Manusia Berpendidikan Dan Manusia Berbudaya

10
MAKALAH SOSIO ANTROPOLOGI PENDIDIKAN Manusia Berpendidikan dan Manusia Berbudaya Kelompok V PTI Kelas F: Dwi Wuri Umiatsih (10520244003) Pradana Setialana (10520244004) Tika Novitasari (10520244030) Isni Pawening Cahyani (10520244032) Lilik Aji Permana (10520244034) Yulianti (10520244037) Setyo Artanto (10520244040)

description

Makalah Sosio Antropologi, Manusia Berpendidikan dan manusia berbudaya

Transcript of Manusia Berpendidikan Dan Manusia Berbudaya

Page 1: Manusia Berpendidikan Dan Manusia Berbudaya

MAKALAH SOSIO ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Manusia Berpendidikan dan Manusia Berbudaya

Kelompok V PTI Kelas F:

Dwi Wuri Umiatsih (10520244003)

Pradana Setialana (10520244004)

Tika Novitasari (10520244030)

Isni Pawening Cahyani (10520244032)

Lilik Aji Permana (10520244034)

Yulianti (10520244037)

Setyo Artanto (10520244040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013

Page 2: Manusia Berpendidikan Dan Manusia Berbudaya

A. PENDAHULUAN

Ada pakar yang mengatakan bahwa manusia berpendidikan berarti juga manusia

berbudaya namun ada juga pakar yang membedakan kedua hal tersebut. Kedua pendapat

tersebut melihat dua hal tersebut dari segi yang berbeda. Pendapat pertama tidak salah

karena memang seseorang yang telah berkembang sesuai dengan kebudayaannya adalah

orang yang telah memperoleh pendidikan dengan tujuan sama seperti perkembangan

pribadi di dalam kebudayaan tempat pendidikan berlangsung. Sedangkan pendapat yang

kedua terlebih dahulu mengartikan konsep manusia berpendidikan dan manusia

berbudaya.

Manusia berpendidikan (educated man) diartikan sebagai manusia yang telah

berkembang kemampuan intelektualnya karena pendidikan (sekolah) sedangkan manusia

berbudaya (civilized) diartikan sebagai manusia yang menguasai dan berperilaku sesuai

dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup di dalam

kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, pendapat yang kedua ini membedakan kedua hal

tersebut karena ada anggapan bahwa dapat saja terjadi seseorang yang berpendidikan luas

dan tinggi tetapi hidupnya tidak bermoral atau dengan kata lain berpendidikan tetapi tidak

berbudaya.

B. ISI

1. Mencari Konsep Manusia Indonesia

Mencari konsep manusia Indonesia bukanlah suatu hal yang mudah karena sifat

Indonesia yang bhinneka dan sifat manusia yang multi dimensional. Untuk

mengetahui konsep manusia Indonesia yang utuh maka perlu meneliti mengenai

hakikat manusia. Hakikat manusia dapat dilihat dari dimensi religiusnya, simbolis,

dan kesejarahannya

Dari dimensi religiusnya, manusia dapat dilihat sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Dari dimensi simbolis, manusia dapat dilihat sebagai makhluk yang mengenal nilai-

nilai estetika, etika, IPTEK, dan sebagainya. Selanjutnya dari segi dimensi

kesejarahannya, manusia adalah satu-satunya makhluk yang menyejarah sehingga

akan terus berkembang selama keberadaannya di dunia.

2. Pengembangan Manusia Indonesia Seutuhnya

Konsep pengembangan manusia seutuhnya muncul untuk mengimbangi konsep

pendidikan yang mengarah kepada spesialisasi yang sempit. Harus diakui bahwa

Page 3: Manusia Berpendidikan Dan Manusia Berbudaya

manusia bersifat unik sehingga pendidikan manusia seutuhnya belum lengkap bila

tidak dikembangkan sesuai dengan kemampuan istemewa setiap individu secara

optimal.

Pendidikan yang baik bukanlah pendidikan yang menyamaratakan manusia akan

tetapi yang pertama-tama memberikan kesempatan kepada perkembangan manusia itu

secara utuh lalu dilengkapi dengan pengembangan kemampuan khususnya.

Pendidikan umum (general education) yang biasa disebut wajib belajar bagi semua

warga negara adalah dasar pertama dan utama bagi pengembangan seorang manusia

yang utuh.

