MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN...

111
MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MAN 15 JAKARTA Tesis Oleh: Siti Abidah NIM (21170181000039) MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019/1440 H

Transcript of MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN...

Page 1: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

MANAJEMEN PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL

DI MAN 15 JAKARTA

Tesis

Oleh:

Siti Abidah

NIM (21170181000039)

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019/1440 H

Page 2: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional
Page 3: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional
Page 4: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional
Page 5: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan

karunia dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional di MAN 15 Jakarta”

guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Menyadari adanya kelemahan dan keterbatasan pada diri penulis, sehingga dalam menyelesaikan tesis ini penulis memperoleh bantuan dan pertolongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Jejen Musfah, MA, selaku ketua program studi Magister Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing yang telah memberikan ilmu, motivasi, dan membimbing penulis selama menyelesaikan tesis.

4. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Khususnya kepada bapak Muslikh Amrullah terima kasih atas bantuannya.

5. Orang tua penulis Bapak Mahsunuddin dan Ibu Sadah Marwiyati (almarhumah).

Terima kasih tak terhingga atas kasih sayang, support, motivasi, dan doa yang telah engkau panjatkan. Support dan motivasi bapak yang tiada henti menjadi pemantik semangat yang luar biasa bagi anakmu ini. Doa yang bapak panjatkan kepada Ilahi menjadi pembuka jalan kemudahan dalam menjalani kehidupan.

6. Kakak dan adik penulis (mbak Ni’mah, mbak Fidhoh, mbak Hizbi, le, dek afif), para kakak ipar, dan keponakan-keponakan yang telah mendoakan dan mensupport penulis dalam menyelesaikan studi dan tesis ini.

7. Kepala Sekolah MAN 15 Jakarta beserta guru dan karyawannya yang telah memberikan bantuan dan meluangkan waktu penulis untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penelitian tesis ini. Special thank untuk bapak Sugiantoro, ibu Wahyu, ibu Mei, bapak Triyono, bapak Joko, ibu Intan, dan para nara sumber. Terima kasih atas kerjasamanya.

8. Kakak Ayu, ibu Jetty Maynur, ibu Jamilah, ibu Feti, dan ibu Nikmah. Terima kasih atas

support dan bantuannya karena kalianlah tugas penulis sebagai guru sekaligus mahasiswa bisa terlaksana dengan baik. Terima kasih juga kepada teman-teman di MIN

Page 6: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

2 Kota Tangerang Selatan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

studi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

9. Keluarga besar mahasiswa program beasiswa guru Kementerian Agama tahun 2017/2018 kelas MPI B yang sangat membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya kepada mbak Sri, mbak Vivi, mbak Jida, mbak Neneng, pak Ali, dan pak Tabi’in. Terima kasih atas bantuan dan momen-momen seru penuh makna yang telah dilalui bersama.

10. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat dituliskan satu per satu.

Penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan hati bapak/ibu dan saudara-saudara dengan kebaikan yang melimpah. Akhir kata penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis melainkan bagi para pembaca juga.

Jakarta, Juni 2019

Penulis

Siti Abidah

Page 7: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ............................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS .............................................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

ABSTRAK ................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Penelitian Terdahulu ............................................................... 10

C. Permasalahan ......................................................................... 11

1. Identifikasi Masalah............................................................ 11

2. Pembatasan Masalah ........................................................... 11

3. Perumusan Masalah ............................................................ 11

D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ......................................... 11

1. Tujuan Penelitian ................................................................ 11

2. Signifikansi Penelitian ........................................................ 12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritis ................................................................... 13

1. Manajemen .......................................................................... 13

a. Pengertian Manajemen ..................................................... 13

b. Fungsi Manajemen ........................................................... 14

2. Pendidikan Life Skills ............................................................ 29

a. Pengertian Pendidikan Life Skills ..................................... 29

b. Tujuan Pendidikan Life Skills .......................................... 30

3. Pendidikan Keterampilan Vokasional ................................... 32

a. Dasar Hukum Pendidikan Keterampilan Vokasional ...... 32

b. Pengertian Pendidikan Keterampilan Vokasional …...36

c. Pendidikan Hard Skill dan Soft Skill ................................ 38

B. Kerangka Konseptual .............................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................. 42

B. Objek dan Subjek Penelitian ................................................... 42

C. Data dan Sumber Data ............................................................ 42

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 42

E. Teknik Analisis Data ............................................................... 45

F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................... 46

Page 8: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan ................................................................................... 48

1. Gambaran Umum MAN 15 Jakarta .................................... 48

2. Kondisi Kekinian Pendidikan Keterampilan

di MAN 15 Jakarta ............................................................ 52

3. Kendala Pendidikan Keterampilan Vokasional ................. 55

4. Perencanaan Pendidikan Keterampilan Vokasional .......... 57

5. Pengorganisasian Pendidikan Keterampilan Vokasional ... 64

6. Pelaksanaan Pendidikan Keterampilan Vokasional ........... 69

7. Pengendalian Pendidikan Keterampilan Vokasional ......... 75

B. Pembahasan

1. Perencanaan ....................................................................... 77

2. Pengorganisasian ............................................................... 81

3. Pelaksanaan ....................................................................... 86

4. Pengendalian ...................................................................... 88

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 95

B. Saran ......................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 98

LAMPIRAN

Page 9: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Workshop Elektro

Lampiran 2 Workshop Otomotif

Lampiran 3 Kegiatan Pembelajaran Keterampilan Tata Busana, Elektro, dan Otomotif

Lampiran 4 Contoh Soal Keterampilan

Lampiran 5 Produk Keterampilan Tata Busana

Lampiran 6 Kegiatan In House Training (IHT)

Lampiran 7 Kegiatan Kunjungan Industri

Lampiran 8 Perangkat Pembelajaran Keterampilan

Lampiran 9 Sertifikat Keahlian

Lampiran 10 Teks Wawancara

Page 10: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Indeks Pembangunan Manusia ......................................................... 2

Tabel 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Ahli ........................................................ 13

Tabel 2.2 Pengertian Life Skills Education ................................................................ 29

Tabel 2.3 Struktur Kurikulum MAPK ........................................................................ 35

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ................................................... 44

Tabel 4.1 Identitas MAN 15 Jakarta ........................................................................... 48

Tabel 4.2 Jumlah Guru dan Tenaga Kependidikan .................................................. 50

Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik ................................................................................. 50

Tabel 4.4 Jumlah Peserta Didik Sesuai Jenis Keterampilan ...................................... 50

Tabel 4.5 Jumlah Lulusan yang Melanjutkan Pendidikan ke PTN ............................ 50

Tabel 4.6 Daftar MAPK di DKI Jakarta ..................................................................... 54

Tabel 4.7 Daftar Nama Guru Keterampilan ............................................................... 61

Tabel 4.8 Struktur Kurikulum MAN 15 Jakarta ......................................................... 64

Tabel 4.9 Materi Pembelajaran Keterampilan Tata Busana ...................................... 66

Tabel 4.10 Materi Pembelajaran Keterampilan Elektro ............................................ 66

Tabel 4.11 Materi Pembelajaran Keterampilan Otomotif .......................................... 67

Tabel 4.12 Strategi Pengadaan Bahan Praktik ............................................................ 68

Tabel 4.13 Perbedaan Struktur Kurikulum dalam SK Dirjen Pendis no 1023

dengan MAN 15 Jakarta ........................................................................... 81

Tabel 4.14 Metode Pengendalian ............................................................................... 87

Page 11: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka ............................................................. 7

Gambar 2.1 Fungsi Manajemen ................................................................................. 15

Gambar 2.2 Bentuk Kontribusi dan Kompensasi dalam Organisasi ......................... 23

Gambar 2.3 Keterampilan Pemimpin ......................................................................... 26

Gambar 2.4 Metode Dasar Pengendalian .................................................................. 33

Gambar 2.5 SK Dirjen Pendis No.1023 Tahun 2016 ................................................ 34

Gambar 4.1 Logo Khusus MAN 15 Jakarta ............................................................... 57

Gambar 4.2 Struktur Organisasi MAN 15 Jakarta...................................................... 60

Gambar 4.3 Workshop Tata Busana ........................................................................... 63

Gambar 4.4 Workshop Otomotif ................................................................................ 63

Gambar 4.5 Workshop Elektro ................................................................................... 63

Gambar 4.6 Produk Keterampilan Tata Busana ......................................................... 69

Gambar 4.7 Kegiatan Pembelajaran Keterampilan Tata Busana ................................ 69

Gambar 4.8 Kegiatan Pembelajaran Keterampilan Elektro ........................................ 69

Gambar 4.9 Kegiatan Pembelajaran Keterampilan Otomotif ..................................... 69

Gambar 4.10 IHT Tata Busana ................................................................................... 69

Gambar 4.11 IHT Elektro ........................................................................................... 71

Gambar 4.12 IHT Otomotif ........................................................................................ 72

Gambar 4.13 Fungsi Pengorganisasian ...................................................................... 76

Page 12: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

ABSTRAK

Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

Di MAN 15 Jakarta

Lulusan MAN 15 Jakarta tidak semuanya dapat melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi. Realita ini menuntut sekolah untuk menciptakan program tambahan yang

dapat menjamin lulusannya bisa menjalani kehidupan dengan baik di masa mendatang.

Pendidikan keterampilan vokasional dipilih sebagai program tambahan yang terintegrasi

secara langsung dalam kurikulum sekolah. Program tambahan ini diharapkan mampu

meningkatkan mutu lulusan sehingga mereka bisa diterima oleh pasar kerja. Dengan

demikian angka pengangguran terdidik di Indonesia bisa terkurangi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengungkapkan secara mendalam

tentang manajemen pengembangan pendidikan keterampilan yang meliputi (1)

perencanaan (2) pengorganisasian (3) pelaksanaan (4) pengendalian (5) kendala yang

terdapat dalam manajemen pengembangan (6) solusi dalam mengatasi kendala.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif

dan hasil penelitian disajikan dalam bentuk deskiptif. Pengumpulan data pada penelitian

ini dilakukan dengan cara observasi, studi dokumentasi dan wawancara.

Hasil penelitian ini adalah manajemen pengembangan pendidikan keterampilan

vokasional di MAN 15 Jakarta diterapkan dengan memenuhi tahapan-tahapan fungsi

manajemen yang terdiri dari (1) perencanaan pendidikan keterampilan dilakukan dengan

teknik delegatif dan konsultatif serta waktu perencanaan bersifat fleksibel dan dinamis.

Kegiatan perencanaan meliputi analisis kebutuhan masyarakat, perumusan visi dan misi

sekolah, pembuatan perangkat pembelajaran, penentuan objek kunjungan industri,

penentuan tempat PKL, pendanaan, perencanaan bidang sumber daya manusia, dan

perencanaan bidang sarana dan prasarana; (2) pengorganisasian meliputi penetapan

struktur organisasi, placement guru dan peserta didik, penentuan kedudukan pendidikan

keterampilan, pengalokasian sarana dan prasarana, pengaturan jadwal dan waktu

pembelajaran, dan pengembangan sumber daya manusia; (3) pelaksanaan pendidikan

keterampilan dilakukan melalui kegiatan pembelajaran, kemitraan dengan DUDI, dan

implementasi proses kepemimpinan; (4) pengendalian dilakukan dengan cara mengadakan

penilaian hasil belajar, uji kompetensi keahlian, sertifikasi keahlian dan sertifikasi magang,

serta evaluasi pendidikan keterampilan. Kendala yang ditemui dalam pengembangan

pendidikan keterampilan adalah perubahan kebijakan pemerintah, pergantian kurikulum,

keterlambatan pemerintah dalam menerbitkan peraturan tentang pendidikan keterampilan

vokasional di MA, kurangnya kepedulian kepala sekolah terhadap pendidikan

keterampilan, terbatasnya biaya operasional, tidak adanya toolman, dan keterlambatan

peserta didik datang ke workshop keterampilan. Solusi yang ditawarkan MAN 15 Jakarta

dalam mengatasi kendala adalah mengirimkan guru keterampilan untuk mengikuti

pelatihan asesor yang diadakan oleh BNSP, membuat perangkat pembelajaran sendiri,

menjalin komunikasi efektif dengan kepala sekolah, mengundang jasa teknisi dari luar, dan

memberikan motivasi kepada peserta didik secara kontinu.

Kata Kunci: Manajemen Pengembangan, Pendidikan Keterampilan Vokasional, Mutu

Lulusan.

