materi
-
Upload
dian-putra-pepi-lepsi -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of materi
Pleura adalah membran tipis terdiri dari dua lapisan yaitu pleura visceralis dan pleura
parietalis. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi dengan
cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Pleura
sering mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi cairan.1
Pembentukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh banyak keadaan yang
dapat berasal dari kelainan dalam paru sendiri, misalnya infeksi, baik oleh bakteri maupun
virus atau jamur, tumor paru, tumor mediastinum, metastasis; atau disebabkan oleh keadaan
kelainan sistemik, antara lain penyakit- penyakit yang mengakibatkan hambatan getah
bening, hipoproteinemia pada penyakit ginjal, hati, dan kegagalan jantung. Tidak jarang
disebabkan oleh trauma kecelakaan atau tindakan pembedahan.2
Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah (progresif) atau
bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru, perlu dipertimbangkan suatu keganasan
paru yang sudah bermetastase ke pleura. Biasanya cairan pleura tersebut terdiri atas cairan
darah. Paru merupakan salah satu alat tubuh yang sering dihinggapi anak sebar tumor ganas
asal tempat lain. Anak sebar dapat melalui hematogen dan limfogen. Tumor ganas dewasa
yang sering bermetastasis ke paru adalah karsinoma payudara, tumor- tumor ganas saluran
cerna, ginjal, dan testis.3
Biasanya cairan pleura berwarna kekuning- kuningan. Pada kasus ini, cairan pleura
berwarna merah . Jika berwarna kemerahan biasanya terjadi karena trauma, infark paru,
keganasan, dan kebocoran aneurisma aorta. Secara biokimia, cairan pleura terbagi atas
transudat dan eksudat, perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut:1
Transudat Eksudat
Kadar protein dalam efusi (g/dl) <3 >3
Kadar protein dalam efusi <0,5 >0,5
Kadar protein dalam serum
Kadar LDH dalam efusi(l/U)
Kadar LDH dalam efusi
<200
<0,5
>200
>0,5
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan efusi
Rivalta
<1,016
Negatif
>1,016
Positif
Dari hasil laboratorium pada kasus ini, cairan pleura pasien adalah eksudat. Eksudat
merupakan cairan yang terbentuk melalui membrane kapiler yang permeabelnya abnormal
dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein transudat. Terjadinya perubahan
permeabilitas membrane adalah karena adanya peradangan pada pleura, infeksi, infark paru,
dan neoplasma. Protein yang terdapat dalam cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran
getah bening.1
Dari hasil laboratorium pasien juga didapatkan peningkatan kadar CEA dan PSA.
Carcino Embryonic Antigen (CEA) adalah penanda tumor yang digunakan untuk pasien
dengan kanker kolorektal. Kadar diatas 5 u/ml sudah dianggap abnormal. Kadar yang tinggi
juga dijumpai pada kanker paru, payudara, pankreas, tiroid, hati, serviks dan kandung kemih.
Dalam kondisi normal kadar CEA meningkat pada perokok. Prostate Spesific Antigen (PSA),
dalam kondisi normal kadar PSA <3 ng/ml pada laki dewasa. PSA diproduksi disel prostat
dan kadar diatas 4 ng/ml ditemukan pada penyakit prostat baik kasus malignan maupun kasus
jinak seperti prostat hiperplasia. Banyak faktor lain yang mempengaruhi kadar PSA yaitu
umur tua akan cenderung mempunyai kadar yang lebih tinggi. Demikian pula pada pasien
BPH (benign prostate hypertrofi). Kadar PSA berkolerasi linier dengan pertumbuhan tumor,
makin besar jaringan tumor makin tinggi peningkatan kadar PSA.4
Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura dan
umumya menyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah sesak
napas dan nyeri dada. Gejala lain adalah akumulasi cairan kembali dengan cepat walaupun
dilakukan torakosintesis berkali-kali. Efusi bersifat eksudat, tetapi sebagian kecil bisa sebagai
transudat. Warna efusi biasa sero-santokrom maupun hemoragik (terdapat lebih dari 100.000
sel eritrosit per cc). Didalam cairan ditemukan sel- sel limfosit (yang dominan) dan banyak
sel mesotelial.1
Terdapat teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma, yakni:
1. Menumpuknya sel- sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan
protein.
2. Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena dan getah
bening sehingga rongga pleura gagal dalam memindahkan cairan dan protein.
3. Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul
hipopreteinemia
Pada kasus ini, efusi pleura bersifat unilateral. Hal ini biasa terjadi pada efusi yang
disebabkan oleh neoplasma, tetapi bisa juga bersifat bilateral karena obstruksi saluran
getah bening. Adanya metastasis dapat mengakibatkan pengaliran cairan dari rongga
pleura via diafragma. Jenis jenis neoplasma yang menyebabkan efusi adalah karsinoma
bronkus, neoplasma metastatik, dan limfoma maligna.1
A. Definisi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura yang diakibatkan
oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura selalu
abnormal dan mengindikasikan terdapat penyakit yang mendasarinya. 5
Cairan pada efusi pleura dapat digolongkan menjadi transudat dan eksudat. Untuk
membedakan transudat dan eksudat digunakan kriteria Light, yaitu: 6
Cairan efusi dikatakan transudat jika memenuhi dua dari tiga kriteria: 6
1. Rasio kadar protein cairan efusi pleura/kadar protein serum < 0,5
2. Rasio kadar LDH cairan efusi pleura/kadar LDH serum < 0,6
3. Rasio kadar LDH cairan efusi pleura <2/3 batas atas nilai normal kadar LDH serum.
Jika angka tersebut terlampaui, efusi pleura termasuk jenis eksudat.
Akan tetapi, penggunaan kriteria Light masih dapat menyesatkan, misalnya transudat
dikatakan eksudat. Untuk hal ini harus diperiksa perbedaan kandungan albumin pada serum
dengan kandungan albumin pada cairan pleura. Jika perbedaannya melebihi 1,2 gram per 100
ml, cairan pleura termasuk eksudat.6
B. Insiden
Efusi pleura biasanya merupakan efek sekunder dari keadaan penyakit primer, dengan
demikian insidennya bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pada pasien
dengan gagal jantung kongestif, kejadian efusi pleura mencapai 58-88%. Efusi juga dapat
terjadi 67% dari pasien dengan penyakit perikardial. Sirosis dan ascites juga terkait dengan
efusi pleura 6%, dan sebanyak 11% pasien dengan pneumonia bakteri menunjukkan efusi
pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena mikobacterium
tuberculosis dan dikenal sebagai pleuritis. Penyebab efusi pleura tidak hanya berupa kelainan
didaerah thorax tetapi juga dapat karena kelainan di daerah lain (ekstratoraks) atau sebagai
akibat dari suatu penyakit sistemik. 1,6,7
C. Patogenesis
Efusi pleura dapat terjadi tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein
dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai
filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Normalnya 10-20 cc. Filtrasi ini terjadi karena
perbedaan tekanan onkotik plasma dan jaringan interstitial submesotelial, kemudian melalui
sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui
pembuluh limfe sekitar pleura.1
Efusi pleura dapat berbentuk transudat. Transudat terjadi apabila hubungan normal
antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi teganggu, sehingga
terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan mengalami reabsorpsi oleh pleura lainnya.
Biasanya hal ini terdapat pada : meningkatnya tekanan kapiler sistemik, meningkatnya
tekanan kapiler pulmoner, menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura dan
menurunnya tekanan intra pleura. Penyakit yang menyertai transudat adalah : terjadinya
karena penyakit lain bukan pimer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom
nefrotik, dialysis peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan, perikarditis
konstriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumotoraks. 1
Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas
kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau
kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis
eksudativa yang paling sering adalah karena mikrobakterium tuberkulosis dan dikenal
sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneumonia parasit, jamur,
pneumonia atipik, keganasan paru, proses imunologik, seperti pleuritis lupus, pleuritis
rematoid, sarkoidosis, radang sebab lain seperti pancreatitis, absestosis, pleuritis uremia dan
akibat radiasi. 1
D. Gambaran Radiologi
Cairan pleura, pada posisi tegak, mengalami gravitasi pada bagian paling bawah
thoraks yang memberikan gambaran sinar-X dada sebagai berikut: 8
Lesi opak homogen, umumnya dengan densitas yang sama dengan bayangan jantung
Hilangnya garis diafragma dan sinus
Tidak terlihatnya gambaran paru atau bronkus
Seiring bertambah banyaknya cairan, terjadi pengurangan volume paru dan terjadi
retraksi ke arah hilus. Pada awalnya cairan berkumpul dibagian posterior, kemudian menuju
ruang costofrenicus dibagian lateral. Ketika cairan terdeteksi pada film dada PA standar, yang
ditandai oleh penumpulan sudut kostofrenikus, efusi pleura telah mencapai volume 200-300
ml. Jika efusi bertambah luas, akan terjadi pergeseran mediastinum ke arah yang
berlawanan.8
E. Pengobatan Efusi Pleura
Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi
melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar perlu tindakan operatif.
