MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH DELIMA MERAH...

download MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH DELIMA MERAH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/SKRIPSI.pdf · i manfaat berkumur sari buah delima merah (punica granatum) terhadap penurunan

If you can't read please download the document

Transcript of MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH DELIMA MERAH...

  • i

    MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH DELIMA

    MERAH (Punica granatum) TERHADAP PENURUNAN

    AKUMULASI PLAK GIGI

    ADE INDAH PRATIWI

    NPM : 10.8.03.81.41.1.5.027

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

    DENPASAR

    2014

  • ii

    MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH DELIMA MERAH

    (Punica granatum) TERHADAP PENURUNAN AKUMULASI PLAK GIGI

    Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

    gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Mahasaraswati Denpasar

    Oleh :

    Ade Indah Pratiwi

    NPM : 10.8.03.81.41.1.5.027

    Menyetujui

    Dosen Pembimbing

    Pembimbing I Pembimbing II

    Drg. Yanuaris Widagdo, M.Kes Drg. Ni Nyoman Gemini Sari, M.Biomed

    NPK. 826 085 137 NPK. 828 010 310

  • iii

    Tim penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

    pembuatan skripsi dengan judul : MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH

    DELIMA MERAH (Punica granatum) TERHADAP PENURUNAN

    AKUMULASI PLAK GIGI yang telah dipertanggung jawabkan oleh calon

    sarjana yang bersangkutan pada tanggal 14 Februari 2014.

    Atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas

    Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.

    Denpasar, 14 Februari 2014

    Tim Penguji Skripsi

    Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Mahasaraswati Denpasar

    Ketua,

    Yanuaris Widagdo, drg., M.Kes

    NPK : 826 085 137

    Anggota : Tanda Tangan

    1. Ni Nyoman Gemini Sari, drg., M. Biomed 1. ...

    NPK : 828 010 310

    2. I.G.N Putra Dermawan, drg., Sp.PM 2. ..

    NPK : 826 394 199

    Mengesahkan,

    Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Mahasaraswati Denpasar

    Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg., M.Kes, FISID

    NIP. 19590512 198903 2 001

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /

    Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH

    DELIMA MERAH (Punica granatum) TERHADAP PENURUNAN

    AKUMULASI PLAK GIGI tepat pada waktunya.

    Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan bagi mahasiswa Fakultas

    Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar untuk memenuhi Satuan

    Kredit Semester (SKS) dalam rangka mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

    (SKG).

    Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak

    pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :

    1. Alm. I Gede Rai Muliarta dan Ni Ketut Sarinanti selaku orang tua dan

    kakak saya Putu Novita Lestari Amd,Keb. serta seluruh keluarga besar

    atas doa dan dukungannya.

    2. Yth. drg. Yanuaris Widagdo, M.Kes. selaku pembimbing I dan drg. Ni

    Nyoman Gemini Sari, M.Biomed. selaku pembimbing II atas segala upaya

    dan bantuan beliau dalam mengarahkan, membimbing dan memberi

    petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

    baik.

    3. Yth. Para penguji : drg. Yanuaris Widagdo, M.Kes., drg. Ni Nyoman

    Gemini Sari, M.Biomed., dan drg. I.G.N. Putra Dermawan, Sp.PM yang

    telah memberikan masukan kritik dan saran.

  • v

    4. Sampel penelitian atas seluruh kerjasama nya.

    5. Adinda, Karima, Dwita, Ophie, Suari, Risca PY, Nanda, Chyntia, Krisna

    PA, Dewi, Widinanjaya, Gung Surya, Gus Adi dan semua teman-teman

    CRANTER 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, atas bantuan

    dan motivasinya selama penyusunan skripsi ini hingga selesai.

    6. Desi Utami, Riswandinatha, Rizka, Vindia, Deva Aditya, yang selalu

    memberikan motivasi dan bantuan selama penulis menjalani perkuliahan

    dan menyelesaikan skripsi ini.

    7. Seluruh civitas akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

    Mahasaraswati Denpasar, staf, dosen dan karyawan yang telah banyak

    membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

    membangun untuk kesempurnaan laporan skripsi ini.

    Penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya

    bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, umumnya bagi masyarakat dan

    pemerhati bidang pelayanan kesehatan.

    Denpasar, Februari 2014

    Penulis

  • vi

    MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH DELIMA MERAH

    (Punica granatum) TERHADAP PENURUNAN AKUMULASI PLAK GIGI

    Abstrak

    Streptococcus mutans, Lactobacillus spp. dan Candida albicans adalah

    mikroorganisme dominan yang ditemukan pada plak gigi, bersifat acidogenic dan

    acidophilic sehingga memiliki kemampuan mengkonversi karbohidrat menjadi

    asam. Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan

    plak pada permukaan gigi yang dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi.

    Ekstrak buah delima dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan

    Staphylococcus aureus pada pembentukan biofilm secara in vitro. Tujuan dari

    penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat berkumur sari buah delima merah

    dalam menurunkan akumulasi plak gigi. Metode analisis yang digunakan adalah

    Paired Sample T-Test untuk analisis perbandingan pre test dan post test pada

    masing-masing kelompok dan uji Independent Sample T-Test untuk analisis

    perbandingan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan jumlah sampel

    sebanyak 40 orang. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai p < 0.05 artinya penurunan

    indeks plak terjadi secara signifikan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Uji

    Independent Sample T-Test didapatkan bahwa nilai p < 0.05 sehingga ada

    perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol yang berkumur air putih

    dengan kelompok perlakuan yang berkumur dengan sari buah delima merah

    (Punica granatum). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berkumur sari

    buah delima merah bermanfaat dalam menurunkan akumulasi plak gigi.

    Kata kunci : Sari buah delima merah (Punica granatum), akumulasi plak

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI DAN PENGESAHAN .................. iii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

    ABSTRAK ....................................................................................................... vi

    DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM .............................................................. x

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    A. Latar Belakang .......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3

    C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

    D. Manfaat Penelitian .................................................................... 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5

    A. Plak Gigi .................................................................................... 5

    1. Pengertian Plak ................................................................... 5

    2. Komposisi Plak .................................................................... 8

    3. Proses Terbentuknya Plak ................................................... 11

    4. Pengendalian Plak ................................................................ 16

    5. Indeks Plak .......................................................................... 19

  • viii

    B. Delima Merah (Punica granatum) ............................................. 26

    1. Deskripsi Delima Merah (Punica granatum) ....................... 26

    2. Klasifikasi Ilmiah Buah Delima Merah (Punica granatum) 27

    3. Kandungan Buah Delima (Punica granatum) ...................... 28

    4. Manfaat Buah Delima merah (Punica granatum) ................ 31

    BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 32

    A. Rancangan Penelitian ................................................................ 32

    B. Identifikasi Variabel .................................................................. 32

    C. Definisi Operasional .................................................................. 32

    D. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 33

    E. Subyek Penelitian ...................................................................... 33

    F. Instrumen Penelitian .................................................................. 33

    G. Alat dan Bahan .......................................................................... 35

    H. Jalannya Penelitian .................................................................... 36

    I. Analisis Data .............................................................................. 36

    BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 38

    A. Karakteristik Responden ........................................................... 38

    B. Analisis Data Statistik ................................................................ 38

    1. Uji Normalitas dan Homogenitas Data ................................. 38

    2. Analisis Efek Berkumur Sari Buah Delima Merah terhadap

    Penurunan Akumulasi Plak Gigi .......................................... 39

    3. Analisis Penurunan Akumulasi Plak Gigi Antar Kelompok 40

    BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 41

  • ix

    BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 45

    A. Kesimpulan .................................................................................... 45

    B. Saran ............................................................................................... 45

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 46

    LAMPIRAN

  • x

    DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

    Halaman

    Tabel 2.1 Cara pemberian skor untuk indeks plak ........................................ 21

    Tabel 2.2. Presentase permukaan gigi yang terkena plak dengan skor PFRI . 23

    Tabel 4.1 Karakteristik sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin ........... 38

    Tabel 4.2 Rerata skor akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah diberikan

    perlakuan ...................................................................................... 39

    Tabel 4.3 Independent sampel T-test ............................................................ 40

    Diagram 4.1 Penurunan skor akumulasi plak gigi masing-masing kelompok . 39

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Rumus menghitung indeks plak untuk satu gigi (dikutip dari

    Le & Silness 1964 cit. Pintauli dan Hamada 2010) ................. 22

    Gambar 2.2 Rumus menghitung indeks plak untuk keseluruhan gigi

    (dikutip dari Le & Silness 1964 cit. Pintauli dan Hamada

    2010) .......................................................................................... 22

    Gambar 2.3 Rumus menghitung indeks plak PFR ......................................... 23

    Gambar 2.4. Indeks plak oleh Turesky-Gilmore-Glickman Modification of

    The Quigley-Hein. Skor 0 = tidak ada plak, skor 1 = bercak

    plak pada cervical margin gigi, skor 2 = selapis tipis plak pada

    cervical margin gigi (1 mm), skor 3 = lapisan plak lebih dari 1

    mm namun tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi, skor 4 =

    lapisan plak lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih

    dari 2/3 permukaan gigi, dan skor 5 = lapisan plak pada 2/3

    atau lebih permukaan gigi (dikutip dari Carranza 1990 cit.

    Dewi dkk. 2011). ........................................................................ 24

    Gambar 2.5 Lima subdivisi permukaan gigi dalam Indeks PHP ................... 25

    Gambar 2.6 Tumbuhan delima ...................................................................... 26

    Gambar 2.7 Buah delima merah (Punica granatum) ..................................... 29

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kesehatan gigi dan mulut tidak hanya terkait dengan persoalan estetika,

    tetapi juga dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius apabila seseorang

    mengabaikan kebersihan rongga mulutnya. Karies gigi dan penyakit periodontal

    adalah contoh penyakit terbanyak yang pada dasarnya disebabkan oleh aktivitas

    mikroorganisme patogen di dalam rongga mulut (Hebbal et al. 2012).

    Sekumpulan mikroorganisme tersebut membentuk komunitas yang kompleks dan

    berkembang dalam suatu matriks intraseluler yang dikenal dengan plak gigi. Plak

    berupa lapisan tipis, tidak berwarna dan lunak yang terdiri lebih dari 700 jenis

    bakteri dan melekat erat pada permukaan gigi (Seneviratne et al. 2011).

    Streptococcus mutans, Lactobacillus spp. dan Candida albicans adalah

    mikroorganisme dominan yang ditemukan pada plak gigi, memiliki sifat

    acidogenic dan acidophilic sehingga memiliki kemampuan mengkonversi

    karbohidrat menjadi asam dan dapat menurunkan pH lingkungan rongga mulut

    (Thaweboon et al. 2011). Plak di permukaan gigi dapat dipakai sebagai salah satu

    indikator kebersihan mulut. Pembersihan yang kurang baik dapat menyebabkan

    plak semakin melekat dan menjadi karang gigi setelah mengalami kalsifikasi

    (Hamsar 2006).