Page 13: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

ABSTRACT

Management of Vocational Skills Education Development

At MAN 15 Jakarta

Not all graduates of MAN 15 Jakarta can continue their education to college. This

reality requires schools to create additional programs that can guarantee their success can

improve their lives well in the future. Vocational skills education was chosen as an

additional program integrated in the school curriculum. This additional program is

expected to improve quality so that it can be accepted by the job market. Thus educated

purchasing figures in Indonesia can be reduced.

This study aims to analyze and express in depth about the management of skills

education development which includes (1) planning (2) organizing (3) implementing (4)

controlling (5) constraints contained in development management (6) solutions to

overcome constraints.

This research is a study using a qualitative approach and the results of the study

are presented in a deskiptif form. Data collection in this study was carried out by

observation, documentation study and interviews.

The results of this study are the management of the development of vocational

skills education in MAN 15 Jakarta applied by fulfilling the stages of management

functions which consist of (1) skills education planning carried out with delegative and

consultative techniques and planning time is flexible and dynamic. Planning activities

include analyzing community needs, formulating the school's vision and mission, making

learning tools, determining the objects of industrial visits, determining the location of

street vendors, funding, planning in the field of human resources, and planning of facilities

and infrastructure; (2) organizing includes determining the organizational structure, teacher

and student placement, determining the position of skills education, allocating facilities

and infrastructure, arranging the schedule and time of learning, and developing human

resources; (3) the implementation of skills education is carried out through learning

activities, partnerships with DUDI, and implementation of the leadership process; (4)

control is carried out by conducting assessment of learning outcomes, expertise

competency test, expertise certification and apprenticeship certification, and evaluation of

skills education. Constraints encountered in the development of skills education are

changes in government policy, curriculum change, government delays in issuing

regulations on vocational skills education in the MA, lack of concern for school principals

for skills education, limited operational costs, lack of toolman, and delay in attending

workshops skills. The solution offered by MAN 15 Jakarta in overcoming obstacles is to

send skills teachers to attend assessor training held by BNSP, create their own learning

devices, establish effective communication with the principal, invite outside technician

services, and provide motivation to students continuously.

Keywords: Management Development, Vocational Skills Education, Quality of Graduates.

Page 14: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi modern (Nata, 2005: 374) dapat memberikan dampak positif sekaligus

dampak negatif yang mengerikan. Kemudahan mengakses berbagai fasilitas

kehidupan dapat ditemui di era ini. Sekat yang membatasi antar negara terbuka

dengan sendirinya. Namun perlu diwaspadai karena era globalisasi bisa merubah

pola pikir, tingkah laku, dan gaya hidup manusia. Untuk menghadapi era ini

manusia perlu diberikan bekal berupa pemahaman agama yang sempurna,

wawasan kebangsaan yang tercerahkan, penguasaan teknologi dan keterampilan

yang benar dan tepat guna. Salah satu dampak adanya globalisasi di bidang

ekonomi adalah munculnya ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) sejak tahun 2015.

Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan Asia

Tenggara sudah pasti dituntut untuk ikut berperan aktif dalam AEC/MEA.

AEC/MEA dapat menjadi tantangan sekaligus peluang bagi bangsa Indonesia

dalam menghadapi era globalisasi. MEA mengintegrasikan seluruh negara-negara

di kawasan Asia Tenggara dalam berbagai bidang terutama di bidang ekonomi,

misalnya bidang ketenagakerjaan, investasi, produk, modal, dan jasa (Pramudyo,

2015: 92). Hadirnya MEA membuka kesempatan baru dalam meningkatkan

pertumbuhan ekonomi negara dengan cara meningkatkan iklim usaha yang

produktif. Perdagangan bebas akan membuka jalur baru yang selama ini banyak

mengalami kendala dengan adanya peraturan-peraturan yang bersifat membatasi

mobilitas barang dan jasa. Dampaknya dengan adanya kebijakan baru ini adalah

lebih fleksibelnya kegiatan ekspor dan impor dalam berbagai jenis produk.

Kesempatan ini tentu harus dimanfaatkan dengan baik untuk memperluas pasar

dan mengenalkan berbagai jenis produk unggulan.

Tak bisa dipungkiri Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN harus

berperan aktif pada MEA. Jumlah penduduk Indonesia yang begitu besar

berpeluang menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial dan penyedia tenaga

kerja. Meskipun demikian Indonesia perlu melakukan persiapan dan perbaikan di

segala bidang agar tetap bisa survive di tengah maraknya perdagangan bebas.

Peran pemerintah akan menentukan nasib warga Indonesia dalam menghadapi

MEA. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi

warga Indonesia terhadap pelaksanaan MEA adalah dengan meningkatkan dan

mengembangkan mutu SDM.

Menurut hasil survei dari United Nations Development Programme

(UNDP) yang dilakukan pada 188 negara pada tahun 2015, Human Development

Indeks (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) posisi Indonesia dan

negara-negara ASEAN (Supriyoko, 2017, p. 3-4) dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Page 15: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

2

Tabel 1.1

Nilai Indeks Pembangunan Manusia

No Nama Negara Nilai IPM Peringkat

1 Singapura 0,925 5

2 Brunei Darussalam 0,865 30

3 Malaysia 0,789 59

4 Thailand 0,74 87

5 Indonesia 0,689 113

6 Vietnam 0,683 115

7 Filipina 0,682 116

8 Timor Leste 0,606 133

8 Laos 0,586 138

9 Kamboja 0,563 143

10 Myanmar 0,556 145

Tabel di atas mengisyaratkan bahwa kualitas SDM Indonesia masih

tergolong rendah. Hal ini cukup mengkhawatirkan dilihat dari sisi

ketenagakerjaan. Tenaga kerja/ SDM Indonesia akan sulit bersaing dengan tenaga

kerja dari negara asing. Mengingat pada MEA juga diberlakukan kebebasan

mengalirkan tenaga kerja ahli. Dengan demikian MEA akan membawa dampak

pada peningkatan angka persaingan tenaga kerja (Saroni, 2017: 21). Tenaga kerja

ahli yang dapat dengan bebas dipertukarkan pada MEA mengacu pada persetujuan

MRA (Mutual Recognition Agreement) yang telah disepakati oleh negara-negara

anggota ASEAN (Pramudyo, 2015: 93). Pertukaran tenaga ahli tersebut tentu

harus diterima sebagai konsekuensi dari kesepakatan terdahulu, meskipun tenaga

kerja/ SDM Indonesia masih memiliki kelemahan yang harus dibenahi. Perbaikan

mutu tenaga kerja/ SDM Indonesia dapat dilakukan dengan cara memberikan

pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/ dunia industri.

Mutu SDM dapat ditingkatkan dengan cara mengembangkan potensi yang

ada pada diri SDM itu sendiri. Potensi yang dipupuk akan tumbuh dan

memberikan hasil yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun sebaliknya

jika potensi itu dibiarkan, maka lama-kelamaan akan layu dan mati. Salah satu

aktivitas yang dapat mengembangkan potensi manusia adalah pendidikan. Menurut

Sukmadinata dan Syaodih (2012: 2) pendidikan berfungsi membantu peserta didik

dalam mengembangkan diri, yaitu pengembangan potensi, kecakapan, serta

karakteristik pribadinya ke arah positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

Hal ini menjelaskan bahwa peserta didik bukanlah gelas kosong tanpa isi,

Page 16: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

3

melainkan makhluk ciptaan Allah yang lahir dengan membawa potensi yang bisa

diaktualisasikan. Pendidikan akan menjadi sarana utama bagi peserta didik untuk

menggali dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Potensi peserta didik yang terdiri dari tiga ranah; kognitif, psikomotorik,

dan afektif dikembangkan melalui beragam kegiatan di sekolah. Sekolah

hendaknya mengadakan kegiatan yang mampu mengakomodir ketiga ranah

tersebut. Mulai dari kegiatan belajar mengajar di kelas hingga program-program

sekolah lainnya harus terfokus pada pengembangan potensi peserta didik. Selain

ketiga ranah tersebut sekolah perlu memberikan bekal lain kepada peserta didik

yakni berupa penguasaan life skill sebagai modal untuk menjalani kehidupan

dengan produktif.

Peserta didik diharapkan memiliki life skill untuk menghadapi tantangan

hidup dan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang pada dunia nyata

(Fatchurochman, 2012: 112). Sebagai bagian dari masyarakat peserta didik kelak

akan kembali dan berkiprah dalam masyarakat yang ada di sekitarnya setelah masa

pendidikannya berakhir. Di saat itulah peserta didik diharapkan mampu berperan

aktif dan positif dalam berbagai bidang di masyarakat, baik bidang agama, sosial,

budaya, politik, maupun ekonomi.

Manusia dikenal dengan sebutan makhluk sosial sekaligus makhluk

ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat. Makhluk ekonomi adalah makhluk

yang melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Sebagai makhluk ekonomi manusia mencoba memikirkan dan memenuhi

kebutuhan pribadi terlebih dahulu dibandingkan memikirkan kebutuhan orang lain.

Pola pikir inilah yang mendorong manusia mampu bertindak demi meraih tujuan

yang diinginkannya, misalnya manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan

sandang, pangan, dan papan. Disinilah peran pendidikan akan dirasakan secara

langsung oleh peserta didik. Apakah materi yang dipelajari di sekolah memberikan

manfaat atau tidak, apakah bekal yang diberikan oleh sekolah cukup atau tidak,

dan apakah pengalaman-pengalaman yang didapatkan di sekolah berguna atau

tidak dalam kehidupan sehari-hari. Sebab pendidikan telah membawa manusia

pada kehidupan ekonomi yang modern (Nurdin dan Imam, 2015: 232) dan dapat

membawa manusia pada tingkat kesejahteraan ekonomi.

Dalam perspektif ekonomi, pendidikan akan menghasilkan manusia-

manusia yang andal untuk menjadi subjek penggerak pembangunan ekonomi

sosial (Nurdin dan Imam, 2015: 232). Ukuran keberhasilan pendidikan dilihat dari

sudut pandang ekonomi adalah terwujudnya lulusan-lulusan yang siap bekerja dan

bisa memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan oleh dunia usaha/dunia industri

(DUDI). Pendidikan juga harus menghasilkan tenaga-tenaga profesional yang siap

bersaing dalam dunia kerja atau siap membuka lapangan pekerjaan. Tenaga

profesional yang seperti ini harus dididik dengan tempaan yang kuat, diberikan

bekal yang cukup baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Lembaga

pendidikan dituntut untuk mengajarkan kompetensi, bukan lagi sekedar ijazah

(Fatchurochman, 2012: 19). Dengan demikian proses dan penyelenggaraan

pendidikan harus lentur, sesuai dengan perkembangan IPTEK, dan mampu

menampung tuntutan-tuntutan yang ada di era globalisasi.

Page 17: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

4

Di Indonesia ada tiga jenis pendidikan yang berkembang, yaitu pendidikan

formal, non formal, dan informal (Fatchurochman, 2012: 23). Salah satu lembaga

pendidikan formal di Indonesia yang memiliki program khusus dan berkaitan

langsung dengan ekonomi adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK

merupakan lembaga pendidikan tingkat atas yang diselenggarakan oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. SMK didirikan dengan tujuan utama

yaitu menghasilkan lulusan yang siap kerja. Oleh karena itu kurikulum SMK

didesain dengan memperhatikan minat peserta didik dan kebutuhan DUDI. Selain

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama sebagai

penyelenggara pendidikan formal di Indonesia juga memiliki lembaga pendidikan

tingkat atas dengan konsep yang serupa SMK. Lembaga pendidikan dibawah

naungan Kementerian Agama dikenal dengan sebutan madrasah. Madrasah tingkat

atas yang menyelenggarakan pendidikan keterampilan dikenal dengan sebutan

Madrasah Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan (MAPK) dan Madrasah

Aliyah Kejuruan (MAK). MAPK merupakan MA yang memberikan tambahan

program bidang keterampilan yang terstruktur. Tujuan penyelenggaraan program

ini adalah membekali peserta didik yang tidak dapat melanjutkan ke perguruan

tinggi memasuki dunia kerja dengan bekal keterampilan tertentu (Fatchurochman,

2012: 42).

Menurut Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 60 tahun 2015,

Madrasah Keterampilan adalah prototipe Madrasah Aliyah (MA) yang

diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang mengembangkan

keunggulan kompetitif di bidang keterampilan atau kejuruan atau kecakapan

hidup. MAPK merupakan jenjang pendidikan formal tingkat menengah atas yang

mengombinasikan antara dimensi teori dan praktik tanpa meninggalkan kekhasan

agama Islam di dalamnya. Dalam pendidikan keterampilan peserta didik

diorientasikan untuk memiliki kemampuan dan modal dasar agar dapat hidup

mandiri di lingkungannya. Selain itu MAPK juga mendorong lulusannya untuk

menjadi seorang entrepreneur.

