Masalah Kebudayaan dan Perilaku dalam kesehatan

11
Memahami Masalah Perempuan Papua dalam Budaya dan Kesehatan

Transcript of Masalah Kebudayaan dan Perilaku dalam kesehatan

Memahami Masalah Perempuan Papua dalamBudaya dan Kesehatan

Masalah Perempuan dalam Budaya Papua

Masyarakat Papua umumnya telah menetapkan karakteristik

laki-laki dan perempuan (gender) berdasarkan nilai-nilai budaya

yang dianut, termasuk di dalamnya adalah peran apa yang

harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, serta sumber

daya apa saja yang dapat dijangkau dan dikontrol oleh laki-laki

dan perempuan.

Pada zaman dahulu, peran tradisional laki-laki dan perempuan dikatakan

cukup seimbang. Laki-laki dan perempuan memiliki tanggung jawab yang

sama beratnya. Laki-laki bertanggung jawab terhadap urusan politik (perang,

membuat negosiasi dengan musuh, menggelar perdamaian), menjaga

keamanan kampung, mengawal/menjaga perempuan di kebun, mengurus

upacara adat, menyiapkan ladang baru, dan mencari kayu bakar, berburu,

berdagang. Perempuan bertanggung jawab terhadap pencariaan makan di

kebun, menyiapkan makanan bagi keluarga, mengurus ternak babi,

mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah tangga serta membantu laki-laki

dalam menyiapkan upacara adat.

Saat ini, setelah adanya akulturasi (kontak budaya) dengan

dunia luar, peran-peran tersebut berubah. Sebagian besar

peran laki-laki berkurang atau hilang, seperti urusan perang,

menjaga keamanan, dengan adanya teknologi baru yang

diperkenalkan.Dengan demikian, di satu sisi laki-laki bertangan

kosong karena perannya berkurang/hilang. Di sisi lain

perempuan memiliki beban kerja yang cukup berat. Laki-laki

dikatakan pada kondisi yang sedang “kebingungan” untuk

mengisi kekosongan perannya. Bahkan bisa dikatakan laki-laki

Papua dari daerah pegunungan, saat ini sedang berada pada

tahap kehilangan identitas (mempertanyakan keberadaan

dirinya).

•Profil Akses dan Kontrol

Pembedaan gender dalam masyarakat Papua sangat

dipengaruhi oleh budaya patriarki. Patriarki merupakan

kekuasaan bapak (kaum lelaki) yang mendominasi,

mensubordinasikan, dan mendiskriminasikan kaum

perempuan. Segala bidang terpusat pada laki-laki, perempuan

memiliki peran untuk mengurus pangan, ternak, anak, dan

pekerjaan rumah tangga (urusan domestik)

Perempuan menghasilkan hampir 80% kegiatan produktif

(pertanian dan peternakan), namun kontrol terhadap hasil

tersebut ada di tangan laki-laki. Kondisi ini sama, baik sebelum

ada kontak dengan dunia luar maupun saat ini. Bahkan dapat

dikatakan bahwa kini dominasi/tekanan laki-laki terhadap

perempuan lebih kuat sebagai kompensasi dari keadaan lelaki

yang sedang kehilangan identitas diri.

•Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Ketimpangan

Gender

(a) budaya patriarki, yakni segala bidang kehidupan terpusat pada

kekuasaan laki-laki

(b) budaya denda, yakni segala persoalan dalam masyarakat

harus diselesaikan dengan pembayaran denda uang/babi

Penyebab pertama

c) sistem pembayaran mas kawin, yakni laki-laki membayar mas

kawin terhadap pihak perempuan yang disertai dengan sejumlah

kewajiban yang harus dipenuhi oleh perempuan tersebut

(d) keterpisahan hidup perempuaan dan laki-laki, yakni dalam

pemisahan tempat tidur dan kelakuan saling menghindar antara

laki-laki dan perempuaan. Karena takut akan bahaya yang

disebabkan oleh kaum perempuaan, laki-laki harus melindungi

dirinya dengan tabu-tabu

(e) pandangan atau nilai bahwa perempuan adalah lambang

kesuburan, yakni hal ini sering dimanfaatkan kaum lelaki untuk

memperoleh harta lebih banyak dan kebun yang luas dan

melimpah

(f) tabu, yakni laki-laki dianggap tidak pantas mengerjakan tugas

yang selama ini dianggap sebagai tugas perempuan dan lainnya

Penyebab kedua

(a) pendekatan, yakni pendekatan dalam pengenalan religi baru

yang cenderung mengganti/membuang unsur-unsur agama asli

(b) sistem politik, yakni saat ini laki-laki tidak perlu setiap saat

dengan tombak/anak panah untuk perang/menjaga keamanan

kampung

(c) perubahan sistem ekonomi dari tribal ke ekonomi pasar, yakni

banyak produk yang ditawarkan, kebutuhan menjadi meningkat

dan kaum perempuan harus bekerja lebih keras lagi untuk

bersaing dalam sistem ekonomi ini untuk memenuhi kebutuhan

hidup keluarganya

(d) teknologi baru, yakni adanya teknologi yang diperkenalkan,

yang cenderung menolak laki-laki.

Masalah Kesehatan Perempuan Papua

•Gizi Perempuan dan Anak

•Penyakit Menular Seksual (PMS)

•Dampak Program KB

•Masalah Aborsi

•Kekerasan Laki-laki Terhadap Perempuan

•Menemukan Masa Remaja Selah Berkeluarga

•Industri Seks Tersembunyi

•Seks Bebas dan Kekerasan Seksual

•Akses Perempuan Terhadap Kesehatan

Kesimpulan

Persoalan diskriminasi, subordinasi, dominasi dan apapun

namanya dari lelaki terhadap perempuan ini menanggung beban

yang berat sebelah ketika itu bila kita menimbang. Ketidakadilan

sosial inilah yang harus diperangi dan diubah. Perubahan itu

tidak bisa datang dari kamu laki-laki. Ketidakadilan sosial dapat

dibongkar secara sungguh-sungguh oleh pihak perempuan

sendiri, sebab pihak yang diuntungkan (kaum lelaki) tentu tidak

akan berminat mengurangi dominasinya yang terus didapatkan

bahkan sedapat mungkin dilipatgandakan.Emansipasi

perempuan Papua harus bangkit melawan semua ketidakadilan

gender.