan.Perayaan hari Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus selama berpuluh tahunterkesan hanya sebagai ritual upacara bendera yang membosankan. tradisi"hura-hura" lomba makan krupuk dan panjat pinang, panggung hiburan yangdari tahun ke tahun hanya diisi oleh vocal group remaja setempat di setiapRT di seluruh tanah air dan gapura yang mencantumkan slogan-slogan kosong disetiap ujung gang. Yang lebih memprihatinkan, di tengah krisis ekonomi yangberlarut-larut ini, hari Kemerdekaan dirayakan dengan kembang api. Betapatidak nasionalis dan tidak patriotisnya, membakar uang puluhan juta rupiahsementara sebagian besar rakyat tengah menderita. Sedikit sekali kelompokmasyarakat yang merayakan hari Kemerdekaan dengan acara syukuran dan do'abersama mengingat jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa merekauntuk mencapai kemerdekaan ini. Demikian pula Sumpah Pemuda, yang sebenarnya adalah modal awalpersatuan dan kesatuan bangsa Indonesia jauh sebelum kemerdekaan, kiniseolah hanya merupakan pelajaran sejarah yang tidak pernah dihayati dandiamalkan. Munculnya gerakan separatisme dan konflik antar etnis membuktikantidak adanya kesadaran bahwa kita adalah satu tanah air, satu bangsa, dansatu bahasa. Harus diakui bahwa ada faktor-faktor politis, ekonomi danpsikologis yang menyebabkan gerakan-gerakan separatis maupun konflik antaretnis itu, misalnya masalah ketidak adilan sosial dan ekonomi, persainganantar kelompok dan sebagainya. Kurang tanggapnya pemerintah baik di pusatmaupun daerah untuk mengantisipasi atau segera menangani berbagaipermasalahan itu menyebabkan tereskalasinya suatu masalah kecil menjadikonflik yang berkepanjangan.

Bela Negara Sebagai Hak dan Kewajiban Warga NegaraKonsep Bela Negara Pasal 30 UUD 1945 menyebutkan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak danwajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara". Konsep Bela Negara dapatdiuraikan yaitu secara fisik maupun non-fisik. Secara fisik yaitu dengan

Page 54: Materi Bela negara

cara "memanggul bedil" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela Negarasecara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sedangkan BelaNegara secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai "segala upaya untukmempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkankesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah airserta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara".

Bela Negara Secara Fisik Keterlibatan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara merupakanhak dan kewajiban konstitusional setiap warga negara Republik Indonesia.Tapi, seperti diatur dalam UU no 3 tahun 2002 dan sesuai dengan doktrinSistem Pertahanan Semesta, maka pelaksanaannya dilakukan oleh RakyatTerlatih (Ratih) yang terdiri dari berbagai unsur misalnya ResimenMahasiswa, Perlawanan Rakyat, Pertahanan Sipil, Mitra Babinsa, OKP yangtelah mengikuti Pendidikan Dasar Militer dan lainnya. Rakyat Terlatihmempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat,Keamanan Rakyat dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertamaumumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alamatau darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintahdaerah dalam menangani Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, sementara fungsiPerlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana RakyatTerlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan reguler TNI danterlibat langsung di medan perang. Apabila keadaan ekonomi nasional telah pulih dan keuangan negaramemungkinkan, maka dapat pula dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakanWajib Militer bagi warga negara yang memenuhi syarat seperti yang dilakukandi banyak negara maju di Barat. Mereka yang telah mengikuti pendidikandasar militer akan dijadikan Cadangan Tentara Nasional Indonesia selamawaktu tertentu, dengan masa dinas misalnya sebulan dalam setahun untukmengikuti latihan atau kursus-kursus penyegaran. Dalam keadaan daruratperang, mereka dapat dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugastempur maupun tugas-tugas teritorial. Rekrutmen dilakukan secara selektif,teratur dan berkesinambungan. Penempatan tugas dapat disesuaikan denganlatar belakang pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil misalnyadokter ditempatkan di Rumah Sakit Tentara, pengacara di Dinas Hukum, akuntandi Bagian Keuangan, penerbang di Skwadron Angkutan, dan sebagainya. Gagasanini bukanlah dimaksudkan sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil, tapimemperkenalkan "dwi-fungsi sipil". Maksudnya sebagai upaya sosialisasi"konsep bela negara" di mana tugas pertahanan keamanan negara bukanlahsemata-mata tanggung jawab TNI, tapi adalah hak dan kewajiban seluruh warganegara Republik Indonesia.

