Manusia Sebagai Makhluk Moral Dan Hukum Kelompok 5

12
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK MORAL DAN HUKUMMakalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KETIDAKADILAN HUKUM DI INDONESIADosen Pengampu : Tentrem Widodo Disusun Oleh: Anta Nurrohmani Y D K 1509007 Agus Santoso K 1509003 Dwi Beauty Ratnawuri H K 1509014 Probo Septi H K 1509032 Widi Juli Budiarto K 1509041 Budi Setiawan K 1506012 PENDIDIKAN TEHNIK SIPIL/BANGUNAN JURUSAN PENDIDIKAN TEHNIK DAN KEJURUAN

Transcript of Manusia Sebagai Makhluk Moral Dan Hukum Kelompok 5

Page 1: Manusia Sebagai Makhluk Moral Dan Hukum Kelompok 5

” MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK MORAL DAN HUKUM”

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

” KETIDAKADILAN HUKUM DI INDONESIA”

Dosen Pengampu : Tentrem Widodo

    Disusun Oleh:

Anta Nurrohmani Y D K 1509007

Agus Santoso K 1509003

Dwi Beauty Ratnawuri H K 1509014

Probo Septi H K 1509032

Widi Juli Budiarto K 1509041

Budi Setiawan K 1506012

PENDIDIKAN TEHNIK SIPIL/BANGUNAN

JURUSAN PENDIDIKAN TEHNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: Manusia Sebagai Makhluk Moral Dan Hukum Kelompok 5

A. Pengertian Moral

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan, moral adalah:

1. (ajaran tt) baik buruk yg diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,

dsb; akhlak; budi pekerti; susila: -- mereka sudah bejat, mereka hanya minum-

minum dan mabuk-mabuk, bermain judi, dan bermain perempuan;

2. kondisi mental yg membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah,

berdisiplin, dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dl

perbuatan: tentara kita memiliki -- dan daya tempur yg tinggi;

3. ajaran kesusilaan yg dapat ditarik dr suatu cerita;

Menurut Bertens, moral berawal dari bahasa latin mos, jamaknya mores yang

juga berarti adat kebiasaan. Secara etimologis, kata etika sama dengan kata moral,

keduanya berarti adat kebiasaa. Perbedaannya hanya pada bahasa asalnya, Etika

berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral berasal dari bahasa latin.

Dalam Wikipedia dijelaskan, Moral adalah istilah manusia menyebut ke

manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia

yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak

memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak

yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang

berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa

melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai

implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari

sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah

dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral

adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian

terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah

perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia.

apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di

masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan

masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga

sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama.

Page 3: Manusia Sebagai Makhluk Moral Dan Hukum Kelompok 5

Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula

berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih

banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah

laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal.

Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.

Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki

perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai

perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio,

sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-

norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.

Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia

sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang

kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma

moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan

tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.

B. Pengertian Hukum

Kata “hukum” mengandung makna yang luas meliputi semua peraturan atau

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sanksi terhadap pelanggarnya.

Para ahli sarjana hukum memberikan pengertian hukum dengan melihat dari

berbagai sudut yang berlainan dan titik beratnya. Berbeda-beda antara ahli yang

satu dengan yang lain, karena itu tidak ada kesatuan atau keseragaman tentang

definisi hukum, antara lain di bawah ini:

1. Menurut Van Kan

Hukum merupakan keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa

untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

2. Menurut Utrecht

Hukum merupakan himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun

larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya

Page 4: Manusia Sebagai Makhluk Moral Dan Hukum Kelompok 5

ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu pelanggaran

petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.

3. Menurut Wiryono Kusumo

Hukum adalah merupakan keseluruhan peraturan baik yang tertulis

maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib di dalam masyarakat dan

terhadap pelanggarnya umumnya dikenakan sanksi.

