MANAJEMEN PORTOFOLIO

45
MAKALAH PASAR MODAL dan MANAJEMEN KEUANGAN MANAJEMEN PORTOFOLIO Oleh Kelompok 7 : 1. Lisdawati 2. Maria Elsera YPVFBS Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Fakultas Ekonomi UNLAM

description

by liesda

Transcript of MANAJEMEN PORTOFOLIO

Page 1: MANAJEMEN PORTOFOLIO

MAKALAH

PASAR MODAL dan MANAJEMEN KEUANGAN

MANAJEMEN PORTOFOLIO

Oleh Kelompok 7 :

1. Lisdawati

2. Maria Elsera YPVFBS

Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)

Fakultas Ekonomi UNLAM

Banjarmasin

2014

Page 2: MANAJEMEN PORTOFOLIO

MANAJEMEN PORTOFOLIO

Manajemen Portofolio

Teori portofolio menyatakan bahwa risiko dan pengembalian keduanya

harus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur

keduanya dalam pembentukan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio

dimulai dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa depan dapat

diestimasidan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi

pengembalian. Dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan

linear antara risiko dan pengembalian.

Teori portofolio adalah pendekatan investasi yang diprakarsai oleh Harry

M. Makowitz (1927) seorang ekonom lulusan Universitas Chicago yang telah

memperoleh Nobel Prize di bidang ekonomi pada tahun 1990. Teori portofolio

berkaitan dengan estimasi investor terhadap ekspektasi risiko dan return, yang

diukur secara statistik untuk membuat portofolio investasinya. Markowitz

menjabarkan cara mengkombinasikan aset ke dalam diversifikasi portofolio yang

efisien. Dalam portofolio ini, risiko dapat dikurangi dengan menambah jumlah

jenis aset ke dalam portofolio dan tingkat expected return dapat naik jika

investasinya terdapat perbedaan pergerakan harga dari aset-aset yang dikombinasi

tersebut (“Harry Max Markowitz”). Pada prakteknya para pemodal pada sekuritas

sering melakukan diversifikasi dalam investasinya dengan mengkombinasikan

berbagai sekuritas, dengan kata lain mereka membentuk portofolio.

Menurut Husnan (2003:45), portofolio berarti sekumpulan investasi.

Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan

berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas

tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (pemodal melakukan diversifikasi)

dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas ini

dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak,

dan sebagainya.

Dalam kenyataannya kita akan sulit membentuk portofolio yang terdiri

dari semua kesempatan investasi, karena itu biasanya dipergunakan suatu wakil

Page 3: MANAJEMEN PORTOFOLIO

yang terdiri dari sejumlah besar saham atau indeks pasar. Contohnya di Bursa

Efek Jakarta yang menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Dalam pembentukan portofolio, investor berusaha memaksimalkan

pengembalian yang diharapkan dari investasi dengan tingkat risiko tertentu yang

dapat diterima. Portofolio yang dapat mencapai tujuan diatas disebut dengan

portofolio efisien. Untuk membentuk portofolio yang efisien, perlu dibuat

beberapa asumsi mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan investasi.

Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk averse).

Investor penghindar risiko adalah investor yang jika dihadapkan pada dua

investasi dengan pengembalian diharapkan yang sama dan resiko berbeda, maka

ia akan memilih investasi dengan tingkat resiko yang lebih rendah. Jika investor

memiliki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka portofolio yang paling

optimal akan dipilihnya.

Manajemen portofolio jika dipahami meliputi serangkaian keputusan dan

tindakan yang dibuat oleh setiap investor baik individu maupun institusi.

Portofolio harus dikelola oleh investor entah menggunakan pendekatan

manajemen aktif dan pasif dalam menyeleksi dan memiliki aset-aset financial.

Manajer/Investor yang menggunakan pendekatan manajemen pasif berarti akan

memegang berbagai sekuritas untuk jangka waktu yang relatif lama dan jarang

melakukan perubahan. Sikap mereka merefleksikan berlakunya efisiensi pasar

modal. Dengan kata lain, keputusan penganut manajemen pasif konsisten dengan

penerimaan taksiran konsensus terhadap risiko dan tingkat keuntungan. Oleh

karena itu, manajemen portofolio dapat diartikan sebagai proses, yaitu proses :

1. Pengidentifikasian tujuan, hambatan, dan kemauan oleh masing-masing

investor. Hal tersebut mengarah pada pernyataan kebijakan secara eksplisit

yang digunakan sebagai panduan dalam proses memanage uang.

2. Ekspektasi pasar modal terhadap perekonomian, industry dan sektor-

sektornya, sekuritas individu yang menjadi pertimbangan dan dikuatifisir.

3. Penerapan dan pengembangan strategi. Proses ini meliputi alokasi aset,

optimasi portofolio, dan pemilihan sekuritas.

Page 4: MANAJEMEN PORTOFOLIO

4. Pemonitoran faktor-faktor portofolio dan respon yang dibuat ketika terjadi

perubahan tujuan investor, hambatan dan atau ekspektasi pasar.

5. Penyeimbangan portofolio sesuai dengan keperluan dengan cara

mengulangi alokasi aset, strategi portofolio dan langkah-langkah

pemilihan sekuritas.

6. Penilaian kinerja portofolio yang diukur dan dievaluasi untuk memastikan

pencapaian tujuan investor.

I. Investor Institusional VS Investor individu

Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut dengan investor. Investor

pada umumnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual

(individual investors) dan investor institusional (institutional investors). Investor

individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi.

Sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan

asuransi, lembaga penyimpanan dana, (bank dan lembaga simpan-pinjam),

lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi.