Bela Negara Secara Non-Fisik Di masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasisaat ini, justru kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan guna menangkalberbagai potensi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik dari luarmaupun dari dalam seperti yang telah diuraikan di atas. Sebagaimana telahdiungkapkan sebelumnya, bela negara tidak selalu harus berarti "memanggulbedil menghadapi musuh". Keterlibatan warga negara sipil dalam bela negarasecara non-fisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dandalam segala situasi, misalnya dengan cara:a. meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati artidemokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendakb. menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tuluskepada masyarakat

Page 55: Materi Bela negara

c. berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkaryanyata (bukan retorika) d. meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undangdan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusiae. pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkalpengaruh- pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupanbangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah swt melalui ibadah sesuaiagama/kepercayaan masing- masing Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam melakukanbela negara secara non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik yang padagilirannya merupakan ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan bagi keamanannegara dan bangsa kiranya akan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan samasekali. Kegiatan bela negara secara non-fisik sebagai upaya peningkatanKetahanan Nasional juga sangat penting untuk menangkal pengaruh budayaasing di era globalisasi abad ke 21 di mana arus informasi (ataudisinformasi) dan propaganda dari luar akan sulit dibendung akibat semakincanggihnya teknologi komunikasi.

PENUTUP Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, jelaslah potensi ancamanterhadap keamanan negara bisa datang dari luar maupun dalam negeri. Namunpotensi ancaman yang lebih besar adalah yang dari dalam negeri, terutama dimasa transisi menuju masyarakat madani sesuai dengan tuntutan reformasi.Lebih jauh lagi, pengalaman menunjukkan bahwa instabilitas dalam negeriseringkali mengundang campur tangan asing baik secara langsung maupun tidaklangsung. Mengingat kesadaran bela negara yang masih rendah di kalanganmasyarakat kita, terutama di kalangan elite (politik dan ekonomi) serta kaumintelektual/akademisi, dapat dikatakan bahwa Pendidikan Pendahuluan BelaNegara untuk menanamkam kesadaran bela negara masih sangat relevan dan masihsangat dibutuhkan di era reformasi saat ini dan di masa mendatang. Namunperlu dicarikan format yang lebih efektif, lebih sesuai dengan kondisimasyarakat dan lebih bersifat konkrit dan realistis agar tidak terkesansebagai suatu kegiatan indoktrinasi teori yang bersifat abstrak danmembosankan. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara untuk masyarakat umum akansangat bermanfaat, khususnya dalam upaya menanamkan kesadaran akan hak dankewajiban konstistusional sebagai warga negara untuk mempertahankan negarakesatuan Republik Indonesia. Materi yang diajarkan dapat ditingkatkankualitasnya, namun mengingat latar belakang pendidikan formal peserta yangcukup beragam mungkin perlu dilakukan penyesuaian atau modifikasi. Selainitu, perlu dipertimbangkan untuk melibatkan lebih banyak peserta darikalangan elite (politik dan ekonomi) yang tampaknya kurang memilikikesadaran bela negara akibat terlalu sibuk membela kepentinganpribadi/golongannya. Pendidikan kewiraan di tingkat perguruan tinggi, yangjuga merupakan salah satu bentuk dari Pendidikan Pendahuluan Bela Negara,kiranya juga masih relevan dan diperlukan meskipun materinya tentu sajaperlu disesuaikan seiring dengan perubahan situasi politik yang sedang

terjadi dewasa ini.

24 September 2009 07:00

Page 56: Materi Bela negara

Bela Negara Melalui Komponen Cadangan

Selasa, 25 Mei 2010 09:58 WIB

Beberapa minggu terakhir ini Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mulai sibuk menyosialisasikan Rancangan Undang-

Undang (RUU) Komponen Cadangan Pertahanan Negara (Komcad) ke publik. Sosialisasi ini dilakukan dengan memuat

draft naskah akademik dan draft RUU Komcad lengkap dengan penjelasannya dalam situs web Direktorat Jendral Potensi

Pertahanan (Ditjen Pothan).  Seperti diketahui, Komcad yang sempat masuk dan gagal dalam paket  pembahasan RUU

rencana strategis (renstra) lima tahun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)  DPR 2004-2009 kembali masuk dalam

antrean pembahasan Prolegnas DPR  tahun 2010  ini.