3. Rumusan Ki Hadjar Dewantara

Rumusan pendidikan Ki Hadjar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional) terkenal

dengan sebutan Pancadharma yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebangsaan,

kebudayaan, dan kemanusiaan. Asas kodrat alam mengandung arti bahwa hakikat

manusia adalah bagian dari alam semesta. Asas kemerdekaan mengandung arti

kehidupan berhubungan erat dengan ketertiban dan kedamaian. Asas kebangsaan

mengandung arti bahwa manusia harus merasa satu dengan bangsanya sendiri. Asas

kebudayaan berarti perlunya memelihara nilai-nilai dan bentuk-bentuk kebudayaan

nasional. Sedangkan asas kemanusiaan berarti tidak boleh ada permusuhan terhadap

bangsa-bangsa lain.

4. Rumusan M. Sjafei, Ruang Pendidik INS Kayutanam

Muhammad Sjafei merumuskan tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia

Indonesia memiliki seperangkat sikap sebagai berikut : (1) sifat kemanusiaan setinggi

mungkin, (2) aktivitas yang besar, (3) kecakapan dalam meniru asli dan meniru bebas,

(4) kecakapan untuk mencipta sesuatu yang baru, (5) rasa tanggung jawab terhadap

keselamatan negara dan bangsa serta kemanusiaan, (6) keyakinan demokrasi dalam

hak dan kewajiban, (7) jasmani yang sehat dan kuat, (8) keuletan yang besar, (9)

ketajaman berpikir serta logis, (10) perasaan peka dan halus. Kesepuluh sikap tersebut

menurut Muhammad Sjafei berfungsi menyiapkan peserta didik untuk memperoleh

dua surga yaitu di dunia dan di akhirat sehingga perlu disiapkan sejak sekolah dasar.

Page 4: Manusia Berpendidikan Dan Manusia Berbudaya

5. Tujuan Pendidikan Nasional

a. Undang – Undang No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar – Dasar Pendidikan dan

Pengajaran di Sekolah untuk Seluruh Indonesia

Pasal 3 tentang tujuan pendidikan dan pengajaran dirumuskan sebagai

berikut: “Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila

yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang

kesejahteraan masyarakat dan tanah air”. Rumusan ini menggambarkan suatu

terobosan dari pendidikan nasional suatu bangsa yang baru merdeka yang

menentang pendidikan intelektualistis dan tidak demokratis pada masa penjajahan

karena diabdikan kepada kepentingan kolonial, dan selanjutnya membentuk warga

negara yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

b. Pendidikan Panca Wardhana dan Sapta Usaha Tama

Menurut instruksi Menteri Muda PP & K pada tahun 1959 diluncurkan Sapta

Usaha Tama agar para pendidik dan pelajar memiliki kembali semangat dan jiwa

proklamasi dengan tujuh program. Panca Wardhana adalah sistem pendidikan

baru yang meliputi 5 prinsip : perkembangan kecerdasan, perkembangan moral

nasional, perkembangan artistik emosional, perkembangan skill (pekerjaan

tangan), dan perkembangan fisik (kesehatan/jasmani). Pendidikan merupakan alat

politik pada waktu itu sehingga tujuan luhur pendidikan yang dirumuskan melalui

Program Sapta Usaha Tama dan Panca Wardhana atau lima perkembangan tidak

dapat diwujudkan sebagaimana mestinya.

c. Rumusan Induk Sistem Pendidikan Nasional

Rumusan ini dilahirkan pada tahun 1965 di tengah-tengah pergolakan politik

di dalam masyarakat Indonesia. Di dalam rumusan induk sistem pendidikan

nasional dikemukakan mengenai lima darma bakti pendidikan dalam segala jenis

dan tingkatnya yaitu :

a. Membina manusia Indonesia baru yang berahlak tinggi (moral Pancasila)

b. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam segenap bidang dan tingkatnya

(manpower)

c. Memajukan dan mengembangkan kebudayaan nasional

d. Memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

Page 5: Manusia Berpendidikan Dan Manusia Berbudaya

e. Menggerakkan dan menyadarkan seluruh kekuatan rakyat untuk membangun

masyarakat dan manusia Indonesia baru

Pada waktu itu revolusi Indonesia dirumuskan di dalam program Trisakti

yaitu : (1) berdaulat dan bebas berpolitik, (2) berdikari di bidang ekonomi, (3)

berkepribadian nasional dalam bidang kebudayaan. Dengan kata lain, pendidikan

dijadikan sebagai alat revolusi dalam suasana berdikari dan mempersiapkan

mental dan fisik bangsa Indonesia untuk melaksanakan tujuan revolusi Indonesia.