Lulusan yang diharapkan dari program MAPK adalah terbentuknya

peserta didik yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar minimal yang

dipersyaratkan oleh DUDI, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara penawaran

dan permintaan tenaga kerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Cohn (1992: 114)

yang mengatakan bahwa the vocational training to bridge the gap between labor

supply and demand.

Sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan di Indonesia, sudah

sepantasnya madrasah berperan aktif untuk meningkatkan kualitas lulusannya.

Tidak hanya menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu agama saja, madrasah

juga dituntut mampu melahirkan lulusan yang terampil dan memiliki skill yang

sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sudah saatnya program dan kegiatan belajar

mengajar di madrasah diarahkan pada pendidikan yang dapat mendukung tumbuh

kembangnya pribadi dan skill peserta didik secara optimal tanpa menghilangkan

identitas madrasah. Menurut Fatchurochman (2012: 100) identitas madrasah

adalah berorientasi membangun manusia yang cerdas, beriman, bertaqwa, dan

berakhlak mulia.

Page 18: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

5

Lembaga pendidikan yang diselenggarakan pemerintah baik oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Agama memiliki

fungsi sebagaimana diatur dalam UU Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan Nasional, Pasal 3 menyebutkan bahwa:

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Apabila fungsi pendidikan nasional dapat terealisasi dengan baik, maka

akan tercipta manusia-manusia Indonesia yang berkepribadian, bermartabat, dan

berkualitas. Akan tetapi pada kenyataannya masih ditemui beberapa permasalahan

di masyarakat, seperti kemiskinan, pengangguran, kejahatan, tindakan asusila,

pelanggaran hukum dan sebagainya. Hal ini bisa menjadi petunjuk bahwa fungsi

pendidikan nasional belum tercapai sepenuhnya. Meskipun demikian lembaga

pendidikan tidak kehilangan semangat untuk terus memberikan layanan

pendidikan kepada peserta didik sambil berbenah diri dan mencari solusi setiap

permasalahan yang ada. Terbukti dengan adanya siklus kegiatan berupa

penerimaan peserta didik hingga pelepasan lulusan setiap tahun masih berjalan.

Berdasarkan data pada Statistik SMK (2018: 10) tercatat lulusan SMK

tahun pelajaran 2017/2018 berjumlah 1.300.521 orang. Sedangkan Statistik

Pendidikan Tinggi 2017 (2017: 15) menyebutkan bahwa jumlah lulusan perguruan

tinggi adalah 2.092.282 orang. Lulusan-lulusan tersebut tentunya akan membanjiri

bursa kerja, sebab mereka membutuhkan pekerjaan sebagai upaya aktualisasi diri

dan mendapatkan penghasilan. Angka lulusan yang besar ini bisa menjadi super

power bagi bangsa Indonesia jika mutu lulusan terjamin. Namun sebaliknya angka

ini juga bisa menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia jika tidak dikelola dengan

baik. Salah satu bentuk ancaman yang nyata adalah apabila lulusan-lulusan

tersebut tidak mampu diserap sepenuhnya oleh DUDI maka akan mengakibatkan

angka pengangguran semakin meninggi di Indonesia.

Bekerja menjadi bagian penting dalam hidup sebagaimana ungkapan

Couch, et al. (1997: 518) work will be an important part of your life. Lulusan yang

bekerja akan memiliki kepercayaan diri lebih tinggi, lebih kreatif, memandang

positif kehidupan yang dijalaninya dan mampu bersosialisasi lebih baik. Selain itu

bekerja dapat memberikan kepuasan pribadi dan sebagai identitas bagi individu,

pendapat ini dikemukakan oleh Couch, et al. (1997: 518) your career also can

provide personal satisfaction and a sense of identity. Berbeda dengan lulusan yang

tidak bekerja, mereka akan berpikiran negatif pada kehidupan, bersikap pesimis,

dan tidak puas dengan kehidupan yang dijalaninya. Mengingat hal ini pemerintah

berusaha membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya agar setiap lulusan bisa

langsung bekerja setelah lulus sekolah.

Page 19: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

6

Data dari Kementerian Ketenagakerjaan menyebutkan lapangan kerja yang

terbuka sepanjang tahun 2015-2018 adalah 10,34 juta. Jika dirata-rata setiap tahun

telah tercipta 2,58 juta lapangan kerja baru bagi masyarakat (Putra, 2019, p.2).

Angka tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan angka lulusan dari SMK

dan Perguruan Tinggi tahun 2017/ 2018 yang mencapai 3.392.803. Belum lagi

ditambah dengan lulusan dari jenjang pendidikan lain ataupun lulusan dari tahun-

tahun sebelumnya yang belum bekerja, dapat dipastikan angka pencari kerja akan

semakin bertambah. Lapangan kerja yang tidak sebanding dengan angka pencari

kerja bisa menimbulkan permasalahan baru, diantaranya adalah munculnya

pengangguran dari kalangan kaum terpelajar/ terdidik. Menurut Fatchurochman

(2012: 17) besarnya angka pengangguran terdidik sering disebutkan karena kurang

dan minimnya link and match dalam dunia pendidikan.

Kata link dalam dunia pendidikan seringkali diterjemahkan sebagai

sesuatu yang menghubungkan antara dunia pendidikan dengan DUDI. Sementara

kata match diartikan sebagai upaya sinkronisasi antara kebutuhan DUDI dengan

kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah. DUDI sebagai pengguna lulusan yang

dihasilkan oleh sekolah/madrasah memiliki kebutuhan dan tuntutan yang

bervariasi. Sudah menjadi sebuah keharusan bagi dunia pendidikan untuk

memenuhi kebutuhan dan tuntutan DUDI. Jika dunia pendidikan tidak mampu

memenuhi kebutuhan dan tuntutan DUDI, maka lulusan yang dihasilkan oleh

sekolah/madrasah tidak akan terserap sepenuhnya. Hal ini bisa menjadi salah satu

faktor penyebab terjadinya pengangguran dari kalangan terpelajar. Untuk

mengantisipasi keadaan ini pemerintah mengeluarkan aturan bahwa kurikulum

pada jenjang pendidikan harus disusun dengan memperhatikan beberapa hal,

diantaranya adalah tuntutan dunia kerja. Pernyataan ini tertulis dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 36 ayat 3.

Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa

lulusan SLTA/SMK masih belum terserap sepenuhnya oleh DUDI. Bahkan angka

pengangguran terbuka pada tingkat pendidikan SMK memiliki persentase tertinggi

dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Persentase pada gambar di

bawah ini berlaku pula untuk tingkat pendidikan Madrasah Aliyah Kejuruan

(MAK) atau Madrasah Aliyah Program Keterampilan (MAPK) yang

diselenggarakan oleh Kementerian Agama, karena BPS tidak melakukan

pemisahan antara SMK/MAK/MAPK. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya

revitalisasi terhadap manajemen pengembangan pada pendidikan

SMK/MAK/MAPK.

Page 20: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

7

Gambar 1.1

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan (Februari 2017 – Februari 2018)

Data tersebut menunjukkan adanya kontradiksi antara tujuan didirikannya

SMK dengan realita di lapangan. Pemerintah mendirikan SMK dengan tujuan

untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan

tuntutan DUDI baik nasional maupun global. Tujuan ini belum bisa diwujudkan

oleh SMK, mengingat tingginya angka pengangguran yang dihasilkan dari lulusan

SMK. Padahal seharusnya pendidikan kejuruan memainkan peran penting dalam

mengurangi pengangguran kaum muda. Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan

Blinova et al., (2015: 533) yang mengatakan bahwa that vocational education

plays an important role in reducing youth unemployment.

Banyaknya pengangguran di Indonesia menjadi salah satu indikator bahwa

materi ajar yang diberikan di sekolah tidak berhubungan langsung dan tidak

relevan dengan kebutuhan konkret di dunia kerja. Orientasi materi ajar yang terlalu

fokus pada pengembangan kognitif saja akan membuat peserta didik menjadi tidak

responsif terhadap masalah dalam kehidupan nyata. Substansi keilmuan tidak

dikuasai sepenuhnya, peserta didik cenderung mengejar nilai akademik yang tinggi

dan bisa lulus dengan baik. Jiwa kreatif, kemandirian, dan life skill menjadi

tumpul. Hal inilah yang membuat peserta didik mengalami kesulitan dalam

memasuki dunia kerja.

Materi ajar yang diberikan pada MAPK diatur dalam Keputusan Dirjen

Pendis Nomor 1023 tahun 2016. Materi ini dikelompokkan menjadi tiga bagian

utama, yaitu teknologi, kejuruan, dan pertanian/ kelautan. Pada pendidikan

kejuruan materi yang diberikan harus sesuai dengan perkembangan pengetahuan

dan teknologi agar tujuan pendidikan kejuruan bisa tercapai. Jangan sampai

peserta didik mempelajari materi yang sudah usang yang tidak digunakan lagi

dalam DUDI. Mengingat pendidikan kejuruan adalah penyedia tenaga kerja maka

perlu mengupdate hal-hal yang baru secara terus-menerus (Chatib, 2011: 84) agar

menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan DUDI.

Page 21: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

8

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023

Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Keterampilan di

Madrasah Aliyah menyebutkan bahwa Program keterampilan yang

diselenggarakan di MA Penyelenggara Program Keterampilan (MAPK) diberikan

jumlah jam per minggu sebanyak 6 jam pelajaran. Bahkan apabila alokasi waktu

tersebut dipandang masih belum mencukupi, maka madrasah dapat menambah

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing madrasah. Program

keterampilan harus terintegrasi dengan kurikulum dan harus dipastikan tidak

mengurangi jumlah jam dari mata pelajaran yang ada agar dapat memperoleh hasil

yang maksimal. Pelaksanaan program keterampilan diberikan selama 3 tahun

pembelajaran dan dapat dilengkapi dengan pemagangan dan sertifikasi keahlian.

Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa program keterampilan di MA

Penyelenggara Program Keterampilan (MAPK) diberikan kurang dari 6 jam

pelajaran per minggu. Setiap tingkatan kelas diberikan satu program keterampilan

selama satu tahun pelajaran. Jenis keterampilan akan berganti bersamaan dengan

kenaikan kelas peserta didik. Selain itu adapula MAPK yang memberikan program

keterampilan yang sama pada peserta didik mulai dari kelas X sampai kelas XII.

Perampingan waktu pembelajaran 6 jam pelajaran dalam seminggu bisa

berimplikasi pada hasil yang akan diperoleh peserta didik. Selain itu jenis

keterampilan yang dipelajari oleh peserta didik dalam waktu singkat membuat

peserta didik tidak menguasai sebuah keterampilan secara mendalam. Satu tahun

pelajaran dengan satu program keterampilan dirasa tidak cukup sebagai upaya

untuk memahami dan menguasai sebuah keterampilan sampai ke akar-akarnya.

Aturan yang ditetapkan dalam Keputusan Dirjen Pendis Nomor 1023

tahun 2016 merupakan aturan standar minimal yang harus dipenuhi oleh setiap

MA Penyelenggara Program Keterampilan (MAPK). Sehingga pengurangan

standar minimal oleh madrasah bisa menjadi salah satu faktor penghambat

tercapainya tujuan penyelenggaraan program keterampilan itu sendiri. Tujuan

diselenggarakannya program keterampilan pada MA adalah untuk meningkatkan

mutu dan daya saing lulusan pendidikan MA melalui pembekalan life skill di

masyarakat sehingga lulusan pendidikan MA bisa langsung bekerja.

Keadaan praktis di lapangan seringkali tidak sesuai dengan aturan yang

ditetapkan pemerintah dengan berbagai alasan dari lembaga pendidikan.

Ditemukannya madrasah yang tidak melaksanakan aturan secara utuh menjadi

fakta bahwa tata kelola kegiatan di madrasah berjalan kurang efektif. Selain itu

kontrol pimpinan madrasah juga dinilai masih lemah. Hal ini menunjukkan bahwa

manajemen madrasah masih belum menunjukkan perannya. Padahal manajemen

dalam dunia pendidikan memiliki peran penting dan strategis.

Manajemen dan organisasi berkaitan erat antara satu sama lain.

