Masalah Tes

18
EVALUASI PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA (MASALAH TES) Kelas C Prodi Matematika 2011 1. Orta Rosinda P 11-550-0092 2. Hari suryanto 11-550-0018 3. 4. Dosen pembimbing: ERLIN LADYAWATI, Spd.,MPd PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

Transcript of Masalah Tes

EVALUASI PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

(MASALAH TES)

Kelas C

Prodi Matematika 2011

1. Orta Rosinda P 11-550-0092

2. Hari suryanto 11-550-0018

3.

4.

Dosen pembimbing:

ERLIN LADYAWATI, Spd.,MPd

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA

SURABAYA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah

tepat pada waktunya yang berjudul “Memilih Metode dan Teknik Pembelajaran”.

Makalah ini berisikan tentang metode dan teknik yang ada dalam proses pembelajaran.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Metode dan

Teknik Pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran dari teman-teman atau dosen yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai

segala usaha kita.

Penulis

................................

1

DAFTAR ISI

Kata pengantar 1

Daftar isi 2

Pendahuluan 3

Masalah Tes 4

pengertian 5

persyaratan tes 6

Ciri-ciri Tes yang Baik…………………………………………………………………………………………………………………………

Validitas………………………………………………………………………………………………………………………………………

Reliabilitas…………………………………………………………………………………………………………………………………

Objektivitas…………………………………………………………………………………………………………………………..

Praktikabilitas……………………………………………………………………………………………………………………

Ekonomis………………………………………………………………………………………………………………………

Pendahuluan

1

MASALAH TES

A. Pengertian

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Perancis kuno

yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan

sebagian sebuah piring yang dibuat dari tanah.

Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan

pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul mental tes and

measurement. Selanjutnya di Amerika serikat tes ini berkembangan dengan cepat

sehingga dalam tempo yang tidak begitu lama masyarakat mulai menggunakannya.

Banyak ahli yang mulai menggembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun

yang terkenal adalah sebuah tes intelegensi yang disusuin oleh seorang Perancis bernama

Binet, yang kemudian dibantu penyempurnaanya oleh Simon, sehingga tes tersebut

dikenal sebagai tes Binetsimon yang berfungsi untuk membedakan anak menurut tingkat

intelegensinya. Yerkes di Amerika Serikat menyusun intensitas kelompok yang

digunakan untuk menyeleksi calon militer sebanyak banyaknya dalam waktu singkat

yang dikenal dengan nama army alpha dan army betha.

Beberapa istilah yang digunakan dalam tes:

- Tes

Merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur

sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan.

Contoh:

Melingkari atau menyilang pada lembar jawaban soal pilihan ganda.

- Testing

Merupakan saat waktu tes itu dilaksanakan atau saat pengambilan tes.

- Testee

Responden yaitu responden yang sedang mengerjakan tes.

Guna mengetahui kemampuan, minat, bakat seseorang.

- Tester

Merupakan orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para

responden atau testee.

Tugas tester:

- Memepersiapakan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.

- Membagikan lembaran test dan alat-alat lain untuk mengerjakan.

- Menerangakan cara mengerjakn tes.

- Mengawasi responden mengerjakan tes.

- Meberi tanda-tanda waktu.

- Mengumpulkan pekerjaan responden.

- Mengisi berita acara.

B. Persyaratan tes

Sumber prasaratan tes didasarkan pada dua hal yaitu:

1. Menyangkut mutu tes.

2. Menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan.

Walaupun dalam melaksanakan tes sudah diusahakan mengikuti aturan tentang

suasana, cara, dan prosedur yang telah ditentukan. Namun tes itu sendiri

mengandung kelemahan-kelemahan Gilbert sax (1980, 31-42) menyebutkan

kelemahan sebagai berikut:

1. Adakalanya tes menyinggung pribadi seseorang walaupun tidak disengaja

misalnya rumusan soal, pelaksanaan, maupun pengumuman hasil.

