Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan terdiri dari faktor perilaku, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Keempat faktor tersebut saling berinteraksi sehingga mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut, faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling sukar ditanggulangi, Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dan memiliki domain yang cukup luas yakni, pengetahuan, sikap, dan tindakan. Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 – 2025 atau “Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta 1

description

masalah perilaku

Transcript of Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Page 1: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga

spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini

diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan

ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor

tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan terdiri dari faktor

perilaku, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Keempat faktor

tersebut saling berinteraksi sehingga mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat

kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut, faktor perilaku manusia merupakan faktor

determinan yang paling sukar ditanggulangi, Hal ini disebabkan karena faktor perilaku

yang lebih dominan dan memiliki domain yang cukup luas yakni, pengetahuan, sikap, dan

tindakan.

Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 – 2025 atau

“Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam

Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari

ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif

dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan

aman (safe community).

Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi

demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan

perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan

semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan,

perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi

perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 %

terhadap derajat kesehatan.

1

Page 2: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

PHBS dapat diterjemahkan sebagai sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas

dasar kesadaran dari hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat

menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan mampu berperan-aktif dalam mewujudkan

kesehatan masyarakat. Untuk melihat keberhasilan dalam pembudayaan PHBS diukur

dengan pencapai indikator rumah tangga sehat (Winarno, 2007).

Angka kejadian untuk penyakit menular seperti diare di sebagian besar wilayah

Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor

3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita

75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi

melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang

dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal

tersebut,terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan

perilaku hidup tidak sehat (Depkes, 2000).

Untuk penyakit tidak menular seperti hipertensi di Amerika, menurut National

Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III), paling sedikit 30% pasien

hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai

target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg. Di Indonesia, sesuai dengan

survey yang dilakukan dalam masyarakat selama ini yang telah dikumpulkan angka –

angkanya, prevalensi hipertensi berkisar 6 – 15 % dari seluruh penduduk di Indonesia.

Dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak

menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat

kemungkinan lebih besar.

Menurut laporan LB1 bulan januari 2011 sampai februari 2012 puskesmas

Ambacang Kuranji, ditemukan 677 kasus penderita diare. Hal ini disebabkan oleh belum

adanya perhatian masyarakat terhadap bahaya penyakit diare dan kurangnya penerapan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan untuk penyakit hipertensi menurut laporan LB1 bulan januari 2011

sampai februari 2012 puskesmas Ambacang Kuranji, rata-rata ada 250 kasus penderita

2

Page 3: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

setiap bulannya. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya perhatian masyarakat terhadap

faktor-faktor risiko yang bisa menyebabkan hipertensi nantinya.

Berdasarkan data diatas mengingat pentingnya masalah perilaku dalam

mempengaruhi kesehatan masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan identifikasi

masalah perilaku yang mempengaruhi diare dan hipertensi serta pengelolaan nya di

wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum

Memperoleh gambaran tentang masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan di

wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji dan pengelolaannya.

b. Tujuan khusus

- mengetahui masalah perilaku masyarakat yang berhubungan dengan angka

kejadian diare dan pengelolaan nya di wilayah kerja puskesmas Ambacang

Kuranji

- Mengetahui masalah perilaku masyarakat yang berhubungan dengan angka

kejadian hipertensi dan pengelolaannya di wilayah kerja puskesmas Ambacang

Kuranji

1.3 Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang hubungan masalah perilaku dengan kejadian diare

dan hipertensi di wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai

literature dan hasil diskusi.

3

Page 4: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

BAB II

ANALISIS SITUASI

2.1. Gambaran Umum

Puskesmas Ambacang Kuranji terletak di salah satu Kelurahan di Kecamatan

Kuranji Kota Padang yaitu Kelurahan Pasar Ambacang, Karena terletak di Kelurahan

tersebutlah maka nama Puskesmaspun diberikan dengan nama yang sama yaitu Puskesmas

Ambacang Kuranji yang untuk selanjutnya sesuai dengan masukan dari berbagai pihak

antara lain dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang disebut dengan ”Puskesmas

Ambacang” saja, Puskesmas ini pada awalnya merupakan bagian dari Pusat Pelayanan

Kesehatan Masyarakat terbatas dalam bentuk ”Puskesmas Pembantu ”yang berinduk ke

Puskesmas Kuranji, dan sejak tahun 2006 dikembangkan menjadi Pusat Kesehatan

Masyarakat dengan pelayanan penuh dan terlepas dari Puskesmas Kuranji sendiri.

