Manajemen Portofolio

20
RESUME PASAR MODAL Oleh: Agustin Liela Manu 161502040 KELAS D

description

Manajemen Portofolio

Transcript of Manajemen Portofolio

RESUME

PASAR MODALOleh:

Agustin Liela Manu161502040KELAS D

MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS WIDYATAMA BANDUNGManajemen Portfolio

Investor Institusional VS Investor individu

Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut dengan investor. Investor pada umumnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual investors) dan investor institusional (institutional investors). Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi. Sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana, (bank dan lembaga simpan-pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi.

Di negara-negara maju investor institusional banyak menggunakan pendekatan institusional dalam melakukan aktivitas investasinya. sedangkan calon investor individual bisa mengambil garis besarnya agar bisa lebih selektif dan mengetahui apa sebenarnya yang harus diketahui. Investor institusional memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan investor individual, yaitu : Investor intitusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor individual untuk mendapatkan informasi.

Investor institusional memiliki profesionalisme dalam menganalisa informasi, sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi. Investor institusional, secara umum, memiliki realisasi bisnis yang lebih kuat dengan manajemen.

Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.

Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat harga.

Sikap Investor terhadap resiko

Dalam berinvestasi apapun berbagai risiko yang bisa mempengaruhi tingkat keuntungan atau mengalami kerugian selalu akan menjadi pertimbangan bagi investor. Sebanyak mungkin faktor risiko yang mungkin akan mempengaruhi tingkat keuntungan dalam investasi saham harus selalu dideteksi agar seluruh gerak pasar bisa diantisipasi. Untuk itu penasihat investasi dan investor professional sekalipun selalu mencari informasi yang relevan dengan kondisi pasar. Di pasar modal, setidaknya risiko yang patut dicermati investor secara umum, antara lain risiko inflasi, risiko tingkat suku bunga, risiko pasar, risiko perusahaan dan risiko politik. Masing-masing risiko tersebut ada kalangan saling kait mengkait, dan berjalan secara dominan. Namun adakalanya sama sekali tidak berhubungan.

Dari risiko tersebut yang selalu berhubungan adalah risiko inflasi. Biasanya begitu diketahui inflasi tinggi, akan diikuti dengan kebijakan perubahan tingkat suku bunga. Jika inflasi tinggi, dapat dipastikan nilai uang turun. Turunnya nilai uang, bisa karena jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih melimpah. Untuk itu sehingga agar mobilitas uang yang beredar turun, biasanya akan diikuti dengan kenaikan tingkat sukubunga, naiknya tingkat suku bunga dengan sendirinya akan membawa dana-dana kembali sistem perbankan, sehingga pada gilirannya bursa saham akan turun. Berikut beberapa resiko yang mungkin dihadapi: Risiko InflasiDalam industri finansial khususnya dalam ekonomi berbasis uang, risiko yang cukup mengkhawatirkan adalah ancaman akan penurunan nilai uang. Penggerusan nilai uang ini terlalu banyak faktor yang bisa dijadikan alasan, padahal aspek utamanya adalah menurunnya nilai uang. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Penyebab inflasi ini bisa berupa naiknya harga barang dan jasa, bisa juga karena turunnya nilai uang yang terjadi secara mekanis. Inflasi yang disebabkan karena naiknya harga barang, juga tidak bergerak sendirian. Bisa jadi karena bahan baku atas produk itu sulit didapat, seperti BBM. Akibat tidak adanya subtitusi dari BBM ini dipastikan kenaikan harga BBM akan menyebabkan naiknya harga barang-barang dan jasa. Hal ini karena ketergantungan yang sangat tinggi atas produk yang bernama BBM ini. Inflasi lainnya adalah karena terlalu banyaknya uang yang beredar, sehingga secara mekanis akan mempengaruhi nilai uang. Untuk inflasi yang disebabkan banyak uang beredar, Bank Sentral bisa melakukan tindakan dengan cara membuat kebijakan meningkatkan suku bunga. Peningkatan suku bunga ini dengan sendirinya akan menarik para pemilik dana untuk kembali memarkir dananya di perbankan. Kendati upaya tersebut harus diikuti oleh kebijakan lain, diantaranya membuat kebijakan guna terciptanya iklim investasi. Bagi pasar modal risiko inflasi ini akan sangat mempengaruhi keputusan investasi. Kalau kita ibaratkan harga BBM mengalami kenaikan dengan begitu biaya produksi perusahaan akan mengalami kenaikan. Belum lagi dampak dari BBM ini akan diikuti dengan melemahnya daya beli, sehingga barang yang diproduksi tidak akan laku terjual. Kalau hal itu yang terjadi maka bisa dipastikan pemutusan hubungan kerja, akibat pengurangan produksi hampir pasti akan dilakukan perusahaan, sehingga pada gilirannya ekspektasi investor saham atas saham perusahaan itu akan menurun.

