master 1

129
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Oseanongrafi merupakan ilmu yang mempelajari laut baik secara fisika, kimia, dan biologi. Oseanografi dapat memberikan gambaran secara langsung mengenai keadaan alam, mencari penyebab serta pengaruhnya bagi kondisi laut, dan interaksi organisme yang berada disekitarnya. Observasi langsung perlu dilakukan untuk lebih mengetahui keadaan laut. Salah satu bentuk kegiatannya adalah melaksanakan fieldtrip ke Palabuhanratu. Kegiatan fieldtrip dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter fisika dan kimia perairan yang ditemukan di Palabuhanratu. Parameter fisika diantaranya adalah suhu, arus, gelombang, pasang surut, dan angin. Parameter kimia yaitu salinitas dan oksigen terlarut. Palabuhanratu merupakan salah satu palabuhan perikanan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis, Palabuhanratu terletak pada 6 o -50 –7 o 30’ LS dan 106 o 22’–106 o 33’ BT dengan luas ± 27.210,130 Ha (Pariwono et. al., 1988). Teluk Palabuhanratu merupakan teluk terbesar di sepanjang pantai selatan Jawa. Alasan dipilihnya Teluk Palabuhanratu yaitu merupakan salah satu contoh pantai yang cocok untuk dijadikan objek pengambilan data sebab pengaruh 9

Transcript of master 1

Page 1: master 1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Oseanongrafi merupakan ilmu yang mempelajari laut baik secara fisika,

kimia, dan biologi. Oseanografi dapat memberikan gambaran secara langsung

mengenai keadaan alam, mencari penyebab serta pengaruhnya bagi kondisi laut,

dan interaksi organisme yang berada disekitarnya. Observasi langsung perlu

dilakukan untuk lebih mengetahui keadaan laut. Salah satu bentuk kegiatannya

adalah melaksanakan fieldtrip ke Palabuhanratu.

Kegiatan fieldtrip dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter fisika

dan kimia perairan yang ditemukan di Palabuhanratu. Parameter fisika

diantaranya adalah suhu, arus, gelombang, pasang surut, dan angin. Parameter

kimia yaitu salinitas dan oksigen terlarut.

Palabuhanratu merupakan salah satu palabuhan perikanan di Kabupaten

Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis, Palabuhanratu terletak pada

6o-50’–7o30’ LS dan 106o22’–106o33’ BT dengan luas ± 27.210,130 Ha (Pariwono

et. al., 1988). Teluk Palabuhanratu merupakan teluk terbesar di sepanjang pantai

selatan Jawa. Alasan dipilihnya Teluk Palabuhanratu yaitu merupakan salah satu

contoh pantai yang cocok untuk dijadikan objek pengambilan data sebab pengaruh

parameter-parameter oseanografi terlihat dengan jelas. Selain itu, telah banyak

pula penelitian yang dilakukan berkaitan dengan oseanografi. Secara teknis,

praktek lapang ini didukung dengan adanya Stasiun Lapang Kelautan (SLK) IPB.

I.2. Tujuan

Pelaksanaan kegiatan praktek lapang ini mempunyai beberapa tujuan yang

ingin dicapai, antara lain mempelajari karakteristik parameter-parameter

oseanografi perairan, terutama di Teluk Palabuhanratu, meningkatkan

keterampilan dalam menggunakan alat-alat yang berhubungan dengan praktikum

oseanografi serta memahami prinsip kerja alat-alat tersebut, meningkatkan

kemampuan dalam menganalisa dan menginterpretasikan parameter-parameter

oseanografi baik fisika maupun kimia, serta mengenal Stasiun Lapang Kelautan

9

Page 2: master 1

(SLK) IPB dan mengenal Teluk Palabuhanratu sebagai salah satu contoh klasik

perairan laut Jawa bagian Selatan.

II. TINJUAN PUSTAKA

10

Page 3: master 1

2.1. Posisi Stasiun

Teluk Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat, termasuk dalam

wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Secara geografis teluk

ini terletak pada posisi 6o-50’–7o30’ LS dan 106o22’–106o33’ BT. Terdapat empat

sungai yang bermuara pada teluk Palabuhanratu yaitu Sungai Cimandiri, Sungai

Cidadak, Sunga Cibuntu, dan Sungai Cipelabuhan.

Pantai Palabuhanratu terbagi menjadi 3 kecamatan, yaitu: Cisolok,

Ciemas, dan Palabuhanratu. Daerah kecamatan Palabuhanratu memiliki luas

wilayah 27.210,130 ha yang terdiri dari 705,754 ha daerah persawahan dan

16.216,40 ha daerah hutan dan perkebunan (Pariwono et. al., 1988).

2.2. Parameter Fisika

2.2.1. Suhu

Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang

yang terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam

air laut adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026

kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima

bahang sebanyak 0.033 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini akan sampai

kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2 kalori/cm2/menit. Pancaran energi

ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa air. Kisaran suhu pada

daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah

ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang

merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut

mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku

air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan

dangkal (Hutabarat dan Evans, 1986).

Sebaran suhu secara menegak (vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas

tiga lapisan, yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana

pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu

lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan

kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan

hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin

11

Page 4: master 1

memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar

0.1ºC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter (Nontji,1987). Semakin

dalam suhu akan semakin rendah atau dingin, hal ini diakibatkan karena

kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman

melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C. Suhu

mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas.

Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah

menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu

lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil.

Faktor yang mempengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian

dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim,

cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans,

1986).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan suhu air laut yaitu: Air laut

selalu bergerak sehingga panas yang diterimanya dijalarkan dan disebar kemana-

mana, permukaan air laut bertindak sebagai cermin sehingga panas matahari yang

diterimanya dipantulkan kembali. Sedangkan panas yang diterima air sebagian

digunakan untuk penguapan, dan pada malam hari lama-lama menjadi dingin, hal

ini disebabkan karena adanya uap air di atas permukaan air laut yang telah

menjadi dingin sehingga menghalangi pelepasan panas dan permukaan air laut

yang mengkilat menghalangi pelepasan panas. Sebaran suhu menurut kedalaman

bergantung pada Total energi panas yang diterima, Kecerahan/kekeruhan,

Konduksi, dan Turbulensi (....).

Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang

(heat) yang terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang

dalam air laut adalah matahari. Pancaran energi matahari yang sampai ke

permukaan laut akan diserap oleh massa air. Pada umumnya perairan yang banyak

menerima bahang dari matahari adalah daerah yang terletak pada daerah lintang

rendah dan akan semakin berkurang bila letaknya semakin mendekati kutub. Oleh

karena itu suhu air laut yang tertinggi ditemukan di daerah sekitar khatulistiwa

(Sverdrup et al., 1942 dalam Krisnoto, 2007).

12

Page 5: master 1

Air mempunyai daya muat panas yang lebih tinggi daripada daratan.

Sehingga untuk menaikan suhu sebesar 1oC, air akan membutuhkan energi yang

lebih besar daripada yang dibutuhkan oleh daratan dalam jumlah massa yang

sama. Dengan kata lain dengan jumlah pemanasan yang sama, daratan akan lebih

cepat menjadi panas daripada lautan. Demikian juga kebalikannya, lautan lebih

efektif untuk menyimpan panas yang diterima daripada daratan, sehingga pada

waktu tidak ada pemanasan (malam hari), lautan akan memerlukan waktu yang

lebih lama untuk menjadi dingin daripada daratan (Hutabarat dan Evans, 1986).

Suhu air laut, terutama lapisan permukaan, ditentukan oleh pemanasan

matahari yang intensitasnya senantiasa berubah terhadap waktu, sehingga suhu air

laut akan konsonan dengan perubahan intensitas penyinaran matahari tersebut.

Perubahan suhu ini dapat terjadi secara harian, musiman, tahunan, dan jangka

panjang. Selanjutnya, jika suatu perairan yang homogen dan tenang dipanasi oleh

matahari, distribusi suhu secara vertikal akan menurun eksponensial ke bawah.

Jika tidak ada gangguan pada perairan, maka keadaannya akan selalu stabil karena

lapisan yang paling atas yang lebih panas akan lebih rendah densitasnya dari pada

lapisan bawah. Suhu air laut berkisar antara 2-40 oC. Hal ini tergantung musim

dan letak pada garis lintang. Fluktuasi suhu permukaan air laut pada umumnya

tidak lebih dari 10 oC setiap harinya. Sedangkan suhu maksimum di lautan terbuka

tidak lebih dari 30 oC. Kisaran normal temperatur air laut adalah 0-30 oC dan

membeku pada 1,9 oC.

Suhu permukaan perairan laut umumnya dipengaruhi oleh kondisi

meteorologis. Faktor-faktor meteorologis yang berperan di sini, antara lain curah

hujan, penguapan, kelembaban, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi

matahari. Suhu air laut bervariasi tergantung pada kedalaman, sirkulasi massa air,

turbulensi, kondisi geografis, dan jarak dari sumber panas seperti gunung berapi

di bawah air, dimana suhu ini akan menurun seiring kedalaman. Di daerah tropis

fluktuasi suhu paras laut kecil sehingga terdapat perbedaan yang cukup berarti

terhadap perubahan suhu secara vertikal. Di bawah permukaan laut, arus yang

bergerak horizontal dapat memindahkan bahang dari satu tempat ke tempat lain

(Nontji, 1993 dalam Fatma, 2006).

13

Page 6: master 1

Pengaruh suhu secara tidak langsung dapat menentukan stratifikasi massa

air, stratifikasi suhu di suatu perairan ditentukan oleh keadaan cuaca dan sifat

setiap perairan seperti pergantian pemanasan dan pengadukan, pemasukan atau

pengeluaran air, bentuk dan ukuran suatu perairan. Suhu air yang layak untuk

budidaya ikan laut berkisar antara 27-32 oC.

Suhu udara di Indonesia rata-rata pada siang hari di berbagai tempat

berkisar antara 28,2 oC sampai 34,6 oC dan pada malam hari suhu berkisar antara

12,8 oC sampai 30 oC. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian tempat

dari atas permukaan laut. Suhu air umumnya beberapa derajat lebih rendah

dibanding suhu udara di sekitarnya.

Menurut Ilahude (1999) dalam Krisnoto (2007), penyebaran suhu di

lapisan bawah paras laut (surface layer) menunjukkan adanya pelapisan yang

terdiri atas:

a. Lapisan homogen

Suhu air laut umumnya sama (homogen) mulai dari paras hingga

kedalaman 100 meter. Lapisan ini mendapat sinar matahari langsung pada

siang hari. Angin yang berhembus di permukaan perairan akan mengaduk

lapisan ini hingga kedalaman tertentu sehingga suhu perairan menjadi

hangat dan homogen.

b. Lapisan termoklin

Suhu air laut dengan cepat sekali akan mengalami penurunan dari 28 oC

pada kedalaman 100 meter menjadi 4 oC pada kedalaman 600 meter.

Biasanya lapisan termoklin ini dapat dibagi menjadi dua lapisan yaitu

lapisan termoklin atas (upper thermocline) dan termoklin bawah (lower

thermocline). Lapisan termoklin memilki densitas dan salinitas yang tinggi

sehingga lapisan ini berperan sebagai lapisan pegat yaitu lapisan yang

mencegah terjadinya percampuran massa air antara massa air yang berada

di atas dan di bawah lapisan termoklin.

c. Lapisan dalam

Pada lapisan ini suhu air laut turun seiring dengan bertambahnya

kedalaman dengan lambat sekali yang dapat berlangsung hingga

kedalaman sekitar 2500 meter di mana gradien suhu air laut hanya kira-

14

Page 7: master 1

kira sebesar 0,05 oC/100 meter. Massa air yang menempati lapisan ini

biasanya dinamakan air jeluk (deep water).

d. Lapisan dasar

Suhu air laut biasanya tidak berubah lagi hingga ke dasar perairan di

samudera-samudera lepas dari kedalaman 3000 hingga 5000 meter.

Menurut King (1963) dalam Krisnoto (2007), sebaran suhu menegak

terbagi atas tiga lapisan, yaitu lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan

epilimnion dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan

termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan

bertambahnya kedalaman, dan lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan

sebesar 4 oC.

Selain itu, perubahan suhu air laut berdasarkan kedalaman dipengaruhi

oleh variasi terhadap jumlah bahang yang diserap, efek dari kondisi bahang,

perpindahan massa air oleh arus laut dan gerakan vertikal maupun horizontal air.

Secara horizontal suhu permukaan laut bervariasi berdasarkan musim dan

letak lintang. Suhu permukaan laut tertinggi berada di daerah ekuator dan

menurun di daerah kutub. Menurut Hutabarat dan Evans, daerah tropis lebih

banyak menerima panas daripada daerah kutub karena dipengaruhi oleh tiga

faktor, antara lain sinar matahari yang merambat melalui atmosfer akan banyak

yang kehilangan panas sebelum sampai di daerah kutub dibandingkan dengan

daerah ekuator. Selain itu, besarnya perbedaan sudut sinar datang matahari ketika

mencapai permukaan bumi juga menjadi salah satu penentu. Pada daerah kutub

sinar matahari yang sampai di permukaan bumi akan tersebar pada daerah yang

lebih luas dari pada daerah ekuator. Di daerah kutub lebih banyak panas yang

diterima dan dipantulkan kembali ke atmosfer.

Suhu permukaan laut sangat penting untuk diketahui karena sebaran suhu

permukaan laut dapat memberikan informasi mengenai front, upwelling, arus,

daerah tangkapan ikan, cuaca/iklim, pencemaran minyak, dan pencemaran panas

(Susilo, 2000 dalam Fatma, 2006).

Pengukuran suhu permukaan laut dapat dilakukan melalui dua cara yaitu

pertama dengan pengukuran langsung di lokasi pengamatan, menggunakan alat-

alat pengukur suhu permukaan laut. Cara kedua yaitu pengukuran suhu

15

Page 8: master 1

permukaan laut dengan memanfaatkan wahana satelit penginderaan jauh.

Pengukuran dengan penginderaan jauh menggunakan penginderaan jauh sistem

termal (Susilo, 2000 dalam Fatma, 2006).

Kondisi Teluk Palabuhanratu banyak dipengaruhi oleh kondisi oseanografi

Samudera Hindia karena berhembus angin yang besar. Perairan Teluk

Palabuhanratu mempunyai suhu permukaan laut pada musim barat berkisar

29-30 oC dan pada musim timur 26-27 oC. Pada bulan September dan Oktober,

suhu permukaan air laut relatif rendah, yaitu rata-rata 26,57 oC sedangkan pada

musim hujan suhu permukaan laut rata-rata naik menjadi 27,78 oC, padahal disaat

itu laut kurang menerima pemanasan dari matahari karena tertutup awan. Hal ini

diduga sebagai pertanda bahwa proses upwelling terjadi pada bulan Agustus,

September dan Oktober di perairan Teluk Palabuhanratu. Penyebaran suhu

vertikal di perairan Teluk Palabuhanratu pada kedalaman 25 meter antara 29,75-

28,55 oC (rata-rata 28,43 oC). Perbedaan tersebut disebabkan terutama adanya

pengaruh penyinaran matahari terhadap peningkatan suhu permukaan perairan

teluk.

2.2.2. Arus

Nybakken (1988) dalam Mufidah (2003) mendefenisikan arus sebagai

gerakan massa air permukaan yang ditimbulkan terutama oleh pengaruh angin.

Angin mendorong air di permukaan dan menghasilkan gerakan horizontal yang

mampu mengangkat suatu volume air yang sangat besar (Nybakken, 1992 dalam

Puspitasari, 2003). Selain faktor angin, terdapat fakor lain yang mempengaruhi

sirkulasi pergerakan air adalah distribusi densitas air laut. Hal ini disebabkan

adanya perbedaan salinitas dan suhu yang disebakan perbedaan penyinaran

terhadap massa air. Gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air

adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya

sentrifugal (King, 1963 dalam Mufidah, 2003).

Peran daratan yang menimbulkan siklus musiman Muson memberikan

pengaruh terhadap sistem arus yang ada di Samudera Hindia. Arus Muson

(Monsoon Current) mengalir dari sebelah selatan Srilangka ke Timur dan

sebagian dibelokkan ke arah Selatan pada saat mencapai pantai Barat Sumatera.

16

Page 9: master 1

Arus munson adalah arus yang terjadi pada bulan Mei – Desember yang terletak

di utara khatulistiwa dan bergerak ke timur (Wyrtki, 1961 dalam Paul, 2003).

Menurut Soeriatmodjo (1992) dalam Puspitasari (2003) pada musim barat

terjadi Arus Pantai Jawa (APJ) yang bergerak ke arah timur sepanjang pantai

selatan Jawa. Pada musim timur terjadi kenaikan massa air di lapisan bawah yang

sedikit unsur hara ke permukaan yang kaya akan unsur hara, proses ini dikenal

dengan upwelling (Illahude, 1975 dalam Puspitasari, 2003).