    Dalam jumlah sedikit plak tidak dapat terlihat kecuali apabila telah

    diwarnai dengan disclosing solution atau telah mengalami diskolorasi oleh

    pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. Apabila plak telah menumpuk,

  • 2

    akan terlihat berwarna abu-abu, kekuningan dan kuning. Plak biasanya terbentuk

    pada sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi yang cacat dan kasar

    (Putri, Herijulianti dan Nurjannah 2011).

    Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan

    plak pada permukaan gigi. Upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis

    maupun kimiawi. Menyikat gigi, menggunakan tounge scraper (pembersih lidah)

    dan dental floss merupakan cara mekanis yang efektif dalam mengendalikan plak,

    mencegah dan mengendalikan gingivitis apabila dilakukan menyeluruh dan teratur

    (Putti 2008). Sedangkan secara kimiawi, dapat dilakukan dengan menggunakan

    obat kumur yang merupakan perawatan non invasif tambahan bagi seseorang

    setelah menyikat gigi. Hal ini dianggap mampu menghilangkan sisa-sisa makanan

    dan bakteri yang tertinggal di dalam rongga mulut (Ramadhan 2010).

    Menurut Enda (2012), beberapa substansi kimia dalam obat kumur

    memiliki sifat antiseptik atau antibakteri yang berguna untuk menghambat

    pembentukan plak dan pencegahan gingivitis. Namun, obat kumur yang selama

    ini beredar di pasaran dan dirasa aman ternyata ada yang memiliki efek samping

    yang menakutkan. Khususnya yang mengandung alkohol, dapat memicu

    timbulnya kanker rongga mulut dan kerusakan pada lambung jika tertelan pada

    anak-anak. Oleh karena itu, diperlukan obat kumur alami yang aman bagi tubuh

    dan dapat digunakan dalam jangka waktu panjang tanpa menimbulkan efek

    samping yang berbahaya (Alburuda dan Merdana 2011).

    Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk

    mengurangi penggunaan bahan kimia adalah buah delima merah (Punica

    granatum). Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (2001), Reynald (2003), kulit

  • 3

    buah delima merah mengandung zat tannin yang bersifat antibakteri yang dapat

    menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus dan Staphylococcus. Ekstrak

    buah delima dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan

    Staphylococcus aureus pada pembentukan biofilm secara in vitro. Hal ini

    disebabkan oleh kandungan flavonoid dan tannin yang tinggi di dalam buah

    delima merah dan berfungsi sebagai agen antibakteri, sehingga dapat menghambat

    perlekatan bakteri pada permukaan gigi (Anita 2009 dan Irene 2011). Dalam

    bidang kesehatan mulut, buah delima merah banyak dimanfaatkan sebagai obat

    stomatitis, abses periapikal, ulserasi, agen antibakteri, dan antifungi (Louba 2007).

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul

    adalah apakah berkumur sari buah delima merah (Punica granatum) dapat

    menurunkan tingkat akumulasi plak?

    C. Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat berkumur sari buah

    delima merah (Punica granatum) terhadap penurunan tingkat akumulasi plak gigi.

    D. Manfaat

    Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

    1. Untuk memberikan informasi bagi masyarakat serta para tenaga kedokteran

    gigi mengenai manfaat berkumur dengan sari buah delima merah (Punica

  • 4

    granatum) sehingga masyarakat memilih untuk berkumur dengan sari buah

    delima.

    2. Untuk memberikan alternatif baru mengenai cara menurunkan akumulasi plak

    gigi sehingga kebersihan dan kesehatan rongga mulut dapat tercapai.

    3. Untuk membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan gigi dan

    mulut masyarakat secara preventif dan promotif.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Plak Gigi

    1. Pengertian Plak

    Menurut Besford (1996), permukaan luar dan dalam tubuh manusia

    ditutupi oleh bakteri, pada banyak area bakteri ini tidak berbahaya dan dapat

    hidup berdampingan dengan sel di permukaan tubuh. Beberapa kondisi

    menunjukkan bakteri ini sangat menguntungkan karena bakteri dan sel tubuh ini

    dapat mencegah perlekatan dan pertumbuhan bakteri lain yang merugikan.

    Pada saat lahir, mulut umumnya pada kondisi steril, tetapi beberapa jam

    setelahnya mikroorganisme sudah mulai bermunculan, terutama Streptococcus

    salivarius. Pada saat gigi geligi susu erupsi, sudah terbentuk flora yang kompleks.

    Bakteri terdapat di dalam saliva, pada lidah dan pipi, pada permukaan gigi,

    terutama daerah fisura dan leher gingiva. Jumlah bakteri di dalam saliva dapat

    sampai beratus-ratus juta permilimeter tetapi populasi bakteri terbesar dapat

    ditemukan pada dorsum lidah (Manson dan Eley 1989).

    Dewasa ini telah disadari bahwa harus ada suatu substansi di permukaan

    gigi agar penyakit gigi dapat terjadi, suatu substansi yang bertanggung jawab

    untuk proses penyakit tersebut disebut plak (Besford 1996). Plak adalah suatu

    lapisan transparan yang melekat erat pada permukaan gigi. Terdiri atas bakteri dan

    produk-produknya dalam bentuk bahan organik dan anorganik, cairan mulut, sel

    epitel yang lepas dan sel darah. Beberapa bakteri yang hidup di dalam rongga

    mulut mempunyai kemampuan membentuk koloni pada permukaan gigi dan

  • 6

    membentuk plak secara berkesinambungan (Armasastra 2011). Secara klinis, plak

    menumpuk dan melekat pada gigi-geligi dan objek lain di dalam mulut, misalnya

    restorasi, geligi tiruan dan kalkulus (Manson dan Eley 1993).

    Menurut Carranza et al. (2002) dental plak adalah deposit lunak yang

    berupa lapisan tipis yang melekat pada permukan gigi atau permukaan struktur

    keras lain di rongga mulut, termasuk pada restorasi lepasan atau cekat. Organisme

    yang dominan pada plak adalah streptokokus. Jumlah dan variasinya bermacam-

    macam dari individu satu ke individu lain lainnya, dari bagian mulut yang satu ke

    bagian mulut lainnya, bahan pada berbagai permukaan dari gigi yang sama,

    sebelum dan sesudah makan atau menyikat gigi. Usia, diet, komposisi saliva dan

    laju kecepatan alirannya, serta faktor-faktor sistemik semuanya mempengaruhi

    flora mulut (Manson dan Eley 1989).

    Costerton et al. (1987) mengartikan plak sebagai lapisan biofilm dengan

    kumpulan bakteri kompleks yang terdiri dari berbagai macam spesies yang

    berbeda dalam satu lingkungan. Susunan ini dapat memiliki keuntungan utama

    bagi bakteri maupun host. Sebagai contoh bakteri pada susunan tersebut lebih

    resisten terhadap perubahan lingkungan eksternal dan memiliki kebutuhan nutrisi

    yang rendah.

    Menurut Overman (2005), plak gigi merupakan biofilm yang terdiri dari

    berbagai spesies bakteri berupa deposit tak berbentuk, bergranula yang

    terakumulasi pada permukaan gigi dan merupakan suatu komunitas dari sejumlah

    bakteri yang melekat atau tertanam dalam suatu matriks polimer ekstraseluler.

    Biofilm sendiri diartikan sebagai komunitas bakteri yang terorganisasi dengan

    baik, melekat kuat pada struktur organik maupun anorganik dan sulit dilepaskan

    dengan hanya berkumur.

  • 7

    Dari berbagai macam pendapat mengenai definisi plak, harus diketahui

    bahwa ada beberapa macam plak bakteri yang berhubungan dengan penyakit

    rongga mulut dapat dibagi menjadi 2 tipe utama. Yang pertama adalah plak yang

    terdiri dari mikroorganisme yang padat dan menumpuk, berkolonisasi, bertumbuh

    dan melekat pada permukaan gigi. Tipe plak ini dapat berupa plak supragingiva

    atau subgingiva. Tipe yang kedua adalah plak subgingiva yang bebas atau

    menempel secara longgar di antara jaringan lunak dan permukaan gigi. Plak

    bakteri yang melekat ini tidak dapat dibersihkan dengan semprotan air yang kuat,

    tetapi dapat dihilangkan dengan pembersihan mekanis lain. Plak yang menempel

    dengan longgar sebagian besar terdiri dari bakteri anaerob (Fedi, Vernino dan

    Gray 2005).

    Plak dipengaruhi oleh bakteri (Streptococcus mutans), area kontak retensi

    plak misalnya restorasi yang berlebih, ketebalan plak, buffer saliva, aliran saliva,

    fluoride dan frekuensi mengkonsumsi karbohidrat. Beberapa faktor diketahui

    dapat mempengaruhi akumulasi plak, antara lain: gigi berjejal, permukaan yang

    kasar, area yang sulit dibersihkan, gigi berada di luar oklusi, serta multiplikasi

    bakteri (Quirynen, Teughels dan Haake 2006).

    Penelitian dengan mikroskop cahaya dan elektron telah membuktikan

    adanya perbedaan morfologi antara plak supragingiva dan subgingiva. Morfologi

    plak supragingiva pada gingivitis dan periodontitis tidak berbeda. Sel-sel bakteri

    terlihat padat menumpuk pada permukaan gigi dan terbentuk deposit dengan

    ketebalan 0,5 mm atau lebih. Komposisi deposit mikroba terdiri atas bakteri kokus

    dan beberapa filamen. Plak subgingiva pada periodontitis tersusun atas lapisan

    dalam dan lapisan luar. Lapisan dalam yang terdiri atas bakteri yang melekat erat

    dilanjutkan oleh plak supragingiva meski lebih tipis dan kurang teratur. Di luar

  • 8

    lapisan yang melekat erat ini dan di dekat jaringan lunak poket terdapat lapisan

    mikroorganisme yang melekat secara bebas terdiri atas sejumlah spirochaete dan

    bakteri gram-negatif (Fedi, Vernino dan Gray 2005).

    Plak yang sudah terbentuk pada sebuah lokasi akan terjadi keseimbangan

    diantara spesies komunitasnya dan juga oleh pengaruh-pengaruh lainnya yaitu

    komponen diet, kebersihan rongga mulut, pertahanan pejamu dan perubahan laju

    aliran saliva. Keseimbangan yang disebut homeostasis mikrobial ini terjadi karena

    interaksi yang terjadi antara berbagai organisme baik yang bersifat sinergis (saling

    menguntungkan) maupun yang bersifat antagonis (Marsh 2006).

    2. Komposisi Plak

    Rongga mulut manusia menjadi tuan rumah tempat kolonisasi berbagai

    macam mikroorganisme (bakteri, jamur). Pada permukaan gigi, koloni bakteri

    dapat berupa lapisan biofilm yang dikenal dengan plak. Secara umum komposisi

    plak meliputi mikroorganisme, matriks intraseluler yang terdiri dari komponen

    organik dan anorganik (Eley, Soory dan Manson 2010).

    Menurut Marsh (2004), plak terdiri dari 20% komponen padat dan 80%

    air. 70% dari komponen padat adalah bakteri. Berdasarkan jumlah bakteri, plak

    terdiri dari karbohidrat dan protein yang meningkatkan perlekatan terhadap

    enamel dan berperan sebagai protective cover dan reservoir dari asupan nutrisi

    melalui proses metabolit. Jika plak tidak dihilangkan maka akan menjadi matang

    (struktur makromolekul memperkuat plak) dan meningkatkan perlekatan plak

    pada enamel gigi. Melalui endapan mineral yang terus menerus, plak

    kemungkinan akan berubah menjadi kalkulus (Fischer 2012).