Di negara-negara maju investor institusional banyak menggunakan

pendekatan institusional dalam melakukan aktivitas investasinya. sedangkan calon

investor individual bisa mengambil garis besarnya agar bisa lebih selektif dan

mengetahui apa sebenarnya yang harus diketahui. Pendekatan institusional terdiri

dari tiga tahap yaitu:

Penetapan Kriteria

Dalam menetapkan kriteria, calon investor mencari faktor-faktor penting

yang menentukan hal-hal yang diinginkan dalam berinvestasi. Hal-hal

tersebut bukan hanya performa return tetapi dapat mencakup proses

investasi, pengambilan resiko, pelayanan terhadap investor, management

fee, dan lain-lain. Menetapkan kriteria dimulai dengan menggali masalah

fundamental bagi calon investor yang meliputi jenis asset class (saham,

pendapatan tetap, pasar uang, dll), gaya investasi (saham blue chip, obligasi

swasta,obligasi pemerintah, saham perusahaan kecil/menengah,

internasional, dll),dan manajemen investasi aktif (aktif dalam memilih

Page 5: MANAJEMEN PORTOFOLIO

saham/obligasi) vs. pasif (index fundz). Jenis asset class sangat menentukan

return dan resiko yang akan didapatkan. Beberapa riset di Amerika

menyebutkan bahwa 90%-95% return yang diperoleh ditentukan oleh jenis

asset class di mana investor berinvestasi. Jika investor memilih asset class

pendapatan tetap maka hasil maksimum investasi jangan diharapkan bisa

menyamai hasil maksimum investasi di saham. Namun pada saat yang

bersamaan, resiko yang dianut juga tidak sebesar resiko saham. Penentuan

ini harus sesuai profil resiko investor masing-masing. Gaya investasi

(investment style) bermanfaat jika calon investor mencari diversifikasi

melalui alokasi aset (asset allocation). Pada dasarnya setiap asset class

dapat dibagi lagi menjadi beberapa gaya investasi. Di negara-negara maju,

diversifikasi alokasi aset adalah lazim, tetapi di Indonesia praktek ini masih

terbatas karena kendala jumlah saham yang ada di dalam tiap kategori

kapitalisasi (blue chip/kapitalisasi besar, kapitalisasi menengah, dan

kapitalisasi kecil), pengetahuan investor individual, dan jenis produk reksa

dana yang ditawarkan. Untuk jenis pendapatan tetap, gaya investasi dapat

terdiri dari investasi dengan fokus pada obligasi pemerintah, obligasi

swasta, atau obligasi internasional/asing.

Penyaringan (Screening)

Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, calon investor kemudian

menyeleksi para potensial MI. Daftar lengkap seluruh reksa dana di

Indonesia dan jenis-jenisnya dapat dilihat di website Bapepam

(www.bapepam.go.id/e-monitoring). Untuk lebih mengetahui informasi

tentang suatu perusahaan MI, calon investor dapat melakukan riset lebih

jauh tentang calon MI tersebut. Berita-berita tentang sebuah perusahaan MI

jika dikumpulkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang

perusahaan tersebut. Sumber lain yang layak digali adalah pengalaman

pihak-pihak lain dalam berinvestasi melalui MI tersebut. Informasi dan

pengalaman dari orang dalam juga sangat berguna dalam mengevaluasi MI.

Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, calon investor bisa

Page 6: MANAJEMEN PORTOFOLIO

membandingkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dengan keadaan para

MI yang sebenarnya.

Seleksi

Proses screening menghilangkan sebagian besar MI dan menyisakan

beberapa saja yang akan dievaluasi lebih jauh. Dalam tahap seleksi, calon

investor memfokuskan dalam mendapatkan gambaran menyeluruh apa yang

disebut dengan P7 yaitu People, Process, Philosophy, Product, Progress,

Price, dan Performance.

II. Sikap Investor terhadap resiko

Dalam berinvestasi apapun berbagai risiko yang bisa mempengaruhi

tingkat keuntungan atau mengalami kerugian selalu akan menjadi pertimbangan

bagi investor. Sebanyak mungkin faktor risiko yang mungkin akan mempengaruhi

tingkat keuntungan dalam investasi saham harus selalu dideteksi agar seluruh

gerak pasar bisa diantisipasi. Untuk itu penasihat investasi dan investor

professional sekalipun selalu mencari informasi yang relevan dengan kondisi

pasar. Di pasar modal, setidaknya risiko yang patut dicermati investor secara

umum, antara lain risiko inflasi, risiko tingkat suku bunga, risiko pasar, risiko

perusahaan dan risiko politik. Masing-masing risiko tersebut ada kalangan saling

kait mengkait, dan berjalan secara dominan. Namun adakalanya sama sekali tidak

berhubungan.

Dari risiko tersebut yang selalu berhubungan adalah risiko inflasi.

Biasanya begitu diketahui inflasi tinggi, akan diikuti dengan kebijakan perubahan

tingkat suku bunga. Jika inflasi tinggi, dapat dipastikan nilai uang turun. Turunnya

nilai uang, bisa karena jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih melimpah.

Untuk itu sehingga agar mobilitas uang yang beredar turun, biasanya akan diikuti

dengan kenaikan tingkat sukubunga, naiknya tingkat suku bunga dengan

sendirinya akan membawa dana-dana kembali sistem perbankan, sehingga pada

gilirannya bursa saham akan turun. Berikut beberapa resiko yang mungkin

dihadapi :

Page 7: MANAJEMEN PORTOFOLIO

Risiko Inflasi

Dalam industri finansial khususnya dalam ekonomi berbasis uang, risiko

yang cukup mengkhawatirkan adalah ancaman akan penurunan nilai uang.

Penggerusan nilai uang ini terlalu banyak faktor yang bisa dijadikan alasan,

padahal aspek utamanya adalah menurunnya nilai uang. Contoh paling

sederhana soal inflasi ini adalah apabila uang bernominal Rp1.000 yang

pada kemarin lusa bisa membeli dua butir telur, tapi hari ini hanya dapat

ditukar dengan satu telur. Akibatnya untuk membeli dua butir telur kita

harus mengeluarkan kocek Rp1.000 lagi. Kalau itu terjadi berarti sudah

terjadi inflasi, turunnya nilai uang. Penurunan nilai uang tersebut juga

terjadi tidak saja untuk membeli produk, tapi juga dalam menggunakan jasa.

Dalam kondisi saat ini, pemerintah mengatakan akan mempertahankan

bahwa target inflasi dipatok pada bilangan lima persen. Itu berarti dalam

berinvestasi, investor yang memiliki dana Rp1.000 saat ini harus bisa

memperkerjakan uangnya itu dengan minimal penghasilan (return) di atas

lima persen, sehingga pada akhir tahun nilai uang tersebut tetap bisa

digunakan dan memiliki nilai yang sama pada saat ini. Nilai uang pada masa

kini dan masa yang akan datang diharapkan bobot (nilai atau harganya)