Manajemen dan organisasi bisa digambarkan sebagai dua sisi mata uang yang tak

terpisahkan. Sebagai salah satu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan,

madrasah juga membutuhkan manajemen untuk mewujudkan tujuannya.

Manajemen diperlukan sebagai upaya mengantisipasi terjadinya perubahan di

kemudian hari. Selain itu manajemen juga diyakini sebagai upaya agar kegiatan

Page 22: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

9

dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dunia pendidikan yang sarat dengan

program-program pengembangan potensi peserta didik juga membutuhkan

manajemen untuk memastikan seluruh program berjalan sesuai dengan aturan.

Manajemen dalam dunia pendidikan dibuat oleh pimpinan madrasah yang terdiri

dari kepala madrasah dan para wakilnya.

Pendidikan keterampilan vokasional merupakan salah satu program

pendidikan yang dirasa perlu untuk diberikan pada madrasah dengan tujuan untuk

menciptakan generasi yang mandiri, terampil, dan siap kerja. Komitmen seluruh

stakeholders madrasah akan berperan besar dalam keberlangsungan program ini.

Sebagaimana dijelaskan dalam lampiran Keputusan Dirjen Pendis Nomor 1023

Tahun 2016 program keterampilan di Madrasah Aliyah merupakan program

tambahan sebagai bentuk tambahan lintas minat di Madrasah Aliyah

penyelenggara program keterampilan. Program ini bukan merupakan Madrasah

Aliyah Kejuruan (MAK).

MAN 15 Jakarta merupakan pendidikan menengah tingkat atas dengan ciri

khas agama Islam yang mengimplementasikan muatan kurikulum dari

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama dalam

pembelajaran yang berlokasi di DKI Jakarta. Selain dua muatan kurikulum

tersebut MAN 15 Jakarta juga memiliki program tambahan yakni program

keterampilan. Meskipun demikian lingkungan di MAN 15 Jakarta dibentuk

sebagaimana lingkungan MA pada umumnya.

Keterampilan Tata Busana, Otomotif, dan Elektro merupakan

keterampilan yang dipelajari oleh peserta didik MAN 15 Jakarta. Program

keterampilan ini dimulai sejak tahun 1996. Pada waktu itu MAN 15 Jakarta masih

berstatus sebagai Kelas Jauh (KJ) dari MAN 2 Jakarta. Program keterampilan

diberikan kepada peserta didik kelas XI dan XII dengan masing-masing kelas

keterampilan berisi 20 peserta didik. Placement peserta didik keterampilan

ditetapkan berdasarkan bakat dan kualifikasi yang ditetapkan madrasah. Pada awal

berdirinya program keterampilan diberikan khusus kepada peserta didik yang

memiliki nilai akademis tinggi dan memiliki keterbatasan ekonomi sehingga tidak

bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Keterampilan yang dipelajari

diharapkan mampu menjadi bekal agar peserta didik bisa langsung bekerja setelah

lulus dari MAN 15 Jakarta.

Berdasarkan informasi di atas dapat diketahui bahwa program

keterampilan di MAN 15 Jakarta telah dijalankan jauh sebelum diterbitkannya

Keputusan Dirjen Pendis Nomor 1023 tahun 2016 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Keterampilan di Madrasah Aliyah. Oleh karena itu

peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang manajemen

pengembangan pendidikan keterampilan vokasional di MAN 15 Jakarta.

B. Penelitian Terdahulu

1. Tesis Junardi Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun

2007 yang berjudul “Program Pendidikan Keterampilan di Madrasah Aliyah

Ummatan Wasathon Imogiri (Studi tentang Proses dan Efektivitas Program).

Hasil penelitian ini adalah proses pelaksanaan pendidikan keterampilan di MA

Page 23: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

10

Ummatan Wasathon Imogiri berjalan dengan efektif. Hal ini terlihat dari

kesesuaian antara metode mengajar, materi pelajaran, dan jumlah waktu yang

disediakan. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif.

2. Disertasi Abdul Choliq MT Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta tahun 2006 yang berjudul “Pengembangan Model Pendidikan

Keterampilan Pada Madrasah Aliyah (Studi Kasus di Jawa Tengah). Untuk

melaksanakan program keterampilan maka perlu adanya pengembangan model

kelembagaan, kurikulum, tenaga pendidik, pembelajaran, media dan sumber

belajar, dan evaluasi.

3. Disertasi Dumiyati Dumiyati Program Pascasarjana Universitas Negeri

Malang tahun 2013 yang berjudul “Manajemen Kurikulum Program

Keterampilan Vokasional di Madrasah Aliyah Negeri (Studi Multi Kasus pada

MAN 1 Jember, MAN Lamongan, MAN 2 Kediri)”. Penelitian disertasi ini

mengkaji tentang pengembangan kurikulum, optimalisasi pelaksanaan

kurikulum, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum. Pendekatan kualitatif dengan

rancangan studi multi kasus dipilih sebagai metode penelitian. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa manajemen kurikulum diawali dengan analisis kurikulum

berbasis data potensi daerah dan kebutuhan masyarakat, dunia usaha dan

industri, daya dukung internal dan eksternal, hasil evaluasi sebelumnya. Upaya

optimalisasi pelaksanaan kurikulum program keterampilan vokasional

dilakukan dengan pola perpaduan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, bobot

materi yang terdiri dari 75% bersifat praktik dan 25% bersifat teori, PBM

bersifat student centered, dam melakukan kerja sama dengan dengan pihak

dunia usaha dan industry serta instansi terkait yang relevan dengan PBM.

Evaluasi pelaksanaan program dilakukan dengan cara evaluasi dan monitoring

PBM, penilaian hasil belajar, dan penelusuran lulusan secara terprogram dan

terintegrasi.

4. Disertasi Suprihatiningsih Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2015 yang berjudul “Implementasi Kurikulum Pendidikan

Keterampilan Vokasi di Madrasah Aliyah: Studi pada Madrasah Aliyah di

Propinsi DKI Jakarta”. Disertasi ini dilakukan dengan menggunakan penelitian

kualitatif dan membuktikan bahwa implementasi kurikulum keterampilan

vokasi yang bermuatan life skills belum memberikan bekal yang cukup kepada

peserta didik untuk menjadi entrepreneur yang handal dan profesional. Hal ini

disebabkan karena kurang terlaksananya perencanaan, organisasi, aktualisasi,

control, dan evaluasi dengan baik.

5. Jurnal yang ditulis oleh Zumrotul Masruroh pada tahun 2016 tentang

Manajemen Pendidikan Keterampilan di MAN Kembangsawit menyebutkan

bahwa keberadaan pendidikan keterampilan di MAN Kembangsawit

merupakan respon terhadap kebutuhan masyarakat sekitar yang menginginkan

peserta didik tidak hanya mampu dalam ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki

kecakapan keterampilan untuk bekal kehidupan di masyarakat. Pengelolaan

Page 24: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

11

program keterampilan di MAN Kembangsawit meliputi perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Perbedaan penelitian-penelitian di atas dengan penelitian ini adalah fokus

penelitian dan tempat penelitian. Penelitian di atas merupakan penelitian yang

dilakukan sebelum diterbitkannya Keputusan Dirjen Pendis Nomor 1023

Tahun 2016. Sedangkan penelitian ini dilakukan setelah keputusan tersebut

disahkan. Selain itu perbedaan lainnya adalah penelitian ini akan membahas

tentang kosep manajemen, kendala, dan solusi pelaksanaan manajemen

pengembangan pendidikan keterampilan vokasional di MAN 15 Jakarta.

Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah sama-

sama meneliti pendidikan keterampilan di Madrasah Aliyah.

C. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

a. Rendahnya mutu SDM di Indonesia.

b. Terbatasnya lowongan pekerjaan yang tersedia.

c. Besarnya tingkat pengangguran pada lulusan pendidikan SMK/MAPK.

d. Lambatnya respon pemerintah terhadap pendidikan life skills.

e. Belum efektifnya manajemen pengelolaan program pendidikan

keterampilan.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar lebih fokus dan terarah, penulis

memberi batasan masalah pada penelitian ini, yaitu Manajemen

Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional.

3. Perumusan Masalah

Pertanyaan penelitian yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana manajemen pengembangan (perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengendalian) pendidikan keterampilan vokasional di

MAN 15 Jakarta?

b. Apa kendala yang terdapat dalam manajemen pengembangan pendidikan

keterampilan vokasional di MAN 15 Jakarta?

c. Apa solusi dalam mengatasi kendala pelaksanaan manajemen

pengembangan pendidikan keterampilan vokasional di MAN 15 Jakarta?

D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Akademis

Penelitian ini secara akademis bertujuan untuk menganalisis dan

mengungkapkan secara mendalam pelaksanaan manajemen, kendala yang

terdapat dalam pelaksanaan manajemen, solusi dalam mengatasi kendala

pelaksanaan manajemen, dan perbedaan penerapan manajemen

pengembangan pendidikan keterampilan vokasional di MAN 15 Jakarta.

b. Terapan

Dalam konsep terapan, penelitian ini bertujuan untuk menemukan

dan mengungkapkan pelaksanaan manajemen, kendala yang terdapat

dalam pelaksanaan manajemen, dan solusi dalam mengatasi kendala

Page 25: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

12

pelaksanaan manajemen serta dapat dijadikan dokumen untuk

pengembangan sekolah dan pengambilan kebijakan-kebijakan yang

berkaitan dengan pendidikan keterampilan vokasional.

2. Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai

pihak, baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat yang diharapkan melalui

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Teoritis

Penelitian ini bisa menjadi input bagi pengembangan disiplin ilmu

manajemen pendidikan serta memberikan penjelasan secara terperinci dan

sistematis mengenai manajemen pengembangan pendidikan keterampilan

vokasional di madrasah aliyah.

b. Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi pemimpin

lembaga pendidikan dalam hal ini adalah kepala madrasah dan pemerintah

(Kementerian Agama) dalam pengambilan kebijakan-kebijakan yang

berkaitan dengan pendidikan keterampilan vokasional di madrasah aliyah.

Page 26: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritis

1. Manajemen

a. Pengertian Manajemen

Manajemen pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan

sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan.

Istilah manajemen biasa digunakan oleh organisasi yang berorientasi profit

dan komoditas komersial. Sumber daya organisasi membutuhkan

pengelolaan yang tepat agar bermanfaat secara maksimal.

Pengertian manajemen menurut para ahli dapat dilihat pada

pemaparan berikut ini:

Tabel 2.1

Pengertian Manajemen Menurut Ahli

Stephen P. Robbins

dan Mary Coulter

Proses mengoordinasikan aktivitas-aktivitas

kerja sehingga dapat selesai secara efisien dan

efektif dengan dan melalui orang lain (2009:

8)

Chuck Williams Menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain

(2001: 6).

Husaini Usman Perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan

secara efektif dan efisien (2013: 5).

Ismail Solihin Proses perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan, dan pengendalian dari

berbagai sumber daya organisasi untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efisien

(2009: 4).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa

manajemen meliputi tiga hal yaitu:

1. Manajemen berkaitan dengan proses untuk mempengaruhi orang

lain dan mengubah perilakunya.

2. Tujuan organisasi merupakan hasil akhir yang ingin dicapai melalui

proses manajemen.

3. Pemanfaatan sumber daya organisasi secara efektif oleh pelaku

manajemen.

Dengan demikian manajemen adalah proses yang dilakukan oleh

seseorang untuk mempengaruhi orang lain dengan memanfaatkan seluruh

sumber daya organisasi secara efektif guna mencapai tujuan organisasi.

Page 27: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

14

Sumber daya organisasi dibagi menjadi dua kategori, yaitu

tangible recources (sumber daya berwujud) dan intangible resources

(sumber daya tidak berwujud) (Solihin, 2009: 11). Tangible resources

disebut juga dengan sumber daya fisik seperti tanah, mesin, modal,

keterampilan-keterampilan manusia, bahan mentah, dan teknologi.

Sedangkan nama lain intangible resources adalah sumber daya non fisik

yang meliputi reputasi organisasi, pengetahuan dan pengalaman SDM,

nama merek, dan hubungan dengan konsumen.

Seorang manajer akan mengelola sumber daya organisasi untuk

mencapai tujuan. Tugas seorang manajer biasanya mengelola sumber daya

fisik (Muhaimin, dkk., 2012: 4) berbeda halnya dengan seorang leader

yang lebih memfokuskan pada visi (Muhaimin, dkk., 2012: 4) dan

pencapaiannya. Leader akan berusaha mengajak dan memotivasi

karyawan untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi. Disinilah

seorang leader akan menjalankan tugasnya, yaitu mengelola sumber-

sumber emosional dan spiritual yang berupa: values (nilai-nilai),

komitmen, aspirasi karyawan, motivasi, meningkatkan pengetahuan dan

keahlian SDM sehingga mereka dapat bekerja dengan penuh dedikasi.

