Manusia Dan Kekerasan

22
MANUSIA DAN KEKERASAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna, dimana manusia dilengkapi dengan bentuk fisik yang sesempurna mungkin, selain itu manusia dibekali dengan akal dan pikiran yang memungkinkan manusia untuk bisa berekspresi, berfikir dan memahami apa yang ada disekelilingnya. Karena kesempurnaan itu juga manusia pun bisa melakukan banyak sekali kebaikan dan banyak sekali kesalahan. Banyak sekali kita lihat kasus-kasus kejahatan yang tidak memiliki hati nurani sampai nyawa pun beterbangan. Ternyata manusia itu memang tidak selamanya sesempurna seperti apa yang manusia miliki sekarang ini. Paradox manusia meliputi makhluk jasmani dan rohani, makhluk individu maupun makhluk social, makhluk imanen maupun transeden, makhluk penuh cinta sekaligus makhluk yang penuh dengan kebencian pula. Bahkan makhluk yang penuh dengan kelembutan dan juga penuh dengan kekerasan. Tentu saja keparadoksalan itu bukan sesuatu yang tanpa makna, ia mengisyaratkan tugas-tugas kemanusiaan, kendatipun batas- batas antara keduanya sangat tipis. Tugas manusia untuk meruhanikan hidupnya, mensosialisasikan hidupnya, mentransedensi hidupnya, mengembangkan cinta kasih dan kelembutan, bukan sebaliknya 1

Transcript of Manusia Dan Kekerasan

Page 1: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna,

dimana manusia dilengkapi dengan bentuk fisik yang sesempurna mungkin, selain itu

manusia dibekali dengan akal dan pikiran yang memungkinkan manusia untuk bisa

berekspresi, berfikir dan memahami apa yang ada disekelilingnya. Karena

kesempurnaan itu juga manusia pun bisa melakukan banyak sekali kebaikan dan

banyak sekali kesalahan. Banyak sekali kita lihat kasus-kasus kejahatan yang tidak

memiliki hati nurani sampai nyawa pun beterbangan. Ternyata manusia itu memang

tidak selamanya sesempurna seperti apa yang manusia miliki sekarang ini.

Paradox manusia meliputi makhluk jasmani dan rohani, makhluk individu

maupun makhluk social, makhluk imanen maupun transeden, makhluk penuh cinta

sekaligus makhluk yang penuh dengan kebencian pula. Bahkan makhluk yang penuh

dengan kelembutan dan juga penuh dengan kekerasan. Tentu saja keparadoksalan itu

bukan sesuatu yang tanpa makna, ia mengisyaratkan tugas-tugas kemanusiaan,

kendatipun batas-batas antara keduanya sangat tipis. Tugas manusia untuk

meruhanikan hidupnya, mensosialisasikan hidupnya, mentransedensi hidupnya,

mengembangkan cinta kasih dan kelembutan, bukan sebaliknya

Kekerasan dalam kehidupan manusia merupakan fenomena yang sangat

menarik, karena bagaimanapun kekerasan merupakan salah satu ke-paradoksalan

manusia itu sendiri. Manusia memang oleh Allah diciptakan sebagai makhluk yang

mulia dan merupakan sebaik-baik ciptaan seperi pada surat Al-Quran surat Al Israa

ayat 70: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut

mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami

lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang

telah Kami ciptakan”. Ternyata juga merupakan makhluk yang menyukai kekerasan

dan bahkan juga “tega” untuk saling menumpahkan darah, sebagaimana yang

sebelumnya telah dikhawatirkan oleh para malaikat ketika Allah hendak menjadikan

seorang khalifah-Nya di muka bumi.