tetap sama. Artinya kalau saat ini bisa membeli telur satu butir maka tahun

depan minimal nilainya tetap sama. Inflasi adalah suatu proses

meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Penyebab

inflasi ini bisa berupa naiknya harga barang dan jasa, bisa juga karena

turunnya nilai uang yang terjadi secara mekanis. Inflasi yang disebabkan

karena naiknya harga barang, juga tidak bergerak sendirian. Bisa jadi karena

bahan baku atas produk itu sulit didapat, seperti BBM. Akibat tidak adanya

subtitusi dari BBM ini dipastikan kenaikan harga BBM akan menyebabkan

naiknya harga barang-barang dan jasa. Hal ini karena ketergantungan yang

sangat tinggi atas produk yang bernama BBM ini. Inflasi lainnya adalah

karena terlalu banyaknya uang yang beredar, sehingga secara mekanis akan

mempengaruhi nilai uang. Untuk inflasi yang disebabkan banyak uang

beredar, Bank Sentral bisa melakukan tindakan dengan cara membuat

Page 8: MANAJEMEN PORTOFOLIO

kebijakan meningkatkan suku bunga. Peningkatan sukubunga ini dengan

sendirinya akan menarik para pemilik dana untuk kembali memarkir

dananya di perbankan. Kendati upaya tersebut harus diikuti oleh kebijakan

lain, diantaranya membuat kebijakan guna terciptanya iklim investasi. Bagi

pasar modal risiko inflasi ini akan sangat mempengaruhi keputusan

investasi. Kalau inflasi tinggi, kita ibaratkan dalam setahun 10 persen, maka

boleh jadi harga saham diciptakan oleh pasar itu sebenarnya sudah terdiskon

sebesar 10 persen. Kalau harga saham Rp1.000 maka akibat inflasi yang 10

persen itu harga saham tersebut sebenarnya hanya Rp900. Akan tetapi,

kondisi yang sebenarnya terjadi akan bertambah kompleks akibat dampak

inflasi. Kalau kita ibaratkan harga BBM mengalami kenaikan dengan begitu

biaya produksi perusahaan akan mengalami kenaikan. Belum lagi dampak

dari BBM ini akan diikuti dengan melemahnya daya beli, sehingga barang

yang diproduksi tidak akan laku terjual. Kalau hal itu yang terjadi maka bisa

dipastikan pemutusan hubungan kerja, akibat pengurangan produksi hampir

pasti akan dilakukan perusahaan, sehingga pada gilirannya ekspektasi

investor saham atas saham perusahaan itu akan menurun.

Risiko tingkat sukubunga

Risiko tingkat suku bunga dapat menjadi bayangan hitam bagi pelaku pasar.

Tingkat bunga yang tinggi akan menjadikan perusahaan yang menjual

sahamnya di bursa pasti juga akan kedodoran. Apalagi bagi perusahaan

yang mendanai sebagian operasionalnya dengan pinjaman kredit. Dari sisi

investasi fluktuasi tingkat sukubunga yang gonjang-ganjing akan membuat

bingung iklim investasi. Kalau tingkat sukubunga tinggi maka investor akan

dengan senang hati untuk menempatkan dananya dalam bentuk deposito.

Banyaknya uang yang masuk dalam deposito akan membuat dunia

perbankan kebingungan menyalurkan dana pihak ketiga tersebut. Di sisi lain

dana tersebut memang harus diputar ke sektor-sektor produktif kalau tidak

ingin kinerja bank tersebut ambrol karena harus membayar bunga tinggi.

Soal tinggi dan rendahnya tingkat suku bunga, bagi pasar yang penting

Page 9: MANAJEMEN PORTOFOLIO

bahwa tingkat bunga itu stabil tidak gonjang-ganjing dan kebijaksanaannya

tidak situasional.

Risiko Pasar

Risiko pasar sering terjadi di pasar modal karena kondisi yang tidak bisa

dijelaskan secara ekonomi. Karena ekspektasi seseorang terhadap produk

dan jasa tertentu akan berbeda dengan ekspektasi pasar. Dalam konteks

perdagangan saham, ketika ekspektasi atas saham secara jangka panjang

naik, maka boleh jadi ekspektasi pasar atas saham pada saat pasar bereaksi

justru turun. Karenanya bagi investor saham yang perlu dipahami bahwa

investasi saham adalah investasi pada saham, sedangkan penciptaan harga

saham yang dibuat pasar adalah harga yang terjadi pada saat selama pasar

berlangsung. Penyebab ekspektasi pasar berbeda dengan kondisi sebenarnya

atas nilai saham, penyebabnya bisa beragam. Yang paling sederhana boleh

jadi karena supply dan demand yang tidak seimbang. Ketika supply atas

saham berlebih, sementara demand tetap maka dengan sendirinya harga

saham akan turun. Di pasar modal Indonesia sering terjadi begitu ada

perusahaan yang akan melakukan penawaran umum (IPO) biasanya akan

diikuti dengan penurunan indikator perdagangan. Turunnya indikator

perdagangan itu lantaran investor menjual saham yang telah menjadi

portofolionya untuk kemudian membeli saham yang akan IPO. Perilaku

tersebut merupakan contoh yang paling sangat sederhana dari faktor risiko

pasar. Tidak sama besarnya posisi supply dan demand ini juga terjadi

apabila terjadi investor melakukan perubahan portofolio sebagaimana yang

kerap terjadi pada akhir tahun dan awal tahun bursa saham.

Untuk mengetahui apakah proses investasi yang dilakukan benar atau tidak,

berikut merupakan langkah-langkahnya:

a. Pengetahuan tentang pengembalian dan resiko investasi.

b. Mengetahui sikap investor terhadap resiko. Setiap investor harus mau

menerima resiko investasi yang terkadang di dalam aset riil maupun surat

berharga, dan dapat mengidentifikasi kombinasi pengembalian dan resiko

Page 10: MANAJEMEN PORTOFOLIO

yang dapat diterima. Dengan kata lain, sebelum menerima resiko investasi,

investor harus berada pada posisi finansial yang logis, dan harus siap

menggunakan alasan-alasan yang masuk akal untuk proses pembuatan

keputusan.

c. Pengetahuan dari setiap tipe surat berharga / aset yang tersedia untuk

investasi, termasuk pengembalian yang diharapkan dan resiko yang

berhubungan dengan tipe aset / surat berharga tersebut.

d. Memilih beberapa surat berharga / aset yang dapat memberi suatu

pengembalian dan resiko yang dapat diterima berdasarkan kebutuhan -

kebutuhan dari investor tertentu.

