Paud Anak Ceria Berbudaya Lingkungan

download Paud Anak Ceria Berbudaya Lingkungan

of 22

Transcript of Paud Anak Ceria Berbudaya Lingkungan

PAUD ANAK CERIA BERBUDAYA LINGKUNGANJL.Haruan Komp. Cahaya Ratu Elok. Banjarbaru -70714 Kal-Sel.

MenuSkip to content

Home Brosur Sekolah INFO PSB TA.2011/2012 Kalender Akademik Kode Etik Guru TK Misi & Visi Motivation Quota Pelatihan Pendidik Pengumuman Sekolah Tatib Pendidik Tatib Siswa Undangan dan Kunjungan

Pembentukan Gugus PAUD 2011Posted on December 26, 2011 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) RI sejak awal tahun 2011 telah menggagas tiga program untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Ketiga program tersebut yakni menciptakan PAUD Terpadu, Memaksimalkan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) serta Pembentukan dan Pembinaan Gugus PAUD di seluruh Indonesia. Pembentukan dan pembinaan Gugus PAUD saat ini menjadi sebuah kebutuhan, terutama oleh para pendidik dan tenaga kependidikan PAUD. Semakin berkembangnya jumlah lembaga PAUD yang ada sekarang ini merupakan salah satu indikator makin sadarnya masyarakat akan pentingnya PAUD bagi tumbuh kembang anak. Peningkatan jumlah lembaga PAUD secara otomatis meningkat pula jumlah tenaga pendidiknya. Masalahnya pengalaman, kemampuan dan latar belakang pendidikan tenaga pendidik PAUD sangat bervariasi, sehingga perlu adanya sebuah wadah yang dapat menjembatani kesenjangan tersebut agar para pendidik PAUD dapat memberikan layanan maksimal kepada peserta didiknya. Gugus PAUD adalah sebuah solusi untuk menjembatani perbedaan pengalaman, kemampuan dan latar belakang pendidikan tenaga pendidik PAUD. Gugus PAUD merupakan wadah strategi yang dibangun dari, oleh, dan untuk pendidik dan tenaga kependidikan. Gugus PAUD memiliki fungsi strategis dalam hal penyamaan persepsi

antar pendidik anggota gugus, saling bertukar informasi tentang pemecahan masalah dalam berbagai hal utamanya yang terkait dengan peningkatan kualitas layanan PAUD. Gugus juga berfungsi sebagai bengkel kerja guru dalam melakukan pengembangan kreativitas untuk menghasilkan berbagai inovasi pengelolaan lembaga dan pembelajaran. Mengingat Gugus PAUD menyentuh langsung keberadaan pendidik dan pengelola PAUD, maka keberadaan gugus dapat dioptimalkan sebagai sarana pembinaan kinerja guru yang lebih efektif dan efisien. Keberadaan Gugus PAUD yang anggotanya terdiri TK, Kober, TPA dan SPS tersebut, secara teknis juga bisa menjadi solusi dari adanya perbedaan persepsi antara PAUD Formal dengan PAUD Nonformal. Diakui atau tidak, kenyataan di lapangan sering terjadi permasalahan antara PAUD Formal dengan PAUD Nonformal salah satunya adalah yang menyangkut masalah rebutan murid. Dengan bersatunya PAUD Formal dengan PAUD Nonformal dalam satu gugus, maka diharapkan segala permasalahan yang ada selama ini dapat diminimalisir, yang ada sekarang adalah bagaimana membangun dan memajukan PAUD secara bersamasama untuk mencetak generasi penerus yang berkualitas, tidak ada lagi dikotomi PAUD Formal dan Nonformal. Sumber : http://ipisumedang.blogspot.com Posted in Uncategorized | Leave a comment

Anak saya hyperaktif atau tidak sih ?Posted on December 8, 2011 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU Dianugerahi seorang anak adalah suatu karunia yang tak terkira bagi pasangan suami istri. Namun dalam membesarkan seorang anak, tak jarang berbagai masalah timbul. Salah satunya adalah perilaku anak yang hiperaktif. Saat ini tak jarang seorang ibu mengeluhkan perilaku anaknya, baik putera maupun puteri, yang terlalu aktif, tidak bisa diam seperti baterai yang tak habis-habisnya. Anak hanya terlihat tenang bila ia sedang tidur. T : Apakah perilaku hiperaktif itu normal terjadi dalam perkembangan seorang anak ? Anak atau balita yang terlihat aktif adalah suatu yang wajar karena pada usia balita anak sedang giat-giatnya melakukan eksplorasi lingkungan. Dalam rentang usia itu anak berada dalam fase otonomi atau mencari rasa puas melalui aktivitas geraknya. Tetapi bila ia terlalu aktif atau HIPERAKTIF, perlu diteliti lebih lanjut apakah aktivitasnya itu normal atau tidak. T : Bagaimana membedakannya perilaku aktif normal dan yang hiperaktif ? Hiperaktif yang termasuk gangguan perilaku disebut dengan Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Suatu penelitian di Bandung tahun 2005 menemukan 3-5% anak usia SD mengalami gangguan ini. Kondisi ini menyebabkan seorang anak atau orang dewasa mengalami gangguan dalam mengatur tingkat aktivitasnya, melakukan kontrol perilaku atau mengerjakan suatu tugas hingga tuntas seperti rekan sebayanya. Ciri-cirinya yang khas adalah sulit berkonsentrasi, selalu bergerak aktif tanpa tujuan yang jelas serta berperilaku impulsif pada setiap situasi. T : Bagaimana cara menentukan apakah anak memang mengalami ADHD atau tidak ? Ahli yang dapat memberikan diagnosis ADHD ini adalah seorang dokter anak, dokter keluarga, dokter jiwa anak, psikolog dan ahli saraf anak. Tidak ada tes yang bisa dilakukan untuk menentukan ADHD ini namun orang tua akan diberikan serangkaian pertanyaan yang menggambarkan perilaku anak, baik di rumah maupun di sekolah. Guru sekolah juga akan dimintai konfirmasinya. Perilaku anak akan diobservasi untuk melihat kecenderungan defisit

konsentrasi, hiperaktivitas dan impulsivitasnya. Bila terdapat 6 (atau lebih) gejala di bawah ini dan telah menetap minimal 6 bulan terakhir serta tidak sesuai dengan usia perkembangan dan kemampuan adaptasi menurut umur maka anak akan dikatakan mengalami ADHD. Gejalanya secara lengkap adalah : 1. Defisit perhatian 1. Sering melakukan kecerobohan atau gagal menyimak hal yang rinci dan sering membuat kesalahan karena tidak cermat. 2. Sering sulit memusatkan perhatian secara terus-menerus dalam suatu aktivitas. 3. Sering tampak tidak mendengarkan kalau diajak bicara. 4. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas. 5. Sering sulit mengatur kegiatan maupun tugas. 6. Sering menghindar, tidak menyukai, atau enggan melakukan tugas yang butuh pemikiran yang cukup lama. 7. Sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk melakukan tugas. 8. Sering mudah beralih perhatian oleh rangsang dari luar. 9. Sering lupa dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari. 2. Hiperaktivitas dan impulsivitas Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis. Sering terlalu banyak bicara. Sering terlalu cepat memberi jawaban ketika ditanya, padahal pertanyaan belum selesai. Sering sulit menunggu giliran. Sering memotong atau menyela pembicaraan.

Beberapa gejala sudah dijumpai sebelum anak berusia 7 tahun, dijumpai baik di sekolah maupun di rumah dan mengganggu secara nyata kehidupan sosial, akademik dan pekerjaan sehari-hari. Juga tidak merupakan bagian dari kondisi lain seperti autisme, kurang pendengaran, retardasi mental atau kecerdasan berlebih. T : Apa penyebab perilaku hiperaktif ini ? Apa benar antara lain disebabkan oleh susu formula merek tertentu ? Penyebab gangguan ini adalah suatu kelainan pada otak yang menyebabkan kurangnya senyawa kimia tertentu, penghantar rangsang saraf di otak. Gangguan ini bersifat genetik, jadi tidak benar susu merek tertentu menyebabkan perilaku ini. Kecenderungan perilaku hiperaktif ini sudah dimiliki anak sejak dalam kandungan. Perilaku ini juga bukan disebabkan oleh sistem pengasuhan orangtua yang buruk atau terlalu banyak makan gula atau kafein. T : Apakah perilaku ini bisa hilang sendiri dengan bertambahnya usia ?