Manajer yang sukses adalah manajer yang mampu mengerjakan tugas

sekaligus memiliki unsur kepemimpinan yang kuat. Dengan kata lain

manajer yang mampu bertindak sebagai manajer dan pemimpin (manajer

as a leader) dalam satu waktu.

Lembaga pendidikan bisa dikategorikan sebagai lembaga industri

mulia karena mengemban misi ganda, yaitu profit sekaligus sosial

(Muhaimin, dkk., 2012: 5). Organisasi yang berorientasi profit akan

berusaha mencapai keuntungan sebesar-besarnya dengan memanfaatkan

dana seefektif dan seefisien mungkin sehingga pemasukan lebih besar dari

biaya operasional. Sedangkan misi sosial bertujuan untuk mewariskan dan

menginternalisasikan nilai luhur (Muhaimin, dkk., 2012: 5). Misi pertama

dan kedua memiliki kaitan yang erat, misi kedua akan terwujud jika

lembaga pendidikan memiliki modal (misi pertama) yang cukup.

Manajemen dibutuhkan dalam berbagai organisasi baik yang

organisasi tingkat kecil maupun besar, berskala nasional maupun

internasional, organisasi berorientasi profit maupun non profit. Lembaga

pendidikan sebagai salah satu organisasi memiliki beragam kepentingan

seperti organisasi lain pada umumnya. Misi ganda yang diemban lembaga

pendidikan membutuhkan konsentrasi yang lebih tinggi untuk

mewujudkannya. Komponen pendidikan yang terdiri dari sumber daya

fisik dan non fisik menjadi sebab perlunya implementasi ilmu manajemen

dalam dunia pendidikan.

b. Fungsi Manajemen

Dalam menjalankan tugasnya seorang manajer harus bekerja

sesuai dengan fungsi manajemen. Fungsi manajemen menurut Nickels,

McHugh and McHugh (1997) yaitu merencanakan, mengorganisasikan,

Page 28: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

15

melaksanakan, dan mengendalikan (planning, organizing, directing, and

controlling).

Gambar 2.1

Fungsi Manajemen

1) Fungsi Perencanaan

Pengertian Perencaaan

Pada hakikatnya perencanaan adalah pengambilan keputusan

sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan (Siagian,

2011: 41). Perencanaan harus berdasarkan pada fakta, data, dan

keterangan konkret (Gunawan dan Benty, 2017: 38) agar tujuan yang

diinginkan dapat tercapai. Kemampuan berimajinasi dan memprediksi

peristiwa di masa mendatang akan memberikan kontribusi besar dalam

proses pembuatan perencanaan.

Sebagai salah satu fungsi manajemen perencanaan memiliki

fungsi utama di antara fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan

merupakan proses dasar untuk menetapkan di awal berbagai hasil

akhir yang ingin dicapai organisasi di masa mendatang (Solihin, 2009:

63). Antara kegiatan perencanaan dengan hasil akhir yang ingin

dicapai diasumsikan terdapat rentang waktu tertentu. Semakin besar

tujuan yang ingin dicapai maka waktu yang dibutuhkan semakin

panjang, hal ini juga mengakibatkan meningkatnya derajat

ketidakpastian pencapaian (Solihin, 2009: 63) hasil tersebut.

Sebaliknya, semakin pendek rentang waktu antara perencanaan

dengan target hasil yang ingin dicapai maka derajat ketidakpastian

pencapaian akan menurun.

Perencanaan sebagai proses penciptaan strategi dan solusi

terhadap hambatan-hambatan yang mungkin terjadi pada organisasi

dapat dirumuskan dalam kurun waktu tertentu oleh seorang ahli.

Perencanaan yang dibuat secara tergesa-gesa dapat mempengaruhi

pencapaian tujuan organisasi.

Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan

Pengendalian

Tercapainya

Tujuan

Organisasi

Page 29: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

16

Ada beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam membuat

perencanaan, yaitu menetapkan tujuan, mengembangkan komitmen

terhadap tujuan, mengembangkan rencana kerja yang efektif,

mengikuti perkembangan tahapan pencapaian tujuan,

mempertahankan fleksibilitas perencanaan (Chuck William, 2001:

149-155). Perencanaan dipahami sebagai pemilihan metode atau

strategi untuk mencapai sebuah tujuan (Chuck William, 2001: 143)

sehingga langkah pertama dalam membuat perencanaan adalah

menyusun tujuan. Perilaku dan usaha dapat ditingkatkan dengan cara

membuat tujuan yang spesifik dan menantang. Salah satu cara untuk

menulis tujuan yang efektif adalah dengan menggunakan pedoman

S.M.A.R.T. Menurut Chuck William (2001: 149) S.M.A.R.T adalah

Specific (spesifik), Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat

dicapai), Realistic (realistis), Timely (tepat waktu).

Langkah kedua dalam perencanaan adalah mengembangkan

komitmen terhadap tujuan. Komitmen untuk mencapai tujuan tidak

terlahir secara otomatis, melainkan harus dibangun secara terus-

menerus. Seringkali tujuan yang tersusun dengan rapi tidak mampu

dicapai karena kurangnya komitmen yang dimiliki karyawan. Tujuan

menjadi sesuatu yang penting bagi manajer dan perusahaan, namun

tidak bagi karyawan. Untuk mengantisipasi hal tersebut pendekatan

yang paling populer adalah pendekatan partisipatif. Pendekatan ini

menitikberatkan pada kebersamaan antara manajer dan karyawan

dalam memilih tujuan. Manajer dan karyawan memiliki tugas yang

sama untuk mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.

Tahap ketiga dalam perencanaan adalah mengembangkan

rencana kerja yang efektif. Rencana kerja dibuat dengan cara

menyusun program, mengalokasikan sumber daya organisasi yang

diperlukan untuk mencapai tujuan, menyusun anggaran biaya yang

dibutuhkan, dan menentukan periode waktu yang tepat.

Tahap keempat dalam perencanaan adalah menelusuri

kemajuan terhadap pencapaian tujuan. Untuk menelusuri kemajuan

terhadap pencapaian tujuan, ada dua cara yang dapat digunakan, yaitu:

a. Menyusun tujuan jangka pendek dan panjang. Penetapan tujuan

jangka pendek akan mempermudah manajer untuk memberikan

motivasi dan penghargaan sambil menunggu tercapainya tujuan

jangka panjang.

b. Mengumpulkan dan memberikan umpan balik. Pemberian umpan

balik secara teratur akan memungkinkan karyawan dan manajer

menelusuri kemajuan mereka dalam mencapai tujuan organisasi

serta menjadi alternatif untuk melakukan penyesuaian dalam usaha,

pengarahan, dan strategi.

Tahap kelima dalam membuat rencana adalah mempertahankan

fleksibilitas. Tahap ini dibuat sebagai antisipasi dari kegagalan yang

Page 30: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

17

mungkin ditemui pada rencana awal. Mempertahankan fleksibilitas

dapat dicapai dengan membuat perencanaan berdasarkan pendekatan

pengetahuan. Perencanaan berdasarkan pengetahuan berasumsi bahwa

rencana kerja harus diuji terus-menerus, diubah, dan ditingkatkan

seiring dengan usaha organisasi untuk mempelajari cara-cara yang lebih

baik untuk mencapai tujuan.

Jenis-jenis Perencanaan

Berdasarkaan dimensi waktu, perencanaan dapat dibagi menjadi:

a. Perencanaan jangka panjang (long term planning)

Perencanaan jangka panjang meliputi cakupan waktu di

atas 10 tahun sampai 25 tahun. Dalam perencanaan ini lebih

kepada proyeksi atau perspektif atas keadaan ideal yang

diinginkan dan pencapain keadaan yang bersifat fundamental

(Usman, 2013: 81).

b. Perencanaan jangka menengah (medium term planning)

Jangka waktu pada perencanaan ini adalah 5 tahun sampai

dengan 10 tahun. Perencanaan ini penjabaran dari rencana jangka

panjang, tetapi sudah lebih bersifat operasional (Gunawan dan

Benty, 2017: 54).

c. Perencanaan jangka pendek (short term planning)

Perencanaan jangka pendek disebut juga perencanaan

tahunan. Jangka waktu yang digunakan dalam perencanaan ini

adalah kurang dari 5 tahun. Perencanaan ini merupakan

penjabaran dari rencana jangka menengah dan jangka panjang

(Gunawan dan Benty, 2017: 54).

Perencanaan berdasarkan dimensi spasial adalah perencanaan yang

berkaitan dengan ruang dan batasan wilayah. Perencanaan ini dibagi

menjadi tiga, yaitu:

a. Perencanaan nasional

Perencanaan nasional adalah perencanaan yang dibuat

berskala nasional sebagai consensus dan komitmen seluruh rakyat

Indonesia. Contoh perencanaan nasional adalah Propenas dan

perencanaan pendidikan di Indonesia.

b. Perencanaan regional

Perencanaan regional adalah perencanaan yang dibuat

berdasarkan hubungan antarsektor dalam suatu wilayah (daerah).

Contohnya adalah perencanaan pendidikan di propinsi/ kabupaten/

kota.

c. Perencanaan tata ruang

Perencanaan ini dipahami sebagai perencanaan yang

mengupayakan pemanfaatan fungsi kawasan tertentu,

mengembangkannya secara seimbang, baik secara ekologis,

geografis, maupun demografis. Misalnya perencanaan tata kota,

Page 31: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

18

perencanaan permukiman, perencanaan kawasan, dan perencanaan

daerah transmigrasi.

Perencanaan berdasarkan dimensi tingakatannya. Perencanaan ini

dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Perencanaan makro

Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan

kebijakan-kebijakan tingkat nasional. Perencanaan makro biasanya

berbicara bidang ekonomi dan non ekonomi. Salah satu contoh

bidang non ekonomi adalah perencanaan pembangunan pendidikan

nasional.

b. Perencanaan meso

Perencanaan pada tingkat ini merupakan penjabaran dari

perencanaan makro yang bersifat lebih operasional dan disesuaikan

dengan departemen atau unit-unit tertentu.

c. Perencanaan mikro

Perencanaan ini diterjemahkan sebagai perencanaan pada

tingkat institusional dan merupakan penjabaran dari tingkat meso

(Gunawan dan Benty, 2017: 51). Kekhasan setiap lembaga akan

mendapat perhatian, namun tidak boleh bertentangan dengan apa

yang telah ditetapkan dalam perencanaan makro maupun meso.

Prinsip perencanaan yang baik

Perencanaan yang dilakukan dengan cara yang benar akan

menghasilkan rencana yang baik, realistis, dan konsisten. Kegiatan

selama membuat perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip di

bawah ini:

a. Keadaan sekarang

Perencanaan harus memperhatikan sumber daya yang

dimiliki suatu organisasi, sehingga perencanaan tidak dimulai

dari nol akan tetapi dimulai berdasarkan sumber daya

organisasi. Sumber daya organisasi menjadi point penting

dalam pembuatan perencanaan.

b. Kegagalan masa lampau

Perencanaan dibuat untuk menghindari adanya kegagalan

atau kekacauan dalam pelaksanaan kegiatan. Kegagalan yang

terjadi di masa lampau tidak akan terulang kembali jika

perencanaan dibuat secara terperinci. Hasil evaluasi bisa

dijadikan acuan untuk membuat perencanaan kegiatan di

kemudian hari.

c. Melibatkan pihak-pihak terkait

Pelaksanaan kegiatan yang melibatkan banyak orang

menjadi alasan perlunya melibatkan pihak-pihak terkait yang

akan bertanggung jawab sebagai pelaksana kegiatan. Dengan

melibatkan banyak pihak akan memperkaya ide dalam

membuat perencanaan.

d. Memperhatikan potensi organisasi

Page 32: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

19

Potensi yang dimiliki organisasi bisa menjadi sumber

kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan atau

mengembangkan suatu program. Potensi bisa berarti berbagai

sumber daya yang dimiliki organisasi. Potensi organisasi

hendaknya dimanfaatkan secermat mungkin.

e. Tujuan yang ingin dicapai

Perencanaan dibuat karena ada tujuan yang ingin dicapai.