Korelasi langsung antara pengembalian dengan resiko, yaitu: semakin tinggi

pengembalian, semakin tinggi resiko. Oleh karena itu, investor harus menjaga

tingkat resiko dengan pengembalian yang seimbang. Berikut beberapa faktor

Risiko dalam Analisis Finansial:

o Pengertian resiko sendiri yaitu penyimpangan hasil (return) yang diperoleh

dari rencana hasil (return) yang diharapkan.

o Risiko invetasi adalah risiko yang dihadapi investor akan kemungkinan

tidak tercapainya hasil (keuntungan) yang diharpkan. Hal tersebut

dikarenakan factor uncertainty yang besar.

o Sikap investor terhadap risiko yaitu ; senang (desire) menghadapi risiko,

anti risiko ( risk aversion), dan acuh (indifference) terhadap risiko.

Diperhitungkannya faktor risiko dalam keputusan keuangan,

mempengaruhi investor untuk menentukan hasil atau mensyaratkan hail

(required rate of return).

o Risiko tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola agar risiko tersebut

dapat diminimalisasi (risiko terkontrol). Dan ada pula risiko yang tidak

dapat dikontrol/dikendalikan. Sehingga jenis risiko terbagi ke dalam:

Risiko Individual, yaitu risiko yang berasal dari proyek investasi

secara individu tanpa dipengaruhi proyek yang lain.

Page 11: MANAJEMEN PORTOFOLIO

Risiko perusahaan, yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan

penganekaragaman (diversifikasi) atau portofolio yang dilakukan oleh

investor.

Risiko pasar atau beta, yaitu risiko investasi ditinjau dari investor

yang menanamkan modalnya pada investasi yang juga dilakukan oleh

perusahaan dan perusahaan-perusahaan lain. Besarnya risiko ini tidak

dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi.

III. Formulasi Kebijakan Investasi (Tujuan, Kendala, dan Preferensi)

Tujuan

Kebijakan investasi mengandung pernyataan mengenai return yang telah

disesuaikan dengan inflasi. Inflasi merupakan sebuah masalah bagi investor,

karena nominal uang pada masa sekarang berbeda dengan nominal uang di masa

yang akan datang. Oleh karena itu, investor selalu berusaha mendapatkan return

yang lebih tinggi daripada tingkat inflasi. Saham, tidak selalu menjadi

perlindungan terhadap inflasi, karena nilai saham dapat berubah naik atau turun

sewaktu-waktu.

Masing-masing investor juga memiliki kebutuhan dan keadaan yang unik,

bersifat pribadi dan berbeda-beda tiap investor, hal ini dapat menyebabkan

pembatasan seorang investor untuk melakukan investasi aset pada kelas tertentu.

Kendala dan preferensi

Waktu

Tujuan investasi dari masing-masing investor berbeda. Oleh karena itu, untuk

mencapai tujuannya, investor memerlukan perencanaan waktu melakukan

investasi secara khusus. Investor bisa melakukan investasi dalam jangka pendek

atau dalam jangka panjang, disesuaikan dengan tujuan dari investasi yang dia

lakukan.

Page 12: MANAJEMEN PORTOFOLIO

Kebutuhan Liquiditas

Investor dalam melakukan investasi kadang terbentur dengan kebutuhan

liquiditasnya. Dia dapat memerlukan uang sewaktu-waktu. Oleh karena itu,

investor sebaiknya mengetahui kebutuhan kas dia di masa yang akan datang,

sehingga tidak menghambat investasi yang telah dilakukan.

Kesadaran atas Pajak

Tingkat pajak atas pendapatan berbeda dengan tingkat pajak atas keuntungan atas

penjualan aset. Investor mempunyai preferensi untuk melakukan investasi untuk

mendapatkan keringanan pajak dari keuntungan penjualan aset. Pendapatan

bekerja memiliki tingkat pajak yang lebih tinggi. Tetapi, program-program

pensiun biasanya memberikan perlindungan tersendiri atas pajak (pengurangan

pendapatan). Investor mempertimbangkan hal ini dalam membuat keputusan

investasi, apakah melakukan investasi dalam instrumen investasi (portofolio) atau

melakukan investasi jangka panjang dalam bentuk dana pensiun.

IV. Implementasi Strategi Investasi (Alokasi Aset dan Optimisasi Portofolio)

Asumsi Tingkat Pengembalian

Investor memiliki asumsi atas tingkat pengembalian yang dapat diterima.

Argumen mengenai mean-reversion saham menyatakan bahwa harga saham yang

tinggi atau rendah hanya bersifat sementara, pada akhirnya harga saham akan

cenderung kembali ke tengah (rata-rata). Selain itu, return saham mengandung

risiko yang harus diperhitungkan. Tidak ada yang jaminan bahwa return yang

diharapkan investor akan didapatkan dengan mudah. Hal ini menyebabkan

investor berusaha mendapatkan return yang lebih tinggi dengan melakukan

optimisasi portofolio.

Membentuk Portofolio

Investor menggunakan kebijakan investasi dan ekspektasi pasar modal untuk

memilih portofolio atau aset. Pada pemilihan portofolio dan aset, investor harus

menentukan saham-saham mana saja yang sesuai untuk dimasukkan ke dalam

Page 13: MANAJEMEN PORTOFOLIO

portofolionya. Investor juga menggunakan prosedur optimisasi untuk memilih

saham dari saham-saham yang sesuai dan menentukan berat (proporsi) saham

pada portofolionya. Model Markowitz adalah model formal dari investasi yang

dilakukan oleh investor.

Alokasi Aset

Alokasi aset berhubungan dengan keputusan untuk menentukan berat (proporsi)

bagi kas, obligasi, atau saham yang akan dimiliki oleh investor. Keputusan ini

sangat penting karena perbedaan alokasi atas aset akan menyebabkan perbedaan

performa dari portofolio itu sendiri.

Ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan investor. Faktor-faktor itu antara

lain return yang disyaratkan, toleransi risiko dan umur dari investor itu sendiri.

Investor yang lebih muda cendering bersifat risk taker. Sebaliknya, investor yang

lebih tua cenderung bersifat risk averse. Perbedaan faktor yang diperhitungkan

akan mempengaruhi alokasi aset investasi.

Alokasi Strategis Aset

Investor perlu melakukan prosedur simulasi yang digunakan untuk menentukan

kemungkinan range hasil yang dihubungkan dengan tiap-tiap komposisi aset.

Simulasi ini akan memberikan gambaran mengenai keuntungan dan risiko yang

mungkin akan diperoleh investor apabila memilih komposisi aset tersebut.

Investor juga perlu membentuk strategi alokasi aset untuk jangka panjang.

