materi

20
Pleura adalah membran tipis terdiri dari dua lapisan yaitu pleura visceralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Pleura sering mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi cairan. 1 Pembentukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh banyak keadaan yang dapat berasal dari kelainan dalam paru sendiri, misalnya infeksi, baik oleh bakteri maupun virus atau jamur, tumor paru, tumor mediastinum, metastasis; atau disebabkan oleh keadaan kelainan sistemik, antara lain penyakit- penyakit yang mengakibatkan hambatan getah bening, hipoproteinemia pada penyakit ginjal, hati, dan kegagalan jantung. Tidak jarang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau tindakan pembedahan. 2 Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah (progresif) atau bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru, perlu dipertimbangkan suatu keganasan paru yang sudah bermetastase ke pleura. Biasanya cairan pleura tersebut terdiri atas cairan darah. Paru merupakan salah satu alat tubuh yang sering dihinggapi anak sebar tumor ganas asal tempat lain. Anak sebar dapat melalui hematogen dan limfogen. Tumor ganas dewasa yang sering bermetastasis ke paru adalah karsinoma payudara, tumor- tumor ganas saluran cerna, ginjal, dan testis. 3 Biasanya cairan pleura berwarna kekuning- kuningan. Pada kasus ini, cairan pleura berwarna merah . Jika berwarna kemerahan biasanya terjadi karena trauma, infark paru,

description

efusi pleura

Transcript of materi

Page 1: materi

Pleura adalah membran tipis terdiri dari dua lapisan yaitu pleura visceralis dan pleura

parietalis. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi dengan

cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Pleura

sering mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi cairan.1

Pembentukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh banyak keadaan yang

dapat berasal dari kelainan dalam paru sendiri, misalnya infeksi, baik oleh bakteri maupun

virus atau jamur, tumor paru, tumor mediastinum, metastasis; atau disebabkan oleh keadaan

kelainan sistemik, antara lain penyakit- penyakit yang mengakibatkan hambatan getah

bening, hipoproteinemia pada penyakit ginjal, hati, dan kegagalan jantung. Tidak jarang

disebabkan oleh trauma kecelakaan atau tindakan pembedahan.2

Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah (progresif) atau

bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru, perlu dipertimbangkan suatu keganasan

paru yang sudah bermetastase ke pleura. Biasanya cairan pleura tersebut terdiri atas cairan

darah. Paru merupakan salah satu alat tubuh yang sering dihinggapi anak sebar tumor ganas

asal tempat lain. Anak sebar dapat melalui hematogen dan limfogen. Tumor ganas dewasa

yang sering bermetastasis ke paru adalah karsinoma payudara, tumor- tumor ganas saluran

cerna, ginjal, dan testis.3

Biasanya cairan pleura berwarna kekuning- kuningan. Pada kasus ini, cairan pleura

berwarna merah . Jika berwarna kemerahan biasanya terjadi karena trauma, infark paru,

keganasan, dan kebocoran aneurisma aorta. Secara biokimia, cairan pleura terbagi atas

transudat dan eksudat, perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut:1

Transudat Eksudat

Kadar protein dalam efusi (g/dl) <3 >3

Kadar protein dalam efusi <0,5 >0,5

Kadar protein dalam serum

Kadar LDH dalam efusi(l/U)

Kadar LDH dalam efusi

<200

<0,5

>200

>0,5

Kadar LDH dalam serum

Berat jenis cairan efusi

Rivalta

<1,016

Negatif

>1,016

Positif

Dari hasil laboratorium pada kasus ini, cairan pleura pasien adalah eksudat. Eksudat

merupakan cairan yang terbentuk melalui membrane kapiler yang permeabelnya abnormal

dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein transudat. Terjadinya perubahan

Page 2: materi

permeabilitas membrane adalah karena adanya peradangan pada pleura, infeksi, infark paru,

dan neoplasma. Protein yang terdapat dalam cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran

getah bening.1

Dari hasil laboratorium pasien juga didapatkan peningkatan kadar CEA dan PSA.