Perencanaan tidak akan berarti tanpa tujuan yang jelas dan

tujuan tidak akan terealisasi tanpa perencanaan yang matang.

Disinilah eksistensi perencanaan akan terlihat, apakah

perencanaan berperan dengan baik untuk mencapai tujuan atau

justru perencanaan yang dibuat hanya sebatas ide yang tidak

berhubungan dengan tercapainya tujuan.

f. Berorientasi pada masa yang akan datang

Idealnya sebuah kegiatan dibuat karena menginginkan

adanya perbaikan untuk kehidupan di masa mendatang. Untuk

merealisasikan kegiatan itu sendiri dibutuhkan perencanaan

yang baik dan komprehensif. Perencanaan dibuat untuk

kebutuhan pada masa yang akan datang bukan untuk

kebutuhan sekarang atau bahkan kebutuhan di masa lampau.

2) Fungsi Pengorganisasian

Langkah yang perlu dilakukan sebuah organisasi setelah

melaksanakan fungsi perencanaan adalah melaksanakan fungsi

pengorganisasian. Pengorganisasian berasal dari bahasa Latin,

organum yang berarti alat, bagian, anggota badan. Organisasi ialah

sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan

organisasi (Usman, 2013: 171). Menurut Solihin (2012: 92) fungsi

pengorganisasian adalah membagi pekerjaan kepada para pelaksana

tugas serta mengembangkan stuktur hubungan antar pelaksana tugas

sehingga tugas tersebut dapat dilakukan. Pembagian tugas maupun

pekerjaan dilakukan dengan mempertimbangkan kompetensi

pelaksana dan daya dukung yang dimiliki oleh organisasi.

Organisasi merupakan himpunan sekelompok orang yang

memiliki visi, misi, dan tujuan sama serta berkomitmen untuk

melaksanakan semua aturan organisasi. Dalam organisasi akan

terdapat interaksi dan kerja sama dengan sesama individu dan setiap

individu akan menampilkan berbagai perilaku. Variasi perilaku

individu ini sebagai salah satu bentuk keberagaman dalam organisasi.

Keberagaman ini akan menjadi kekuatan besar bagi organisasi jika

diolah dengan tepat. Namun sebaliknya keberagaman ini bisa menjadi

ancaman bagi keberadaan organisasi apabila tidak diorganisir. Akan

terjadi gesekan yang dapat merugikan organisasi jika fungsi

pengorganisasian dalam manajemen tidak berjalan semestinya.

Page 33: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

20

Pengorganisasian didefinisikan sebagai proses penciptaan struktur

organisasi (Robbins dan Coulter, 2005: 284) dengan

mempertimbangkan tujuan, sumber daya, dan lingkungan organisasi.

Struktur organisasi adalah kerangka kerja organisasi yang berfungsi

mengelompokkan, membagi, dan mengkoordinasikan tugas-tugas

pekerjaan. Dalam menyusun struktur organisasi seorang manajer harus

melibatkan enam unsur penting yaitu division of work,

departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan

desentralisasi, dan formalisasi.

Division of work adalah membagi seluruh beban kerja menjadi

tugas-tugas yang secara logis dapat dikerjakan oleh individu-individu

maupun kelompok dalam suatu organisasi. Lebih jelasnya pekerjaan

organisasi akan dipecah menjadi beberapa bagian dan setiap bagian

diselesaikan oleh orang yang berbeda. Setiap orang akan diberikan

tugas sesuai dengan kompetensi yang dimiliki serta dapat

mengembangkannya. Division of work dapat merangsang terjadinya

spesialisasi kerja, dimana para manajer dan karyawan yang

memperoleh pembagian tugas tertentu dapat mengembangkan

keahlian yang sesuai dengan bidang tugas yang dikerjakan.

Departementalisasi adalah mengelompokkan tugas-tugas dan juga

sumber daya manusia yang memiliki kesamaan rumpun tugas ke

dalam suatu kelompok (Robbins dan Coulter, 2005: 93). Setiap

organisasi akan mengklasifikasikan dan mengelompokkan berbagai

kegiatan kerja dengan caranya sendiri. Sebagai contoh adanya

departementalisasi fungsional, departementalisaasi produk,

departementalisasi geografis, dan departementalisasi proses (Robbins

dan Coulter, 2005: 286). Departementalisasi fungsi digunakan untuk

mengelompokkan pekerjaan berdasarkan fungsi yang dilakukan.

Departementalisasi produk mengelompokkan pekerjaan berdasarkan

lini produk. Departementalisasi geografis digunakan untuk

mengelompokkan pekerjaan berdasarkan wilayah atau geografis.

Departementalisasi proses mengelompokkan pekerjaan berdasarkan

arus produk atau pelanggan.

Rantai komando adalah garis yang menunjukkan wewenang dari

tingkatan teratas organisasi hingga tingkatan paling bawah dan

menjelaskan siapa melapor kepada siapa. Garis ini dipakai untuk

menghindari adanya benturan komando dari berbagai atasan, karena

benturan itu bisa menimbulkan masalah. Berbicara tentang rantai

komando tidak dapat terlepas dari tiga konsep yang ada didalamnya,

yaitu wewenang, tanggung jawab, dan kesatuan komando. Seorang

manajer harus memahami secara mendalam tiga konsep tersebut,

sebab disinilah terletak garis abstrak yang akan menjadi pembatas

pekerjaan antara satu manajer dengan manajer lainnya.

Rentang kendali menjadi sesuatu yang penting karena derajat

tertentu rentang kendali menentukan jumlah tingkatan dan manajer

Page 34: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

21

yang dimiliki organisasi (Robbins dan Coulter, 2005: 288). Organisasi

yang mempunyai rentang kendali lebih lebar memiliki keuntungan

beberapa hal, diantaranya adalah menghemat biaya operasional

belanja pegawai, mempercepat pengambilan keputusan, meningkatkan

fleksibilitas, lebih dekat dengan konsumen, dan memberdayakan

karyawan dengan maksimal. Namun rentang kendali lebar pun

memiliki kekurangan yaitu mengurangi efektivitas kerja, karena

manajer tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memberikan

kepemimpinan dan dukungan yang diperlukan karyawan. Solusi untuk

kekurangan ini adalah organisasi harus berinvestasi besar-besaran

dalam pelatihan karyawan.

Sentralisasi dan desentralisasi menunjukkan proses pengambilan

keputusan dalam sebuah organisasi. Sentralisasi berarti bahwa

pengambilan keputusan terfokus pada satu titik organisasi. Biasanya

pada sentralisasi pengambilan keputusan diambil oleh manajer puncak

organisasi dan sedikit atau bahkan tanpa masukan dari para karyawan

tingkat bawah. Berbeda dengan desentralisasi yang memberikan ruang

terbuka bagi karyawan tingkat bawah untuk memberikan masukan

atau betul-betul mengambil keputusan. Pada dasarnya tidak ada

organisasi yang benar-benar menjalankan konsep sentralisasi atau

desentralisasi secara penuh, karena konsep ini bersifat relatif, bukan

absolut.

Formalisasi mengacu ke sejauh mana pekerjaan di dalam

organisasi itu terstandardisasi dan sejauh mana perilaku karyawan

dibimbing oleh peraturan dan prosedur (Robbins dan Coulter, 2005:

291). Pekerjaan yang dilakukan secara formal, maka orang yang

mengerjakan tidak akan memiliki kebebasan dalam hal kapan

pekerjaan harus diselesaikan dan bagaimana harus dilakukan.

Pekerjaan yang diformalisasi akan menangani input yang sama dengan

cara yang sama dan akan menghasilkan output yang seragam dan

konsisten. Organisasi yang menjalankan formalisasi tinggi memiliki

uraian jabatan yang tegas, banyak peraturan organisasi, dan prosedur.

Sedangkan organisasi dengan formalisasi rendah perilaku kerjanya

cenderung tidak terstruktur dan para karyawan mempunyai banyak

kebebasan dalam menyelesaikan tugasnya.

Menurut Nickels, McHugh dan McHugh (1997) dalam Sule dan

Saefullah (2015: 11) fungsi pengorganisasian meliputi beberapa

kegiatan di bawah ini:

a. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan

tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan.

b. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya

garis kewenangan dan tanggung jawab.

c. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan

pengembangan sumber daya manusia.

Page 35: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

22

d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang

paling tepat.

Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2005) tujuan

pengorganisasian dalam sebuah organisasi adalah:

1. Membagi pekerjaan yang harus dilakukan ke sejumlah

departemen dan pekerjaan tertentu.

2. Membagi-bagi tugas dan tanggung jawab yang berkaitan

dengan masing-masing pekerjaan.

3. Mengoordinasikan berbagai tugas organisasi.

4. Mengelompokkan sejumlah pekerjaan ke sejumlah unit.

5. Membangun hubungan di antara individu, kelompok, dan

departemen.

6. Menetapkan sejumlah garis wewenang formal.

7. Mengalokasikan dan menggunakan secara efektif sumber daya

organisasi.

3) Fungsi Pelaksanaan

Setelah rencana dibuat, struktur organisasi ditetapkan, sumber

daya organisasi dialokasikan, tugas dan tanggung jawab dibagi maka

langkah selanjutnya adalah pelaksanaan. Pelaksanaan atau directing

adalah proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh

pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak

tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh

kesadaran dan produktivitas yang tinggi (Sule dan Saefullah, 2015: 8).

Peran aktif setiap pelaku organisasi akan memberikan dampak besar

bagi implementasi fungsi manajemen ini.

Faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan rencana

organisasi adalah SDM. Organisasi berusaha mendapatkan SDM yang

unggul melalui proses rekrutmen yang baik agar dapat menjalankan

tugas sesuai dengan jabatan yang diberikan. SDM yang terpilih

dituntut untuk menunjukkan kinerja terbaik untuk keberlangsungan

organisasi. Selain sebagai pelaku organisasi, SDM juga merupakan

individu-individu yang memiliki karakteristik masing-masing. Oleh

karena itu karakteristik individu akan sangat menentukan bagaimana

fungsi pelaksanaan akan dijalankan.

Berbicara tentang SDM sebagai pelaku organisasi sekaligus

sebagai individu yang berkarakter maka perlu dipelajari lebih lanjut

tentang konsep yang mendasari faktor individu dalam organisasi. Ada

dua konsep individu yang berhubungan dengan fungsi pelaksanaan

dalam organisasi, yaitu kontribusi dan kompensasi.

Kontribusi adalah segala sesuatu yang bisa didedikasikan oleh

individu/pelaku organisasi untuk organisasi. Kompensasi adalah

segala sesuatu yang dapat diberikan oleh organisasi kepada

Page 36: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

23

individu/pelaku organisasi. Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan seperti

dua sisi mata uang. Tujuan organisasi akan tercapai jika

individu/pelaku organisasi memberikan kinerja terbaiknya dan

individu/pelaku organisasi akan memberikan kinerja terbaiknya jika

organisasi memberikan kompensasi yang sesuai.

Bentuk kontribusi dan kompensasi banyak ragamnya. Sebagai

contoh bentuk kontribusi yang diberikan individu/pelaku organisasi

kepada organisasi adalah usaha, kemampuan, keahlian, loyalitas,

waktu, kompetensi. Sedangkan bentuk kompensasi yang dapat

diberikan organisasi kepada individu/pelaku organisasi adalah upah,

kepastian, keamanan kerja, benefit, peluang karier, status, dan peluang

promosi. Contoh bentuk kontribusi dan kompensasi dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Gambar 2.2

Bentuk Kontribusi dan Kompensasi dalam Organisasi

Sumber: Sule dan Saefullah (2015: 217)

Menurut Nickels, McHugh dan McHugh (1997) dalam Sule dan

Saefullah (2015: 11) kegiatan yang tercakup dalam fungsi pelaksanaan

adalah:

a. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan,

dan pemberian motivasi kepada SDM.

b. Memberikan tugas dan penjelasan mengenai pekerjaan.

c. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

Proses kepemimpinan menjadi salah satu kegiatan yang ada dalam

pelaksanaan. Kepemimpinan menjadi point penting dalam sebuah

organisasi. Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua hal yang tak

Kontribusi:

Usaha

Kemampuan

Keahlian

Loyalitas

Waktu

Kompetensi

Kompensasi:

Upah

Kepastian

Keamanan kerja

Benefit

Peluang karier

Status

Peluang promosi

Page 37: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

24

terpisahkan, bagai dua sisi mata uang. Menurut Gunawan dan Benty

(2017: 543) pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi orang

lain. Sedangkan menurut Musfah (2017: 300) pemimpin adalah

seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi

perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.