2.1.1. Geografi

Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan kecamatan dan kelurahan

yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang. Batas - batas wilayah kerja

Puskesmas Ambacang yaitu :

Utara : Kelurahan Korong Gadang Kec. Kuranji.

Timur : Kecamatan Pauh,

Selatan : Kecamatan Pauh dan Lubuk Begalung.

Barat : Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Nanggalo.

Puskesmas Ambacang terletak pada 0° 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100° 23' 50.14"

Lintang Utara dengan Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12 Km2,

mewilayahi 4 Kelurahan yaitu : Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan

Ampang dan Kelurahan Lubuk Lintah yang umumnya masayarakat pengguna jasa

pelayanan kesehatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke Kelurahan

4

Page 5: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Secara sketsa, wilayah kerja Puskesmas dapat digambarkan sebagai berikut:

KECAMATAN PADANG TIMUR

KECAMATAN NANGGALO

KECAMATAN PAUH

KECAMATAN LUBUK

BEGALUNG

KECAMATAN PADANG UTARA

PETA WILAYAH KERJA UKSPUSKESMAS AMBACANG KECAMATAN KURANJI

GEOMAPPING SARANA KESEHATAN WILAYAH KERJA

PUSKESMAS

PUSTU

POSKESDES

KLINIK SWASTA

APOTIK

AMBULANPOSYANDU BALITA

5

7

7

9

POSYANDU LANSIA

1

2

1

2

Gambar 1 : Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji

Sumber: di kutip dari laporan tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011

2.1.2. Demografi

Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang selama

tahun 2011 adalah : 46900.Jiwa dengan distribusi kependudukan menurut kelurahan

sebagai berikut:

Kelurahan Pasar ambacang : 16818

Kelurahan anduring : 13412

Kelurahan lubuk lintah : 9737

Kelurahan ampang : 9737

5

Page 6: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

2.1.3 Tenaga Kesehatan Puskesmas Ambacang

Tabel 1 Data Ketenagaan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji

No Jenis Ketenagaan Pendidikan Jumlah

1 Dokter Umum S 1 4

2 Dokter Gigi S 1 3

3 Apoteker S 1 -

4 Sarjana Kesehatan Masyarakat S 1 3

5 Perawat Ahli S 1 -

6 Perawat Ahli Madya D 3 3

7 Nutrisionis S 1 1

8 Perawat Kesehatan SPK -

9 Bidan Ahli Madya D 3 11

10 Bidan SPK ( + ) 1

11 Sanitarian D3 4

12 Perawat gigi SPRG 1

13 Pranata Laboratorium Kes. SMAK 1

14 Asisten  Apoteker SMF 3

15 SMA SLTA

16 Sopir SLTP 1

6

Page 7: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Jumlah 46

Sumber: di kutip dari laporan tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011

2.1.4 Sasaran Pelayanan Kesehatan

Tabel 2 Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun 2011

KELURAHAN PDDK BAYI BALITA BUMIL BULIN BUTEKI WUS LANSIA

Pasar ambacang 15.461 330 1.614 363 346 659 3.386 1.144

Anduring 12.391 191 1.287 210 276 526 2.700 912

Lubuk Lintah 8.951 263 934 210 200 382 1.960 662

Ampang 6.373 136 665 149 143 272 1.396 472

PUSKESMAS 43.114 919 4.500 1.011 15 28 9.442 3.190

Sumber: di kutip dari laporan tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011

2.1.5 KONDISI SOSIAL, BUDAYA, DAN EKONOMI PENDUDUK

a. Kondisi Sosial dan Budaya

Suku terbesar yang ada di Kecamatan Kuranji adalah Suku Minang,

juga ada beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama

yang dianut masyarakatnya adalah Islam

a. KondisiEkonomi

Mata Pencaharian Penduduk:

Tani : 45%

Pegawai Negri : 20%

7

Page 8: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Buruh : 5%

Swasta : 2%

Lain-lain : 18%

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

organisme yang bersangkutan.