Carcino Embryonic Antigen (CEA) adalah penanda tumor yang digunakan untuk pasien

dengan kanker kolorektal. Kadar diatas 5 u/ml sudah dianggap abnormal. Kadar yang tinggi

juga dijumpai pada kanker paru, payudara, pankreas, tiroid, hati, serviks dan kandung kemih.

Dalam kondisi normal kadar CEA meningkat pada perokok. Prostate Spesific Antigen (PSA),

dalam kondisi normal kadar PSA <3 ng/ml pada laki dewasa. PSA diproduksi disel prostat

dan kadar diatas 4 ng/ml ditemukan pada penyakit prostat baik kasus malignan maupun kasus

jinak seperti prostat hiperplasia. Banyak faktor lain yang mempengaruhi kadar PSA yaitu

umur tua akan cenderung mempunyai kadar yang lebih tinggi. Demikian pula pada pasien

BPH (benign prostate hypertrofi). Kadar PSA berkolerasi linier dengan pertumbuhan tumor,

makin besar jaringan tumor makin tinggi peningkatan kadar PSA.4

Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura dan

umumya menyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah sesak

napas dan nyeri dada. Gejala lain adalah akumulasi cairan kembali dengan cepat walaupun

dilakukan torakosintesis berkali-kali. Efusi bersifat eksudat, tetapi sebagian kecil bisa sebagai

transudat. Warna efusi biasa sero-santokrom maupun hemoragik (terdapat lebih dari 100.000

sel eritrosit per cc). Didalam cairan ditemukan sel- sel limfosit (yang dominan) dan banyak

sel mesotelial.1

Terdapat teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma, yakni:

1. Menumpuknya sel- sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan

protein.

2. Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena dan getah

bening sehingga rongga pleura gagal dalam memindahkan cairan dan protein.

3. Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul

hipopreteinemia

Pada kasus ini, efusi pleura bersifat unilateral. Hal ini biasa terjadi pada efusi yang

disebabkan oleh neoplasma, tetapi bisa juga bersifat bilateral karena obstruksi saluran

getah bening. Adanya metastasis dapat mengakibatkan pengaliran cairan dari rongga

pleura via diafragma. Jenis jenis neoplasma yang menyebabkan efusi adalah karsinoma

bronkus, neoplasma metastatik, dan limfoma maligna.1

Page 3: materi

A. Definisi

Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura yang diakibatkan

oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura selalu

abnormal dan mengindikasikan terdapat penyakit yang mendasarinya. 5

Cairan pada efusi pleura dapat digolongkan menjadi transudat dan eksudat. Untuk

membedakan transudat dan eksudat digunakan kriteria Light, yaitu: 6

Cairan efusi dikatakan transudat jika memenuhi dua dari tiga kriteria: 6

1. Rasio kadar protein cairan efusi pleura/kadar protein serum < 0,5

2. Rasio kadar LDH cairan efusi pleura/kadar LDH serum < 0,6

3. Rasio kadar LDH cairan efusi pleura <2/3 batas atas nilai normal kadar LDH serum.

Jika angka tersebut terlampaui, efusi pleura termasuk jenis eksudat.

Akan tetapi, penggunaan kriteria Light masih dapat menyesatkan, misalnya transudat

dikatakan eksudat. Untuk hal ini harus diperiksa perbedaan kandungan albumin pada serum

dengan kandungan albumin pada cairan pleura. Jika perbedaannya melebihi 1,2 gram per 100

ml, cairan pleura termasuk eksudat.6

B. Insiden

Efusi pleura biasanya merupakan efek sekunder dari keadaan penyakit primer, dengan

demikian insidennya bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pada pasien

dengan gagal jantung kongestif, kejadian efusi pleura mencapai 58-88%. Efusi juga dapat

terjadi 67% dari pasien dengan penyakit perikardial. Sirosis dan ascites juga terkait dengan

efusi pleura 6%, dan sebanyak 11% pasien dengan pneumonia bakteri menunjukkan efusi

pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena mikobacterium

tuberculosis dan dikenal sebagai pleuritis. Penyebab efusi pleura tidak hanya berupa kelainan

didaerah thorax tetapi juga dapat karena kelainan di daerah lain (ekstratoraks) atau sebagai

akibat dari suatu penyakit sistemik. 1,6,7

C. Patogenesis

Efusi pleura dapat terjadi tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein

dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai

filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Normalnya 10-20 cc. Filtrasi ini terjadi karena

perbedaan tekanan onkotik plasma dan jaringan interstitial submesotelial, kemudian melalui

sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui

pembuluh limfe sekitar pleura.1

Page 4: materi

Efusi pleura dapat berbentuk transudat. Transudat terjadi apabila hubungan normal

antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi teganggu, sehingga

terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan mengalami reabsorpsi oleh pleura lainnya.

Biasanya hal ini terdapat pada : meningkatnya tekanan kapiler sistemik, meningkatnya

tekanan kapiler pulmoner, menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura dan

menurunnya tekanan intra pleura. Penyakit yang menyertai transudat adalah : terjadinya

karena penyakit lain bukan pimer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom

nefrotik, dialysis peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan, perikarditis

konstriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumotoraks. 1

Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas

kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau

kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis

eksudativa yang paling sering adalah karena mikrobakterium tuberkulosis dan dikenal

sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneumonia parasit, jamur,

pneumonia atipik, keganasan paru, proses imunologik, seperti pleuritis lupus, pleuritis

rematoid, sarkoidosis, radang sebab lain seperti pancreatitis, absestosis, pleuritis uremia dan

akibat radiasi. 1

D. Gambaran Radiologi

Cairan pleura, pada posisi tegak, mengalami gravitasi pada bagian paling bawah

thoraks yang memberikan gambaran sinar-X dada sebagai berikut: 8

Lesi opak homogen, umumnya dengan densitas yang sama dengan bayangan jantung

Hilangnya garis diafragma dan sinus

Tidak terlihatnya gambaran paru atau bronkus

Seiring bertambah banyaknya cairan, terjadi pengurangan volume paru dan terjadi

retraksi ke arah hilus. Pada awalnya cairan berkumpul dibagian posterior, kemudian menuju

ruang costofrenicus dibagian lateral. Ketika cairan terdeteksi pada film dada PA standar, yang

ditandai oleh penumpulan sudut kostofrenikus, efusi pleura telah mencapai volume 200-300

ml. Jika efusi bertambah luas, akan terjadi pergeseran mediastinum ke arah yang

berlawanan.8

Page 5: materi

E. Pengobatan Efusi Pleura

Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi

melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar perlu tindakan operatif.

Pengobatan secara sistemik hendaknya segera diberikan, tetapi ini tidak berarti bila tidak

diiringi pengeluaran cairan yang adekuat. 1

Pembahasan:

Pada foto thorax AP ini ditemukan adanya perselubungan homogen pada hemithorax

kanan setinggi ICS IV yang menutupi sinus, diafragma, dan sebagian batas kanan jantung dan

membentuk gambaran meniscus sign. Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai efusi

pleura.

Pada pemeriksaan foto thoraks tegak, cairan pleura tampak berupa perselubungan

homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya relatif radiopak dengan permukaan

atas cekung berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah. Karena cairan mengisi ruang

hemithoraks sehingga jaringan paru akan terdorong ke arah sentral/hilus, dan kadang-kadang

mendorong mediastinum ke arah kontralateral. 2

Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto thorax tegak adalah 250-300

ml. Bila cairan kurang dari 250 ml (100-200 ml), dapat ditemukan pengisian cairan di sinus

kostofrenikus posterior pada foto thorax lateral tegak. Cairan yang kurang dari 100 ml (50-