Wyrtki (1962) dalam Puspitasari (2003) juga menjelaskan terjadinya

upwelling di sepanjang pantai selatan Jawa-Sumbawa yang memiliki Arus

Khatulistiwa Selatan (AKS) yang meluas ke arah utara dan mendesak Arus Utara

Jawa (APJ).

2.2.3. Gelombang

Gelombang adalah gerakan naik turun suatu tubuh perairan yang

dinyatakan dengan naik turunnya permukaan air secara bergantian. Menurut Pond

dan Pickard (1983) dalam Yadranka (2006), gelombang merupakan fenomena

naik-turunnya permukaan air laut, yang bergerak dari suatu daerah pembentukan

gelombang ke arah kapal hingga akhirnya terbaur dan sebagian lagi dipantulkan.

Gelombang laut dibangkitkan sebagai hasil dari reaksi adanya gangguan

dari luar ke perairan seperti angin, gempa laut, dan gerakan kapal. Efektivitas

angin penyebab terjadinya gelombang:

1. Kecepatan angin rata-rata tekanan pada permukaan air

2. Lama Angin Bertiup (LAB)

3. Luas Permukaan Air dimana Angin Bertiup (Open Water)

Adapun gelombang terdiri dari beberapa komponen, antara lain:

1. Panjang gelombang adalah jarak dua puncak gelombang yang

berurutan (L),

2. Periode gelombang adalah  waktu yang diperlukan oleh dua puncak

gelombang yang berurutan melalui satu titik pasti (T), dan

3. Tinggi gelombang adalah jarak vertikal antara puncak gelombang dan

dasar gelombang (H).

Karakter ombak laut (wave) di pesisir selatan Pulau Jawa, mulai dari

pesisir Blambangan di Jawa Timur hingga Ujung Kulon di Propinsi Banten,

17

Page 10: master 1

umumnya berenergi tinggi dengan ombak besar. Ini karena pantai berbatasan

langsung dengan laut lepas. Di pantai selatan Pulau Jawa, kombinasi antara

gelombang pasang surut dan angin lokal yang bertiup kencang, khususnya saat

musim Barat, akan menimbulkan ombak besar.

Di tempat-tempat tertentu, penggabungan (interference) antara gelombang

swell dengan gelombang angin lokal – misalnya di Cimaja, Palabuhanratu atau di

Karangbolong, Surade dapat terbentuk ombak setinggi 2-3 m. Jenis ombak lain

yang sangat berbahaya di Pantai Selatan adalah gelombang tsunami. Gelombang

ini dipicu oleh pergeseran naik-turunnya massa batuan di dasar samudera.

Interaksi antara ketiga jenis gelombang (swell, gelombang angin lokal, dan

tsunami) itu diyakini dapat menghasilkan gelombang dahsyat yang tiba-tiba

datang menyapu pantai. Sedangkan gelombang yang ada di perairan Teluk

Palabuhanratu merupakan hasil rambatan di perairan lepas pantai (Samudera

Hindia). Karakteristik gelombang ini dipengaruhi oleh kondisi topografi dari dasar

laut dan kecepatan angin (duration and wind velocity)

2.2.4. Pasang Surut

Air laut mengalami perubahan setiap saat yang disebabkan oleh gaya

penggerak yang bersifat periodik dan tidak beraturan. Hal ini dapat diketahui

dengan adanya perubahan tinggi muka air laut. Pasang surut adalah gerakan naik

turunnya air laut terutama akibat pengaruh adanya gaya tarik menarik antara satu

massa bumi dan massa benda-benda angkasa, khususnya bulan dan matahari

(Hutabarat dan Evans 2008).

Menurut Ongkosongo (1989), dari semua benda angkasa yang

mempengaruhi proses pembentukan pasang surut air laut, hanya matahari dan

bulan yang sangat berpengaruh melalui tiga gerakan utama yang menentukan

gerakan air laut di bumi. Ketiga gerakan ini adalah:

1. Revolusi bulan terhadap bumi, dimana orbitnya berbentuk elips dan

memerlukan waktu 29,5 hari untuk menyelesaikan revolusinya.

2. Revolusi bumi terhadap matahari, dengan orbit berbentuk elips juga dan

periode yang diperlukan untuk ini adalah 365,25 hari.

3. Perputaran bumi terhadap sumbunya sendiri dan waktu yang diperlukan

adalah 24 jam.

18

Page 11: master 1

Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di daerah

perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar

perairan. Pada saat pasang terdapat puncak gelombang disebut pasang tinggi dan

saat surut terdapat lembah gelombang disebut pasang rendah (Thicon 2008).

Pasang surut air laut terutama disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik

antara dua tenaga yang terjadi di lautan yang berasal dari gaya sentrifugal yang

disebabkan oleh perputaran bumi pada sumbu-sumbunya dan gaya gravitasi yang

berasal dari bulan.Gaya sentrifugal adalah suatu tenaga yang didesak ke arah luar

dari pusat bumi yang besarnya lebih kurang sama dengan tenaga yang ditarik ke

permukaan bumi. Tidak sama halnya dengan gaya tarik gravitasi bulan dimana

gaya ini terjadi tidak merata pada bagian-bagian di permukaan bumi. Gaya ini

lebih kuat terjadi pada daerah-daerah yang letaknya lebih dekat dengan bulan,

sehingga gaya yang terbesar terdapat pada bagian bumi yang terdekat dengan

bulan dan gaya yang paling lemah terdapat pada bagian yang letaknya terjauh dari

bulan (Hutabarat dan Evans 2008).

Pasang surut dibagi menjadi pasang surut purnama dan pasang surut

perbani. Pasang surut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan, dan

matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang

tinggi yang tinggi dan pasang rendah yang rendah. Pasang surut purnama ini

terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang surut perbani (neap tide)

terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat

itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi.

Pasang surut perbani ini terjadi pada saat bulan 1/4 dan 3/4.Perbedaan vertikal

antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range)

(Thicon 2008).

Terdapat tiga tipe pasang surut yang didasarkan pada periode dan

keteraturannya, yaitu pasang surut harian tunggal, pasang surut harian ganda,

pasang surut campuran condong ke harian tunggal, dan pasang surut campuran

condong ke harian ganda.Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), dalam satu

hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut adalah

24 jam 50 menit.Pasang surut harian ganda (semidiurnal tide), dalam satu hari

terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama

19

Page 12: master 1

dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-

rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut ini terdapat di Selat Malaka sampai

Laut Andaman. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide

prevailing diurnal), dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air

surut tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua

kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut campuran

condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal), pada tipe ini dalam

satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan

periodenya berbeda (Malik 2004).

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Hidrooseanografi

(Dishidros) TNI AL menunjukkan bahwa pasang surut di Teluk Pelabuhan Ratu

dan sekitarnya bersifat pasang surut campuran condong ke ganda.Hal ini

menunjukkan bahwa perairan pesisir Pelabuhan Ratu pada umumnya mengalami

dua kali pasang dan dua kali surut setiap harinya dengan ketinggian yang

berbeda dalam waktu 24 jam (Mony Achmad 2004).

Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya

permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi

dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi

dan bulan atau karena adanya gaya tarik menarik antara gaya sentrifugal dan gaya

gravitasi yang berasal dari bulan dan matahari. Gaya sentrifugal adalah suatu

tenaga yang didesak ke arah luar pusat bumi, besarnya kurang lebih sama dengan

tenaga yang ditarik ke permukaan bumi. Gaya gravitasi bulan terhadap bumi dua

kali lipat dibandingkan dengan gaya gravitasi matahari terhadap bumi. Hal ini

terjadi karena jarak antara bumi dan bulan lebih dekat daripada jarak antara bumi

dan matahari. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya

lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

Pada saat pasang purnama (spring tide) ketika bumi, bulan dan matahari

berada dalam suatu garis lurus maka akan menyebabkan terjadinya pasang

tertinggi dan surut terendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru

dan bulan purnama. Sebaran suhu secara vertikal pada umumnya dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu lapisan tercampur, lapisan termoklin, dan lapisan dalam.

Lapisan permukaan atau lapisan tercampur.

20

Page 13: master 1

Pada bagian bumi yang menghadap bulan, gaya gravitasinya lebih kuat

daripada gaya sentrifugal sehingga air tertarik ke atas. Adapun pada bagian bumi

yang berjauhan dengan bulan juga akan mengalami penarikan air menjauhi bumi,

tetapi besarnya air yang tertarik keluar tidak sebesar dengan penarikan air pada

bagian bumi yang langsung berhadapan dengan bulan, disebut pasang turun. Gaya

gravitasi yang ada dibagian ini lemah dan gaya sentifugalnya kuat. Pada sisi dari

bagian bumi yang tidak mengalami penarikan air, disebut surut. Dengan demikian

terdapat dua pasang dan dua surut. Pasang surut akan bergerak dipermukaan

bumi. Perputarannya memerlukan waktu selama kurang lebih 24 jam 50 menit

dalam satu putaran (Hutabarat dan Evans, 1986).

Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari

membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang

rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pada saat

bulan 1/4 dan 3/4.

Gambar 2.1. Spring Tide & Neap Tide

Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap

harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya

pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu

kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian

tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut

21

Page 14: master 1

dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides).

Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut

dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua

bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.

Karakter pasang surut di perairan Teluk Palabuhanratu merupakan perambatan

dari pengaruh pasut yang terjadi di Samudera Indonesia. Pasang surut bersifat

campuran dominasi semidiurnal yaitu tinggi pasang dan surut pertama tidak sama

dengan tinggi pasang dan surut kedua, terjadi karena perairan teluk berhubungan

langsung dengan perairan laut lepas Samudera Hindia (Anwar, 2008).

Luas perairan Indonesia agak terbatas untuk dapat bereaksi secara

maksimal terhadap gaya penggerak pasang surut, sehingga pasang surut di

perairan Indonesia merupakan cerminan reaksinya terhadap sistem pasang surut di

Lautan Pasifik dan Lautan Hindia. Di samping keadaan tersebut dapat diduga,

pengaruh resonansi lokal yang terbentuk pada perairan yang setengah tertutup

sebagaimana Indonesia, juga mempunyai peranan penting dalam perambatan

pasang surut di Indonesia (Anwar, 2008).

Selain dengan melihat data pasang surut yang diplot dalam bentuk grafik

tipe pasang surut juga dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang

dinyatakan dalam bentuk Pond and Pickard (1983) dalam Yadranka (2006):

Keterangan

F ≤ 0.25 = Pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides)

0,25<F≤1,5 = Pasang surut tipe campuran condong harian ganda

(mixed mainly semidiurnal tides)

1,50<F≤3,0 = Pasang surut tipe campuran condong harian tunggal

(mixed mainly diurnal tides)

F > 3.0 = Pasang surut tipe tunggal (diurnal tides)

Keterangan:

F : bilangan Formzal

AK1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama

22

Page 15: master 1

yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari

AO1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama

yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

AM2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang

disebabkan oleh gaya tarik bulan

AS2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang

disebabkan oleh gaya tarik matahari

Sifat pasang surut yang periodik dapat diramalkan. Untuk meramalkan

pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing

komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut

terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena

interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar gelombang

pasang surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang

surut yang baru.

2.3 Parameter Kimia

2.3.1. Salinitas

Salinitas merupakan jumlah total garam yang dinyatakan dalam gram yang

terdapat pada satu kilogram air laut dimana semua karbonat telah teroksidasi dan

Iodine dan Bromine digantikan oleh Clorine dan semua bahan organik

dioksidasikan sempurna (Riley dan Skirrow, 1975 dalam Munggaran, 2003).

Distribusi salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pola sirkulasi

air, penguapan (evaporasi), curah hujan (presipitasi), dan aliran sungai yang ada di

sekitarnya (Nontji, 1987).

Salinitas mempunyai peranan penting dalam kehidupan organisme,

misalnya distribusi biota akuatik sangat erat kaitannya dengan salinitas

(Nybakken, 1992). Salinitas di laut secara fisiologis mempengaruhi kehidupan

biota laut karena erat hubungannya dengan penyesuaian tekanan osmotik antara

sitoplasma dari sel-sel dalam tubuh dengan keadaan salinitas lingkungan.

Perubahan salinitas sering menunjukkan perubahan massa air dan keadaan

stabilitasnya (Laevastu dan Hayes, 1981).

Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga

mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap (monotonik)

23

Page 16: master 1

terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu daerah antara

23,5-40° LU atau 23,5-40° LS), salinitas di permukaan lebih besar daripada di

kedalaman akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar 500

sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah sacara

monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di

permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibat dari tingginya curah

hujan.

Kisaran salinitas rata-rata di lapisan permukaan perairan teluk Pelabuhan

Ratu antara 32,33 ‰-32,96 ‰, dengan salinitas tertinggi pada triwulan Agustus-

Oktober dan terendah pada Mei–Juli. Menurut Levitus (1982) dalam Handayani

(2003), salinitas rata-rata per-triwulan di permukaan laut wilayah selatan Jawa

adalah, tertinggi (33,96 ‰) terjadi pada triwulan Agustus-September-Oktober,

dan terendah (32,33 ‰) terjadi pada triwulan Mei-Juni-Juli. Pariwono et al.

(1988), menyatakan bahwa salinitas di perairan selatan Jawa pada akhir musim

timur cenderung lebih tinggi dibanding saat musim barat.

Menurut Nontji (1987), sebaran vertikal salinitas di laut dapat terjadi

karena adanya pengadukan lapisan atas air laut (surface mix layer) dengan

pengaruh angin di perairan lepas pantai yang dalam, sehingga terbentuk lapisan

permukaan dengan salinitas dan suhu yang homogen setebal 50 sampai 70 m

tergantung pada intensitas pengadukan. Akibatnya terjadi lapisan kedua di

bawahnya dengan gradasi densitas yang tajam, hal ini menghambat tercampurnya

lapisan air di permukaan dengan lapisan air di bawahnya.

Menurut King (1963) dalam Munggaran (2003), salinitas di laut pada

umumnya bervariasi antara 33 ‰ sampai 37 ‰. Salinitas merupakan parameter

penting di laut yang bersifat konservatif (elemen penyusunnya mempunyai

perbandingan relatif tetap dengan unsur lain di laut). Dengan kata lain salinitas

hanya dapat berubah oleh penambahan atau pengurangan air yang ditentukan oleh

kesetimbangan penguapan (evaporasi) dan curah hujan (presipitasi) yang terdapat

pada suatu daerah. Perubahan salinitas pada perairan pantai adalah relatif lebih

besar bila dibandingkan dengan perairan laut bebas (laut lepas). Hal tersebut

disebabkan perairan pantai banyak memperoleh masukan air tawar dari muara-

muara sungai terutama ketika curah hujan tinggi.

24

Page 17: master 1

2.3.2. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad

hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian

menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen

juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses

aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses

difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam

perairan tersebut (Salmin, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung

dari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air

dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.

Odum (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan

bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin

tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi,

karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses

fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar

oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen

yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik

dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung

pada jenis, stadium dan aktifitasnya.

Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit

apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis

ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya

tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (Wardoyo

1978). Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan

nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen

terlarut minimum ini sudah cukup mendukungkehidupan organisme (SWINGLE,

1968). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm

selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %

(HUET, 1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5

ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut(ANONIMOUS, 2004)

Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak

dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa

25

Page 18: master 1

organik dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi

fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak

efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae untuk

proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air

tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir (Warlina 2004).

Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis

bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut

dengan jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme.

Keberadaan logam berta yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi system

respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan

terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih

menderita (Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2003). Pada siang hari, ketika matahari

bersinar terang, pelepasan oksigen oleh proses fotosintesa yang berlangsung

intensif pada lapisan eufotik lebih besar daripada oksigen yang dikonsumsi oleh

proses respirasi. Kadar oksigen terlarut dapat melebihi kadar oksigen jenuh,

sehingga perairan mengalami supersaturasi. Sedangkan pada malam hari, tidak

ada fotosintesa, tetapi respirasi terus berlangsung. Pola perubahan kadar oksigen

ini mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen pada lapisan eufotik

perairan. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum pada pagi

hari (Warlina 2004).

