Manifesto Politik Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

8
Deden-Sekretaris Cabang GmnI Bandung Latar belakang kondisi ekonomi, politik dan kebudayaan Bangsa a. Negara dan jeratan neokolonialisme Republik sedang “sekarat!”, Sepuluh tahun sudah gelombang “Reformasi total” terus didengungkan. Sebuah idiom yang diharapkan mampu membawa perubahan secara mendasar untuk Indonesia , ternyata hingga hari ini tidak kunjung terwujud. Kemiskinan, ketergantungan terhadap sistem ekonomi global, hilangnya kedaulatan politik bangsa, kemorosotan moral akibat sapuan keras hedonisme dan pragmatisme, menjadikan Indonesia seolah-olah bangsa yang enggan keluar dari “takdirnya” sebagai negara terjajah. Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa, perubahan situasi di bumi nusantara adalah bagian tak terpisahkan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada belahan lain dunia. Agenda “reformasi” dapat dibaca sebagai bagian dari penyesuaian terhadap proses globalisasi. dengan kata lain, sebagai upaya penghapusan hambatan- hambatan terhadap perdagangan bebas. dalam lintasan sejarah kita, sekurang- kurangnya perubahan yang sangat mendasar dijalankan melalui tiga gelombang politik pintu terbuka. Politik pintu terbuka yang pertama dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda yang dimulai menjelang berakhirnya abad ke 19, politik pintu terbuka yang kedua dijalankan oleh orde baru mulai tahun 1967, dan politik pintu terbuka yang ketiga dijalankan oleh orde reformasi sejak tahun 1998. Narasi besar yang menjadi pembeda pada tiap pembabakan orde politik menjadi penting kita perhatikan. Sebagai contoh, semangat anti komunisme yang menjadi issue pokok kelahiran orde baru dapat dibaca bagian dari proses pengintegrasian Indonesia dalam desain wacana dunia bebas yang di introdusir oleh blok kapitalis

description

pendidikan kewarganegaraan

Transcript of Manifesto Politik Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

Page 1: Manifesto Politik Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

Deden-Sekretaris Cabang GmnI BandungLatar belakang kondisi ekonomi, politik dan kebudayaan Bangsaa. Negara dan jeratan neokolonialisme

Republik sedang “sekarat!”, Sepuluh tahun sudah gelombang “Reformasi total”terus didengungkan. Sebuah idiom yang diharapkan mampu membawa perubahan secaramendasar untuk Indonesia , ternyata hingga hari ini tidak kunjung terwujud.Kemiskinan, ketergantungan terhadap sistem ekonomi global, hilangnya kedaulatanpolitik bangsa, kemorosotan moral akibat sapuan keras hedonisme dan pragmatisme,menjadikan Indonesia seolah-olah bangsa yang enggan keluar dari “takdirnya”sebagai negara terjajah.

Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa, perubahan situasi di bumi nusantaraadalah bagian tak terpisahkan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada belahanlain dunia. Agenda “reformasi” dapat dibaca sebagai bagian dari penyesuaianterhadap proses globalisasi. dengan kata lain, sebagai upaya penghapusan hambatan-hambatan terhadap perdagangan bebas. dalam lintasan sejarah kita, sekurang-kurangnya perubahan yang sangat mendasar dijalankan melalui tiga gelombang politikpintu terbuka. Politik pintu terbuka yang pertama dijalankan oleh pemerintahHindia Belanda yang dimulai menjelang berakhirnya abad ke 19, politik pintuterbuka yang kedua dijalankan oleh orde baru mulai tahun 1967, dan politik pintuterbuka yang ketiga dijalankan oleh orde reformasi sejak tahun 1998.

Narasi besar yang menjadi pembeda pada tiap pembabakan orde politik menjadipenting kita perhatikan. Sebagai contoh, semangat anti komunisme yang menjadiissue pokok kelahiran orde baru dapat dibaca bagian dari proses pengintegrasianIndonesia dalam desain wacana dunia bebas yang di introdusir oleh blok kapitalispada masa perang dingin saat itu. seluruh kekuatan negara dunia ketiga menjadiajang perebutan pengaruh blok barat dan blok timur termasuk Indonesia .