Menurut Gary Yukl (2015: 3) kepemimpinan berkaitan dengan

proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya

yang kuat terhadap orang lain guna membimbing, membuat struktur,

serta memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam grup atau

organisasi. Kepemimpinan merupakan suatu proses atau sejumlah aksi

dimana satu orang atau lebih menggunakan pengaruh, wewenang atau

kekuasaan terhadap orang lain dalam menggerakkan sistem sosial

guna mencapai tujuan sistem sosial (Sagala, 2012: 145).

Kepemimpinan juga diartikan adanya suatu proses dalam

kepemimpinan untuk memberikan pengaruh secara sosial kepada

orang lain, sehingga orang lain tersebut menjalankan suatu proses

sebagaimana diinginkan oleh pemimpin (Muhaimin, dkk., 2012: 29).

Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi dan

memberikan aspirasi serta mengarahkan tindakan seseorang atau

kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Gunawan dan

Benty, 2017: 541). Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain yang

dilakukan oleh satu orang ataupun lebih dalam suatu organisasi untuk

mencapai tujuan bersama yang telah disepakati.

Peran pemimpin akan memberikan pengaruh yang besar terhadap

pelaksanaan aktivitas pada organisasi yang dipimpinnya. Apakah

aktivitas itu berjalan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan

atau tidak. Ini semua tergantung dari kepiawaian pemimpin dalam

mengelola organisasi. Bagus tidaknya sebuah organisasi akan terlihat

dari pemimpinnya. Dalam menjalankan tugasnya pemimpin harus

menguasai berbagai macam keterampilan agar organisasi yang

dipimpinnya berjalan dengan baik. Keterampilan yang perlu dikuasai

oleh seorang pemimpin adalah conceptual skills, human skills, dan

technical skills (Tambunan, 2015: 37).

Conceptual skills adalah kemampuan untuk berpikir dan bekerja

dalam kaitannya dengan model, kerangka, hubungan yang luas

(Tambunan, 2015: 39), ide, dan konsep (Northouse, 2013: 46).

Pemimpin harus memiliki keterampilan menciptakan konsep, ide, dan

gagasan lalu menuangkannya dalam visi, misi, dan tujuan organisasi.

Visi, misi, dan tujuan akan menjadi identitas organisasi yang mampu

menggambarkan berbagai aktivitas di dalamnya. Menurut Gary Yukl

(2015: 219) keterampilan konseptual meliputi kemampuan analitis,

berpikir logis, membentuk konsep, pemikiran yang induktif, dan

pemikiran deduktif.

Page 38: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

25

Pemimpin yang menguasai conceptual skills dapat dengan mudah

membaca keadaan di sekitarnya. Berbagai macam permasalahan bisa

diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat tanpa menimbulkan

permasalahan baru. Kemampuan pemimpin dalam menganalisis

sebuah peristiwa bisa melahirkan strategi jitu yang bermanfaat bagi

kemajuan organisasi. Namun perlu diingat bahwa sebagus apapun

sebuah ide maupun konsep akan kehilangan arti jika tidak

direalisasikan. Di sinilah peran pemimpin sangat diperlukan, ia harus

mampu menggerakkan seluruh sumber daya organisasi untuk

melaksanakan ide dan konsep yang telah disusun.

Human skills adalah kemampuan bekerja secara efektif dengan

orang-orang dan membina kerja tim (Tambunan, 2015: 39).

Keterampilan ini berguna bagi seorang pemimpin dalam mengambil

keputusan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan perasaan orang

lain. Pemimpin dengan keterampilan manusia mengadaptasi ide

mereka dengan ide orang lain (Northouse, 2013: 45). Human skills

dibutuhkan setiap tingkatan manajer karena keterampilan ini berbicara

tentang bersama orang lain ketika mengerjakan pekerjaan yang

merupakan inti dari manajemen.

Human skills bisa juga diartikan sebagai kemampuan

memanusiakan manusia. Kemampuan ini memiliki lingkup yang

cukup luas, diantaranya adalah memahami perasaan orang lain,

kemahiran berbicara, mampu berkomunikasi efektif, pandai

memotivasi dan meyakinkan orang lain, serta membina hubungan

yang efektif dan kooperatif. Seorang pemimpin yang memiliki empati

tinggi kepada orang lain akan memperoleh dukungan penuh dari

seluruh pegawai. Pemimpin yang memiliki sensivitas sosial tinggi

secara tidak langsung telah meningkatkan produktifitas pegawai,

karena pegawai akan merasa nyaman berada di lingkungan organisasi

dan perasaan ingin segera pulang akan hilang dengan sendirinya.

Setiap pegawai akan menghormati pemimpinnya dengan tulus, mereka

juga akan menjalankan seluruh instruksi pemimpin dengan penuh

keikhlasan tanpa adanya rasa keterpaksaan sedikitpun. Jika hal ini

terjadi, maka organisasi akan sarat prestasi dan memiliki pegawai

yang berdedikasi tinggi. Sebaliknya jika pemimpin tidak menguasai

human skills dengan baik, maka pegawai akan merasa tidak nyaman

dan ingin segera pulang. Jika hal ini terjadi terus-menerus maka

kualitas organisasi akan mengalami kemunduran.

Technical skills adalah pengetahuan tentang dan keahlian dalam

jenis pekerjaan atau aktivitas tertentu (Northouse, 2013: 44). Gary

Yukl (2015: 219) menambahkan bahwa keterampilan teknis meliputi

pengetahuan tentang metode, proses, prosedur, dan teknik untuk

melakukan kegiatan khusus, dan kemampuan menggunakan alat yang

relevan dengan kegiatan tersebut. Keterampilan ini bisa juga disebut

sebagai keterampilan menggunakan benda/ alat. Manajer tingkat

Page 39: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

26

bawah dan menengah lebih membutuhkan keterampilan ini

dibandingkan manajer tingkat atas.

Selain menguasai conceptual skills dan human skills, seorang

pemimpin juga harus menguasai technical skills. Sadar akan

keterbatasan kemampuan setiap manusia, maka seorang pemimpin

tidak dituntut mahir dalam mengoperasikan seluruh alat yang ada di

sebuah organisasi. Jika hal ini bisa dilakukan akan sangat baik dan

bisa menjadi nilai tambah bagi diri pemimpin itu sendiri. Minimal

seorang pemimpin harus mampu mengoperasikan alat-alat yang

relevan dengan kegiatan dan tugasnya agar kegiatan organisasi

berjalan lancar. Selain itu marwah seorang pemimpin akan tetap

terjaga. Selain pandai mengoperasikan alat seorang pemimpin juga

harus pandai mengkoordinasikan tenaga manusia. Sesuai dengan

pendapat Kartono (2011: 46) yang mengatakan bahwa selain

menguasai technical skill, kecakapan mengkoordinasikan tenaga

manusia, agar tercapai maksimalisasi efektivitas kerja dan

produktivitasnya juga perlu dikuasai.

Gambar 2.3

Keterampilan Pemimpin

4) Fungsi Pengendalian

Menurut Robbins dan Mary (2007: 232) pengendalian adalah

proses memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan itu

diselesaikan seperti yang telah direncanakan dan proses mengoreksi

setiap penyimpangan yang berarti. Pengendalian dilakukan untuk

membandingkan pelaksanaan nyata dengan standar-standar tertentu

dan mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan. Pengendalian

tidak hanya sekedar proses yang dilakukan setelah peristwa terjadi,

melainkan sebagai usaha pencegahan munculnya penyimpangan.

Keterampilan Pemimpin

Conceptual Skills

Human

Skills

Technical Skills

Page 40: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

27

Menurut Chuck Williams (2001) ada lima dasar proses

pengendalian, yaitu:

1. Menentukan standar pelaksanaan yang jelas

Standar pengendalian ditentukan oleh manajer dengan

memperhatikan tujuan organisasi. Standar yang baik harus bisa

mewujudkan tujuan organisasi, sebaliknya jika tujuan organisasi

tidak tercapai maka standar harus diganti. Menurut Chuck William

(2001: 275) untuk menentukan standar, manajer bisa

mendengarkan keluhan pelanggan atau dengan mengamati

perilaku organisasi pesaing. Sebagai pemakai jasa atau barang,

pelanggan akan mengungkapkan segala sesuatu yang berhubungan

dengan barang atau jasa yang digunakan dan diperlukan.

Informasi inilah yang akan menjadi dasar untuk menentukan

standar pengendalian. Keinginan manusia untuk menjadi yang

terbaik akan berlaku juga pada organisasi yang dipimpinnya.

Seorang manajer akan merasa puas jika organisasinya menjadi

unggul dibandingkan dengan yang lain. Dengan mengamati

perilaku organisasi pesaing dan membandingkannya, seorang

manajer dapat menyusun standar secara tepat.

2. Membandingkan prestasi nyata dengan prestasi yang diinginkan

Prestasi yang diraih organisasi bisa dijadikan bahan

pertimbangan untuk melakukan pengendalian. Membandingkan

prestasi nyata dengan standar prestasi dilakukan oleh sebuah

organisasi untuk mengukur tingkat pengendalian. Jika prestasi

nyata masih jauh dari standar yang ditentukan maka kegiatan

pengendalian berfungsi sebagai solusi. Sebaliknya kegiatan

pengendalian dapat berfungsi sebagai alternatif jika prestasi nyata

organisasi sesuai standar.

3. Mengambil tindakan perbaikan

Rencana yang dibuat oleh manajer harus dilaksanakan

oleh semua pihak. Dalam pelaksanaannya rencana bisa mengalami

penyimpangan dan hambatan. Proses pengendalian dapat

mengidentifikasi penyimpangan prestasi, menganalisisnya,

kemudian mengembangkan dan melaksanakan program-program

untuk memperbaikinya (Chuck William, 2001: 276). Tindakan

perbaikan melalui kegiatan pengendalian akan mengembalikan

laju organisasi pada jalurnya, sehingga tujuan organisasi tetap bisa

diwujudkan.

4. Proses dinamis

Pengendalian merupakan proses yang dinamis dan

berkesinambungan. Dalam kegiatan pengendalian dimulai dengan

melihat prestasi nyata lalu mengukur dan membandingkannya

dengan standar prestasi. Jika teridentifikasi adanya penyimpangan

dari standar prestasi, manajer akan menganalisis penyimpangan

tersebut dan menentukan program perbaikan. Selanjutnya program

perbaikan dilakukan untuk mencapai prestasi yang diinginkan.

Untuk mempertahankan prestasi pada tingkatnya, manajer harus

Page 41: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

28

mengulang kembali seluruh proses secara terus-menerus, seperti

putaran tanpa akhir. Dengan demikian pengendalian bukanlah

kegiatan yang cukup dilakukan sekali saja.

5. Menggunakan tiga metode dasar pengendalian: berdasarkan

umpan balik, yang terjadi bersamaan, dan pengendalian sebelum

terjadi.

Menurut Chuck William (2001: 279) pengendalian umpan

balik adalah mekanisme untuk mengumpulkan informasi tentang

ketidaksempurnaan prestasi setelah terjadi. Pengendalian umpan

balik dilakukan setelah kegiatan terlaksana. Informasi ini

selanjutnya digunakan untuk memperbaiki atau mencegah

ketidaksempurnaan prestasi berikutnya. Metode ini digunakan

untuk memperbaiki prestasi baik secara individual maupun

prestasi organisasi.

Pengendalian umpan balik memiliki dua kelebihan jika

dibandingkan dengan pengendalian yang terjadi bersamaan dan

pengendalian sebelum terjadi (Robbins dan Mary, 2007: 250).

Pertama, pengendalian umpan balik dapat memberikan informasi

yang bermakna tentang keefektifan perencanaan yang dibuat.

Umpan balik yang menunjukkan sedikit penyimpangan antara

kinerja standar dengan kinerja sebenarnya menandakan bahwa

perencanaan berjalan dengan baik dan tujuan dapat dicapai.

Sebaliknya, jika penyimpangan antara kinerja standar dengan

kinerja sebenarnya besar, maka informasi ini dapat digunakan

ketika merumuskan rencana baru agar lebih efektif. Kedua,

pengendalian umpan balik dapat meningkatkan motivasi karyawan

(Robbins dan Mary, 2007: 250). Pada umumnya manusia

menginginkan informasi nilai kinerjanya, apakah ada peningkatan

atau bahkan malah terjadi penurunan. Informasi semacam ini bisa

didapatkan melalui pengendalian umpan balik.