100 ml), dapat diperlihatkan dengan posisi dekubitus dan arah sinar horizontal dimana cairan

akan berkumpul di sisi samping bawah.2

Pada foto thorax, permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan

membentuk bayangan seperti kurva dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari pada

bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara

dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dalam paru-paru sendiri. Kadang-

kadang sulit membedakan antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan adhesi karena

radang. Pada pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan

mengikuti posisi gravitasi. Cairan dalam pleura bisa juga tidak membentuk kurva, karena

terperangkap atau terlokalisasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah bawah paru-paru

yang berbatasan dengan permukaan atas diafragma. Cairan ini dinamakan juga sebagai efusi

subpulmonik. Gambarannya pada sinar tembus sering terlihat sebagai diafragma yang

terangkat. Jika terdapat bayangan dengan udara dalam lambung, ini cenderung menunjukkan

efusi subpulmonik. Begitu juga dengan bagian kanan dimana efusi subpulmonik sering

terlihat sebagai bayangan garis tipis (fissura) yang berdekatan dengan diafragma kanan.

Page 6: materi

Untuk jelasnya biasa dilihat foto dada lateral dekubitus, sehingga gambaran perubahan efusi

tersebut menjadi nyata.1

2.4 Diagnosis Banding

A. Pneumonia

Peradangan paru dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, jamur, bahan

kimia, lesi kanker, dan radiasi ion. Jika udara dalam alveoli digantikan oleh

eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak putih pada foto Roentgen.

Kelainan ini dapat melibatkan sebagian atau seluruh lobus (pneumonia lobaris)

atau berupa bercak yang mengikutsertakan alveoli secara tersebar

(bronkopneumonia). Berbeda dengan efusi yang memperlihatkan bayangan

homogen, pneumonia memperlihatkan bayangan in homogen berdensitas tinggi

pada satu segmen, lobis paru, atau pada sekumpulan segmen lobus yang

berdekatan, berbatas tegas. Gambaran kelainan ini dapat dibedakan dari atelektasis,

yaitu tidak terdapat pengurangan volume dan daerah paru yang terserang.

Gambaran Roentgen pneumonia primer dan sekunder selalu sama, yaitu berupa

ukuran besar dan jumlah corakan paru yang bertambah atau konsolidasi, atau

berupa campuran dan keduanya. Untuk mempelajari konsolidasi paru , baik

menyangkut perluasan dan lokasi kelainan dibuat foto toraks proyeksi lateral,

oblique ,dan frontal.2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam

kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan

transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit

paru, 1994, 111).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah

a. Anatomi

Page 7: materi

Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk

kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah

dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan

bawah (John Gibson, MD, 1995, 121).

Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum

mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-

paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992,

104).

Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam

dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan

parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada. Kedua lapisan tersebut

berlanjut pada radix paru. Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan

tersebut.

b. Fisiologi

Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti

“bernafas lagi” mempunyai peran atau fungsi menyediakan oksigen (O2) serta

mengeluarkan carbon dioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta

pengeluaran CO2 merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan.

Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :

1) Ventilasi

Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses ini terdiri

atas 2 tahap :

Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi terjadi

dengan adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna yang

menyebabkan volume thorax membesar sehingga tekanan intra alveolar

menurun dan udara masuk ke dalam paru.

Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang terjadi bila

otot-otot expirasi relaxasi sehingga volume thorax mengecil yang secara

otomatis menekan intra pleura dan volume paru mengecil dan tekanan intra

alveola menurun sehingga udara keluar dari paru.

2) Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.

3) Transport gas

Page 8: materi

Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan

bantuan darah (aliran darah).

4) Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme

penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga disebut

pernafasan seluler. (Alsagaff H, Abdul Moekty, 1995, 15).

Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah bergerak satu

ke yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123). Dalam keadaan normal

seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura karena biasanya

hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang

selalu bergerak secara teratur (Soeparman, 1990, 785). Setiap saat jumlah cairan

dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua

pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik

(yang membuka secara langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum.