  • 9

    Dental plak tersusun terutama dari mikroorganisme dan 1 gram dari plak

    (berat basah) terdiri dari kira-kira 2x1011

    bakteri (Socransky et al. 1963).

    Diperkirakan lebih dari 325 bakteri dengan spesies berbeda ditemukan dalam plak

    (Moore 1987).

    Secara mikrobial, plak disebut sebagai biofilm, yang terdiri dari cairan

    hidrat dan maktriks polisakarida ekstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri. Pada

    sebagian besar lapisan, ion dan molekul dapat hidup secara luas dalam konsentrasi

    yang sangat berbeda dari keadaan cairan saliva disekitarnya. Bakteri pada biofilm

    juga dapat memperlihatkan aktivitas yang kooperatif dan menunjukkan reaksi

    yang berbeda dari spesies yang sama pada isolasi kultur media. Akibatnya, lapisan

    biofilm dapat resisten dari bahan antimikroba ataupun pertahanan imunologi yang

    mana pada dasarnya bakteri secara individual normal memiliki sensitivitas. Oleh

    karena itu, plak bakteri harus dianggap sebagai sesuatu yang memang ada dan

    tidak sebagai sekumpulan bakteri semata (Cawson dan Odell 2002).

    Mikroorganisme yang ditemukan pada plak bervariasi tergantung individu

    dan posisi di dalam mulut, serta umur plak itu sendiri. Plak muda (1-2 hari)

    sebagian besar tersusun atas bakteri gram-positif dan bakteri gram-negatif

    berbentuk kokus dan batang. Organisme ini biasa bertumbuh pada pelikel

    mukopolisakarida amorf dengan tebal kurang dari 1 mikron. Pelikel ini melekat

    pada email, sementum, atau dentin (Fedi, Vernino dan Gray 2005).

    Matriks interseluler, terdapat sekitar 20% dari massa plak, terdiri dari

    materi organik dan anorganik yang didapat dari saliva, cairan gingiva dan produk

    hasil bakteri. Unsur pokok organik dari matrik meliputi polisakarida, protein,

    glikoprotein dan lemak. Hasil produksi karbohidrat oleh bakteri yang paling

  • 10

    sering adalah dekstran, juga terdapat beberapa levan dan galaktosa. Komponen

    anorganik antara lain kalsium, fosfor, magnesium, sodium, potassium, dan

    fluoride. Kandungan garam anorganik paling tinggi terdapat pada bagian

    permukaan lingual pada gigi insisivus bawah (Eley, Soory dan Manson (2010).

    Roeslan (2002) mnegungkapkan bahwa plak gigi mengandung tiga

    komponen fungsional yaitu :

    a. Organisme kariogenik terutama Streptococcus mutans, L. acidophilus, dan A.

    viscosus.

    b. Organisme penyebab kelainan periodontal khususnya Bacterioides

    melaninogenicus, Veilonella alcalescens, Fusobacteria dan Spirochaetes juga

    terlibat.

    c. Bahan adjuvant dan supresif yang paling potensial adalah lipopolisakarida

    (LPS), dekstran, levan, dan asam lipoteikoat (LTA).

    Selain yang telah dijelaskan di atas, unsur-unsur lain yang ditemukan

    dalam plak antara lain :

    a. Sel epitel. Sel-sel epitel hampir selalu ditemukan dalam sampel plak.

    Gambaran yang terlihat terdiri dari berbagai tingkat integrasi anatomi, dari

    bentuk sel terdeskuamasi dengan nuklei yang besar dan dinding sel yang jelas

    sehingga tampak gambaran seperti hantu, dengan bakteri bergerombol

    menegelilingi sel-sel epitel.

    b. Sel darah putih. Leukosit, biasanya sel neutrophil polimorfonuklear (PMN),

    dapat ditemukan dalam berbagai tingkatan vitalitas pada beberapa fase

    inflamasi.

  • 11

    c. Eritrosit. Sel eritrosit terlihat pada sampel plak yang diambil dari permukaan

    gigi disekitar gingiva yang mengalami ulserasi.

    d. Protozoa. Entamoeba dan Trichomonas sering ditemukan pada plak yang

    diambil dari permukaan gigi yang mengalami gingivitis akut dan dari dalam

    poket periodontal.

    e. Partikel makanan. Secara mikroskopis, kadang terlihat partikel makanan

    seperti serabut otot (daging) dengan ciri adanya striae otot.

    f. Komponen lain. Di dalam plak kemungkinan ditemukan elemen lain yang

    tidak spesifik seperti partikel berbentuk kristal (fragmen halus sementum,

    kalsifikasi awal atau partikel makanan yang tidak teridentifikasi).

    (Fedi, Vernino dan Gray 2005)

    3. Proses Terbentuknya Plak

    Menurut Eley, Soory dan Manson (2010), secara umum proses

    pembentukan plak terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama merupakan tahap

    pembentukan lapisan acquired pellicle, tahap kedua merupakan tahap kolonisasi

    awal bakteri dan tahap yang terakhir adalah tahap kolonisasi kedua dan proses

    pematangan plak.

    Beberapa detik setelah penyikatan gigi, akan terbentuk deposit selapis tipis

    dari protein saliva yang terutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan gigi

    (serta pada restorasi dan geligi tiruan). Lapisan ini yang disebut pelikel, adalah

    tipis (0,5 m), translusen, halus dan tidak berwarna. Lapisan ini melekat erat pada

    permukan gigi dan hanya dapat dilepas dengan friksi positif. Pada awalnya,

    lapisan ini bebas dari bakteri (Eley, Soory dan Manson 2010).

  • 12

    Komponen saliva di dalam pelikel terhadap ikatan mikroorganisme pada

    permukaan gigi sangatlah berpengaruh. Terutama ikatan S.sanguis sangat

    meningkat oleh adanya pelikel saliva. Bila bakteri sebelumnya diinkubasi dengan

    saliva, hal ini mengakibatkan reduksi kuat pelekatan pada permukaan gigi,

    mungkin disebabkan oleh agregasi karena pengaruh komponen-komponen saliva

    (Amerongen 1992).

    Fungsi pelikel saliva adalah perlindungan. Glikoprotein saliva dan kalsium

    fosfat saliva terserap pada permukaan email dan membantu mengurangi keausan

    gigi. Pelikel juga membatasi difusi produk asam dari pemecahan gula. Pelikel

    dapat mengikat berbagai ion organik seperti kalsium, fosfat, dan fluoride, dan

    mengandung faktor-faktor antibakteri seperti IgG, IgA, IgM, komplemen dan

    lisosim (Eley, Soory dan Manson 2010).

    Interaksi spesifik terjadi antara komponen-komponen pelikel pada

    permukaan gigi dan adhesi pada permukaan bakteri. Kolonisasi bakteri dapat

    dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pembangunan dinding sel bakteri, ada

    tidaknya fibria, co-agregasi antara berbagai jenis bakteri (Amerongen 1992).

    Segera beberapa menit setelah pelikel terbentuk dan terdeposit pada

    permukaan gigi, maka akan timbul populasi bakteri disekitarnya. Pada proses

    terbentuknya plak, yang pertama berkolonisasi pada permukaan gigi adalah

    terutama S. sanguis dan A. viscosus. Kedua jenis bakteri ini memiliki sifat

    menguntungkan untuk secara relatif cepat mengikatkan diri dan berkembang biak

    (Amerongen 1992).

    Bakteri dapat terdeposit langsung ke permukaan enamel gigi, tetapi

    biasanya bakteri berikatan dengan pelikel dan agregasi bakteri tersebut mungkin

  • 13

    dilapisi oleh glikoprotein saliva. Pada beberapa jam pertama, spesies dari

    Streptococcus dan sedikit Actinomyces mulai berikatan dengan pelikel dan ini

    merupakan tahap awal kolonisasi bakteri. Selama 1 hari pertama populasi bakteri

    ini terus tumbuh dan menyebar ke seluruh permukaan gigi lainnya. Bakteri

    membentuk kolom-kolom dan dipisahkan oleh jarak yang sempit dan muncul

    spesies baru dalam pertumbuhan plak di dalam celah sempit ini. Deposit yang

    terbentuk oleh susunan spesies baru tersebut berikatan dengan bakteri perintis

    dengan mekanisme molekul lock and key. Sehubungan dengan hal itu, spesies

    baru tersebut berasal dari saliva atau pada daerah sekitar membran mukosa untuk

    memberikan kesan alami sifat bakteri pada permukaan gigi dan berinteraksi

    dengan membentuk ikatan dengan bakteri plak yang telah ada sebelumnya.

    Penggabungan ini dikenal dengan intergeneric co-aggregation dan ditengahi

    oleh protein spesifik yang terjadi diantara kumpulan sel (Kolenbrander 1988).

    Selanjutnya, kolonisasi bakteri yang kedua menempel ke dalam plak

    dibelakang plak primer yang telah terlebih dahulu terbentuk dan mengambil

    keuntungan dari perubahan lingkungan yang merupakan hasil metabolisme dan

    pertumbuhan plak primer. Pertama pada proses ini, sisa celah yang ada yang

    dihasilkan oleh interaksi bakteri yang telah dijelaskan di atas, ditempati oleh

    bakteri kokus gram-negatif seperti spesies Neisseria dan Veillonela. Setelah

    bertumbuh 2 hingga 4 hari, terjadi perubahan jumlah dan tipe mikroorganisme

    dalam plak. Bakteri gram-negatif kokus dan bakteri gram-negatif batang

    bertambah banyak, sedangkan Bacilli fusiformis dan filament semakin jelas (Fedi,

    Vernino dan Gray 2005).

  • 14

    Kedua, setelah 4-7 hari jika pertumbuhan plak tidak dikontrol atau

    dibersihkan, maka akan terjadi inflamasi pada gingiva. Selama proses ini kondisi

    lingkungan akan berangsur-angsur berubah dan menyebabkan perubahan selektif

    yang lebih lanjut. Termasuk terbukanya celah gingiva sebagai tempat tumbuhnya

    bakteri dan menyebabkan cairan sulkus gingiva mengalir keluar dan menghasilkan

    pasokan nutrisi lebih banyak. Ini memungkinkan bakteri lain dengan persyaratan

    metabolisme yang berbeda dapat masuk ke dalam plak, termasuk bakteri batang

    gram-negatif seperti spesies Provotella, Porphyromonas, Capnocytophaga,

    Fusobacterium dan Bacterioides. Pada 7-11 hari selanjutnya kompleksitas plak

    meningkat lebih jauh lagi dengan munculnya bakteri motile seperti Spirochaetes

    dan Vibrio. Interaksi bakteri lebih lanjut terjadi antara sejumlah spesies yang

    berbeda. Koloni bakteri sekunder ini juga membentuk kelompok-kelompok utama

    yang selanjutnya membentuk plak subgingiva (Kolenbrander et al. 1989).