Hasil Pengukuran Oksigen Terlarut (DO) di daerah Teluk Pelabuhan Ratu

Sukabumi pada tahun 2002 selama bulan April sampai Juni berkisar antara 5,33 –

10,19 ppm. Nilai oksigen terlarut terendah dan tertinggi dijumpai pada bulan

April dimana variasi nilai Oksigen terlarut pada bulan ini cukup besar antara

stasiun pengamatan (Mony 2004). Sedangkan sebaran oksigen terlarut di

permukaan pada pengamatan bulan April-Juni 2002 terlihat kandungan oksigen

terlarut pada lapisan permukaan di daerah mulut muara lebih tinggi dibandingkan

dengan perairan di daerah muara dan laut. Hal ini mungkin disebabkan oleh

turbulence yang kuat akibat pecahan gelombang yang menuju dalam muara

(Mony 2004).DAPUS????

Oksigen merupakan salah satu unsur utama bagi kehidupan yang sangat

berperan dalam proses-proses biologi dan geokimia yang terjadi di perairan.

26

Page 19: master 1

Oksigen terlarut (DO) adalah kandungan oksigen yang terlarut dalam air, dan

tekanan parsial gas-gas yang ada di udara dan air. Kadar osigen yang terlarut di

perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbelensi air dan

tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin

kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Selain faktor

tersebut, faktor fisika perairan seperti arus dan gelombang turut mempengaruhi

kecepatan oksigen memasuki dan terdistribusi dalam air laut (Jeffries dan Mills,

1996 dalam Effendi, 2003).

Oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat berpengaruh dalam

mendeteksi adanya pencemaran, karena oksigen dapat digunakan untuk melihat

perubahan atau ragam biota dalam laut. Oksigen terlarut dalam perairan

dimanfaatkan untuk proses respirasi biota akuatik dan dimanfaatkan oleh mikroba

untuk mengoksidasi bahan organik yang berlangsung dalam kondisi aerob. Dalam

air laut, oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan melalui proses respirasi

dan menguraikan zat organik oleh mikroorganisme (Boyd 1988, dalam Effendi,

2003).

Ketersediaan DO berperan penting bagi proses penguraian bahan organik.

Pada kadar DO yang rendah, proses penguraian bahan organik akan menjadi

lambat. Jika proses penguraian berlangsung secara anaerob, maka perairan akan

menghasilkan H2S dan NH3-N yang bersifat reduksi dan toksik (beracun) bagi

organisme akuatik (Effendi, 2003).

Sumber utama O2 di perairan laut berasal dari difusi oksigen yang terdapat

di atmosfer (sekitar 35 ‰) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan

fitoplankton (Novotry dan Olem, 1994 dalam Effendi, 2003). Faktor-faktor yang

mempengaruhi sebaran kandungan DO di laut yaitu :

a. Suhu, salinitas, oksigen bebas yang larut dalam air laut akan menurun

dengan meningkatnya suhu dan salinitas.

b. Aktivitas biologi, yang berpengaruh secara nyata terhadap konsentrasi

oksigen dan karbon dioksida.

c. Arus dan proses percampuran yang cenderung mengubah pengaruh

kegiatan biologi lewat gerakan massa air dan difusi.

27

Page 20: master 1

Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi vertikal O2 di laut adalah

temperatur, salinitas, tekanan hidrostatik, fotosintesis dan respirasi, biodegradasi

dan transpor massa air bawah laut (Sanusi, 2006). Pada lapisan permukaan, kadar

oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara

bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan

terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin

berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan

oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik (Effendi 2003).

Berikut ini merupakan gambar distribusi vertikal oksigen terlarut menurut

Chester (1990) dalam Sanusi (2006):

Gambar 2.2. Distribusi vertikal oksigen terlarut (DO)

(Sumber: Chester, 1990 dalam Sanusi, 2006)

28

Kadar O2terlarut

200 – 800 mK

Kedalaman

Page 21: master 1

III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Lokasi Pengamatan

Fieldtrip Oseanografi Umum dilakukan pada hari Selasa, 28 Desember

2010 sampai Kamis, 30 Desember 2010 dan lokasi berada pada daerah Teluk

Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis Teluk Palabuhanratu

terletak pada posisi 106o22’00” - 106o33’00’BT dan 6o57’00”-7o07’00’’ LS. Lokasi

terbagi kedalam 3 tempat yakni Pantai SLK Palabuhanratu, Tempat Pendaratan

Ikan dan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3.2. Alat dan Bahan

Pada pengamatan yang dilakukan di Palabuhanratu digunakan beberapa alat.

Adapun alat tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan alat praktikum

Lokasi + Materi AlatPANTAI  

Gelombang Panjang Gelombang Tali tambang, Tali Rafia  Periode Gelombang Stopwatch  Tinggi Gelombang Papan Skala

  Refraksi GelombangView box, plastik transparansi, Spidol Permanen, Penggaris

Kemiringan Pantai   Kayu Reng, Waterpass, PenggarisPELABUHAN  

Pasang Surut   Papan SkalaKAPAL  

Koordinat Stasiun  GPS, Peta, Kompas Bidik, Penggaris, Pensil, Busur

Arus   Floating droadge, Tali tambang, StopwatchSalinitas   Refraktometer, Pipet, Tisu, AkuadesSuhu   Termometer (biasa, protected, unprotected)

DO  Botol Nansen, Pipet, Larutan (MnCl2, NaOHKI, H2SO4, akuades)

  botol BOD, gelas beker, tisuKedalaman   GPS Sounder

Metode Kerja

3.2.1. Penentuan Posisi

Penentuan posisi dilaksanakan di kapal dengan cara menggunakan kompas

bidik atau GPS (Global Positioning System). Posisi ditentukan letaknya pada

daerah mana di perairan Teluk Palabuhanratu. Cara penentuan posisi dengan

menggunkan kompas bidik yaitu terlebih dahulu kita harus berada di atas kapal

29

Page 22: master 1

dan menetapkan arah utara. Kemudian posisi kapal ditentukan berdasarkan dua

patokan tanda di darat seperti bukit–bukit. Patokan pertama kita ukur berapa

derajat dari utara kemudian tarik garis lurus dari kapal menuju patokan pertama,

begitu juga dengan patokan kedua, sehingga didapatkan garis perpotongan. Titik

perpotongan garis tersebut menunjukkan posisi kapal berada. Untuk

memastikannya kita dapat melihat posisi kapal dari GPS, kemudian bandingkan

dengan yang didapatkan dengan cara baringan.

3.2.2. Suhu

Alat pengukur suhu untuk laut dalam dikenal dengan nama Deep Sea

Reversing Thermometers (DSRT). DSRT memiliki dua jenis termometer yaitu

protected (termometer balik terlindung) dan unprotected (termometer balik

terbuka), dimana masing-masing termometer terdiri dari termometer utama dan

termometer bantu. Pengoperasian DSRT dilakukan seiring dengan penggunaan

botol Nansen. Berikut ini merupakan cara kerja dari kedua termometer tersebut

sebagai berikut:

a. Kedua termometer itu diletakkan secara terbalik dan diturunkan ke dalam

perairan yang diinginkan, dan

b.Diamkan beberapa saat lalu lepas messenger melalui tali kemudian angkat

dan baca skalanya.

Termometer utama berfungsi sebagai pembaca skala suhu in situ,

sedangkan termometer bantu berfungsi sebagai suhu koreksian pada tabung gelas

pelindung pada kedua termometer tersebut. Nilai termometer bantu ini merupakan

nilai koreksi suhu pada pembacaan suhu pada pembacaan suhu pada termometer

utama suhu insitu untuk menghindari kesalahan pembacaan suhu insitu pada saat

penarikan botol Nansen ke permukaan yang dapat menimbulkan perubahan suhu

di tabung gelas pelindungnya.

3.2.3. Arus

Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan Floating droage yang

merupakan alat pengukur arus secara manual. Alat ini terdiri dari papan yang

berbentuk silang, tali dan dibantu dengan kompas bidik untuk mengukur

kecepatan arus. Prinsip kerjanya sangat sederhana dimana papan yang telah di ikat

dengan tali dihanyutkan mengikuti arus yang ada. Teknik menghitung waktu

30

Page 23: master 1

dengan menggunakan stopwacth yaitu mulai dari saat papan itu diturunkan ke

permukaan air dan setelah tali menegang, misalnya mencapai panjang 3 meter

stopwatch dihentikan serta dicatat waktunya. Selanjutnya dilakukan pengukuran

arah arus dengan bantuan kompas. Untuk memperoleh data yang akurat perlu di

lakukan beberapa ulangan.

3.2.4. Gelombang

Bagian yang diukur adalah panjang gelombang, tinggi gelombang, periode

gelombang, dan refraksi gelombang.

a. Metode pengukuran tinggi gelombang

Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan menggunakan papan

skala. Papan skala tersebut dipegang oleh dua orang praktikan pada daerah yang

akan dilewati puncak gelombang. Seorang praktikan bertugas untuk melihat tinggi

maksimum dan minimum gelombang pada papan skala dan praktikan lain

mencatat hasilnya. Pertama-tama, saat gelombang melewati papan skala praktikan

melihat tinggi dari puncak gelombang tersebut sebelum pecah, dan tinggi

gelombang terendah. Selisih antara nilai puncak tertinggi dan terendah tersebut

merupakan tinggi gelombang yang didapat. Pengukuran ini dilakukan sebanyak

10 kali ulangan.

b. Metode pengukuran periode gelombang

Posisi di pantai ditentukan oleh praktikan 2 dan stopwatch dipersiapkan,

praktikan 1 berada di tengah laut dan bertugas memberikan kode pada saat

gelombang 1 dan gelombang 2 datang. Pada saat gelombang 1 datang mengenai

praktikan 1 stopwatch dihidupkan dan pada saat gelombang 2 mengenai praktikan

1 stopwatch dimatikan dan waktu yang dibutuhkan pada saat gelombang 1 hingga

gelombang 2 dicatat.

c. Metode pengukuran kemiringan pantai

Pada pengukuran kemiringan pantai digunakan alat waterpass, kayu reng,

serta mistar. Selain mengukur kemiringan pantai, dapat juga ditentukan jenis

pantai tersebut curam atau landai. Pengukuran diawali dengan menentukan batas

vegetasi terendah sebagai stasiun pengamatan. Gunakan kayu reng sebagai

patokan dengan ukuran tertentu sebagai sumbu x dan mistar sebagai sumbu y.

31

Page 24: master 1

Letakkan water pass pada kayu reng (sumbu x) dan lakukan pergerakan pada

kayu reng sehingga dapat mengindikasikan water pass berada pada posisi yang

seimbang atau ideal. Hal ini ditunjukkan dengan letak gelembung pada water pass

tepat berada di tengah- tengah. Setelah water pass berada pada posisi yang

sejajar/seimbang, ukur perubahan tinggi pada kondisi awal dengan pada saat

water pass berada pada keadaan ideal. Lakukan prosedur yang sama sampai pada

daerah air laut pertama kali menyentuh permukaan pantai.

d. Metode pengukuran refraksi gelombang

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut view

box. Alat tersebut diletakkan pada jarak tertentu dari laut. Praktikan melihat awal

terbentuknya gelombang melalui jendela refraksi. Pada sisi kanan dan kiri jendela

refraksi, diamati arah pecah gelombang. Dengan demikian dapat dihitung sudut

refraksi yang terbentuk. Pengukuran ini dilakukan sebanyak 30 kali ulangan.

3.2.5. Pengukuran Pasang Surut

Pengukuran pasang surut dilakukan dengan menggunakan papan skala.

Papan skala tersebut diletakkan secara vertikal pada sudut (pinggir) dermaga lalu

diikat agar posisinya tidak berubah dan hindari dari kegiatan masyarakat sekitar.

Catat nilai pasang dengan indikasi nilai tertinggi selama 15 menit sekali dan nilai

surut dengan indikasi nilai terendah selama waktu pengamatan (3 hari).

3.2.6. Salinitas

Metode pengukuran salinitas menggunakan alat refraktometer. Alat ini

menggunakan prinsip berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap sebanding

dengan jumlah garam yang terkandung dalam air laut. Pertama-tama

refraktometer dikalibrasi dengan akuades sampai salinitasnya nol. Kemudian dilap

dengan tisu. Setelah dikalibrasi, tetesi refraktometer dengan sampel air laut

dengan menggunakan pipet tetes. Lalu refraktometer dihadapkan ke arah

datangnya cahaya matahari. Setelah itu dilihat nilai skala salinitas di sisi kanan

dan nilai densitas di sisi kiri pembaca.

3.2.7. Oksigen Terlarut (DO)

Metode pengukuran oksigen terlarut dengan cara Winkler, prinsipnya

dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel air laut yang telah diambil dan

dimasukkan ke dalam botol BOD ditambahkan larutan MnCl2 sampai larutan

32

Page 25: master 1

berwarna kuning emas. Kemudian ditambahkan NaOH + KI sampai terbentuk

endapan. Setelah itu ditambahkan H2SO4 sampai endapan tersebut larut. Larutan

tersebut diambil sedikit dan dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer untuk

dititrasi dengan menggunakan larutan tiosulfat. Setelah larutan berubah warna

menjadi kuning, ditambahkan indikator hingga berwarna biru. Indikator yang

digunakan adalah amilum. Lalu ditambahkan larutan tiosulfat kembali sampai

larutan menjadi tidak berwarna. Hitung berapa banyak tetesan tiosulfat yang

dibutuhkan agar terjadi perubahan warna tadi.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Arus

Kecepatan Arus

Keterangan :

v = Kecepatan arus (m/s)

s = Jarak (m)

t = Waktu (s)

3.4.2 Gelombang

Panjang Gelombang

atau λ

Keterangan :

λ = panjang gelombang (m)f = frekuensi (Hz)T = periode (s)

Tinggi gelombang

Selisih tinggi gelombang = gelombang tertinggi – gelombang terendah

Refraksi Gelombang

33

Page 26: master 1

Keterangan :

α = sudut refraksi (o)y = garis horizontal yang segaris dengan garis pantai (cm)x = garis vertical yang ditarik dari garis horizontal dengan titik gelombang

teringgi (cm)

3.4.3 Profil Pantai

Kemiringan Pantai

Keterangan :

α = sudut kemiringan pantai (0)y = garis vertical dari dasar pasir pantai yang membentuk sudut 900 dengan

garis horizontal (m)x = panjang balok (2m)

3.4.4 Pasang Surut

3.4.5 Oksigen Terlarut (DO)

Keterangan :

DO = Oksigen terlarut (ppm)

C = Banyaknya tiosulfat yang digunakan untuk titrasi, kemudian dikonversi dalam ml (ml)

N = 0,025

Vs = Volume sampel yang dititrasi (ml)

Vb = Volume botol DO

34

Page 27: master 1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Posisi Stasiun

Praktikum Oseanografi Umum dilakukan bertempat di Pelabuhan Ratu.

Secara umum posisi Pelabuhan Ratu terletak pada 6o58’ – 7o25’ LS dan 106o18’

– 106o32’ BT. Pada Pelabuhan Ratu di sekitarnya dikelilingi oleh pegunungan dan

bukit-bukit yang diikuti oleh dataran pantai dan selanjutnya pantai terjal yang

berkelanjutan di bawah laut. Pelabuhan Ratu secara topografi dasar laut

dikategorikan sebagai tipe perairan dangkal hingga jarak 300 m dari garis pantai

yaitu mempunyai kedalaman antara 3 – 4 m (perairan /muara) sampai lebih dari

200 m (Sanusi, 1994).

Gambar 4.3. Lokasi Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat

Pengamatan yang dilakukan adalah menentukan posisi koordinat stasiun

dengan menggunakan metode baringan dan GPS. Penentuan posisi stasiun atau

kapal dengan menggunakan metode baringan dilakukan dengan cara membidik

kompas bidik terhadap objek yang terdapat di sekitar Pelabuhan Ratu seperti

gunung atau bukit. Pada praktikum kali ini objek yang dijadikan acuan adalah

Bukit Jayanti atau Bukit Gedogan. Sedangkan penentuan posisi dengan

menggunakan GPS adalah cukup membaca nilai yang tertera pada layar.

35

Page 28: master 1

Hasil pengamatan penentuan posisi kapal kelompok 36 shift 3 dengan

menggunakan metode baringan menjadikan objek 1 adalah Bukit Gedogan dan

objek 2 adalah Bukit Jayanti. Dengan kompas bidik, posisi kapal saat penentuan

koordinat stasiun 21 adalah saat kapal berada pada 1620 dari bukit Gedogan dan

1200 dari bukit Jayanti dan posisi koordinat stasiun 21 adalah 6o 58’ 42” LS dan

106o 30’ 36” BT, koordinat stasiun 22 adalah saat kapal berada pada 140 o dari

bukit Gedogan dan 1000 dari bukit Jayanti, dan posisi koordinat stasiun 22 adalah

6o 58’ 48” LS dan 106o 26’ 36” BT, koordinat stasiun 23 adalah saat kapal berada

pada 137o dari bukit Gedogan dan 1090 dari bukit Jayanti, dan posisi koordinat

stasiun 23 adalah 6o 57’ 48” LS dan 106o26’ 30” BT. Sedangkan posisi koordinat

yang diperoleh dengan menggunakan GPS hasil yang diperoleh adalah stasiun 21

berada pada posisi koordinat 06 58' 41.8" LS dan 106 31' 23.1" BT, stasiun 22

berada pada posisi koordinat 06 58' 21" LS dan 106 29' 20.1" BT, stasiun 23

berada pada posisi koordinat 06 57' 20.8" LS dan 106 28' 44" BT.