1

Page 2: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

Sejak manusia pertama kali dilahirkan, bahkan telah terjadi kekerasan dengan

saling membunuh antara 2 bersaudara anak Adam yakni Habil dan Qabil. Selama

5000 tahun sejarah manusia, tercatat telah terjadi 8000 pertikaian baik dalam skala

besar maupun skala kecil. Sehingga muncul pertanyaan, apakah memang kekerasan

telah menjadi bawaan manusia itu sendiri yang tidak perlu dicegah?karena memang

persoalan kekerasan ini menjadi persoalan yang kompleks jikalau sudah menyangkut

kehidupan pribadi seseorang. Sehingga kehidpuan menjadi tidak aman dan tidak

adanya rasa toleransi antar manusia itu sendiri. Segala sesuatu yang ada di ala mini

harus berjalan sesuai dengan keseimbangan dan selaras agar tidak terjadinya

kejahatan-kejahatan dalam kehidupan sehari-hari.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan dari dibuatnya makalah ini salah satunya adalah memenuhi tugas individu

yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Selain

itu dari topik yang telah diberikan oleh dosen yaitu manusia dan kekerasan, maka

topik ini akan saya angkat sebagai topik yang paling fundamental dalam diri manusia

khususnya dan kita pun harus mengetahui ini sebagai pelaku dari kekerasan. Maka

dari itu tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:

1. Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Ilmu Sosial

Budaya Dasar

2. Mengetahui bagaimana manusia dan kekerasan bisa terbentuk

3. Mengetahui bagaimana manusia selalu hidup tidak jauh dari kata kekerasan padahal

kita diibaratkan manusia yang paling sempurna sehingga mampu membedakan mana

baik dan salah

4. Mengetahui pengaruh kekerasan dalam kehidupan sehari-hari

5. Mengetahui peran dan serta manusia dalam menghadapi persoalan kekerasan ini

6. Agar mahasiswa mampu membedakan antara mana hal yang baik dan buruk

2

Page 3: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

BAB II

PERMASALAHAN

Dalam penyusunan makalah ini banyak sekali masalah-masalah mengenai

manusia dan kekerasan serta hubungannya dengan kehidupan manusia sekarang ini.

Seperti yang sudah kita ketahui di berita-berita televisi banyak sekali berita

pembunuhan, terror-teror bom yang membuat kehidupan manusia tidak normal

sebagaimana seharusnya mengingat nyawa manusia tidak menjadi harga mati, namun

sudah menjadi kebiasaan para pelaku kekerasan dalam melakukan aksinya.

Pertanyaan yang timbul dari dalam diri kita bagaimana manusia bisa bertindak

setega itu terhadap sesame manusia atau bahkan dengan makhluk Tuhan yang lain

yang tidak mengerti apa-apa. Sehingga menimbulkan pertanyaan bagaimana manusia

bisa berfikir untuk melakukan kekerasan, padahal tentunya hidup damai dalam

ketentraman lebih baik dan lebih nyaman tentunya.

Manusia yang dikatakan makhluk yang paling sempurna saja bisa melakukan hal

tersebut dengan sadis. Maka dari itu beberapa pertanyaan yang akan diajukan pada

makalah ini kami batasi pada masalah-masalah yang umumnya terjadi disekitar kita

yang tentunya membuat kita tidak pernah nyaman dalam menjadi hidup. Sehingga

rumusan masalah yang saya ajukan antara lain:

1. Apa pengertian kekerasan?

2. Apa saja jenis kekerasan dan definisinya?

3. Bagaimana sejarah manusia dan kekerasan?

4. Bagaimana Hubungan manusia dan kekerasan?

5. Apa pengertian toleransi?

6. Manusia tanpa kekerasan?

3

Page 4: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekerasan

Kekerasan atau (bahasa Inggris: Violence ejaan Inggris: [/vaɪ(ə)ləns/]

berasal dari (bahasa Latin:  violentus  yang berasal dari

kata vī atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam prinsip dasar

dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik

yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada

tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang

dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang, umumnya berkaitan

dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya

bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau

tindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan

kekerasan iniPertanyaan penting pertama yang harus diajukan berkaitan dengan

perilaku kekerasan adalah apakah yang mendorong manusia melakukan tindakan

kekerasan. Jawaban terhadap pertanyaan ini diharapkan akan mengantarkan pada

pengertian tentang perilaku kekerasan. Menurut T. Robert Gurr, di dalam

kompleksitas motivasi manusia, para neurofisiologis menemukan dua sistem hasrat

(appetitive system) besar sebagai pembentuk motivasi yang terjadi pada manusia.