Gagasan yang sejak kemunculannya menuai kritik ini memang belum tuntas menjawab beberapa pertanyaan krusial publik.

Pertanyaan seperti apakah komponen cadangan tersebut sama dengan konsep wajib militer yang dipahami selama ini? Jika

bukan, seperti yang sering dijelaskan oleh pejabat Kemenhan bahwa ini hanya merupakan latihan dasar kemiliteran yang

bersifat wajib bagi warga negara, maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana kita menyaring ekses negatif dari latihan

yang sangat militeristik terhadap sipil ini.

Perlu untuk memikirkan dampak yang ditimbulkannya dalam jangka panjang mengingat pengalaman negara lain tentang

kekerasan yang dilakukan para milisi sipil yang pernah dilatih dasar-dasar kemiliteran. Selain itu, bagaimana sifat

pelibatannya, wajib atau sukarela? Jika wajib, apakah berarti melibatkan seluruh warga negara, termasuk perempuan di

dalamnya? Jika sukarela, bagaimana mekanismenya?

Mengapa RUU KCPN ini penting ada, apakah dalam penyusunannya telah didahului dengan suatu kaji ulang sistem

pertahanan yang akan memberikan gambaran/perkiraan tentang kondisi nyata potensi pertahanan, yang meliputi sumber

daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan? Apakah  pembentukan komponen cadangan yang diatur

dalam RUU ini dimaksudkan untuk melipatgandakan kekuatan TNI atau untuk memperkuat sistem pertahanan nasional

sebagaimana diatur dalam UU No. 3/2002 tentang Pertahanan Negara? Karena keduanya memiliki implikasi yang berbeda.

Jika kita mengacu pada  Pasal 7 UU No. 3/2002 tegas menyatakan bahwa penggunaan komponen cadangan ditujukan

untuk mendukung tugas komponen utama (TNI) dalam sistem pertahanan negara untuk menghadapi ancaman militer.

Dalam konteks ini, sebaiknya gagasan pembentukan komponen cadangan tidak memiliki relasi dengan aspek-aspek yang

berhubungan dengan keadaan darurat sipil dan militer, karena hanya memiliki relasi langsung dengan kondisi negara dalam

keadaan darurat perang.

Jika kita mengacu kepada keadaan darurat perang, jenis perang seperti apakah yang bakal kita hadapi masa kini dan masa

depan? Bukankah dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia Tahun 2003 dinyatakan bahwa ancaman invasi atau agresi

militer negara lain terhadap Indonesia diperkirakan kecil kemungkinannya. Ditegaskan pula dalam Buku Putih Pertahanan

Indonesia tahun 2008, yaitu dengan mencermati perkembangan lingkungan keamanan strategis Indonesia pasca-2003,

pada saat ini dan dalam beberapa tahun mendatang belum terdapat indikasi ancaman militer konvensional yang mengarah

ke wilayah Indonesia yang memerlukan mobilisasi kekuatan rakyat.

Sebagian besar pertanyaan tersebut memang menyiratkan sebuah kekhawatiran publik. Pertanyaan itu bukan datang dari

sebuah ruang kosong yang menihilkan basis empirik, melainkan sebuah pengalaman pahit dari masa lalu, tentang

kekerasan dari sebuah rezim yang militeristik.

Persoalannya bukanlah sekedar direduksi menjadi menerima atau menolak Komcad, tetapi diperlukan sebuah dasar

pemikiran komprehensif yang mampu mengawinkan antara gagasan di tingkat normatif dan pengalaman empirik. Yang

perlu dipertimbangkan dalam pembahasan Komcad ini adalah, pertama, perlu dipahami bahwa penjelasan dalam bingkai

kepatuhan terhadap konstitusi semata tidak cukup untuk menggerakkan warga agar terlibat dalam bela negara.