Permukaan superior dari diafragma dan permukaan lateral dari pleura parietis

disamping adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan

absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh karena itu ruang pleura disebut sebagai

ruang potensial. Karena ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan

merupakan ruang fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).

c. Etiologi

Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,

eksudat dan hemoragis

1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung

kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena

cava superior, tumor, sindroma meig.

2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor,

ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.

3) Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,

tuberkulosis.

4) Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral

dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik

dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan

pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma

nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan

tuberkolosis.

Page 9: materi

d. Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura.

Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura

parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila

tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan

bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau

neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan

tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A,

1995, 145).

Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam

kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan

drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan

tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga

menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3)

sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan

transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan

apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan membran

kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam

rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624).

3. TANDA DAN GEJALA

a. Dispnea/sesak nafas

b. Batuk non produktif

c. Rasa sakit/nyeri pada paru

d. Bila efusinya besar maka ruang intercostals tampak menonjol

e. Pergerakan dada berkurang

f. Perkusi didengar pekak

g. Suara nafas lemah

h. Kelelahan

i. Palpasi fremitus lemah

j. Kadang – kadang demam subfebris

a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan

cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.

Page 10: materi

b. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis

(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak

riak.

c. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan

pleural yang signifikan.

4. Water Seal Drainase (WSD)

1. Pengertian

WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan

cairan melalui selang dada.

2. Indikasi

a. Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus

b. Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah

toraks

c. Torakotomi

d. Efusi pleura

e. Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

3. Tujuan Pemasangan

a. Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura

b. Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

c. Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian

d. Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

4. Tempat pemasangan

a. Apikal

Letak selang pada interkosta III mid klavikula

Dimasukkan secara antero lateral

Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

b. Basal

Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller

Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

5. Jenis WSD

• Sistem satu botol

Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien dengan

simple pneumotoraks

Page 11: materi

• Sistem dua botol

Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan botol

kedua adalah botol water seal.

• System tiga botol

Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system dua botol.

System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.

6. Penatalaksanaan Medis

1 Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjek, nyeri, dipsnea, dll.

Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter dikeluarkan segera untuk mencegah

meningkatkan edema. Jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan

berikut dilakukan 1 jam kemudian.

2 Antibiotik jika terdapat emprema.

3 Pleurodesis yaitu melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis untuk

mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada efusi pleura

maligna).

4 Opreatif, bila cairan pus kental sehingga sulit keluar atau empiemanya

multilokulara.

5 Tirah baring.

6 Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah

penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta

dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung

kongestif, pneumonia, sirosis).

7 Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen

guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.

8 Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari

tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan

elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan

pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase

water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan

paru.

9 Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam

ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan

lebih lanjut.

Page 12: materi

10 Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada,

bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

Pengobatan Efusi Pleura

Orang yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui

sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multilokular,

perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat di bantu dengan irigasi cairan garam

fisiologi atau larutan antiseptik (betadine). Pengobatan secara sistematik hendaknya segera

diberikan, tetapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adekuat.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura (pada efusi pleura maligna) dapat

dilakukan pleurodesis yakni melengketnya pleura viseralis dan pleura parientalis. Zat-zat

yang dipakai adalah tetrasiklin (terbanyak dipakai) bleumisin, korinebacterium parvum, Tio-

tepa, Flourorasil.

Komplikasi

1. Pneumonia

2. Fibrosis paru

3. Pneumotorak

4. Emfisema

5. Arelektasis

6. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)

7. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan

udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)

8. Laserasi pleura viseralis

2. Dampak Masalah

a. Dampak masalah terhadap individu

Sebagaimana penderita penyakit yang lain, pada pasien effusi pleura akan

mengalami suatu perubahan baik bio, psiko sosial dan spiritual yang akan selalu

menimbulkan dampak yang diakibatkan oleh proses penyakit atau pengobatan

dan perawatan. Pada umumnya Px dengan effusi pleura akan tampak sakit, suara

nafas menurun adanya nyeri pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk

dan yang lebih khas lagi adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat

adnya akumulasi cairan di kavum pleura.

b. Dampak masalah terhadap keluarga

.

Page 13: materi

7. Pathway