    Jadi, terbentuknya mikroflora kompleks menunjukkan adanya suatu

    keseimbangan ekosistem mikrobial di permukaan gigi. Plak matang terbungkus

    oleh berbagai macam spesies bakteri asli sehingga membuat spesies bakteri

    eksogen sulit masuk ke dalamnya (Christersson et al. 1985). Dengan demikian,

    dental plak, seperti flora asli lainnya di kulit, mulut, membran mukosa dan di

    dalam usus, memiliki proteksi tinggi dalam mencegah masuknya spesies patogen

    (Eley, Soory dan Manson 2010).

    Proses metabolik bakteri dapat menyebabkan penurunan pH plak. Sebagai

    hasilnya, bagian dasar enamel mulai larut dan pada akhirnya akan menyebabkan

    terjadinya karies gigi. Bertambahnya jumlah plak akan memudahkan terjadinya

    inflamasi pada gingiva yang dikenal dengan gingivitis. Jika tidak dilakukan

  • 15

    perawatan, gingivitis kemungkinan besar akan berkembang menjadi periodontitis

    atau peri-implantitis pada pasien yang menggunakan restorasi implan. Hal ini

    tentu dapat membahayakan kesehatan gigi dan gingiva juga ketahanan restorasi

    (Fischer 2012).

    Di dalam saliva terdapat berbagai biopolimer, yang dapat terikat pada

    mikroorganisme mulut, yang menyebabkan agregasi. Pembentukan agregat besar

    (lebih dari 4-8 sel) menghalang-halangi kolonisasi dan menyebabkan hilangnya

    mikroorganisme dari rongga mulut. Berbagai macam faktor agregasi ini dan juga

    komponen-komponen saliva lainnya dapat melekat pada permukaan jaringan

    mulut dan justru menaikkan kolonisasi bakteri. Bahwa faktor-faktor agregasi di

    dalam saliva adalah juga faktor-faktor adherensi pada permukaan gigi, terbukti

    dari kenyataan bahwa jika saliva dipreinkubasi dengan Streptoccocus sanguis dan

    Streptococcus mutans dan dengan hidroksiapatit untuk menginduksi pelikel,

    perlekatan akan berkurang sampai hanya 10%. Secara umum diketahui bahwa

    membutuhkan waktu 2-4 jam sebelum mikroorganisme secara klinis dapat

    ditunjukkan pada permukaan yang dipolis, sedangkan pembentukan pelikel

    dimulai sejak menit pertama dan tetap berlangsung. Disimpulkan bahwa

    pembentukan pelikel mendahului permulaan terbentuknya plak (Amerongen

    1992).

    Menurut Mustaqimah (2003), setiap sel bakteri pada umumnya memiliki

    sifat untuk membelah atau menjadi banyak dalam waktu lebih dari 4 jam,

    sehingga 8 jam setelah gigi dibersihkan sudah terdapat penyebaran bakteri. Dalam

    waktu 12 jam setelah penyikatan gigi, bakteri sudah mengalami kolonisasi sebagai

    massa yang meliputi sebagian besar permukaan gigi. Dalam 24 jam setelah

  • 16

    penyikatan gigi tersebut, plak sudah terbentuk secara sempurna dan melekat

    sangat erat pada tempatnya.

    Menghilangkan plak dengan teratur adalah pokok penting untuk kesehatan

    mulut dan pemeliharaan terhadap suatu perbaikannya. Namun disayangkan, plak

    tidak mudah dideteksi oleh mata yang tidak terlatih. Harus menggunakan bantuan

    sebuah agen penyingkap plak agar dapat membuatnya terlihat dan dapat

    digunakan untuk menunjukkan kepada pasien dimana plak melekat pada gigi

    mereka. Agen penyingkap ini dikenal dengan disclosing agent. Dalam sehari-hari

    dikenal dengan bahan pewarna untuk mengevaluasi pembersihan gigi yang sudah

    dilakukan. Bahan pewarna yang biasa digunakan adalah iodine, mercurochrome,

    bahan pewarna makanan, dan Bismarck brown (Pintaulli dan Hamada 2010).

    Syarat disclosing agent sebagai zat pewarna adalah warnanya harus

    kontras dengan warna gigi dalam mulut, dengan kumur-kumur ringan warnanya

    tidak mudah hilang, rasanya cukup enak sehingga disukai anak-anak, tidak alergi

    pada mukosa mulut, mempunyai daya kerja yang efisien dalam pencegahan

    pembentukan plak seperti mengandung bahan antibakteri, bahan antiseptik dan

    bahan astringent (Fedi, Vernino dan Gray 2005).

    4. Pengendalian Plak

    Menurut Fedi, Vernino dan Gray (2005), pengendalian plak atau kontrol

    plak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penatalaksanaan penyakit

    rongga mulut terutama penyakit periodontal. Plak kontrol adalah pengambilan

    dari mikrobial plak dan pencegahan akumulasinya pada permukaan gigi serta pada

    permukaan gingiva di sekitarnya. Dengan demikian plak kontrol menjadi suatu

    cara yang efektif dalam hal penanganan dan pencegahan terjadinya gingivitis

  • 17

    sehingga dapat pula dicegah terjadinya kelainan yang lebih lanjut yaitu penyakit

    periodontal.

    Pengendalian plak dapat dilakukan dengan cara mekanis maupun kimia.

    Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak

    secara mekanis yang merupakan gold standard dari upaya pengendalian plak.

    Tujuan menyikat gigi antara lain untuk menyingkirkan plak atau mencegah

    pembentukan plak, membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stain,

    merangsang jaringan gingiva serta melapisi permukaan gigi dengan fluor. Proses

    penyikatan gigi tidak lepas dengan penggunaan dentifrices atau pasta gigi. Pasta

    gigi digunakan bersama dengan sikat gigi untuk membersihkan dan memoles

    seluruh permukaan gigi. Fungsi utama dari pasta gigi adalah membantu sikat gigi

    dalam membersihkan permukaan gigi dari pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan,

    fungsi sekundernya yaitu memperkilat gigi dan mempertinggi kesehatan gingiva

    serta mengurangi bau mulut (Pintaulli dan Hamada 2010).

    Upaya mekanik lainnya adalah penggunaan benang gigi atau dental floss

    untuk menyempurnakan proses pembersihan seluruh permukaan gigi. Dental floss

    berbentuk benang, ada yang berlapis lilin maupun tidak serta ada yang terbuat dari

    nilon atau sutra. Floss digunakan untuk menghilangkan plak dan memoles daerah

    interproksimal gigi serta membersihkan partikel-partikel sisa makanan yang

    tertinggal dibawah titik kontak (Fedi, Vernino dan Gray 2005).

    Ditinjau dari sudut bakteriologis, tidak dapat dijamin bahwa tindakan

    mekanis seperti penyikatan gigi dan flossing yang baik akan dapat menghilangkan

    semua plak dari permukaan gigi, harus disertai dengan upaya tambahan seperti

  • 18

    penggunaan obat kumur untuk memberikan efektivitas pembersihan rongga mulut

    yang maksimal (Pintaulli dan Hamada 2010).

    Secara umum, obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan

    untuk membilas rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk

    menyingkirkan bakteri perusak, membersihkan sisa makanan yang dapat

    menyebabkan plak yang tidak terjangkau ketika menyikat gigi, menghilangkan

    bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi atau mencegah

    karies gigi (Khoiriah 2012). Dewasa ini sudah beredar berbagai obat kumur yang

    mengandung bahan antimikroba dan beberapa diantaranya dapat membantu

    mengendalikan pertumbuhan plak supragingiva dan gingivitis (Fedi, Vernino dan

    Gray 2005).

    Pada awalnya, obat kumur digunakan untuk memberikan nafas yang segar.

    Kebanyakan obat kumur mengandung campuran ammonium, asam benzoate, dan

    fenol. Sama seperti pasta gigi, pemasaran obat kumur berhubungan dengan rasa,

    warna, bau, dan sensasi yang diberikan obat kumur tersebut. Sensasi ini diperoleh

    dengan menambahkan astringent seperti alum, zinc asetat, zinc stearate, zinc

    sitrat dan asam sitrat. Bila ditambahkan zinc sulfat akan berfungsi sebagai anti

    plak. Suatu loka karya negara-negara Eropa dalam bidang Periodontology (1994)

    menyimpulkan bahwa sekarang ini obat kumur yang paling baik adalah bahan

    kontrol plak kemis seperti chlorhexidine terutama apabila pembersihan gigi secara

    mekanis tidak mungkin atau sulit dilakukan. Chlorhexidine 0,2% terbukti cukup

    efektif sehingga mendapat ijin dari Food and Drug Administration di Amerika

    Serikat untuk dipasarkan dan digunakan hampir di seluruh dunia. Salah satu

    keuntungannya adalah campuran ini memiliki sifat antibakteri yang bertahan 12

  • 19

    jam sampai dilakukan kembali kumur-kumur dengan larutan tersebut (Fedi,

    Vernino dan Gray 2005).

    Menurut Schiott (1976), penggunaan obat kumur setiap hari secara terus

    menerus dapat mengurangi bakteri dalam saliva sebanyak 30-50% dan dalam plak

    sebanyak 55-97%. Chlorhexidine 0,2% yang digunakan setiap hari dalam bentuk

    larutan kumur juga terbukti efektif dalam mencegah pembentukan plak. namun,

    tidak semua obat kumur yang terdapat di pasaran terbebas dari kandungan bahan

    kimiawi yang berlebihan. Banyaknya zat tambahan yang terkandung dalam

    beberapa larutan obat kumur, memberikan pertimbangan kepada masyarakat

    untuk lebih bijaksana dalam menggunakan produk jadi yang telah tersedia. Seiring

    perkembangan teknologi dan kesadaran akan pentingnya kesehatan, masyarakat

    cenderung lebih berhatihati dalam penggunaan larutan berbahan kimia dan lebih

    memilih menggunakan produk substansi herbal untuk mencegah ketergantungan

    terhadap zat kimia tersebut. Ekstrak dari buah-buahan dan tanaman menjadi

    pilihan paling populer di masyarakat sebagai obat-obatan herbal belakangan ini.

    5. Indeks Plak

    Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan

    keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Pada umumnya untuk mengukur

    kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu indeks. Indeks adalah suatu angka

    yang menunjukkan keadaan klinis yang didapat pada saat dilakukan pemeriksaan,

    dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun

    kalkulus, dengan demikian angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang

    objektif (Putri, Herijulianti dan Nurjannah 2011).

  • 20

    Adapun beberapa indeks yang digunakan untuk mengukur plak, yaitu :

    a. Indeks plak OLeary

    Indeks plak OLeary menggunakan gambar atau grafik yang dapat

    menunjukkan lokasi plak sehingga memungkinkan dokter gigi dan pasien

    untuk melihat kemajuan setelah pasien melakukan kontrol plak. Selain itu,

    gambar ini memudahkan dokter menentukan lokasi penumpukan plak dan

    bagian mana yang harus lebih ditekankan penyikatan giginya atau

    pembersihan dengan dental floss.

