Manusia Menurut Agama Islam

12
MANUSIA MENURUT AGAMA ISLAM Manusia adalah makhluk yang paling semourna yang di ciptakan oleh Allah SWT. Terdapat delapan kriteria manusia dalam ajaran agama islam, yaitu : 1. Penyebutan nama Manusia telah berupaya untuk memahami dirinya selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang pasti dan meyakinkan tak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subjektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secara lebih utuh. Allah sang pencipta telah menurunkan kitab suci Al- quran yang diantara ayat-ayatnya adalah gambaran-gambarankonkret tentang manusia. Penyebutan nama manusia tidak hanya satu macam. Berbagai istilah digunakan untuk menunjukkan berbagai aspek kehidupan manusia di antaranya: a. Dari aspek historis penciptaan manusia disebut dengan Bani Adam. Seperti firman Allah SWT. Dalam surat (Al-a’raaf,7:31) yang artinya “Hai anak-anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, dan makan dan minumlah, jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. b. Dari aspek biologis manusia disebut dengan basyar yang mencerminkan sifat-sifat fisik- kimia-biologisnya. Seperti dalam firman Allah surat (Al-mukmimnun,23:33) yang berbunyi “Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah (kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia) (orang) ini tidak lain hanyalah manusia (basyar) seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan dan meminum dari apa yang kamu minum”. c. Dari aspek kecerdasan manusia disebut dengan insan yakni makhluk terbaik yang diberi akal

Transcript of Manusia Menurut Agama Islam

Page 1: Manusia Menurut Agama Islam

MANUSIA MENURUT AGAMA ISLAM

Manusia adalah makhluk yang paling semourna yang di ciptakan oleh Allah SWT. Terdapat delapan kriteria manusia dalam ajaran agama islam, yaitu :

1. Penyebutan nama Manusia telah berupaya untuk memahami dirinya selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang pasti dan meyakinkan tak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subjektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secara lebih utuh. Allah sang pencipta telah menurunkan kitab suci Al-quran yang diantara ayat-ayatnya adalah gambaran-gambarankonkret tentang manusia. Penyebutan nama manusia tidak hanya satu macam. Berbagai istilah digunakan untuk menunjukkan berbagai aspek kehidupan manusia di antaranya:

a. Dari aspek historis penciptaan manusia disebut dengan Bani Adam. Seperti firman Allah SWT. Dalam surat (Al-a’raaf,7:31) yang artinya “Hai anak-anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, dan makan dan minumlah, jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.

b. Dari aspek biologis manusia disebut dengan basyar yang mencerminkan sifat-sifat fisik-kimia-biologisnya. Seperti dalam firman Allah surat (Al-mukmimnun,23:33) yang berbunyi “Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah (kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia) (orang) ini tidak lain hanyalah manusia (basyar) seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan dan meminum dari apa yang kamu minum”.

c. Dari aspek kecerdasan manusia disebut dengan insan yakni makhluk terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilu pengetahuan. Allah berfirman dalam Al-quran surat (Ar-Rahman,55:3-4) yang berbunyi “Dia menciptakan manusia (insan). Mengajarnya pandai”.

d. Dari aspek posisinya disebut ‘abdun (hamba) yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-nya: Seperti fiman Allah dalam Al-quran surat(Saba’,34:9) yang berbunyi “Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan dibelakang mereka? Jika kami menghendaki niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau kami jatuhkan mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya)”.

e. Dari aspek sosiologisnya disebut annas yang menunjukkan sifatnya yang berkelompok sesama jenisnya. Seperti firman Allah yeng

Page 2: Manusia Menurut Agama Islam

terdapat dalam Al-quran surat (Al-Baqarah,2:21) yang berbunyi “Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.

2. Aspek historis penciptaanAl-quran tidak merinci secara kronologis penciptaan manusia

menyangkut waktu dan tempatnya. Namun Al-quran menjelaskan jawaban yang sangat penting: Dari titik manakah kehidupan itu bermula. Ayat-ayat menegaskan bahwa asal-usul manusia (bersifat) air. Kenyataanya air merupakan komponen terpenting dari seluruh sel-sel hidup. Tanpa air hidup menjadi tidak mungkin. Allah telah menjelaskannya dalam Al-quran pada surat (An-nuur,24:25) yang isinya “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan (daabah) dari air”.