Pada fase reformasi ini. di tengah situasi pasca perang dingin, wacanamasyarakat dunia dipergunakan oleh Amerika Serikat untuk menyatakan bahwa setelahusainya perang dingin hanya tinggal satu dunia, yaitu dunia yang dipimpin olehAmerika Serikat. Dalam kerangka kerja dunia bebas, Amerika Serikat memberikankebebasan kepada sekutu-sekutunya untuk memilih sistem pemerintahan dankebijaksanaan dalam negerinya sendiri, sedangkan dalam kerangka kerja masyarakatdunia, sekutu-sekutunya itu harus menyesuaikan diri dengan “nilai-nilai universal”seperti liberalisasi perdagangan, demokrasi, dan hak asasi manusia.

Hari ini, Amerika lewat issue terorisme ingin memetakan ulang kekuatandunia. lewat thesis benturan peradaban yang menerangkan bahwa, kecenderunganperubahan dunia sangat dipengaruhi oleh kontradiksi antar peradaban besar, dalamhal ini adalah islam dan barat, thesis Samuel Huntington tersebut, menjadi rasiopembenar operasi besar-besaran di kawasan teluk yang pada hakikatnya dalamkerangka konsolidasi sumberdaya memperkuat posisi sebagai penguasa tunggal dunia.

Apa artinya bagi Indonesia ? sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim,tentu Amerika berkepentingan akan legitimasi Indonesia . disinilah letak titikpijak kerangka kerja sama pemberantasan terorisme, artinya menguatnyafundamentalisme agama belakangan ini di Indonesia jika kita tidak segera kitaatasi akan menjadi sekali lagi rasio pembenar bahwa campur tangan Amerika menjadidiperlukan di bumi Nusantara.

Dalam kerangka itu. pada hakikatnya kita tidak melihat perbedaan mendasarantara kerangka kerja rezim orde baru dengan rezim reformasi. kerangka kerjanyasama yaitu mengintegrasikan Indonesia dalam sebuah sistem global yang berpihakpada rezim kapitalisme. meminjam istilah beberapa pengamat bahwa orde baru danorde reformasi

Page 2: Manifesto Politik Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

adalah satu perahu namun dalam dua keranjang yang berbeda yaituperahu yang berlayar menuju arah sistem pasar bebas.b. disorientasi gelombang demokratisasiDalam ranah politik dalam negeri, pasca runtuhnya pola sentralisme kekuasaaala orde baru yang mapan selama 32 tahun, menghasilkan polarisasi kekuatankepemimpinan yang dikembangkan tokoh-tokoh berpengaruh yang diuntungkan olehmenguatnya politik aliran. konsekuensi dari hal ini tentu adalah terjadi pulapolarisasi kekuasaan, sumber daya politik, khususnya kekuatan ekonomi dan kekuatanmassa . inilah suguhan demokrasi yang kita lihat sepanjang hari selama erareformasi. semua kekuatan bergerak, berdinamika melalui konflik dan konsensus.jika ditilik sepintas dari proses demokrasi Keadaan ini relatif lebih baik dariera orde baru, namun jika ditelaah lebih jauh kita mendapati bahwa Partisipasipolitik rakyat masih didominasi oleh pola mobilisasi kesadaran semu yangmengedepankan emosionalitas bukan rasionalitas politik dalam hal kebijakan yangakan berpengaruh pada tatanan kehidupan kelak dengan pembiayaan yang sangat tidakrasional.

Corak hubungan feodalistik yang tercermin dari relasi pimpinan dengan massarakyat dilatar belakangi pengandaian bahwa kesejahteraan dan kemakmuran adalahsesuatu berkah yang diteteskan dari puncak kekuasaan ke bawah. sebuah ironi dalamera demokratik. situasi ini bukan tidak dinikmati oleh para pemimpin, alam pikirdan alam rasa masyarakat dieksploitasi sedemikian rupa sehingga memepankankekuasaannya dan dalam situasi tertentu hal ini sering dijadikan titik pemicukonflik horisontal demi mempertahankan kekuasaan.

Partai politik dan organisasi massa sebagai instrumen penting perubahan dalamsistem demokrasi juga mengalami krisis serupa. kecenderungan para pemimpinnyamembangun organisasi secara oligarkhis. artinya faksionalisme yang terjadi ditubuh partai atau ormas tidak lebih dari ekspresi kompetisi blok kepentingan yangdibangun di tubuh organisasi. semua atas nama organisasi menjalankan kepentinganpribadi ataupun kelompok. rasionalitas yang harusnya menjadi dasar perumusantujuan bersama digantikan kepentingan pribadi sang pemimpin. daya kritis yangdibangun oleh sebagian orang dalam tubuh kelompok tersebut seringkali dimaknaisebagai ancaman atas hilangnya hak-hak istimewa dan status sosial sang pemimpin.