Perlu dasar filosofi yang kuat berbasiskan pengalaman empirik dan manfaat yang menyertai pentingnya Komcad ini.

Beberapa landasan hukum yang sering ditengarai sebagai dasar dari diberlakukannya Komcad adalah UUD 1945 Pasal 27

tentang Warga Negara dan Penduduk. Dalam ayat (3) disebutkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta

Page 57: Materi Bela negara

dalam upaya pembelaan negara. Ditegaskan lagi dalam Pasal 30 UUD 1945, terutama pada ayat (2), bahwa usaha

pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara

nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan

pendukung.

Kalimat Komponen cadangan baru muncul dalam Pasal 7 UU No. 3/2002 tentang Pertahanan Negara pada ayat (2), yaitu

sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan

didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. Pasal-pasal di atas masih sangat bisa diperdebatkan.

Misalnya, apakah format komponen cadangan merupakan satu-satunya pengejawantahan dari wajib bela negara yang

diamanatkan konstitusi. Kedua, perlu dipertimbangkan dari besaran anggaran  dan mekanisme pembiayaannya agar tidak

terlalu membebani keuangan negara. Menurut penjelasan Dirjen Pothan Kemenhan, Budi Susilo Supandji, pada  2007 lalu,

kemungkinan dana yang diperlukan sekitar Rp 15 juta sampai Rp 40 juta per orang/tahun dalam 30 hari latihan.

Ketiga, pelibatan publik seperti akademisi, civil society organization, praktisi dan media dalam pembahasan RUU Komcad

penting dilakukan secara terus-menerus, agar mendapatkan pemahaman mendalam dalam rangka penyempurnaan draft

RUU yang ada. Draft naskah akademik yang kuat dan RUU Komcad yang menampung banyak aspirasi publik

menjadikannya bukan lagi sebagai beban kewajiban yang memaksa warga negara, namun akan lebih diterima sebagai

kesukarelaan warga dalam partisipasi bela negara.

Jaleswari Pramodhawardani

Peneliti Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB) LIPI dan The Indonesian Institute

Cara Pandang Baru Terhadap `Keamanan Nasional` Indonesia

Selasa, 31 Agustus 2010 17:35 WIB

Setelah serangan militer yang paling brutal terhadap orang Tamil akhir 2009, ratusan ribu rakyat Tamil tersingkirkan dari

rumah mereka. Mereka ditahan di “kamp-kamp konsentrasi” yang tersebar di Sri Lanka. Ratusan pengungsi Tamil yang

putus asa, yang mencoba untuk lari dari kondisi yang tidak manusiawi ini, mempertaruhkan jiwa mereka di lautan lepas di

atas kapal untuk mencari suaka di Australia. Selama berminggu-minggu, lebih dari 250 orang Tamil terdampar di sebuah

kapal di Merak, Indonesia. 68 lainnya di kapal bea cukai Australia Oceanic Viking di Tanjung Pinang, Indonesia. Kapal

mereka dicegat ke Australia setelah perdana menteri Australia saat itu, Kevin Rudd, menelepon Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono mendesak pemerintahannya mencegah perahu ini ke Australia.

Pemerintah Rudd menolak memberikan suaka kepada rakyat Tamil yang tertindas ini dengan alasan keamanan nasional.

Dan, dengan alasan yang sama, pemerintah Indonesia memainkan peran sebagai polisi perbatasan untuk mereka. Sekilas,

aksi Australia dan Indonesia yang  menghalau masuknya arus imigran asing di negaranya, dianggap layak. Dalam konteks

keamanan nasional tindakan seperti itu dianggap wajar. Tapi persoalannya, tindakan itu kerap berimpitan dengan kaidah

hak asasi manusia (HAM) nasional, maupun  internasional.

Perdebatan ini menjadi menarik, karena keamanan nasional mendapatkan pergeseran definisi: lebih mempertimbangkan

keselamatan dan keamanan manusia di dalamnya. Keamanan nasional karenanya tidak sekadar didefinisikan sebagai 

bebas dari ancaman yang dimasukkan ke dalam bahaya  kelangsungan hidup dari suatu bangsa atau sekadar integritas

teritorial. Tapi ada seperangkat  nilai yang harus dipertahankan sebagai elemen kunci dari keamanan nasional yang sudah

meningkat dalam beberapa dekade terakhir.