Kehadiran manusia sebagi makhluk bumi ditegaskan dalam suat (Nuh,71:17-18) yang berbunyi “Dan Allah menumbuhkan sebagai suatu tumbuhan dari tanaman (bumi) dan kemudian Dia akan mengembalikan kamu kepadanya, Dia akan mengeluarkan kamu lagi sebagai keluaran baru”. Transformasi biologis terjadi dalam cara yang selaras dan seimbang berkat adanya suatu organisasi yang amat terencana, mengingat fenomena-fenomena tersebut terjadi dalam tahap-tahap yang berurutan. Al-quran pertama kali berbicara tentang suatu “penciptaan” tetapi kemudian ia meneruskan dengan menguraikan suatu tahap kedua yang di dalamnya Allah memberi bentuk kepada manusia. Maka tidak diragukan lagi bahwa penciptaan organisasi morfologis manusia dilihat sebagai peristiwa-pwristiwa yang berurutan. Firman Allah dalam surat (Al-A’raaf,7:11) yang isinya “Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami memberimu bentuk, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: Bersujudlah kamu kepada Adam; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud”.

Ayat lain menguraikan bagaimana bentuk selaras manusia didapat melalui adanya keseimbangan dan kompleksitas struktur. Kata kerja “rakkaba” dalam bahasa arab berarti “membuat sesuatu dari komponen-komponen” sebagai mana dalam surat (Al-Infitar,82:7-8)yang isinya “(Tuhanlah) yang telah menciptakan kamu lalu menbentukmu secara selaras dan dalam proporsi yang tepat, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki dari komponen-komponen”.

3. Komponen biologisManusia adalah makhluk bumi. Manusia dibentuk dari komponen-

komponen yang dikandung dalam tanah. Gambaran ini dengan sangat jelas diuraikan dalam berbagai ayat yang menunjukkan komponen-komponen pembentuk tersebut dengan berbagai nama:

a. Tuurab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebut dalam ayat:“Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya, sedang dia bercakap-cakap dengannya : “Apakah kamu kafir kepada Tuhan Yang Menciptakan kamu dari tanah (tuurab) kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang lelaki yang sempurna?”. (Al-Kahfi, 18:37)

Page 3: Manusia Menurut Agama Islam

b. Tiin, yaitu tanah lempung sebagaimana ayat:“(Tuhan) memulai penciptaab manusia dari lempung”. (As-Sajadah, 32:7)

c. Tiinul laazib, yaitu tanah lepung yang pekat sebagaimana disebut dalam ayat:“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): “Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari tanah liat (tiinul laazib)”. (As-Saffat, 37:11).

d. Salsalun, yaitu lempung yang dikatakan kalfakhkhar (seperti tembikar). Citra di ayat ini menunjukkan bahwa manusia “dimodelkan”.

e. Suulatun min tin, yaitu dari sari pati lempung. Sulaalat yang berarti sesuatu yang disarikan dari sesuatu yang lain.

f. Salsalun_min hamain masnuun (lempung dari lumpur yang dicetak/diberi bentuk) sebagaimana disebut dalam ayat:“Dan ssesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (Al-Hijr, 15:26).

g. Air yang dianggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan sebagaimana disebut dalam ayat:“Dan Dia (Allah) pula yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia (Allah) jadikan manusia itu punya keturunan dan musaharah adalah Tuhanmu Mahakuasa”. (Al-Furqaan,25:54).

4. ReproduksiAsal-usul manusia dilihat dari sisi reproduksinya banyak sekali

dijelaskan dalam ayat-ayat Al-quran. Dalam surat Al-Qiyama, ayat 37 misalnya disebutkan bahwa manusia berasal dari nutfatan min maniyyin yumna (setetes sperma yang ditumpahkan). Nutfah berarti sejumlah sel yang sangat kecil yang sering diartikan sebagai setetes air. Dari sejumlah sperma yang ditumpahkan memang hanya satu sel saja yang pada akhirnya membuahi ovum (sel telur). Kemudian dalam ayat yang lain: “Dari sejumlah kecil cairan, (Tuhan) membentuknya (dalam proporsi yang tepat) lalu menentukannya”. (‘Abasa,80:19).

Sel talur yang dibuahi tertanam dalam lendit rahim kira-kira pada hari keenam setelah pembuahan mengikutinya dan secara otomatis sungguh telur tersebut merupakan sesuatu yang bergantung (al’alaq). “Bukankah (manusia) dahulu adalah sejumlah kecil sperma yang ditumpahkan? Kemudian ia menjadi sesuatu yang bergantung, lalu Allah membentuknya dalam ukuran yang tepat dan selaras” (Al-Qitaamah, 75:37-38).

Sesuatu yang bergantung (al’alaq) terus berkembang sampai kira-kira 20 hari ketika ia mulai tampak dalam embrio itu secara berurutan diliputi oleh otot-otot. “Kemudian Kami bentuk nutfah menjadi ‘alaqah dan Kami bentuk ‘alaqah menjadi mudgah, dan Kami bentuk mudgah

Page 4: Manusia Menurut Agama Islam

menjadi tulang belulang kemudian. Kami bungkus tulang belulang itu dengan lahm (daging yang utuh)” (Al-Muminun, 23:14)

Dua tipe daging diberi nama berbeda di dalam Al-quran. Pertama daging yang digulung-gulung disebut mudgah sedang mudgah yang kedua daging yang masih utuh ditunjukkan dengan kata lahm.