Pada masa lalu para dokter beranggapan bahwa perilaku ini akan hilang sendiri sejalan dengan bertambahnya usia anak. Namun penelitian yang dilakukan kemudian memberi bukti bahwa gangguan ini tidak bisa hilang dengan sendirinya karena memang terdapat gangguan di otak anak. Bahkan sekitar 20% kasus, perilaku ini menetap hingga usia dewasa dan menyebabkan individu ini mudah terpengaruh perilaku tidak menguntungkan seperti memakai narkoba, sering berpindah-pindah pekerjaan, mudah mengalami konflik dengan pasangan hidup atau rekan kerjanya. T : Menurut suatu artikel, anak hiperaktif harus minum obat terus menerus, apakah ini akan menyebabkan kecanduan obat ? Penanganan anak hiperaktif harus dilakukan secara holistik tidak saja melibatkan dokter anak atau konsultan saraf anak atau psikiater, tetapi juga psikolog, terapis perilaku, guru dan tentu saja orangtua dan keluarga. Pertama kali anak akan dievaluasi terlebih dahulu apakah benar anak mengalami ADHD ? Bila ya, sejauh mana gangguan ini menganggu perkembangan dan kehidupan sehari-harinya. Bila gangguannya ringan, misalnya anak masih bisa berkonsentrasi dalam rentang waktu tertentu, masih bisa menerima instruksi dan perilaku impulsifnya jarang keluar, obat tidak perlu diberikan namun anak akan memperoleh serangkaian terapi perilaku. Bila terpaksa harus minum obat, dokter akan mengawasi dosis, lama pemberian dan hasil yang dicapai sehingga tidak mungkin menyebabkan kecanduan atau efek samping yang lain. T : Penanganan apa yang akan dilakukan untuk anak ADHD ? Setelah dilakukan evaluasi, akan ditentukan apakah anak akan mendapat terapi perilaku saja atau harus disertai dengan minum obat. Jenis terapi ditentukan juga oleh kondisi lain yang dapat menyertai gangguan ADHD ini seperti gangguan oppositional defiant and conduct, depresi, kecemasan, gangguan kognitif. Tujuan dari penanganan ADHD adalah agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan normal, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan sosial lainnya. T : Apa yang harus dilakukan oleh orang tua bila anaknya diketahui mengalami ADHD ? 1. Terimalah kondisi anak Inilah hal pertama dan terpenting yang perlu dilakukan orang tua. Bila sudah dapat menerima kondisi anak, orang tua akan lebih baik dalam melakukan penanganan selanjutnya. Sadari bahwa anak bukan ingin seperti itu melainkan kondisi otaknya yang sudah demikian sehingga muncul perilaku yang kurang positif. Orang tua penderita pun disarankan untuk tidak menyimpan permasalahannya sendiri. Curhat pada seseorang yang dianggap bisa membantu, meski sekadar untuk mendengarkan cerita, sedikit banyak dapat meringankan beban masalah. Curhat terkadang bisa menjadi sarana cooling down bagi orang tua sehingga tindakan yang dilakukan lebih lanjut bisa berjalan dengan lebih baik. Kerja sama antara suami-istri harus dijalin dengan baik agar anak dapat tertangani dengan baik. Akan sangat membantu bila anggota keluarga lain, seperti kakek-nenek atau kerabat lainnya memahami apa yang kita hadapi. 2. Perbaiki perilaku anak Hal lain yang perlu penanganan segera adalah perilaku anak yang destruktif agar perilakunya lebih terarah. Untuk ini tentu diperlukan bantuan ahli seperti psikolog. Pada umumnya, saran yang diberikan ahli adalah menyalurkan energi anak pada kegiatankegiatan positif yang ia sukai. Bila bosan, ganti dengan yang lain lagi. Intinya, usahakan energinya habis untuk kegiatan yang positif.

3. Terapi Bila gangguan yang dialami tergolong parah, biasanya akan dilakukan terapi perilaku, seperti terapi psikososial, educational therapy, occasional therapy, dan psikoterapi. Dalam terapi seperti itu anak akan diajarkan perilaku mana yang boleh dan tidak. Obat-obatan sedapat mungkin dihindari karena memiliki efek samping, seperti mengantuk, nafsu makan berkurang, sulit tidur, tik (semacam kedutan), nyeri perut, sakit kepala, cemas, perasaan tidak nyaman, serta menghambat kreativitas. Pemberian obat dalam jangka panjang juga bisa menimbulkan efek negatif pada sistem saraf, yakni menyebabkan ketergantungan obat, bahkan sampai ia dewasa. Obat baru digunakan bila dalam kondisi terpaksa. 4. Sediakan sarana Untuk mengantisipasi gerakan-gerakan anak dengan gangguan hiperaktivitas yang tidak bisa diam, sebaiknya ruangan untuk anak bermain dirancang sedemikian rupa agar tidak terlalu sempit serta tidak dipenuhi banyak barang dan pajangan. Hal ini untuk menghindari kejadiankejadian yang tidak diharapkan, seperti anak terbentur, tersandung, atau bahkan memecahkan barang-barang berharga. Bila memang tersedia, halaman luas sangat baik untuk memberikan kebebasan bergerak bagi penderita. T : Sebagian orang tua tidak menginginkan anak mendapat obat untuk jangka panjang. Apakah ada usaha mengubah perilaku anak ADHD tanpa obat ? Untungnya ada, dengan teknik Behavior Therapy atau Behavior Modification. Teknik ini dapat dilakukan sendiri tanpa obat atau digabung dengan pemberian obat. Behavior Modification dilatihkan kepada orang tua, guru dan anak. Untuk melakukan Behavior Modification, beberapa hal harus diingat : 1. Perilaku tidak dapat diubah dalam sekejap. Mulailah dengan tujuan konkrit yang sederhana dan dapat dicapai oleh anak. 2. Konsisten. Harus konsisten kapan saja, dimana saja, siapa saja. Bila anak meminta sesuatu, lalu ditolak oleh ibu tetapi diperbolehkan oleh ayah, akibatnya anak akan menjadi bingung. 3. Lakukan untuk jangka panjang, bukan hanya satu-dua bulan. 4. Mengajar dan belajar perilaku baru memerlukan waktu dan dari waktu ke waktu anak akan bertambah baik. T : Apakah dapat dijelaskan, bagaimana pelaksanaan Behavior Modification itu ? Pengajaran teknik Behavior Modification kepada orang tua sebenarnya mirip dengan teknik Good Parenting yang sangat masuk akal dan seringkali sudah dikerjakan secara naluriah. Beberapa teknik yang dapat dipelajari, misalnya : 1. Membuat dan menerapkan peraturan di rumah. 2. Belajar memuji bila anak melakukan hal yang baik dan benar, tidak mengambil hati bila anak berperilaku buruk. 3. Memerintah atau menyuruh anak dengan baik. 4. Merencanakan bepergian bersama anak ke tempat ramai. Di sekolah, teknik tertentu juga dapat dipelajari, misalnya bagaimana berteman baik, memberi tambahan kemampuan baru di bidang olahraga dan permainan, mengajarkan kemampuan bersosialisasi dan memecahkan masalah dan lain-lain. Posted in Uncategorized | Leave a comment

Theories of Interactive LearningPosted on November 6, 2011 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU Interactive learning is an educational approach that promotes active participation among students. In contrast to traditional structures that emphasize passivity among students, interactive learning is often student-led, encouraging debate and analysis of course content. Learning theories help to develop education by raising and responding to theoretical issues arising in education.