Stimulasi dari salah satu sistem ini menghasilkan perasaan gembira, kepuasan, dan

cinta. Stimulasi sistem lainnya menghasilkan sensasi kecemasan, teror, depresi,

dan kemarahan. Perasaan-perasaan ini mewarnai persepsi manusia tentang dunia

dan mendorong tindakan-tindakannya.

Namun lingkungan manusia berubah dan apa yang dipelajari manusia tidak

selalu terbukti cocok untuk menghasilkan kepuasan dirinya. Menghadapi

kenyataan yang demikian manusia akan menjadi frustasi. Frustasi yang dialami

manusia kemungkinan akan menimbulkan tindakan agresi. Hubungan frustasi-

agresi menyebabkan terjadinya dinamika psikologis untuk hubungan antara

intensitas deprivasi dan potensi bagi kekerasan kolektif. Menurut T. Robert Gurr

deprivasi relatif (relative deprivation) adalah istilah yang digunakan untuk

4

Page 5: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

menyatakan ketegangan yang terjadi akibat suatu kesenjangan antara yang harus

menjadi (ought) dan yang menjadi (is) dalam kepuasan nilai kolektif, dan yang

amendorong manusia untuk melakukan kekerasan.

Menurut Jack D. Douglas dan F.C. Waksler istilah kekerasan digunakan untuk

menggambarkan perilaku, baik yang terbuka (overt) atau tertutup (covert), dan

baik yang bersifat menyerang (offensif) atau bertahan (deffensive), yang disertai

penggunaan kekuatan kepada orang lain.

B. Jenis-jenis kekerasan dan definisinya.

1. Kekerasan yang dilakukan perorangan perlakuan kekerasan dengan

menggunakan fisik (kekerasan seksual), verbal (termasuk menghina),

psikologis (pelecehan), oleh seseorang dalam lingkup lingkungannya.

2. Kekerasan yang dilakukan oleh negara atau kelompok, yang oleh Max Weber

didefinisikan sebagai "monopoli, legitimasi untuk melakukan kekerasan secara

sah" yakni dengan alasan untuk melaksanakan putusan pengadilan, menjaga

ketertiban umum atau dalam keadaan perang yang dapat berubah menjadi

semacam perbuatanan terorisme yang dilakukan oleh negara atau kelompok

yang dapat menjadi salah satu bentuk kekerasan ekstrem (antara lain,

genosida, dll.). [6]

3. Tindakan kekerasan yang tercantum dalam hukum publik yakni tindakan

kekerasan yang diancam oleh hukum pidana (sosial, ekonomi atau psikologis

(skizofrenia, dll.)).

4. Kekerasan dalam politik umumnya pada setiap tindakan kekerasan tersebut

dengan suatu klaim legitimasi bahwa mereka dapat melakukannya dengan

mengatas namakan suatu tujuan politik (revolusi, perlawanan terhadap

penindasan, hak untuk memberontak atau alasan pembunuhan terhadap raja

lalim walaupun tindakan kekerasan dapat dibenarkan dalam teori hukum untuk

pembelaan diri atau oleh doktrin hukum dalam kasus perlawanan terhadap

penindasan di bawah tirani dalam doktrin hak asasi manusia.[7]

5

Page 6: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

5. Kekerasan simbolik (Bourdieu, Theory of symbolic power),[8] merupakan

tindakan kekerasan yang tak terlihat atau kekerasan secara struktural dan

kultural (Johan Galtung,Cultural Violence)[9] dalam beberapa kasus dapat pula

merupakan fenomena dalam penciptaan stigmatisasi.

Kekerasan antara lain dapat pula berupa pelanggaran

(penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) yang menyebabkan atau

dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan -

hingga batas tertentu - kepada binatang dan harta-benda. Istilah "kekerasan" juga

berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.

Kekerasan pada dasarnya tergolong ke dalam dua bentuk —kekerasan

sembarang, yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau yang tidak

terencanakan, dan kekerasan yang terkoordinir, yang dilakukan oleh kelompok-

kelompok baik yang diberi hak maupun tidak —seperti yang terjadi

dalam perang (yakni kekerasan antar-masyarakat) dan terorisme.