Dari pendapat para ahli hukum belum terdapat satu kesatuan mengenai

pengertian hukum, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hukum memiliki

beberapa unsur yaitu :

1. Adanya peraturan/ketentuan yang memaksa

2. Berbentuk tertulis maupun tidak tertulis

3. Mengatur kehidupan masyarakat

4. Mempunyai sanksi.

Peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat mempunyai dua bentuk

yaitu tertulis dan tidak tertulis. Peraturan yang tertulis sering disebut perundang

undangan tertulis atau hukum tertulis dan kebiasan-kebiasaan yang terpelihara

dalam kehidupan masyarakat. Sedang Peraturan yang tidak tertulis sering disebut

hukum kebiasaan atau hukum adat.

C. KETIDAKADILAN HUKUM DI INDONESIA

Aksi sidak Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum berhasil. Seorang

terpidana kasus penyuapan petugas, Artalyta Suryani, kedapatan mendapatkan fasilitas

mewah di dalam Rutan Pondok Bambu, tempatnya ditahan. Bukan hanya mendapatkan

ruangan yang serba wah, Satgas juga menemukan yang bersangkutan sedang dirawat

oleh seorang dokter spesialis. Ia memperoleh perawatan khusus dari dokter yang

didatangkan dari luar Rutan. Luar biasa! Seorang terpidana yang menyeret nama Jaksa

Urip dan petinggi Kejaksaan Agung, berada dalam penjara dengan fasilitas luar biasa,

mulai dari pendingin ruangan, telepon, ruang kerja, bahkan ruang tamu. Ia juga

kabarnya bisa ditemui dengan bebas oleh para asistennya. Itu adalah wajah hukum kita,

Page 5: Manusia Sebagai Makhluk Moral Dan Hukum Kelompok 5

wajah yang semakin suram baik di luar maupun di dalam. Itu pun baru satu temuan,

betapa mafia hukum memang berada dimana-mana, dan ada dimana saja. Temuan itu

justru ditemukan oleh Satgas yang dibentuk dari luar, bukan oleh mereka yang bekerja

untuk melakukan pengawasan di instansi pemerintah, yang bekerja setiap tahun

memastikan prosedur Rutan dijalankan dengan baik. Bagi kita, amat mudah

menemukan alasan bagaimana seorang bernama Artalyta itu bisa menikmati fasilitas

yang begitu mewah. Jawabnya adalah uang. Ia punya uang untuk melakukan apapun

caranya dan untuk membeli apa yang dia mau. Karena uang itu pula maka para pejabat

yang harusnya berwenang menegakkan peraturan menjadi tidak lagi bisa berkuasa.

Mereka tunduk di bawah kekuasaan uang. Amat aneh kalau para petinggi Rutan

tidak tahu menahu bahwa sebuah ruangan telah disulap oleh seorang terpidana. Mereka

pasti merestuinya dan mengetahuinya. Rumor mengenai uang ini bukan hanya

berhembus pada kasus Arthalyta saja. Beberapa kasus lain, terutama yang menimpa

mereka yang beruang dan berada dalam kasus yang melibatkan uang besar, juga

ditengarai terjadi hal-hal serupa. Mereka tetap bisa bebas dalam penjara. Dengan

menggunakan contoh itu pulalah maka kita mengerti mengapa keadilan dan kebenaran

tidak pernah hadir di negeri kita. Wajah hukum kita sepertinya telah mudah dibeli oleh

uang. Para pengusaha dan pelaku korupsi yang tidak juga ditangkap dan diperiksa,

diyakini telah menggelontorkan sejumlah uang yang besarannya bisa mencapai

miliaran rupiah supaya mereka tetap menghirup kebebasan. Setelah diperiksa, mereka

juga bisa melakukan tindakan menyuap supaya mereka kalau bisa divonis bebas.

Bahkan kalaupun sudah diyakini bersalah dan berada dalam tahanan, maka dengan

uang pula mereka bisa tetap bebas merdeka dalam ruang tahanan, seperti Artalyta.

