mata

download mata

of 30

description

laporan kasus

Transcript of mata

BAB IPENDAHULUANMata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi frekuensi kecelakaan masih tinggi. Kemajuan mekanisasi dan teknik terlebih-lebih dengan bertambah banyaknya kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang juga dapat mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat kecelakaan terhadap alat dari permainan yang biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin,dan tusukan dari gagang mainanTrauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan salah satu kasus gawat darurat mata. Trauma mata dapat berupa trauma tajam, trauma tumpul, trauma kimia dan trauma radiasi Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita.Bentuk kelainan pada mata yang terkena trauma (trauma oculi) bisa hanya berupa kelainan ringan saja sampai kebutaan. Kelainan yang diakibatkan oleh trauma mata sesuai dengan berat ringannya serta jenis trauma itu sendiri yang dapat menyerang semua organ struktural mata sehingga menyebabkan gangguan fisiologis yang reversibel ataupun non-ireversibel. Trauma oculi dapat menyebabkan perdarahan, adanya laserasi, perforasi, masuknya benda asing ke dalam bola mata, kelumpuhan saraf, ataukah atrofi dari struktur jaringan bola mata. Anamnesis dan pemeriksaan fisis oftalmologi yang dilakukan secara teliti untuk mengetahui penyebab, jenis trauma yang terjadi, serta kelainan yang disebabkan yang akan menuntun kita ke arah diagnosis dan penentuan langkah selanjutnya. Maka pada makalah ini akan dibahas mengenai kasus trauma pada mata.

BAB IIILUSTRASI KASUS II.1. Ilustrasi kasus 1A. Identitas pasien Nama: Tn HFJenis kelamin: LAlamat: Kampung JatiUmur: 32 tahunPekerjaan: Wiraswasta Tanggal Pemeriksaan: 13 Juli 2015B. Anamnesis Keluhan utama: Mata kiri merah dan pandangan kabur sejak 1 hari SMRS.Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan mata kiri merah sejak 1 hari SMRS. Keluhan tersebut muncul setelah mata pasien tercolok jemuran tambang dirumahnya. Awalnya, setelah terkena jemuran mata terasa perih, kering, dan nyeri. Kemudian lama-kelamaan mata terasa seperti ada yang mengganjal, mata menjadi merah, berair, dan pandangan menjadi kabur. Keluhan sekret (-), silau saat melihat cahaya (-), seperti melihat bayangan pelangi di sekitar cahaya (-), riwayat kacamata (-). Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya, riwayat penyakit mata sebelumnya disangkal oleh pasien, riwayat alergi disangkal, riwayat penyakit DM juga disangkal oleh pasien.Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit/ gejala-gejala yang sama seperti yang diderita pasien saat ini.Riwayat pengobatan sebelumnya: Pasien telah mengobati matanya dengan obat merek insto (tetrahydrozoline HCL dan Benzalkonium chloride) yang dibelinya diwarung. Setelah menggunakan obat tersebut, pasien merasa matanya membaik, namun setelah itu keluhan muncul kembali.c. Pemeriksaan Fisik umumKeadaan umum: BaikKesadaran: Compos mentisTanda VitalTekanan Darah: 120/80 mmHgnadi : 80X/m Suhu : 37C RR: 24X/mKepala : CA (-), SI (-)Leher: KGB tidak terabaThoraks: Paru : vesikuler, rhonki -/-, whezzing -/- Jantung: murmur-/-, gallop -/-Abdomen: BU (+) Normal, NT (-)

d. Pemeriksan Mata (status oftalmologis)AVOD : 6/7,5AVOS : 6/10ODOS

dbnTIO(pemeriksaan palpasi)dbn

Pergerakan

Tenang, edema (-)Spasme (-)Palpebra Tenang, edema (-)Spasme (-)

Injeksi konjungtiva(-), injeksi siliar (-)

Tenang, papil (-), folikel (-), benda asing (-)CB

CT

Injeksi konjungtiva(+), injeksi siliar (+).

Tenang, papil (-), folikel (-), benda asing (-)

JernihKorneaKeruh, refleksi kornea ireguler, tampak erosi

Dalam Bilik mata depanDalam

Bulat, regular, d 3mm,RCL (+), RCTL (+)Iris/pupilBulat, regular, d 3mm,RCL (+), RCTL (+)

Jernih Lensa Jernih

Jernih Vitreous Jernih

Papil bulat,batas tegas, CDR 0,3, aa/vv 2/3retina baik, refleks makula baikFundus Papil bulat,batas tegas, CDR 0,3, aa/vv 2/3retina baik, refleks makula baik

Tes konfrontasi:

