Manajemen Sanitasi RS.pdf

12
Manajemen Sanitasi Rumah Sakit Pengertian dan Manajemen Sanitasi Rumah Sakit Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004). Menurut perumusan WHO yang dikutip Harafiah dan Amir (1999), Pengertian Rumah Sakit adalah suatu keadaan usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, therapeutik, dan rehabilitasi untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau melahirkan. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah: upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat (Arifin, 2009). Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya (Depkes RI, 2009). Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan- kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004). Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Rumah sakit Adapun persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi di rumah sakit. Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi, perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah (Depkes RI, 2004).

Transcript of Manajemen Sanitasi RS.pdf

  • Manajemen Sanitasi Rumah Sakit

    Pengertian dan Manajemen Sanitasi Rumah Sakit

    Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit

    maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan

    terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).

    Menurut perumusan WHO yang dikutip Harafiah dan Amir (1999), Pengertian Rumah Sakit

    adalah suatu keadaan usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan

    medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik,

    therapeutik, dan rehabilitasi untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka

    yang mau melahirkan.

    Pengertian Sanitasi Rumah Sakit

    Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan

    memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang

    menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi

    derajat kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah: upaya perlindungan, pengelolaan, dan

    modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan

    manusia yang semakin meningkat (Arifin, 2009).

    Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan pengawasan

    lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan

    kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

    tingginya (Depkes RI, 2009). Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-

    kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas

    sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan prasarana yang

    memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).

    Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Rumah sakit

    Adapun persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Permenkes No.

    1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi pengendalian berbagai faktor lingkungan

    fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi di rumah sakit. Program sanitasi di rumah sakit

    terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan

    air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen, pengendalian

    serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi, perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan

    lingkungan, pengendalian infeksi nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah (Depkes RI,

    2004).

  • Pengertian Manajemen Rumah Sakit

    Harold koonts dan Cyrill O. Donnel dalam bukunya yang berjudul prinsiple of management yang

    dikutip oleh Marsum dan Siti Fauziah (2007), Manajemen ialah suatu usaha untuk mendapatkan

    sesuatu yang dilakukan melalui orang lain yang meliputi manajemen tradisional yaitu

    pendekatan yang dilakukan adalah coba-coba, keberhasilan yang dicapai bersifat kebetulan dan

    tidak efektif. Manajemen modern yaitu pendekatan yang dilakukan menerapkan prinsip-prinsip

    ilmiah, upaya mencapai tujuan dilakukan secara sistematis dan rasional didasarkan atas data dan

    informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tujuan dapat tercapai secara efektik dan

    efisien.

    Manajemen dapat diartikan suatu proses untuk menciptakan, memelihara dan mengoperasikan

    organisasi dengan tujuan tertentu melalui upaya manusia yang sistematis, terkoordinasi dan

    koperatif. Suatu proses menganalisa, menerapkan tujuan, sasaran, serta penjabaran tugas dan

    kewajiban secara baik dan efisien. Proses pemanfaatan sumber daya manusia (SDM), uang,

    bahan dan alat yang dianalisis dan diatur secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang

    telah ditentukan. Dan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan

    SDM, sumber daya lainya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan ( Marsum.dkk, 2007).

    Manajemen rumah sakit adalah koordinasi antara berbagai sumber daya melalui proses

    perencanaan, pengorganisasian, dan adanya kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan.

    Tujuan manajemen rumah sakit seperti berikut ini:

    Menyiapkan sumber daya.

    Mengevaluasi efektifitas.

    Mengatur pemakaian pelayanan.

    Efisiensi.

    Kualitas.

    Dalam kegiatan organisasi rumah sakit yang kompleks pengalaman saja tidak akan cukup,

    penanganannya tidak bisa lagi atas dasar kira-kira dan selera, hal ini disebabkan oleh :

    Sumber daya yang makin sulit dan mahal.

  • Era kompetisi yang menuntut pelayanan prima.

    Tuntutan masyarakat yang makin berkembang.