Risiko tingkat suku bungaRisiko tingkat suku bunga dapat menjadi bayangan hitam bagi pelaku pasar. Tingkat bunga yang tinggi akan menjadikan perusahaan yang menjual sahamnya di bursa pasti juga akan kedodoran. Apalagi bagi perusahaan yang mendanai sebagian operasionalnya dengan pinjaman kredit. Dari sisi investasi fluktuasi tingkat sukubunga yang gonjang-ganjing akan membuat bingung iklim investasi. Kalau tingkat sukubunga tinggi maka investor akan dengan senang hati untuk menempatkan dananya dalam bentuk deposito. Banyaknya uang yang masuk dalam deposito akan membuat dunia perbankan kebingungan menyalurkan dana pihak ketiga tersebut. Di sisi lain dana tersebut memang harus diputar ke sektor-sektor produktif kalau tidak ingin kinerja bank tersebut ambrol karena harus membayar bunga tinggi. Soal tinggi dan rendahnya tingkat suku bunga, bagi pasar yang penting bahwa tingkat bunga itu stabil tidak gonjang-ganjing dan kebijaksanaannya tidak situasional. Risiko PasarRisiko pasar sering terjadi di pasar modal karena kondisi yang tidak bisa dijelaskan secara ekonomi. Karena ekspektasi seseorang terhadap produk dan jasa tertentu akan berbeda dengan ekspektasi pasar. Dalam konteks perdagangan saham, ketika ekspektasi atas saham secara jangka panjang naik, maka boleh jadi ekspektasi pasar atas saham pada saat pasar bereaksi justru turun. Karenanya bagi investor saham yang perlu dipahami bahwa investasi saham adalah investasi pada saham, sedangkan penciptaan harga saham yang dibuat pasar adalah harga yang terjadi pada saat selama pasar berlangsung. Penyebab ekspektasi pasar berbeda dengan kondisi sebenarnya atas nilai saham, penyebabnya bisa beragam. Yang paling sederhana boleh jadi karena supply dan demand yang tidak seimbang. Ketika supply atas saham berlebih, sementara demand tetap maka dengan sendirinya harga saham akan turun. Tidak sama besarnya posisi supply dan demand ini juga terjadi apabila terjadi investor melakukan perubahan portofolio sebagaimana yang kerap terjadi pada akhir tahun dan awal tahun bursa saham.

Untuk mengetahui apakah proses investasi yang dilakukan benar atau tidak, berikut merupakan langkah-langkahnya:

Pengetahuan tentang pengembalian dan resiko investasi. Mengetahui sikap investor terhadap resiko. Setiap investor harus mau menerima resiko investasi yang terkadang di dalam aset riil maupun surat berharga, dan dapat mengidentifikasi kombinasi pengembalian dan resiko yang dapat diterima. Dengan kata lain, sebelum menerima resiko investasi, investor harus berada pada posisi finansial yang logis, dan harus siap menggunakan alasan-alasan yang masuk akal untuk proses pembuatan keputusan. Pengetahuan dari setiap tipe surat berharga / aset yang tersedia untuk investasi, termasuk pengembalian yang diharapkan dan resiko yang berhubungan dengan tipe aset / surat berharga tersebut. Memilih beberapa surat berharga / aset yang dapat memberi suatu pengembalian dan resiko yang dapat diterima berdasarkan kebutuhan -kebutuhan dari investor tertentu.