Gelombang demokratisasi yang tengah dijalani bangsa ini, selain hasilnyasering tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan rakyat, biaya yang ditanggungjuga dirasakan sangat mahal. Pertikaian elit politik seringkali menjadi tontonanyang menyedihkan ditengah kondisi social ekonomi yang kita alami sekarang ini.Semakin bertambahnya jumlah penduduk miskin, angka pengangguran yang terusmembengkak, naiknya harga-harga kebutuhan pokok serta masih limbungnya systemperekonomian nasional menjadikan perjuangan membangun demokrasi politik danekonomi terasa sangat panjang dan melelahkan. Sehingga diperlukan sebuahkeberanian untuk selalu melakukan kritik oto kritik gerakan hingga terwujudnyacita-cita sosio demokrasi yang kita inginkan.Ke arah perubahan situasi bangsa

Meretas jalan perubahan tentu tidak semudah yang kita bayangkan. Hambatan yangtampak terasa dalam situasi multi krisis sekarang ini adalah akibat krisis ekonomiyang terus berlanjut menyebabkan lapisan bawah dan lapisan menengah-bawahmasyarakat begitu berat menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam keseharian rakyatdihadapkan pada situasi bagaimana bertahan untuk hidup hari ini. Negara yangseharusnya hadir sebagai organisasi besar yang mengatur tata kehidupan seolah takberfungsi malah sibuk melayani para pemilik modal untuk mengeskplotasi sumberdayayang dimiliki bangsa untuk kekayaan pribadi atau kelompok.

Page 3: Manifesto Politik Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

Ditengah situasi seperti ini, masyarakat digiring pada nalar individualistikdimana gotong royong, solidaritas social menjadi sesuatu yang usang. Ukurankeberhasilan atau kemajuan individu tidak lagi dinilai seberapa jauh dia telahberbuat untuk bangsa dan negaranya, melainkan seberapa jauh dia telah berhasilmemiliki produk dan asset. Semakin melalui cara yang tidak bertanggung jawab dandalam waktu yang singkat mampu menumpuk barang dan asset semakin dikagumikeberhasilan orang tersebut. Diam-diam masyarakat kita terjangkit hipokrisi. dalamtataran formal mengutuk korupsi, kolusi dan nepotisme namun jauh didalam hatinyamemaki tidak kunjung datangnya waktu dan kesempatan untuk melakukan KKN tersebut.Ruang public kosong dari muatan-muatan yang sifatnya ideologis. Kalaupun ada

berhenti pada slogan dan jauh dari upaya mewujudkan. Semua yang terkait dengankebijakan lahir dari situasi ini. Pragmatisme politik ala orde reformasimengedepankan prosedur ketimbang substansi dari kebijakan itu sendiri.

Situasi krisis pada satu sisi dapat kita maknai fase tertentu menujuperubahan. Respon atas krisis itulah yang akan menentukan arah perubahan situasitersebut. Pengelolaan situasi tentu membutuh sebuah alat perubahan yang seringkita sebut sebagai sebuah organisasi. Organisasi yang berpotensi dan strategisuntuk perubahan dalam konteks perubahan social politik pada dasarnya adalah partaipolitik dan organisasi masyarakat. Namun seperti telah dibahas di depan bahwasampai saat ini belum ada organisasi yang tepat dan mampu mengelola gerakan ini.Akumulasi kegelisahan masyarakat belum secara massif coba diorganisir danartikulasikan ulang kemudian dirumuskan menjadi tuntutan yang disuarakan bersama.Betul bahwa dimana-mana semakin marak gerakan rakyat yang menuntut perubahan namunmasih terkesan sporadic dan berdaya dobrak pendek.