Sejak Revolusi Industri, kedahsyatan peperangan modern semakin

meningkat hingga mencapai tingkat yang membahayakan secara universal. Dari

segi praktis, peperangan dalam skala besar dianggap sebagai ancaman langsung

terhadap harta benda dan manusia, budaya, masyarakat, dan makhluk hidup

lainnya di muka bumi.

Secara khusus dalam hubungannya dengan peperangan, jurnalisme, karena

kemampuannya yang kian meningkat, telah berperan dalam membuat kekerasan

yang dulunya dianggap merupakan urusan militer menjadi masalah moral dan

menjadi urusan masyarakat pada umumnya.

Transkulturasi, karena teknologi modern, telah berperan dalam

mengurangi relativisme moral yang biasanya berkaitan dengan nasionalisme, dan

dalam konteks yang umum ini, gerakan "antikekerasan" internasional telah

semakin dikenal dan diakui peranannya.

C. Sejarah manusia dan kekerasan

Kekerasan sendiri mempunyai sejarah panjang yang seumur dengan umat

manusia. Sejak anak Adam Qabil merupakan tokoh yang melakukan pembunuhan

6

Page 7: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

pertama dengan membunuh saudara laki-lakinya Habil lantaran kurban

persembahannya tidak diterima oleh Allah karena ketidaktulusannya dengan

mempersembahkan hasil pertaniannya yang sudah agak busuk. Dikisahkan pula

bahwa Qabil merupakan orang pertama yang melakukan pemakanman untuk

menguburkan Habil setelah melihat seekor gagak menguburkan gagak lainnya

yang mati.

Kekerasan yang paling dramatis dilakukan manusia adalah perang. Perang

sendiri dimulai sejak ekspansi Romawi (220 SM), diteruskan dengan perang

besar lainnya, perang ekspansi Muslim ke Afrika dan Eropa, Perang Dunia dan

lain-lain. Perang merupakan turunan sifat dasar manusia yang tetap sampai

sekarang memelihara dominasi dan persaingan sebagai sarana memperkuat

eksistensi diri dengan cara menundukkan kehendak pihak yang dimusuhi.

Kekerasan lain yang tercatat dalam sejarah adalah pembunuhan terhadap

tokoh-tokoh besar dan penting di berbagai negara. Tercatat hampir terdapat di

semua negara di dunia. Mau lihat daftar lengkapnya bisa klik DISINI. Kalau di

Indonesia punya daftar panjang mulai pembunuhan raja-raja kerajaan Hindu

Budha yang fenomenal seperti cerita Singosari dengan tokoh Ken Arok, kerajaan

bercorak Islam, hingga pembunuhan tokoh HAM Munir.

Kekerasan yang terbaru adalah terorisme, dalam teorinya terorisme adalah

serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror

terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak

tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba

dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.

Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual

terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York,

Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, dikenal sebagai “September

Kelabu”, yang memakan 3000 korban. Serangan dilakukan melalui udara, tidak

menggunakan pesawat tempur, melainkan menggunakan pesawat komersil milik

perusahaan Amerika sendiri, sehingga tidak tertangkap oleh radar Amerika

Serikat. Tiga pesawat komersil milik Amerika Serikat dibajak, dua di antaranya

ditabrakkan ke menara kembar Twin Towers World Trade Centre dan gedung

Pentagon.

7

Page 8: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

D. Manusia dan kekerasan

Kekerasan dalam kehidupan manusia merupakan fenomena yang sangat

menarik, karenabagaimanapun kekerasan merupakan salah satu ke-paradoksalan

manusia itu sendiri. Manusia memang oleh Allah diciptakan sebagai makhluk yang

mulia dan merupakan sebaik-baik ciptaan1. Ternyata juga merupakan makhluk

yang menyukai kekerasan dan bahkan juga “tega” untuk saling menumpahkan

darah, sebagaimana yang sebelumnya telah dikhawatirkan oleh para malaikat

ketika Allah hendak menjadikan seorang khalifah Nya di muka bumi (Al Baqarah:

30).