Constructivism Theory

For constructivist theorists, understanding is shaped by personal experience. The underlying principle is that we each construct mental models through which we interpret the surrounding environment. Learning is an interactive process that involves adapting our mental frameworks to accommodate fresh information. Rather than teaching what is right, strategies focus on how students construct meaning. According to NDT Resource Center, teaching often incorporates a variety of techniques to engage a learners unique learning style, including collaborative learning and direct instruction. The intention is to develop a students contextual understanding of a subject. Theorists advocate a customized curriculum with learning strategies actively encouraging oral participation and problem solving among students.

Holistic Learning Theory Holistic learning theory is a sensory-rich approach, which seeks to stimulate the student as a whole. According to its core principle, effective learning should engage all personality elements including the intellect, emotions and intuition. Teaching models often prioritize student interaction at all levels, in contrast to hierarchical structures that emphasize obedience and intellectual superiority. The experimental learning cycle is a common technique used to emphasize experience, cognition, perception and behavior. LearningTheories.com notes that it outlines how experience is translated into concepts through employing the four sequential stages of concrete experience, observation and reflection, forming new concepts and testing new situations.

Action Learning Theory For action learning theorists, learning is inextricably linked with real-world experiences. This approach emphasizes interaction by promoting small cooperative groups, which convene to collectively reflect on the life-issues of each member. According to its architect, Reg Revans, action within the realworld is key to learning. Oxford Brookes notes that the interrogative nature of action learning helps members to strengthen their problem solving skills.

Sensory Stimulation Theory Sensory stimulation theory asserts that learning should actively interact with the senses. According to Oxford Brookes, visual learning is the most effective, with three quarters of people acquiring knowledge through what they see. Greater learning, however, is achieved through engaging several senses. Sensory stimulation theory suggests teaching with a several visual images, colors and media to stimulate learning.

Reinforcement Theory

For reinforcement theory, learning is a consequence of conditioned behavior. A branch of behavioral psychology, it asserts that learning is improved through reinforced behavior. For example, positive reinforcement techniques (such as verbal recognition) encourage students to repeat particular learning strategies, while negative reinforcement discourages others. Many contemporary strategies, such as repetition of multiplication tables, are based on reinforcement theory.

Read more: Theories on Interactive Learning | eHow.com http://www.ehow.com/info_7953175_theories-interactive-learning.html#ixzz1cu99NiiS

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Jangan Cemas Jika Anak Terlambat BicaraPosted on October 18, 2011 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU Rasanya sering banget, kita mendengar anak yang dah umur 2 hingga 2,5 tahun belum bisa bicara dengan lancar. Hanya potongan-potongan kata yang dia ucapkan, dan itupun tidak terucap dengan jelas. Padahal sesuai tahapan perkembangannya, anak usia 1,5 tahun seharusnya paling tidak sudah bisa menggunakan minimal 5 kosa kata yang konsisten seperti papa, mama, apa dsb. Selanjutnya secara bertahap pada usia 2 tahun anak mempunyai 2 lusin kata yang dapat dirangkai sederhana. Dari beberapa kasus yang terjadi di masyarakat umum, anak yang terlambat bicara adalah hal yang biasa dan bukan merupakan kelainan. Selain itu kita dianjurkan untuk jangan terlalu membandingkan anak kita dengan anak-anak yang lain, karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda (kayanya untuk yang satu ini bener juga sich.). Namun adanya anggapan bahwa kematangan anak perempuan lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki, juga menjadi faktor mengapa anak lambat bicara adalah hal yang biasa. Anak keponakan saya yang bernama Nashih Ulwan merupakan salah satu dari sekian anak yang mengalami keterlambatan bicara tersebut. Setelah konsultasi ke dokter anak di RS PKT, maka Nashih dianjurkan untuk mengikuti terapi khusus selama order pills online without prescription beberapa bulan dan Alhamdulillah sekarang dia sudah dapat bicara dengan normal dan sempurna. Dari beberapa informasi yang saya baca, anak yang terlambat bicara biasanya terlalu aktif bergerak sehingga anak kurang konsentrasi dan fokus, hal ini memperlambat proses imitasi (meniru) atau istilah kedokterannya anak mengalami ADHAD (Attention Deficit and Hiperactivity Disorder). Anak akan lebih suka bereksperi lewat gerakan, senyuman dan tangisan tetapi jarang menyampaikan sesuatu secara verbal. Sebagai orang tua (terutama ibu kali ya ) ada baiknya untuk lebih tanggap dan memperhatikan ketika anak kita mengalami keterlambatan bicara. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : 1. Konsultasi dengan dokter/psikolog/psikiater tentang apa yang seharusnya dikuasai oleh anak pada usia tetetentu. Usahakan mencari the second opinion untuk memperkuat pernyataan dokter yang lain dan memperkaya informasi tentang kondisi anak kita yang sebenarnya.

2. Jangan biarkan anak terlalu lama menonton TV, karena akan berdampak kurang baik terhadap perkembangan anak. Ketika menonton TV, anak merasa nyaman dengan tayangan gambar yang begitu menarik dengan gambar yang selalu bergerak dan penuh dengan warna. Hal itu dapat menyebabkan berkurangnya ketertarikan anak pada obyek-obyek yang statis/kurang menarik/ kurang berwarna yang ada di lingkungan sekitarnya. Akibatnya anak cenderung menjadi pasif, kurang peka dan kurang fokus ketika berinteraksi denganh lingkungannya. Sedangkan yang dibutuhkan anak agar dapat mengadopsi kata-kata dari orang lain adalah dengan cara imitasi (meniru). Dalam proses imitasi diperlukan sensitifitas, keaktifan dan konsentrasi. 3. Sediakan waktu mengajak anak berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Hal ini akan merangsang anak agar lebih termotivasi untuk belajar bicara, karena bermain bersama anak-anak yang lain membutuhkan kemampuan komunikasi verbal. 4. Selalu Menstimulasi dengan mengajak anak berkomunikasi meskipun anak belum mampu berbicara dengan baik. Masa BATITA adalah masa meniru, sehingga ketika orang tua intens mengajaknya berbicara pasti kosa kata anak semakin banyak pula. 5. Mengajarkan kata kepada anak dengan kata-kata yang jelas (intonasi, bentuk mulut/bibir saat mengucapkannya). Contoh : makan bukan maem atau mamam, minum bukan mik atau num, susu bukan cucu, dsb. Semoga informasi ini bisa memberikan manfaat buat kita semua, khususnya para ibu yang mungkin waktu bermainnya bersama buah hati hanya pada hari sabtu dan minggu. Read more: http://doktersehat.com/jangan-cemas-dulu-bila-anak-terlambat-berbicara/#ixzz1b5hyWmsb Posted in Uncategorized | Leave a comment

Si Kecil Kok Belum Bicara ?Posted on October 18, 2011 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU Deteksi dini keterlambatan bicara sangat penting agar intervensi dan stimulasi untuk mengejar ketinggalan dapat segera dilakukan. Orang tua sebaiknya bersabar untuk memperkenalkan dua bahasa itu pada anaknya. Sion (29 tahun) khawatir. Joshua (2 tahun, 4 bulan) anaknya, belum juga dapat berbicara sepatah kata pun. Joshua hanya bisa menunjuk-nunjuk dan mengeluarkan suara uh..uh, ketika menginginkan sesuatu. Sementara teman-temannya yang lain sudah bisa mengucapkan kalimat pendek seperti aku mau makan, atau, aku mau pipis. Sempat timbul keinginan Sion untuk membawa Joshua kepada profesional. Sekedar untuk mengkonsultasikan keadaan anaknya. Namun, orang-orang di sekitarnya seperti tidak mendukung, tenang saja, nanti juga bisa. Kamu terlalu khawatir aja akhirnya ibu yang tinggal di wilayah Jakarta Timur ini pun menurut. Dia tak memeriksakan anaknya untuk mencari tahu keterlambatan bicara anak pertamanya itu. Menurut dr. I Gusti Ayu Partiwi Surjadi SpA. MARS, memang ada kasus keterlambatan bicara yang bersifat genetik, yang memang boleh ditunggu. Tetapi kita mesti benar-benar yakin bahwa keterlambatan itu benar-benar genetik dan boleh ditunggu, Kata dokter Tiwi. Untuk mengetahui apakah kemampuan bicara bayi akan berkembang normal, antara lain dapat dideteksi melalui pendengarannya. Yakinkan bahwa pendengaran bayi normal karena pendengaran yang baik merupakan salah satu persyaratan untuk bicara, Tiwi menambahkan. Fungsi pendengaran dapat dinilai dengan melakukan screening pendengaran bahkan sejak