    Manajemen profesional berarti melaksanakan manajemen dengan tata cara yang dapat

    dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka memerlukan orang yang terlatih pula secara benar

    dan tepat. Dalam rangka melaksanakan pelayanan yang berorientasi pada pasien, dan menjaga

    mutu pelayanan perlu dengan manajemen yang handal, dengan demikian segala hal yang

    diperlukan akan tersedia dalam bentuk Tepat jumlah, Tepat waktu, danTepat sasaran (Hapsari,

    2010)

    Manajemen lingkungan rumah sakit merupakan manajemen yang tidak statis, tetapi sesuatu yang

    dinamis sehingga diperlukan adaptasi atau penyesuaian bila terjadi perubahan di rumah sakit,

    yang mencakup sumber daya, proses dan kegiatan rumah sakit, juga apabila terjadi perubahan di

    luar rumah sakit, misalnya perubahan peraturan perundang-undangan dan pengetahuan yang

    disebabkan oleh perkembangan teknologi. Berbagai manfaat yang bisa didapat apabila

    menerapkan sistem manajemen lingkungan rumah sakit adalah yang terpenting perlindungan

    terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Spesifikasi manajemen rumah sakit akan

    memberikan garis besar pengelolaan lingkungan yang didesain untuk semua aspek, yaitu

    operasional, produk, dan jasa dari rumah sakit secara terpadu dan saling terkait satu sama lain

    (Adisasmito, 2007).

    Penerapan manajemen pengolahan limbah dalam upaya kesehatan masyarakat yang merupakan

    serangkaian kegiatan manajemen limbah mulai dari sumbernya hingga hasil akhir limbah setelah

    diolah. Manajemen diterapkan mulai dari sumber daya yang tersedia, proses pengelolaan limbah

    hingga evaluasi terhadap kegiatan pengolahan ( Adisasmito, 2007).

    Sumber Daya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

    Sumber daya diperlukan dalam mencapai tujuan pengelolaan limbah rumah sakit. Untuk

    mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sumber daya manusia sebagai sumber daya

    aktif, dana atau keuangan, sarana dan prasarana (machine), metode yang digunakan, pasar

    (market).

    Man (SDM)

    Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat

    tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia

    tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu,

    manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

    Manajemen tidak lepas dari SDM ( sumber daya aktif), koordinasi antar manusia yang

    dikendalikan untuk mencapai tujuan merupakan proses manajemen yang meliputi 5 (lima)

    elemen dasar sumber daya manusia :

    1. Kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan, 2. proses dilakukan secara rasional, 3. melalui manusia lain, 4. menggunakan metode dan teknik tertentu, 5. dalam lingkungan organisasi tertentu.

  • Prinsip-prinsip umum manajemen yang berkaitan dengan sumber daya manusia, sebagai berikut:

    1. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu diperhatikan baik fisik, mental, pendidikan, pengalaman, keimanan,dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

    2. Disiplin, merupakan ketaatan, kepatuhan untuk mengikuti aturan yang menjadi tanggung jawabnya

    3. Kewenangan dan tanggung jawab setiap pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai pembagian tugas yang diberikan kepadanya

    4. Memberi prioritas kepada kepentingan umum 5. Penggajian pegawai dan karyawan, sangat menentukan dalam kelancaran tugas 6. Pusat kewenangan yang berdampak kepada perumusan pertanggungjawaban dalam

    rangka mencapai tujuan.

    7. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota tahu siapa yang menjadi atasan dan bertanggung jawab kepada siapa dan sebaliknya

    8. Keamanan 9. Inovasi, pengembangan inisiatif dari pekerja agar berkembang kearah perubahan

    kemajuan

    10. Semangat bekerja sama

    Hubungan manajemen dengan sumber daya manusia, merupakan proses usaha pencapaian tujuan

    melalui kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan (Marsum dkk, 2009).

    Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit harus mencerminkan fungsi dinamis dengan wadah

    kegiatan terdiri dari unsur:

    1. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit 2. Teknis sanitasi 3. Penunjang layanan sanitasi

    Adapun tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit yaitu:

    1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya. 2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas cleaning service. 3. Membagi tugas dan tanggung jawab. 4. Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit.

    Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit merupakan kunci dalam

    panitia/komite keamanan dan harus melaksanakan tugasnya dalam pengawasan infeksi. Petugas

    harus melakukan suatu pengamatan (surveilence) sanitasi yang efektif dan melaporkan

    pelaksanaan programnya kepada pimpinan rumah sakit. Petugas sanitasi rumah sakit menentukan

    hasil layanan yang paling dominan dalam usaha pelayanan sanitasi rumah sakit. Petugas sebagai

    pemberi layanan kepada penderita dapat mempengaruhi proses pengobatan. Hubungan

    psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan pengunjung dapat mempengaruhi hasil

    penyembuhan, lebih-lebih apabila interaksi faktor biopsikososial ini berproses dalam suasana

    lingkungan yang bersih, nyaman, dan asri (Hapsari, 2010).

    Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang bertanggung jawab terhadap

  • layanan sanitasi rumah sakit. Upaya penyehatan lingkungan RS meliputi kegiatan-kegiatan yang

    kompleks sehingga memerlukan tenaga dengan kualifikasi sebagai berikut:

    1. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas A dan B (rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-

    rendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan,

    biologi, teknik kimia, dan teknik sipil.

    2. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas C dan D (rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-

    rendahnya berijazah diploma (D3) dibidang kesehatan lingkungan.

    3. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus berpendidikan

    sanitarian dan telah mengikuti pelatihan khusus dibidang kesehatan lingkungan rumah

    sakit yang diselenggarakan olehpemerintah atau badan lain sesuai peraturan perundangan

    yang berlaku.

    4. Tenaga sebagaimana yang dimaksud pada butir 1 dan 2, diusahakan mengikuti pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan rumah sakityang diselenggarakan oleh

    pemerintah atau pihak lain terkait, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

    (Depkes RI, 2004).

    Tenaga pengelola limbah padat dan cair RS meliputi :

    1. Tenaga pengelola limbah padat/sampah

    a. Sampah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga

    perawat khususnya yang menyangkut pemisahan sampah medis dan non medis, sedang

    ruang lain dapat dilakukan oleh tenaga kebersihan.

    b. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifkasi SMP

    ditambah latihan khusus.

    c. Pengawasan pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan

    kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.

    2. Tenaga pengelola limbah cair

    a. Tenaga pelaksana meliputi pengawas sistem plumbing dan operator proses pengolahan b. Kualifikasi tenaga untuk kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan

    kualifikasi D1 ditambah latihan khusus

    c. Kegiatan pengawasan dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi D3 atau D4 ditambah latihan khusus (Depkes RI, 2002)

    Money (Uang)

    Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan

    alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar

    dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai

    tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan

    dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang

  • dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi (Hapsari,

    2010).

    Sarana dan Prasarana (Machines)

    Sarana dan prasarana adalah sarana yang minimal dapat menunjang pelaksanaan Manajemen

    lingkungan sanitasi untuk kegiatan promotif dan preventif. Pelaksanaan pelayanan sanitasi juga

    harus ditunjang kelengkapan materi yang diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan dan

    pelaporan, dan pedoman buku petunjuk teknis sanitasi (Depkes RI, 2009).

    Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk

    menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

    kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

    Methods (Metode)

    Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan

    memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara

    pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada

    sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha.

    Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti

    atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian,

    peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri (Marsum dkk, 2007).

    Upaya pengelolaan limbah RS dapat dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang

    berupa peraturan, pedoman, dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan

    kesehatan di lingkungan RS. Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegitan

    pelayanan RS (termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu :

    1. Pemrakarsa atau penanggung jawab RS 2. Pengguna jasa pelayanan RS 3. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran 4. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang diperlukan

    (Adisasmito, 2007).

    Market (Pasar)

    Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak

    laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung.

    Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor

    menentukan dalam perusahaan. Supaya pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang

    harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen (Hapsari, 2010).

    Manfaat Manajemen RS

    Beberapa manfaat yang diperoleh bila kita menerapkan sistem manajemen lingkungan rumah

    sakit adalah sebagai berikut :

    1. Perlindungan terhadap lingkungan. Dampak positif yang paling bermanfaat untuk lingkungan dengan diterapkannya system manajemen rumah sakit adalah pengurangan

  • limbah berbahaya dan beracun (B3) termasuk di dalamnya limbah Infeksius. Selain itu

    minimisasi limbah sebagai bagian kunci dari penerapan sistem manajemen lingkungan

    rumah sakit melalui pendekatan 3R (Reuse, Recycle, dan Recovery) dapat mengurangi

    pemakaian bahan baku sehingga jumlah limbah yang dihasilkan relatif lebih sedikit yang

    berarti juga biaya pengolahannya relatif lebih murah.

