Masalah Perilaku Ambacang Kuranji
description
Transcript of Masalah Perilaku Ambacang Kuranji
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga
spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini
diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan
ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor
tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan terdiri dari faktor
perilaku, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Keempat faktor
tersebut saling berinteraksi sehingga mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat
kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut, faktor perilaku manusia merupakan faktor
determinan yang paling sukar ditanggulangi, Hal ini disebabkan karena faktor perilaku
yang lebih dominan dan memiliki domain yang cukup luas yakni, pengetahuan, sikap, dan
tindakan.
Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 – 2025 atau
“Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam
Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari
ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan
aman (safe community).
Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi
demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan
perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan
semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan,
perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi
perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 %
terhadap derajat kesehatan.
1
PHBS dapat diterjemahkan sebagai sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas
dasar kesadaran dari hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan mampu berperan-aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. Untuk melihat keberhasilan dalam pembudayaan PHBS diukur
dengan pencapai indikator rumah tangga sehat (Winarno, 2007).
Angka kejadian untuk penyakit menular seperti diare di sebagian besar wilayah
Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor
3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita
75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi
melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang
dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal
tersebut,terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan
perilaku hidup tidak sehat (Depkes, 2000).
Untuk penyakit tidak menular seperti hipertensi di Amerika, menurut National
Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III), paling sedikit 30% pasien
hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai
target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg. Di Indonesia, sesuai dengan
survey yang dilakukan dalam masyarakat selama ini yang telah dikumpulkan angka –
angkanya, prevalensi hipertensi berkisar 6 – 15 % dari seluruh penduduk di Indonesia.
Dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak
menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat
kemungkinan lebih besar.
Menurut laporan LB1 bulan januari 2011 sampai februari 2012 puskesmas
Ambacang Kuranji, ditemukan 677 kasus penderita diare. Hal ini disebabkan oleh belum
adanya perhatian masyarakat terhadap bahaya penyakit diare dan kurangnya penerapan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan untuk penyakit hipertensi menurut laporan LB1 bulan januari 2011
sampai februari 2012 puskesmas Ambacang Kuranji, rata-rata ada 250 kasus penderita
2
setiap bulannya. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya perhatian masyarakat terhadap
faktor-faktor risiko yang bisa menyebabkan hipertensi nantinya.
Berdasarkan data diatas mengingat pentingnya masalah perilaku dalam
mempengaruhi kesehatan masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan identifikasi
masalah perilaku yang mempengaruhi diare dan hipertensi serta pengelolaan nya di
wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji.
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Memperoleh gambaran tentang masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan di
wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji dan pengelolaannya.
b. Tujuan khusus
- mengetahui masalah perilaku masyarakat yang berhubungan dengan angka
kejadian diare dan pengelolaan nya di wilayah kerja puskesmas Ambacang
Kuranji
- Mengetahui masalah perilaku masyarakat yang berhubungan dengan angka
kejadian hipertensi dan pengelolaannya di wilayah kerja puskesmas Ambacang
Kuranji
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang hubungan masalah perilaku dengan kejadian diare
dan hipertensi di wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literature dan hasil diskusi.
3
BAB II
ANALISIS SITUASI
2.1. Gambaran Umum
Puskesmas Ambacang Kuranji terletak di salah satu Kelurahan di Kecamatan
Kuranji Kota Padang yaitu Kelurahan Pasar Ambacang, Karena terletak di Kelurahan
tersebutlah maka nama Puskesmaspun diberikan dengan nama yang sama yaitu Puskesmas
Ambacang Kuranji yang untuk selanjutnya sesuai dengan masukan dari berbagai pihak
antara lain dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang disebut dengan ”Puskesmas
Ambacang” saja, Puskesmas ini pada awalnya merupakan bagian dari Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyarakat terbatas dalam bentuk ”Puskesmas Pembantu ”yang berinduk ke
Puskesmas Kuranji, dan sejak tahun 2006 dikembangkan menjadi Pusat Kesehatan
Masyarakat dengan pelayanan penuh dan terlepas dari Puskesmas Kuranji sendiri.
2.1.1. Geografi
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan kecamatan dan kelurahan
yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang. Batas - batas wilayah kerja
Puskesmas Ambacang yaitu :
Utara : Kelurahan Korong Gadang Kec. Kuranji.
Timur : Kecamatan Pauh,
Selatan : Kecamatan Pauh dan Lubuk Begalung.
Barat : Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Nanggalo.