bayi baru lahir. Respon bayi terhadap lonceng atau suara merupakan petanda pendengaran bahwa fungsi pendengran bayi baik. Masalah terlambat bicara menurut Tiwi memang sering kali terlambat terdiagnosis. Padahal deteksi dini gangguan perkembangan secara keseluruhan, termasuk terlambat bicara, sangat penting diketahui sedini mungkin, kata dokter dari RS Bunda Jakarta ini. Sehingga bila terjadi gangguan dapat segera dikoreksi, karena otak berkembang sangat cepat di tahun pertama dan kedua. Bila gangguan perkembangan diketahui di tahun pertama, intervensi atau stimulasi yang dilakukan pada bayi atau anak akan sangat bermanfaat, karena otak masih sangat sensitif dengan stimulasi yang diberikan, katanya menjelaskan. Rangsangan atau stimulasi perbaikan yang diberikan diharapkan dapat mengejar segala bentuk keterlambatan di tahun pertama atau kedua. Tentu saja semua tergantung jenis keterlambatannya atau berat ringannya gangguan perkembangan, katanya menambahkan. Seni Septiana Sinaga, Psi mengatakan jika keterlambatan bicara tidak dideteksi sejak dini, maka kerusakan yang ditimbulkan bisa jauh lebih besar. Ekspektasi terhadap anak 2 tahun tentu berbeda dengan anak 3 tahun. Apalagi kalau sudah mau masuk TK atau SD, kata psikolog perkembangan anak dari Klinik Kancil ini. Psikolog Jacinta F Rini memaparkan bahwa bicara adalah media utama dalam mengekspresikan diri, untuk bisa dimengerti orang lain, orang tua, guru dan teman-temannya. Bila media itu mengalami masalah, maka bisa membuat anak menjadi frustasi. Mungkin pula ia akan merasa frustasi dan malu karena teman-temannya memperlakukan dia secara berbeda, entah mengucilkan atau pun membuatnya menjadi bahan tertawaan, ungkap Jacinta dalam artikelnya Keterlambatan Bicara yang dipublikasikan di situs e-psikologi. Jika tidak ada yang bisa mengerti apa yang diinginkan atau dimaksud anak, maka tak mengherankan jika lama kelamaan anak itu akan berhenti untuk berusaha membuat orang lain mengerti. Padahal, belajar melalui proses penting dalam menjadikan seorang manusia bertumbuh dan berhasil menjadi orang seperti yang diharapkannya, Jacinta menegaskan. Penyebab Keterlambatan Bicara Seperti dipaparkan oleh Jacinta, gangguan keterlambatan bicara adalah istilah yang dipergunakan untuk mendeskripsikan adanya hambatan pada kemampuan bicara dan perkembangan bahasa pada anak-anak, tanpa disertai keterlambatan aspek perkembangan lainnya. Pada umumnya mereka mempunyi perkembangan intelegensi dan sosial-emosional yang normal. Menurut penelitian masalah ini terjadi atau dialami 5 sampai 10 persen anakanak usia prasekolah dan lebih cenderung dialami oleh anak laki-laki daripada perempuan , urai Jacinta menambahkan. Penyebab terlambat bicara menurut Tiwi, ada yang bersifat sentral (gangguan pada otak), ada yang karena penyebab perifir (alat pendengaran yang terganggu), tetapi bisa juga karena bersifat genetik (masalah keturunan). Anak autis seringkali memberikan manifestasi awal terlambat bicara, ujarnya. Orang tua sering membawa anak dengan gangguan perkembangan pervasive development disorder not other specified (PDD NOS) yang sering disebut sebagai autisme ke dokter atau ahli perkembangan karena anak belum bisa bicara. Sementara penyebab autisme sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Tiwi menambahkan, orang tua dengan dwi bahasa sebaiknya bersabar untuk memperkenalkan dua bahasa itu pada anaknya. Sebab beberapa kasus menunjukkan bahwa anak yang diperkenalkan bahasa bilingual sejak bayi kadang-kadang bisa menjadi terlambat bicara. Kalau belum yakin perkembangan interaksi atau komunikasinya normal atau tidak, sebaiknya memakai satu bahasa saja pada anak, katanya menganjurkan.

Menurut Seni, banyak anak yang terlambat bicara, karena anak tidak mengalami proses perkembangan secara alami. Misalnya seharusnya anak ditetah, malah diberi baby walker, anak tidak pernah merasakan yang kasar atau lunak, karena selalu harus merasakan yang halus-halus dan bersih sehingga anak menjadi hipersensitif. Anak usia 9 bulan seharusnya sudah mulai makan makanan yang agak kasar, tetapi karena orang tuanya khawatir anaknya kurus, anak diberi makanan halus terlalu lama. Hal ini akan menyebabkan daerah di sekitar mulut dan lidah yang digunakan juga untuk bicara menjadi kurang terlatih. Anak usia diatas 2 tahun seharusnya juga sudah berhenti minum ASI, sehingga mulutnya tidak hanya terbiasa dengan yang kenyal-kenyal saja. Ia harus sudah mencoba sedotan atau cangkir dan bukan diberi dot agar daerah di sekitar mulutnya dapat terangsang dengan baik. Begitu juga jika ada tahapan perkembangan anak yang terlewati. Misalnya, anak belum merangkak, tetapi sudah ingin berdiri. Kalau ada tahapan yang terlongkapi, potensi masalah yang ditimbulkan bukan hanya keterlambatan bicara, tetapi bisa juga gangguan yang lain. Atau, bisa saja bahasanya tidak terlambat, tetapi mengalami keterlambatan atau bermasalah dalam mengendalikan atensinya, kata Seni menerangkan. Sejauh ini, papar Jacinta, kebanyakan nonton televisi pada anak-anak usia balita juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab anak mengalami gangguan keterlambatan bicara, Terlalu banyak menonton TV, menurutnya, merupakan faktor yang membuat anak menjadi pendengar pasif. Pada saat nonton televisi, anak akan lebih sebagai pihak yang menerima tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Belum lagi suguhan yang ditayangkan berisi adegan-adegan yang sering kali tidak dimengerti oleh anak, bahkan mungkin traumatis, urainya panjang lebar. Pengalaman traumatis bisa akibat menyaksikan adegan perkelahian, kekerasan, seksual atau pun acara yang tidak disangka-sangka memberi kesan yang mendalam pada anak, karena egosentrisme yang kuat pada anak dan kemampuan kognitif yang masih belum berkembang. Akibatnya, anak tidak mengalami periode tertentu yang seharusnya otak mendapat banyak stimulasi dari lingkungan dan orang tua, untuk kemudian memberikan feedback kembali. Karena yang lebih banyak memberikan stimulasi adalah televisi (yang tidak membutuhkan respon apa-apa dari penontonnya), maka sel-sel otak yang mengurusi masalah bahasa dan bicara kan terhambat perkembangannya. Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua menurut Jacinta, juga memiliki peran yang penting dalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang sangat baik. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si anak ikut berperan dalam menambah pembendaharan kata, memacu untuk berpikir logis, menganalisis dan membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekali pun, jelasnya. Sebaliknya jika orang tua sering malas mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu dua patah kata saja. Apalagi bila pembicaraan itu lebih banyak instruksi ketimbang dialog. Anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri sejak dini (lebih banyak menjadi pendengar pasif) karena orang tua terlalu memaksakan dan memasukkan segala intruksi, pandangan atau keinginan mereka sendiri tanpa memberi kesempatan pada anaknya untuk memberi kesempatan pada anaknya untuk memberi umpan balik juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara serta menggunakan kalimat dan berbahasa, katanya lagi. Parameter Keterlambatan Bicara Jika pada usia 6 bulan, bayi tidak melirik atau menoleh pada sumber suara yang datang dari belakang atau sampingnya, atau di usia 10 bulan bayi tidak merespon bila dipanggil namanya, Anda harus waspada. Begitu juga jika pada usia 15 bulan, anak tidak mengerti atau