Tabel 2. Data posisi stasiun pengamatan di perairan Teluk Palabuhanratu

StasiunMetode Baringan Metode GPS

Objek 1 Objek 2 LS BT LS BT

21 162o 120o 6o 58’ 42” 106o 30’ 36” 6⁰ 58' 41,8'' 106⁰ 31' 23,1''

22 140o 100o 6o 58’ 48” 106o 26’ 36” 6⁰ 58' 21,0'' 106⁰ 29' 20,1''

23 109o 137o 6o 57’ 48” 106o26’ 30” 6⁰ 57' 20,8'' 106⁰ 28' 44,1''

Keterangan :

Objek 1 = Bukit Jayanti

Objek 2 = Bukit Gedogan

Berdasarkan hasil pengamatan, hasil menujukkan bahwa nilai yang

dihasilkan dengan menggunakan baringan atau GPS tidak jauh berbeda. Hal-hal

lain yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai yang dihasilkan pada

penentuan posisi kapal, yaitu perbedaan pergerakan arus dan gelombang juga akan

menyebabkan posisi kapal sedikit berubah-ubah. Penentuan posisi kapal lebih

mudah dilakukan dengan GPS, karena data yang dihasilkan akan langsung

36

Page 29: master 1

menujukkan posisi dimana kapal berada dan hasilnya lebih akurat karena

didukung dengan adanya penginderaan jauh oleh satelit. Sedangkan pada baringan

sedikit lebih sulit karena harus melakukan intepretasi dengan peta terlebih dahulu.

4.2. Parameter Fisika

4.2.1. Suhu

Suhu adalah besarnya bahang yang terkandung suatu bahan. Suhu

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran organism di

perairan. Pengukuran suhu dilakukan di atas kapal pada pagi hari dengan cuaca

yang cerah. Data hasil pengukuran suhu Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengukuran suhu stasiun 21-23 Teluk Palabuhanratu

Stasiun Lintang Bujur Kedalaman ( m) Suhu (°C)

21 -6.9783 106.52310 28

10 29

22 -6.9725 106.48890 29

10 28,5

23 -6.9557 106.47900 27

10 26

37

Page 30: master 1

Gambar 4.4. Sebaran menegak suhu Teluk Palabuhanratu

Berdasarkan Gambar 4.4., sebaran suhu secara menegak,

diketahui bahwa seiring dengan bertambahnya kedalaman,

maka suhu perairan semakin berkurang. Hal ini dapat terlihat

pada stasiun pertama (grafik berwarna merah), pada daerah

permukaan dengan kedalaman 5 meter, suhunya mencapai

29.6˚C sedangkan pada kedalaman 20 meter suhunya berkurang

menjadi 29.4˚C. Pada stasiun kedua (grafik berwarna biru) yaitu

mengalami penurunan suhu dari 29.7˚C menjadi 29.4˚C. Hal

yang sama juga terjadi pada stasiun ketiga (grafik berwarna

hijau), mengalami penurunan suhu dari 29.8˚C pada kedalaman

5 meter (daerah permukaan) menjadi 29.5˚C pada kedalaman

20 meter.

Adanya perbedaan suhu tersebut disebabkan oleh

intensitas penyinaran matahari. Hal ini menyebabkan lapisan

permukaan mendapat sinar matahari langsung pada siang hari.

Selain itu, adanya angin yang berhembus di permukaan perairan

menyebabkan terjadinya pengadukan pada lapisan tersebut

sehingga pada kedalaman tertentu suhu perairan hangat dan

homogen.

38

Page 31: master 1

Gambar 4.5. Sebaran melintang suhu Teluk Palabuhanratu

Berdasarkan Gambar 4.5, sebaran suhu secara melintang

diketahui bahwa semakin menjauh dari daratan maka suhu

perairan semakin dingin. Hal ini ditunjukkan oleh daerah yang

mengalami perubahan warna dari warna orange menjadi warna

hijau. Hal ini membuktikan bahwa semakin mendekati daratan,

maka suhu perairan semakin panas yang disebabkan oleh

pengaruh panas dari daratan. Adapun daerah yang berwarna

abu-abu pada gambar di atas, meunjukkan bahwa daerah

tersebut tidak memiliki data dan tidak terhitung sebagai

kedalaman.

4.2.2. Arus

Dari data yang diperoleh tiga kelompok praktikan pada waktu yang

berbeda dan masih pada tempat yang sama diperoleh tiga data dengan variasi arus

yang berbeda-beda. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil pengukuran arus Teluk Palabuhanratu

Kelompok UlanganArus

S (m) T (s) V (m/s) Arah (o)

I

1

1.3229

52.7100 0.0251 49.0000

2 90.0000 0.0147 130.0000

3 73.0000 0.0181 290.0000

II

1

1.3229

16.1800 0.0818 122.0000

2 13.9900 0.0950 85.0000

3 24.8500 0.0532 70.0000

III

1

1.3229

22.3000 0.0593 330.0000

2 38.7000 0.0342 345.0000

3 0.0000 0.0000 0.0000

39

Page 32: master 1

Gambar 4.6. Stik plot arus pada stasiun 21 Teluk Palabuhanratu

Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa pada stasiun pertama arah arus

yang terjadi cenderung mengarah ke arah selatan dengan kecepatan dan waktu

yang sangat bervariasi dimulai dari kecepatan 0,0147 m/s sampai kecepatan

terbesarnya yakni sebesar 0,0251 m/s dan waktu 50 detik sampai 90 detik.

40

Page 33: master 1

Gambar 4.7. Stik plot arus pada stasiun 22 Teluk Palabuhanratu

Sedangkan pada stasiun 2 terlihat bahwa arah arus yang dimulai dari detik

ke 14 sampai detik ke 25 arah arusnya cenderung menuju ke arah tenggara dengan

kecepatan terkecilnya sebesar 0,0532 m/s dan kecepatan terbesarnya 0,0950 m/s.

Gambar 4.8. Stik plot arus pada Stasiun 23 Teluk Palabuhanratu

Sedangkan pada stasiun 3 terlihat bahwa arah arus yang dimulai dari detik

ke 0 sampai detik ke 40 arah arusnya cenderung menuju ke arah tenggara dengan

kecepatan terkecilnya sebesar 0,0001 m/s dan kecepatan terbesarnya 0,0588 m/s.

Faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang

bertiup diatasnya. Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan

(atas) sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan

berkurang sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan sampai pada

akhirnya angin tidak berpengaruh pada kedalaman 200 meter. Oleh karena

dibangkitkan angin, arah arus laut permukaan (atas) mengikuti arah angin yang

ada.

Selain pergerakan arah arus mendatar, angin dapat menimbulkan arus air

vertikal yang dikenal dengan upwelling dan sinking di daerah-daerah tertentu.

Proses upwelling adalah suatu proses massa air yang didorong ke atas dari

kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter. Angin yang mendorong lapisan air

41

Page 34: master 1

permukaan mengakibatkan kekosongan di bagian atas, akibatnya air yang berasal

dari bawah menggantikan kekosongan yang berada di atas. Oleh karena air yang

dari kedalaman lapisan belum berhubungan dengan atmosfer, maka kandugan

oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan dengan suhu air

permukaan lainnya.

4.2.3. Gelombang

Berdasarkan data parameter gelombang, dapat diketahui karakteristik

gelombang Pelabuhan Ratu. Pada pukul 11.00 – 13.00 WIB telah dilakukan

pengambilan data gelombang dengan tinggi gelombang yang rata-ratanya adalah

0,645 m dari sepuluh kali ulangan. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata jarak

menegak atau vertikal antara puncak dan lembah gelombang sebesar 0,645 m.

Pada penghitungan periode (T) didapatkan rata-rata dari sepuluh kali

ulangan adalah 8,2 detik. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata panjang

gelombang di Pelabuhan Ratu membutuhkan waktu 8,2 detik untuk melewai satu

titik yang sama. Adapun data hasil pengukuran tinggi dan periode gelombang

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengukuran tinggi dan

periode gelombang Teluk Palabuhanratu

Ulangan Tinggi (m)Periode

(s)

1 0.3000 9.0000

2 0.4500 10.0000

3 0.7500 4.0000

4 0.6000 8.0000

5 1.1000 12.0000

6 1.1000 13.0000

7 0.6000 9.0000

8 0.5000 4.0000

9 0.6000 7.0000

10 0.4500 6.0000

Rata-rata 0.6450 8.2000

42

Page 35: master 1

Berdasarkan percobaan refraksi gelombang diketahui Y sehingga dapat

dicari sudut refraksi gelombang dengan rumus α = arctan (Y/X). Rata-rata sudut

refraksi gelombang dengan tiga puluh kali ulangan adalah 27,5610˚. Refraksi

gelombang merupakan pembelokan arah datangnya gelombang karena adanya

perubahan gelombang ketika terjadi perubahan kedalaman (batymetry). Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata sudut rambat gelombang ke pantai adalah 27,5610˚,

sehingga gelombang yang mengenai pantai Pelabuhan Ratu adalah gelombang

yang berkekuatan kecil dilihat dari data panjang gelombang, tinggi gelombang

dan sudut refrakasinya. Karena bila sudut refrakasi gelombang semakin mendekati

90˚, maka energi hempasan gelombang yang mengenai pantai semakin besar pula.

Panjang gelombang (L) dapat diketahui dengan menggunakan rumus

L = (√(gxd)) x T. Sehingga dapat diperoleh rata-rata panjang gelombang pada

sepuluh kali ulangan, yaitu 0,1974 m. Rata-rata cepat rambat gelombang dari

sepuluh kali ulangan dengan rumus C = L/T adalah 0,042 m/s. Hal ini

menunjukkan bahwa gelombang di Pelabuhan Ratu mempunyai karakteristik

gelombang dapat dikatakan bahwa cepat rambat gelombangnya rendah.

Dari hasil penghitungan gelombang dengan rumus f = 1/T didapatkan

rata-rata frekuensi gelombang dari sepuluh kali ulangan yaitu 0,1417 gelombang.

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata gelombang yang muncul setelah 1 detik

adalah 0,1417 gelombang.

Dari data-data gelombang di atas dan bentuk topografi Pelabuhan Ratu

yang berupa teluk dapat diambil kesimpulan bahwa di pantai Pelabuhan Ratu

terjadi proses sedimentasi. Karena gelombang yang berada di teluk Pelabuhan

Ratu besifat divergen (menyebar), sehingga energi yang mengenai teluk juga

rendah dan membawa partikel-partikel berat hasil dari gelombang konvergen

(memusat) yang berasal dari sebelah kiri dan kanan teluk.

Berdasarkan data akumulatif dalam profil pantai, maka akan dilihat

bahwa terdapat kemiringan akumulatif sebesar 4,9073o. Hal ini menunjukkan

profil pantai yang dilihat dari vegetasi tumbuhan terakhir sampai daerah yang

terkena arus air laut tidak sejajar. Ketidaksejajaran ini disebabkam karena adanya

dorongan air laut yang mendorong maupun menarik pasir laut baik menuju pantai

ataupun ke laut.

43

Page 36: master 1

Gambar 4.9. Profil pantai ulangan 1 Teluk Palabuhanratu

Gambar 4.10. Profil pantai ulangan 2 Teluk Palabuhanratu

44

Page 37: master 1

4.2.4. Pasang Surut

Gambar 4.11. Grafik Pasang Surut di Teluk Palabuhanratu

Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan air surut

setiap harinya. Hal ini dikarenakan perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya

pembangkit pasang surut. Berdasarkan grafik pasang surut di atas dapat dilihat

bahwa tipe pasang surut di Teluk Palabuhanratu termasuk tipe campuran dominan

ganda. Pada hari pertama hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Hal ini

berbeda pada hari kedua yang menunjukkan air pasang sebanyak dua kali dan

surut dua kali pula. Pada hari ketigapun terjadi dua kali pasang dan dua kali surut.

Oleh karena itu, tipe pasang dan surut di Teluk Palabuhanratu dapat dikatakan

dominan ganda tetapi memiliki ketinggian yang berbeda setiap harinya.

Pengukuran pasang surut dilakukan selama tiga hari, mulai dari hari Senin,

28 Desember 2009 pada pukul 04.45 sampai hari Rabu, 30 Desember 2009 pukul

14.45. Sedangkan pencatatan data pasang surut dilakukan setiap 15 menit sekali

dan data yang diamati meliputi data tinggi maksimal (tertinggi) air laut dan tinggi

minimal (terendah) air laut.

Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan air surut

setiap harinya. Hal ini dikarenakan perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya

pembangkit pasang surut. Luas perairan Indonesia agak terbatas untuk dapat

bereaksi secara maksimal terhadap gaya penggerak pasang surut, sehingga pasang

surut di perairan Indonesia merupakan cerminan reaksinya terhadap sistem pasang

45

Page 38: master 1

surut di Lautan Pasifik dan Lautan Hindia. Di samping keadaan tersebut dapat

diduga, pengaruh resonansi lokal yang terbentuk pada perairan yang setengah

tertutup sebagaimana Indonesia, juga mempunyai peranan penting dalam

perambatan pasang surut di Indonesia

Berdasarkan grafik pasang surut di atas dapat dilihat bahwa tipe pasang

surut di Teluk Palabuhanratu termasuk tipe campuran dominan ganda. Pasang

surut campuran dominan ganda adalah pasang surut yang mengalami dua kali

pasang dan dua kali surut tetapi berbeda tinggi dan periodenya. Pada hari pertama

hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Hal ini berbeda pada hari kedua

dan ketiga yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut. Oleh karena itu,

tipe pasang surut di Teluk Palabuhanratu termasuk pasut tipe campuran dominan

ganda tetapi memiliki ketinggian dan periode yang berbeda setiap harinya. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Anwar, 2008 yang mengatakan bahwa karakter pasang

surut di perairan Teluk Palabuhanratu bersifat campuran dominasi semidiurnal

yaitu tinggi pasang dan surut pertama tidak sama dengan tinggi pasang dan surut

kedua, terjadi karena perairan teluk berhubungan langsung dengan perairan laut

lepas Samudera Hindia yang merupakan perambatan dari pengaruh pasut yang

terjadi di Samudera Hindia.

Dari data diatas juga dapat diketahui beberapa kondisi penting yang sering

dijadikan acuan dalam suatu pengukuran dan perhitungan (datum), yaitu HW

(Highest Water) yang besarnya 140 m, MHHWL (Mean High Highest Water

Level) sebesar 124,5178 m, MHWL (Mean Highest Water Level) sebesar

109,0355 m, MSL (Mean Sea Level) sebesar 78,0711 m, MLWL (Mean Low

Water Level) sebesar 55,28555 m, MLLWL (Mean Low Lowest Water Level)

sebesar 43,89277 m, LW (Lowest Water) sebesar 32,5 m, dan Tidal Range sebesar

107,5 m.

4.3. Parameter Kimia

4.3.1. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas stasiun 21-23 Teluk Palabuhanratu dapat dilihat

pada Tabel 6.

46

Page 39: master 1

Tabel 6. Hasil pengukuran salinitas stasiun 21-23 Teluk Palabuhanratu

Stasiun Lintang Bujur Kedalaman ( m) Salinitas (psu)

21 -6.9783 106.52310 32

10 33

22 -6.9725 106.48890 32

10 33

23 -6.9557 106.47900 32

10 34

Berdasarkan data di atas dapat digunakan untuk melihat sebaran melintang

dan menegak salinitas Teluk Palabuhanratu.