    2. Manajemen lingkungan. Sistem manajemen lingkungan akan membantu rumah sakit membuat kerangka manajemen lingkungan yang lebih konsisten dan dapat diandalkan

    baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Spesifikasi manajemen lingkungan

    akan memberikan garis-garis besar pengelolaan lingkungan yang didesain untuk semua

    aspek yaitu, operasional, produk, dan jasa di rumah sakit secara terpadu dan saling terkait

    satu sama lain.

    3. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penerapan sistem manajemen lingkungan rumah sakit dapat membawa perubahan kondisi kerja di rumah sakit. Hal ini merupakan harapan

    yang cukup realistis karena sistem manajemen lingkungan rumah sakit menekankan

    peningkatan kepedulian, pendidikan, pelatihan, dan kesadaran dari semua karyawan

    sehingga mereka mengerti dan tanggap terhadap konsekuensi pekerjaannya. Keterlibatan

    karyawan dalam proses manajemen lingkungan juga akan meningkatkan budaya sadar

    dan kepedulian untuk bersama-sama memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan

    di sekitarnya.

    4. Kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit. Sistem manajemen lingkungan rumah sakit tidak didesain untuk menilai tingkat lingkungan misalnya tingkat

    teknologi pengelolaan lingkungan atau limbah. Namun dengan melakukan sistem

    manajemen lingkungan rumah sakit, manajemen lingkungan rumah sakit dapat menjamin

    dan mengembangkan kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya dalam pengelolaan

    lingkungan. Dengan demikian kinerja pengelolaan lingkungan berjalan seperti spiral yang

    terus berputar kearah dan mengarah ke kondisi yang lebih baik.

    5. Peraturan perundang-undangan. Dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan maka ada peluang bagi rumah sakit untuk membuktikan kepatuhannya terhadap peraturan

    perundangundangan atau menunjukan kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan yang

    lebih baik. Sebagian rumah sakit yang telah berdiri selama beberapa tahun kemungkinan

    telah dapat menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan. Apabila

    tidak saat ini rumah sakit tersebut pasti terkena tuntutan hukum dan publisitas negatif.

    Pemberian denda juga dapat menyebabkan bangkrutnya rumah sakit.

    6. Bagian dari manajemen mutu terpadu. Manajemen mutu terpadu atau yang lebih dikenal sebagai total quality management (TQM) merupakan strategi utama rumah sakit dalam

    mencapai tujuannya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan

    pendokumentasian. Sistem manajemen rumah sakit dalam hal ini juga mengandung

    berbagai tehnik manajemen yang menggunakan pendekatan TQM sehingga implementasi

    sistem manajemen lingkungan rumah sakit secara langsung mendukung pelaksanaan

    manajemen mutu terpadu.

    7. Pengurangan dan penghematan biaya. Sistem manajemen lingkungan rumah sakit menawarkan keuntungan financial baik jangka pendek maupun jangka panjang. Efisiensi

    pemakaian berbagai sumber daya dan minimisasi limbah yang dihasilkan berarti

    mengurangi biaya untuk pengadaaan sumber daya dan biaya untuk pengolahan limbah.

    Penggunaan kembali dan pendaurulangan limbah dapat menjadi tambahan pemasukan

    financial rumah sakit. Setelah sejumlah biaya dikeluarkan untuk membuat dan

  • menerapkan program-program lingkungan yang belum ada dalam rangka memperoleh

    sertifikasi secara tidak langsung akan menjadi suatu penghematan biaya dalam jangka

    panjang terutama dalam hal pembersihan dan pengawasan lingkungan.

    8. Meningkatkan citra rumah sakit. Rumah Sakit yang memiliki sertifikasi ISO 14001 telah menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut benar-benar peduli kepada lingkungan. Dengan

    telah memenuhi standar dalam ISO 14001 pasien akan merasa bahwa lingkungan rumah

    sakit tersebut telah terlindungi. Hal ini erat kaitannya dengan usaha rumah sakit

    meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat melalui kepercayaan dan kepuasan

    pasien (Adisasmito, 2007).

    Limbah Rumah Sakit

    Limbah RS adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan RS dalam bentuk padat, cair,

    pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius,

    bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006). Limbah RS yaitu buangan

    dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna termasuk dari limbah

    pertamanan. Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat

    mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak

    dikelola dengan baik. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan

    rumah sakit dalam bentuk padat dan cair (KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004).

    Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran limbah yang

    dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas sendiri yang ditetapkan KepMenkes

    RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Persyaratan Kesehatan

    Lingkungan Rumah Sakit yaitu :

    1. Fasilitas Pengelolaan Limbah padat. Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang

    berbahaya, beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah

    medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi

    dari pihak yang berwenang.

    2. Fasilitas Pembangunan Limbah Cair. Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur

    penanganan dan penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan

    limbah cair sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya

    yang memenuhi persyaratan teknis.

    Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit. Limbah

    padat (sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus

    dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya

    bersifat padat (Azwar, 1990)

    Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat

    kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis (Keputusan MenKes

    R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004).

  • Limbah padat RS adalah semua limbah RS yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan RS

    yang terdiri dari limbah medis dan non medis, yaitu :

    1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di RS di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman yang dapat dimanfaatkan

    kembali apabila ada teknologi.

    2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah container

    bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

    3. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang

    cukup untuk menularkan penyakit pada manusia yang rentan.

    4. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan stock (sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan, dan bahan lain yang

    diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

    Limbah cair RS adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan RS, yang

    kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio aktif serta darah yang

    berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2006).

    Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh

    kegiatan rumah sakit, yang meliputi : limbah cair domestik, yakni buangan kamar dari rumah

    sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif

    (Said, 1999). Menurut Azwar (1990), air limbah atau air bekas adalah air yang tidak bersih dan

    mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan, yang

    lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industri. Menurut Keputusan

    MenKes R.I.No.1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

    Sakit, pengertian limbah cair adalah semua buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan

    rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan

    radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

    Sumber Limbah Rumah Sakit

    Dalam melakukan fungsinya rumah sakit menimbulkan berbagai buangan dan sebagian dari

    limbah tersebut merupakan limbah yang berbahaya. Sumber air limbah rumah sakit dibagi atas

    tiga jenis yaitu :

    1. Air limbah infeksius : air limbah yang berhubungan dengan tindakan medis seperti pemeriksaan mikrobiologis dari poliklinik, perawatan, penyakit menular dan lain lain.

    2. Air limbah domestik : air limbah yang tidak ada berhubungan tindakan medis yaitu berupa air limbah kamar mandi, toilet, dapur dan lain lain.

    3. Air limbah kimia : air limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, sterilisasi, riset dan lain lain (Chandra, 2007).

    4. Sampah Rumah Sakit dapat digolongkan antara lain menurut jenis unit penghasil dan untuk kegunaan desain pembuangannya. Namun dalam garis besarnya dibedakan menjadi

    sampah medis dan non medis.

  • A. Sampah Medis

    Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan

    medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis di ruang

    polikllinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang laboratorium. Limbah padat medis

    sering juga disebut sampah biologis. Sampah biologis terdiri dari :

    1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang peralatan, ruang bedah, atau botol bekas obat injeksi, kateter, plester, masker, dan sebagainya.

    2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan, atau ruang otopsi, misalnya, plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya.

    3. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan laboratorium diagnostik atau penelitian, misalnya, sediaan atau media sampel dan bangkai binatang percobaan.

    B. Sampah Nonmedis

    Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis yang dihasilkan

    dari berbagai kegiatan, seperti berikut :

    1. Kantor/administrasi 2. Unit perlengkapan 3. Ruang tunggu 4. Ruang inap 5. Unit gizi atau dapur 6. Halaman parkir dan taman 7. Unit pelayanan

    Selain dibedakan menurut jenis unit penghasil, sampah RS dapat dibedakan berdasarkan

    karakteristik sampah yaitu :

    1. Sampah infeksius : yang berhubungan atau berkaitan dengan pasien yang diisolasi, pemeriksaan mikrobiologi, poliklinik, perawatan, penyakit menular dan lain lain.

    2. Sampah sitotoksik : bahan yang terkontaminasi dengan radioisotope seperti penggunaan alat medis, riset dan lain lain.

    3. Sampah domestik : buangan yang tidak berhubungan dengan tindakan pelayanan terhadap pasien (Depkes RI, 2006).

    Kualitas limbah padat

    Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber, mengelola dan

    mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun, pengelolaan stok kimia dan

    farmasi, dan peralatan dimulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan. Pemilahan

    harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah. Limbah padat yang akan/dapat

    dimanfaatkan lagi harus melalui proses sterilisasi. Pengolahan dan pemusnahan limbah medis

    tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir sebelum di anggap aman

    bagi kesehatan (Depkes RI, 2004).