Alokasi Taktis Aset

Perubahan atas komposiss aset yang dilakukan biasanya disebabkan oleh

perubahan tingkat pengembalian yang diharapkan investor. Selain itu perubahan

komposisi aset ini juga bisa dilakukan oleh investor dengan pendekatan market

timing (waktu dimana pasar bergerak). Investor cenderung melakukan antisipasi

atas perubahan pasar. Pada saat yang tepat, investor melakukan perubahan atas

komposisi asetnya untuk mendapatkan keuntungan atau menjaga nilai asetnya.

Page 14: MANAJEMEN PORTOFOLIO

V. Monitoring dan Penyesuian Portofolio

Monitoring

Keadaan investor dapat berubah karena beberapa alasan, yaitu sebagai berikut:

Perubahan kesejahteraan yang mempengaruhi toleransi terhadap risiko

Perubahan horizon investasi

Perubahan kebutuhan likuiditas

Perubahan aturan perpajakan

Pertimbangan regulasi pemerintah

Keadaan dan kebutuhan unik

Penyesuaian Portofolio

Komposisi portfolio tidak dimaksudkan untuk tetap sama . Yang paling

penting diketahui adalah kapan harus melakukan penyeimbangan kembali

(rebalancing). Biaya Rebalancing mencakup:

Komisi broker

Dampak dari perdagangan yang mungkin mempengaruhi harga pasar

Aspek waktu dalam memutuskan untuk bertransaksi

Biaya untuk tidak melakukan rebalancing adalah berada dalam posisi yang tidak

menguntungkan

Page 15: MANAJEMEN PORTOFOLIO

EVALUASI PORTOFOLIO

1. Return Nominal vs Return Riil

Return investasi yang positif tetapi lebih kecil daripada inflasi periodik

akan mengakibatkan total kekayaan investor bertambah secara nominal, tetapi

berkurang secara riil. Ilustrasinya, seorang investor yang hanya

mendapatkan returnsebesar 10% dalam satu tahun saat tingkat inflasi tahunan

mencapai 12% akan mengalami penurunan kekayaan riil sebesar 2% (10% -

12%); walaupun jumlah uangnya secara nominal meningkat sebesar 10%, katakan

dari Rp100 juta menjadi Rp110 juta. Maksudnya adalah daya beli dari uang

Rp110 juta ini adalah 2% lebih rendah daripada daya beli Rp100 juta setahun

sebelumnya.

Secara umum, return riil adalah return nominal dikurangi tingkat inflasi.

Agar daya beli tidak berkurang, return nominal sebuah investasi harus melebihi

tingkat inflasi. Menghitung return untuk periode satu tahun tanpa setoran

tambahan atau pengambilan uang relatif mudah, karena kita cukup mengurangi

investasi akhir dengan investasi awal dan hasilnya dibagi dengan investasi awal.

Penghitungan return menjadi tidak sederhana lagi untuk investasi lebih dari satu

periode, jika ada penambahan atau pengambilan uang selama periode investasi,

atau jika risiko diperhitungkan.

Return Nominal

Ekonomi modern memperoleh efisien mereka melalui penggunaan uang.

Media pertukaran yang diterima secara umum. Bukannya memperdagangkan

jagung  untuk mendapatkan stereo yang akan diberikan satu tahun mendatang,

seperti pada ekonomi barter, penduduk ekonomi modern dapat menjual

jagungnya untuk memperoleh uang dan kemudian memperdagangkan uang

“sekarang” untuk uang  “masa depan” dengan menginvestasikannya.

Kemudian uang “masa depan” tersebut dapat digunakan untuk membeli

stereo. Tingkat bunga yang digunakan penduduk memperdagangkan uang

“sekarang” untuk mendapatkan uang “masa depan” tergantung pada investasi

Page 16: MANAJEMEN PORTOFOLIO

yang dilakukan dan disebut return nominal (juga disebut tingkat bunga

nominal).

Return Riil

Pada periode harga berubah-ubah, return nominal investasi mungkin suatu

indikasi yang jelek dari return riil (tingkat bunga riil) yang memperoleh

investor. Hal ini sebagian disebabkan oleh tambahan dolar yang diterima  dari

investasi  mungkin diperlukan untuk menutup penurunan daya beli yang

disebabkan oleh inflasi yang terjadi pada periode  investasi. Akibatnya,

penyesuaian return nominal  diperlukan untuk menyingkirkan dampak inflasi 

untuk menentukan return riil. Inflasi sering digunakan untuk tujuan ini.

Contoh: Return sebesar 17% yang diterima setahun dari sebuah surat

berharga jika disesuaikan dengan tingkat inflasi sebesar 5 % untuk tahun yang

sama, akan memberikan return riel sebesar :

TR(ia) = (1+0.17 ) - 1

(1+0.05)

= 0.11429 atau 11.429%

2. Return Aritmetik dan Return Geometrik

Terdapat dua konsep/ukuran pengembalian nominal berdasarkan waktu,

yaitu pengembalian aritmetik dan pengembalian geometrik. Pada umumnya,

pengembalian aritmetik digunakan untuk periode tunggal atau untuk data cross

section, sedangkan pengembalian geometric digunakan untuk beberapa periode

atau untuk data time series. Return aritmetik lebih tepat digunakan untuk prediksi

ke depan, sedangkan untuk kinerja masa lalu, perhitungan return geometrik akan

lebih tepat.

Perhitungan return aritmetik dan geometrik ini adalah sama dengan

perhitungan rata-rata aritmetik (arithmetic mean) dan rata-rata geometrik

(geometric mean) dalam statistik. Untuk menghitung tingkat pengembalian

aritmetik atau geometrik suatu investasi atsu suatu portofolio, terlebih dahulu

Page 17: MANAJEMEN PORTOFOLIO

dihitung tingkat pengembalian untuk tiap-tiap periode (r1, r2, …, rn). Berikut

merupakan rumusan perhitungan tersebut:

rG = ⁿ√(1+r1)(1+r2)…(1+rn) - 1

keterangan:

rA = pengembalian aritmetik

rG = pengembalian geometrik

r1 = pengembalian (return) periode 1

r2 = pengembalian (return) periode 2

rn = pengembalian (return) periode n

n = jumlah periode

Contoh:

Harga dari suatu saham pada periode ke-0 (periode awal) adalah Rp.500,- Pada

periode selanjutnya (periode ke-1), harga saham meningkat menjadi Rp.600,- dan

turun di periode ke-2 menjadi Rp.550,-

Return pada masing-masing periode adalah sebagai berikut:

r1 = (Rp.660 – Rp.500) / Rp.500

= 0.20

= 20%

r2 = (Rp.550 – Rp.600) / Rp.600

= - 0.083

= - 8.33%

Return yang dihitung berdasarkan rata-rata aritmetik adalah sebagai berikut:

rA =(0.2-0.083)