Puskesmas Ambacang terletak pada 0° 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100° 23' 50.14"
Lintang Utara dengan Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12 Km2,
mewilayahi 4 Kelurahan yaitu : Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan
Ampang dan Kelurahan Lubuk Lintah yang umumnya masayarakat pengguna jasa
pelayanan kesehatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke Kelurahan
4
Secara sketsa, wilayah kerja Puskesmas dapat digambarkan sebagai berikut:
KECAMATAN PADANG TIMUR
KECAMATAN NANGGALO
KECAMATAN PAUH
KECAMATAN LUBUK
BEGALUNG
KECAMATAN PADANG UTARA
PETA WILAYAH KERJA UKSPUSKESMAS AMBACANG KECAMATAN KURANJI
GEOMAPPING SARANA KESEHATAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS
PUSTU
POSKESDES
KLINIK SWASTA
APOTIK
AMBULANPOSYANDU BALITA
5
7
7
9
POSYANDU LANSIA
1
2
1
2
Gambar 1 : Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
Sumber: di kutip dari laporan tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011
2.1.2. Demografi
Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang selama
tahun 2011 adalah : 46900.Jiwa dengan distribusi kependudukan menurut kelurahan
sebagai berikut:
Kelurahan Pasar ambacang : 16818
Kelurahan anduring : 13412
Kelurahan lubuk lintah : 9737
Kelurahan ampang : 9737
5
2.1.3 Tenaga Kesehatan Puskesmas Ambacang
Tabel 1 Data Ketenagaan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
No Jenis Ketenagaan Pendidikan Jumlah
1 Dokter Umum S 1 4
2 Dokter Gigi S 1 3
3 Apoteker S 1 -
4 Sarjana Kesehatan Masyarakat S 1 3
5 Perawat Ahli S 1 -
6 Perawat Ahli Madya D 3 3
7 Nutrisionis S 1 1
8 Perawat Kesehatan SPK -
9 Bidan Ahli Madya D 3 11
10 Bidan SPK ( + ) 1
11 Sanitarian D3 4
12 Perawat gigi SPRG 1
13 Pranata Laboratorium Kes. SMAK 1
14 Asisten Apoteker SMF 3
15 SMA SLTA
16 Sopir SLTP 1
6
Jumlah 46
Sumber: di kutip dari laporan tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011
2.1.4 Sasaran Pelayanan Kesehatan
Tabel 2 Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun 2011
KELURAHAN PDDK BAYI BALITA BUMIL BULIN BUTEKI WUS LANSIA
Pasar ambacang 15.461 330 1.614 363 346 659 3.386 1.144
Anduring 12.391 191 1.287 210 276 526 2.700 912
Lubuk Lintah 8.951 263 934 210 200 382 1.960 662
Ampang 6.373 136 665 149 143 272 1.396 472
PUSKESMAS 43.114 919 4.500 1.011 15 28 9.442 3.190
Sumber: di kutip dari laporan tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011
2.1.5 KONDISI SOSIAL, BUDAYA, DAN EKONOMI PENDUDUK
a. Kondisi Sosial dan Budaya
Suku terbesar yang ada di Kecamatan Kuranji adalah Suku Minang,
juga ada beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama
yang dianut masyarakatnya adalah Islam
a. KondisiEkonomi
Mata Pencaharian Penduduk:
Tani : 45%
Pegawai Negri : 20%
7
Buruh : 5%
Swasta : 2%
Lain-lain : 18%
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan.
Skinner (1983) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk
respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 :
a) Perilaku tertutup (covert behavior)
Adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain misalnya masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran. Misalnya seorang ibu tahu bahwa
imunisasi itu dapat mencegah penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak
membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.
b) Perilaku terbuka (overt behavior)
Yaitu apabila perilaku itu jelas dapat di observasi secara langsung dari luar
misalnya dari contoh tadi adalah tindakan si ibu membawa anaknya ke puskemas
untuk imunisasi.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, dan lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup:
a) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, terdiri atas:
8
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
(health promotion behavior). Misalnya makan makanan yang bergizi,
olahraga dan sebagainya.
Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respons
untuk melakukan pencegahan penyakit. Misalnya: tidur memakai kelambu
untuk mencegah gigitan penyakit, imunisasi, dan sebagainya.
Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking
behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan,
misalnya mencari pengobatan ke puskesmas.
Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation
behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha pemulihan
kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit, misalnya dengan melakukan
diet.
b) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan.
Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara
pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya.
c) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior)
Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap
makanan serta unsur-unsur yang terkandung dalamnya, pengelolaan makanan,
dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.
d) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)
Perilaku ini adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai
determinan kesehatan manusia. Perilaku ini mencakup:
Perilaku sehubungan dengan air bersih
Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor
Perilaku sehubungan dengan limbah
Perilaku sehubungan dengan rumah sehat
Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk
9
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku dilatarbelakangi oleh tiga faktor
pokok yaitu:
a) Faktor predisposisi (presdiposing factor), mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan bentuk lainnya yang terdapat dalam diri
individu dan masyarakat.
b) Faktor pendukung (enabling factors) ialah tersedianya sarana pelayanan
kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya.
c) Faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas
kesehatan.
Gambar 2. Modifikasi Skema Perilaku dari Bloom dan Green
10
Reinforcing Factors (sikap dan perilaku
petugas)
Reinforcing Factors (sikap dan perilaku
petugas)
Predisposing Factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya)
Predisposing Factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya)
Pem. SosialPem. Sosial
KomunikasiKomunikasi TrainingTraining
Enabling Factors
(ketersediaan sumber daya) /fasilitas)
Enabling Factors
(ketersediaan sumber daya) /fasilitas)
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan Kesehatan
KeturunanKeturunan
Status kesehatanStatus kesehatan LingkunganLingkunganPelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan
Perilaku
2.2. Diare
2.2.1. Definisi Diare
Menurut WHO, diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayi atau lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses
encer, berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Sedangkan menurut Depkes RI (2003), diare adalah penyakit yang ditandai
dengan perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar lebih banyak dari biasanya (lazimnya 3
kali atau lebih dalam sehari).
2.2.2. Etiologi dan Epidemiologi
a) Etiologi
1) Faktor infeksi
Bakteri: Vibrio cholerae, Salmonella spp, E.coli, dll.
Virus : rotavirus, coronavirus,dll.
Parasit : cacing, protozoa, jamur, dll.
2) Faktor malabsorpsi
3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi
4) Faktor psikologis : perasaan takut atau cemas
b) Epidemologi
1) Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila memakan makanan/aie minum yang
terkontaminasi oleh tinja penderita diare, disebut juga fecal oral. Penularan
langsung juga dapat terjadi bila tangan yang tercemar digunakan untuk
menyuap makanan.
2) Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
11
Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden dan lamanya
diare. Faktor-faktor tersebut adalah :
Penghentian ASI yang terlalu dini. ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti : Shigella
dan V. cholera
Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada
penderita gizi buruk.
Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin
yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Autoimune Deficiency
Syndrome) pada anak imunosupresi berat.
Usia. Diare lebih sering mengenai usia balita dan lansia diatas 75 tahun.
3) Faktor lingkungan dan perilaku
Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare sebagai
berikut:
Tidak memadainya penyediaan air bersih
Air tercemar oleh tinja
Pembuangan tinja yang tidak higienis
Kebersihan perorangan dan lingkungan yang tidak baik
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain :
Tidak memberikan ASI ( Air Susu Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI, memiliki risiko untuk
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
Menggunakan botol susu, menggunakan botol ini memudahkan
kontaminasi botol oleh kuman karena botol susah dibersihkan.
12
Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, pencemaran dirumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar karena adanya
anggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya. Padahal sebenarnya tinja
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu, tinja
binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
2.2.3. Prinsip Tata Laksana Penderita Diare
a) Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan
seperti oralit, air tajin, kuah sayur, atau air sup. Bila tidak mungkin memberikan
cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang.
b) Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa
ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat
dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus
segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan
terapi oral.
c) Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan.
d) Mengobati masalah lain
13
Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare.
2.2.4. Pencegahan Diare
a) memberikan ASI
b) memperbaiki makanan pendamping ASI
c) menggunakan air bersih
ambil air bersih dari sumber yang bersih
ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambil air
pelihara atau jaga air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak
gunakan air yang direbus
cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih
d) mencuci tangan
e) menggunakan jamban
keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi dengan baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga
bersihkan jamban secara teratur
bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air
besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak, dan
tempat anak-anak bermain serta 10 meter dari sumber air. Selain itu, hindari
buang air tanpa alas kaki.
f) membuang tinja bayi dengan benar
2.3.HIPERTENSI
2.3.1.Definisi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya Tekanan/Tegangan). Jadi, Hipertensi
14
adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas
nilai normal.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 /
90 mmHg.