Pengobatan secara sistemik hendaknya segera diberikan, tetapi ini tidak berarti bila tidak
diiringi pengeluaran cairan yang adekuat. 1
Pembahasan:
Pada foto thorax AP ini ditemukan adanya perselubungan homogen pada hemithorax
kanan setinggi ICS IV yang menutupi sinus, diafragma, dan sebagian batas kanan jantung dan
membentuk gambaran meniscus sign. Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai efusi
pleura.
Pada pemeriksaan foto thoraks tegak, cairan pleura tampak berupa perselubungan
homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya relatif radiopak dengan permukaan
atas cekung berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah. Karena cairan mengisi ruang
hemithoraks sehingga jaringan paru akan terdorong ke arah sentral/hilus, dan kadang-kadang
mendorong mediastinum ke arah kontralateral. 2
Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto thorax tegak adalah 250-300
ml. Bila cairan kurang dari 250 ml (100-200 ml), dapat ditemukan pengisian cairan di sinus
kostofrenikus posterior pada foto thorax lateral tegak. Cairan yang kurang dari 100 ml (50-
100 ml), dapat diperlihatkan dengan posisi dekubitus dan arah sinar horizontal dimana cairan
akan berkumpul di sisi samping bawah.2
Pada foto thorax, permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan
membentuk bayangan seperti kurva dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari pada
bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara
dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dalam paru-paru sendiri. Kadang-
kadang sulit membedakan antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan adhesi karena
radang. Pada pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan
mengikuti posisi gravitasi. Cairan dalam pleura bisa juga tidak membentuk kurva, karena
terperangkap atau terlokalisasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah bawah paru-paru
yang berbatasan dengan permukaan atas diafragma. Cairan ini dinamakan juga sebagai efusi
subpulmonik. Gambarannya pada sinar tembus sering terlihat sebagai diafragma yang
terangkat. Jika terdapat bayangan dengan udara dalam lambung, ini cenderung menunjukkan
efusi subpulmonik. Begitu juga dengan bagian kanan dimana efusi subpulmonik sering
terlihat sebagai bayangan garis tipis (fissura) yang berdekatan dengan diafragma kanan.
Untuk jelasnya biasa dilihat foto dada lateral dekubitus, sehingga gambaran perubahan efusi
tersebut menjadi nyata.1
2.4 Diagnosis Banding
A. Pneumonia
Peradangan paru dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, jamur, bahan
kimia, lesi kanker, dan radiasi ion. Jika udara dalam alveoli digantikan oleh
eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak putih pada foto Roentgen.
Kelainan ini dapat melibatkan sebagian atau seluruh lobus (pneumonia lobaris)
atau berupa bercak yang mengikutsertakan alveoli secara tersebar
(bronkopneumonia). Berbeda dengan efusi yang memperlihatkan bayangan
homogen, pneumonia memperlihatkan bayangan in homogen berdensitas tinggi
pada satu segmen, lobis paru, atau pada sekumpulan segmen lobus yang
berdekatan, berbatas tegas. Gambaran kelainan ini dapat dibedakan dari atelektasis,
yaitu tidak terdapat pengurangan volume dan daerah paru yang terserang.
Gambaran Roentgen pneumonia primer dan sekunder selalu sama, yaitu berupa
ukuran besar dan jumlah corakan paru yang bertambah atau konsolidasi, atau
berupa campuran dan keduanya. Untuk mempelajari konsolidasi paru , baik
menyangkut perluasan dan lokasi kelainan dibuat foto toraks proyeksi lateral,
oblique ,dan frontal.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam
kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan
transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit
paru, 1994, 111).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
a. Anatomi
Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk
kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah
dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan
bawah (John Gibson, MD, 1995, 121).
Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-
paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992,
104).
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam
dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan
parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada. Kedua lapisan tersebut
berlanjut pada radix paru. Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan
tersebut.
b. Fisiologi
Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti
“bernafas lagi” mempunyai peran atau fungsi menyediakan oksigen (O2) serta
mengeluarkan carbon dioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta
pengeluaran CO2 merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan.
Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :
1) Ventilasi
Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses ini terdiri
atas 2 tahap :
Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi terjadi
dengan adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna yang
menyebabkan volume thorax membesar sehingga tekanan intra alveolar
menurun dan udara masuk ke dalam paru.
Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang terjadi bila
otot-otot expirasi relaxasi sehingga volume thorax mengecil yang secara
otomatis menekan intra pleura dan volume paru mengecil dan tekanan intra
alveola menurun sehingga udara keluar dari paru.
2) Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.
3) Transport gas
Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan
bantuan darah (aliran darah).
4) Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme
penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga disebut
pernafasan seluler. (Alsagaff H, Abdul Moekty, 1995, 15).
Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah bergerak satu
ke yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123). Dalam keadaan normal
seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura karena biasanya
hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang
selalu bergerak secara teratur (Soeparman, 1990, 785). Setiap saat jumlah cairan
dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua
pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik
(yang membuka secara langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum.
Permukaan superior dari diafragma dan permukaan lateral dari pleura parietis
disamping adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan
absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh karena itu ruang pleura disebut sebagai
ruang potensial. Karena ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan
merupakan ruang fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).
c. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,
eksudat dan hemoragis
1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung
kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena
cava superior, tumor, sindroma meig.
2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor,
ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.
3) Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,
tuberkulosis.
4) Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral
dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik
dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan
pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma
nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan
tuberkolosis.
d. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura.
Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura
parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila
tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan
bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau
neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan
tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A,
1995, 145).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam
kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan
drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan
tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga
menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3)
sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan
transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan
apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan membran
kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam
rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624).
3. TANDA DAN GEJALA
a. Dispnea/sesak nafas
b. Batuk non produktif
c. Rasa sakit/nyeri pada paru
d. Bila efusinya besar maka ruang intercostals tampak menonjol
e. Pergerakan dada berkurang
f. Perkusi didengar pekak
g. Suara nafas lemah
h. Kelelahan
i. Palpasi fremitus lemah
j. Kadang – kadang demam subfebris
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan
cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
b. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak
riak.
c. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan
pleural yang signifikan.
4. Water Seal Drainase (WSD)
1. Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan
cairan melalui selang dada.
2. Indikasi
a. Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus
b. Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah
toraks
c. Torakotomi
d. Efusi pleura
e. Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi
3. Tujuan Pemasangan
a. Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura
b. Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
c. Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian
d. Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.
4. Tempat pemasangan
a. Apikal
Letak selang pada interkosta III mid klavikula
Dimasukkan secara antero lateral
Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Basal
Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller
Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura
5. Jenis WSD
• Sistem satu botol
Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien dengan
simple pneumotoraks
• Sistem dua botol
Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan botol
kedua adalah botol water seal.
• System tiga botol
Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system dua botol.
System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.
6. Penatalaksanaan Medis
1 Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjek, nyeri, dipsnea, dll.
Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter dikeluarkan segera untuk mencegah
meningkatkan edema. Jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan
berikut dilakukan 1 jam kemudian.
2 Antibiotik jika terdapat emprema.
3 Pleurodesis yaitu melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis untuk
mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada efusi pleura
maligna).
4 Opreatif, bila cairan pus kental sehingga sulit keluar atau empiemanya
multilokulara.
5 Tirah baring.
6 Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta
dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung
kongestif, pneumonia, sirosis).
7 Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen
guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
8 Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari
tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan
pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase
water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan
paru.
9 Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam
ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan
lebih lanjut.
10 Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada,
bedah plerektomi, dan terapi diuretic.
Pengobatan Efusi Pleura
Orang yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui
sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multilokular,
perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat di bantu dengan irigasi cairan garam
fisiologi atau larutan antiseptik (betadine). Pengobatan secara sistematik hendaknya segera
diberikan, tetapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adekuat.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura (pada efusi pleura maligna) dapat
dilakukan pleurodesis yakni melengketnya pleura viseralis dan pleura parientalis. Zat-zat
yang dipakai adalah tetrasiklin (terbanyak dipakai) bleumisin, korinebacterium parvum, Tio-
tepa, Flourorasil.
Komplikasi
1. Pneumonia
2. Fibrosis paru
3. Pneumotorak
4. Emfisema
5. Arelektasis
6. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
7. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan
udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)
8. Laserasi pleura viseralis
2. Dampak Masalah
a. Dampak masalah terhadap individu
Sebagaimana penderita penyakit yang lain, pada pasien effusi pleura akan
mengalami suatu perubahan baik bio, psiko sosial dan spiritual yang akan selalu
menimbulkan dampak yang diakibatkan oleh proses penyakit atau pengobatan
dan perawatan. Pada umumnya Px dengan effusi pleura akan tampak sakit, suara
nafas menurun adanya nyeri pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk
dan yang lebih khas lagi adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat
adnya akumulasi cairan di kavum pleura.
b. Dampak masalah terhadap keluarga
.
7. Pathway