= 0.05833 atau 5.833%2

rA =r1 + r2 + … + rn

n

Page 18: MANAJEMEN PORTOFOLIO

Sedangkan return jika dihitung berdasarkan rata-rata geometrik adalah sebagai

berikut:

rG = √(1+0.2)(1+0.083) – 1

= 0.04883 atau 4.883%

Jika dihitung dengan metode rata-rata arimatika, pertumbuhan harga saham ini

adalah sebesar 5.833%. Jika return ini benar, maka untuk periode ke-2, harga

saham ini seharusnya menjadi Rp.560.03. Padahal yang sebenarnya, harga saham

ini di akhir periode ke-2 adalah sebesar Rp.550,-. Dengan demikian perhitungan

dengan metode aritmatika ini kurang tepat. Jika dihitung dengan metode rata-rata

geometrik, pertumbuhan harga saham ini adalah sebesar 4.883%. Dengan

menggunakan tingkat pertumbuhan ini harga saham di akhir periode ke-2 adalah

sebesar Rp.550,-, sesuai dengan nilai yang sebenarnya.

Jadi metode rata-rata geometrik lebih tepat digunakan untuk situasi yang

melibatkan pertumbuhan, sedangkan metode rata-rata arimatika lebih tepat

digunakan untuk menghitung rata-rata untuk satu periode yang sama dari banyak

return tanpa melibatkan pertumbuhan.

3. Return Tertimbang Berdasarkan Uang

Konsep return tertimbang berdasarkan uang diaplikasikan pada saat dana

yang diinvestasikan berubah-ubah karena adanya penambahan atau pengembalian

uang. Dalam mencari tingkat pengembalian berdasarkan uang, besar penerimaan

atau pengeluaran uang dalam setiap periode sangat penting dan diperhitungkan.

Contoh:

Seorang investor pada tahun 2004 membeli sebuah obligasi senilai

Rp.200,000,000,- Setahun kemudian, 2005, dia membeli kembali obligasi yang

sama seharga Rp.225,000,000,- Pada tahun 2005 tersebut, atas kepemilikan

obligasi yang pertama, investor tersebut menerima bunga sebesar Rp.5,000,000,-

Page 19: MANAJEMEN PORTOFOLIO

sedangkan pada tahun 2006, karena memiliki dua obligasi, ia menerima bunga

Rp.10,000,000,-

Jika pada tahun 2006 investor tersebut menjual obligasinya pada harga masing-

masing Rp 235.000.000, berapa tingkat pengembalian berdasarkan uang

diperolehnya?

PV (pengeluaran) = PV (penerimaan)

200,000,000 + 225,000,000 = 5,000,000 + 10,000,000 + 470,000,000

1 + r 1 + r (1 + r)²

r = 9.39%

4. Risk-Adjusted Return

Dalam berinvestasi, tidak memberikan perhatian khusus pada risiko adalah

tidak bijak. Dalam keadaan pasar sedang bullish, risiko sangat sering

dinomorduakan. Risiko sering mulai kembali diingat ketika pasar bearish.

Mestinya, dalam segala kondisi, investor tidak melupakan risiko. Risiko adalah

kemungkinan terjadinya kerugian atau return negatif dari suatu investasi. Dalam

statistika, ukuran risiko adalah standar deviasi, dinotasikan s (dibaca: sigma) yang

dihitung dari gejolak turun-naiknya atau volatilitas harga. Semakin besar

goyangan harga, semakin besar volatilitas, semakin besar debaran jantung investor

sehingga semakin besar risiko.

Risiko yang mengukur berapa banyak investasi yangkembali dalam

kaitannya dengan jumlah risiko yang diambil. Sering digunakan untuk

membandingkan berbagai jenis investasi yang melibatkan tingkat risiko yang

berbeda. Risk-adjusted return akan menempatkan dua investasi yang berbeda

pada nilai yang sama (dengan menghilangkan perbedaan risiko) dan memberitahu

anda investasi yang menghasilkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan

risiko yang diperlukan

Karena ada dua ukuran risiko yaitu total risiko dan risiko sistematis, maka

kita mengenal dua ukuran utama risk-adjusted return. William Sharpe (1966)

memperkenalkan rasio Sharpe yaitu excess return per satuan total risiko (s) atau

Page 20: MANAJEMEN PORTOFOLIO

(return portofolio - bunga bebas risiko) / s, untuk mengukur kinerja reksa dana

saat itu. Sebelum itu, Jack Treynor (1965) sudah menggunakan rasio Treynor

yaitu excess return per satuan risiko sistematis (b) atau (return portofolio - bunga

bebas risiko) / b, untuk tujuan yang sama. Ukuran risk-adjusted return mana yang

lebih baik? Jones dalam bukunya Investment (2007) mengatakan kalau rasio

Sharpe sebaiknya digunakan jika portofolio investor seluruhnya (atau sebagian

besar) dalam sekuritas. Untuk investor yang portofolionya terdiri dari banyak aset

sehingga sekuritas hanya sebagian kecil saja, rasio Treynor yang lebih tepat.

Berdasarkan risk-adjusted return, portofolio/reksa dana yang berkinerja

terbaik bukanlah portofolio yang memberikan return nominal terbesar.

Portofolio/reksa dana terbaik adalah yang mampu memberikan premi risiko per

unit terbesar atau yang mempunyai rasio Sharpe dan atau rasio Treynor tertinggi.

5. Rasio Treynor

Diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio dengan

risiko portofolio yang dinyatakan dengan beta. Beta adalah risiko pasar atau risiko

sistematis.

Menghitung kemiringan – slope garis yang menghubungkan portofolio yang

berisiko dengan risiko Pasar.Semakin besar nilai slope semakin baik portofolio

atau semakin besar rasio premi risiko portofolio terhadap beta, kinerja portofolio

semakin baik

Keterangan

T : Treynor ratio

Ri : Rata- rata tingkat pengembalian portofolio i

Rf : Rata –rata atas bunga investasi bebas risiko

βi : Beta portofolio

Ri – Rf : Premi risiko potofolio i

Page 21: MANAJEMEN PORTOFOLIO

Relevan bagi investor yang :

Memiliki berbagai portofolio atau menanamkan dana pada berbagai reksa

dana – mutual funds

Melakukan diversifikasi pada berbagai portofolio

6. Rasio Sharpe

Rasio Sharpe digunakan untuk menandakan seberapa baik kembalinya

aset investor untuk mengkompensasi risiko yang diambil.