Gambar 4.12. Sebaran melintang salinitas Teluk Palabuhanratu

Dari Gambar 4.12., dapat dilihat bahwa salinitas terbesar berada pada

kisaran 33 psu di beberapa stasiun. Sedangkan salinitas terendah berada pada

kisaran 31 psu di beberapa stasiun. Menurut Sanusi (2006), pada umumnya

perairan laut lepas (off shore) memiliki salinitas sebesar 35 psu yang berarti

bahwa dalam 1 kg air laut terdapat elemen-elemen kimia terlarut (dissolved

elements) seberat 35 gram. Hal ini berbeda dengan pengukuran salinitas di

perairan Pelabuhan Ratu yang kebanyakan memiliki nilai salinitas 33 psu. Hal ini

dapat diakibatkan karena senyawa atau elemen-elemen kimia baik organik

ataupun inorganik di perairan tersebut memiliki komposisi yang berbeda. Ini juga

dapat diakibatkan oleh sumber-sumber nutrien yang didapat. Laevastu dan Hayes

(1981) menyatakan perubahan salinitas di laut terbuka relatif lebih kecil

47

Page 40: master 1

dibandingkan dengan perubahan salinitas di pantai yang memiliki masukan air

tawar dari sungai terutama saat musim hujan. Salinitas di perairan laut

Palabuhanratu memang memiliki perubahan yang tidak signifikan. Salinitas di

perairan Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh keadaan musim dengan faktor

utama adanya masukan massa air sungai yang bermuara. Transpor massa air

sungai yang terutama pada musim barat mengakibatkan turunnya salinitas

perairan pantai Teluk Palabuhanratu.

Gambar 4.13. Grafik sebaran menegak salinitas Teluk Palabuhanratu

Dari sebaran menegak salinitas pada Gambar 4.13., dapat dilihat salinitas di

kedalaman lebih dari 20 m lebih besar dari pada salinitas di permukaan perairan.

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa apabila semakin bertambahnya

kedalaman maka salinitas diperairan tersebut juga meningkat. Hal ini disebabkan

karena semakin bertambahnya kedalaman maka bahan organik dan senyawa-

senyawa lain yang terlarut juga semakin tinggi yang dapat mengendap di dasar

perairan. Selain itu, di daerah tropis salinitas di permukaan lebih rendah daripada

di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi (curahhujan) (Panji, 2005).

Dilihat dari sebaran horizontal, maka dapat disimpulkan bahwa salinitas

sekitar pantai lebih rendah dari pada salinitas di laut lepas. Hal ini disebabkan

karena air laut yang berada dekat daratan masih memiliki pengaruh dari air darat

hingga menyebabkan salinitas di daerah ini kecil. Sebaliknya, salinitas di perairan

laut lepas sudah tidak memiliki pengaruh oleh darat, sehingga salinitasnya pun

48

Page 41: master 1

besar. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan salinitas adalah evaporasi dan

pembentukan es di kutub. Evaporasi menyebabkan garam-garam terlarut akan

semakin tersuspensi dan menyebabkan salinitas semakin tinggi. Selain itu curah

hujan juga menyebabkan tingginya salinitas. Sedangkan masukan air tawar pada

air laut dapat menyebabkan turunnya nilai salinitas (Nontji, 1993).

4.3.2. Oksigen Terlarut (DO)

Hasil pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) stasiun Teluk Palabuhanratu

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pengukuran salinitas Teluk Palabuhanratu

Stasiun Kedalaman (m) Tiosulfat (ml) DO (ppm)

21 0 0,8 6,4516

21 10 1 8,0645

22 0 0,7 5,6452

22 10 0,6 4,8387

23 0 2,5 20,1613

23 10 2,5 20,1613

Sedangkan sebaran melintang dan menegak oksigen terlarut (DO) stasiun

21-23 Teluk Palabuhanratu adalah sebagai berikut.

Gambar 4.14. Sebaran melintang DO di Teluk Palabuhanratu

49

Page 42: master 1

Gambar 4.15. Sebaran menegak DO di Teluk Palabuhanratu

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kadar oksigen terlarut

yang ada di perairan teluk Palabuhanratu pada kedalaman 0 meter atau

dipermulaan berkisar antara 5,6452 ppm hingga 20,1613 ppm. Sedangkan pada

kedalaman 10 meter, kadar oksigen terlarut berkisar antara 4,8387 ppm hingga

20,1613 ppm.

Menurut Effendi (2003) dalam Telaah Kualitas Air, kadar oksigen pada

permukaan perairan akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air

dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya

kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses

fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan

untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Namun, dari

data yang diperoleh tidak semua lokasi menunjukkan hal tersebut. Pada hasil

pengukuran di lapangan hanya satu stasiun yang menunjukkan hal tersebut, yaitu

pada stasiun 22. Namun dua stasiun lain menunjukkan hal berbeda. Pada stasiun

21 menunjukkan hal yang sebaliknya, yaitu pada permukaan kadar oksigen

terlarutnya lebih rendah daripada kedalaman 10 meter. Sedangkan pada stasiun 23

50

Page 43: master 1

tidak ada perbedaan antara kadar oksigen dipermukaan maupun pada kedalaman

10 m.

Pada stasiun 22, kadar oksigen terlarut dalam air laut di permukaan

memiliki nilai yang lebih besar dengan kadar oksigen terlarut yang ada pada

kdalaman 10 meter. Hal tersebut dapat terjadi karena tingginya laju fotosintesis

yang menghasilkan oksigen di permukaan bila dibandingkan dengan laju

fotosintesis pada kedalaman 10 meter.

Effendi juga mengatakan bahwa kadar osigen yang terlarut di perairan

alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbelensi air dan tekanan

atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil

tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Selain faktor tersebut,

faktor fisika perairan seperti arus dan gelombang turut mempengaruhi kecepatan

oksigen memasuki dan terdistribusi dalam air laut. Berdasarkan literatur tersebut,

maka kejadian pada stasiun 21 mungkin terjadi karena adanya pengaruh suhu.

Pada saat pengambilan sampel sekitar pukul 11.00-13.00 WIB, cuaca sangat cerah

sehingga suhu permukaan laut menjadi lebih hangat dibandingkan dengan

kedalaman 10 meter. Hal tersebut dapat mengakibatkan kadar oksigen terlarut

yang ada di permukaan lebih rendah daripada kedalaman 10 meter.

Kadar oksigen pada stasiun 23 pun dapat terjadi karena adanya faktor

fisika perairan. Oksigen dapat terdistribusi secara merata pada perairan hingga

kedalaman 10 meter dapat diakibatkan oleh adanya arus dan gelombang serta

hembusan angin. Menurut Ilahude (1999) dalam Krisnoto (2007), suhu air laut

umumnya sama (homogen) mulai dari paras hingga kedalaman 100 meter. Oleh

karena pada kedalaman 10 meter mash merupakan lapisan yang homogen atau

daerah pencampuran (mix layer) maka perbedaan DO juga tidak terlalu signifikan,

bahkan cenderung sama.

Pada sebaran melintang DO, dapat terlihat bahwa semakin ke arah lepas

pantai kadar oksigen terlarut akan semakin rendah. Pada jarak 0-0,5km dari

pantai kadar oksigen terlarut sebesar 17,5 ppm, pada jarak 0,5-1km dari pantai

kadar oksigen terlarut sekitar 15 ppm, pada jarak 1-1,5km dari pantai memiliki

kadar oksigen terlarut 12,5 ppm. sedangkan pada jarak 1,5-2 km memiliki kadar

51

Page 44: master 1

oksigen terlarut 10 ppm dan pada jarak yang lebih jauh lagi dari pantai terlihat

pada gambar bahwa kadar oksigen terlarut semakin rendah yaitu sekitar 7,5 ppm.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

52

Page 45: master 1

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum lapang oseanografi di perairan Teluk Palabuhanratu,

diperoleh kesimpulan bahwa mahasiswa telah mempelajari dan akhirnya mempu

melakukan pengukuran terhadap beberapa parameter fisika, kimia serta posisi

stasiun pengamatan. Pengamatan yang dliakukan pada lokasi yang berbeda sesuai

dengan posisi dari GPS yaitu stasiun 1 yang terletak pada 6⁰ 58' 41,8'' LS dan

106⁰ 31' 23,1'' BT; stasiun 2 terletak pada 6⁰ 58' 21,0'' LS dan 106⁰ 29' 20,1'' BT;

serta stasiun 3 terletak diantara 6⁰ 57' 20,8'' LS dan 106⁰ 28' 44'' BT. Adapun suhu

perairan Teluk Palabuhanratu berkisar antara 29,39° - 29, 85°C. Hal ini berarti

semakin dalam lautan, maka nilai suhu perairan mengalami penurunan secara

teratur. Selain itu, arus di perairan Teluk Palabuhanratu bergerak dengan kisaran

kecepatan arus antara 0 – 0,0950 m/s.

Secara umum, tipe gelombang pecah di Teluk Palabuhanratu adalah tipe

plunging. Hal ini diketahui dari profil dasar laut yang semakin curam ke arah laut

lepas dan betuk gelombang yang berbentuk konkaf (cekung). Rata-rata sudut

refraksi yang dieproleh sebesar 10.40o. Hal ini berarti sudut refraksi tersebut

memiliki nilai yang lebih besar dari 5o, sehingga kemungkinan terjadinya

sedimentasi lebih besar dibanding abrasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa energi

gelombang yang sampai ke pantai relatif kecil. Adapun tipe pasang surut pantai

Palabuhanratu adalah campuran dominan ganda, yang berarti terjadi dua kali

pasang dan dua kali surut dalam sehari. Ditinjau dari parameter kimia, perairan

Teluk Palabuhanratu memiliki nilai salinitas rata-rata sebesar 32,9615 psu. Kadar

oksigen terlarut di perairan Teluk Palabuhanratu pada kedalaman 0 (permukaan)

yaitu berkisar antara 5,4413 – 19,4332 mg/L, sedangkan pada kedalaman 10 m

berkisar antara 4,6640 – 15,5466 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar

oksigen terlarut di perairan Teluk Palabuhanratu termasuk dalam kategori tinggi.

Secara umum, mahasiswa yang mengikuti praktikum lapang Oseanografi ini

telah mampu dan terampil dalam penggunaan alat-alat yang berhubungan dengan

praktikum tersebut. Selain itu, mahasiswa mampu untuk melakukan penganalisaan

dan mampu menginterpretasikan parameter-parameter fisika dan kimia.

53

Page 46: master 1

5.2 Saran

Berdasarkan beberapa parameter fisika dan kimia yang telah diukur di

perairan Teluk Palabuhanratu dapat diketahui bahwa pantai Palabuhanratu

berpotensi untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat sekitar. Kawasan

tersebut sangat potensial untuk pengembangan pembangkit listrik bertenaga arus.

Selain itu, parameter fisika dan kimia perairan Teluk Palanuhanratu juga dapat

mendukung kehidupan biota perairan yang hidup di perairan tersebut.

Namun, kondisi kebersihan pantai dan perairan Teluk Palabuhanratu masih

kurang perhatian dari masyarakat sekitar. Hal tersebut sebaiknya menjadi

perhatian masyarakat dan perlu diadakan upaya penanggulangan berupa

pembersihan di wilayah pantai dan perairan Palabuhanratu secara kontinu. Selain

itu perlu dibuat peraturan tentang larangan membuang sampah di sekitar perairan

Palabuhanratu.

Selain itu, untuk praktikum lapang selanjutnya dieperlukan rekapan data

yang baik, rapi dan terstruktur dari para praktikan. Hal ini sangat penting bagi

pembuatan dan pengisian tabel data pembuatan laporan praktikum lapang

Oseanografi.

54

Page 47: master 1

Daftar Pustaka

Anwar N. 2008. Karakteristik Fisika Kimia Perairan dan Kaitannya dengan

Distribusi serta Kelimpahan Larva Ikan di Teluk Pelabuhan Ratu. dalam

http://www.damandiri.or.id. [19 Januari 2010].

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Fatma E. 2006. Pendugaan sebaran suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil

di Perairan Selatan Jawa menggunakan citra satelit terra modis. [skripsi].

Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Hariyadi, Sigidet al. 2000. Limnologi. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Hutabarat S, Evans SM. 1986. Pengantar Oseanografi. Djambatan. Jakarta.

hal.158.

Krisnoto. 2007. Keragaman suhu, salinitas, dan kecepatan arus di Selat Lifamatola

(Maret 2004- Mei 2005). [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nontji, A. 1987. Biomassa dan Produktivitas Fitoplankton di Perairan Teluk

Jakarta Serta Kajiannya dengan Faktor-Faktor Lingkungan. Bogor: Pasca

Sarjana. Institut Pertanian Bogor. hal. 29 – 32.

Pariwono JL, Rahardjo S, Eidman M, Purba M, Widodo R, Djuariah U,

Hutapea JH. 1988. Studi Upwelling di Perairan Selatan Pulau Jawa.

Faperikan. Institut Pertanian Bogor.

55

Page 48: master 1

Sanusi HS. 2006. Kimia LautProses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan

Lingkungan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor.

Wyrtki, K., 1961. Naga report vol 2. Physical Oceanography of The Southeast

Asian Water. California : The University of California. Scrips Institution

of Oceanography.

Hutabarat, S. dan Evans, S. M. 1985.Pengantar Oseanografi. Jakarta : Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Presss).

Nontji, Anugerah. Dr. 1987.Laut Nusantara. Penerbit Jembatan. Jakarta.

. 1993.Laut Nusantara. Penerbit Jembatan, Jakarta.

Hutabarat S. dan M.S. Evans.1988. Pengantar Oseanografi.Jakarta: UI-Press.

Malik Abdullah.2004. Pasang Surut.[terhubung berkala].htttp://www.slideshare.

net/guest01cdf1/pasang-surut-pasut.(7 Desember 2010).

Mony Achmad.2004.Analisis Kondisi Lingkungan Perairan Muara Sungai

Cimandiri, Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.

[Skripsi].Bogor:Institut Pertanian Bogor.

Ongkosongo Otto S.R. dan Suyarso.1989.Pasang-Surut.Jakarta:Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi.

56

Page 49: master 1

Thicon.2008.Pasang-Surut.[terhubungberkala].http://oseanografi.com/.(7

Desember 2010).

57

Page 50: master 1

Lampiran 1. Hasil pengukuran refraksi gelombang Teluk Palabuhanratu

UlanganX

(cm)

Y [Ka-Ki]

(cm)α (°)

1 6 2 18.4349

2 5.5 2.3 22.6938

3 3.5 1.5 23.1986

4 4.2 3.9 42.8789

5 4.8 2.7 27.5120

6 6 2.4 21.8014

7 6.7 1.8 15.0378

8 5.2 2 21.0375

9 3.7 2.7 36.1193

10 3 2.5 39.8056

11 4.9 2 22.2035

12 3.2 3.7 49.1446

13 4.5 2.9 42.7995

14 4.5 2.3 27.0721

15 5 2.3 24.7024

16 4.3 1.8 22.7144

17 3 3 45.0000

18 5.3 3.1 30.3236

19 4.2 2.3 28.7060

20 4.7 2.8 30.7841

21 4.5 2.2 26.0535

22 5.5 3.2 30.1916

23 4.5 2.3 27.0721

24 4.7 2 23.0513

25 3.8 2.3 31.1850

26 4.4 2.3 27.5973

27 6.5 2 17.1027

28 6.3 1.5 13.3925

29 4.3 1.9 23.8387

30 4 1.1 15.3763

58

Page 51: master 1

Lampiran 2. Hasil pengukuran kemiringan pantai Teluk Palabuhanratu

UlanganX

(cm)

Y1

(cm)

Y2

(cm)α 1 α 2

1 100 0 0 0.0000 0.0000

2 100 0 0 0.0000 0.0000

3 100 0 0 0.0000 0.0000

4 100 0 0 0.0000 0.0000

5 100 5.2 0 2.9767 0.0000

6 100 6.5 0 3.7190 0.0000

7 100 8.5 8 4.8585 4.5739

8 100 8.5 5.7 4.8585 3.2623

9 100 9.4 7 5.3700 4.0042

10 100 10.1 8 5.7673 4.5739

11 100 11.5 7 6.5602 4.0042

12 100 9.9 11 5.6539 6.2733

13 100 5 6 2.8624 3.4336

14 100 10 11 5.7106 6.2773

15 100 8.5 7 4.8585 4.0442

16 100 6.4 10.5 3.6619 5.9941

17 100 3.7 5 2.1190 2.8624

18 100 4.8 7 2.7481 5.3700

19 100 7.5 6 4.2892 3.4336

20 100 6.5 6.5 3.7190 3.7190

21 100 7.3 6 4.1752 4.2892

59

Page 52: master 1

Lampiran 3. Hasil pengukuran pasang surut Teluk Palabuhanratu

No. Hari, Tanggal Pengamatan WaktuMuka Air

Rata-rata (cm)Tertinggi (cm) Terendah (cm)