5. Ruh dan NafsRuh adalah salah satiu komonen penting yang menantukan ciri

kemanusiaan manusia. Setelah proses-proses fisik berlangsung dalam penciptaan manusia, pemasukan ruh menjadi unsur penentu yang membedakan manusia dengan dunia hewan. Sebagaimana banyak dari aspek fisik manusia yang hakikatnya belum diketahui manusia, ruh merupakan misteri besar yang dihadapi manusia. “(Ingalah) ketik Tuhanmu berfirman kepada para malaikat ; Sesunggunya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah. Kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya” (Saad,38:71-72). “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh . katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sidikit” (Al-Israa,17:85).

Ruh adalah geteran ilahiah yaitu getaran sinyal ketuhanan sebagaimana rahmat, nimat, dan hikmah yang kesemuanya sering terasakan sentuhannya tetapi sukar dipahamiu hakikatnya. Sentuhan getaran rohaniah itulah yang menyebabkan manusia dapat mencerna nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan, dan lain sebaginya.

Istilah nafs banyak tersebar dalam Al-quran, meski termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar dipahamu, istilah nafs memiliki pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan menyabar ke seluruh bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan kumpulan dari bermilyar-milyar sel hidup yang saling berhubungan. Nafs bekerja sesuai dengan bekerjanya sistem biologis manusia. “Allah memegang jiwa (nafs) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati waktu tidurnya. Maka Dia, tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia teyapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya padayang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir” (Az-Zumar,39:42).

Hubungan antara nafs dan fisik manusiademikian erat meski sukar untuk diketahui dengan pasti bagaimana hubungan itu berjalan. Dua hal yang berbeda,mental dan fisik, dapat menjalin interaksi sebab akibat. Kesedihan dapat menyebabkan mata mengeluarkan cairan, kesengsaraan membuat badan kurus. Dikenal pula istilah Psikomatik, yaitu pennyakit-penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah kejiwaan.

Perpisahan antara nafs dan fisik disebut maut dan ini adalah peristiwa paling misterius dalam kehidupan manusia ia menjumpai peristiwa-peristiwa lainnya di dunia yang lain pula. “...alangkah dahsyatnya sekiranya bkamu melihat diwaktu orang-orang zalim, (berada)

Page 5: Manusia Menurut Agama Islam

dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata) ; keluarlah nafs-mu...” (An-An’aam, 6:93).

6. Fitrah manusia : Hanif dan Potensi akal, qalb dan nafsKata fitrah (fitrah) merupakan derivasi dari kata fatara, artinya

ciptaan, suci, dan seimbang. Louis Ma’luf dalam kamus Al-Mujid (1980:120) menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaanya, sifat alami manusia, agama, sunnah.

Menurut imam Al-Maraghi (1974:200) fitrah adalah kondisi di mana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.

Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal suatu penciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran (hanif). Fitrah dalam arti hanif ini sejalan dengan isyarat Al-quran: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agamamu(Alla); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Ar-Ruum, 30:30).

Fitrah adalah ard penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan aryipenciptaan fisik, melainkan juga dalam arti rohaniah, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik. Karena itu fitrah disebutkan dalam kootasi nilai. Lahirnya fitrah sebagia nilai dasar kebaikan manusia itu dapatdirujukan kepada surat (Al-A’raaf, 7:172) “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.

Ayat diatas merupakam penjelasan dari fitrah yang berarti hanif (kecenderungan kepada kebaikian) yang dimiliki manusia karena terjadinya proses persaksian sebelum digelar ke muka bumi. Persaksian ini merupakan proses fitriah manusia yang selalu memiliki kebutuhan terhadap agama (instusi yang menjelaskan tentang Tuhan), karena itu dalam pandangan ini manusia dianggap sebagai makhluk religius. Ayat di atas juga menjadi dasar bahwa manusia memiliki potensi baik sejak awal kelahirannya. Ia bukan makhluk amoral, tetapi memiliki potensi moral.

Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi manusia tersebut dibagi menjadi dua, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi rohaniah adalah akal, qalb, dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa berarti pikiran, atau rasio. Dalam bahasa arab, yaitu menahan, dan orang ‘aqil di zaman jahiliah yang dikenal dengan darah panasnya adalah orang yang dapat menahan amarahnya dan oleh karenanya dapat mengamblil sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam Al-quran di artikan dengan kebijakan

Page 6: Manusia Menurut Agama Islam

(wishdom), intelegensia (intelligent) dan pengertian (understanding). Dengan demikian di dalam Al-quran akal ‘diletakkan bukan hanya pada ranah rasiotetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu jika di artikan dengan hilunah atau bijaksana.