Temuan terhadap Artalyta sebenarnya sudah cukup memperlihatkan bahwa mafia

hukum ini terjadi karena dua pihak melakukan persekutuan jahat.

Para pelaku kejahatan yang terbukti melakukan tindakan kejahatan, bersama-

sama dengan para penegak hukum, melakukan tindakan tidak terpuji. Karena itu Satgas

seharusnya segera melakukan langkah-langkah penting. Salah satu yang perlu

dilakukan adalah memberikan efek jera kepada para pejabat yang ketahuan

memberikan fasilitas lebih dan mudah kepada mereka yang terlibat dalam kejahatan.

Page 6: Manusia Sebagai Makhluk Moral Dan Hukum Kelompok 5

Para pimpinan Rutan dimana Artalyta misalnya harus ditahan bersama-sama dengan

mereka yang sebelumnya ditahan. Para pejabat itu harus jera.

Selain itu, kepada para pelaku kejahatan yang terbukti mencoba atau melakukan

transaksi atas nama uang, harus diberikan hukuman tambahan. Memberikan efek jera

demikian akan membuat mereka tidak ingin berpikir melakukan hal demikian lagi.

Arthalyta, harus diberikan hukuman tambahan atas suap yang dilakukannya pada

pejabat Rutan, ketika dia masih di dalam penjara. Hal-hal seperti ini harusnya membuat

kita menyadari betapa jahatnya kejahatan di negeri ini. Kejahatan itu bisa membeli dan

merampas keadilan dan kebenaran hukum. Wajar saja kemudian orang kecil hanya bisa

menangis ketika berada dalam persoalan hukum karena mereka hanya bisa menjadi

korban ketidakadilan.

CONOTOH KASUS :

HUKUM HANYA BERLAKU BAGI PENCURI KAKAO, PENCURI PISANG, & PENCURI

SEMANGKA‘(Koruptor Dilarang Masuk Penjara)’

Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan

kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap sistem hukum Indonesia.

Masih banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum yang terjadi di negara kita. Keadilan

harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan

perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.

Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi masyarakat kalangan bawah

perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi masyarakat kalangan atas

atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka dengan tuntutan

hukum. Ini kan tidak adil !!

Kasus Nenek Minah asal Banyumas yang divonis 1,5 bulan kurungan adalah

salah satu contoh ketidakadilan hukum di Indonesia. Kasus ini berawal dari pencurian 3

buah kakao oleh Nenek Minah. Saya setuju apapun yang namanya tindakan mencuri

Page 7: Manusia Sebagai Makhluk Moral Dan Hukum Kelompok 5

adalah kesalahan. Namun demikian jangan lupa hukum juga mempunyai prinsip

kemanusiaan. Masak nenek-nenek kayak begitu yang buta huruf dihukum hanya karena

ketidaktahuan dan keawaman Nenek Minah tentang hukum.

Menitikkan air mata ketika saya menyaksikan Nenek Minah duduk di depan

pengadilan dengan wajah tuanya yang sudah keriput dan tatapan kosongnya. Untuk

datang ke sidang kasusnya ini Nenek Minah harus meminjam uang Rp.30.000,- untuk

biaya transportasi dari rumah ke pengadilan yang memang jaraknya cukup jauh.

Seorang Nenek Minah saja bisa menghadiri persidangannya walaupun harus meminjam

uang untuk biaya transportasi. Seorang pejabat yang terkena kasus hukum mungkin

banyak yang mangkir dari panggilan pengadilan dengan alasan sakit yang kadang

dibuat-buat. Tidak malukah dia dengan Nenek Minah?. Pantaskah Nenek Minah

dihukum hanya karena mencuri 3 buah kakao yang harganya mungkin tidak lebih dari

Rp.10.000,-?. Dimana prinsip kemanusiaan itu?. Adilkah ini bagi Nenek Minah?.