Skinner (1983) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk

respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 :

a) Perilaku tertutup (covert behavior)

Adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung dan

tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain misalnya masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran. Misalnya seorang ibu tahu bahwa

imunisasi itu dapat mencegah penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak

membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.

b) Perilaku terbuka (overt behavior)

Yaitu apabila perilaku itu jelas dapat di observasi secara langsung dari luar

misalnya dari contoh tadi adalah tindakan si ibu membawa anaknya ke puskemas

untuk imunisasi.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, dan lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup:

a) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, terdiri atas:

8

Page 9: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

(health promotion behavior). Misalnya makan makanan yang bergizi,

olahraga dan sebagainya.

Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respons

untuk melakukan pencegahan penyakit. Misalnya: tidur memakai kelambu

untuk mencegah gigitan penyakit, imunisasi, dan sebagainya.

Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking

behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan,

misalnya mencari pengobatan ke puskesmas.

Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation

behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha pemulihan

kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit, misalnya dengan melakukan

diet.

b) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan.

Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara

pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya.

c) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior)

Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap

makanan serta unsur-unsur yang terkandung dalamnya, pengelolaan makanan,

dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.

d) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)

Perilaku ini adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia. Perilaku ini mencakup:

Perilaku sehubungan dengan air bersih

Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor

Perilaku sehubungan dengan limbah

Perilaku sehubungan dengan rumah sehat

Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk

9

Page 10: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku dilatarbelakangi oleh tiga faktor

pokok yaitu:

a) Faktor predisposisi (presdiposing factor), mencakup pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan bentuk lainnya yang terdapat dalam diri

individu dan masyarakat.

b) Faktor pendukung (enabling factors) ialah tersedianya sarana pelayanan

kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya.

c) Faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas

kesehatan.

Gambar 2. Modifikasi Skema Perilaku dari Bloom dan Green

10

Reinforcing Factors (sikap dan perilaku

petugas)

Reinforcing Factors (sikap dan perilaku

petugas)

Predisposing Factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya)

Predisposing Factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya)

Pem. SosialPem. Sosial

KomunikasiKomunikasi TrainingTraining

Enabling Factors

(ketersediaan sumber daya) /fasilitas)

Enabling Factors

(ketersediaan sumber daya) /fasilitas)

Pendidikan Kesehatan

Pendidikan Kesehatan

KeturunanKeturunan

Status kesehatanStatus kesehatan LingkunganLingkunganPelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan

Perilaku

Page 11: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

2.2. Diare

2.2.1. Definisi Diare

Menurut WHO, diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih

dari 4 kali pada bayi atau lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses

encer, berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.

Sedangkan menurut Depkes RI (2003), diare adalah penyakit yang ditandai

dengan perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekuensi buang air besar lebih banyak dari biasanya (lazimnya 3

kali atau lebih dalam sehari).

2.2.2. Etiologi dan Epidemiologi

a) Etiologi

1) Faktor infeksi

Bakteri: Vibrio cholerae, Salmonella spp, E.coli, dll.

Virus : rotavirus, coronavirus,dll.

Parasit : cacing, protozoa, jamur, dll.

2) Faktor malabsorpsi

3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi

4) Faktor psikologis : perasaan takut atau cemas

b) Epidemologi

1) Penyebaran kuman yang menyebabkan diare

Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila memakan makanan/aie minum yang

terkontaminasi oleh tinja penderita diare, disebut juga fecal oral. Penularan

langsung juga dapat terjadi bila tangan yang tercemar digunakan untuk

menyuap makanan.

2) Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

11

Page 12: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden dan lamanya

diare. Faktor-faktor tersebut adalah :

Penghentian ASI yang terlalu dini. ASI mengandung antibodi yang dapat

melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti : Shigella

dan V. cholera

Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare

meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada

penderita gizi buruk.

Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung

sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin

yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Autoimune Deficiency

Syndrome) pada anak imunosupresi berat.

Usia. Diare lebih sering mengenai usia balita dan lansia diatas 75 tahun.

3) Faktor lingkungan dan perilaku

Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare sebagai

berikut:

Tidak memadainya penyediaan air bersih

Air tercemar oleh tinja

Pembuangan tinja yang tidak higienis

Kebersihan perorangan dan lingkungan yang tidak baik

Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan

meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain :

Tidak memberikan ASI ( Air Susu Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada

pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI, memiliki risiko untuk

menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan

kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

Menggunakan botol susu, menggunakan botol ini memudahkan

kontaminasi botol oleh kuman karena botol susah dibersihkan.

12

Page 13: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari

sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, pencemaran dirumah dapat

terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja

anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.

Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar karena adanya

anggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya. Padahal sebenarnya tinja

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu, tinja

binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

2.2.3. Prinsip Tata Laksana Penderita Diare

a) Mencegah terjadinya dehidrasi

Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan

memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan

seperti oralit, air tajin, kuah sayur, atau air sup. Bila tidak mungkin memberikan

cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang.

b) Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa

ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat

dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus

segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan

terapi oral.

c) Memberi makanan

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita

terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan.

d) Mengobati masalah lain

13

Page 14: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka

diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.

Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare.

2.2.4. Pencegahan Diare

a) memberikan ASI

b) memperbaiki makanan pendamping ASI

c) menggunakan air bersih

ambil air bersih dari sumber yang bersih

ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan

gayung khusus untuk mengambil air

pelihara atau jaga air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-

anak

gunakan air yang direbus

cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih

d) mencuci tangan

e) menggunakan jamban

keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi dengan baik dan dapat

dipakai oleh seluruh anggota keluarga

bersihkan jamban secara teratur

bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air

besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak, dan

tempat anak-anak bermain serta 10 meter dari sumber air. Selain itu, hindari

buang air tanpa alas kaki.

f) membuang tinja bayi dengan benar

2.3.HIPERTENSI

2.3.1.Definisi

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di

dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya Tekanan/Tegangan). Jadi, Hipertensi

14

Page 15: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas

nilai normal.

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation

and Treatment of High Blood Pressure (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 /

90 mmHg.

Tabel 3.Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1

(Hipertensi ringan)140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2

(Hipertensi sedang)160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3

(Hipertensi berat)180-209 mmHg 110-119 mmHg

Stadium 4

(Hipertensi maligna)210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

Sumber : Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure (JIVC)

2.3.2.Etiologi

1. Hipertensi Esensial (Hipertensi Primer)

15

Page 16: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui. Terjadi pada sekitar 90%

penderita hipertensi.

Sensitivitas Garam

Homeostasis Renin

Resistansi Insulin

Tidur Apneu

Genetik (keturunan)

Umur

Obesitas

2. Hipertensi Sekunder

Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu.

Penyakit Ginjal:

Stenosis arteri renalis

Pielonefritis

Glomerulonefritis

Tumor-tumor ginjal

Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

Kelainan Hormonal:

Hiperaldosteronisme

Sindroma Cushing (sekresi kortisol yang berlebihan)

Feokromositoma

Tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin)

atau norepinefrin (noradrenalin).

Obat-obatan:

Pil KB

Kortikosteroid

Siklosporin

Eritropoietin

Kokain

Penyalahgunaan alkohol

Kayu manis (dalam jumlah

sangat besar)

Penyebab Lainnya:

16

Page 17: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Koartasio aorta

Preeklamsi pada kehamilan

Porfiria intermiten akut

Keracunan timbal akut

17

Page 18: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

2.3.3. Faktor Penyebab

Adapun faktor-faktor penyebab tekanan darah tinggi, antara lain :

1. Faktor Keturunan

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang

memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih

besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar

identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti

gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

2. Faktor Usia

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang

bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa

tekanan darah saat muda akan sama ketika bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan

agar jangan melewati batas atas yang normal.