Korelasi langsung antara pengembalian dengan resiko, yaitu: semakin tinggi pengembalian, semakin tinggi resiko. Oleh karena itu, investor harus menjaga tingkat resiko dengan pengembalian yang seimbang.

Risiko dalam Analisis FinansialBeberapa faktor atas risiko dalam analisis finansial adalah : pengertian resiko sendiri yaitu penyimpangan hasil (return) yang diperoleh dari rencana hasil (return) yang diharapkan.

Risiko invetasi adalah risiko yang dihadapi investor akan kemungkinan tidak tercapainya hasil (keuntungan) yang diharpkan. Hal tersebut dikarenakan factor uncertainty yang besar.

Sikap investor terhadap risiko yaitu ; senang (desire) menghadapi risiko, anti risiko ( risk aversion), dan acuh (indifference) terhadap risiko. Diperhitungkannya faktor risiko dalam keputusan keuangan, mempengaruhi investor untuk menentukan hasil atau mensyaratkan hail (required rate of return).

Risiko tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola agar risiko tersebut dapat diminimalisasi (risiko terkontrol). Dan ada pula risiko yang tidak dapat dikontrol/dikendalikan. Sehingga jenis risiko terbagi ke dalam:

a. Risiko Individual, yaitu risiko yang berasal dari proyek investasi secara individu tanpa dipengaruhi proyek yang lain.

b. Risiko perusahaan, yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan penganekaragaman (diversifikasi) atau portofolio yang dilakukan oleh investor.

c. Risiko pasar atau beta, yaitu risiko investasi ditinjau dari investor yang menanamkan modalnya pada investasi yang juga dilakukan oleh perusahaan dan perusahaan-perusahaan lain. Besarnya risiko ini tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi.Formulasi Kebijakan Investasi (Tujuan, Kendala, dan Preferensi) TujuanKebijakan investasi mengandung pernyataan mengenai return yang telah disesuaikan dengan inflasi. Inflasi merupakan sebuah masalah bagi investor, karena nominal uang pada masa sekarang berbeda dengan nominal uang di masa yang akan datang. Oleh karena itu, investor selalu berusaha mendapatkan return yang lebih tinggi daripada tingkat inflasi. Saham, tidak selalu menjadi perlindungan terhadap inflasi, karena nilai saham dapat berubah naik atau turun sewaktu-waktu. Masing-masing investor juga memiliki kebutuhan dan keadaan yang unik, bersifat pribadi dan berbeda-beda tiap investor, hal ini dapat menyebabkan pembatasan seorang investor untuk melakukan investasi aset pada kelas tertentu.

Kendala dan preferensi WaktuTujuan investasi dari masing-masing investor berbeda. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuannya, investor memerlukan perencanaan waktu melakukan investasi secara khusus. Investor bisa melakukan investasi dalam jangka pendek atau dalam jangka panjang, disesuaikan dengan tujuan dari investasi yang dia lakukan.

Kebutuhan LiquiditasInvestor dalam melakukan investasi kadang terbentur dengan kebutuhan liquiditasnya. Dia dapat memerlukan uang sewaktu-waktu. Oleh karena itu, investor sebaiknya mengetahui kebutuhan kas dia di masa yang akan datang, sehingga tidak menghambat investasi yang telah dilakukan. Kesadaran atas PajakTingkat pajak atas pendapatan berbeda dengan tingkat pajak atas keuntungan atas penjualan aset. Investor mempunyai preferensi untuk melakukan investasi untuk mendapatkan keringanan pajak dari keuntungan penjualan aset. Pendapatan bekerja memiliki tingkat pajak yang lebih tinggi. Tetapi, program-program pensiun biasanya memberikan perlindungan tersendiri atas pajak (pengurangan pendapatan). Investor mempertimbangkan hal ini dalam membuat keputusan investasi, apakah melakukan investasi dalam instrumen investasi (portofolio) atau melakukan investasi jangka panjang dalam bentuk dana pensiun.Implementasi Strategi Investasi (Alokasi Aset dan Optimisasi Portofolio)