    Tahapan dalam penggunaan indeks plak ini adalah sebagai berikut :

    1. Gigi dibagi atas 4 bagian yaitu mesial, distal, bukal dan lingual.

    2. Sebelum dilakukan pemeriksaan, semua gigi yang hilang ditandai x dan

    gigi yang masih ada dicatat. Untuk tujuan kontrol plak, semua gigi yang

    merupakan pontik atau bridge harus diberi skor sama seperti gigi asli

    karena plak dapat menumpuk di seluruh permukaan gigi.

    3. Pasien diinstruksikan berkumur untuk menyingkirkan sisa makanan atau

    debris.

    4. Seluruh permukaan gigi diolesi dengan disclosing agent. Pastikan bahwa

    daerah pertemuan gigi dan gusi (dentogingival junction) sudah tercakup.

    5. Setelah berkumur dengn air, gunakan ujung sonde untuk memastikan ada

    tidaknya plak di daerah dentogingival junction. Bila dijumpai plak pada

    permukaan gigi yang berkontak dengan margin gingiva, maka pada kartu

    diwarnai hitam atau merah.

    Pemeriksaan dengan menggunakan indeks ini hanya dilakukan pada

    permukaan yang ada plak dan diberi skor. Untuk yang tidak ada plak dibiarkan

  • 21

    kosong, kemudian jumlah total permukaan yang diberi skor ditambahkan dan

    dibagi dengan jumlah total permukaan yang ada dalam rongga mulut dan

    dikalikan seratus. Hasil inilah yang merupakan nilai indeks plak pasien. Untuk

    mengevaluasi perkembangan kontrol plak pasien maka dapat dilakukan

    dengan menggunakan indeks skor awal dan berikutnya (OLeary 1972 cit.

    Pintaulli dan Hamada 2010).

    b. Indeks plak L e & Silness

    Indeks plak L e & Silness diindikasikan untuk mengukur skor plak

    berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat margin gingiva.

    Disarankan untuk menggunakannya bersama dengan indeks gingiva (L e &

    Silness 1964) sehingga dapat membantu melihat adanya hubungan plak gigi

    dengan inflamasi gingiva. Setiap gigi diperiksa empat permukaan yaitu

    permukaan mesial, distal, lingual dan fasial, kemudian skornya dihitung

    (Gambar 2.1) dan (Gambar 2.2). Skor berkisar 0 1 dikategorikan baik, 1,1

    2 sedang dan 2,1 3 buruk (Tabel 2.1) (L e & Silness 1964 cit Pintauli dan

    Hamada 2010).

    Tabel 2.1. Cara pemberian skor untuk indeks plak

    Kode Kriteria

    0 Tidak ada plak pada gingiva

    1 Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingiva

    di daerah yang berbatasan dengan gigi tetangga

    2 Dijumpai tumpukan sedang deosit lunak pada saku gingiva dan

    pada margin gingiva dan atau pada permukaan gigi tetangga

    yang dapat dilihat langsung

    3 Terdapat deposit lunak yang banyak pada saku gusi dan atau

    pada margn dan gigi tetangga

  • 22

    Gambar 2.1. Rumus menghitung indeks plak untuk satu gigi (dikutip dari

    L e & Silness 1964 cit. Pintauli dan Hamada 2010)

    Gambar 2.2. Rumus menghitung indeks plak untuk keseluruhan gigi

    (dikutip dari L e & Silness 1964 cit. Pintauli dan Hamada 2010)

    c. Indeks Plaque Formation Rate (PFRI)

    PFRI mengukur pembentukan plak selama satu hari, yaitu

    penumpukan plak yang terjadi pada gigi selama 24 jam setelah dilakukan

    pembersihan gigi. Pemahaman tentang pentingnya faktor yang dapat

    mengontrol pembentukan plak gigi merupakan alasan dibuatnya indeks ini.

    Prosedurnya meliputi :

    1. Pembersihan gigi.

    2. Pasien diinstruksikan untuk tidak menyikat gigi atau membersihkan

    giginya selama 24 jam.

    3. Setelah 24 jam, gigi diperiksa untuk melihat keberadaan plak.

    4. Setelah permukaan diperiksa yaitu permukaan mesiobukal, distobukal,

    mesiolingual dan distolingual kecuali permukaan oklusal. Kemudian skor

    Jumlah seluruh skor dari empat permukaan

    Untuk satu gigi =

    4

    Jumlah skor indeks plak

    Untuk keseluruhan gigi =

    Jumlah gigi yang ada

  • 23

    plak dihitung (Gambar 2.3) dan disesuaikan dengan 5 skala perhitungan

    PFRI (Tabel 2.2)

    Tabel 2.2. Presentase permukaan gigi yang terkena plak dengan skor PFRI

    % permukaan gigi yang terkena plak Skor Level

    1 10

    11 20

    21 30

    31 40

    >40

    1

    2

    3

    4

    5

    Sangat rendah

    Rendah

    Sedang

    Tinggi

    Sangat tinggi

    Gambar 2.3. Rumus menghitung PFR (dikutip dari Pintauli dan Hamada 2010)

    Gambar 2.3. Rumus menghitung indeks plak PFRI

    d. Indeks plak Turesky-Gilmore-Glickman Modification of The Quigley-Hein

    Indeks plak ini mengukur akumulasi plak permukaan gigi dengan

    menggunakan skor dari 0 5, dimana skor 0 berarti tidak ada plak, skor 1 berarti

    bercak plak pada cervical margin gigi, skor 2 berarti selapis tipis plak pada

    cervikal margin gigi (1 mm), skor 3 berarti lapisan plak lebih dari 1 mm namun

    tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi, skor 4 berarti lapisan plak lebih dari 1/3

    permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi, dan skor 5 berarti

    lapisan plak pada 2/3 atau lebih permukaan gigi (Carranza 1990 cit. Dewi dkk.

    2011).

    Jumlah permukaan gigi yang ada plak

    PFR = x 100%

    Jumlah gigi yang diperiksa x 6 permukaan gigi yang diperiksa

  • 24

    Gambar 2.4. Indeks plak oleh Turesky-Gilmore-Glickman Modification of The

    Quigley-Hein. Skor 0 = tidak ada plak, skor 1 = bercak plak pada

    cervical margin gigi, skor 2 = selapis tipis plak pada cervical

    margin gigi (1 mm), skor 3 = lapisan plak lebih dari 1 mm namun

    tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi, skor 4 = lapisan plak lebih

    dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan

    gigi, dan skor 5 = lapisan plak pada 2/3 atau lebih permukaan gigi

    (dikutip dari Carranza 1990 cit. Dewi dkk. 2011).

    e. Indeks plak Personal Hygiene Performance (Indeks PHP)

    Indeks ini pertama kali dikembangkan dengan maksud untuk menilai

    individu atau perorangan dalam pembersihan plak setelah diberi instruksi

    menyikat gigi (Podshadley dan Haley 1968 cit Pintaulli dan Hamada 2010 ).

    Cara pemeriksaan klinis berdasarkan indeks plak PHP adalah sebagai

    berikut :

    1. Digunakan bahan pewarna gigi yang berwarna merah (disclosing agent) untuk

    memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan gigi.

    2. Pemeriksaan dilakukan pada mahkota gigi bagian fasial atau lingual dengan

    membagi tiap permukaan mahkota gigi menjadi lima subdivisi (Gambar 2.5),

    yaitu D (distal), G (sepertiga tengah gingival0, M (mesial), C (sepertiga

    tengah), I/O (sepertiga tengah insisal atau oklusal).

  • 25

    Gambar 2.5. Lima subdivisi permukaan gigi dalam Indeks PHP

    3. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada :

    a. Permukaan labial gigi insisif pertama kanan atas.

    b. Permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah.

    c. Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas.

    d. Permukan bukal gigi molar pertama kiri atas.

    e. Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah.

    f. Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah.

    4. Cara penilaian plak adalah : Nilai 0 = tidak ada plak, Nilai 1 = ada plak.

    5. Cara pengukuran untuk menentukan indeks plak PHP yaitu dengan rumus :

    jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa

    IP PHP =

    Jumlah gigi yang diperiksa

    6. Kriteria penilaian tingkat kebersihan mulut berdasarkan indeks plak PHP

    (Personal Hygiene Performance), yaitu :

    Sangat baik = 0

    Baik = 0,1 1,7

    Sedang = 1,8 3,4

    Buruk = 3,5 5

    Insisif Molar

    M C

    I

    G

    D M

    O

    C

    G

    D

  • 26

    B. Delima Merah (Punica granatum)

    1. Deskripsi Delima Merah (Punica granatum)

    Secara morfologi, tumbuhan delima merah (Punica granatum) merupakan

    tanaman semak atau perdu meranggas yang dapat tumbuh dengan tinggi mencapai

    5-8 meter. Tanaman ini berasal dari Persia dan daerah Himalaya yang terletak di

    selatan India. Tanaman buah delima tersebar mulai dari daerah subtropik hingga

    tropik, dari dataran rendah hingga ketinggian di bawah 1000 m dpl. Tanaman ini

    sangat cocok untuk ditanam di tanah yang gembur dan tidak terendam oleh air,

    serta air tanahnya tidak dalam (Madhawati 2012).

    Batang tanaman delima berbentuk kayu ranting yang bersegi, dan

    percabangan banyak tetapi lemah. Pada ketiak daunnya, terdapat duri. Saat masih

    muda, warnanya cokelat, dan berubah menjadi hijau kotor setelah tua. Daunnya

    tunggal dengan tangkai yang pendek dan letaknya berkelompok. Daun delima

    memiliki bentuk yang lonjong dengan pangkal yang lancip, ujung tumpul, tepi

    rata, pertulangan menyirip, dan permukaan mengkilap. Panjang daun bisa

    mencapai 1-9 cm dengan lebar 0,5-2,5 cm (Savitri 2008).

    Gambar 2.6. Tumbuhan delima (Dapoenk 2013)

  • 27

    Delima dapat berbunga sepanjang tahun, bunganya tunggal dengan tangkai

    pendek, serta keluar di ujung ranting atau ketiak daun yang paling atas. Bunga

    delima biasanya 1-5 kuntum berada di ujung ranting, berlilin, panjang dan

    lebarnya masing-masing 4-5 cm, daun kelopak dan penyangganya sama-sama 2-3

    cm panjangnya. Bunga delima biasanya berwarna merah, putih dan ungu. Warna

    bunga dapat menentukan warna daging buah delima di dalamnya

    (Madhawati 2012).

    Menurut Desmond (2000) cit Budka (2008), delima merah memiliki kulit

    buah yang tebal dan warnanya beragam seperti hijau keunguan, putih, coklat

    kemerahan atau ungu kehitaman. Buahnya berbentuk bulat dengan diameter 5-12

    cm, beratnya kurang lebih 100-300 gram, terdiri dari biji-biji kecil, tersusun tidak

    beraturan, berwarna putih sampai kemerahan.

    2. Klasifikasi Ilmiah Buah Delima Merah (Punica granatum)

    Adapun klasifikasi ilmiah delima merah (Punica granatum) adalah sebagai

    berikut :

    - Kerajaan : Plantae

    - Divisi : Magnoliophyta

    - Kelas : Magnoliopsida

    - Upakelas : Rosidae

    - Ordo : Myrtales

    - Famili : Lythraceae

    - Genus : Punica

    - Spesies : P.granatum

    - Nama binomial : Punica granatum L.