Bagaimana dengan koruptor kelas kakap?. Inilah sebenarnya yang menjadi

ketidakadilan hukum yang terjadi di Indonesia. Begitu sulitnya menjerat mereka dengan

tuntutan hukum. Apakah karena mereka punya kekuasaan, punya kekuatan, dan punya

banyak uang ?, sehingga bisa mengalahkan hukum dan hukum tidak berlaku bagi

mereka para koruptor. Saya sangat prihatin dengan keadaan ini.

Sangat mudah menjerat hukum terhadap Nenek Minah, gampang sekali

menghukum seorang yang hanya mencuri satu buah semangka, begitu mudahnya

menjebloskan ke penjara suami-istri yang kedapatan mencuri pisang karena keadaan

kemiskinan. Namun demikian sangat sulit dan sangat berbelit-belit begitu akan

menjerat para koruptor dan pejabat yang tersandung masalah hukum di negeri ini. Ini

sangat diskriminatif dan memalukan sistem hukum dan keadilan di Indonesia. Apa

bedanya seorang koruptor dengan mereka-mereka itu?.

Saya tidak membenarkan tindakan pencurian oleh Nenek Minah dan mereka-

mereka yang mempunyai kasus seperti Nenek Minah. Saya juga tidak membela

perbuatan yang dilakukan oleh Nenek Minah dan mereka-mereka itu. Tetapi dimana

keadilan hukum itu? Dimana prinsip kemanusian itu?. Seharusnya para penegak hukum

Page 8: Manusia Sebagai Makhluk Moral Dan Hukum Kelompok 5

mempunyai prinsip kemanusiaan dan bukan hanya menjalankan hukum secara

positifistik.

Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah yang mempunyai

kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai kekuatan. Mereka

pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar. Orang biasa

seperti Nenek Minah dan teman-temannya itu, yang hanya melakukan tindakan

pencurian kecil langsung ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang

pejabat negara yang melakukan korupsi uang negara milyaran rupiah dapat berkeliaran

dengan bebasnya.

Oleh karena itu perlu adanya reformasi hukum yang dilakukan secara

komprehensif mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat pemerintahan paling bawah

dengan melakukan pembaruan dalam sikap, cara berpikir, dan berbagai aspek perilaku

masyarakat hukum kita ke arah kondisi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan

zaman dan tidak melupakan aspek kemanusiaan.

Sumber : http://polhukam.kompasiana.com/2010/01/29/hukum-hanya-berlaku-bagi-

seorang-pencuri-kakao-pencuri-pisang-pencuri-semangka-dilarang-koruptor-masuk-

penjara/

Page 9: Manusia Sebagai Makhluk Moral Dan Hukum Kelompok 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Hukum dan moral sama-sama berkaitan dengan tingkah laku manusia agar

selalu baik, namun positivisme hukum yang murni justru tidak memberikan kepastian

hukum.

Hukum merupakan positivasi nilai moral yang berkaitan dengan kebenaran,

keadilan, kesamaan derajat, kebebasan, tanggung jawab, dan hati nurani manusia.

Hukum sebagai positivasi nilai moral adalah legitimasi karena adil bagi semua orang.

Tanpa moral, hukum tidak mengikat secara nalar karena moral mengutamakan

pemahaman dan kesadaran subjek dalam mematuhi hukum. Hal ini sebagaimana

diungkapkan K Bertens bahwa quid leges sine moribus yang memiliki arti apa gunanya

undang-undang kalau tidak disertai moralitas.

Moral jelas menjadi senjata ampuh yang dapat membungkam kesewenangan

hukum dan pertimbangan kepentingan lain dalam penegakan keadilan di pengadilan.

Minah, secara substansi hukum memang melakukan pelanggaran berupa delik

pencurian, namun secara moral mesti dipahami bahwa keadilan di tengah lalu lintas

hukum modern adalah menekankan pada struktur rasional, prosedur, dan format.