merespon terhadap kita tidak atau jangan, atau tidak merespon terhadap perintah duduk, ke sini, atau berdiri di usianya yang ke 21 bulan. Perlu diwaspadai juga jika si kecil yang berusia 2 tahun tidak dapat menunjuk dan menyebutkan bagian tubuh seperti mulut, hidung, mata, atau kuping. Selain itu, di usia 2 tahun, menurut Seni anak seharusnya sudah bisa merangkai 3 kata seperti, aku mau minum, atau aku mau pipis. Kalau dapat mengucapkan kata minum atau makan, tetapi tidak jelas berarti anak kurang perangsangan. Tetapi, kalau anak hanya bisa mengucapkan uuh atau aah, jangan tunda lagi, sebaiknya anak itu segera dibawa ke ahli, kata Sebi menjelaskan. Evaluasi dan Pemeriksaan Menurut Jacinta, jika orang tua mencurigai anaknya mengalami hambatan bicara, maka hal ini haruslah diteliti dan diperiksa oleh ahli yang memang berkompeten di bidangnya, sehingga terjadinya salah diagnosa dan penanganan dapat dihindar. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan lengkap dari aspek-aspek fisiologis dan neurologis serta psikologis. Seperti dipaparkan Jacinta, pada tahapan pemeriksaan aspek fisiologis dan neurologis, dokter memeriksa secara menyeluruh, untuk mengetahui apakah keterlambatan tersebut disebabkan masalah pada alat pendengaran, sistem pendengarannya, atau pun pada areal otak yang mengatur mekanisme pendengaran, bicara dan otak yang memproduksi kemampuan berbicara. Pemeriksaan lengkap akan menghasilkan diagnosa yang jauh lebih pasti tidak hanya faktor penghambatnya, namun juga metode penanganannya yang paling sesuai untuk anak yang bersangkutan, jelas Jacinta. Pemeriksaan secara psikologis menurutnya juga diperlukan untuk memahami fungsi-fungsi lain yang berhubungan dengan kemampuan berbicara dan berbahasa, seperti tingkat intelegensi serta tingkat perkembangan sosialemosional anak. Pemeriksaan secara psikologis ini juga dimaksudkan untuk melihat sejauh mana pengaruh dari hambatan yang dialami anak terhadap kemampuan emosional dan intelektualnya. Pemeriksaan ini juga harus berpengalaman dalam menangani anak dengan masalah keterlambatan bicara, papar Jacinta. Setelah hasil pemeriksaan keluar, maka orang tua dengan rekomendasi ahli dapat mengambil langkah tepat seperti misalnya, melakukan terapi bicara atau jika usia anak sudah harus sekolah, maka dimasukkan pada sekolah yang dapat memberikan perlakuan dan perhatian yang tepat sesuai dengan masalah anak tersebut. Dr. I Gusti Ayu Partiwi Surjadi SpA. MARS, Direktur Rumah Sakit Bunda Jakarta memberikan panduan tahapan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa anak berdasarkan usia seperti dijabarkannya sebagi berikut: 0-1 bulan Bayi merespon saat mendengar suara, dengan melebarkan mata, perubahan irama pernafasan, atau kecepatan menghisap susu. 2-3 bulan Bayi merespon dengan memperhatikan dan mendengar orang yang sedang bicara. 4 bulan Menoleh atau mencari suara orang yang memanggil namanya. 6-9 bulan Berceloteh (babbling), dan mengerti bila namanya disebut. 9 bulan Mengerti arti kata jangan. 10-12 bulan

Meniru suara, mengucapkan mama/papa dari tidak mengerti, mulai mengerti, sampai bisa menirukan 2-3 kata. Sampai si kecil mengerti perintah seperti ayo berikan pada saya. 13-15 bulan Perbendaharan 4-7 kata, 20 persen ucapannya mulai dimengerti orang lain. 16-18 bulan Perbendaharaan 10 kata, beberapa ekolalia (meniru kata yang diucapkan orang lain) dan 25 persen ucapannya dapat dimengerti orang lain 22-24 bulan Perbendaharaan 50 kata, kalimat 2 kata, 75 persen kata-katanya dapat dimengerti orang lain. 2-2.5 tahun Perbendaharaan kurang lebih 40 kata, termasuk nama kalimat 2-3 kata, mengerti 2 perintah sederhana sekaligus. 3-4 tahun Kalimat dengan 3-6 kata, bertanya, bercerita, berhubungan dengan pengalaman, ucapannya hampir semua dimengerti orang lain. 4-5 tahun Kalimat dengan 6-8 kata, menyebut 4 warna, menghitung sampai 10. Posted in Uncategorized | Leave a comment

Tips Mengurangi Kadar Racun dalam Mie InstanPosted on September 30, 2011 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU Berikut adalah cara mengkonsumsi mie instant agar lebih aman untuk kesehatan: 1. Para penggemar Mie Instan, pastikan Anda punya selang waktu paling tidak 3(tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi Mi Instan, jika Anda akan mengkonsumsinya lagi. Dari Informasi kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mie instan. Itu sebabnya mengapa Mie Instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Mengkonsumsi Mie Instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkit kanker. Hal ini disebabkan karena adanya lilin dalam Mi Instan tersebut. bahwa tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan lilin tersebut. Jika kita perhatikan Mie China yang berwarna kuning yang biasa ditemukan di pasar, dari hasil pengamatan, mie yang belum dimasak tersebut akan terlihat seperti berminyak. Lapisan minyak ini akan menghindari lengketnya mi tersebut satu dengan lainnya. Mie Wonton yang masih mentah biasanya ditaburkan tepung agar terhindar dari lengket. Ketika tukang masak akan memasak mie, dia memasaknya pertama-tama dalam air panas, kemudian ditiriskan dengan air dingin sebelum dimasak dengan air panas lagi. Memasak dan meniriskan dengan cara ini akan dapat menghindari lengketnya mie tersebut satu sama lainnya. Tukang masak memberikan minyak dan saos pada mie tersebut agar tidak menjadi lengket ketika akan dikonsumsi secara kering (tanpa kuah). Aturan masak dalam membuat Spaghetti (Mi dari Italia), akan dibutuhkan minyak dan mentega yang ditambahkan terlebih dahulu pada air rebusan Spaghetti untuk menghindari lengketnya pasta tersebut.

2. Didihkan air yang lumayan banyak, tunggu sampai air benar-benar mendidih. Setelah itu, pisahkan air menjadi dua bagian (tuang ke dalam dua panci berbeda). Masukkan mie ke panci pertama (atau panci pencuci lilin mie), dan didihkan kembali. Tunggu hingga air menjadi agak menguning (ini tanda bahwa lapisan lilin yang terdapat di permukaan mie instan mulai luntur). Setelah itu, angkat dan tiriskan. Jika kamu menginginkan mie instan kuah, masukkan mie yang telah dicuci ke dalam panci kedua Posted in Uncategorized | Leave a comment

Dibalik Gurihnya Mie InstanPosted on September 30, 2011 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU Mie instan, siapa sih yang tidak doyan ? Malah sebagian orang keranjingan dengan jenis makanan ini. Ada yang kalau tidak makan mie seminggu saja rasanya kangen berat. Ada yang menyediakannya sebagai pintu darurat kalau lagi tidak sempat memasak. Bahkan para anak kost menjadikan mie instan sebagai makanan kebangsaan. Anak-anak pun, kalau tidak suka mie pasti punya kelainan selera. Coba tanya para ibu tentang hal ini. Hampir tiap hari anak saya minta mie. Kalau saya menolak, dia bisa bikin sendiri. Sebulan bisa satu kardus habis,? tutur Ibu Tia yang anaknya sudah berusia 10 tahun. Saya pernah ditegur tetangga gara-gara mie. Anak saya menangis kenceeng banget. Pagi dia sudah makan mie. Siang minta mie lagi. Tentu saja saya tolak. Tetangga saya datang dengar tangisannya. Waktu dia tahu masalahnya, dia ngomelin saya, kenapa tidak dikasih saja, kasihan anak sampai nangis begitu. Saya jadi serba salah, kata orang mie instan tidak baik untuk kesehatan anak, tapi anak saya doyan banget.? Bu Ririn, ibu dari Ama yang baru berusia 2 tahun bercerita. Anak saya susah makan. Kalau makan bisa sampai satu jam. Tapi kalau mie, wah lahap banget. Tak sampai sepuluh menit habis deh,? Mama Ano menceritakan kebiasaan makan anaknya yang baru lima tahun.