Tes Fluoresein: (+) pada okuli sinistraE. ResumePasien laki-laki (32 tahun), datang dengan keluhan mata kiri merah dan pandangan kabur sejak 1 hari SMRS. Keluhan juga disertai dengan adanya mata perih, kering, dan nyeri. Pada mata juga terasa seperti ada yang mengganjal dan berair. Pasien telah mengobati matanya dengan obat, namun tidak ada perbaikan. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan AVOD : 6/7,5, AVOS : 6/10, injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+), kornea tampak keruh dan erosi, dan hasil pemeriksaan Fluoresein (+) pada okuli sinistra.F. DiagnosisDiagnosis kerjaOD : (-)OS: Abrasi Kornea ec trauma tumpulG. Diagnosis Banding (-)H. Pemeriksaan penunjang(-)I. Pengobatan Balut tekan Ofloxacin 0,3% Hari 1: 1 tetes pada mata kiri setiap 30 menit. Hari 2: 1 tetes pada mata kiri setiap jam. Hari seterusnya: 1 tetes pada mata kiri 6 kali sehariJ. Prognosisa. Ad vitam: ad bonamb. Ad fungsionam: ad bonamc. Ad sanasionam: ad bonam

II.2. Ilustrasi Kasus 2A. Identitas pasien Nama: Tn CJenis kelamin: LAlamat: RawamangunUmur: 28 tahunPekerjaan: Wiraswasta Tanggal Pemeriksaan: 13 Juli 2015Tanggal Dirawat: 10 Juli 2015B. Anamnesis Keluhan utama: Nyeri dan bengkak pada kelopak mata kanan sejak 3 hariKeluhan Tambahan: Mata kanan merah dan nyeri pada anggota gerak atas sebelah kananRiwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan ke IGD RSUP Persahabatan post kecelakaan lalu lintas sepeda motor tiga hari yang lalu dengan penurunan kesadaran. Pasien mengatakan mengalami pingsan kurang lebih 2 jam. Pasien mengaku tidak menggunakan helm saat kecelakaan. Saat pasien sadar mengeluhkan nyeri pada wajah sebelah kanan disertai dengan perdarahan dari wajah. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada anggota gerak atas sebelah kanan. Setelah 1 hari perawatan pasien mengatakan mata kanan terasa berat atau penuh, nyeri dan bengkak pada kelopak mata. Pasien juga mengeluhkan mata kanan berwarna merah dan tampak seperti darah di tepi sebelah mata kanan. Pasien menyangkal adanya pandangan kabur, silau, serta nyeri atau gatal pada bola mata disangkal. Pasien menyangkal adanya mata kering atau mata berair berlebihan. Pasien mengatakan tidak ada perubahan ukuran mata merah yang tampak seperti darah selama perawatan.Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya, riwayat penyakit mata sebelumnya disangkal oleh pasien, riwayat alergi disangkal, riwayat penyakit DM juga disangkal oleh pasien.Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit/ gejala-gejala yang sama seperti yang diderita pasien saat ini.c. Pemeriksaan Fisik umumKeadaan umum: Sakit sedangKesadaran: Compos mentisTanda VitalTekanan Darah: 120/70 mmHgnadi : 86X/m Suhu : 37,5C RR: 18X/mKepala : CA (-), SI (-)Leher: KGB tidak terabaThoraks: Paru : vesikuler, rhonki -/-, whezzing -/- Jantung: murmur-/-, gallop -/-Abdomen: BU (+) Normal, NT (-)

d. Pemeriksan Mata (status oftalmologis)AVOD : 6/6AVOS : 6/6ODOS

Tidak dilakukanTIO(pemeriksaan palpasi)Tidak dilakukan

Pergerakan

Edema (+), hematom (+) pada palpebra superior dan inferior. Refleks mengedip normalPalpebra Tenang, edema (-)Spasme (-), Refleks mengedip normal

Tampak perdarahan di bawah konjungtiva, injeksi konjungtiva (-), injeksi siliar (-)Tenang, papil (-), folikel (-), benda asing (-)CB

CT

Injeksi konjungtiva(-), injeksi siliar (-).

Tenang, papil (-), folikel (-), benda asing (-)

JernihKorneaJernih

Dalam, hifema (-)Bilik mata depanDalam, hifema (-)

Bulat, regular, d 3mm,RCL (+), RCTL (+)Iris/pupilBulat, regular, d 3mm,RCL (+), RCTL (+)

Jernih Lensa Jernih

Jernih Vitreous Jernih

Tidak dilakukanFundus Tidak dilakukan

Tes Ischiara: Tidak dilakukan

Tes konfrontasi:

E. DiagnosisDiagnosis kerjaOD : Hematoma palpebra disertai hematoma subkonjungtivaOS: (-)F. Diagnosis Banding (-)G. Pemeriksaan penunjang(-)H. Pengobatan Non Famaokologi Rawat luka Kompres dingin pada mata kanan 3 kali sehari Kontrol setelah obat habis Farmakologi Cendo mycetin zalf 3 x 1 OD Metilprednisolon 4 mg 3 x 1 tappering off selama 3 hariI. PrognosisAd vitam: ad bonamAd fungsionam: ad bonamAd sanasionam: ad bonam