Al-qalb berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik dan menurut Ibn Sayyidah (Ibn Manzur :179) berarti hati. musaAsyari (1992) menyebutkan arti al-qalb dengan dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk panjang, terletak di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yeng kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah yaitu hakikat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan dan arif.

Dan dapat disimpulkan bahwa akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu.

Adapun nafsu(bahasa arab : al-hawa, dalam bahasa Indonesia sering disebut hawanafsu)adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dorongan primitif karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk.dengan nafsu manusia dapat bergerak dinamis dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Nafsu yang terkendali oleh akal dan berada pada jalur yang ditunjukkan agama inilah yang disebut an-nafs al-mutmainnah yang di ungkapkan agama : “Hai jiwa yang tenang. kembaMah Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambak-Ku dan masuklah kedalam surga-Ku” (Al-Fajr, 89:27-30). Dengan demikian manusia ideal adalah manusia yang mampu menjaga fitrah (hanif)-nya dan mampu mengelola dan memadukan potensi akal, qalbu, dan nafsunya secara harmonis.

7. Karakteristik manusiaPembahasan diatas menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk

ciptaan Allah yang sangat berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya di alam semesta ini. Kekhasan ininilah yang menurut kitab suci menyebabkan konsekuensi-konsekuensi kemanusiaan di antaranya, tanggungjawab dan pembalasan. Di antara karakteristik manusia :

a. Aspek kreasiApa pun yang ada pada tubuh manusia sudh dirakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan sempurna. Hal ini bisa dibandingkan dengan makhluklain dalam aspek penciptaanya. Mungkin banyak kesamaannya, tetapi tangan manusia lebih fungsional dari pada tangan simpanse, demikian pula organ-organ lainnya. “Sesungguh Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk” (At-Tiin, 95:4).

b. Apek ilmuHanya manusia yang mungkin punya kesempatan memahami lebih jauh hakikat alam semesta di sekelilingnya. Pengetahuan hewan hanya terbatas pada naluri dasar yang tidak bisa dikembangkan

Page 7: Manusia Menurut Agama Islam

melalui pendidikan dan pengajaran. Tetapi manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang. “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) keseluruhannya....” (Al-Baqarah,2:31)

c. Aspek kehendakManusia memiliki kehendak yang menyebabkannya bisa mengadakan piulihan-pilihan dalam hidup. Makhluk lain hidup dalm suatu pola yang telah baku dan tak akan pernah berubah. Para malaikat yang mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat. “Sesungguhnya Kami telah menunjukkannya (manusia) jalan lurus, ada yang syukur ada pula yang kafir” (Al-Insan,76:3).

d. Pengarahan akhlakManusia adalah makhluk yang dapat dibentuk aklhaknya. Ada manusia yang sebelumnya baik-baik tetapu karena pengaruh lingkungan tertentu dapat menjadi seorang penjahat. Demikian pula sebalikya. Oleh sebab itu lembaga pendidikan diperlukan manusia untuk mengarahkan kehidupan generasi yang akan datang.

8. Misi dan fungsi penciptaan manusiaMisi penciptaan manusia adalah untuk menyembahan kepada Sang

Penciptanya, Allah swt. Pengertian penghamban kepada Allah tidak boleh diartikan sevara sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam salat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan dimuka bumi ini, baik yang menyangkut hubungaan vertikal(manusia dengan Tuhan) maupun horizontal (mausia dengan manusia dan alam semesta).

Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Oleh karena itu penyembahan tersebut harus dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun kepada manusia termasuk ritual-ritual penyembahannya. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku, aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pembari rezeki yang meepunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh” (Az-Zaariyaat,51:56-58). “Dan mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan salat menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus” (Al-Bayyinah, 98:5).

Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai ‘kepanjangan’ kekuasaan Allah di muka bumi inidalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan tegaknya hukum-hukum kemanusiaan mereka sendiri, tetapi juga dapat menghancurkan bagian-

Page 8: Manusia Menurut Agama Islam

bagian alam semesta yang lain. Inilah fungsi kehadiran manusia di tengah-tengah alam ini. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi...” (Al-Baqarah,2:30). “Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadikan rahmat bagi semesta alam”.(Al-Anbiyaa’,21:107).

Maka jelaslah bahwa kesatuan manusia dan alam semesta ini dapatterjaga dengan baik jika manusia dapat menalankan fungsi kekhalifahannya di muka bumi ini.