Cerita ibu-ibu lain tentu tak kalah seru. Tapi memang, mie instan enak. Harganya juga murah. Rasanya beraneka ragam tinggal pilih. Berbagai merek baru juga terus bermunculan, menantang untuk dicoba. Namun masalahnya, bagaimana status kehalalan dan keamanannya bagi kita ? Titik Kritis di Seluruh Bahan Titik kritis kehalalan pada mie instan terletak pada semua bahan yang digunakannya. Kok bisa? Tepung terigu, minyak goreng, bumbu-bumbu kan halal? Belum tentu. Tepung terigu pun bisa tercemar bahan haram. Saat ini tepung terigu difortifikasi (diperkaya) dengan vitamin, sedangkan vitamin sifatnya banyak yang tidak stabil sehingga harus dicoating (dilapisi). Salah satu bahan pelapis yang harus diwaspadai adalah gelatin, yang kemungkinan berasal dari babi. Selain itu sumber vitamin juga harus jelas, apakah berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroorganisme. Bahan-bahan lain yang harus diwaspadai adalah : 1. Bumbu dan pelengkap Bumbu yang digunakan antara lain adalah MSG atau vetsin. Titik kritisnya adalah pada media mikrobial, yaitu media yang digunakan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme yang berfungsi memfermentasi bahan baku vetsin. Sedangkan bahan pelengkap mie instan adalah bahan-bahan penggurih yaitu HVP dan yeast extract. HVP atau hidrolized vegetable protein merupakan jenis protein yang dihidrolisasi dengan asam klorida ataupun dengan enzim. Sumber enzim inilah yang harus kita pertanyakan apakah berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroorganisme. Kalau

hewan tentu harus jelas hewan apa dan bagaimana penyembelihannya. Sedangkan yeast extract yang menjadi titik kritis adalah asam amino yang berasal dari hewan. 2. Bahan penambah rasa Bahan penambah rasa atau flavor selalu digunakan dalam pembuatan mie instan. Bahan inilah yang akan memberi rasa mie, apakah ayam bawang, ayam panggang, kari ayam, soto ayam, baso, barbequ, dan sebagainya. Titik kritis flavor terletak pada sumber flavor. Kalau sumber flavor dari hewan, tentu harus jelas jenis dan cara penyembelihannya. Begitupun flavor yang berasal dari rambut atau bagian lain dari tubuh manusia, statusnya adalah haram. 3. Minyak sayur Minyak sayur menjadi bermasalah bila sumbernya berasal dari hewan atau dicampur dengan lemak hewan. 4. Solid Ingredient Solid ingredient adalah bahan-bahan pelengkap yang dapat berupa sosis, suwiran ayam, bawang goreng, cabe kering, dan sebagainya. Titik kritisnya tentu pada sumber hewani yang digunakan. 5. Kecap dan sambal Kecap dan sambal pun harus kita cermati lho. Kecap dapat menggunakan flavor, MSG, kaldu tulang untuk menambah kelezatannya. Sementara sambal menggunakan emulsifier untuk menstabilkan campurannya. Emulsifier dapat berasal dari sumber hewani yang harus kita ketahui dengan jelas. Amankah Mengkonsumsi Mie Instan ? Selama mie instan tersebut sudah mendapat izin dari Depkes, tentulah aman. Namun bila dikonsumsi setiap hari, apalagi oleh anak-anak, inilah yang menjadi masalah. Sebagaimana makanan instan produk industri lainnya, mie instan menggunakan banyak sekali bahan-bahan kimia. Pewarna, pengawet, dan penyedap harus kita waspadai dalam hal ini. Sekalipun aman, namun bila terus menerus kita konsumsi dalam frekuensi sering dan dalam jangka waktu lama, bahan-bahan kimia dapat terakumulasi dalam tubuh. Efeknya tentu akan mengganggu sistem metabolisme, karena bahan kimia, bagaimana pun adalah racun bagi tubuh. Selain itu, terlalu sering makan mie instan juga dapat mengganggu masukan gizi, terutama anak-anak. Kita memang dapat menambahkan telur dan sayuran sehingga kualitas gizi mie instan tidak kalah dengan seporsi nasi komplet. Namun rasa mie yang terlalu gurih, dapat merusak selera makan anak. Lidah mereka yang sedang belajar mengidentifikasi rasa, akan terpola dengan rasa gurih yang tajam dari MSG dan flavor mie. Akibatnya mereka menganggap masakan ibu yang umumnya tidak terlalu banyak menggunakan MSG hambar. Selera makan mereka pun hilang. Akhirnya, mau mie lagi, mie lagi. Karena itulah, biar enak, kita tetap harus mampu mengontrol diri. Jangan terlalu sering mengkonsumsi mie instan, apalagi memberikan ke anak-anak. Sesekali silakan, apalagi saatsaat cuaca dingin. Sumber : http://zigma.wordpress.com/2006/12/19/di-balik-gurihnya-mie-instan/ Posted in Tips Kesehatan | Leave a comment

Bahaya Mengkonsumsi Mie Instan pada Anak

Posted on September 30, 2011 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU Banyak anak kecil yang suka mie instan. Kadang selain tiap hari, bisa jadi mereka makan mie instan 2 kali atau bahkan selalu makan mie instan. Ini karena rasa mie instan yang gurih sekali karena memakai berbagai bumbu yang tak jarang berbahaya bagi kesehatan seperti MSG, perasa buatan sehingga rasanya jadi seperti rasa ayam, sapi, bakso, dsb, pengawet buatan, dan sebagainya. Di tabloid Nova dikisahkan seorang anak yang bernama Hilal ususnya harus dipotong karena kebanyakan makan mie instan. Sebaiknya jangan biarkan anak makan mie instan. Jika pun harus, masaklah air yang banyak. Sisihkan sebagian air untuk kuah dan masukan ke piring. Setelah itu baru masukan mie. Buang air rebusan mie (jangan dimakan). Bumbu cukup separuh dan perbanyak airnya hingga penuh agar bumbunya jadi hambar. Memang jadinya kurang begitu enak. Tapi itu lebih baik ketimbang usus harus dipotong seperti kasus anak di bawah ini. Usus Dipotong akibat Kebanyakan Mi Instan Jumat, 21 Agustus 2009 | 12:38 WIB Laporan wartawan NOVA Ester Sondang

MAKSUD hati membantu suami menambah penghasilan, apa daya anak jadi korban. Akibat kerap meninggalkan buah hatinya, Hilal Aljajira (6), Erna Sutika (32) kini harus menelan pil pahit. Usus Hilal bocor dan membusuk hingga harus dipotong. Rupanya tiap hari Hilal hanya menyantap mi instan karena di rumah tak ada orang yang memasakkan makanan untuknya. Berikut cerita Erna. Saat usia Hilal menginjak 2 tahun, aku memutuskan bekerja, membantu keuangan keluarga mengingat penghasilan suamiku, Saripudin (39), kurang mencukupi kebutuhan keluarga. Aku bekerja di perusahaan pembuat bulu mata palsu, tak jauh dari rumah kami di Garut. Setiap berangkat kerja, Hilal kutitipkan kepada ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi instan. Bukan salah ibuku, sih, karena sebelumnya, aku juga suka memberinya makanan itu jika sedang tidak masak. Ternyata, Hilal jadi tergila-gila makanan itu. Ia akan mengamuk dan mogok makan jika tak diberi mi instan. Ya, daripada cucunya kelaparan, ibuku akhirnya hanya mengalah dan menuruti kemauan Hilal. Lagi pula, kalau tidak diberi, Hilal pasti akan membeli sendiri mi instan di warung dekat rumah dengan uang jajan yang kuberikan. Praktis, sehari dua kali ia makan mi instan. Baca selengkapnya di: http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/08/21/1238313/Usus.Dipotong.akibat.Kebany akan.Mi.Instan.1 LINDUNGI KELUARGA DAN DIRI ANDA DARI MIE INSTAN!!! sumber : dari milis Para penggemar Mi Instan, pastikan Anda punya selang waktu paling tidak 3(tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi Mi Instan, jika Anda akan mengkonsumsinya lagi. Dari Informasi kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mi instan. Itu sebabnya mengapa