1 Senin, 28 Desember 2009 4.45 72 56 64.0

2     5.00 70 55 62.5

3     5.15 70 56 63.0

4     5.30 67 55 61.0

5     5.45 65 52 58.5

6     6.00 65 57 61.0

7     6.15 62 48 55.0

8     6.30 60 52 56.0

9     6.45 60 50 55.0

10     7.00 60 50 55.0

11     7.15 60 55 57.5

12     7.30 60 55 57.5

13     7.45 65 55 60.0

14     8.00 60 55 67.5

15     8.15 63 47 55.0

16     8.30 60 55 57.5

17     8.45 60 50 55.0

18     9.00 50 45 47.5

19     9.15 50 45 47.5

20     9.30 60 55 57.5

21     9.45 65 50 57.5

22     10.00 60 55 57.5

23     10.15 70 65 67.5

24     10.30 70 65 67.5

25     10.45 70 65 67.5

26     11.00 80 75 77.5

27     11.15 75 70 72.5

60

Page 53: master 1

28     11.30 80 77 78.5

29     11.45 94 71 82.5

30     12.00 85 80 82.5

31     12.15 95 90 92.5

32     12.30 100 95 97.5

33     12.45 105 95 100.0

34     13.00 107 95 101.0

35     13.15 115 95 105.0

36     13.30 115 105 110.0

37     13.45 120 105 112.5

38     14.00 125 115 120.0

39     14.15 130 115 122.5

40     14.30 135 115 125.0

41     14.45 140 120 130.0

42     15.00 145 125 135.0

43     15.15 145 130 137.5

44     15.30 140 135 137.5

45     15.45 130 125 127.5

46     16.00 140 125 132.5

47     16.15 140 115 127.5

48     16.30 140 120 130.0

No. Hari, Tanggal Pengamatan WaktuMuka Air

Rata-rata (cm)Tertinggi (cm) Terendah (cm)

49 Senin, 28 Desember 2009 16.45 140 115 127.5

50     17.00 130 115 122.5

51     17.15 130 115 122.5

52     17.30 130 115 122.5

53     17.45 130 110 120.0

54     18.00 125 105 115.0

55     18.15 120 105 112.5

56     18.30 120 100 110.0

57     18.45 110 100 105.0

58     19.00 110 95 102.5

59     19.15 105 85 95.0

60     19.30 100 85 92.5

61     19.45 100 80 90.0

62     20.00 90 80 85.0

61

Page 54: master 1

63     20.15 95 75 85.0

64     20.30 85 70 77.5

65     20.45 80 75 77.5

66     21.00 75 65 70.0

67     21.15 75 65 70.0

68     21.30 70 60 65.0

69     21.45 65 55 60.0

70     22.00 60 50 55.0

71     22.15 70 50 60.0

72     22.30 60 50 55.0

73     22.45 55 45 50.0

74     23.00 55 50 52.5

75     23.15 55 45 50.0

76     23.30 55 50 52.5

77     23.45 50 40 40.5

No. Hari, Tanggal Pengamatan WaktuMuka Air

Rata-rata (cm)Tertinggi (cm) Terendah (cm)

78 Selasa, 29 Desember 2009 0.00 55 45 50.0

79     0.15 50 45 47.5

80     0.30 52 40 46.0

81     0.45 62 47 54.5

82     1.00 55 48 51.5

83     1.15 64 50 57.0

62

Page 55: master 1

84     1.30 65 50 57.5

85     1.45 64 50 57.0

86     2.00 65 60 62.5

87     2.15 65 55 60.0

88     2.30 67 50 58.5

89     2.45 65 55 60.0

90     3.00 70 60 65.5

91     3.15 70 65 67.5

92     3.30 70 65 67.5

93     3.45 72 68 70.0

94     4.00 75 70 72.5

95     4.15 80 70 75.0

96     4.30 70 55 62.5

97     4.45 75 60 67.5

98     5.00 80 60 70.0

99     5.15 75 65 70.0

100     5.30 80 60 70.0

101     5.45 75 60 67.5

102     6.00 75 55 65.0

103     6.15 75 60 67.5

104     6.30 70 55 62.5

105     6.45 65 60 62.5

106     7.00 70 65 67.5

107     7.15 70 65 67.5

108     7.30 65 55 60.0

109     7.45 70 55 62.5

110     8.00 70 50 60.0

111     8.15 70 43 56.5

112     8.30 70 40 55.0

113     8.45 65 45 55.0

114     9.00 75 40 57.5

115     9.15 60 35 47.5

116     9.30 55 45 50.0

117     9.45 70 40 55.0

118     10.00 65 40 52.5

119     10.15 65 40 52.5

120     10.30 65 45 55.0

63

Page 56: master 1

121     10.45 65 50 57.5

122     11.00 70 55 62.5

123     11.15 76 55 65.5

124     11.30 75 50 62.5

125     11.45 70 60 65.0

No. Hari, Tanggal Pengamatan WaktuMuka Air

Rata-rata (cm)Tertinggi (cm) Terendah (cm)

126 Selasa, 29 Desember 2009 12.00 85 70 77.5

127     12.15 94 61 77.5

128     12.30 96 75 85.5

129     12.45 100 75 87.5

130     13.00 105 80 92.5

131     13.15 110 90 100.0

132     13.30 105 95 100.0

133     13.45 110 105 107.5

134     14.00 115 105 110.0

135     14.15 120 105 112.5

136     14.30 120 105 112.5

137     14.45 140 115 127.5

138     15.00 135 115 125.0

139     15.15 145 120 132.5

140     15.30 140 125 132.5

141     15.45 145 130 137.5

142     16.00 145 135 140.0

143     16.15 135 130 132.5

144     16.30 145 130 137.5

145     16.45 140 125 132.5

146     17.00 145 135 140.0

147     17.15 135 120 127.5

148     17.30 141 120 130.5

149     17.45 145 125 135.0

150     18.00 141 122 131.5

151     18.15 140 120 130.0

152     18.30 136 118 127.0

153     18.45 135 120 127.5

154     19.00 130 115 122.5

155     19.15 120 115 117.5

64

Page 57: master 1

156     19.30 123 118 120.5

157     19.45 115 109 112.0

158     20.00 125 116 120.5

159     20.15 105 98 101.5

160     20.30 112 104 108.0

161     20.45 115 109 112.0

162     21.00 80 75 77.5

163     21.15 80 70 75.0

164     21.30 76 65 70.5

165     21.45 75 55 65.0

166     22.00 60 55 57.5

167     22.15 65 55 60.0

168     22.30 56 45 50.0

169     22.45 55 50 52.5

170     23.00 45 40 42.5

171     23.15 45 35 40.0

172     23.30 40 30 35.0

173     23.45 40 25 32.5

No

.Hari, Tanggal Pengamatan Waktu

Muka AirRata-rata

(cm)Tertinggi

(cm)

Terendah

(cm)

17

4Rabu, 30 Desember 2009

0.00 40 25 32.5

17

5     0.15 40 35 37.5

17

6     0.30 50 35 42.5

17

7     0.45 50 35 42.5

17

8     1.00 40 30 35.0

17

9     1.15 40 35 37.5

18

0     1.30 40 35 37.5

18

1     1.45 40 30 35.0

65

Page 58: master 1

18

2     2.00 45 30 35.0

18

3     2.15 40 35 37.5

18

4     2.30 40 35 37.5

18

5     2.45 45 35 40.0

18

6     3.00 45 40 42.5

18

7     3.15 55 45 50.0

18

8     3.30 55 50 52.5

18

9     3.45 60 45 52.5

19

0     4.00 60 55 57.5

19

1     4.15 65 55 60.0

19

2     4.30 70 50 60.0

19

3     4.45 70 60 65.0

19

4     5.00 75 65 70.0

19

5     5.15 70 60 65.0

19

6     5.30 75 65 70.0

19

7     5.45 70 63 66.5

19

8     6.00 75 65 70.0

19

9     6.15 76 65 70.5

20

0     6.30 80 65 72.5

20     6.45 70 65 67.5

66

Page 59: master 1

1

20

2     7.00 80 60 70.0

20

3     7.15 75 65 70.0

20

4     7.30 75 65 70.0

20

5     7.45 72.5 65 68.8

20

6     8.00 80 65 72.5

20

7     8.15 70 55 62.5

20

8     8.30 70 60 65.0

20

9     8.45 82 55 68.5

21

0     9.00 80 50 65.0

21

1     9.15 75 50 62.5

21

2     9.30 65 60 62.5

21

3     9.45 63 50 56.5

21

4     10.00 63 48 55.5

21

5     10.15 65 45 55.0

21

6     10.30 60 55 57.5

21

7     10.45 60 55 57.5

21

8     11.00 65 60 62.5

21

9     11.15 62 56 59.0

67

Page 60: master 1

22

0     11.30 65 60 62.5

22

1     11.45 65 60 62.5

No. Hari, Tanggal Pengamatan Waktu

Muka AirRata-rata

(cm)Tertinggi

(cm)

Terendah

(cm)