3. Faktor Garam

Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada

beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan

usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

4. Faktor Kolesterol

Faktor ini bisa dkendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah, dapat

menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat

pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat. Kendalikan

kolesterol Anda sedini mungkin.

5. Faktor Obesitas / Kegemukan

Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan

ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.

6. Faktor Stress

Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu

tekanan darah tinggi.

7. Faktor Rokok

Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi

tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke.

Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi,

18

Page 19: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang

berkaitan dengan jantung dan darah.

8. Faktor Kafein

Faktor ini bisa dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola bisa

menyebabkan peningkatan tekanan darah.

9. Alkohol

Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan

darah tinggi.

10. Kurang Olahraga

Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah

dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi namun

jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.

2.3.4. Penatalaksanaan Hipertensi

1. Terapi nonfarmakologi

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan darah tinggi

dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan

prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.

Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi,

modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada

pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang

terlihat menurunkan tekanan darah adalah:

mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;

mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya

akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan

Tidak mengkonsumsi alkohol.

Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi

satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari

menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk

menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obesitas disertai

19

Page 20: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan

dorongan moral.

Aktifitas fisik juga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur

paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi

menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan

menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi

walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk

mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ

target.

Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular.

Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang

dapat diakibatkan oleh merokok.

2. Terapi farmakologi

Terapi Farmakologi yang dapat diberikan berupa :

a. diuretik

b. angiotensin converting enzym inhibitor

c. kalsium antagonis

d. vasodilator

2.3.5. Pencegahan Hipertensi

Setelah umur 30 tahun, periksa tekanan darah secara rutin

Tidak merokok dan minum yang beralkohol

Olahraga dan pertahankan berat badan normal

Makan makanan sehat rendah lemak yang kaya akan vitamin dan mineral alami

20

Page 21: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

2.3.Pengelolaan terhadap Penyakit yang Berhubungan dengan Perilaku Kesehatan

Menurut Green (1980), terdapat 3 cara pengelolaan terhadap penyakit yang

berhubungan dengan perilaku kesehatan, sebagai berikut:

a) Pendidikan kesehatan dalam faktor predisposisi

Ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan pningkatan kesehatan baik bagi

dirinya sendiri, keluarganya, maupun masyarakat. Contoh: penyuluhan kesehatan,

pameran kesehatan, iklan layanan kesehatan, spanduk, dan sebagainya.

b) Pendidikan kesehatan dalam faktor pendukung (enabling factor)

Karena faktor ini berupa fasilitas atau prasarana dan sarana kesehatan, maka

bentuk pemberdayaannya lebih kepada memberdayakan masyarakat agar mampu

mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Contoh: dengan melakukan

pancingan melalui pembuatan jamban sehat yang sederhana. Diharapkan masyarakat

akan mengikuti untuk membuat jamban sehat dirumahnya.

c) Pendidikan kesehatan dalam faktor pendukung (reinforcing factor)

Oleh karena factor ini adalah menyangkut sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toga) serta para petugas kesehatan, maka

pendidikan yang tepat adalah pelatihan- pelatihan bagi toga, toma dan petugas

kesehatan. Tujuan utama dari pelatihan ini adalah agar sikap perilaku petugas dapat

menjadi acuan bagi masyarakat.

21

Page 22: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

BAB IV

ANALISIS MASALAH PERILAKU DI PUSKESMAS AMBACANG KURANJI

4.1 Pencapaian PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Wilayah Kerja Puskesmas

Ambacang Kuranji

Tabel 4.Pencapaian PHBS di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji

No Indikator Kelurahan

Pasar Ambacang

Anduring Lubuk lintah Ampang Jumlah

1 Linakes 192 (91,4%) 210 (100%) 203 (96,6%) 199(94,7%) 804 (95,7%)

2 ASI E ksklusif 142 (67,6%) 133(63,3%) 173 (82,3%) 195 (92,8%) 643 (76,5%)

3 Timbang bayi& balita 160 (76,2%) 194 (92,4%) 187 (89%) 201 (95,7%) 742 (88,3%)

4 Air bersih 200 (95%) 208 (99%) 207 (98,5%) 203 (96,6%) 818 (97,4%)

5 CPTS 161 (76,6%) 204 (97,1%) 207 (98,5) 207 (98,5%) 779 (92,7%)

6 Jamban sehat 169 (80,5%) 180 (85,7%) 194 (92,3%) 174 (82,8%) 717 (85,3%)

7 Pemb jentik 182 (86,6%) 192 (91,4%) 197 (93,8%) 204 (97,1%) 775 (92,3%)

8 Makan buah sayur 181 (86,2%) 198 (94,2%) 203 (96,6%) 207 (98,5%) 789 (93,9%)

9 Aktifitas fisik 149 (70,9%) 200 (95,2%) 165 (78,5%) 208 (99%) 722 (85,9%)

10 Tdk merokok di rumah 115 (54,7%) 50 (23,8%) 118 (56,2%) 56 (26,6%) 339(40,35%)

Data di atas merupakan hasil pendataan awal pada bulan februari tahun 2011, di mana RT

yang sehat adalah 175 KK, dan tidak sehat 665 KK dan permasalahan kesehatan terbanyak

adalah indikator tidak merokok di rumah yaitu hanya 40,35%. Adapun target PHBS ini

adalah 840 KK. Pada akhir Desember 2011 semua target indikator pada PHBS ini untuk

wilayah kerja puskesmas Ambacang sudah tercapai 100%.

22

Page 23: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

4.2.1. Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji

Grafik 3. Jumlah Kasus Diare Puskesmas Ambacang Kuranji Bulan Januari 2011-Februari

2012

Sumber: laporan LB1 Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011-2012

Tabel 5. Kasus Diare Berdasarkan Umur di Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011

UMUR <5 THN>5

TAHUNJUMLAH

JML KASUS 211 273 484

Dari tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit diare ini banyak terjadi

pada usia diatas 5 tahun hingga dewasa dengan 273 kejadian dan diikuti oleh usia kurang dari

5 tahun dengan 211 kejadian di puskesmas Ambacang Kuranji.

23

Page 24: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

Grafik4. Data Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji tahun

2011

Ada beberapa faktor perilaku yang menyebabkan wilayah Ambacang Kuranji sering

terjangkit penyakit diare :

Faktor Predisposisi

1) Kepadatan penduduk

Data menunjukkan bahwa setelah gempa besar 30 September yang terjadi di

kota padang maka jumlah penduduk di wilayah puskesmas Ambacang Kuranji juga

semakin meningkat. Hal ini dapat diterangkan dengan analisa bahwa diare merupakan

penyakit menular. Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk maka resiko

penularan diare pun akan semakin meningkat.

2) Rendahnya pemberian ASI eksklusif

Dari data pencapaian PHBS di Ambacang Kuranji, dapat dilihat bahwa

pencapaian ASI eksklusif di Ambacang Kuranji (76%), masih belum mencapai target

tahun 2011, yaitu 100%. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan

24

Page 25: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi dan cairan pada enam bulan pertama

kehidupan. ASI mengandung zat protektif atau zat kekebalan. Zat kekebalan pada ASI

dapat melindungi bayi dari penyakit mencret atau diare, penyakit   infeksi,  telinga, 

batuk, pilek, dan penyakit alergi. Bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih   sehat 

dan    jarang   sakit dibandingkan  dengan   bayi   yang  tidak mendapatkan ASI

eksklusif.

3) Rendahnya pengetahuan orang tua tentang penyakit diare

4) Masih adanya warga yang tidak menggunakan sumber air bersih

5) Masih belum tercapainya target penggunaan jamban sehat

Masih adanya warga yang BAB di sungai yang diistilahkan sebagai ‘wc panjang’.

Kebiasaan BAB di sungai dapat juga berperan sebagai tempat penularan diare jika

masyarakat menggunakan air sungai untuk kegiatan sehari-hari.

4.2.2 Pengelolaan Diare di Puskesmas Ambacang Kuranji

Adapun tindakan yang dilakukan oleh puskesmas Ambacang Kuranji adalah :

Melakukan kunjungan dan survey langung ke rumah disertai dengan penyuluhan

tentang diare.