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio

dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi – total risiko.

Premi risiko portofolio adalah selisih rata-rata tingkat pengembalian portofolio

dengan rata-rata tingkat bunga bebas risiko

Keterangan

S : Indeks sharpe portofolio i

R : Rata- rata tingkat pengembalian portofolio i

Rf : Rata –rata atas bunga investasi bebas risiko

σ : Standar deviasi dari tingkat pegembalian portofolio i

R – Rf : Premi risiko potofolio i

Rumus Sharpe menghitung kemiringan – slope garis yang

menghubungkan portofolio yang berisiko dengan bunga bebas risiko. Semakin

besar nilai slope semakin baik portofolio atau semakin besar rasio premi risiko

portofolio terhadap standar deviasi kinerja portofolio semakin baik. Investor

sering disarankan untuk memilih investasi dengan rasio Sharpe tinggi

Page 22: MANAJEMEN PORTOFOLIO

7. Alpha Jensen

Di bidang keuangan, Jensen's alpha (atau Jensen's Performance Index, ex-

post alfa) digunakan untuk menentukan pengembalian kelebihan sekuritas atau

portofolio efek atas teoretis keamanan pengembalian yang diharapkan. Bisa

keamanan aset apapun, seperti saham, obligasi, atau derivatif. Kembali teoretis

diperkirakan oleh model pasar, yang paling sering CAPM. Model pasar

menggunakan metode statistik untuk memprediksi risiko yang sesuai-disesuaikan

kembali aset. CAPM misalnya menggunakan beta sebagai pengganda.

Dalam konteks CAPM, menghitung alfa memerlukan input berikut:

realisasi kembali (di portofolio),

yang pasar kembali,

dengan risiko-free rate of return, dan

yang beta portofolio.

Jensen's alpha = (Portfolio Kembali - Risk Free Rate) - (Portofolio Beta *

(Pasar Kembali - Risk Free Rate))

Pada model ini kita juga memperhitungkan return yang diharapkan atau minimum

return yang diharapkan.

ERp = Rf + B (ERm - Rf)

dengan:

ERp = Minimum return reksa dana yang diharapkan;

ERm = Minimum return pasar yang diharapkan.

Setelah ERp didapatkan, return rata-rata reksa dana kemudian dikurangi

minimum return reksa dana yang diharapkan untuk mendapatkan nilai alpha

model Jensen. Semakin besar nilai alpha tersebut menunjukkan reksa dana

tersebut semakin bagus.

Page 23: MANAJEMEN PORTOFOLIO

Ide dasarnya adalah bahwa untuk menganalisis kinerja manajer investasi

Anda tidak hanya harus melihat pada keseluruhan laba dari portofolio, tetapi juga

pada portofolio risiko itu. Sebagai contoh, jika ada dua reksa dana yang keduanya

memiliki pengembalian sebesar 12%, seorang investor rasional akan

menginginkan dana yang kurang berisiko. Jensen mengukur salah satu cara untuk

membantu menentukan apakah sebuah portofolio adalah menghasilkan laba yang

tepat untuk mengembalikan tingkat risiko. Jika nilai positif, maka kelebihan

portofolio adalah pengembalian laba. Dengan kata lain, nilai positif bagi Jensen's

alpha berarti fund manager telah "mengalahkan pasar" dengan pemilihan saham

yang tepat.

8. Beta2

Nilai beta2 mencerminkan kemampuan market timing dari manajer investasi

reksa dana bersangkutan sedangkan nilai alpha mencerminkan kemampuan

pemilihan saham manajer investasi dalam membentuk portofolio reksa dana yang

dimaksud. Semakin besar nilai beta2 dan alpha suatu reksa dana maka semakin

baik reksa dana tersebut

Dalam menentukan beta, kita dapat menggunakan sebuah judgement, di

samping itu kita bisa menggunakan beta historis untuk menghitung beta waktu

lalu yang dipergunakan sebagai taksiran beta di masa yang akan datang. Beta

historis memberikan informasi yang berguna tentang beta di masa yang akan

datang karena itu seringkali para analis menggunakan beta historis sebelum

mereka menggunakan judgement untuk memperkirakan beta.

Rumus Estimating Beta :

Ri  = αi +  βi Ŕm  + ei

Persamaan ini merupakan persamaan regresi sederhana. Beta

menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut. Alpha menunjukkan

intercept dengan sumbu Rij. Makin besar beta, makin curam kemiringan garis

tersebut dan sebaliknya. Beta sekuritas individual cenderung mempunyai

Page 24: MANAJEMEN PORTOFOLIO

koefisien determinasi (yaitu bentuk kwadrat dari koefisien korelasi) yang lebih

rendah dari beta portofolio. Koefisien determinasi menunjukkan proporsi

perubahan nilai Ri yang bisa dijelaskan oleh Rm.

Dengan menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat risiko

masing-masing saham yang diamati, dan tingkat return saham, maka kita dapat

menentukan excess return to beta (ERB) yang mencerminkan tingkat keuntungan

yag sangat mungkin dapat dicapai. Untuk mendapatkan kandidat portofolio kuat,

kita tinggal membandingkan ERB dengan Cut off Rate untuk menhasilkan saham-

saham yang memiliki tingkat return yang tinggi dan risiko yang minimal yang

dapat mengeliminir risiko tidak sistematis. jika suatu jenis saham angka Excess

Return to Beta (ERB)-nya lebih besar dari angka batas C (cut of rate) maka saham

tersebut masuk sebagai kandidat portofolio.

9. Rasio Appraisal

Sebuah rasio yang membandingkan nilai dari alfa untuk deviasi standar

residu, dan dirancang untuk menunjukkan kualitas pendanaan.

Alfa dari sebuah portofolio dibagi dengan risiko non-sistematis dari portofolio.

Rasio mengukur return abnormal per unit risiko yang pada prinsipnya dapat

terdiversifikasi jauh dari memegang portofolio indeks pasar.

Di Russell Style Klasifikasi (RSC), rasio appraisal dihitung sebagai berikut:

Simbol Keterangan

p Jensen alpha

(E p) Standard error

KASUS :

Page 25: MANAJEMEN PORTOFOLIO

“INTERPRESTASI EVALUASI KINERJA REKSADANA DI INDONESIA”

Definisi Menurut UU Pasar Modal, Reksa Dana adalah wadah yang

dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk

selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Dalam

literatur investasi lainnya, reksa dana adalah kumpulan dari instrumen investasi

yang membentuk satu portfolio. Oleh karena itu, pengukuran kinerja reksa dana

dikenal juga dengan istilah Evaluation of Portfolio Performance. Metode evaluasi

kinerja portfolio secara khusus hanya mengukur risk and return dari portfolio

investasi reksa dana yang bersangkutan.