Tabel 3.Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi ringan)140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang)160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat)180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna)210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Sumber : Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure (JIVC)
2.3.2.Etiologi
1. Hipertensi Esensial (Hipertensi Primer)
15
Adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui. Terjadi pada sekitar 90%
penderita hipertensi.
Sensitivitas Garam
Homeostasis Renin
Resistansi Insulin
Tidur Apneu
Genetik (keturunan)
Umur
Obesitas
2. Hipertensi Sekunder
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu.
Penyakit Ginjal:
Stenosis arteri renalis
Pielonefritis
Glomerulonefritis
Tumor-tumor ginjal
Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
Kelainan Hormonal:
Hiperaldosteronisme
Sindroma Cushing (sekresi kortisol yang berlebihan)
Feokromositoma
Tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin)
atau norepinefrin (noradrenalin).
Obat-obatan:
Pil KB
Kortikosteroid
Siklosporin
Eritropoietin
Kokain
Penyalahgunaan alkohol
Kayu manis (dalam jumlah
sangat besar)
Penyebab Lainnya:
16
Koartasio aorta
Preeklamsi pada kehamilan
Porfiria intermiten akut
Keracunan timbal akut
17
2.3.3. Faktor Penyebab
Adapun faktor-faktor penyebab tekanan darah tinggi, antara lain :
1. Faktor Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang
memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih
besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar
identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti
gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.
2. Faktor Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang
bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa
tekanan darah saat muda akan sama ketika bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan
agar jangan melewati batas atas yang normal.
3. Faktor Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada
beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan
usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
4. Faktor Kolesterol
Faktor ini bisa dkendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah, dapat
menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat
pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat. Kendalikan
kolesterol Anda sedini mungkin.
5. Faktor Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan
ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
6. Faktor Stress
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu
tekanan darah tinggi.
7. Faktor Rokok
Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi
tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke.
Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi,
18
merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan jantung dan darah.
8. Faktor Kafein
Faktor ini bisa dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola bisa
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
9. Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan
darah tinggi.
10. Kurang Olahraga
Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah
dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi namun
jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.
2.3.4. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan darah tinggi
dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan
prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.
Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi,
modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada
pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang
terlihat menurunkan tekanan darah adalah:
mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya
akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan
Tidak mengkonsumsi alkohol.
Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi
satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari
menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk
menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obesitas disertai
19
pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan
dorongan moral.
Aktifitas fisik juga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur
paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi
menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan
menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi
walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk
mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ
target.
Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular.
Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang
dapat diakibatkan oleh merokok.
2. Terapi farmakologi
Terapi Farmakologi yang dapat diberikan berupa :
a. diuretik
b. angiotensin converting enzym inhibitor
c. kalsium antagonis
d. vasodilator
2.3.5. Pencegahan Hipertensi
Setelah umur 30 tahun, periksa tekanan darah secara rutin
Tidak merokok dan minum yang beralkohol
Olahraga dan pertahankan berat badan normal
Makan makanan sehat rendah lemak yang kaya akan vitamin dan mineral alami
20
2.3.Pengelolaan terhadap Penyakit yang Berhubungan dengan Perilaku Kesehatan
Menurut Green (1980), terdapat 3 cara pengelolaan terhadap penyakit yang
berhubungan dengan perilaku kesehatan, sebagai berikut:
a) Pendidikan kesehatan dalam faktor predisposisi
Ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan pningkatan kesehatan baik bagi
dirinya sendiri, keluarganya, maupun masyarakat. Contoh: penyuluhan kesehatan,
pameran kesehatan, iklan layanan kesehatan, spanduk, dan sebagainya.
b) Pendidikan kesehatan dalam faktor pendukung (enabling factor)
Karena faktor ini berupa fasilitas atau prasarana dan sarana kesehatan, maka
bentuk pemberdayaannya lebih kepada memberdayakan masyarakat agar mampu
mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Contoh: dengan melakukan
pancingan melalui pembuatan jamban sehat yang sederhana. Diharapkan masyarakat
akan mengikuti untuk membuat jamban sehat dirumahnya.
c) Pendidikan kesehatan dalam faktor pendukung (reinforcing factor)
Oleh karena factor ini adalah menyangkut sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (toma), tokoh agama (toga) serta para petugas kesehatan, maka
pendidikan yang tepat adalah pelatihan- pelatihan bagi toga, toma dan petugas
kesehatan. Tujuan utama dari pelatihan ini adalah agar sikap perilaku petugas dapat
menjadi acuan bagi masyarakat.