222 Rabu, 30 Desember 2009 12.00 75 60 67.5

223     12.15 75 60 67.5

224     12.30 80 75 77.5

225     12.45 85 70 77.5

226     13.00 100 80 90.0

227     13.15 100 75 87.5

228     13.30 100 75 87.5

229     13.45 105 75 90.0

230     14.00 110 80 95.0

231     14.15 120 85 102.5

232     14.30 120 90 105.0

233     14.45 125 100 112.5

234     15.00 130 100 115.0

235     15.15 130 110 120.0

236     15.30 135 115 125.0

237     15.45 145 115 130.0

68

Page 61: master 1

Lampiran 4. Data CTD tanggal 29 Desember 2009 stasiun 21 Teluk

Palabuhanratu

Depth Temp Salinity Cond EC25 Density SigmaT

0 29.394 32.355 53.81 49464 1019.951 19.951

0.1 29.385 32.537 54.071 49711 1020.091 20.09

0.2 29.391 32.561 54.113 49744 1020.107 20.106

0.3 29.415 32.597 54.19 49793 1020.127 20.126

0.4 29.45 32.644 54.294 49857 1020.151 20.149

0.5 29.452 32.654 54.311 49870 1020.157 20.155

0.6 29.453 32.655 54.314 49872 1020.159 20.156

0.7 29.438 32.706 54.373 49941 1020.202 20.199

0.8 29.442 32.701 54.371 49934 1020.197 20.194

0.9 29.446 32.746 54.44 49995 1020.23 20.226

1 29.448 32.765 54.471 50021 1020.244 20.24

1.1 29.452 32.78 54.498 50042 1020.255 20.25

1.2 29.466 32.803 54.546 50073 1020.267 20.262

1.3 29.568 32.879 54.763 50178 1020.291 20.285

1.4 29.592 32.868 54.77 50163 1020.275 20.269

1.5 29.595 32.856 54.755 50146 1020.265 20.259

1.6 29.591 32.856 54.75 50146 1020.267 20.26

1.7 29.592 32.876 54.782 50174 1020.282 20.275

1.8 29.592 32.872 54.776 50168 1020.28 20.272

1.9 29.588 32.873 54.774 50170 1020.282 20.274

2 29.588 32.879 54.781 50177 1020.287 20.279

2.1 29.614 32.925 54.877 50241 1020.314 20.305

2.2 29.611 32.925 54.874 50240 1020.314 20.305

2.3 29.618 32.92 54.872 50233 1020.309 20.299

69

Page 62: master 1

2.4 29.623 32.919 54.877 50232 1020.307 20.296

2.5 29.625 32.922 54.883 50237 1020.309 20.298

2.6 29.624 32.941 54.911 50262 1020.324 20.313

2.7 29.627 32.949 54.926 50274 1020.33 20.318

2.8 29.63 32.95 54.93 50274 1020.33 20.318

2.9 29.631 32.95 54.931 50275 1020.33 20.317

3 29.632 32.962 54.951 50291 1020.339 20.326

3.1 29.635 32.965 54.957 50294 1020.34 20.327

3.2 29.635 32.958 54.947 50285 1020.335 20.322

3.3 29.635 32.957 54.945 50284 1020.335 20.321

3.4 29.629 32.957 54.94 50284 1020.338 20.323

3.5 29.623 32.959 54.936 50286 1020.341 20.326

3.6 29.618 32.963 54.937 50293 1020.347 20.331

3.7 29.611 32.97 54.942 50302 1020.355 20.339

3.8 29.607 32.973 54.942 50306 1020.359 20.342

3.9 29.608 32.972 54.942 50305 1020.359 20.342

4 29.608 32.972 54.941 50304 1020.358 20.341

4.1 29.6 32.977 54.941 50312 1020.366 20.348

4.2 29.595 32.98 54.94 50315 1020.37 20.351

4.3 29.595 32.982 54.942 50318 1020.372 20.353

4.4 29.583 32.991 54.944 50331 1020.383 20.364

4.5 29.58 32.994 54.946 50335 1020.387 20.368

4.6 29.58 32.996 54.948 50338 1020.389 20.369

4.7 29.58 32.996 54.948 50338 1020.39 20.369

4.8 29.58 32.999 54.952 50341 1020.392 20.371

4.9 29.58 32.999 54.953 50342 1020.393 20.371

5 29.58 33.001 54.955 50344 1020.394 20.373

5.1 29.582 33.001 54.958 50345 1020.394 20.372

5.2 29.58 33.003 54.959 50347 1020.397 20.374

5.3 29.58 33.002 54.957 50345 1020.396 20.373

5.4 29.58 33.003 54.959 50347 1020.397 20.374

5.5 29.58 33.005 54.962 50350 1020.4 20.376

5.6 29.579 33.007 54.964 50353 1020.402 20.378

5.7 29.58 33.011 54.971 50358 1020.405 20.38

5.8 29.58 33.012 54.971 50359 1020.406 20.381

5.9 29.579 33.013 54.973 50361 1020.407 20.382

6 29.579 33.02 54.982 50370 1020.413 20.387

6.1 29.58 33.018 54.981 50368 1020.412 20.386

6.2 29.58 33.02 54.984 50370 1020.414 20.387

70

Page 63: master 1

6.3 29.58 33.018 54.982 50368 1020.413 20.386

6.4 29.579 33.02 54.984 50371 1020.415 20.387

6.5 29.58 33.018 54.981 50367 1020.413 20.385

6.6 29.58 33.02 54.984 50370 1020.415 20.387

6.7 29.58 33.02 54.985 50371 1020.416 20.387

6.8 29.58 33.02 54.986 50371 1020.416 20.387

6.9 29.58 33.02 54.984 50370 1020.416 20.387

7 29.58 33.019 54.984 50369 1020.416 20.386

7.1 29.58 33.02 54.986 50371 1020.418 20.387

7.2 29.58 33.022 54.987 50373 1020.419 20.388

7.3 29.576 33.022 54.985 50374 1020.421 20.39

7.4 29.578 33.023 54.987 50375 1020.422 20.39

7.5 29.577 33.023 54.987 50375 1020.423 20.39

7.6 29.577 33.023 54.987 50375 1020.423 20.39

7.7 29.577 33.023 54.987 50375 1020.423 20.39

7.8 29.577 33.015 54.975 50364 1020.418 20.384

7.9 29.577 33.022 54.986 50374 1020.424 20.39

8 29.576 33.023 54.986 50375 1020.425 20.39

8.1 29.577 33.022 54.986 50374 1020.424 20.39

8.2 29.577 33.023 54.987 50375 1020.425 20.39

8.3 29.577 33.023 54.987 50375 1020.426 20.39

8.4 29.576 33.024 54.987 50376 1020.427 20.391

8.5 29.576 33.024 54.987 50377 1020.428 20.391

8.6 29.576 33.024 54.987 50377 1020.428 20.391

8.7 29.576 33.025 54.988 50378 1020.429 20.392

8.8 29.576 33.024 54.988 50377 1020.429 20.391

8.9 29.575 33.024 54.987 50378 1020.43 20.392

9 29.576 33.025 54.988 50378 1020.431 20.392

9.1 29.575 33.024 54.987 50378 1020.431 20.392

9.2 29.575 33.024 54.987 50378 1020.432 20.392

9.3 29.575 33.024 54.987 50378 1020.432 20.392

9.4 29.573 33.025 54.987 50379 1020.434 20.393

9.5 29.572 33.026 54.987 50380 1020.435 20.394

9.6 29.572 33.027 54.988 50382 1020.437 20.395

9.7 29.572 33.027 54.988 50381 1020.436 20.394

9.8 29.573 33.026 54.988 50380 1020.436 20.394

9.9 29.572 33.027 54.988 50381 1020.437 20.394

10 29.572 33.027 54.988 50382 1020.438 20.395

10.1 29.572 33.027 54.988 50381 1020.438 20.394

71

Page 64: master 1

10.2 29.573 33.026 54.988 50380 1020.438 20.394

10.3 29.572 33.026 54.987 50380 1020.439 20.394

10.4 29.572 33.026 54.987 50380 1020.439 20.394

10.5 29.572 33.027 54.988 50382 1020.44 20.395

10.6 29.572 33.026 54.987 50380 1020.44 20.394

10.7 29.571 33.027 54.988 50382 1020.442 20.396

10.8 29.57 33.028 54.988 50383 1020.443 20.396

10.9 29.57 33.029 54.989 50384 1020.444 20.397

11 29.57 33.028 54.988 50383 1020.444 20.396

11.1 29.57 33.028 54.988 50383 1020.444 20.396

11.2 29.569 33.028 54.988 50384 1020.445 20.397

11.3 29.569 33.028 54.988 50384 1020.446 20.397

11.4 29.569 33.029 54.989 50385 1020.447 20.397

11.5 29.569 33.028 54.987 50383 1020.446 20.396

11.6 29.57 33.029 54.99 50385 1020.447 20.397

11.7 29.569 33.028 54.988 50384 1020.447 20.397

11.8 29.569 33.028 54.988 50384 1020.448 20.397

11.9 29.569 33.03 54.99 50386 1020.449 20.398

12 29.57 33.029 54.99 50385 1020.449 20.397

12.1 29.569 33.03 54.991 50387 1020.45 20.398

12.2 29.568 33.032 54.992 50388 1020.452 20.4

12.3 29.569 33.03 54.991 50387 1020.451 20.398

12.4 29.569 33.03 54.991 50387 1020.452 20.398

12.5 29.569 33.031 54.992 50388 1020.453 20.399

12.6 29.569 33.03 54.991 50387 1020.453 20.398

12.7 29.569 33.03 54.991 50387 1020.453 20.398

12.8 29.569 33.031 54.992 50388 1020.454 20.399

12.9 29.568 33.034 54.995 50391 1020.457 20.401

13 29.566 33.033 54.992 50391 1020.457 20.401

13.1 29.566 33.034 54.993 50392 1020.458 20.402

13.2 29.567 33.034 54.995 50392 1020.459 20.402

13.3 29.566 33.034 54.993 50392 1020.459 20.402

13.4 29.565 33.034 54.993 50392 1020.46 20.403

13.5 29.566 33.034 54.995 50393 1020.461 20.402

13.6 29.566 33.035 54.996 50394 1020.462 20.403

13.7 29.562 33.037 54.995 50396 1020.465 20.406

13.8 29.56 33.039 54.996 50399 1020.467 20.408

13.9 29.56 33.039 54.996 50399 1020.468 20.408

72

Page 65: master 1

14 29.56 33.039 54.996 50399 1020.468 20.408

14.1 29.56 33.038 54.995 50398 1020.468 20.407

14.2 29.56 33.038 54.995 50398 1020.468 20.407

14.3 29.56 33.038 54.995 50398 1020.469 20.407

14.4 29.56 33.039 54.995 50399 1020.47 20.408

14.5 29.559 33.038 54.993 50398 1020.47 20.408

14.6 29.56 33.039 54.995 50399 1020.471 20.408

14.7 29.56 33.039 54.996 50400 1020.472 20.408

14.8 29.56 33.039 54.996 50400 1020.472 20.408

14.9 29.559 33.04 54.997 50401 1020.474 20.409

15 29.559 33.04 54.997 50401 1020.474 20.409

15.1 29.558 33.04 54.996 50401 1020.475 20.409

15.2 29.559 33.04 54.997 50401 1020.475 20.409

15.3 29.557 33.041 54.997 50403 1020.477 20.411

15.4 29.558 33.041 54.997 50402 1020.476 20.41

15.5 29.558 33.041 54.997 50402 1020.477 20.41

15.6 29.557 33.042 54.998 50404 1020.478 20.411

15.7 29.557 33.043 54.999 50405 1020.479 20.412

15.8 29.557 33.043 54.999 50405 1020.48 20.412

15.9 29.557 33.042 54.998 50404 1020.48 20.411

16 29.557 33.043 54.999 50405 1020.481 20.412

16.1 29.558 33.042 54.999 50404 1020.48 20.411

16.2 29.557 33.043 54.999 50405 1020.481 20.412

16.3 29.558 33.043 55 50405 1020.482 20.411

16.4 29.558 33.042 54.999 50404 1020.482 20.411

16.5 29.57 33.046 55.018 50410 1020.481 20.41

16.6 29.572 33.045 55.017 50408 1020.48 20.408

16.7 29.569 33.043 55.011 50405 1020.479 20.407

16.8 29.565 33.047 55.014 50412 1020.485 20.412

Lampiran 5. Data CTD tanggal 29 Desember 2009 stasiun 22 Teluk

Palabuhanratu

Depth Temp Salinity Cond EC25 Density SigmaT

0 29.634 31.78 53.193 48682 1019.44 19.44

0.1 29.642 31.774 53.191 48673 1019.433 19.433

73

Page 66: master 1

0.2 29.635 31.804 53.231 48715 1019.459 19.458

0.3 29.643 31.814 53.253 48728 1019.463 19.462

0.4 29.646 31.826 53.273 48744 1019.472 19.47

0.5 29.637 31.838 53.283 48760 1019.484 19.482

0.6 29.631 31.841 53.281 48764 1019.489 19.486

0.7 29.625 31.845 53.281 48770 1019.495 19.492

0.8 29.614 31.873 53.312 48808 1019.52 19.516

0.9 29.615 31.883 53.328 48822 1019.527 19.523

1 29.617 31.886 53.335 48827 1019.53 19.525

1.1 29.618 31.89 53.342 48832 1019.533 19.528

1.2 29.619 31.894 53.348 48837 1019.535 19.53

1.3 29.639 31.924 53.412 48878 1019.552 19.546

1.4 29.649 32.015 53.558 49002 1019.617 19.611

1.5 29.65 32.047 53.607 49046 1019.641 19.634

1.6 29.653 32.052 53.618 49053 1019.644 19.637

1.7 29.661 32.078 53.664 49088 1019.661 19.654

1.8 29.669 32.121 53.737 49147 1019.691 19.684

1.9 29.674 32.272 53.966 49353 1019.803 19.795

2 29.669 32.278 53.971 49362 1019.81 19.801

2.1 29.681 32.324 54.05 49423 1019.84 19.831

2.2 29.703 32.594 54.474 49791 1020.035 20.026

2.3 29.7 32.61 54.495 49813 1020.049 20.039

2.4 29.699 32.591 54.467 49787 1020.036 20.025

2.5 29.702 32.605 54.491 49807 1020.046 20.035

2.6 29.718 32.796 54.791 50066 1020.184 20.173

2.7 29.722 32.783 54.776 50049 1020.173 20.162

2.8 29.722 32.79 54.785 50057 1020.179 20.167

2.9 29.722 32.77 54.756 50031 1020.165 20.152

3 29.716 32.852 54.871 50142 1020.228 20.215

3.1 29.714 32.844 54.857 50131 1020.223 20.21

3.2 29.71 32.853 54.868 50144 1020.232 20.218

3.3 29.701 32.879 54.897 50179 1020.255 20.241

3.4 29.697 32.888 54.905 50191 1020.263 20.248

3.5 29.693 32.896 54.914 50202 1020.271 20.256

3.6 29.697 32.9 54.924 50208 1020.273 20.258

3.7 29.697 32.908 54.935 50218 1020.279 20.263

3.8 29.692 32.92 54.949 50235 1020.291 20.275

3.9 29.686 32.932 54.96 50250 1020.302 20.285

74

Page 67: master 1

4 29.683 32.939 54.968 50260 1020.309 20.291

4.1 29.681 32.941 54.969 50264 1020.312 20.294

4.2 29.68 32.939 54.965 50260 1020.311 20.292

4.3 29.68 32.937 54.963 50258 1020.31 20.291

4.4 29.68 32.941 54.968 50263 1020.313 20.294

4.5 29.679 32.948 54.978 50273 1020.319 20.3

4.6 29.679 32.951 54.982 50277 1020.322 20.302

4.7 29.679 32.953 54.985 50279 1020.323 20.303

4.8 29.681 32.956 54.991 50284 1020.326 20.305

4.9 29.683 32.964 55.004 50294 1020.331 20.31

5 29.683 32.968 55.011 50300 1020.335 20.314

5.1 29.68 32.976 55.02 50311 1020.342 20.32

5.2 29.68 32.979 55.025 50316 1020.345 20.323

5.3 29.679 32.98 55.025 50316 1020.346 20.323

5.4 29.677 32.984 55.029 50322 1020.35 20.327

5.5 29.675 32.988 55.032 50327 1020.354 20.331

5.6 29.671 32.988 55.03 50328 1020.356 20.332

5.7 29.657 32.99 55.018 50330 1020.363 20.338

5.8 29.649 32.992 55.013 50333 1020.368 20.343

5.9 29.644 32.994 55.011 50336 1020.371 20.346

6 29.639 32.997 55.011 50340 1020.376 20.35

6.1 29.637 32.998 55.01 50341 1020.378 20.351

6.2 29.634 33 55.01 50344 1020.381 20.354

6.3 29.629 33.004 55.01 50349 1020.385 20.358

6.4 29.627 33.003 55.008 50348 1020.386 20.358

6.5 29.625 33.002 55.003 50346 1020.386 20.358

6.6 29.619 33.007 55.006 50353 1020.392 20.364

6.7 29.616 33.009 55.006 50356 1020.396 20.367

6.8 29.614 33.01 55.004 50358 1020.397 20.368

6.9 29.614 33.008 55.001 50355 1020.396 20.366

7 29.612 33.009 55.001 50356 1020.398 20.368

7.1 29.613 33.008 55.001 50355 1020.398 20.367

7.2 29.607 33.014 55.004 50363 1020.405 20.373

7.3 29.606 33.015 55.003 50364 1020.406 20.374

7.4 29.606 33.014 55.002 50363 1020.406 20.374

7.5 29.606 33.015 55.004 50365 1020.407 20.375

7.6 29.604 33.019 55.008 50369 1020.411 20.378

7.7 29.603 33.021 55.01 50372 1020.413 20.38

75

Page 68: master 1

7.8 29.603 33.021 55.01 50373 1020.414 20.38

7.9 29.603 33.021 55.011 50373 1020.414 20.38

8 29.603 33.021 55.011 50373 1020.415 20.38

8.1 29.603 33.022 55.012 50374 1020.415 20.381

8.2 29.603 33.022 55.012 50374 1020.416 20.381

8.3 29.603 33.022 55.012 50374 1020.416 20.38

8.4 29.603 33.022 55.012 50374 1020.417 20.38

8.5 29.603 33.021 55.011 50373 1020.417 20.38

8.6 29.604 33.022 55.013 50374 1020.417 20.38

8.7 29.604 33.022 55.013 50374 1020.418 20.38

8.8 29.604 33.024 55.015 50376 1020.419 20.381

8.9 29.605 33.024 55.017 50377 1020.42 20.381

9 29.605 33.024 55.017 50377 1020.42 20.381

9.1 29.605 33.025 55.019 50379 1020.422 20.382

9.2 29.607 33.024 55.019 50377 1020.421 20.381

9.3 29.607 33.027 55.023 50381 1020.423 20.383

9.4 29.608 33.03 55.03 50386 1020.426 20.385

9.5 29.611 33.029 55.031 50385 1020.425 20.384

9.6 29.611 33.029 55.031 50384 1020.424 20.383

9.7 29.611 33.029 55.031 50384 1020.425 20.383

9.8 29.614 33.033 55.04 50390 1020.428 20.385

9.9 29.613 33.034 55.04 50391 1020.429 20.386

10 29.613 33.034 55.041 50392 1020.43 20.386

10.1 29.611 33.035 55.041 50393 1020.431 20.388

10.2 29.61 33.036 55.04 50393 1020.433 20.389

10.3 29.61 33.036 55.041 50394 1020.434 20.389

10.4 29.609 33.037 55.041 50395 1020.435 20.39

10.5 29.607 33.036 55.037 50394 1020.435 20.39

10.6 29.604 33.041 55.042 50401 1020.44 20.394

10.7 29.604 33.039 55.04 50399 1020.439 20.393

10.8 29.605 33.039 55.04 50398 1020.439 20.393

10.9 29.605 33.04 55.041 50399 1020.44 20.393

11 29.605 33.038 55.039 50397 1020.439 20.392

11.1 29.605 33.038 55.039 50397 1020.44 20.392

11.2 29.603 33.039 55.039 50398 1020.442 20.393

11.3 29.602 33.041 55.04 50401 1020.444 20.395

11.4 29.6 33.043 55.042 50404 1020.447 20.398

11.5 29.599 33.045 55.043 50406 1020.448 20.399

76

Page 69: master 1

11.6 29.599 33.045 55.043 50406 1020.449 20.399

11.7 29.599 33.044 55.042 50406 1020.449 20.399

11.8 29.6 33.045 55.044 50406 1020.45 20.399

11.9 29.599 33.045 55.043 50407 1020.451 20.399