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

III.1. Trauma Mata 1Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat dan akan mengakibatkan kebutaan. Pada mat dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut: Trauma tumpul Trauma tembus bola mata Trauma kimia Trauma radiasiTrauma pada mata dapat mengenai jaringan dibawah ini secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata: kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita. Tingkat kerusakan mata tergantung pada tingkat keparahan trauma.Hal umum yang diperlukan untuk diperhatikan dalam menghadapi trauma, seperti: Trauma kimia: mata sakit atau panas, dapatt merah dan kelopak sembab Perdarahan subkonjungtiva: tidak sakit dan penglihatan normal Abrasi kornea; rasa sakit, mata berair Fraktur orbita: sakit terutama pada penggerak mata, penglihatan ganda, hifema, sakit, penglihatan terganggu Laserasi konjungtiva: sakit, merah, rasa kelilipan Laserasi kornea: penglihatan turun dan sakit Benda asing pada kornea: rasa kelilipan, mata berair, penglihatan terganggu, siilau Keratitis akibat sinar ultra violet: sakit, silau, mata merah, merasa kelilipan. Retinopati solar: penglihatan menurun

AnamnesaPada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai proses terjadi trauma, benda apa yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata tersebut apakah dari depan, samping atas, bawah dan bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula berapa besar benda yang mengenai mata dan bahan benda tersebut apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lain. Apabila terjadi penurunan penglihatan, ditanyakan apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan. Ditanyakan juga kapan terjadinya trauma. Apakah trauma disertai dengan keluarnya darah dan rasa sakit dan apakah sudah dapat pertolongan sebelumnya

Pemeriksaan FisikKeadaan umum terlebih dahulu diperiksa, karena 1/3 hingga kejadian trauma mata bersamaan dengan cedera lain selain mata. Untuk itu perlu pemeriksaan neurologis dan sistemik mencakup tanda-tanda vital, status mental, fungsi, jantung dan paru serta ekstremitas. Selanjutnya pemeriksaan mata dapat dimulai dengan:1. Menilai tajam penglihatan, bila parah: diperiksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua titik dan defek pupil aferen.2. Pemeriksan motilitas mata dan sensasi kulit periorbita. Lakukan palpasi untuk mencari defek pada tepi tulang orbita.3. Pemeriksaan permukaan kornea : benda asing, luka dan abrasi4. Inspeksi konjungtiva: perdarahan/tidak5. Kamera okuli anterior: kedalaman, kejernihan, perdarahan6. Pupil: ukuran, bentuk dan reaksi terhadap cahaya (dibandingkan dengan mata yang lain)Oftalmoskop: menilai lensa, korpus vitreus, diskus optikus dan retinaII1.1.1. Trauma TumpulTrauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat.Mekanisme : Tekanan yang sangat tinggi dan jelas dalam waktu yang singkat didalam bola mata. Perubahan yang menyolok dari bola mata. Tekanan dalam bola mata akan menyebar antara cairan vitreous yang kental dan jaringan sclera yang tidak elastis. Akibatnya terjadi peregangan dan robeknya jaringan pada tempat dimana ada perbedaan elastisitas, mis: daerah limbus, sudut iridocorneal, ligamentum Zinii, corpus ciliare.Respon dari jaringan terhadap trauma tumpul : Vasokonstriksi dari pembuluh darah perifer, sehingga terjadi iskemia dan nekrosis lokal. Diikuti dengan vasodilatasi, hiperpermeabilitas, aliran darah yang menurun. Dinding pembuluh darah robek maka cairan jaringan dan isi sel akan menyebar menuju jaringan sekitarnya sehingga terjadi edema dan perdarahan.Karena tiap-tiap jaringan mempunyai sifat-sifat dan respon khusus terhadap trauma maka akan dibicarakan satu-persatu.A. Hematoma PalpepbraHematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak mata. Trauma dapat berupa pukulan tinju atau benda keras lainnya.Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak mata dan berbentuk kaca mata hitam yang sedang digunakan, maka keadaan ini disebut hematoma kacamata yang merupakan keadaan yang sgawat. Hematoma kacamata terjadi karena pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii dimana darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak mata..Pada hematoma kelopak mata yang dini dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak mata.B. Edema Konjungtiva Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip,maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva. Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva. Pada edema konjungtiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan didalam selaput lendir konjungtiva. Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan insisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.