21
BAB IV
ANALISIS MASALAH PERILAKU DI PUSKESMAS AMBACANG KURANJI
4.1 Pencapaian PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Wilayah Kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji
Tabel 4.Pencapaian PHBS di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
No Indikator Kelurahan
Pasar Ambacang
Anduring Lubuk lintah Ampang Jumlah
1 Linakes 192 (91,4%) 210 (100%) 203 (96,6%) 199(94,7%) 804 (95,7%)
2 ASI E ksklusif 142 (67,6%) 133(63,3%) 173 (82,3%) 195 (92,8%) 643 (76,5%)
3 Timbang bayi& balita 160 (76,2%) 194 (92,4%) 187 (89%) 201 (95,7%) 742 (88,3%)
4 Air bersih 200 (95%) 208 (99%) 207 (98,5%) 203 (96,6%) 818 (97,4%)
5 CPTS 161 (76,6%) 204 (97,1%) 207 (98,5) 207 (98,5%) 779 (92,7%)
6 Jamban sehat 169 (80,5%) 180 (85,7%) 194 (92,3%) 174 (82,8%) 717 (85,3%)
7 Pemb jentik 182 (86,6%) 192 (91,4%) 197 (93,8%) 204 (97,1%) 775 (92,3%)
8 Makan buah sayur 181 (86,2%) 198 (94,2%) 203 (96,6%) 207 (98,5%) 789 (93,9%)
9 Aktifitas fisik 149 (70,9%) 200 (95,2%) 165 (78,5%) 208 (99%) 722 (85,9%)
10 Tdk merokok di rumah 115 (54,7%) 50 (23,8%) 118 (56,2%) 56 (26,6%) 339(40,35%)
Data di atas merupakan hasil pendataan awal pada bulan februari tahun 2011, di mana RT
yang sehat adalah 175 KK, dan tidak sehat 665 KK dan permasalahan kesehatan terbanyak
adalah indikator tidak merokok di rumah yaitu hanya 40,35%. Adapun target PHBS ini
adalah 840 KK. Pada akhir Desember 2011 semua target indikator pada PHBS ini untuk
wilayah kerja puskesmas Ambacang sudah tercapai 100%.
22
4.2.1. Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
Grafik 3. Jumlah Kasus Diare Puskesmas Ambacang Kuranji Bulan Januari 2011-Februari
2012
Sumber: laporan LB1 Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011-2012
Tabel 5. Kasus Diare Berdasarkan Umur di Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011
UMUR <5 THN>5
TAHUNJUMLAH
JML KASUS 211 273 484
Dari tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit diare ini banyak terjadi
pada usia diatas 5 tahun hingga dewasa dengan 273 kejadian dan diikuti oleh usia kurang dari
5 tahun dengan 211 kejadian di puskesmas Ambacang Kuranji.
23
Grafik4. Data Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji tahun
2011
Ada beberapa faktor perilaku yang menyebabkan wilayah Ambacang Kuranji sering
terjangkit penyakit diare :
Faktor Predisposisi
1) Kepadatan penduduk
Data menunjukkan bahwa setelah gempa besar 30 September yang terjadi di
kota padang maka jumlah penduduk di wilayah puskesmas Ambacang Kuranji juga
semakin meningkat. Hal ini dapat diterangkan dengan analisa bahwa diare merupakan
penyakit menular. Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk maka resiko
penularan diare pun akan semakin meningkat.
2) Rendahnya pemberian ASI eksklusif
Dari data pencapaian PHBS di Ambacang Kuranji, dapat dilihat bahwa
pencapaian ASI eksklusif di Ambacang Kuranji (76%), masih belum mencapai target
tahun 2011, yaitu 100%. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan
24
untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi dan cairan pada enam bulan pertama
kehidupan. ASI mengandung zat protektif atau zat kekebalan. Zat kekebalan pada ASI
dapat melindungi bayi dari penyakit mencret atau diare, penyakit infeksi, telinga,
batuk, pilek, dan penyakit alergi. Bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat
dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif.
3) Rendahnya pengetahuan orang tua tentang penyakit diare
4) Masih adanya warga yang tidak menggunakan sumber air bersih
5) Masih belum tercapainya target penggunaan jamban sehat
Masih adanya warga yang BAB di sungai yang diistilahkan sebagai ‘wc panjang’.