12 29.598 33.046 55.043 50408 1020.452 20.4

12.1 29.598 33.041 55.036 50402 1020.449 20.397

12.2 29.598 33.039 55.033 50398 1020.448 20.395

12.3 29.597 33.039 55.032 50398 1020.448 20.395

12.4 29.594 33.04 55.031 50400 1020.451 20.397

12.5 29.585 33.044 55.028 50405 1020.457 20.403

12.6 29.584 33.043 55.025 50404 1020.457 20.403

12.7 29.581 33.045 55.025 50407 1020.46 20.405

12.8 29.58 33.045 55.024 50407 1020.461 20.406

12.9 29.58 33.045 55.023 50406 1020.461 20.405

13 29.58 33.044 55.022 50405 1020.461 20.405

13.1 29.58 33.045 55.023 50406 1020.462 20.405

13.2 29.578 33.047 55.025 50410 1020.465 20.408

13.3 29.578 33.047 55.025 50410 1020.465 20.408

13.4 29.577 33.048 55.026 50412 1020.467 20.409

13.5 29.576 33.048 55.025 50411 1020.467 20.409

13.6 29.574 33.05 55.025 50414 1020.47 20.411

13.7 29.574 33.05 55.025 50414 1020.47 20.411

13.8 29.573 33.052 55.028 50416 1020.472 20.413

13.9 29.576 33.055 55.035 50420 1020.474 20.414

14 29.578 33.056 55.039 50422 1020.475 20.414

14.1 29.577 33.056 55.039 50423 1020.476 20.415

14.2 29.578 33.057 55.041 50424 1020.477 20.415

14.3 29.579 33.057 55.041 50423 1020.476 20.415

14.4 29.58 33.056 55.041 50422 1020.476 20.414

14.5 29.579 33.058 55.043 50425 1020.478 20.416

14.6 29.579 33.059 55.044 50426 1020.479 20.416

14.7 29.579 33.06 55.046 50428 1020.481 20.417

14.8 29.579 33.06 55.046 50428 1020.481 20.417

14.9 29.58 33.06 55.046 50428 1020.481 20.417

15 29.579 33.059 55.044 50426 1020.481 20.416

15.1 29.562 33.058 55.025 50425 1020.486 20.421

15.2 29.562 33.057 55.025 50425 1020.487 20.421

15.3 29.56 33.059 55.025 50427 1020.489 20.423

77

Page 70: master 1

15.4 29.561 33.057 55.023 50423 1020.487 20.421

15.5 29.56 33.057 55.023 50424 1020.488 20.421

15.6 29.56 33.058 55.023 50425 1020.489 20.422

15.7 29.559 33.057 55.022 50425 1020.49 20.422

15.8 29.558 33.058 55.022 50425 1020.491 20.423

15.9 29.557 33.058 55.021 50425 1020.491 20.423

16 29.557 33.058 55.022 50426 1020.492 20.423

16.1 29.557 33.057 55.02 50424 1020.492 20.422

16.2 29.557 33.058 55.021 50425 1020.493 20.423

16.3 29.557 33.058 55.021 50425 1020.493 20.423

16.4 29.557 33.057 55.021 50425 1020.493 20.423

16.5 29.557 33.057 55.02 50424 1020.493 20.422

16.6 29.556 33.058 55.021 50426 1020.495 20.423

16.7 29.556 33.058 55.02 50425 1020.495 20.423

16.8 29.555 33.058 55.02 50426 1020.496 20.424

16.9 29.552 33.06 55.02 50428 1020.499 20.426

17 29.552 33.061 55.021 50430 1020.501 20.427

17.1 29.552 33.061 55.021 50429 1020.5 20.427

17.2 29.552 33.061 55.022 50430 1020.501 20.427

17.3 29.552 33.062 55.023 50431 1020.502 20.428

17.4 29.553 33.061 55.023 50431 1020.502 20.427

17.5 29.552 33.062 55.023 50431 1020.503 20.428

17.6 29.553 33.061 55.023 50431 1020.503 20.427

17.7 29.554 33.061 55.023 50430 1020.503 20.426

17.8 29.552 33.064 55.025 50434 1020.506 20.429

17.9 29.552 33.063 55.024 50432 1020.505 20.428

18 29.553 33.062 55.024 50432 1020.505 20.427

18.1 29.552 33.062 55.023 50431 1020.506 20.427

18.2 29.553 33.062 55.024 50432 1020.506 20.427

18.3 29.552 33.062 55.024 50432 1020.507 20.428

18.4 29.551 33.063 55.023 50433 1020.508 20.429

18.5 29.548 33.062 55.02 50432 1020.509 20.429

18.6 29.548 33.063 55.02 50433 1020.51 20.43

18.7 29.548 33.064 55.022 50434 1020.511 20.43

18.8 29.548 33.063 55.021 50433 1020.511 20.43

18.9 29.548 33.063 55.021 50433 1020.511 20.43

19 29.548 33.062 55.02 50432 1020.511 20.429

19.1 29.548 33.062 55.02 50432 1020.511 20.429

78

Page 71: master 1

19.2 29.548 33.063 55.021 50434 1020.513 20.43

19.3 29.548 33.063 55.02 50433 1020.513 20.43

19.4 29.547 33.065 55.022 50436 1020.515 20.431

19.5 29.548 33.063 55.021 50433 1020.514 20.429

19.6 29.548 33.063 55.021 50434 1020.515 20.43

19.7 29.548 33.063 55.021 50434 1020.515 20.43

19.8 29.548 33.063 55.022 50434 1020.515 20.43

19.9 29.548 33.063 55.022 50434 1020.516 20.43

20 29.549 33.065 55.025 50436 1020.517 20.431

20.1 29.55 33.065 55.026 50437 1020.517 20.431

20.2 29.551 33.065 55.026 50436 1020.517 20.43

20.3 29.552 33.067 55.031 50439 1020.519 20.432

20.4 29.552 33.066 55.03 50438 1020.519 20.431

20.5 29.552 33.065 55.028 50436 1020.518 20.43

20.6 29.552 33.065 55.028 50436 1020.519 20.43

20.7 29.552 33.066 55.03 50438 1020.52 20.431

20.8 29.551 33.066 55.029 50438 1020.521 20.431

20.9 29.552 33.07 55.035 50443 1020.524 20.434

21 29.553 33.069 55.036 50443 1020.523 20.433

21.1 29.556 33.071 55.041 50445 1020.524 20.433

21.2 29.556 33.073 55.044 50448 1020.526 20.435

21.3 29.558 33.072 55.045 50446 1020.525 20.433

21.4 29.558 33.073 55.047 50448 1020.527 20.434

21.5 29.558 33.073 55.047 50448 1020.527 20.434

21.6 29.56 33.071 55.046 50446 1020.525 20.432

21.7 29.563 33.074 55.054 50450 1020.527 20.433

21.8 29.566 33.074 55.056 50449 1020.526 20.432

79

Page 72: master 1

Lampiran 6. Data CTD tanggal 29 Desember 2009 stasiun 23 Teluk

Palabuhanratu

Depth Temp Salinity Cond EC25 Density SigmaT

0 29.845 32.236 54.082 49304 1019.711 19.711

0.1 29.846 32.662 54.72 49884 1020.03 20.029

0.2 29.841 32.779 54.888 50043 1020.119 20.118

0.3 29.799 32.851 54.954 50141 1020.188 20.187

0.4 29.79 32.851 54.944 50141 1020.192 20.19

0.5 29.772 32.855 54.932 50146 1020.201 20.199

0.6 29.751 32.861 54.92 50154 1020.213 20.21

0.7 29.746 32.864 54.919 50158 1020.217 20.214

0.8 29.743 32.856 54.904 50147 1020.213 20.209

0.9 29.736 32.852 54.891 50142 1020.212 20.209

1 29.724 32.829 54.845 50111 1020.2 20.195

1.1 29.717 32.736 54.699 49983 1020.133 20.128

1.2 29.705 32.864 54.877 50157 1020.233 20.228

1.3 29.708 32.871 54.891 50167 1020.238 20.232

1.4 29.71 32.872 54.896 50169 1020.238 20.232

1.5 29.708 32.869 54.888 50164 1020.237 20.23

1.6 29.706 32.858 54.869 50149 1020.23 20.223

1.7 29.679 32.868 54.857 50163 1020.247 20.24

1.8 29.671 32.875 54.859 50173 1020.256 20.248

1.9 29.662 32.879 54.857 50179 1020.262 20.254

2 29.664 32.867 54.842 50162 1020.253 20.244

2.1 29.663 32.864 54.835 50158 1020.251 20.242

2.2 29.658 32.856 54.819 50147 1020.247 20.238

2.3 29.619 32.863 54.789 50156 1020.266 20.256

2.4 29.593 32.879 54.788 50178 1020.287 20.277

2.5 29.603 32.866 54.779 50161 1020.275 20.264

80

Page 73: master 1

2.6 29.576 32.871 54.759 50168 1020.288 20.277

2.7 29.569 32.867 54.745 50161 1020.287 20.276

2.8 29.536 32.881 54.732 50180 1020.309 20.297

2.9 29.53 32.88 54.725 50179 1020.311 20.299

3 29.525 32.885 54.728 50186 1020.317 20.304

3.1 29.52 32.894 54.736 50198 1020.326 20.313

3.2 29.516 32.91 54.756 50220 1020.34 20.326

3.3 29.51 32.926 54.774 50242 1020.354 20.34

3.4 29.511 32.926 54.775 50242 1020.354 20.34

3.5 29.509 32.928 54.776 50244 1020.357 20.342

3.6 29.509 32.929 54.777 50246 1020.358 20.343

3.7 29.511 32.928 54.778 50245 1020.357 20.341

3.8 29.51 32.931 54.781 50249 1020.36 20.344

3.9 29.51 32.931 54.781 50249 1020.361 20.344

4 29.509 32.934 54.785 50252 1020.363 20.346

4.1 29.509 32.933 54.783 50251 1020.363 20.345

4.2 29.509 32.935 54.786 50253 1020.365 20.347

4.3 29.51 32.935 54.787 50254 1020.365 20.346

4.4 29.51 32.934 54.786 50253 1020.365 20.346

4.5 29.51 32.935 54.788 50255 1020.366 20.347

4.6 29.509 32.938 54.791 50258 1020.369 20.349

4.7 29.51 32.938 54.791 50258 1020.369 20.349

4.8 29.51 32.938 54.792 50259 1020.37 20.349

4.9 29.51 32.939 54.793 50260 1020.371 20.35

5 29.511 32.94 54.796 50261 1020.372 20.35

5.1 29.512 32.945 54.804 50268 1020.376 20.354

5.2 29.514 32.956 54.823 50283 1020.384 20.361

5.3 29.517 32.952 54.819 50277 1020.38 20.357

5.4 29.517 32.957 54.826 50284 1020.384 20.361

5.5 29.517 32.958 54.828 50286 1020.386 20.362

5.6 29.517 32.973 54.852 50307 1020.397 20.373

5.7 29.519 33.002 54.896 50345 1020.418 20.394

5.8 29.522 33.003 54.901 50348 1020.419 20.394

5.9 29.526 33.007 54.911 50353 1020.421 20.396

6 29.53 33.007 54.914 50352 1020.42 20.394

6.1 29.533 33.01 54.922 50356 1020.421 20.395

6.2 29.536 33.016 54.934 50365 1020.425 20.398

6.3 29.533 33.019 54.935 50368 1020.429 20.402

6.4 29.534 33.017 54.933 50366 1020.427 20.4

81

Page 74: master 1

6.5 29.535 33.016 54.933 50365 1020.427 20.399

6.6 29.535 33.02 54.938 50370 1020.43 20.402

6.7 29.535 33.025 54.946 50377 1020.435 20.406

6.8 29.536 33.027 54.949 50379 1020.436 20.407

6.9 29.536 33.027 54.951 50380 1020.436 20.407

7 29.536 33.03 54.956 50385 1020.44 20.409

7.1 29.538 33.029 54.956 50383 1020.439 20.408

7.2 29.537 33.031 54.957 50385 1020.44 20.409

7.3 29.538 33.028 54.954 50381 1020.438 20.407

7.4 29.537 33.029 54.955 50383 1020.44 20.408

7.5 29.536 33.03 54.955 50384 1020.441 20.409

7.6 29.538 33.028 54.954 50381 1020.44 20.407

7.7 29.537 33.029 54.955 50383 1020.441 20.408

7.8 29.533 33.035 54.959 50391 1020.447 20.414

7.9 29.532 33.034 54.957 50389 1020.447 20.413

8 29.532 33.034 54.957 50390 1020.448 20.414

8.1 29.53 33.035 54.957 50392 1020.45 20.415

8.2 29.528 33.035 54.955 50391 1020.451 20.415

8.3 29.527 33.037 54.957 50395 1020.454 20.418

8.4 29.527 33.037 54.956 50394 1020.453 20.417

8.5 29.527 33.037 54.957 50395 1020.454 20.418

8.6 29.527 33.037 54.956 50394 1020.454 20.417

8.7 29.526 33.037 54.956 50394 1020.455 20.418

8.8 29.526 33.036 54.955 50393 1020.455 20.417

8.9 29.525 33.038 54.956 50395 1020.457 20.418

9 29.524 33.037 54.954 50394 1020.457 20.419

9.1 29.525 33.037 54.955 50395 1020.458 20.418

9.2 29.525 33.037 54.954 50394 1020.458 20.418

9.3 29.525 33.037 54.954 50394 1020.458 20.418

9.4 29.525 33.037 54.955 50395 1020.459 20.418

9.5 29.523 33.039 54.956 50397 1020.461 20.42

9.6 29.524 33.04 54.958 50398 1020.462 20.421

9.7 29.525 33.042 54.963 50401 1020.463 20.422

9.8 29.524 33.043 54.963 50403 1020.465 20.423

9.9 29.525 33.042 54.963 50402 1020.465 20.422

10 29.526 33.042 54.964 50401 1020.465 20.421

10.1 29.525 33.046 54.969 50407 1020.468 20.425

10.2 29.525 33.047 54.969 50408 1020.469 20.425

10.3 29.525 33.049 54.973 50411 1020.472 20.427

82

Page 75: master 1

10.4 29.525 33.048 54.973 50410 1020.471 20.426

10.5 29.526 33.048 54.973 50409 1020.471 20.426

10.6 29.525 33.048 54.971 50409 1020.472 20.426

10.7 29.525 33.048 54.971 50410 1020.473 20.426

10.8 29.526 33.049 54.975 50411 1020.473 20.427

10.9 29.526 33.048 54.974 50410 1020.473 20.426

11 29.527 33.049 54.975 50411 1020.474 20.426

11.1 29.528 33.049 54.977 50412 1020.474 20.426

11.2 29.527 33.05 54.977 50413 1020.475 20.427

11.3 29.527 33.05 54.977 50413 1020.476 20.427

11.4 29.528 33.049 54.977 50411 1020.475 20.426

11.5 29.528 33.053 54.982 50416 1020.478 20.429

11.6 29.528 33.054 54.984 50418 1020.48 20.43

11.7 29.53 33.052 54.984 50416 1020.478 20.428

11.8 29.53 33.052 54.984 50416 1020.479 20.428

11.9 29.532 33.053 54.987 50417 1020.479 20.428

12 29.531 33.051 54.984 50415 1020.479 20.427

12.1 29.532 33.052 54.986 50416 1020.48 20.427

12.2 29.532 33.053 54.987 50417 1020.481 20.428

12.3 29.53 33.053 54.985 50417 1020.481 20.428

12.4 29.529 33.054 54.986 50419 1020.483 20.429

12.5 29.53 33.052 54.984 50416 1020.481 20.428

12.6 29.53 33.053 54.985 50417 1020.482 20.428

12.7 29.528 33.054 54.985 50418 1020.484 20.429

12.8 29.53 33.052 54.984 50416 1020.483 20.427

12.9 29.53 33.044 54.973 50406 1020.478 20.422

13 29.53 33.051 54.982 50415 1020.483 20.427

13.1 29.53 33.053 54.986 50418 1020.485 20.429

13.2 29.529 33.054 54.987 50420 1020.487 20.43

13.3 29.528 33.055 54.987 50420 1020.488 20.43

13.4 29.53 33.054 54.987 50419 1020.487 20.429

13.5 29.53 33.054 54.987 50419 1020.487 20.429

13.6 29.53 33.055 54.988 50420 1020.488 20.43

13.7 29.53 33.054 54.987 50419 1020.488 20.429

13.8 29.531 33.055 54.989 50420 1020.489 20.429

13.9 29.531 33.055 54.99 50421 1020.49 20.43

14 29.53 33.056 54.99 50422 1020.491 20.431

14.1 29.531 33.056 54.991 50422 1020.491 20.43

83

Page 76: master 1

14.2 29.53 33.057 54.991 50423 1020.492 20.431

14.3 29.531 33.055 54.99 50421 1020.491 20.43

14.4 29.531 33.056 54.991 50422 1020.492 20.43

14.5 29.532 33.055 54.991 50421 1020.492 20.43

14.6 29.531 33.057 54.992 50423 1020.494 20.431

14.7 29.531 33.057 54.992 50423 1020.494 20.431

14.8 29.531 33.056 54.991 50422 1020.494 20.43

14.9 29.532 33.056 54.992 50422 1020.494 20.43

15 29.532 33.055 54.991 50421 1020.494 20.429

15.1 29.532 33.057 54.993 50423 1020.496 20.431

15.2 29.531 33.057 54.992 50423 1020.496 20.431

15.3 29.532 33.055 54.991 50421 1020.495 20.429

15.4 29.532 33.055 54.991 50421 1020.496 20.429

15.5 29.532 33.056 54.992 50422 1020.497 20.43

15.6 29.531 33.061 54.999 50429 1020.501 20.434

15.7 29.532 33.065 55.007 50435 1020.504 20.437

15.8 29.534 33.062 55.004 50431 1020.502 20.434

15.9 29.536 33.059 55.001 50427 1020.5 20.431

16 29.536 33.058 55.001 50426 1020.499 20.43

16.1 29.537 33.059 55.002 50426 1020.5 20.43

16.2 29.538 33.058 55.002 50426 1020.499 20.429

16.3 29.538 33.057 55.001 50425 1020.499 20.429

16.4 29.54 33.061 55.009 50430 1020.502 20.431

16.5 29.544 33.064 55.017 50433 1020.503 20.432

16.6 29.547 33.062 55.018 50432 1020.501 20.43

16.7 29.548 33.062 55.019 50432 1020.502 20.43

16.8 29.547 33.064 55.02 50434 1020.503 20.431

16.9 29.551 33.069 55.032 50441 1020.506 20.433

17 29.551 33.068 55.031 50440 1020.506 20.433

17.1 29.553 33.067 55.032 50439 1020.505 20.431

17.2 29.554 33.071 55.039 50444 1020.508 20.434

17.3 29.554 33.072 55.04 50445 1020.509 20.435

17.4 29.553 33.073 55.04 50446 1020.51 20.435

17.5 29.554 33.076 55.046 50451 1020.513 20.438

17.6 29.555 33.075 55.045 50449 1020.513 20.437

17.7 29.556 33.077 55.05 50452 1020.514 20.437

17.8 29.556 33.075 55.047 50450 1020.513 20.436

17.9 29.557 33.075 55.047 50449 1020.513 20.436

84

Page 77: master 1

18 29.559 33.077 55.053 50453 1020.515 20.437

18.1 29.561 33.079 55.057 50455 1020.515 20.437

18.2 29.56 33.081 55.059 50457 1020.518 20.439

18.3 29.56 33.082 55.061 50458 1020.518 20.44

18.4 29.56 33.081 55.061 50458 1020.519 20.44

18.5 29.562 33.085 55.067 50463 1020.521 20.441

18.6 29.565 33.089 55.077 50469 1020.524 20.444

18.7 29.568 33.089 55.079 50469 1020.523 20.443

18.8 29.568 33.081 55.068 50458 1020.518 20.437

18.9 29.568 33.074 55.058 50449 1020.513 20.432

19 29.568 33.08 55.067 50457 1020.518 20.436

19.1 29.568 33.09 55.081 50471 1020.526 20.444

19.2 29.568 33.091 55.084 50472 1020.527 20.444

19.3 29.57 33.09 55.084 50471 1020.526 20.443

19.4 29.568 33.093 55.086 50474 1020.529 20.445

19.5 29.57 33.091 55.085 50472 1020.528 20.443

19.6 29.569 33.091 55.084 50471 1020.528 20.443

19.7 29.57 33.089 55.083 50470 1020.527 20.442

19.8 29.571 33.09 55.085 50471 1020.528 20.443

Lampiran 7. Foto asisten dan kelompok 36

85

Page 78: master 1

86