2. Tes menimbulkan kecemasan yang tidak sama antara satu orang dengan orang

yang lain sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni. Kirkland (1971)

menyimpulkan bahwa:

a. Besar kecilnya kecemasan mempengaruhi murni dan tidaknya hasil

belajar.

b. Menurut yang kurang pandai mempunyai kecemasan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan anak yang berkemampuan tinggi.

c. Kebiasaan terhadap tipe tes dan pengadministrasiaanya mengurangi

timbulnya kecemasan dalam tes.

d. Dalam kecemasan yang tinggi, murid akan mencapai hasil baik jika

soalnya bersifat ingatan, tetapi hasilnya tidak baik jika soalnya pikiran.

e. Timbulnya kecemasan sejalan dengan tingkatan kelas.

1

f. Meskipun pada tingkatan sekolah dasar tidak terdapat perbedaan

kecemasan anatara laki-laki dan perempuan tapi pada tingkat sekolah

menengah anak perempuan lebih cenderung mempunyai tingkat

kecemasan yag lebih tinggi dari pada anak laki-laki.

Banyak penelitian yang dilakukan oleh ahli tentang kecemasan.

Misalnya pada saat tes seorang testee sering berusaha menutupi

kecemasanya saat mengikuti tes misalnya dengan menggigit kuku dan

mengetuk meja karena dianggap hasil tes digunakan untuk menentukan

nasib seseorang.

3. Tes mengatagorikan siswa secara tetap.

Dengan mengikuti hasil tes pertama kadang-kadang orang lalu

membedakan cap kepada siswa menurut kelompok atau kategorinya missal

test IQ.

4. Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa.

Dengan rumusan soal tes yang kompleks siswa dapat menghemat waktu

dengan mengerjakan soal yang mudah terlebih dahulu dari pada soal yang

sulit.

5. Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang terbatas.

Manusia mempunyai seperagkat sifat atau traits yang tidak semuanya tepat

diukur melalui tes misalnya tingkah laku yang lebih cocok diukur melalui

pengalaman secara cermat.

C. Ciri-Ciri tes yang baik

Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi

persyaratan test yaitu memiliki:

- Validitas.

- Reliabilitas.

- Objektivitas.

- Praktikabilitas.

- Ekonomis.

Keterangan dari masing-masing ciri akan diberikan dengan lebih terperinci sbb:

a. Validitas

Sebelum mulai dengan penjelasan perlu kiranya dipahami terlebih dahulu

perbedaan arti istilah validitas dengan valid. Validitas merupakan sebuah kata

benda sedangkan valid merupakan kata sifat. Dari pengalaman sehari-hari tidak

sedikit siswa atau guru mengatakan: ‘‘Tes ini baik karena sudah validitas” jelas

kalimat tersebut tidak tepat. Yang benar adalah : “Tes ini sudah baik karena sudah

valid” atau “Tes ini baik karena memiliki validitas yang tinggi”.

Jika data yang dihasilkan oleh instrument benar dan valid, sesuai

kenyataan, maka instrument yang digunakan tersebut juga valid. Sebuah tes

disebut valid apabila tes itu tepat mengukur apa yang hendak diukur. Istilah valid

sangat sukar dicari gantinya. Ada istilah baru yang mulai diperkenalkan, yaitu

sahih sehingga validitas diganti menjadi kesahihan. Walaupun istilah tepat belum

dapat mencakup semua arti yang tersirat dalam kata valid dan kata tepat kadang-

kadang digunakan dalam konteks yang lain akan tetapi tambahan kata tepat dalam

menerangkan kata valid dapat memperjelas apa yang dimaksud.

Contoh:

Untuk mengukur sebesarnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar,

bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat

melalui:

- Kehadiran.

- Terpusatnya perhatian pada pelajaran.

- Ketapatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru

dalam arti relavan pada permasalahannya.

Nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, bukan menggambarkan partisipasi,

tetapi menggambarkan prestasi belajar.

Ada beberapa macam validitas yaitu:

- Validitas logis.

- Validitas ramalan.

- Validitas kesejajaran.

1

b. Reliabilitas

Kata reliabilitas berasal dari bahasa inggris yaitu reability yang artinya

dapat dipercaya seperti validitas dan valid kekacauan dalam pengguanaan istilah

reliabilitas sering dikacaukan dengan istilah reliabel. Reliabilitas merupakan kata

benda sedangkan reliabel merupakan kata sifat atau keadaan.