Gambar 1. Edem konjungtiva

C. Hematoma SubkonjungtivaPerdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini dapat diakibatkan oleh : manuver valsalva (seperti batuk, tegang, muntah muntah, bersin) trauma tumpul basis kranii (hematoma kacamata) pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah (usia lanjut, hipertensi, arterisklerosis, konjungtivitis, anemia, penyakit gangguan pembekuan darah) konsumsi obat-onat tertentu seperti NSAID, warfarin Penggunaan lensa kontak Beberapa infeksi sistemik seperti malaria, demam tifoid dan koleraKarena struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat menyebar secara difus di jaringan ikat subkonjungtiva dan menyebabkan eritema difus, yang biasanya memiliki intensitas yang sama dan menyembunyikan pembuluh darah. Konjungtiva yang lebih rendah lebih sering terkena daripada bagian atas. Pendarahan berkembang secara akut, dan biasanya menyebabkan kekhawatiran, meskipun sebenarnya tidak berbahaya. Apabila tidak ada kondisi trauma mata terkait, ketajaman visual tidak berubah karena perdarahan terjadi murni secara ekstraokulaer, dan tidak disertai rasa sakit.Secara klinis, perdarahan subkonjungtiva tampak sebagai perdarahan yang datar, berwarna merah, di bawah konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan kemotik kantung darah yang berat dan menonjol di atas tepi kelopak mata.Perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak memerlukan pengobatan. Pengobatan dini pada perdarahan subkonjungtiva ialah dengan kompres dingin. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1- 2 minggu tanpa diobati. Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari kornea, dapat dilakukan sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan. Pemberian air mata buatan juga dapat membantu pada pasien yang simtomatis. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dicari penyebab utamanya, kemudian terapi dilakukan sesuai dengan penyebabnya.Tetapi untuk mencegah perdarahan yang semakin meluas beberapa dokter memberikan vasacon (vasokonstriktor) dan multivitamin. Air mata buatan untuk iritasi ringan dan mengobati faktor risikonya untuk mencegah risiko perdarahan berulang.Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika ditemukan kondisi berikut ini :1. Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan.2. Terdapat perubahan penglihatan (pandangan kabur, ganda atau kesulitan untuk melihat)3. Terdapat riwayat gangguan perdarahan4. Riwayat hipertensi5. Riwayat trauma pada mata.

Gambar 2. Hematom SubkonjungtivaD. Edema Kornea Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea malahan ruptur membran descement. Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh dengan uji placido yang positif.Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan neovaskularisasi kedalam jaringan stroma kornea.Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam hipertonik 2-8%, glukose 40% dan larutan albumin. Bila terdapat peninggian tekanan bola mata maka diberikan azetolamida. Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan dengan lensa kontak lembek dan mungkin akibat kerjanya menekan kornea terjadi pengurangan edema kornea.Penyulit trauma kornea yang berat berupa terjadinya kerusakan membran descement yang lama sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan keluhan rasa sakit dan menurunkan tajam penglihatan akibat astimagtisme ireguler.

Gambar 3. Edem Kornea

E. Erosi KorneaErosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut. Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunnyai serat sensibel yang banyak, mata berair, denagan kornea yang keruh. Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi perwanaan fluorescein akan berwarna hijau.Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol, dan sulfasetamide tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka diberikan siklopegik aksi pendek seperti tropikamida. Pasien akan merasa lebih tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya tertutup kembali setelah 48 jam.

Gambar 4. Erosi Kornea

F. Hifema (Perdarahan dalam bilik mata depan yang berasal dari iris dan corpus siliare)Respon vaskuler yang terkena adalah Arteri Ciliaris Anterior, perdarahan vena di Schlemm kanal dan adanya hipotoni, seperti pada siklodialisis. Pada umumnya 70 % kasus penyerapan terjadi dalam waktu 5-6 hari.Bila perdarahan luas koagulasi dibilik mata depan akan luas dimana terjadi gumpalan fibrin dan darah merah. Hal ini akan memperlambat penyerapan ditambah lagi hambatan mekanis terhadap outflow humor aquos disudut iridocorneal.Pada beberapa produk darah menempel pada bagian anterior pigmen membran dari iris didaerah pupil dan sudut iridocorneal.Walaupun sepintas bilik mata depan jernih, tetapi iritis cukup kuat untuk membentuk sinekia anterior dan posterior. Hifema sekunder pada umumnya nampak antara hari ke 2 dan ke 5. biasanya diikuti dengan ancaman iritis.Pada hifema ringan dapat terjadi glaukoma sekunder dengan meningkatnya tekanan intraokuler. Hal ini dari adanya edema di trabekuler meshwork, sehingga terjadi gangguan outflow humor aquos. Tekanan intraokuli kadang baru terjadi beberapa hari setelah trauma, ini adalah akibat adanya perdarahan sekunder. Frekuensi perdarahan sekunder tanpa kenaikan tekanan intraokuler 30%. Frekuensi perdarahan sekunder dengan kenaikan tekanan intraokuler 50%.

Gambar 5. Hifema

G. IridodialisisTrauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Pada iridosialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas. Gambar 6. IridodialisisH. Lensa1. Dislokasi Lensa. Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula zinn yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu. Gambar 7. Dislokasi lensa2. Subluksasi Lensa.Terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga lensa berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula zinn yang rapuh (sindrom Marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan memberikan gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang elastic akan menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopik. Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit pada mata ini mudah terjadi glaucoma sekunder.3. Luksasi Lensa Anterior.Bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak dalam bilik mata depan ini maka akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul glaucoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi.4. Luksasi Lensa Posterior.Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat putusnya zonula zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli. Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa mengganggu kampus. Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa +12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. Lensa yang terlalu lama berada dalam polus posterior dapat menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaucoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksikI. Trauma Fundus OculiTrauma tumpul yang mengenai mata dapat mengakibatkan kelainan pada retina, koroid, dan saraf optik. Perubahan yang terjadi dapat berupa edema retina, perdarahan retina, ablasi retina, maupun atrofi saraf optik. 1. Edema Retina dan Koroid Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina, penglihatan akan sangat menurun. Edema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Berbeda dengan oklusi arteri retina sentral dimana terdapat edema retina kecuali macula, sehingga pada keadaan ini akan terlihat cherry red spot yang berwarna merah. Edema retina akibat trauma tumpul juga mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot.Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema macula atau edema berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema yang luas sehingga seluruh polus posterior fundus okuli berwarna abu-abu.Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah macula oleh sel pigmen epitel.2. Ablasio Retina.Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid pada penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunnyai bakat untuk terjadinya ablasi retina ini seperti retina tipis akibat retinitis semata, miopia, dan proses degenerasi lainnya. Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir menganggu lapangan pandangannya. Bila terkena atau tertutup daerah makula maka tajam penglihatannya akan menurun. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh darah seperti yang terputus-putus. Pada pasien dengan ablasi retina maka secepatnya dirawat untuk dilakukan pembedahan oleh dokter mata.