  • 28

    - Sinonim : Punica malus , Linnaeus 1758

    (sumber : Budka 2008)

    Di Indonesia, buah delima dikelompokkan sesuai dengan warnanya, yaitu

    delima merah, putih dan ungu. Diantara ketiganya, buah delima merah adalah

    yang paling terkenal dan mudah ditemui. Buahnya berbentuk bulat dengan

    diameter 5-12 cm. Terdapat bercak-bercak yang agak menonjol dan berwarna

    lebih tua pada buah tersebut. Buah ini dikenali dengan adanya calyx atau mahkota

    yang menjadi ciri khasnya (Madhawati 2012).

    3. Kandungan Buah Delima (Punica granatum)

    Delima merah terkenal memiliki banyak kandungan zat aktif pada

    beberapa bagian tanamannya, antara lain pada bagian akar, buah, bunga, kulit

    batang dan kulit buahnya. Bagian-bagian tersebut memiliki kandungan kimia yang

    berbeda-beda pada setiap bagiannya (Savitri 2008).

    Kandungan kimia kulit buah delima merah mengandung alkaloid

    pelletierene, granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercitrin, elligatanin, resin,

    triterpenoid, kalsium oksalat dan pati. Kulit akar dan kulit kayu mengandung

    sekitar 20% elligatanin dan 0,5-1% senyawa alkaloid, antara lain alkaloid

    pelletierene (C8H14N0), Pseudopelletierine (C8H15N0), dan metilpelletierene

    (C8HNO). Alkaloid pelletierine sangat toksik sehingga menyebabkan kelumpuhan

    cacing pita, cacing gelang dan cacing kremi. Daun mengandung alkaloid, tanin,

    kalsium oksalat, lemak, sulfur peroksidase (Savitri 2008).

    Menurut Eibond 2004 cit Sugianto dkk. (2011), di dalam buah delima

    merah yang sudah matang, terdapat butiran-butiran biji berwarna putih yang

    dibungkus oleh daging buah. Daging buah delima mengandung banyak air, serta

    memiliki rasa yang manis keasaman dan manis yang menyegarkan. Selain dapat

  • 29

    dikonsumsi secara langsung, buah delima merah dapat dijadikan jus, ekstrak

    maupun sari buah. Bagian buah delima merah yang dapat dimakan (kurang lebih

    50% dari berat total buah) terdiri dari 80% jus dan 20% biji. Jus segar dari buah

    delima merah mengandung 85% air, 10% gula dan 1,5 % pektin, asam askorbat,

    dan flavonoid polifenol.

    Gambar 2.7. Buah Delima merah (Flexmedia 2013)

    Kandungan polifenol dalam buah delima tergantung dari jenis dan

    varietasnya yang sebagian besar terdiri dari antosianin, katekin, ellagic tannins,

    gallic, dan ellagic acid. Polifenol kompleks bersifat antioksidan yang dapat

    diserap dalam tubuh manusia. Selain polifenol, jus delima juga mengandung

    vitamin C yang bersifat antioksidan (Buhler and Miranda 2005 cit Sugianto dkk.

    2011). Jus buah delima merah mengandung asam sitrat, asam malat, glukosa,

    fruktosa, maltose, vitamin (A,C), mineral (kalsium, fosfor, zat besi, magnesium,

    natrium dan kalium) serta tannin (Savitri 2008).

    Sifat antibakteri yang dimiliki buah delima merah merupakan true

    antibiotics, dikarenakan tanpa adanya efek samping, manfaat yang penting adalah

    adanya sifat bakterisid dan bakteriostatik pada bakteri pathogen yang telah

    resisten terhadap antibiotik sintetis (Khan dan Hanee 2011).

  • 30

    Aktivitas antimikrobial delima merah telah banyak diteliti oleh ilmuwan.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al-Zoreky (2009), membuktikan

    bahwa ekstrak delima memiliki aktivitas antibakterial melawan beberapa bakteri,

    termasuk Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Sedangkan dalam

    penelitian sebelumnya, Burapadaja (1995) menemukan bahwa kulit buah delima

    merah memiliki aktivitas antimikrobial terhadap Streptococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa (Hulya et al. 2011 cit Kusumo 2013).

    Wage (1999) melakukan penelitian yang menemukan bahwa tannin yang

    merupakan salah satu kandungan utama dari buah delima merah mmpu

    mengisolasi Staphylococcus aureus (44,3%), Streptococcus sp. (18%),

    Staphylococcus sp. (12,8%). Selain itu, penelitian yang dilakukan Menezes (2006)

    menunjukkan buah delima merah sebagai antibakteri yang digunakan sebagai

    alternatif perawatan bakteri plak. Buah delima juga berperan sebagai pengobatan

    alternatif penyakit inflamasi kronis (Lansky dan Newman 2007).

    Fungsi antibakteri dan antimikroba juga terlihat pada uji fitoterapi buah

    delima yang mampu melawan Streptococci strains, Streptococcus mutans,

    Streptococcus mitis dan Candida albicans. Mikroorganisme-mikroorganisme

    tersebut merupakan mikroba terbanyak yang terdapat di rongga mulut manusia.

    Kandungan-kandungan potential yang dimiliki ekstrak buah delima merah bersifat

    bakteriostatik dan bakterisid. Tannin merupakan basis aktivitas antibakterial

    dengan merusak membran sel yang menyebabkan kebocoran intraseluler,

    flavonoid memiliki efek antibakteri karena kemampuannya berinteraksi dengan

    DNA bakteri, alkaloid mampu mengganggu komponen penyusun peptidoglikan,

    sehingga dinding sel bakteri tidak terbentuk utuh (Smullen et al. 2007)

  • 31

    4. Manfaat Buah Delima merah (Punica granatum)

    Manfaat terbaik dari buah delima merah dalam perawatan gigi adalah buah

    delima merah memiliki bahan antibakteri dan antivirus yang dapat membantu

    untuk mengurangi efek plak pada gigi (Madhawati 2012).

    Buah delima merah (Punica granatum) memiliki kandungan antioksidan 3

    kali lebih banyak dibandingkan wine dan teh hijau dengan kandungan flavonoid

    yang berperan penting dalam mencegah radikal bebas dalam tubuh, sekaligus

    memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak serta memberikan perlindungan pada kulit.

    Sehingga tidak jarang buah delima menjadi salah satu bahan utama dalam

    berbagai macam produk perawatan kulit. Antioksidan yang terkandung dalam

    buah delima juga membantu mencegah oksidasi LDL atau kolesterol jahat yang

    menyebabkan penyumbatan pembuluh darah (Madhawati 2012).

    Buah delima merah mengandung zat tannin yang tinggi, yaitu salah satu

    senyawa yang terdapat dalam tanaman yang merupakan salah satu komponen

    astringent dengan kemampuan mengikat dan mengendapkan protein sehingga bisa

    diaplikasikan dalam pengobatan perdarahan (hemostatic), ulkus peptikum, wasir

    dan diare dengan cara menyusutkan selaput lendir usus sehingga cairan diare

    berkurang (Madhawati 2012).

  • 32

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    eksperimental semu atau studi intervensional (Alatas dkk. 2011). Dengan

    pendekatan pre test post test control group design.

    B. Identifikasi Variabel

    1. Variabel pengaruh : sari buah delima merah

    2. Variabel terpengaruh : akumulasi plak

    3. Variabel terkendali : volume pemberian sari buah delima merah

    C. Definisi Operasional

    1. Sari buah delima merah adalah daging buah delima merah yang dibuat jus

    dengan cara diblender kemudian disaring dengan kasa steril dan dihilangkan

    ampasnya yang akan digunakan sebagai larutan kumur.

    2. Akumulasi plak adalah banyaknya plak yang terlihat setelah pewarnaan oleh

    larutan disclosing agent kemudian dilakukan pengukuran.

    3. Volume pemberian sari buah delima merah adalah sari buah delima merah

    sebanyak 20 ml perorang untuk digunakan berkumur.

  • 33

    D. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian diadakan di ruang Preklinik Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Mahasaraswati Denpasar, pada tanggal 12 Agustus 31 Agustus 2013

    pukul 10.00 selesai WITA.

    E. Subyek Penelitian

    1.Populasi

    Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

    2.Teknik pengambilan sampel

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive

    sampling (Sastroasmoro 2011). Dengan kriteria :

    a. Inklusi yaitu OH baik, usia 19-23 tahun, menandatangani inform consent

    dan bersedia mendapat perlakuan sesuai dengan alur penelitian.

    b. Eksklusi yaitu memiliki kelainan sistemik, perokok berat, menggunakan

    protesa atau bahel, terdapat karies servikal dan crowded anterior.

    Menurut Khairani (2009), central limit theorem adalah cara untuk

    menentukan jumlah sampel walaupun distribusi populasi tidak diketahui,

    distribusi samplingnya akan menjadi normal jika jumlah sampelnya mencukupi

    yaitu lebih besar atau sama dengan 30 (n30). Jadi jumlah sampel yang digunakan

    pada penelitian ini sebanyak 40 orang.

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian yang digunakan adalah Plaque Index (Index Plaque

    Personal Hygiene Performance). Indeks plak PHP adalah angka yang

  • 34

    menunjukkan jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa dibagi

    jumlah seluruh gigi yang diperiksa (Podshadley dan Haley 1968 cit Pintauli dan

    Hamada 2010).

    Gigi yang diperiksa dalam penelitian ini menggunakan plak indeks,

    permukaan plak indeks yang dinilai adalah permukaan labial dan lingual dengan

    membagi tiap permukaan gigi menjadi 5 subdivisi yaitu D (distal), G (1/3 tengah

    gingiva), M (mesial), C (1/3 tengah), I/O (1/3 tengah insisal/oklusal). Pemeriksaan

    dilakukan secara sistematis pada region :

    1. Permukaan labial gigi insisif pertama kanan atas.

    2. Permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah.

    3. Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas.

    4. Permukan bukal gigi molar pertama kiri atas.

    5. Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah.

    6. Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah.

    Cara pengukuran untuk menentukan indeks plak PHP dengan rumus :

    Jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa

    IP PHP =

    Jumlah gigi yang diperiksa

  • 35

    Cara penilaian plak adalah : Nilai 0 = tidak ada plak dan Nilai 1 = ada plak.

    Kriteria penilaian indeks plak PHP (Personal Hygiene Performance) yaitu :

    Sangat baik (0)

    Baik (0,1 1,7)

    Sedang (1,8 3,4)

    Buruk (3,5 5)

    G. Alat dan Bahan

    Alat :

    1. Neerbecken

    2. Pinset

    3. Kaca mulut

    4. Sonde

    5. Gelas ukur

    6. Gelas minum

    7. Masker

    8. Handscoon

    9. Cotton pellet

    10. Alat tulis

    11. Form penelitian

    Bahan :

    1. Sari buah delima merah

    2. Disclosing agent

    3. Air putih

  • 36

    H. Jalannya penelitian

    1. Alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu.

    2. Sebelum dilakukan penelitian, calon sampel diminta untuk mengisi dan

    menandatangani inform consent untuk kesediaan menjadi sampel.