Contoh:

Waktu tes

Nama siswa

Pengetesan

Pertama

Pengetesan

Kedua

Amin 6 7

Badu 5,5 6,6

Cahyani 8 9

Didit 5 6

Elvi 6 7

Parida 7 8

Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa setiap hasil tes dikatakan

reliabel karena pengetesan pertama dan pengetesan kedua menunjukkan hasil

ketetapan meskipun ada yang berbeda dari hasil tes pertama dan kedua itu

dikarenakan oleh adanya pengalaman yang diperoleh pada waktu tes pertama.

dalam keadaan seperti ini dikatakan bahwa ada carry-over effect atau practice-

effect yaitu adanya akibat yang dibawah karena siswa mengalami suatu kegiatan.

Jika dihubungkan dengan validitas maka:

- Validitas adalah ketepatan.

- Reliabilitas adalah ketetapan.

c. Objektivitas

Dalam pengertian sehari-hari telah dengan cepat diketahui bahwa objektif

berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. lawan dari objektif adalah

subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang mempengaruhi. Sebuah tes

dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaan tes itu tidak ada faktor

subjektif yang mempengaruhi. Terutama pada sistem skoringnya. Apabila

dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem

skoringnya, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.

Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas suatu tes yaitu:

1. Bentuk tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si

penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri dengan demikian

jika ada dua penilai maka ada pula dua nilai yang berbeda.

Untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dari penilai maka sistem

skoring dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya dengan membuat

pedoman skoring terlebih dahulu.

2. Penilai

Subjektivitas akan masuk dengan leluasa dalam tes berbentuk uraian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas:

- Kesan penilai terhadap siswa

- Tulisan

- Bahasa

- Waktu pengadaan penilaian

- Kelelahan

Untuk menghidari masuknya unsur subjektivitas dalam pekerjaan

penilaian maka penilaian ini harus dilaksanakan dengan mengigat pedoman

antara lain:

a. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus supaya guru akan memperoleh

lembaran yang jelas tentang keadaan siswa. Jika evaluasi dilaksanakan satu

atau dua kali itu tidak akan menggambarkan seorang siswa.

Contoh: seorang siswa yang sebetulnya pandai tetapi pada waktu guru

meneragkan kadang siswa tersebut dalam kondisi jelek atau sakit karena

merawat ibunya yang sedang sakit, maka ada kemungkinan nilai siswa

tersebut juga ikut jelek

b. Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh), yang dimaksud

dengan evaluasi yang komprehensif disini adalah atas berbagai segi

peninjauan antara lain:

1

- Mencakup keseluruahan materi

- Mencakup berbagai aspek berfikir (ingatan, pemahaman, aplikasi, dsb)

- Melalui berbagai cara yaitu tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan,

pengamatan insidental, dsb

- Uraian tentang evaluasi yang komprehensif

D. Praktikabilitas

Sebuat tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut

bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.

Tes yang praktis adalah tes yang:

1. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan

memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang

dianggap mudah oleh siswa.

2. Mudah pemeriksaanya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban

maupun pedoman skoringnya. Untuk soal objektif, pemeriksaan akan mudah

dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.

3. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diawali

oleh orang lain.

E. Ekonomis

Yang dimaksud dengan ekonomis disini ialah bahwa pelaksaan tes tersebut tidak

membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

F. Kesimpulan

Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa diperlukan suatu tes atau evaluasi

yang diberikan oleh pendidik yang terdiri dari beberapa jenis tes misalnya:

Tes tulis dan tes lisan didalam sebuah tes terdapat kelemahan-kelemahan misalnya

menimbulkan kecemasan menyinggung masalah pribadi mengkatagorikan atau

menggolangkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan atau kepintaran siswa.

Didalam sebuah tes atau evaluasi juga terdapat syarat-syarat bagi kebaikan tes itu

sendiri diantaranya kevaliditasan, kereliabilitasan, keobjektivitasan dan kepraktisan serta

keekonomisan sebuah tes atau evaluasi. maka dari itu sebagai seorang calon guru kita

harus memperhatikan benar tentang masalah tes karena masalah itu sangat mempengaruhi

guna mengukur tingkat kemampuan para siswa.

1

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir Daien Indrakusuma: Evaluasi pendidikan. Jilid I terbitan sendiri. 1975

2. Departement P dan K: Pedoman Penelitian Buku Pedoman Seri Kurikulum 1975,

Jakarta, 1976.

3. Wuradji Drs.: Dasar-dasar Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar, Penerbit DINA

Yogyakarta, 1978.