Gambar 8. Ablasio retina3. Ruptur KoroidPada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik.Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun dengan sangat. Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat bagian ruptur berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.4. Avulsi Papil Saraf Optik Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya didalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik. Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan. Penderita ini perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.5. Optik Neuropati TraumatikTrauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik. Penglihatan akan berkurang setelah cidera mata. Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil saraf optik dapat normal dalam beberapa minggu sebelum menjadi pucat.J. Otot Ekstra OkularKelainan Pergerakan Mata. Hal ini pada trauma dapat disebabkan : kelainan pada otot mata kelainan pada persarafan otot mata kelainan pada jaringan orbita lainnyaWalaupun gangguan pergerakan bola mata tidak dapat menyebabkan kebutaan atau penurunan tajam penglihatan namun kegiatan sehari-hari dapat terganggu dengan adanya keluhan diplopia. Pada pemeriksaan. Terdapat hambatan pergerakan bola mata dapat akibat paralisa atau ototnya sendiri yang terjepit.Test Forced Duction :Untuk membedakan gangguan karena kelumpuhan atau ototnya yang terjepit. Cara : Mata ditetesi anestesi lokal, kemudian otot yang akan diperiksa dipegang dengan pinset dan ditarik ke arah gerak otot tersebut. bila lancar berarti paralisa bila sukar ada hambatan / otot terjepitIII.1.2. Trauma TajamDalam menegakan diagnosis trauma tembus perlu dilakukan pemeriksaan berupa :1. Tajam penglihatan yang menurun2. Tekanan bola mata rendah3. Bilikmata dangkal4. Bentuk dan letak pupil berubah5. Terlihat adanya ruptur pada cornea atau sclera6. Terdapat jaringan yang prolaps seperti caiaran mata iris,lensa,badan kaca atau retina7. Konjungtiva kemotisK. PalpebraPada pasien biasanya keluhan rasa nyeri, bengkak dan berdarah.tampak adanya luka terbuka dan perdarahan. Dalam penatalkasanaan berupa pembersihan luka, kemudian dijahit. Teknik penjahitan dilakukan sama dengan luka pada kulit tubuh yang lain sesuai dengan arah dari M. Orbicularis.Perhatian : Luka yang persis pada palpebra harus khusus diperhatikan karena apabila penjahitan tidak tepat pada kedua tepi luka akan memberi hasil kosmetik dan fungsional yang jelek. Bila perlu dapat ditambah dengan antibiotika, analgetik dan antiinflamasi.L. Konjungtiva1. Perdarahan , penatalaksanaan sama dengan mata mekanis tumpul.2. Robekan 1 cm, tidak dijahit, diberikan antibiotika lokal.3. Robekan lebih dari 1 cm, dijahit dengan benang cat gut atau sutera berjarak 0,5 cm antara tiap-tiap jahitan. Beri antibiotika lokal selama 5 hari dan bebat mata untuk 1-2 hari.M. Kornea1. Erosi kornea, penatalaksanaan seperti rudapaksa mata tumpul2. Luka tembus korneaPemeriksaan : bagian yang mengalami kerusakan epitel menunjukkan flurocein (+) Pengobatan :Tanpa mengingat jarak waktu antara kecelakaan dan pemeriksaan, tiap luka terbuka kornea yang masih menunjukkan tanda-tanda adanya kebocoran harus diusahakan untuk dijahit.Jaringan intraokular yang keluar dari luka, misal : badan kaca, prolap iris sebaiknya dipotong sebelum luka dijahit. Janganlah sekali-kali dimasukkan kembali dalam bola mata. Jahitan kornea dilakukan secara lamellar untuk menghindari terjadinya fistel melalui bekas jahitan.Luka sesudah dijahit dapat ditutup lembaran konjungtiva yang terdekat. Tindakan ini dapat dianggap mempercepat epitelialisasi.Antibiotika lokal dalam bentuk salep, tetes atau subkonjungtiva 0,3-0,5 U. Garamycin tiap 2 hari sekali. Atopin tetes 0,5%-1% tiap hari. Dosis dikurangi bila pupil sudah cukup lebar.Bila ada tanda-tanda glaukoma sekunder dapat diberikan tablet Analgetik, antiinflamasi, koagulasi dapat diberikan bila perlu.3. Ulkus korneaSebagian besar disebabkan oleh trauma yang mengalami infeksi sekunder. Pemeriksaan nampak kornea yang edema dan keruh., bagian yang mengalami kerusakan epitel menunjukkan pengecatan ( + ). Terapi : antibiotika lokal tetes, salep atau subkonjungtiva, scraping atau pembersihan jaringan nekrotik secara hati-hati bagian dari ulkus yang nampak kotor. Gambar 9. Ulkus korneaN. ScleraLuka ini lekas tertutup oleh konjungtiva sehingga kadang sukar diketahui. Luka tembus sclera harus dipertimbangkan apabila dibawah konjungtiva nampak jaringan hitam (koroid). Pengobatan : sama dengan luka tembus pada kornea. Gambar 10. Laserasi sklera