    3. Menjelaskan jalannya penelitian kepada subjek penelitian dan menjelaskan

    hal-hal yang harus dilakukan selama penelitian dilaksanakan.

    4. Pada penelitian pertama, sebanyak 40 sampel diberikan perlakuan dengan

    mengoleskan disclosing agent, kemudian dilakukan pemeriksaan dan dinilai

    agar mendapat indeks plak awal perorangan. Sebagai kelompok kontrol,

    sampel diinstruksikan berkumur dengan air putih sebanyak 20 ml selama 1

    menit. Setelah berkumur, skor plak dicatat kembali dan dimasukkan ke dalam

    tabel.

    5. Pada penelitian kedua, dilakukan seminggu kemudian. Sebanyak 40 sampel

    tersebut kembali diberikan perlakuan dengan mengoleskan disclosing agent,

    kemudian dilakukan pemeriksaan dan dinilai agar mendapat indeks plak awal

    perorangan. Sebagai kelompok perlakuan, sampel diinstruksikan berkumur

    dengan sari buah delima merah sebanyak 20 ml selama 1 menit. Setelah

    berkumur, skor plak dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel.

    6. Hasil pengukuran dicatat pada form yang telah tersedia.

    I. Analisis Data

    Data yang telah diperoleh dari penelitian ini dimasukkan ke dalam tabel

    untuk pengamatan dan pengkajian data. Data kemudian dianalisis dan diolah

    dengan menggunakan SPSS Windows.

  • 37

    1. Analisis deskriptif merupakan salah satu jenis analisis dengan memberikan

    gambaran (deskripsi) mengenai suatu data yang diperoleh.

    2. Uji Normalitas dan Homogenitas.

    a. Uji Normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.

    b. Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Lavenes Test

    3. Uji Efek Perlakuan

    a. Bagi data yang berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan uji

    statistik parametrik yaitu :

    1) Paired sample T-Test untuk analisis perbandingan pre test dan post test

    pada masing-masing kelompok.

    2) Independent Sample T-Test untuk analisis perbandingan kelompok

    perlakuan atau kelompok kontrol.

  • 38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Karakteristik Responden

    Responden yang diperiksa dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

    Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar berjumlah 40 orang

    sebagai sampel kontrol dan perlakuan. Karakteristik sampel pada penelitian ini

    akan disajikan dalam tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Karakteristik sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

    Karakteristik Jumlah Sampel Persentase (%)

    Jenis Kelamin Laki-laki 15 37.5

    Perempuan 25 62.5

    Total 40 100

    Umur

    (tahun)

    19 2 5

    20 10 25

    21 24 60

    23 4 10

    Total 40 100

    B. Analisis Data Statistik

    1. Uji Normalitas dan Homogenitas Data

    Hasil penelitian yang diperoleh dari masing-masing kelompok diuji

    normalitasnya dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan diuji

    homogenitasnya dengan uji Lavenes Test. Dari semua data diperoleh hasil

    p > 0.05, sehingga data berdistribusi normal dan homogen.

  • 39

    2. Analisis Efek Berkumur Sari Buah Delima Merah terhadap Penurunan

    Akumulasi Plak Gigi

    Dari analisis menggunakan T-Test antara kelompok kontrol dan kelompok

    perlakuan, menghasilkan data yang menunjukkan hasil dari uji parametrik Paired

    Sampel T-Test, adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.2. Rerata skor akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah diberikan

    perlakuan

    Kelompok Pre Post Beda Rerata T p

    Kontrol

    Perlakuan

    3.39

    2.75

    2.72

    0.86

    0.67

    1.88

    17.139

    22.813

    0.000

    0.000

    Berdasarkan hasil dari uji Paired T-Test pada tabel 4.2 di atas, dapat

    dilihat bahwa beda rerata skor akumulasi plak gigi pada kelompok kontrol adalah

    sebesar 0.67, sedangkan pada kelompok perlakuan sebesar 1.88. Analisis data

    dengan uji Paired Sample T-Test diperoleh bahwa terjadi penurunan akumulasi

    plak gigi secara signifikan karena nilai p < 0.05 dari perbedaan rata-rata nilai

    indeks plak awal dan akhir pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

    Diagram 4.1. Penurunan skor akumulasi plak gigi masing-masing kelompok

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    3.5

    Sko

    r A

    kum

    usi

    Pla

    k G

    igi

    Kontrol Perlakuan

    Pre

    Post

  • 40

    3. Analisis Penurunan Akumulasi Plak Gigi Antar Kelompok

    Analisis data selisih skor akumulasi plak pada gigi antara kelompok

    kontrol dan kelompok perlakuan dengan menggunakan uji Independent Sample T-

    Test.

    Tabel 4.3. Independent Sample T-Test

    Levene's Test for Equality of

    Variances t-test for Equality of Means

    95% Confidence Interval of the

    Difference

    F Sig. t df

    Sig. (2-tailed)

    Mean Difference

    Std. Error Difference Lower Upper

    Hasil Equal variances assumed

    17.080 .000 -12.993

    78 .000 -1.19500 .09197 -1.37810 -1.01190

    Equal variances not assumed

    -

    12.993 53.095 .000 -1.19500 .09197 -1.37946 -1.01054

    Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat nilai p (sig. (2-tailed) antara

    kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebesar 0.000 (p < 0.05),

    menunjukkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan

    terhadap selisih rata-rata penurunan akumulasi plak gigi antara kelompok kontrol

    dan kelompok perlakuan. Sehingga dapat dinyatakan bahwa pemberian sari buah

    delima merah (Punica Granatum) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

    penurunan akumulasi plak gigi.

  • 41

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Rongga mulut manusia pada saat lahir umumnya dalam keadaan steril.

    Namun beberapa saat kemudian mikroorganisme mulai bermunculan dan melekat

    pada beberapa bagian rongga mulut. Bakteri sebagian besar terdapat di dalam

    saliva, pada lidah dan pipi, pada permukaan gigi, terutama daerah fisura dan leher

    gingiva (Manson dan Eley 1989).

    Dalam jangka waktu tertentu, koloni bakteri di dalam rongga mulut akan

    membentuk suatu lapisan tipis yang dapat melekat erat pada permukaan gigi yang

    disebut dengan plak (Armasastra 2011). Plak gigi dapat menjadi suatu substansi

    utama penyebab penyakit di dalam rongga mulut. Oleh sebab itu perlu dilakukan

    pengendalian plak dengan cara mekanis maupun kimia (Fedi, Vernino dan

    Gray 2005).

    Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pintaulli dan Hamada (2010)

    bahwa pengendalian plak secara mekanis yang berupa penyikatan gigi dan

    flossing harus disertai dengan upaya tambahan seperti penggunaan obat kumur

    untuk memberikan efektivitas pembersihan rongga mulut. Secara umum obat

    kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga

    mulut dengan tujuan untuk membersihkan sisa makanan yang dapat menyebabkan

    plak yang tidak terjangkau ketika menyikat gigi, menghilangkan bau tak sedap,

    mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi serta mencegah karies gigi

    (Khoiriah 2012).

  • 42

    Berdasarkan penelitian yang diakukan terdapat 40 sampel yang

    diantaranya berjenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang dan laki-laki

    sebanyak 15 orang pada rentang usia 19-23 tahun. Hasil uji menggunakan uji

    Paired T-Test didapatkan bahwa nilai p < 0.05 yang menunjukkan bahwa

    penurunan indeks plak terjadi pada kelompok kontrol dan perlakuan. Berdasarkan

    Independent Sample T-Test didapatkan bahwa nilai p < 0.05 sehingga ada

    perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol yang berkumur air putih

    dengan kelompok perlakuan yang berkumur dengan sari buah delima merah

    (Punica granatum).

    Hasil penelitian diatas menunjukkan penggunaan bahan alami sebagai

    pengganti obat kumur berbahan kimia telah banyak dipilih masyarakat. Salah

    satunya adalah memanfaatkan sari buah delima merah (Punica granatum) sebagai

    obat kumur. Daging buah delima merah memiliki kandungan polifenol yang

    terdiri dari antosianin, katekin, ellagic tannins, gallic dan ellagic acid. Sari buah

    delima juga mengandung vitamin C yang bersifat antioksidan (Buhler dan

    Miranda 2005 cit. Sugianto dkk. 2011).

    Sifat antibakteri yang dimiliki buah delima merah merupakan true

    antibiotics, dikarenakan tanpa adanya efek samping, manfaat yang penting adalah

    adanya sifat bakterisid dan bakteriostatik pada bakteri patogen yang telah resisten

    terhdap antibiotik sintetis (Khan dan Hanee 2011). Tannin yang merupakan salah

    satu kandungan utama dari buah delima merah mampu mengisolasi

    Staphylococcus aureus (44,3%), Streptococcus sp. (18%) dan Staphylococcus sp.

    (12,8%) ( Min et al. 2010).

  • 43

    Hasil penelitian yang diperoleh data bahwa setelah satu menit berkumur

    dengan sari buah delima merah terjadi penurunan akumulasi plak secara

    signifikan, sedangkan berkumur dengan menggunakan air putih tidak terjadi

    penurunan akumulasi plak secara signifikan. Hal ini dikarenakan berkumur

    dengan air putih yang tidak mengandung antibakteri hanya melarutkan dekstran

    ikatan (1-6) pada plak gigi namun tidak menghambat pertumbuhan dan aktivitas

    bakteri yang terus membentuk plak baru setiap saat. Sedangkan responden yang

    berkumur dengan menggunakan sari buah delima merah mengalami penurunan

    akumulasi plak yang signifikan dikarenakan selain melarutkan dekstran (1-6),

    sari buah delima memiliki kandungan tannin yang merupakan basis aktivitas

    antibakterial dengan merusak membran sel yang menyebabkan kebocoran

    intraseluler. Selain itu, kandungan flavonoid pada buah delima merah memiliki

    efek antibakteri karena kemampuannya berinteraksi dengan DNA bakteri dan

    alkaloid mampu mengganggu komponen penyusun peptidoglikan, sehingga

    dinding sel bakteri tidak terbentuk utuh ( Smullen et al. 2007). Kandungan buah

    delima merah yang bersifat bakterisid dan bakteriostatik menyebabkan aktivitas

    bakteri terhambat dan pembentukan plak setelah berkumur sari buah delima

    merah dapat diturunkan,.

    Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa bakteri yang

    terdapat di dalam plak gigi akan mampu berkembang biak dan tumbuh secara

    terus menerus serta melekat erat pada permukaan gigi apabila tidak dilakukan

    upaya pengendalian. Namun, karena kandungan tannin, saponin, polifenol,

    flavonoid dan triterpen pada sari buah delima, pertumbuhan Streptococcus

    mutans, Streptococcus mitis dan Candida albicans dapat dihambat sehingga

  • 44

    penurunan akumulasi plak gigi akan terjadi secara signifikan yang dapat

    mempengaruhi penurunan resiko penyakit rongga mulut terutama penyakit

    periodontal (Smullen et al. 2007).

  • 45

    BAB VI

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    Dari hasil penelitian dan analisis data maka dapat diperoleh kesimpulan

    bahwa berkumur dengan sari buah delima merah (Punica granatum) dapat

    menurunkan akumulasi plak gigi.