Meminta kepada ketua RT/RW, kepala desa atau kader kesehatan lingkungan

setempat untuk turut menindaklanjuti.

25

Page 26: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

4.3.1. Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji

Grafik 5. Jumlah Kasus Hipertensi Puskesmas Ambacang Kuranji Bulan Januari

2011-Februari 2012

Sumber: laporan LB1 Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011-2012

Grafik 9. Jumlah Kasus Konsultasi Pojok Gizi Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun

26

Page 27: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

2011Sumber: dikutip dari laporan tahunan Promosi Kesehatan Puskesmas Ambacang

Kuranji tahun 2011

Ada beberapa faktor perilaku yang menyebabkan wilayah Ambacang Kuranji sering

terjangkit penyakit hipertensi :

Faktor Predisposisi :

1. Merokok

Dari hasil pengamatan yang dilakukan petugas puskesmas didapatkan masih banyak

masyarakat di wilayah kerja puskesmas Ambacang yang masih merokok. Tidak hanya yang

dewasa bahkan anak SMP pun sudah ada yang merokok. Hal ini dapat meningkatkan

kejadian hipertensi setiap tahunnya karena merokok adalah salah satu faktor risiko terjadinya

hipertensi. Selain itu dari data pencapaian PHBS untuk tidak merokok di dalam rumah masih

jauh dari target yaitu baru sekitar 40%

2. kurang berolah raga

Kebanyakan masyarakat di wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji kurang

berolah raga. Pencapaian PHBS untuk aktivitas fisik sekitar yaitu 86%, masih kurang 14%

lagi untuk mencapai target 100%

3. Konsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan diet tinggi garam

Kebiasaan masyarakat yang suka mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan

diet tinggi garam dapat mencetuskan terjadinya hipertensi.

4. Kurang konsumsi sayur dan buah

5. Sebahagian kecil pemuda masih ada yang mengonsumsi minuman beralkohol

4.2.2 Pengelolaan Hipertensi di Puskesmas Ambacang Kuranji

Adapun tindakan yang telah dilakukan oleh puskesmas Ambacang Kuranji adalah :

1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan tema

hipertensi kepada masyarakat disertai pembagian leaflet

- Pada tahun 2011 sudah diadakan 8 kali di dalam dan 5 kali di luar puskesmas

2. Pembagian leaflet berisi informasi tentang hipertensi

27

Page 28: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

3. Pengukuran tekanan darah dalam program lansia

4. Adanya pojok gizi

5. Diadakannya senam lansia setiap minggunya

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a) Masih kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengetahui penyakit diare

b) Masih kurangnya kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

c) Masih kurangnya kesadaran ibu untuk memberi ASI eksklusif kepada bayinya

d) Masih kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengetahui penyakit hipertensi

e) Masih banyak masyarakat yang merokok

f) Masih banyak masyarakat yang makan makanan berkolesterol tinggi

g) Banyak masyarakat yang kurang membiasakan diri untuk berolahraga

5.2. Saran

a) Melakukan penyuluhan-penyuluhan kesehatan, iklan layanan kesehatan dan spanduk

untuk penyebaran informasi mengenai diare dan hipertensi.

b) Melakukan penyuluhan-penyuluhan kesehatan, iklan layanan kesehatan dan spanduk

untuk penyebaran informasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di rumah

tangga

28

Page 29: Masalah Perilaku Ambacang Kuranji

DAFTAR PUSTAKA

1. Puskesmas Ambacang Kuranji. Laporan tahunan 2011 Puskesmas Ambacang Kuranji.

Padang:Puskesmas Ambacang Kuranji 2011

2. Puskesmas Ambacang Kuranji. Laporan LB1 Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun

2012. Padang: Puskesmas Ambacang Kuranji 2011

3. Notoatmodjo, Prof.Dr.Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip

Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

4. Diakses dari: http://www.scribd.com/doc/47232325/EPIDEMIOLOGI-DIARE pada

tanggal 1 April 2012

5. Soedjajadi Keman.2005.Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman. Jurnal

Kesehatan Lingkungan 2: 12-14

6. Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta,

Penerbit Hipokrates, 1999

7. Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta,

Penerbit Arcan, 1995

29