O. IrisIritis sering sebagai akibat dari trauma. Pemeriksaan pupil miosis, reflek pupil menurun, sinekia posterior. Terapi berupa atropin tetes 0,5%- 1 %. 1-2 x perhari selama sinekia belum lepas, antibiotik lokal dan diamox bila ada komplikasi glaukoma.P. Corpus Alienum (Benda Asing)Pasien akan mengeluh ada benda asing masuk kedalam mata, pada pemeriksaan : Benda asing tersebut harus dicari secara teliti memakai penerangan yang cukup mulai dari palpebra, konjungtiva, fornixis, kornea, bilik mata depan. Bila mungkin benda tersebut berada dalam lensa, badan kaca dimana perlu pemeriksaan tambahan berupa funduskopi dan foto rontgen. Benda asing yang masuk dalam mata dapat dibagi 2 kelompok yaitu : logam danbukan logamPengobatan : mengeluarkan benda asing Bila lokalisasi di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anestesi lokal. Untuk mengeluarkan perlu kapas lidi atau jarum suntik tumpul/ tajam. Bila benda bersifat magnetik maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable atau giant magnet. Bila benda asing pada segmen posterior hendaknya dikirim ke pusat oleh karena memerlukan tindakan yang lebih cermat dan perlengkapan yang khusus. Pemberian antibiotika lokal pada benda asing di konjungtiva dan kornea. Pada kornea dapat ditambahkan atropin 0,5 %-1 %, bebat mata dan diamox bila ada tanda-tanda glaukoma sekunder. Gambar 11. Corpus alienumIII.1.3. Trauma Kimia2II.2.3.1. EtiologiCedera kimia dapat terjadi akibat disengaja, dan beberapa akibat serangan. Dua-pertiga dari luka bakar disengaja terjadi di tempat kerja dan sisanya di rumah. Luka bakar alkali lebih umumterjadi dibanding luka bakar asam karena alkali lebih banyak digunakan baik di rumah dan di industri. Tingkat keparahan cedera kimia berhubungan dengan sifat-sifat kimia, area permukaan mata yang terkena, dan durasi paparan. Alkali cenderung menembus lebih dalam daripada asam. Alkali yang paling sering menyebabkan taruma adalah amonia, natrium hidroksida dan kapur. Asam yang paling sering terlibat adalah sulfat, belerang, fluorida, asetat, kromat dan klorida. Amonia dan natrium hidroksida dapat menghasilkan kerusakan parah karena penetrasi yang cepat. II.2.3.2. Patofisiologi1) Kerusakan cedera kimia yang parah terjadi dalam urutan sebagai berikut: Nekrosis dari konjungtiva dan epitel kornea dengan gangguan dan oklusi pembuluh darah limbal. Hilangnya sel induk limbal dapat mengakibatkan conjunctivalization dan vaskularisasi dari permukaan kornea, atau cacat epitel kornea persisten dengan ulserasi kornea steril dan perforasi. Efek jangka panjang lainnya meliputi gangguan membasahi permukaan, pembentukan symblepharon dan entropion cicatricial. Penetrasi lebih dalam menyebabkan kerusakan dan pengendapan glikosaminoglikan dan kekeruhan stroma kornea. Penetrasi ruang anterior menimbulkan kerusakan di iris dan lensa. Kerusakan epitel siliar mengganggu sekresi askorbat yang diperlukan untuk produksi kolagen dan perbaikan kornea. Hipotoni dan ptisis bulbi mungkin terjadi pada kasus yang berat.2) Penyembuhan epitel kornea dan stroma terjadi sebagai berikut: Penyembuhkan epitel dengan migrasi sel epitel yang berasal dari sel-sel induk limbal. Stroma kolagen yang rusak difagosistosis oleh keratosit dan kolagen baru disintesis.II.2.3.3. Tingkat KeparahanTingkat keparahan cedera kimia akut dinilai untuk merencanakan pengobatan yang tepat dan membuat kemungkinan prognosis utama. Grading dilakukan atas dasar kejernihan kornea dan keparahan iskemia limbal (sistem Roper-Hall); yang terakhir dinilai dengan mengamati patensi pembuluh dalam dan superfisial di limbus.