Asumsi Tingkat PengembalianInvestor memiliki asumsi atas tingkat pengembalian yang dapat diterima. Argumen mengenai mean-reversion saham menyatakan bahwa harga saham yang tinggi atau rendah hanya bersifat sementara, pada akhirnya harga saham akan cenderung kembali ke tengah (rata-rata). Selain itu, return saham mengandung risiko yang harus diperhitungkan. Tidak ada yang jaminan bahwa return yang diharapkan investor akan didapatkan dengan mudah. Hal ini menyebabkan investor berusaha mendapatkan return yang lebih tinggi dengan melakukan optimisasi portofolio. Membentuk PortofolioInvestor menggunakan kebijakan investasi dan ekspektasi pasar modal untuk memilih portofolio atau aset. Pada pemilihan portofolio dan aset, investor harus menentukan saham-saham mana saja yang sesuai untuk dimasukkan ke dalam portofolionya. Investor juga menggunakan prosedur optimisasi untuk memilih saham dari saham-saham yang sesuai dan menentukan berat (proporsi) saham pada portofolionya. Model Markowitz adalah model formal dari investasi yang dilakukan oleh investor.

Alokasi AsetAlokasi aset berhubungan dengan keputusan untuk menentukan berat (proporsi) bagi kas, obligasi, atau saham yang akan dimiliki oleh investor. Keputusan ini sangat penting karena perbedaan alokasi atas aset akan menyebabkan perbedaan performa dari portofolio itu sendiri.Monitoring dan Penyesuian Portofolio

MonitoringKeadaan investor dapat berubah karena beberapa alasan, yaitu sebagai berikut: Perubahan kesejahteraan yang mempengaruhi toleransi terhadap risiko

Perubahan horizon investasi

Perubahan kebutuhan likuiditas

Perubahan aturan perpajakan

Pertimbangan regulasi pemerintah

Keadaan dan kebutuhan unik Penyesuaian PortofolioKomposisi portfolio tidak dimaksudkan untuk tetap sama, yang paling penting diketahui adalah kapan harus melakukan penyeimbangan kembali (rebalancing). Biaya Rebalancing mencakup: Komisi broker Dampak dari perdagangan yang mungkin mempengaruhi harga pasar Aspek waktu dalam memutuskan untuk bertransaksi Biaya untuk tidak melakukan rebalancing adalah berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.Return Nominal vs Return Riil

Return NominalEkonomi modern memperoleh efisien mereka melalui penggunaan uang. Media pertukaran yang diterima secara umum. Bukannya memperdagangkan jagung untuk mendapatkan stereo yang akan diberikan satu tahun mendatang, seperti pada ekonomi barter, penduduk ekonomi modern dapat menjual jagungnya untuk memperoleh uang dan kemudian memperdagangkan uang sekarang untuk uang masa depan dengan menginvestasikannya. Kemudian uang masa depan tersebut dapat digunakan untuk membeli stereo. Tingkat bunga yang digunakan penduduk memperdagangkan uang sekarang untuk mendapatkan uang masa depan tergantung pada investasi yang dilakukan dan disebut return nominal (juga disebut tingkat bunga nominal).

Return RiilPada periode harga berubah-ubah, return nominal investasi mungkin suatu indikasi yang jelek dari return riil (tingkat bunga riil) yang memperoleh investor. Hal ini sebagian disebabkan oleh tambahan dolar yang diterima dari investasi mungkin diperlukan untuk menutup penurunan daya beli yang disebabkan oleh inflasi yang terjadi pada periode investasi. Akibatnya, penyesuaian return nominal diperlukan untuk menyingkirkan dampak inflasi untuk menentukan return riil. Inflasi sering digunakan untuk tujuan ini.Return Aritmetik dan Return Geometrik