Didalam suasana politik yang demikian tujuan pendidikan nasional dirumuskan

sebagai berikut : Tujuan pendidikan kita baik yang diselenggarakan oleh pihak

pemerintah maupun oleh pihak swasta, dari pendidikan prasekolah sampai

pendidikan tinggi, supaya melahirkan warga negara sosialis Indonesia yang susila,

bertanggungjawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan

makmur baik spiritual maupun materiil dan yang berjiwa Pancasila, yaitu : a)

Ketuhanan Yang Maha Esa, b) Prikemanusiaan yang adil dan beradab, c)

Kebangsaan, d) Kerakyatan, e) Keadilan sosial seperti yang dijelaskan dalam

MANIPOL USDEK.

d. Tujuan Pendidikan Nasional Menurut UU RI No.2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional

Rumusan didalam Pasal 4 : “Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu

manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan

rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

Arti dari “mencerdaskan kehidupan bangsa” yaitu kehidupan yang didasarkan

kepada keputusan-keputusan yang inteligen. Artinya bangsa Indonesia haruslah

diarahkan kepada suatu bangsa yang berkembang akal budinya sehingga dapat

mengambil keputusan-keputusan yang tepat. Dengan demikian kehidupan bangsa

yang diinginkan ialah suatu kehidupan yang demokratis, bukan kehidupan yang

otoriter atau feudal. Arti dari “mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya”

yaitu memberikan kesempatan pada semua manusia Indonesia untuk dapat

mengembangkan potensinya sehingga dia dapat menyumbangkan kemampuan

yang telah dikembangkan itu secara mandiri dan mantap.

Page 6: Manusia Berpendidikan Dan Manusia Berbudaya

Sayang sekali seluruh bab dan pasal di dalam undang-undang pendidikan

nasional ini tidak satupun juga yang mengatur mengenai kebudayaan maupun

unsur-unsur kebudayaan yang menjadi dasar maupun yang perlu dikembangkan

melalui sistem pendidikan nasional.

6. Praksis Pendidikan : Membentuk Manusia Indonesia Berpendidikan dan

Berbudaya

Praksis pendidikan nasional haruslah memenuhi berbagai kriteria sebagai berikut :

1. Praksis pendidikan nasional harus dan perlu mengembangkan potensi intelektual

manusia Indonesia secara umum serta kaitan kemampuan tersebut dengan

kehidupan nyata dalam lingkungan yang semakin meluas dan mendalam yaitu

lingkungan keluarga, masyarakat lokal, lingkungan pekerjaan, lingkungan

kehidupan nasional dan global.

2. Pendidikan nasional berperan dalam mengembangkan potensi yang spesifik dari

individu sesuai dengan potensi kepribadiannya.

3. Pendidikan nasional harus dan perlu mengembangkan sikap sopan santun dalam

pergaulan bermasyarakat.

4. Praksis pendidikan di semua lembaga pendidikan ialah mengembangkan manusia

Indonesia yang bermoral dalam tingkah laku yang bersumber dari kebudayaan

nasional serta iman serta takwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam

kehidupannya sehari-hari.

Praksis pendidikan di semua jenis dan jenjang pendidikan harus dan perlu

mengembangkan rasa kebangsaan Indonesia, rasa bangga menjadi orang Indonesia

yang berbudaya kebangsaan Indonesia, tanpa terperangkap dalam chavinisme yang

sempit.

C. PENUTUP

Manusia berpendidikan dan berbudaya diartikan sebagai manusia yang telah

berkembang kemampuan intelektualnya karena pendidikan (sekolah) yang menguasai dan

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang

hidup di dalam kebudayaan tersebut. Seperti rumusan pendidikan Ki Hadjar Dewantara

(Bapak Pendidikan Nasional) yang terkenal dengan sebutan Pancadharma yaitu kodrat

alam, kemerdekaan, kebangsaan, kebudayaan, dan kemanusiaan. Tujuan pendidikan

dirumuskan di berbagai rumusan para ahli maupun peraturan atau undang-undang seperti

Page 7: Manusia Berpendidikan Dan Manusia Berbudaya

Undang – Undang No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar – Dasar Pendidikan dan Pengajaran

di Sekolah untuk Seluruh Indonesia, Pendidikan Panca Wardhana dan Sapta Usaha Tama,

Rumusan Induk Sistem Pendidikan Nasional, Tujuan Pendidikan Nasional Menurut UU

RI No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk membentuk manusia

yang berpendidikan dan berbudaya tersebut diperlukan langkah yaitu mengembangkan

potensi intelektual, sopan santun dalam kehidupan social, kepribadian, kebudayaan, iman

pada Tuhan, dan rasa kebangsaan Indonesia.

D. DAFTAR PUSTAKA

Tilaar, H.A.R. 1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia.

Jakarta : PT Remaja Rosdakarya Bandung