Kebiasaan BAB di sungai dapat juga berperan sebagai tempat penularan diare jika
masyarakat menggunakan air sungai untuk kegiatan sehari-hari.
4.2.2 Pengelolaan Diare di Puskesmas Ambacang Kuranji
Adapun tindakan yang dilakukan oleh puskesmas Ambacang Kuranji adalah :
Melakukan kunjungan dan survey langung ke rumah disertai dengan penyuluhan
tentang diare.
Meminta kepada ketua RT/RW, kepala desa atau kader kesehatan lingkungan
setempat untuk turut menindaklanjuti.
25
4.3.1. Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
Grafik 5. Jumlah Kasus Hipertensi Puskesmas Ambacang Kuranji Bulan Januari
2011-Februari 2012
Sumber: laporan LB1 Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011-2012
Grafik 9. Jumlah Kasus Konsultasi Pojok Gizi Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun
26
2011Sumber: dikutip dari laporan tahunan Promosi Kesehatan Puskesmas Ambacang
Kuranji tahun 2011
Ada beberapa faktor perilaku yang menyebabkan wilayah Ambacang Kuranji sering
terjangkit penyakit hipertensi :
Faktor Predisposisi :
1. Merokok
Dari hasil pengamatan yang dilakukan petugas puskesmas didapatkan masih banyak
masyarakat di wilayah kerja puskesmas Ambacang yang masih merokok. Tidak hanya yang
dewasa bahkan anak SMP pun sudah ada yang merokok. Hal ini dapat meningkatkan
kejadian hipertensi setiap tahunnya karena merokok adalah salah satu faktor risiko terjadinya
hipertensi. Selain itu dari data pencapaian PHBS untuk tidak merokok di dalam rumah masih
jauh dari target yaitu baru sekitar 40%
2. kurang berolah raga
Kebanyakan masyarakat di wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji kurang
berolah raga. Pencapaian PHBS untuk aktivitas fisik sekitar yaitu 86%, masih kurang 14%
lagi untuk mencapai target 100%
3. Konsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan diet tinggi garam
Kebiasaan masyarakat yang suka mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan
diet tinggi garam dapat mencetuskan terjadinya hipertensi.
4. Kurang konsumsi sayur dan buah
5. Sebahagian kecil pemuda masih ada yang mengonsumsi minuman beralkohol
4.2.2 Pengelolaan Hipertensi di Puskesmas Ambacang Kuranji
Adapun tindakan yang telah dilakukan oleh puskesmas Ambacang Kuranji adalah :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan tema
hipertensi kepada masyarakat disertai pembagian leaflet
- Pada tahun 2011 sudah diadakan 8 kali di dalam dan 5 kali di luar puskesmas
2. Pembagian leaflet berisi informasi tentang hipertensi
27
3. Pengukuran tekanan darah dalam program lansia
4. Adanya pojok gizi
5. Diadakannya senam lansia setiap minggunya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a) Masih kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengetahui penyakit diare
b) Masih kurangnya kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
c) Masih kurangnya kesadaran ibu untuk memberi ASI eksklusif kepada bayinya
d) Masih kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengetahui penyakit hipertensi
e) Masih banyak masyarakat yang merokok
f) Masih banyak masyarakat yang makan makanan berkolesterol tinggi
g) Banyak masyarakat yang kurang membiasakan diri untuk berolahraga
5.2. Saran
a) Melakukan penyuluhan-penyuluhan kesehatan, iklan layanan kesehatan dan spanduk
untuk penyebaran informasi mengenai diare dan hipertensi.
b) Melakukan penyuluhan-penyuluhan kesehatan, iklan layanan kesehatan dan spanduk
untuk penyebaran informasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di rumah
tangga
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Puskesmas Ambacang Kuranji. Laporan tahunan 2011 Puskesmas Ambacang Kuranji.
Padang:Puskesmas Ambacang Kuranji 2011
2. Puskesmas Ambacang Kuranji. Laporan LB1 Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun
2012. Padang: Puskesmas Ambacang Kuranji 2011
3. Notoatmodjo, Prof.Dr.Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
4. Diakses dari: http://www.scribd.com/doc/47232325/EPIDEMIOLOGI-DIARE pada
tanggal 1 April 2012
5. Soedjajadi Keman.2005.Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman. Jurnal
Kesehatan Lingkungan 2: 12-14
6. Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta,
Penerbit Hipokrates, 1999
7. Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta,
Penerbit Arcan, 1995
29