Kejelasan arah perubahan situasi bangsa dapat kita rumuskan dalam koridor“revitalisasi Pancasila”. Revitalisasi dapat kita maknai dengan memperkuat kembalieksistensi Pancasila dalam Kesadaran masyarakat melalui implementasinya sebagainilai dasar yang secara kritis menjadi acuan ketika mengevaluasi kebijakan Negara,sekaligus alat untuk melawan penggunaan Pancasila sebagai alat Legitimasikekuasaan. Dalam tataran yang lebih luas, masyarakat juga harus diajak untukmemahami dan berani bertindak sebagai pengejawantahan Pancasila di tengah-tengaharus globalisasi, berhadapan dengan “globalisme ” sebagai proyek ideologiskapitalisme Internasional.

Lapis social baru dalam masyaralat yang sadar akan situasi dan kondisi ekonomipolitik bangsanya, merupakan modal dasar perubahan yang sangat penting. Pasalnyadari kelompok inilah ide-ide perubahan akan muncul. Selain rakyat pekerja yangmemang merasakan langsung dampak krisis global, mahasiswa sebagai lapis socialyang bersentuhan dengan informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan memilki peranstrategis dalam arah perubahan bangsa. Kampus selain pusat pengembangan ilmupengetahuan juga harus berfungsi sebagai pusat pembentukan karakter kaum mudaterdidiknya. Selain memahami persoalan yang dihadapi bangsanya diharapkanmahasiswa juga memiliki keberanian serta tekad untuk melakukan perubahan. MelaluiInteraksi seperti ini lapis social baru yang tumbuh memilki kepercayaan diri dalammemposisikan Indonesia di tengah-tengah pergaulan dunia.

Kaum muda sebagai kekuatan social baru juga harus memiliki watak kerakyatan.Kemampuan berintegrasi menjadi kebutuhan pokok yang harus dimilki kekuatan socialbaru ini. Kesediaan untuk mendorong dan memfasilitasi berlangsungnya diskusi-diskusi ditengah masyarakat yang berfungsi untuk memecahkan masalah-masalahterkait dengan kebijakan public tentunya dengan menjadikan Pancasila sebagai“acuan nilai” dalam rumusan jalan keluar masalah-masalah kebijakan public.

Page 4: Manifesto Politik Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

Pemaknaan ulang terhadap kata politik juga menjadi kebutuhan mendesak.Mahasiswa sebagai bagian dari kekuatan social baru harus membangun kesadaranmasyarakat tentang hakekat politik yang benar. Pemkanaan umum masyarakat terhadappolitik sering berhenti pada tataran hajatan pemilu, upaya konspirasi merebutkekuasaan, serta konflik nternal kepartaian. Masyarakat harus menyadari bahwapolitik harus dimaknai proses dari perumusan dan pelaksanaan kebijakan public yangharus dikontrol. Pasalnya inilah ruang yang rentan untuk dijadikan alatlegitimiasi penyalahgunaan kekuasaan. Dari beberapa paparan diatas kita dapatmenangkap beberapa situasi yang dapat dijadikan acuan strategis dalam melakukanperubahan. Dalam konteks internal Pertama, legitimasi masyarakat terhadap prosesamandemen UUD 1945. dianggap premature selain dalam waktu yang terbatas jugapelibatan masyarakat dalam proses tersebut dinilai rendah. Kedua, fase reformasidinilai gagal membuahkan kesejahteraan pada rakyat. Ketiga, perubahan politiktidak lebih dari pragmatisme actor politik untuk kekuasaan bukan kesejahteraanrakyat. Keempat, gelombang kesadaran terhadap kerugian yang diderita akibateksploitasi sumberdaya alam. Sementara situasi eksternal yang dapat dijadikanmomen strategis adalah : pertama, solidaritas masyarakat dunia yang diwujudkandalam gerakan anti globalisasi. Kedua, kemenangan pemerintahan “kerakyatan” di

Amerika latin. Ketiga, menguatnya perlawan terhadap dominasi Amerika di kawasanAsia . Berangkat dari realitas diatas maka perubahan mendesak yang harus segara dilakukan :1.Penghapusan hutang luar negeri2.Penguasaan Industri energi Oleh Negara untuk kemakmuran rakyat3.

Membuka lapangan kerja seluas-luasnya untuk rakyat berbasis padapengembangan industri nasional4.Revisi UU PM ( Penanaman Modal)5.Tolak kenaikan harga bbm6.pendidikan dan kesehatan gratis berkualitas untuk rakyat7.mendesak pemerintah untuk segera melaksanakan reforma agraria8.Mendesak agar parpol segera melakukan fungsi pendidikan politik pada rakyat9.Percepatan regenerasi kepemimpinan politi