Paradoks manusia meliputi ia makhluk jasmani sekaligus ruhani, makhluk

individu sekaligus sosial, makhluk imanen sekaligus transenden, makhluk penuh

cinta sekaligus kebencian, makhluk yang penuh kelembutan sekaligus kekerasan.

Tentu saja keparadoksalan itu bukan sesuatu yang tanpa makna, ia mengisyaratkan

tugas-tugas kemanusiaan, kendatipun batas-batas antara keduanya amat tipis.

Tugas manusia untuk meruhanikan hidupnya, mensosialisasikan hidupnya,

mentransendensikan hidupnya, mengembangkan cinta kasih dan kelembutan,

bukan sebaliknya.

Sejak manusia pertama kali dilahirkan, bahkan telah terjadi kekerasan dengan

saling membunuh antara dua bersaudara anak Adam yakni Habil dan Qabil.

Selama 5000 tahun sejarah ummat manusia, tercatat telah terjadi 8000 pertikaian

yang diselesaikan melalui adu senjata. Sehingga dapat dikatakan hampir setiap

tahun terjadi dua kali aksi kekerasan antar ummat manusia berupa peperangan

yang melibatkan kelompok besar atau bangsa. Belum terhitung pertikaian antar

kelompok kecil, antar dua bersaudara, antar suami-isteri, dan sebagainya.

Sehingga muncul pertanyaan, apakah memang kekerasan telah menjadi bawaan

manusia itu sendiri yang tidak perlu dicegah? Toh dengan melihat kenyataan

bahwa sejarah ummat manusia selalu diwarnai dengan kekerasan, telah menjadikan

himbauan moral hanya basa-basi.

Para pemikir barat seperti Thomas Hobbes seorang penganut empirisme dari

Inggris (1588-1679) mengatakan bahwa kekerasan merupakan keadaan alamiah

manusia.Pandangan ini didasarkan atas anggapannya bahwa manusia merupakan

makhluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, serta bersifat

8

Page 9: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

mekanistik yang saling mengiri dan membenci sehingga menjadi kasar, jahat dan

“buas”. Pendapat serupa dikemukakan oleh Konrad Zacharias Lorenz (1903-1989)

dari Austria yang mengatakan bahwa kekerasan merupakan salah satu dari empat

naluri dasar manusia, di samping rasa takut, keinginan seksual dan rasa lapar.

Kebudayaan pada dasarnya merupakan pengolahan dan upaya mentransendensikan

naluri tersebut.

Johan Galtung sosiolog dari Universitas Oslo mengatakan bahwa kekerasan

ada apabila manusia dipengaruhi sedemikian rupa oleh situasi tertentu. Sehingga

realisasi jasmani dan mental aktual berada dibawah realisasi potensialnya. Naluri

kekerasan akan muncul bila ada kondisi yang mendorongnya. Salah satu picu

pelatuk utama dari munculnya naluri kekerasan ini adalah ketidak adilan. Ketidak

adilan berarti membiarkan orang lain dianiaya, dari segi ini ketidak adilan menjadi

kekerasan pada dirinya sendiri. Kepemimpinan yang tidak adil akan cenderung

berubah menjadi kekuasaan, dan penyalahgunaan kekuasaan akan menjadi picu

dari tindakan kekerasan. Michel Foucault (1926-1984) mengatakan bahwa dalam

hal ini adadua pihak yang saling berhadapan, pihak yang berkuasa dan pihak yang

tidak berkuasa atau dikuasai. Dari kondisi ini saja sudah tercermin ketidak adilan.

Kepemimpinan adalah bagian penting dari kehidupan manusia, tetapi kalau sudah

disalah artikan menjadi kekuasaan yang menindas maka akan terjadi kekerasan

sebagai bentuk perlawanan. Dari sisi lain, kekerasan manusia juga akan muncul

ketika tolok ukur normatif manusiabergeser dari tolok ukur transenden ke arah

imanen. Keparadoksalan manusia seperti yang dikatakan di depan memiliki batas

yang amat tipis. Sehingga manusia dapat saja berubah secara cepat untuk

mengabaikan tugas-tugasnya selaku khalifah Allah di muka bumi ini.