    B. Saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti dapat memberikan

    saran sebagai berikut :

    1. Delima merah (Punica granatum) memiliki kandungan buah yang sangat baik

    bagi kesehatan rongga mulut. Sari buah delima merah bermanfaat sebagai

    alternatif obat kumur dalam upaya mengendalikan pertumbuhan plak gigi

    secara alami dan mudah di dapat sehingga disarankan agar masyarakat dapat

    menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari guna menjaga kesehatan gigi dan

    mulutnya.

    2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh berkumur

    sari buah delima merah (Punica granatum) terhadap penurunan akumulasi

    plak dengan frekuensi pemberian yang lebih lama, dengan jumlah sampel

    yang lebih banyak serta dengan metode pengambilan sari buah yang berbeda

    untuk memberikan hasil yang lebih baik.

  • 46

    DAFTAR PUSTAKA

    Alatas, H., Karyomanggolo, W.T., Musa, D.A., dan Boediarso, A. 2011, Desain

    penelitian, Dalam Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Sastroasmoro,

    dkk., Ed. 4. Jakarta : Sagung Seto.

    Alburuda, F. dan Merdana, P. P. G. 2011, Obat Kumur Herbal Dari VCO, The

    Hijau Dan Peppermint Sebagai Inovasi Baru Minuman Herbal Yang Berasa

    Enak dan Segar, Program kreativitas Mahasiswa, Universitas Jember, Jember.

    Amerongen, A.V.N. 1992, Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi,

    Penerjemah : R. Abyono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

    Anita, Y. 2009, Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Delima Putih Terhadap

    Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro), Surabaya : Universitas

    Airlangga.

    Armasastra, B., 2011, Paradigma Baru Pencegahan Karies Gigi, Lembaga

    Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

    Besford, J., 1996, Mengenal Gigi Anda, Penerjemah : Budiman, J.A., ARCAN,

    Jakarta.

    Buah Delima Merah [Homepage of Flexmedia], [Online]. 2013, Available :

    http//www.google.com/flexmedia/buah/delima/merah/

    Budka,F. 2008. Active Ingredients, Their Bioavailibility and The Health Benefit of

    Punica Granatum Linn (Pomegranate). Accessed : 10-12-2009.

    Burapadaja, S. and A. Bunchoo. 1995. Antimicrobial activity of tannins from

    Terminalia citrine. Planta Medica, 61: 365.

    Carranza, F.A. 1990. Glickmans Clinical Periodontology, 7th

    Ed. W. B. Saunders

    Company, Philadelphia.

    Cawson, R.A., Odell, E.W., Porter, S., 2002, Cawsons Essential of Oral

    Pathology and Oral Medicine, 7th

    Ed. Elseiver, Philadelphia.

    Costerton, J.W., Cheng, K.J. dan Geesey, C.G. 1987, Bacterial Biofilms in Nature

    and Disease, Ann Rev Microbial 41:435-464.

    Christersson, L.A., Slots, J., Zamboon, J.J. et al. 1985, Transmission and

    colonization of Actinobacillus actynomycetemcomitans in localized juvenile

    periodontitis, J Periodontal vol.56, hal. 127-131.

    Dapoenk 2013, Gambar Tumbuhan Delima [Homepage of Google], [Online].

    Available: http//www.google.com/dapoenk2013/tanaman/delima/

    Desmond, T. 2000, Tropical Fruit of Indonesia, Archipelago Press.

  • 47

    Dewi, S., Winarsih, S., dan Natasha, D.P. 2011, Uji Efektivitas Kulit Buah Delima

    (Punica Granatum) Sebagai Antimikroba Staphylococcus aureus Penyebab

    Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak di Rumah Sakit dan Komunitas Secara In

    Vitro. Malang : Universitas Brawijaya.

    Eley, B.M., Soory, M., Manson, J.D., 2010, Periodontics, 6th

    Ed. Elseiver, China.

    Enda, F.A. 2012, Pegaruh Pemberian Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus

    aurantifolia) terhadap Pembentukan Plak Gigi, Skripsi, Universitas

    Diponegoro, Semarang.

    Fedi, F.P., Vernino, A.R., Gray, J.L. 2005, Silabus Periodonti, Penerjemah :

    Amaliya, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

    Fischer, K., 2012, Scientific Documentation Plaque Test, Ivoclar Vivadent,

    Hamburg.

    Hamsar, A. 2006, Perbandingan Sikat Gigi yang Berbulu Halus (Soft) dengan

    Sikat Gigi Berbulu Sedang (Medium) Terhadap Manfaatnya menghilangkan

    Plak Pada Anak Usia 9-12 tahun di SD negeri 060830 Kecamatan Medan

    Petisah tahun 2005. Jurnal Ilmiah Panmed. Vol. 1, No. 1, Medan.

    Hebbal, M., Ankola, A.V., Sharma, R, Johri, S. 2012, Effectiveness of Herbal

    and Fluoridated Toothpaste on Plaque and Gingival Scores Among Residents

    of a Working Womens Hotel, Oral Health Prev Dent, Vol. 10, No. 4, India.

    Irene. 2011, Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Delima Putih dalam Menghambat

    Pembentukan Dental Biofilm pada Stphylococcus Aureus in vitro. Malang :

    Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya.

    Jurenka, J. 2008, Therapeutic Application of Pomegranate (Punica Granatum L.)

    : A Review, Alternative Medicine Review, Vol. 13, No. 2, Dover.

    Kolenbrander, P.E. 1988, Intergenic Coaggregation Among Human Oral Bacteria

    and Ecology of Dental Plaque, Ann Rev Microbiol 42:627-656.

    Kolenbrander, P.E., Anderson, R,N., and Moore, L.V. 1989, Coaggregation of

    Fusobacterium Nucleatum, Selenomonas flueggei, Selenomonas infelix,

    Selenomonas sputigena with Strains from 11 Genera of Oral Bacteria, Infect

    Immun 57:3194-3203.

    Kusumo, D.A. 2013, Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi

    Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Buah Delima Merah (Punica granatum linn)

    terhadap Enterococcus faecallis. Surabaya : Universitas Airlangga.

    Khairani. 2009, Analisis Variabel, Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta.

    Khoiriah, T. 2012, Haruskah Kita Menggunakan Obat Kumur SetelahMenggosok

    Gigi?, [Online], Available : tutikhoi.wordpress.com/2012/05/13/peranan-obat-

    kumurbagi-kesehatan-mulut-dan-gigi/. html [17 Juni 2013]

  • 48

    Lansky, E.P., Newman, R.A. 2007, Punica Granatum (Pomegranate) and Its

    Potential for Prevention and Treatment of Inflammation and Cancer. J

    Ethnopharmacol. Ed. 109, No. 2, hlm : 177-206.

    Louba, B. 2007, What Are The Medical Properties of Pomegranates?. Journal of

    Chinese Clinical Medicine. 2 (9) (21 Agustus 2008).

    Manson, J. D. dan Eley, B.M. 1993, Buku Ajar Periodonti, Ed. Ke-2, Penerjemah

    : Anastasia S, Hipokrates, Jakarta.

    Marsh, P.D. dan Martin, M.V. 1999, Oral Microbiology, 4th

    Ed. Planta Tree,

    Oxford.

    Marsh, P.D. 2006, Dental Plaque as a Biofilm and Microbial Community

    Implication for Health and Disease. BMC Oral Health2006,6 (suppl 1) : S14

    Madhawati, R. 2012, Si Cantik Delima (Punica granatum) Dengan Sejuta

    Manfaat Antioksidan sebagai bahan Alternatif Alami Tampil Sehat dan Awet

    Muda, Universitas Negeri Malang, malang.

    Menezes SM, Cordeiro LN, and Viana GS: Punica granatum (pomegranate)

    extract is active against dental plaque. Journal of Herbal Pharmacology

    2006; 6(2):79-92.

    Moore, W.E.C. 1987, Microbiology of Periodontal Disease, J Periodontal Res vol

    2, hal. 335-341.

    Mustaqimah, D.N. 2003, Gingiva yang Mudah Berdarah dan Pengelolaannya, J

    Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Vol. 10, No.1, hlm. 50-56.

    Newman, M. G., Takey, H. H., Carranza, F.A. 2002, Carranzas Clinical

    Periodontology, WB Saunders, vol. 9, no. 651, hlm. 74.

    Pintauli, S., dan Hamada, T., 2010, Menuju Gigi dan Mulut Sehat, USU Press,

    Medan.

    Putri, M.H., Herijulianti, E., dan Nurjannah, N., 2011, Ilmu Pecegahan Penyakit

    Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Penerbit Buku Kedokteran

    EGC, Jakarta.

    Putti, F.D. 2008, Pengaruh Konsumsi Permen Karet yang Mengandung Xylitol

    Terhadap Pembentukan Plak Gigi, KTI, Universitas Diponegoro, Semarang.

    Overman, P.R. 2000, Biofilm : A New View of Plaque. J Contemp Dent. Pract

    2000 15;1(3);18-29.

    Quirynen, M., Teughels, W., Haake, S.K. 2006, Microbiology of Periodontal

    Disease, dalam Carranzas Clinical Periodontology, Ed. Ke-10, Saunders

    Elseiver, California.

    Ramadhan, A.G., 2010, Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Bukun , Jakarta.

  • 49

    Reynald, J. 2003, Martindale The Extra Pharmacoepoeia. 30th

    ed. London : The

    Pharmaceutical Press.

    Roeslan, B.O., 2002, Imunologi Oral Kelainan di Dalam Rongga Mulut, Balai

    Penerbit FKUI, Jakarta.

    Sastroasmoro, S dan Ismael, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.

    Jakarta: Sagung Seto.

    Savitri, E.S. 2008, Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam, UIN

    Press, Malang.

    Seneviratne, C.J., Zhang, C.F., Samaranayake, L.P. 2011, Dental Plaque Biofilm

    in Oral Health and Disease, J Dent Res, vol. 14, no. 2, hlmn. 87-94.

    Sugianto dan Lidyawati, N. 2011, Pemberian Jus Delima Merah (Punica

    granatum) Dapat Meningkatkan Kadar Glutation Peroksidase Darah Pada

    Mencit (Mus musculus) Dengan Aktivitas Fisik Maksimal. Tesis : Program

    Magister, Program Studi ilmu Biomedik, Program Pascasarjana. Denpasar :

    Universitas Udayana.

    Scransky, S.S., Gibbons, R.S., and Dale, A.C. 1963, The Microbiota of the

    Gingival Crevice of Man. I. Total Microscopic and Viable Counts of Specific

    Microorganisms, Arch Oral Biologic, vol. 8, hal. 275-279.

    Smullen, J., Finnei, M., Storey, D.M., and Foster, H.A. 2012, Prevention of

    Artificial Dental Plaque Formation in vitro by Plant Extracts. Journal of

    Applied Microbiology, Centre for Parasitology and Disease Research, School

    of Environment and Life Sciences, University of Salford, Manchester, M5

    4WT, U.K.

    Syamsuhidayat, S. dan Hutapea, R. 2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia.

    Jakarta : Depkes RI.

    Thaweboon, S., Nakaparksin, J., Thaweboon, B. 2011, Effect of Oil Pulling on

    Oral Medicine, Asia J publ