Mars

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu intitusi yang fungsi utamanya memberikan pelayanan kepada pasien secara diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah (American Hospital Association, 1978). Upaya kesehatan dilakukan dengan melakukan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan. Rumah sakit memiliki berbagai bentuk pelayanan, salah satunya pelayanan Farmasi. Dalam karya tulis ilmiah ini kami akan membahas bagaimana manajemen farmasi bekerja dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit pada umumnya dan pada khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Solok. Menurut Depkes (2003) instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu instalasi penunjang medis yang mempunyai fungsi pengelolaan perbekalan farmasi, asuhan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan serta pencatatan dan pelaporan. Aditama (2000) menyatakan bahwa manajemen farmasi rumah sakit adalah upaya dan kegiatan yang dilaksanakan 1

Transcript of Mars

Page 1: Mars

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan suatu intitusi yang fungsi utamanya memberikan

pelayanan kepada pasien secara diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit

dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah (American

Hospital Association, 1978). Upaya kesehatan dilakukan dengan melakukan

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang

dilaksanakan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan.

Rumah sakit memiliki berbagai bentuk pelayanan, salah satunya pelayanan

Farmasi. Dalam karya tulis ilmiah ini kami akan membahas bagaimana

manajemen farmasi bekerja dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit pada

umumnya dan pada khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Solok. Menurut

Depkes (2003) instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu instalasi

penunjang medis yang mempunyai fungsi pengelolaan perbekalan farmasi, asuhan

kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan serta pencatatan dan

pelaporan.

Aditama (2000) menyatakan bahwa manajemen farmasi rumah sakit adalah

upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu

penunjang untuk tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit.

Upaya dan kegiatan ini meliputi penetapan standar obat, perencanaan pengadaan

obat, produksi, penyimpanan, pendistribusian/pelayanan kepada pasien pemberian

konsultasi/saran/informasi tentang obat, monitoring efek samping obat.

Manajemen farmasi dalam melaksanakan fungsinya tidak terlepas dari

fungsi-fungsi manajemen logistik yang merupakan rangkaian kegiatan yang

menyangkut perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, penerimaan,

pendistribusian, penghapusan serta pengendalian dengan memanfaatkan sumber-

1

Page 2: Mars

sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak dalam

upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Aditama, 2000).

B. Tujuan Penulisan

Penulis merasa perlu untuk mengetahui bagian instalasi farmasi di RSUD

Kota Solok dengan tujuan :

1. Tujuan Umum :

Mengetahui tentang manajemen instalasi farmasi secara umum di

rumah sakit.

2. Tujuan Khusus :

Mengetahui tentang manajemen instalasi di RSUD Kota Solok.

C. Manfaat Penulisan

Bagi RSUD :

1. RSUD Kota Solok , dapat memanfaatkan hasil penulisan ini untuk

pengambilan kebijakan pengembangan RSUD termasuk pengembangan

instalasi farmasi.

2. RSUD Kota Solok, dapat memanfaatkan hasil penulisan ini untuk

meningkatkan fasilitas dan pelayanan, terutama dalam instalasi farmasi.

Bagi Penulis :

1. Sebagai lahan untuk mempraktekkan Ilmu Manajemen Rumah Sakit.

2. Memperoleh pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan keahlian khusus

mengenai analisis kelayakan yang dapat digunakan dan dikembangkan bila

bekerja di rumah sakit.

3. Dapat menambah pengetahuan di bidang Manajemen Rumah Sakit

khususnya mengenai manajemen instalasi farmasi.

2

Page 3: Mars

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode wawancara yang dilakukan dengan

kepala ruang instalasi farmasi RSUD Kota Solok.

3

Page 4: Mars

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Depkes (2003), instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu

instalasi penunjang medis yang mempunyai fungsi pengelolaan perbekalan

farmasi, asuhan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan serta

pencatatan dan pelaporan.

B. Fungsi Pelayanan Farmasi

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang

telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku.

6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.

7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah

sakit.

b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.

2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan.

3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.

4

Page 5: Mars

4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.