Terdapat dua konsep/ukuran pengembalian nominal berdasarkan waktu, yaitu pengembalian aritmetik dan pengembalian geometrik. Pada umumnya, pengembalian aritmetik digunakan untuk periode tunggal atau untuk data cross section, sedangkan pengembalian geometric digunakan untuk beberapa periode atau untuk data time series. Return aritmetik lebih tepat digunakan untuk prediksi ke depan, sedangkan untuk kinerja masa lalu, perhitungan return geometrik akan lebih tepat. Perhitungan return aritmetik dan geometrik ini adalah sama dengan perhitungan rata-rata aritmetik (arithmetic mean) dan rata-rata geometrik (geometric mean) dalam statistik. Untuk menghitung tingkat pengembalian aritmetik atau geometrik suatu investasi atsu suatu portofolio, terlebih dahulu dihitung tingkat pengembalian untuk tiap-tiap periode (r1, r2, , rn). Berikut merupakan rumusan perhitungan tersebut: rA =r1 + r2 + + rn

n

rG = (1+r1)(1+r2)(1+rn) - 1keterangan:

rA= pengembalian aritmetik

rG= pengembalian geometrik

r1= pengembalian (return) periode 1

r2= pengembalian (return) periode 2

rn= pengembalian (return) periode n

n= jumlah periodeReturn Tertimbang Berdasarkan Uang

Konsep return tertimbang berdasarkan uang diaplikasikan pada saat dana yang diinvestasikan berubah-ubah karena adanya penambahan atau pengembalian uang. Dalam mencari tingkat pengembalian berdasarkan uang, besar penerimaan atau pengeluaran uang dalam setiap periode sangat penting dan diperhitungkan.

Rasio Treynor

Diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan beta. Beta adalah risiko pasar atau risiko sistematis.Menghitung kemiringan slope garis yang menghubungkan portofolio yang berisiko dengan risiko Pasar.Semakin besar nilai slope semakin baik portofolio atau semakin besar rasio premi risiko portofolio terhadap beta, kinerja portofolio semakin baik

Keterangan

T

: Treynor ratio

Ri

: Rata- rata tingkat pengembalian portofolio i

Rf

: Rata rata atas bunga investasi bebas risiko

i

: Beta portofolio

Ri Rf : Premi risiko potofolio i

Relevan bagi investor yang : Memiliki berbagai portofolio atau menanamkan dana pada berbagai reksa dana mutual funds

Melakukan diversifikasi pada berbagai portofolio Rasio Sharpe

Rasio Sharpe digunakan untuk menandakan seberapa baik kembalinya aset investor untuk mengkompensasi risiko yang diambil.Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi total risiko. Premi risiko portofolio adalah selisih rata-rata tingkat pengembalian portofolio dengan rata-rata tingkat bunga bebas risiko.

Keterangan

S: Indeks sharpe portofolio i

R: Rata- rata tingkat pengembalian portofolio i

Rf: Rata rata atas bunga investasi bebas risiko

: Standar deviasi dari tingkat pegembalian portofolio i

R Rf : Premi risiko potofolio i Rumus Sharpe menghitung kemiringan slope garis yang menghubungkan portofolio yang berisiko dengan bunga bebas risiko. Semakin besar nilai slope semakin baik portofolio atau semakin besar rasio premi risiko portofolio terhadap standar deviasi kinerja portofolio semakin baik. Investor sering disarankan untuk memilih investasi dengan rasio Sharpe tinggi.Alpha Jensen

Di bidang keuangan, Jensen's alpha (atau Jensen's Performance Index, ex-post alfa) digunakan untuk menentukan pengembalian kelebihan sekuritas atau portofolio efek atas teoretis keamanan pengembalian yang diharapkan. The security could be any asset, such as stocks, bonds, or derivatives.Bisa keamanan aset apapun, seperti saham, obligasi, atau derivatif. The theoretical return is predicted by a market model, most commonly the Capital Asset Pricing Model (CAPM) model. Kembali teoretis diperkirakan oleh model pasar, yang paling sering CAPM.The market model uses statistical methods to predict the appropriate risk-adjusted return of an asset. Model pasar menggunakan metode statistik untuk memprediksi risiko yang sesuai-disesuaikan kembali aset. The CAPM for instance uses beta as a multiplier. CAPM misalnya menggunakan beta sebagai pengganda.