Gambar 12. Trauma kimia, iskemia limbal Grade 1 ditandai dengan kornea yang jernih (kerusakan epitel saja) dan tidak ada iskemia limbal (prognosis yang sangat baik). Grade 2 menunjukkan kornea sedikit keruh tetapi gambaran iris terlihat dan kurang dari sepertiga dari limbus menjadi iskemik (prognosis baik). Grade 3 menunjukkan kerusakan epitel kornea total, stroma keruh dan menutupi gambaran iris dan antara sepertiga sampai setengah iskemia limbal (prognosis baik diragukan). Grade 4 menunjukkan kornea buram (opac) dan lebih dari setengah limbal iskemia (prognosis yang sangat buruk).

Gambar 13. Grade 2 kornea keruh tetapi iris masih terlihat; Grade 3 kornea keruh menutupi iris; Grade 4 kekeruhan kornea totalII.2.3.4. Terapi Penatalaksanaan EmergensiSebuah luka bakar kimia adalah satu-satunya cedera mata yang memerlukan perawatan darurat. Pengobatan langsung adalah sebagai berikut:1. irigasi sangat penting untuk meminimalkan durasi kontak dengan bahan kimia dan menormalkan pH dalam kantung konjungtiva secepat mungkin, dan kecepatan dan efektivitas irigasi merupakan faktor prognostik paling penting setelah cedera kimia. Sebuah solusi steril buffer seimbang, seperti normal saline atau Ringer laktat harus digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit atau sampai pH netral (air keran harus digunakan jika diperlukan untuk menghindari keterlambatan).2. Debridement daerah nekrotik dari epitel kornea harus dilakukan untuk re-epitelisasi dan menghapus residu kimia.3. Masuk ke rumah sakit biasanya diperlukan untuk luka berat (grade 4 3).

MedikamentosaGrade 1 dan 2 diobati dengan salep antibiotik topikal selama sekitar satu minggu, dengan steroid topikal dan cycloplegics jika perlu. Tujuan utama dari pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan, membantu regenerasi epitel dan mencegah ulserasi kornea. Untuk cedera sedang-berat, harus digunakan obat tetes.1. SteroidUntuk mengurangi peradangan dan infiltrasi neutrofil, dan mengatasi uveitis anterior. Namun, steroid juga merusak penyembuhan stroma dengan mengurangi sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblast. Untuk alasan ini steroid topikal dapat digunakan pada awalnya (biasanya 4-8 kali sehari, tergantung pada kekuatan keparahan cedera) tetapi harus dihentikan setelah 7-10 hari. Steroid dapat diganti dengan NSAID topikal, yang tidak mempengaruhi fungsi keratosit.2. Cycloplegia dapat meningkatkan kenyamanan.3. Tetes antibiotik topikal digunakan untuk profilaksis infeksi bakteri (misalnya kloramfenikol q.i.d).4. Memantau tekanan intraokular dan memberikan terapi bila diperlukan5. Luka kulit periokular mungkin memerlukan pendapat dermatologi.II.2.4. Trauma Radiasi Elektromagnetik1Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah: Sinar inframerah Sinar ultraviolet Sinar X dan sinar terionisasi Trauma Sinar Infra MerahAkibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari dan pada saat bekerja di pemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsentrasinya sinar infra merah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan mengeluarkan sinar infra merah. Bila seseorang berada pada jarak 1 kaki selama satu menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau midriasis maka suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat celsiud. Demikian pula iris yang mengabsorbsi sinar infra merah akan panas sehingga akibat tidak baik terhadap kapsul lensa didekatnya. Absorbsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa.Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah terjadi pada pekerja industri gelas dan pemanggangan logam. Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis superficial, katarak kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada koroid.Bergantung pada beratnya lesi akan terdapat akibat buruk yang sudah terjadi kesuali mencegah terkenanya mata oleh sinar infra merah ini.Steroid sistemik dan local diberikan untuk mencegah terbentuknya jaringan parut pada macula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul. Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar Las)Sinar ultraviolet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat, mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM. Sinar ultra violet banyak terdapat pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari di atas salju. Sinar ultra violet akan segera merusak epitel kornea.Sinar ultraviolet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mara sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik.Kornea akan menunjukkan adanya infiltrate pada permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan konea yang keruh dengan uji flouresein positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura palpebra.Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanent sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea. Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultraviolet sehingga gambaran keratitisnya menjadi berat.Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika local, analgesic,dan mata ditutup ntuk selama 2-3hari. Biasanya sembuh setelah 48jam. Sinar Ionisasisan sinar XSinar ionisasi dibedakan dalam bentuk : sinar alfa yang dapat diabaikan sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan sinar gama dan sinar XSinar ionisasi dan sinar X dapat mengakbatkan katarak dan rusaknya retina. Dosis kataraktogenik bervariasi dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebih muda lebih peka.Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri dari sel epitel secara tidak normal. Sedang sel baru yang berasal dari sel germinatif lensa tisak menjadi panjang.Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes mellitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneurismata dan eksudat. Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang mengakibatkan kerusakan permanent yang sukar diobati. Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang berat akan mengakibatkan parut konungtiva atrofi sel goblet yang akan mengganggu fungsi air mata.Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topical dengan steroid 3X sehari dan sikloplegik satu kali sehari Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan.