  • Kualitas Limbah Cair

    Menurut pendapat Okun dan Ponghis yang dikutip Soeparman dan Soeparmin (2002) berbagai

    kualitas limbah cair yang penting untuk diketahui adalah bahan padat terlarut (dissolved solid),

    kebutuhan oksigen biokimia (biochemical oxygen demand). Kebutuhan oksigen kimiawi

    (chemical Oxygen Demand ) dan pH (power Hidrogen).

    a. Bahan Padat terlarut. Bahan padat terlarut penting diketahui terutama apabila limbah cair

    akan dipergunakan setelah pengolahan.

    b. Kebutuhan Oksigen biokimia. Merupakan ukuran kandungan bahan organik dalam

    limbah cair dan ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh akibat

    adanya mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu. Juga merupakan petunjuk

    dari pengaruh yang diperkirakan terjadi pada badan air penerima berkaitan dengan

    pengurangan kandungan oksigennya.

    c. Kebutuhan oksigen kimiawi. Merupakan ukuran persyaratan kebutuhan oksigen limbah

    cair yang berada dalam kondisi tertentu, yang ditentukan dengan menggunakan suatu

    oksidan kimiawi.

    d. pH. pH merupakan ukuran keasaman (acidity) atau kebasaan (alkalinity) limbah cair. pH

    menunjukkan perlu atau tidaknya pengolahan pendahuluan untuk mencegah terjadinya

    gangguan pada proses pengolahan limbah cair.

    Dampak Limbah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

    RS selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit

    yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini

    dapat hidup dan berkembang di lingkungan RS, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-

    benda peralatan medis maupun non medis. Dari lingkungan, kuman dapat sampai ke tenaga

    kerja, penderita baru. Ini disebut infeksi nosokomial (Anies, 2006).

    Limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat memiliki potensi yang

    mengakibatkan keterpajanan yang dapat mengakibatkan penyakit atau cedera. Sifat bahaya dari

    limbah rumah sakit tersebut mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik berikut :

    Limbah mengandung agent infeksius

    Limbah bersifat genoktosik

    Limbah mengandung zat kimia atau obat obatan berbahaya atau baracun Limbah bersifat radioaktif

    Limbah mengandung benda tajam

    Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan besar

    menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil limbah berbahaya,

    dan mereka yang berada diluar fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola limbah semacam itu,

    atau yang beresiko akibat kecerobohan dalam sistem manajemen limbahnya. Kelompok utama

    yang beresiko antara lain :

    1. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan rumah sakit 2. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau dirumah

  • 3. Penjenguk pasien rawat inap 4. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi layanan kesehatan

    masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan limbah dan bagian transportasi.

    5. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat penampungan sampah akhir atau incinerator, termasuk pemulung (Pruss. A, 2005).

    Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam

    Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme pathogen. Pathogen

    tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur :

    Akibat tusukan, lecet, atau luka dikulit

    Melalui membrane mukosa

    Melalui pernafasan

    Melalui ingesti

    Contoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi gastroenteritis dimana media

    penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi saluran pernafasan melalui secret yang terhirup

    atau air liur dan lain lain. Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tertusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda itu terkontaminasi pathogen. Karena

    resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam kelompok

    limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang

    ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan masuknya agens penyebab panyakit, misalnya

    infeksi virus pada darah (Pruss. A, 2005).

    Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi

    Kandungan zat limbah dapat mengakibatkan intosikasi atau keracunan sebagai akibat pajanan

    secara akut maupun kronis dan cedera termasuk luka bakar. Intosikasi dapat terjadi akibat

    diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau membaran mukosa, atau melalui

    pernafasan atau pencernaan. Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau reaktif (misalnya

    formaldehide atau volatile/mudah menguap) jika mengenai kulit, mata, atau membrane mukosa

    saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera. Cedera yang umum terjadi adalah luka bakar

    (Pruss.A, 2005).

    Bahaya Limbah Radioaktif

    Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis dan intensitas

    pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing, dan muntah sampai masalah

    lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat

    mengenai materi genetik. Bahaya yang mungkin timbul dengan aktifitas rendah mungkin terjadi

    karena kontaminasi permukaan luar container atau karena cara serta durasi penyimpanan limbah

    tidak layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga kebersihan dan penanganan limbah yang

    terpajan radioaktif merupakan kelompok resiko (Pruss.A, 2005).