6) Memberi konseling kepada pasien/keluarga.

7) Melakukan pencampuran obat suntik.

8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

9) Melakukan penanganan obat kanker.

10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

12) Melaporkan setiap kegiatan.

c. Administrasi dan Pengelolaan

Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan

farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar

pelayanan keprofesian yang universal.

1) Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi,

wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam

maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan

rumah sakit.

2) Bagian organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali setiap

tiga tahun dan diubah bila terdapat hal :

3) Perubahan pola kepegawaian.

4) Perubahan standar pelayanan farmasi.

5) Perubahan peran rumah sakit.

6) Penambahan atau pengurangan pelayanan.

d. Kepala instalasi farmasi harus terlibat dalam perencanaan manajemen dan

penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.

e. Instalasi farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk

membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi.

Hasil pertemuan tersebut disebar luaskan dan dicatat untuk disimpan.

5

Page 6: Mars

f. Adanya komite/panitia farmasi dan terapi di rumah sakit dan apoteker

Insatalasi farmasi rumah sakit (IFRS) menjadi sekretaris komite/panitia.

g. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu

berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat

antar bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi

dengan farmasi.

h. Hasil penilaian/pencatatan terhadap staf di dokumentasikan secara rahasia

dan hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu.

i. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan

evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap tiga tahun.

j. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala

keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan

obat.

C. Fasilitas dan Peralatan

Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung

administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga

menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan

etis.

a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua

barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung

jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan

sesuai dengan peraturan.

b. Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar.

c. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.

d. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.

e. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.

f. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik

sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.

g. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin

keamanan setiap staf.

6

Page 7: Mars

h. Kebijakan dan Prosedur.

Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan

tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus

mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan

dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri.

1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi,

panita/komite farmasi dan terapi serta para apoteker.

2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan

apoteker menganalisa secara kefarmasian. Obat adalah bahan berkhasiat

dengan nama generik.

3. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal

berikut :

a) Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah

dokter.

b) Label obat yang memadai.

c) Daftar obat yang tersedia.

d) Gabungan obat parenteral dan labelnya.

e) Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang

diberikan.

f) Pengadaan dan penggunaan obat di rumah sakit.

g) Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan,

karyawan dan pasien tidak mampu.

h) Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan, pembuatan/ produksi, penyimpanan,

pendistribusian dan penyerahan.

i) Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat

dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta

pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan

pasien.

j) Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.

7

Page 8: Mars

k) Pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada pasien

maupun keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan

obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi

meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan obat.

l) Pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian penggunaan obat.

m) Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka

secara organisasi dibawah koordinasi instalasi farmasi.

n) Prosedur penarikan/penghapusan obat.

o) Pengaturan persediaan dan pesanan.

p) Cara pembuatan obat yang baik.

q) Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf.

r) Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan dan

undang undang.

s) Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus

terjamin.

t) Peracikan, penyimpanan dan pembuangan obat-obat sitotoksik.

u) Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf.

4. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang

salah dan atau mengatasi masalah obat.

5. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap sistem pelayanan

rumah sakit lainnya.

D. Pelayanan Farmasi

Sesuai dengan standar pelayanan minimum (Kepmenkes no 129/2008)

1. Waktu tunggu pelayanan obat:

a. Obat jadi < 30 menit

b. Obat Racikan < 60 menit

2. Kepuasan pelanggan > 80%

E. Evaluasi dan Pengendalian Mutu

8

Page 9: Mars

Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian

yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik:

a. Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian mutu pelayanan

rumah sakit.

b. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep,

kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan

mutu pelayanan.

c. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu.

d. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut :

1. Pemantauan: pengumpulan semua informasi yang penting yang

berhubungan dengan pelayanan farmasi.

2. Penilaian: penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah

pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki.

3. Tindakan: bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus

diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.

4. Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan

dalam program jangka panjang.

5. Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan

kepada staf.

F. Manajemen Instalasi Farmasi

Aditama (2000) menyatakan bahwa manajemen farmasi rumah sakit adalah

upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu

penunjang untuk tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit.