BAB IVPEMBAHASANIV.1. Pembahasan kasus 1Pada kasus diatas, seorang laki-laki (32 tahun) datang dengan keluhan mata merah sejak sejak 1 hari SMRS yang muncul setelah mata pasien tercolok jemuran tambang dirumahnya. Berdasarkan keterangan tersebut, menunjukkan adanya riwayat trauma tumpul pada mata pasien yang menyebabkan mata menjadi merah. Pada anamnesis lebih lanjut juga didapatkan adanya keluhan pandangan kabur, mata terasa perih dan berair. Hal tersebut dapat mengarahkan terhadap kelainan abrasi pada kornea. Yang dapat ditandai dengan adanya keluhan berupa mata terasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media refraksi yang keruh.Berdasarkan pemeriksaan oftalmologis didapatkan adanya penurunan visus pada mata kiri. Hal ini dapat terjadi akibat terganggunya media refraksi oleh abrasi pada kornea. Selain itu pada pemeriksaan sebelah kiri juga didapatkan adanya injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+), dan kekeruhan pada kornea, refleksi kornea ireguler, tampak erosi. Adanya gambaran refleksi kornea ireguler menunjukkan adanya defek pada epitel kornea, dimana seharusnya pada gambaran kornea nirmal, terlihat lingkaran yang baik dikornea (tes plasido). Defek pada kornea terlihat tidak dalam, yang tampak sebagai erosi. Selain itu kemungkinan adanya benda asing yang dapat menyebabkan kerusakan pada epitel kornea disingkirkan karena pada pemeriksaan konungtiva tidak ditemukan adanya benda asing.Pada pemeriksaan fluoresein menunjukkan hasil yang positif, yaitu tampak pooling yang berwarna kehijauan saat diperiksa dengan sinar biru. Hal tersebut menunjukkan adanya suatu defek pada epitel kornea, dimana pada permukaan kornea yang abnormal akan menyerap warna kedalam atau berkumpul pada daerah yang sakit.Penatalaksanaan abrasi kornea ini adalah melalukan balut tekan, dengan tujuan agar pertumbuhan epitel baru tidak terganggu oleh kedipan mata. Kemudian diberikan antibiotik topikal sebagai pencegahan pada kemungkina adanya infeksi yang dapat timbul kemudian. Antibiotik yang diberikan adalah Ofloxacin 0,3%.

IV.2. Pembahasan kasus 2Pada kasus diatas, seorang laki-laki (28 tahun) datang dengan keluhan nyeri dan bengkak pada kelopak mata kanan sejak 3 hari. Pasien juga mengeluhkan mata merah dan nyeri pada anggota gerak atas sebelah kanan. Awalnya pasien datang dengan ke IGD RSUP Persahabatan post kecelakaan lalu lintas sepeda motor tiga hari tanpa menggunakan yang lalu dengan penurunan kesadaran selama 2 jam. Berdasarkan keterangan tersebut, menunjukkan adanya riwayat trauma tumpul pada mata pasien yang menyebabkan kelopak mata pasien menjadi bengkak dan mata merah. Dari keterangan lebih lanjut pasien mengatakan mata kanan berwarna merah dan tampak seperti darah di tepi sebelah mata kanan. Hal tersebut mengarahkan kemungkinan adanya perdarahan pada struktur bola mata yaitu berupa hematoma subkonjungtiva.Berdasarkan pemeriksaan oftalmologis didapatkan adanya kelainan berupa edema, hematom pada palpebra superior dan inferior.Pada palpebra pasien tidak ditemukan adanya tanda berupa hematoma kacamata yang merupakan tanda dari suatu kegawatan akibat pecahnya arteri oftalmika. Pada pemeriksaan konjungtiva bulbi tampak perdarahan di bawah konjungtiva, injeksi konjungtiva (-), injeksi siliar (-). Pada pemeriksaan kornea, bilik mata depan, iris/pupil, lensa, vitreous didapatkan dalam batas normal. Sehingga pada pasien ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diegakan diagnosis berupa hematoma palpebra disertai hematoma subkonjungtiva pada mata kanan.Penatalaksanaan famakologis pada pasien ini berupa cendo mycetin zalf 3 x 1 OD dan metilprednisolon 4 mg 3 x 1 (PO). Pada pasien ini diberikan salep antibiotik ditujukan untuk mencegah komplikasi blefaritis dikarenakan kelopak mata pasien yang berfungsi sebagai pertahanan lini pertama bola mata sedang terjadi peradangan dan rentan terhadap infeksi, disamping itu pasien juga mendapatkan pengobatan steroid untuk menurunkan edem dan nyeri pada mata kanan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010. hal 9-10. 2. Kanski, Jack J, Bowling, Brad. Clinical Opthhlamology, edisi tujuh. UK: Elsevier, 2011.3. Vaugan daniel, Taylor asbury, Paul riordan-eva; Alih bahasa Jan Tamboyang, Braham U Pendit; Editor, Y. Joko suyono. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta: Widya Medika.2010.