Ketika jasmani menjadi ukuran, individualitas menjadi ukuran, hal-hal yang

bersifat imanen seperti harta-benda menjadi ukuran, maka hal tersebut akan

memudahkan pula munculnya kekerasan karena dalam kondisi tersebut amat

mudah timbul kedengkian dan kebencian. Sehingga kedua faktor kunci yakni:

ketidak adilan dan tolok ukur yang keliru dalam memandang kehidupan

seharusnya menjadi bahan pertimbangan munculnya tindak

kekerasan manusia

E. Pengertian toleransi

9

Page 10: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

Kata toleransi berasal dari bahasa Latin tolerare yang berarti bertahan atau

memikul. Toleran di sini diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu

tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak

tidak sependapat (Siagian, 1993:115). Dengan demikian toleransi menunjuk pada

adanya suatu kerelaan untuk menerima kenyataan adanya orang lain yang berbeda.

Menurut Webster’s New American Dictionary arti toleransi adalah liberty to ward

the opinions of others, patients with others (memberi kebebasan (membiarkan)

pendapat orang lain, dan berlaku sabar menghadapi orang lain). Toleransi diartikan

memberikan tempat kepada pendapat yang berbeda. Pada saat bersamaan sikap

menghargai pendapat yang berbeda itu disertai dengan sikap menahan diri atau

sabar. Oleh karena itu di antara orang yang berbeda pendapat harus

memperlihatkan sikap yang sama yaitu saling mengharagai dengan sikap yang

sabar.

Padanan kata toleransi dalam bahasa Arab adalah kata tasamuh. Tasamuh

dalam bahasa Arab berarti membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan

dan saling memudahkan. Dari kata tasamuh tersebut dapat diartikan agar di antara

mereka yang berbeda pendapat hendaknya bisa saling memberikan tempat bagi

pendapatnya. Masing-masing pendapat memperoleh hak untuk mengembangkan

pendapatnya dan tidak saling menjegal satu sama lain. Dari beberapa pendapat di

atas toleransi dapat diartikan sebagai sikap menenggang, membiarkan,

membolehkan, baik berupa pendirian, kepercayaan, dan kelakuan yang dimiliki

seseorang atas yang lainnya. Dengan kata lain toleransi adalah sikap lapang dada

terhadap prinsip orang lain. Toleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan

kepercayaan atau prinsip yang dianutnya. Dalam toleransi sebaliknya tercermin

sikap yang kauat atau istiqamah untuk memegangi keyakinan atau pendapatnya

sendiri.

F. Manusia tanpa kekerasan

Kekerasan menjadi “tren” baru dalam masyarakat. term ini agak “seksi”

menurut saya karena setiap peristiwa selalu berujung pada kekerasan. Kekerasan

yang berujung pada darah dan air mata adalah kata yang sudah melekat jauh dalam

diri manusia. Umur kekerasan (yang berujung pada pertumpahan darah) konon se-

tua umur manusia atau paling tidak hampir se-tua umur manusia. Dikisahkan

10

Page 11: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

dalam cerita agama samawi, anak adam adalah manusia pertama yang membuka

kekerasan (awal menetesnya darah manusia di bumi) dengan terbunuhnya Habil.

Kekerasan pun berlanjut hari ini, darah manusia seperti halnya darah hewan

yang dianggap tak memiliki nilai. Kekerasan yang jamak terjadi menjadi cerminan

menguapnya nilai-nilai humanisme universalsebagian lain manusia. Tapi sekian

banyak orang yang (suka) melakukan kekerasan, ada juga manusia yang pantang

dengan kekerasan.

Tokoh ini adalah guru spritualitas sekaligus pencerah di muka bumi. Banyak

orang yang pantang dengan kekerasan, dari sekian banyak, tak sanggup laut

dijadikan tinta dan kayu sebagai pena untuk menuliskan nama, kearifan dan

keagungan akan kedamainan yang mereka bawa.