Mi Instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Konsumsi Mie Instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker. Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir(bekerja) sehingga tidak punya waktu lagi untuk memasak,sehingga diputuskannya untuk mengkonsumsi Mi Instan setiap hari. Akhirnya dia menderita kanker. Dokternya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya lilin dalam Mi Instan tersebut. Dokter tersebut mengatakan bahwa tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan lilin tersebut. Ada seorang pramugari SIA (Singapore Air) yang setelah berhenti dan kemudian menjadi seorang ibu rumah tangga, tidak memasak tetapi hampir selalu mengkonsumsi Mie Instan setiap kali dia makan. Kemudian akhirnya menderita kanker dan meninggal. Ada kisah yang mengerikan : * Ada orang yang sekarang usianya sekitar 48 tahunan tapi sudah 4 tahun terakhir ini kemana-mana membawa alat, maaf, sebagai pengganti anusnya, karena usus bawah sampai dengan anus telah dipotong sebab sudah tidak bisa dipakai lagi pasalnya waktu mahasiswa dengan alasan ekonomi mengkonsumsi mie instant secara berlebihan sehingga bagian usus yang dipotong tersebut adalah tempat mengendapnya bahan pengawet yang selalu ada di setiap mie instant mungkin sejenis borax pengawet untuk mayat (data menunjukan bahwa import borax dan sejenisnya sangat besar ke Indonesia) dan walhasil menimbulkan pembusukan ditempat tersebut, semoga semua pihak berhati hati dalam mengkonsumsi makanan seperti bakso, sosis, mie dll * Ada lagi, orang yang pernah kena kanker getah bening (8 kelenjar getah bening kena), dan berobat selama hampir 1 tahun di Singapore menghabiskan lebih dari 1 Milyar pada tahun 1996 sampai 1997 (untung ditanggung kantor), akibat dia mengkonsumsi indomie plus korned selama 4 tahun terus menerus setiap hari(dengan alasan karena istrinya sibuk kerja). Menurut dokter yg mengobati nya, penyebab utamanya adalah pengawet yg ada di indomie dan korned tsb. Baca selengkapnya di: http://lecturer.eepis-its.edu/~tessy/index.php? option=com_content&task=view&id=44&Itemid=2 Mie Instan = Mie Kanker Ada seorang pramugari SIA (Singapore Air) yang setelah pindah dari rumah ortunya ke rumahnya sendiri.tidak memasak tetapi hampir selalu mengkonsumsi mi instan setiap kali dia makan. kemudian akhirnya menderita kanker dan meninggal karenanya. saat ini mie instan disebut sebut sebagai mi kanker..!! http://info-utama.blogspot.com/2009/05/bahaya-mie-instan.html There was also an SIA steward who after moving out from his mothers house into his own house, did not cook but ate instant noodles almost every meal. He had cancer, and has since died from it. Nowadays the instant noodles are referred as cancer noodles. http://www.breakthechain.org/exclusives/noodles.html Bahan-bahan Mie Instan yang harus diwaspadai Bahan-bahan lain yang harus diwaspadai adalah : 1. Bumbu dan pelengkap Bumbu yang digunakan antara lain adalah MSG atau vetsin. Titik kritisnya adalah pada media mikrobial, yaitu media yang digunakan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme yang berfungsi memfermentasi bahan baku vetsin. Sedangkan bahan pelengkap mie instan adalah bahan-bahan penggurih yaitu HVP dan yeast extract. HVP atau hidrolized vegetable

protein merupakan jenis protein yang dihidrolisasi dengan asam klorida ataupun dengan enzim. Sumber enzim inilah yang harus kita pertanyakan apakah berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroorganisme. Kalau hewan tentu harus jelas hewan apa dan bagaimana penyembelihannya. Sedangkan yeast extract yang menjadi titik kritis adalah asam amino yang berasal dari hewan. 2. Bahan penambah rasa Bahan penambah rasa atau flavor selalu digunakan dalam pembuatan mie instan. Bahan inilah yang akan memberi rasa mie, apakah ayam bawang, ayam panggang, kari ayam, soto ayam, baso, barbequ, dan sebagainya. Titik kritis flavor terletak pada sumber flavor. Kalau sumber flavor dari hewan, tentu harus jelas jenis dan cara penyembelihannya. Begitupun flavor yang berasal dari rambut atau bagian lain dari tubuh manusia, statusnya adalah haram. 3. Minyak sayur Minyak sayur menjadi bermasalah bila sumbernya berasal dari hewan atau dicampur dengan lemak hewan. 4. Solid Ingredient Solid ingredient adalah bahan-bahan pelengkap yang dapat berupa sosis, suwiran ayam, bawang goreng, cabe kering, dan sebagainya. Titik kritisnya tentu pada sumber hewani yang digunakan. 5. Kecap dan sambal Kecap dan sambal pun harus kita cermati lho. Kecap dapat menggunakan flavor, MSG, kaldu tulang untuk menambah kelezatannya Sumber : kesehatan/#comment-186 http://gayul.wordpress.com/2009/12/19/bahaya-mie-instan-bagi-

Posted in Tips Kesehatan | 1 Comment

Selamat Iedul Fitri 1432 HPosted on August 26, 2011 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Pendidikan adalah Sebuah Proses. Apakah Sebuah Bualan Semata ?

Posted on August 6, 2011 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU Banyak wacana pendidikan yang mengatakan bahwa pendidikan adalah proses itu sendiri, itu alasan dominan mengapa sistem Ujian Akhir Nasional (UAN) yang terpusat, banyak dikritisi di negara ini. Karena asumsinya, tidak obyektif jika kualitas anak didik hanya diukur dari nilai UAN yang ditempuhnya selama 2 jam, dibandingkan dengan 3 tahun masa pendidikannya. Cukup fair, meski tidak fair juga di sisi lain. Bahwa memang IYA, harus ada satu parameter yang sifatnya umum untuk menguji kualitas pendidikan secara nasional, dan sistem UAN mewakili sisi itu. Tapi dengan kualitas pendidikan yang tidak merata pada setiap daerah, memang baiknya ada metode parameter jenis lain. Apa metode pendidikan terbaik? Penulis tidak sepandai itu, itu tugas ahli riset dan profesor bidang pendidikan yang seharusnya menjawab. Mereka belajar khusus, menghabiskan waktu dan biaya, bahkan dibayar untuk memikirkannya, bukan? Lalu apa itu pendidikan? Outputnya atau prosesnya? Orang bijak akan berkata bahwa pendidikan adalah proses itu sendiri. Bagaimana anda tahu bahwa belajar itu adalah proses jika anda sendiri tidak mempunyai metode dan parameter mengenai itu? Sangat banyak wacana dan diskusi, tapi sedikit yang mampu membuat proses menjadi satu dari sekian banyak acuan yang terintegrasi pada sistem pendidikan. Jika output pendidikan adalah NILAI yang dihasilkan dari 50 persoalan yang harus dijawab oleh anak didik, -orang menyebutnya Lembaran Soal. Apa bedanya dengan persoalan?- lalu apa yang dimaksud dengan PROSES pendidikan? Apakah hanya karena NILAI, alasan kenapa anak harus dimasukkan dalam kelas-kelas dengan pagar tinggi mengelilinginya? Semua orang tua pasti dengan yakin menjawab, TIDAK. Mereka mengharapkan anak mereka juga cerdas secara emosi, juga cerdas dalam bersosialisasi. Point utama kesuksesan -meski saya tidak suka dengan kata kesuksesan- adalah kemampuan seseorang dalam bersosialisasi, tenang, tepat untuk mampu mengatasi dan meredakan masalah, berani mengambil keputusan, percaya akan kemampuan dirinya, dan banyak hal lagi di luar nilai pada selembar jawaban ujian. Strata dua atau Professor tentu juga dibutuhkan, tapi jika ia tidak dibekali dengan kemampuan sosial dan emosi yang cukup, ia dapat terjebak pada formalisme ilmu. Pintar namun kurang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakatnya. KURANG bukan TIDAK. Pendidikan dimulai dari dini, SEPAKAT. Dalam arti lain, mulailah mendidik anak sejak usia dini. Ajaklah mereka bermain, dengan permainan yang mereka suka dan nyaman untuk memainkannya. Bisa permainan kartu, congklak, Tic Tac Toe, dll. Anak dengan usia 3-9 tahun hanya tertarik dengan permainan, sekali lagi HANYA dengan permainan. Ah, anak saya suka menggambar, dia tidak suka bermain Ohya? Terserah anda menyebutnya apa, bagi anak seusia mereka, hanya ada konsep BERMAIN, sisanya MEMBOSANKAN. Jadi, jika anda ingin mengajari mereka, gunakan media permainan. Ajarkan berhitung, mengenal bidang, membaca, dan semua bekal keilmuan dengan media permainan. Tiga Dimensi Jangan Dua Dimensi. Permainan online/komputer dan sejenis, baik PSP dll, memberi rangsangan kepada otak. Tapi rangsangan pada otak anak akan sangat kuat jika ia bisa menyentuhnya, dalam teori kognisi otak ini berhubungan dengan kemampuan spasial. Layaknya arsitektur, kemampuan spasial adalah kemampuan otak untuk mengorganisasi bidang-bidang.