Jensen's alpha was first used as a measure in the evaluation of mutual fund managers by Michael Jensen in the 1970s. In the context of CAPM, calculating alpha requires the following inputs:Dalam konteks CAPM, menghitung alfa memerlukan input berikut:

the realized return (on the portfolio), realisasi kembali (di portofolio),

the market return , yang pasar kembali, the risk-free rate of return, and dengan risiko-free rate of return, dan

the beta of the portfolio. yang beta portofolio. Jensen's alpha = (Portfolio Return - Risk Free Rate) - (Portfolio Beta * (Market Return - Risk Free Rate))Jensen's alpha = (Portfolio Kembali - Risk Free Rate) - (Portofolio Beta * (Pasar Kembali - Risk Free Rate))

Since Eugene Fama , many academics believe financial markets are too efficient to allow for repeatedly earning positive Alpha, unless by chance.Investopedia explains Jensen's MeasureThe basic idea is that to analyze the performance of an investment manager you must look not only at the overall return of a portfolio, but also at the risk of that portfolio.Pada model ini kita juga memperhitungkan return yang diharapkan atau minimum return yang diharapkan.

ERp = Rf + B (ERm - Rf)

dengan:

ERp = Minimum return reksa dana yang diharapkan;

ERm = Minimum return pasar yang diharapkan.Setelah ERp didapatkan, return rata-rata reksa dana kemudian dikurangi minimum return reksa dana yang diharapkan untuk mendapatkan nilai alpha model Jensen. Semakin besar nilai alpha tersebut menunjukkan reksa dana tersebut semakin bagus.

Ide dasarnya adalah bahwa untuk menganalisis kinerja manajer investasi Anda tidak hanya harus melihat pada keseluruhan laba dari portofolio, tetapi juga pada portofolio risiko itu. For example, if there are two mutual funds that both have a 12% return, a rational investor will want the fund that is less risky. Sebagai contoh, jika ada dua reksa dana yang keduanya memiliki pengembalian sebesar 12%, seorang investor rasional akan menginginkan dana yang kurang berisiko. Jensen's measure is one of the ways to help determine if a portfolio is earning the proper return for its level of risk. Jensen mengukur salah satu cara untuk membantu menentukan apakah sebuah portofolio adalah menghasilkan laba yang tepat untuk mengembalikan tingkat risiko. If the value is positive, then the portfolio is earning excess returns. Jika nilai positif, maka kelebihan portofolio adalah pengembalian laba. In other words, a positive value for Jensen's alpha means a fund manager has "beat the market" with his or her stock picking skills. Dengan kata lain, nilai positif bagi Jensen's alpha berarti fund manager telah "mengalahkan pasar" dengan pemilihan saham yang tepat.Rasio Appraisal

Sebuah rasio yang membandingkan nilai dari alfa untuk deviasi standar residu, dan dirancang untuk menunjukkan kualitas pendanaan. It compares the return on the investments chosen by fund managers to the risk associated with the investments chosen. Appraisal Ratio Calculation | ForThe alpha of a portfolio divided by the non-systematic risk of the portAlfa dari sebuah portofolio dibagi dengan risiko non-sistematis dari portofolio. The ratio measures the abnormal return per unit of risk that in principle could be diversified away from holding a market index portfolio. Rasio mengukur return abnormal per unit risiko yang pada prinsipnya dapat terdiversifikasi jauh dari memegang portofolio indeks pasar. In Russell Style Classification (RSC), the appraisal ratio is calculated as follows: Di Russell Style Klasifikasi (RSC), rasio appraisal dihitung sebagai berikut:

SimbolKeterangan

p pJensen alpha Jensen alpha

( e (E p ) p)Standard error Standard error