Upaya dan kegiatan ini meliputi penetapan standar obat, perencanaan pengadaan

obat, produksi, penyimpanan, pendistribusian/pelayanan kepada pasien pemberian

konsultasi/saran/informasi tentang obat, monitoring efek samping obat.

Manajemen farmasi dalam melaksanakan fungsinya tidak terlepas dari

fungsi-fungsi manajemen logistik yang merupakan rangkaian kegiatan yang

menyangkut perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, penerimaan,

pendistribusian, penghapusan serta pengendalian dengan memanfaatkan sumber-

9

Page 10: Mars

sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak dalam

upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Aditama, 2000).

1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai

dari pemilihan,perencanaan,pengadaan,penerimaan,penyimpanan,pendistribusian,

pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi

Yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Kepmenkes

No.1197/MENKES/SK/X/2004).

a. Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang

terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan

kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai

menjaga dan memperbaharui standar obat.

b. Perencanaan

Pedoman Perencanaan adalah:

- DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, Ketentuan

setempat yang berlaku.

- Data catatan medik

- Anggaran yang tersedia

- Penetapan prioritas

- Siklus penyakit

- Sisa persediaan

- Data pemakaian periode yang lalu

- Rencana pengembangan

c. Pengadaan

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan

disetujui melalui:

a. Pembelian:

-Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)

10

Page 11: Mars

- Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan

b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi:

-Produksi Steril

-Produksi Non Steril

c. Sumbangan/droping/hibah

d. Produksi

Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan

farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di

rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi:

- Sediaan farmasi dengan formula khusus

- Sediaan farmasi dengan harga murah

- Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil

- Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran

- Sediaan farmasi untuk penelitian

- Sediaan nutrisi parenteral

- Rekonstruksi sediaan obat kanker

e. Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,

tender,konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan

farmasi:

Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa

Barang harus bersumber dari distributor utama

Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)

Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate

of origin

Expired date minimal 2 tahun

11

Page 12: Mars

f. Penyimpanan

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang

ditetapkan:

Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya

Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya

Mudah tidaknya meledak/terbakar

Tahan/tidaknya terhadap cahaya

g. Pendistribusian

Distribusi dapat dilakukan melalui cara-cara berikut:

1. Resep perorangan (individual prescription)

Penyaluran perbekalan farmasi dengan sistem ini adalah berdasarkan resep

yang diterima pasien. Semua pasien rawat jalan menerima perbekalan farmasi

melalui resep perorangan, tetapi sebagian pasien rawat inap juga menerima resep

perorangan. Sistem ini memungkinkan apoteker untuk langsung mengkaji resep

terlebih dahulu dan membuka kesempatan untuk berinteraksi antara

dokter,apoteker, perawat, dan pasien. Kekurangannya adalah jika obat berlebih,

pasien tetap harus membayarnya dan perbekalan dapat terlambat sampai ke

pasien.

2. Floor Stock

Pada sistem ini, perbekalan farmasi didistribusikan langsung kepada setiap

unit perawatan. Sistem ini hanya bisa diterapkan untuk pelayanan pada pasien

rawat inap. Keuntungan sistem ini antara lain:

a. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia

b. Meniadakan obat yang return

c. Pasien tidak harus membayar obat yang lebih

d. Tidak perlu tenaga banyak.

Kelemahan sistem ini adalah:

12

Page 13: Mars

a. Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat atau

b. adanya kesalahan penulisan etiket.

c. Persediaan obat di ruangan harus banyak.

d. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.

3. Sistem One Day Dose Dispensing

Pada sistem ini, pendistribusian obat sesuai dengan dosis per hari yang dibutuhkan

oleh pasien. Sistem ini melibatkan kerjasama apoteker dengan dokter dan juga

perawat dalam memonitor pendistribusian seluruh perbekalan farmasi kepada

pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat tercapai.