Awali dengan rules of the game atau peraturan permainan, jika anak menyimak, maka dia siap untuk menerima pendidikan. Lalu mulailah bermain. Jangan menilai perkembangan anak dari kalah atau menang, tapi catat dengan dengan detail perkembangan emosinya. Seperti yang selalu anda bilang, BERPROSES adalah BELAJAR, bukan? Lalu mulailah membuat list pertanyaan dengan kolom-kolom perkembangan mereka. Dan mulailah membuat pertanyaan-pertanyaan, yang nantinya akan menjadi parameter anda, seperti: Apa reaksi anak jika mengalami kekalahan? Marah? Merasa tertantang? Menangis? Mengambek? Apa reaksi anak jika mengalami kemenangan? Tertawa? Merendahkan lawan? Bangga? Atau -mungkin- membisu? Apakah anak mengikuti peraturan permainan? Disiplin, ketaatan, fair play, sportif, adalah output jika seorang anak mampu untuk mengikuti peraturan permainan. Apakah dia curang selama permainan? Anda tidak akan percaya, anak punya kecenderungan besar untuk curang. Its natural. Coba saja, alihkan perhatian. Seberapa tingkat strategi yang dia terapkan dalam permainan? Benar! Tingkat intelegensia dapat diukur dengan menjawab pertanyaan ini. Seberapa lama anak berpikir untuk langkah berikutnya? Jangan salah, berpikir lama bukan berarti bodoh, berpikir cepat tidak selalu pintar. Berpikir terlalu lama, berarti ia bukan risk taker. Mungkin akan berguna jika ia menjadi ilmuwan, tapi jika ia nanti menjadi pengusaha, faktor berani mengambil resiko akan sangat diperlukan. Dengan jenis permainan-permainan yang banyak dijual, anda dapat gunakan sebagai media belajar. Jangan menumpukan pendidikan hanya kepada guru mereka di sekolah, didik anak anda dengan metode anda sendiri. Sistemkan pertanyaan sederhana diatas, tambahkan jika perlu. Buat sistematisasinya, dan buatlah Raport Kepribadian setiap bulannya. Anda sendiri bisa menjadi guru mereka. Satu hal, jika mereka sudah tidak ingin bermain dengan anda, tinggalkan permainan dan bebaskan si anak. Menyenangkan jika suatu saat, kita sebagai orang tua tidak lagi membual tentang BELAJAR ADALAH BERPROSES. *metode diatas bukan membual. Banyak lembaga pendidikan, termasuk sekolah, yang menerapkan metode semacam ini dalam kurikulumnya. Sayangnya, kebanyakan dari mereka berbiaya sangat mahal. Posted in Uncategorized | Leave a comment

Post navigation Older postsTop of Form

Search for:Bottom of Form

Visit Us on Facebook

Kelompok Bermain

Create Your Badge

Komentar Tamukartini on Bermain Sains untuk Anak Usia

vira on Bermain Sains untuk Anak Usia

razihah on Misi & Visi

LeoNy Ajhaa on Penerapan Sistem Bermain Samb

Kbtk Masyithoh Krama on BALITA DIAJAR CALISTUNG, SAAT

Categories Tulisan terakhir

Pembentukan Gugus PAUD 2011 Anak saya hyperaktif atau tidak sih ? Theories of Interactive Learning Jangan Cemas Jika Anak Terlambat Bicara Si Kecil Kok Belum Bicara ? Tips Mengurangi Kadar Racun dalam Mie Instan Dibalik Gurihnya Mie Instan Bahaya Mengkonsumsi Mie Instan pada Anak

Selamat Iedul Fitri 1432 H Pendidikan adalah Sebuah Proses. Apakah Sebuah Bualan Semata ? Bermain dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Mengasah Kecerdasan Matematis Logis Anak Sejak Usia Dini Congklak, Permainan Sederhana Multi Manfaat Refreshing : Pendekatan BCCT Refreshing : PROSES BELAJAR YANG MENYENANGKAN Refreshing : Keunggulan metode pendidikan BCCT. Refreshing : Model Pembelajaran Sentra Marhaban yaa Ramadhan .. PAUD Melalui Pendekatan Holistik Integratif Teknik Pembelajaran Tetap Berjalan Meninggalkan Anak Sekolah Sendiri Memperkenalkan Spirit Ramadhan Bagi Anak-Anak Ramadhan, Proses Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini Memperkenalkan Agama pada Anak, Sebuah Metode Mendidik Anak di Rumah Pengumuman Calon Siswa Baru Lulus Seleksi Tahap 2 Aktifitas Akhir Bulan Benarkah Anak-Anak Mahluk Paling Jujur di Dunia? Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran Kecerdasan Majemuk Meningkatkan Pemahaman tentang Kecerdasan Majemuk Bermain Sains untuk Anak Usia Dini Kecerdasan Emosional PERKEMBANGAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Cuplikan Kegiatan pada 09 Mei 2011 Upacara Apel Bendera Pagi ini Cuplikan Kegiatan Akhir Pekan Pembekalan Seni Suara pada Rekrutmen Pendidik Baru Pembekalan Rekrutmen Pendidik Baru Pengumuman Calon Siswa Baru

Top Posts

Penerapan Sistem Bermain Sambil Belajar, Belajar Seraya Bermain STRATEGI dan PEMBELAJARAN Rumus Perhitungan Berat Badan Ideal Anak Balita Bermain Sains untuk Anak Usia Dini

PERKEMBANGAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Kurangnya Daya Konsentrasi Anak, Bagaimana Cara Mengatasinya ? Model Model Pembelajaran di Taman Kanak - Kanak Lagu Anak Paud Bahaya Mengkonsumsi Mie Instan pada Anak Refreshing : Keunggulan metode pendidikan BCCT....

Our ActivitiesJanuary 2012 M T W T F S S Dec 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Blog Stats Follow 89,962 hits Blog at WordPress.com. | Theme: Beach by Gibbo.

Follow PAUD ANAK CERIA BERBUDAYA LINGKUNGANTop of Form

Get every new post delivered to your Inbox.Enter email

Bottom of Form

Powered by WordPress.com