Karena saya muslim, maka tak akan hilang kecintaan pada junjungan

Rasulullah Muhammad SAW, bagaimana tingkah laku dan ucapannya seperti kitab

suci yang berjalan. Lantas kedamaian apa yang disampaikan Muhammad SAW,

saking banyaknya, hanya satu yang sanggup terkutip disini :

sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara*

Manusia yang berbudi luhur datang dari tokoh spritualis, dan naturalis Gandhi

dengan pantang kekerasan (ahimsa) :

Tiada yang baru saya ajarkan kepada dunia. Kebenaran dan pantang

kekerasan sama tuanya dengan bukit-bukit dan gunung**

Menyusul manusia dengan lahir dari kata-kata puitisnya, syairnya

mengalunkan harmoni alam :

Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi***

Seperti ungkapan sebelumnya, jika dideretkan manusia-manusia yang cinta

dengan kedamaian (pantang kekerasan) seakan tak habis udara untuk dihela, jalan

terasa panjang untuk disusuri (masih banyak tokoh agung yang menyoal

perdamaian tapi tak tercantum disini).

11

Page 12: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

Kedamaian juga “kata” lama, malah bisa menjadi se-tua umur manusia. Jadi

ingat salah satu petuah bijak, jika mau melihat bagaimana kedamaian dan

penderitaan itu menyatu, maka lihatlah lingkarang yin-yang, disitu akah terlihat

mereka berbeda namun menyatu menjadi lingkaran. Itulah hidup. Jadi ingat istilah

Gadamer, lingkaran hermenuetik – saling mempengaruhi. Disatu sisi manusia lain

(suka) menumpahkan darah (kekerasan), namun disisi lain ada manusia (tak suka)

kekerasan. Hidup bersama dalam lingkaran kehidupan. Absurd jika

memikirkannya terus (maka tak usah memikirkannya). (sambil senyum-senyum).

The last but not least. Ada ungkapan indah dari salah satu mistikus Bali, Gede

Prama. Ia mengungkapkan hidup bagusnya seperti

…matahari dan bulan. berjalan, berjalan, berjalan. bercahaya, bercahaya

dan bercahaya. Tanpa berfikir akankah sampai di mana nantinya. akankah

berakhir di sebuah tujuan yang menyenangkan atau menjengkelkan. bercahaya

tanpa mengeluh apakah orang lain membuka jendelanya atau tidak. bila demikian

caranya, kelelahan lebih jarang berkunjung. kalaupun kelelahan berkunjung, kita

masih bisa duduk sebentar, tersenyum, kemudian melanjutkan perjalanan

lagi.****

Biarkan kisah ini lewat sejenak dalam hidup. Karena berbagi pengetahuan

tidak “diharamkan”. kita semua yakin hidup mengharapkan kedamaian.

12

Page 13: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam beberapa hari belakangan, berita elektronik dan online ramai

memberitakan ‘kekerasan‘ yang terjadi di dua tempat sekaligus yaitu di Cikeusik,

Pandeglang dan Temanggung, Jawa Tengah. Banyak pendapat dan komentar dari

peristiwa itu, mulai dari yang menghujat pelaku kekerasan, menyalahkan

pemerintah dan aparat, hingga mencari provokator peristiwa kekerasan tersebut.

Bagi saya yang lebih penting adalah menghilangkan akar kekerasan itu,

mengutip Mahatma Gandhi bahwa akar kekerasan itu adalah ‘Wealth without

work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce

without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics

without principles’. Yang kalau di Indonesia-kan, ‘Kekayaan tanpa kerja,

Kesenangan tanpa nurani, Pengetahuan tanpa watak, Perdagangan tanpa moralitas,

Ilmu tanpa kemanusiaan, Ibadah tanpa pengorbanan, Politik tanpa prinsip.

Sedang jenis kekerasan terbagi dalam berbagai jenis :

* Kekerasan yang dilakukan perorangan perlakuan kekerasan dengan

menggunakan fisik (kekerasan seksual), verbal (termasuk menghina), psikologis

(pelecehan), oleh seseorang dalam lingkup lingkungannya.

* Kekerasan yang dilakukan oleh negara atau kelompok, yang oleh Max

Weber didefinisikan sebagai “monopoli, legitimasi untuk melakukan kekerasan

secara sah” yakni dengan alasan untuk melaksanakan putusan pengadilan, menjaga

ketertiban umum atau dalam keadaan perang yang dapat berubah menjadi semacam

perbuatanan terorisme yang dilakukan oleh negara atau kelompok yang dapat

menjadi salah satu bentuk kekerasan ekstrem (antara lain, genosida, dll.). [6]

* Tindakan kekerasan yang tercantum dalam hukum publik yakni tindakan

kekerasan yang diancam oleh hukum pidana (sosial, ekonomi atau psikologis

(skizofrenia, dll.)).