Keuntungan sistem ini adalah:

a. Pasien hanya membayar obat sesuai yang telah digunakannya.

b. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak terpakai di ruangan perawat.

c. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat.

d. Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada

4. Sistem kombinasi

Rumah sakit besar pada umumnya tidak terpaku pada satu sistem distribusi obat

saja, tetapi lebih fleksibel, yaitu dengan mengkombinasikan beberapa sistem di

atas, bahkan mungkin menggunakan semua sistem di atas, namun sesuai dengan

kebutuhan rumah sakit.

13

Page 14: Mars

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil RSUD Solok

Nama Rumah Sakit    RSUD SOLOK

Pemilik Pemerintah Provinsi SUMBAR

Tipe B

Jumlah Tempat Tidur         212/TT

Luas Area                    3,5 H

Direktur Dr.Hj.YUSNELLY

Status         Terakreditasi

1. Sejarah singkat

RSUD Solok diresmikan tanggal 7 April 1986 oleh Gubernur Propinsi

Sumatera Barat Bpk. Ir. Azwar Anas, kemudian ditetapkan sebagai rumah

sakit kelas C sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Prop. Sumbar Nomor

36 tahun 1986 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

303/Menkes/SK/1V 1987.

Pada tahun 2004 Rumah Sakit Umum Daerah Solok telah terakreditasi

untuk 5 standar pelayanan dan pada tahun 2010 Rumah Sakit Umum Daerah

Solok telah Terakreditasi Penuh 12 standar pelayanan.

Padatanggal 21 Februari 2011, sesuai dengan keputusan Menteri

Kesehatan RI No. HK.05/520/2011, Rumah Sakit Umum Solok ditetapkan

sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B.

2. Visi

"Menjadi Terunggul Dalam pelayanan di Provinsi Sumatera Barat Tahun

2015”

14

Page 15: Mars

3. Motto

  "Santun Dalam Melayani Cepat dan Tepat Bertindak”

4. Jenis Pelayanan

a. Bedah

b. Penyakit Dalam

c. Anak

d. Obgyn

e. Kulit Kelamin

f. Paru

g. THT

h. Mata

i. Syaraf

j. Badah Tulang

k. Jiwa

l. Jantung

m. Gigi

5. Pelayanan Penunjang

a. Radiologi

b. Labor

c. Gizi

d. Anesthesi

e. Fisioterapi

f. IPSRS

g. Loundry

6. Tenaga

a. Dokter Spesialis      ; 23 orang

b. Dokter Umum        ; 16 orang

15

Page 16: Mars

KEPALA INSTALASI FARMASIEVRIYANDRA, SSI.APT

PENANGGUNG JAWAB PERBEKALAN FARMASIEVRIYANDRA, SSI.APT

PENANGGUNG JAWAB FARMASI KLINIS

YUNI RAHAYU S.FARM.APTPENANGGUNG JAWAB

ADMINISTRASI FARMASIELVIYANTI, SE

PENANGGUNG JAWAB APOTIKAFRIANI S. FARM.APT

PENANGGUNG JAWAB MANAJEMEN MUTU

DEVI ANDRAIANI S.FARM.APT

c. Dokter Gigi             ; 3 orang

d. Apoteker                  ; 4 orang

e. Perawat                   ; 170 orang

f. Tenaga Lainnya      ; 12 orang

B. Instalasi Farmasi

1. Bagan Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Derah

Solok

16

Page 17: Mars

.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Brartti disini kta bhss lg ttg…tp yg di rsud soloknya..msh ingt gk….mgkin

bedanya di tmpt penympanan yg gk lgkap sm utk pembuangan smpah

medis…

Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari

pemilihan,perencanaan,pengadaan,penerimaan,penyimpanan,pendistribusia

n, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi

Yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Kepmenkes

No.1197/MENKES/SK/X/2004).

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARA

17

Page 18: Mars

KEPUSTAKAAN

1. Analisis Pelayanan, Wildan Pahlevi, FKM UI,2009.

2. .Bencana-kesehatan.net/index.php?...com...

3. Depkes RI, (2000). Kebijakan Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun

2000-2001, Jakarta Depkes RI.

4. Depkes RI, Standart Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit,

Jakarta.2000.

5. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6849 .

6. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Standar

Rumah Sakit Pendidikan, Jakarta . 2005

18