Persoalan ini memisahkan dari pemikiran militer tradisional tentang isu keamanan internasional, yaitu dengan

mengidentifikasi ancaman keamanan baru, non-tradisional yang memasukkan human security (keamanan manusia) di

dalamnya. Isu keamanan non-tradisional, dengan menitikberatkan persoalan keamanan manusia, akan membawa

konsekuensi penting dalam mengubah cara pandang kita terhadap keamanan nasional. Termasuk di antaranya bagaimana

Indonesia meredefinisi keamanan nasional dalam persinggungannya melalui tantangan keamanan manusia?

Sejak 11 September 2001, isu keamanan non-tradisional telah menjadi semakin umum di hampir seluruh bagian

Page 58: Materi Bela negara

masyarakat, baik domestik dan internasional: dalam kebijakan dan agenda penelitian dari pemerintah, dalam organisasi

non-pemerintah, dalam lingkaran bidang akademik,  serta masyarakat umum dan media.

Non Traditional Security (Keamanan non-tradisional), sering disingkat  NTS, merupakan istilah populer namun konsep yang

ambigu baik di dalam dan di luar lingkungan akademik. Bagaimana mendefinisikan istilah ini dengan akurat? Apakah perlu

dipertimbangkan  prioritas kebutuhan mengatasi berbagai ancaman NTS, kepada negara yang sumber daya dan

kapasitasnya terbatas. Meningkatnya  jumlah ancaman NTS, nasional dan internasional, yang timbul dari bidang yang

sangat berbeda, seperti krisis keuangan, internet hacking, degenerasi ekologi, perdagangan narkoba, proliferasi nuklir,

terorisme baru dan bahkan SARS, semua yang belum pernah ada dalam perjalanan sejarah manusia memiliki dampak

serius seperti pada setiap individu setiap negara atau masyarakat internasional.

Namun yang membuat lebih buruk adalah pemerintah dan lembaga akademik dan penelitian belum tahu cara menetapkan

ancaman ini. Apalagi menghadapi mereka. Tapi, dalam  isu ini, Indonesia tak sendiri. Di Cina, misalnya, akademisi dan biro

pemerintah tertarik sekaligus bingung oleh isu NTS, dan mereka mulai menempatkan lebih banyak urusan sumber daya

alam dan manusia ke dalamnya. Namun, mereka sangat sulit menemukan prioritas dalam memecahkan atau mengurangi

ancaman NTS dengan begitu banyak kebutuhan yang berbeda, ditambah dengan sumber daya yang relatif terbatas yang

tersedia. Banyak nilai-nilai baru yang perlu dilindungi dalam hal memastikan keamanan yang selama ini dikategorikan

sebagai keamanan tradisional (traditional security).

Perlu dicatat bahwa studi saat ini, NTS di masyarakat internasional cenderung sangat menekankan keamanan "manusia"

(Evans, 2004). "Manusia" di sini tidak hanya merujuk kepada manusia makhluk pada umumnya, tetapi juga mencakup

individu. Ini menyoroti gagasan bahwa segala sesuatu harus dikenakan kepada manfaat dan kebutuhan manusia. Jadi, isu-

isu seperti hak “kelompok rentan” (perempuan, pekerja anak, imigran, dan etnis minoritas), hak masyarakat atas informasi

dan hak untuk berbicara atas kelompok yang berbeda dalam satu negara maupun negara lainnya menjadi perbincangan

intensif di kalangan dunia akademik.

Secara tradisional, keamanan telah didefinisikan dalam istilah geo-politik dan terbatas pada hubungan antara negara-

bangsa, berurusan dengan berbagai persoalan seperti pencegahan, keseimbangan kekuasaan, dan strategi militer. Di masa

lalu, sebagian besar peneliti dan pejabat pemerintah sering menempatkan ancaman terhadap keamanan nasional sebagai

prioritas utama di antara semua masalah keamanan, misalnya, konflik militer, terorisme, separatisme, ekstrimisme agama,

penyelundupan narkoba atau keamanan laut. Akibatnya, sudut pandang ini masih, dan akan terus, mendominasi, namun

perspektif baru seperti keamanan manusia telah mendapatkan begitu banyak perhatian di kalangan akademisi yang

cenderung untuk menjembatani kesenjangan antara  keduanya.