Dibawah ini adalah table perhitungan yang menggunakan Indeks Reksa

Dana Saham dari PT Infovesta Equity Fund Index yang merupakan perusahaan

yang bergerak di bidang jasa penyediaan informasi, riset dan konsultasi yang

berkaitan dengan investasi pasar modal dan Corporate Finance. yang

dibandingkan dengan IHSG sebagai indicator pasar dengan menggunakan data

saham 2006 – 2011. Hasil perhitungan beserta dengan interpretasinya adalah

sebagai berikut:

Keterangan IHSG Infovesta Equity Fund Index

Rata-rata return Geometrik 17.31 13.20%Standar Deviasi (Risiko) 27.54 29.30%Beta 1.00000 1.0483Risk Free Rate 6.39% 6.39%Risk Adjusted Return (RAR) 0.6287 0.4506 Sharpe Ratio 0.3966 0.2324 Treynor Ratio 0.1092 0.0650 Information Ratio - (0.7971)

Berikut kami mencoba menginterpretasikan data diatas

Page 26: MANAJEMEN PORTOFOLIO

1. Rata-rata return tahunan geometric adalah rata-rata return dari kedua indikator

di atas selama 5 tahun setelah memperhitungkan faktor bunga berbunga.

Pengukuran return dilakukan dengan menggunakan metode rata-rata return

geometrik. Hasil di atas menunjukkan bahwa secara rata-rata, IHSG memiliki

kinerja yang lebih baik dari Indeks Reksa Dana Saham.

2. Standar deviasi (risiko), dalam definisi statistic adalah simpangan baku dari

rata-rata. Dalam definisi keuangan, standar deviasi merupakan suatu angka

yang mencerminkan total risiko dari suatu portfolio investasi. Yang dimaksud

dengan total risiko adalah risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.

Semakin besar angka tersebut semakin besar pula risiko yang berarti semakin

besar fluktuasi harga suatu reksa dana.

3. Beta dalam definisi keuangan, adalah risiko sistematis dari suatu portfolio

investasi. Meski hanya mewakili sebagian dari risiko reksa dana, indicator ini

lebih investor friendly karena lebih mudah diterjemahkan. Misalnya Indeks

Reksa Dana Saham memiliki beta 1.0483. Maka ketika IHSG bergerak naik

1%, maka indeks tersebut diperkirakan akan naik sebesar 1.0483%, demikian

juga sebaliknya. Jika suatu reksa dana memiliki beta lebih kecil dari satu maka

pengaruh fluktuasi IHSG terhadap reksa dana tersebut juga semakin kecil.

Secara umum, interpretasinya sama dengan total risiko.

4. Risk Free Rate yang dipergunakan adalah SBI 9 bulan terakhir. Penggunaan

ini bersifat opsional, ada pula yang menggunakan Yield Obligasi 5 atau 10

tahun sebagai indicator Risk Free.

5. Risk Adjusted Return (RAR) sebesar 0.6287 pada IHSG dapat

diinterpretasikan: atas 1 % risiko yang investor tanggung, maka IHSG

memberikan return 0.6287%. Semakin besar RAR, maka semakin baik kinerja

suatu reksa dana karena memberikan return yang tinggi atas risiko yang

ditanggungnya

6. Sharpe Ratio sebesar 0.2324 dapat diinterpretasikan: atas 1% risiko yang

ditanggung, maka rata-rata reksa dana saham memberikan excess return

sebesar 0.2324%. Yang dimaksud dengan excess return adalah selisih return

reksa dana dengan Risk Free. Dasar pemikirannya, selain return positif, return

Page 27: MANAJEMEN PORTOFOLIO

reksa dana juga seharusnya di atas tingkat return instrument bebas risiko.

Interpretasi baik buruknya Sharpe Ratio sama dengan RAR.

7. Treynor Ratio sebesar 0.065 dapat diinterpretasikan: atas 1% risiko sistematis

yang ditanggung, reksa dana memberikan excess return sebesar 0.065%.

Selanjutnya baik buruknya interpretasi sama dengan Sharpe Ratio dan RAR,

perbedaan hanya pada risiko yang digunakan.

8. Expected Return sebesar 17.84% pada Indeks Reksa Dana Saham

menunjukkan bahwa dengan risiko sistematis (beta) sebesar 1.0483, Risk Free

Rate sebesar 6.39%, Return market (IHSG) sebesar 17.31%, maka

sepantasnya, rata-rata reksa dana saham memberikan return 17.84% Actual

return adalah rata-rata return yang sebenarnya selama 5 tahun terakhir sebesar

13.20%

9. Information Ratio adalah rasio yang mengukur konsistensi dari reksa dana

untuk menghasilkan return yang berbeda dari benchmark yang menjadi acuan.

Semakin besar Information Ratio menunjukkan bahwa reksa dana tersebut

mampu secara stabil mengalahkan benchmark.

Page 28: MANAJEMEN PORTOFOLIO

DAFTAR PUSTAKA

Agus Zainul Arifin. Modul 14 Evaluasi Kinerja Reksa Dana. Pengembangan

Bahan Ajar-UMB.

Budi Frensidy. 2007. Menghitung Risk Adjusted Return. Tabloid Minggu Bisnis

Indonesia 2 September 2007.

.2007. Alternatif Pengukuran Return dan Manfaatnya.

Manajemen dan Usahawan Indonesia Oktober 2007.

Hendra. 2008. Kinerja Portofolio. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?

submit.x=0&submit.y=0&page=1&qual=high&submitval=prev&fname=

%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feman%2F2000%2Fjiunkpe-ns-s1-2000-

31497132-702-go_publik-chapter2.pdf (diakses 29 Maret 2012)

Implikasi Manajemen Portofolio terhadap Investor.

http://blog.stie-mce.ac.id/sriati/2011/07/11/implikasi-manajemen-

portofolio-terhadap-investor/ (diakses 16 November 2012)

Shiddiq N. Rahardjo. Portofolio Management & Evaluation. Universitas

Diponegoro. Teori Ekonomi Penyesuaian Portofolio.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/teori-ekonomi-penyesuaian-

portofolio/ (diakses 16 November 2012) 111401102014