* Kekerasan dalam politik umumnya pada setiap tindakan kekerasan

tersebut dengan suatu klaim legitimasi bahwa mereka dapat melakukannya dengan

13

Page 14: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

mengatas namakan suatu tujuan politik (revolusi, perlawanan terhadap penindasan,

hak untuk memberontak atau alasan pembunuhan terhadap raja lalim walaupun

tindakan kekerasan dapat dibenarkan dalam teori hukum untuk pembelaan diri atau

oleh doktrin hukum dalam kasus perlawanan terhadap penindasan di bawah tirani

dalam doktrin hak asasi manusia.

* Kekerasan simbolik (Bourdieu, Theory of symbolic power),[8] merupakan

tindakan kekerasan yang tak terlihat atau kekerasan secara struktural dan kultural

(Johan Galtung, Cultural Violence)[9] dalam beberapa kasus dapat pula merupakan

fenomena dalam penciptaan stigmatisasi. Kekerasan bisa merupakan suatu aktivitas

individu atau kelompok, yang disebut kekerasan individu dan kolektif. Seiring

dengan perilaku kekerasan tersebut para partisan (pihak yang terlibat) pada

umumnya akan bisa memberikan penjelasan atas tindakan mereka. Suatu persoalan

kunci yang berkaitan dengan perilaku kekerasan adalah adanya faktor penting dan

ketidakmungkinan mengetahui maksud „riil‟ (sebenarnya) orang lain

Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam

mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil kepada siapapun

karena agama yang dianut. Al-Qur‟an juga mengajarkan agar umat Islam

mengutamakan terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang di

antara umat Islam dengan umat beragama lain. Adanya kerjasama yang baik antara

umat Islam dan umat beragama lain tidaklah menjadi halangan dalam Islam

Toleransi diartikan memberikan tempat kepada pendapat yang berbeda. Pada saat

bersamaan sikap menghargai pendapat yang berbeda itu disertai dengan sikap

menahan diri atau sabar. Oleh karena itu di antara orang yang berbeda pendapat

harus memperlihatkan sikap yang sama yaitu saling mengharagai dengan sikap

yang sabar.

B. SARAN

Seandainya semua orang mau mendengarkan hati nurani, dan mau

memahami setiap hal dengan hati yang terbuka, mungkin kekejaman dan korban

tidak akan menjamur dalam sejarah kehidupan manusia.

14

Page 15: Manusia Dan Kekerasan

MANUSIA DAN KEKERASAN

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Suryadi M.P. 1984. Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar. Depdikbud: Jakarta.

Hartono Drs, dkk, 1996. Ilmu Budaya Dasar untuk Pegangan Mahasiswa, CV

pelangi: Surabaya.

M. Yudhi Batubara. 1983. Manusia dan Keadilan. Dalam M. Habib Mustopo (Ed),

Manusia dan Budaya: Kumpulan Essay Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional:

Surabaya.

Mattulada. 1979. Kebudayaan Politik dan Keadilan Sosial. LP3ES: Jakarta.

Sudrajat,Ajat.(1999). “Agama dan Masalah Kekerasan”. Makalah. UNY: Yogyakarta.

Soeyadi. M. P Drs, 1985. Ilmu Budaya Dasar Modul 1-3, UNIKA: Jakarta.

Sunoto. 1985. Menuju Filsafat Indonesia. Hanindita: Yogyakarta.

http://apunpipet.blogspot.com/2010/05/manusia-dan-kekerasan.html

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kekerasan&action=edit

http://indonesiancommunity.multiply.com/journal/item/2296/

Ideologi_Vs_Hati_Nurani

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/02/18/manusia-tanpa-kekerasan/#

http://www.muslimdaily.net/opini/3726/bom-mega-kuningancarut-marut

penangangan-kasus-terorisme

15