Bagi Indonesia hal ini menjadi penting, terutama ketika kita mencoba memasukkan persoalan keamanan manusia ini

kedalam Rancangan Undang-Undang  (RUU) Keamanan Nasional (KAMNAS).  Disatu sisi memasukkan elemen keamanan

manusia didalam ranah perbincangan dan tindakan keamanan nasional, penting untuk disosialisasikan, namun kita harus

berhati-hati ketika mencoba memasukkannya dalam  RUU KAMNAS. Jangan sampai kita terjebak dalam sekuritisasi sektor

kehidupan. Selain itu kita akan terlalu banyak menyerahkan persoalan hidup kita dalam sebuah “rejim” keamanan negara. 

Dan yang terpenting, dalam menghindari “bahaya” tersebut pengalaman banyak  negara yang memiliki UU KAMNAS

selama ini, tak ada yang memasukkan keamanan manusia ini secara eksplisit dalam kebijakannya. Ia ada dalam wacana

dan sosialisasi gagasan yang terus menerus diedarkan, sehingga menjadi suatu kesadaran kolektif yang disepakati

bersama. Dan sekali lagi, ini sungguh tidak mudah. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga pikiran kita

terbuka, menganggapnya sebagai suatu proses yang dinamis, dan menghindari penyederhanaan yang ekstrim. 

Jaleswari Pramodhawardani

Peneliti Puslit   Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB) LIPI  dan The Indonesian Institute

KOMENTAR [5]

Page 59: Materi Bela negara

supriyono guru SMA Hang Tuah 1 Jakarta, Selasa, 3-Oktober-2010

kita menggunakan perjanjian UNCLOS 1982, jika ada perbedaan cari solusi kedua negara, tidak dengan cara

ancaman, saling provokasi, apalagi perang ini pendekatan tradisional. Saling pengertian, damai, digunakan untuk

kebersamaan, saling membantu, untuk kemajuan bangsa Asean Australia saya kira lebih indah dan sejahtera

daripada perang dan warna konflik kepentingan. mari hidup dinikmati seperti di surga jangan seperti di neraka.

kebahagiaan utama

supriyono, Selasa, 3-Oktober-2010

kita menggunakan perjanjian UNCLOS 1982, jika ada perbedaan cari solusi kedua negara, tidak dengan cara

ancaman, saling provokasi, apalagi perang ini pendekatan tradisional. Saling pengertian, damai, digunakan untuk

kebersamaan, saling membantu, untuk kemajuan bangsa Asean Australia saya kira lebih indah dan sejahtera

daripada perang dan warna konflik kepentingan. mari hidup dinikmati seperti di surga jangan seperti di neraka.

kebahagiaan utama

kristiyono, Jumat, 6-September-2010

sebenarnya maunya apa??? sama2 saling menghormati, menjaga kedaulatan masing2.. ato mau jadi maleng....

yani,arek suroboyo, Kamis, 5-September-2010

keamanan nasional dan kedaulatan NKRI adalah penting, demikian juga keamanan manusia,namun fakta yang

terlihat di depan mata,dinegara kita sangat mengenaskan.gab antara idealitas dan relitas menganga.lihat saja

kasus demi kasus tentang HAM,KAMNAS, TANNAS berlalu tanpa penyelesaian mendasar.diskriminasi dan

penganiayaan pekerja indonesia, ancaman dan perilaku menantang kedaulatan negara tetangga diselesaikan

tanpa dignity.semoga di masa mendatang pemimpin yang kita tunjuk benar benar mewakili kepentingan dan

keslamatan negara dan publik.

Hendra Yoga, Rabu, 4-September-2010

Jawaban PM Malaysia Najib membuat saya menilai mereka itu licik. Mereka menyebut demo di Indonesia itu

dibayar, ada yang ingin konflik. Dan kita mempunyai hubungan baik dan bersahabat. Pertanyaan saya, kenapa

batik diakui punya Malaysia ? kenapa lagu rasa sayange diakui punya Malaysia ? kenapa Reog, Kuda Lumping,

rendang diaku ? Disisi lain mereka bilang "hubungan baik". Apakah itu hubungan baik ? Hati-hati dengan Najib itu.