Pengendalian yang terjadi bersamaan merupakan suatu

mekanisme untuk mengumpulkan informasi mengenai kekurangan

prestasi pada saat terjadinya (Chuck William, 2001: 279).

Pengendalian ini dijalankan ketika pekerjaan sedang berlangsung,

sehingga bisa mengoreksi masalah dengan cepat dan

meminimalisir terjadinya masalah yang berlarut-larut. Bentuk

pengendalian yang terjadi bersamaan biasanya berupa

pengendalian langsung yang dilakukan dengan cara manajer

berkeliling ke lingkungan kerja dan berinteraksi secara langsung

dengan karyawan. Pada saat ini manajer bisa melihat langsung

tindakan karyawan dan sekaligus langsung mengoreksi ketika ada

masalah yang muncul.

Pengendalian sebelum terjadi merupakan suatu

mekanisme untuk mengumpulkan informasi mengenai

kekurangan-kekurangan dari kinerja sebelum hal itu terjadi

(Chuck William, 2011: 280). Pengendalian sebelum terjadi disebut

Page 42: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

29

juga dengan pengendalian pencegahan (Robbins dan Mary, 2007:

248). Dinamakan pengendalian pencegahan karena terjadi

sebelum kegiatan yang sesungguhnya. Pengendalian ini

menyediakan informasi mengenai kekurangan pada kinerja dengan

memonitor input bukan output. Selain itu pengendalian sebelum

terjadi berusaha mencegah atau meminimalkan kekurangan kinerja

sebelum hal itu terjadi.

Gambar 2.4

Metode Dasar Pengendalian

2. Pendidikan Life Skills

a. Pengertian Pendidikan Life Skills

Kata skills dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memiliki arti

kecakapan, kepandaian, keterampilan. Sedangkan huruf ‘s’ yang terdapat

di akhir kata menujukkan bentuk dan arti plural. Berikut akan dipaparkan

pendapat para ahli dalam menjelaskan pengertian pendidikan life skills

atau yang disebut juga dengan life skills education.

Tabel 2.2

Pengertian Life Skills Education

1 UNICEF Life skills education is a structured

programme of needs- and outcomes-based

participatory learning that aims to increase

positive and adaptive behaviour by assisting

individuals to develop and practise psycho-

social skills that minimize risk factors and

maximize protective factors.

Masukan •Pengendalian Pencegahan

Proses •Pengendalian Bersamaan

Keluaran •Pengendalian Umpan Balik

Page 43: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

30

2 WHO Life skills are abilities for adaptive and

positive behaviour, that enable individuals

to deal effectively with the demands and

challenges of everyday life (WHO, 199:. 1).

3 Depdiknas Life Skills sebagai kecakapan yang dimiliki

seseorang untuk mau dan berani

menghadapi problema hidup dan kehidupan

secara wajar tanpa merasa tertekan,

kemudian secara proaktif dan kreatif

mencari serta menemukan solusi sehingga

akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas,

2002: 8).

4 Brolin Life skills constitute a continuum of

knowledge and aptitude that are necessary

for a person to function effectively and to

avoid interupptions of employment

experience (dalam Anwar, 2015: 20).

5 Anwar Pendidikan life skills adalah pendidikan

yang dapat memberikan bekal keterampilan

yang praktis, terpakai, terkait dengan

kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan

potensi ekonomi atau industri yang ada di

masyarakat. (Anwar, 2015: 20).

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa life skills

education adalah pendidikan berbasis keterampilan praktis yang

bermanfaat bagi individu dalam menjalani kehidupan dan menjadi solusi

bagi tantangan kehidupan. Berdasarkan definisi pendidikan life skills di

atas, dapat dipahami bahwa pendidikan life skills berusaha untuk lebih

mendekatkan pendidikan dengan kehidupan nyata seorang anak, dan

mempersiapkannya menjadi orang dewasa yang dapat hidup dengan baik.

b. Tujuan Pendidikan Life Skills

Secara umum, pendidikan bertujuan untuk menjadikan peserta

didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi paham,

dari tidak menguasai menjadi kompeten, dari salah menjadi benar, dari

amatir menjadi profesional. Tujuan ini didasari keyakinan terhadap adanya

potensi alami yang dimiliki oleh setiap peserta didik yang dapat

dikembangkan melalui pendidikan. Oleh karena itu Prabowo dan

Nurmaliyah (2010: 199). mengatakan bahwa tujuan dari pengembangan

pendidikan life skills adalah untuk memfungsikan pendidikan sesuai

dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik

untuk menghadapi perannya di masa datang.

Menurut Depdiknas (2012) pendidikan life skills bertujuan untuk

meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap peserta didik sesuai

dengan minat dan bakatnya sehingga memiliki bekal kemampuan untuk

Page 44: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

31

bekerja dan/atau berusaha mandiri dalam rangka meningkatkan kualitas

hidupnya. Pendidikan life skills juga bertujuan untuk membantu peserta

didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir, menghilangkan pola

pikir atau kebiasaan yang tidak tepat, dan mengembangkan potensi diri

agar dapat memecahkan permasalahan kehidupan secara kreatif

(Widiasworo, 2017: 25).

Adapun secara khusus, pengembangan pendidikan life skills

memiliki beberapa tujuan, yang meliputi:

1) Melayani warga masyarakat supaya dapat tumbuh dan berkembang

sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat

dan mutu kehidupannya (Sudjana, 2007: 30).

2) Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan

sebagai bekal dalam menjalani kehidupan yang berkualitas.

3) Merancang pendidikan yang kontekstual dan fungsional bagi kehidupan

peserta didik dalam menghadapi kehidupan di masa datang.

4) Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan

pembelajaran yang inovatif dan fleksibel.

5) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah,

dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di

masyarakat (Prabowo dan Nurmaliyah, 2010: 200).

Life skills dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu

general life skill dan specific life skill (Widiasworo, 2017: 28).

1) General life skill adalah keterampilan hidup yang bersifat umum.

Keterampilan ini harus dimiliki agar manusia dapat menguasai dan

memiliki keahlian yang dibutuhkan dunia kerja. General life skill terdiri

dari:

a) Keterampilan mengenal diri (self-awareness).

b) Keterampilan berpikir rasional (thinking skill).

c) Keterampilan sosial (social skill)

2) Specific life skill adalah keterampilan hidup yang bersifat khusus

biasanya disebut juga sebagai keterampilan teknis (technical

competencies). Specific life skill mencakup:

a) Keterampilan akademik (academic skill) yang sering juga disebut

dengan kemampuan berpikir alamiah.

b) Keterampilan vokasional (vocasional skill) yang disebut juga

dengan keterampilan kejuruan.

Self awareness includes our recognition of ourselves, of our

character, of our strengths, and weaknesses, desires and dislikes (WHO,

1997: 2). Kesadaran diri meliputi pengakuan terhadap diri sendiri,

karakter, kekuatan, kelemahan, keinginan, dan ketidaksukaan dapat digali

secara mendalam agar memberikan manfaat lebih dalam kehidupan.

Mengembangkan kesadaran diri dapat menjadi bekal untuk menghayati

diri sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, makhluk individual,

dan makhluk sosial. Self-awareness akan membantu manusia untuk

menyadari segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.

Page 45: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

32

Thinking skills are skills used to think creatively, make decisions,

solve problems, and figure out why something is happening (Couch, et.all.,

1997: 525). Thinking skill mencakup antara lain: kecakapan menggali dan

menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil

keputusan serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif

(Hidayanto: 2002). Salah satu contoh keterampilan berpikir adalah

menarik kesimpulan, bagaimana seseorang mampu menghubungkan

berbagai clue dan fakta dengan pengetahuan yang dimilikinya untuk

membuat prediksi hasil akhir yang terumuskan. Terdapat tiga istilah yang

sering dikaitkan dengan thinking skill, meskipun sebenarnya cukup

berbeda, yaitu berkaitan dengan istilah high level thinking, complex

thinking, dan critical thinking. Seseorang bisa berhasil dalam

kehidupannya jika mampu mengolah kemampuan berpikirnya. Upaya

memecahkan masalah dalam kehidupan dipengaruhi oleh dimensi thinking

skill yang bersifat internal.

Social skill meliputi kemampuan bekerja dalam tim, memiliki

jejaring, memiliki empati dan rasa belas kasih (Zubaidah, 2016: 9).

Keterampilan ini erat kaitanya dengan fungsi manusia sebagai makhluk

sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia dan alam sekitarnya.

Interaksi yang terjalin antar manusia dan alam sekitarnya harus dilandasi

dengan rasa empati. Komunikasi yang terbentuk pun haruslah berjalan

efektif. Dalam berkomunikasi efektif dibutuhkan rasa empati, karena

komunikasi dua arah bukan hanya sekedar menyampaikan pesan saja

melainkan isi dan sampainya pesan yang disertai dengan kesan baik dapat

menumbuhkan hubungan harmonis.

Academic skill juga disebut sebagai kemampuan berpikir ilmiah

(Anwar, 2017: 30). Keterampilan ini pada dasarnya merupakan

pengembangan dari keterampilan berpikir rasional pada General Life

Skills. Academic skill bersifat lebih khusus yakni mengarah pada kegiatan

akademik/keilmuan. Secara umum academic skill mencakup:

a. keterampilan mengidentifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya

dengan variabel lain atau fenomena yang terjadi,

b. keterampilan merumuskan hipotesis,

c. keterampilan merancang dan melaksanakan penelitian

Vocasional skill seringkali disebut sebagai keterampilan kejuruan

(Anwar, 2017: 31) atau keterampilan yang dikaitkan dengan profesi yang

ada di masyarakat. Vocasional skill ini berguna untuk memperoleh mata

pencaharian yang bisa memberikan penghasilan guna menopang

kebutuhan hidup. DI Indonesia keterampilan kejuruan banyak diberikan

pada peserta didik di sekolah lanjutan tingkat atas baik pada SMK, MAK,

maupun pada madrasah penyelenggara keterampilan.

3. Pendidikan Keterampilan Vokasional (Vocasional Skill)

a. Dasar Hukum Pendidikan Keterampilan Vokasional

Page 46: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

33

Pendidikan keterampilan vokasional di MA merupakan program

formal yang diselenggarakan pemerintah dalam hal ini adalah

Kementerian Agama dengan dasar hukum sebagai berikut:

1) Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional

Pendidikan.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan.

4) Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 60 tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah.

5) Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023

tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Keterampilan

di Madrasah Aliyah.

Page 47: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

34

Gambar 2.5

SK Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016

Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Keterampilan di MA

Jenis keterampilan: Teknologi, Kejuruan,

Pertanian/Kelautan

Waktu Belajar: 6 JP x 45 menit

Sistem Evaluasi: PAS, PAT, Uji kompetensi.

Bobot teori dan praktik: 30% : 70%

Peserta didik: kelas X-XII

semua jurusan

Sarana Prasarana:

perangkat media pembelajaran, perangkat

praktik keterampilan, perangkat keselamatan

kerja, buku paket

Kemitraan dengan DUDI: kunjungan industri, IHT, uji kompetensi, magang, penyaluran tenaga kerja

Sertifikasi magang dan keahlian: dilakukan oleh

DUDI, sekolah dan DUDI, BLK, LSP

Pendanaan:

Pemerintah, Pemerintah daerah,

masyarakat

Page 48: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

35

Tabel 2.3

Struktur Kurikulum MA Penyelenggara Program Keterampilan

No Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar

Per Minggu

X XI XII

Kelompok A (Pendidikan Agama dan Budi Pekerti)

1 Al Quran Hadis 2 2 2

2 Fikih 2 2 2

3 Akidah Akhlak 2 2 2

4 SKI 2 2 2

5 Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

2 2 2

6 Bahasa Indonesia 4 4 4

7 Matematika 4 4 4

8 Sejarah Indonesia 2 2 2

9 Bahasa Arab 4 2 2

10 Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (Umum)

11 Seni Budaya 2 2 2

12 PJOK 3 3 3

13 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

14 Muatan Lokal 2 2 2

Jumlah JP Kelompok A dan B 35 33 33

Kelompok C (Peminatan)

15 Mata Pelajaran Peminatan

Akademik

12 16 16

Pilihan Lintas Minat dan atau Pendalaman Minat

16 Keterampilan 6 6 6

Jumlah JP per Minggu 53 55 55

Page 49: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

36

b. Pengertian Pendidikan Keterampilan Vokasional (Vocasional Skill)

Pendidikan keterampilan terdiri dari dua kata, yakni

pendidikan dan keterampilan. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun

2003 Pasal 1 pengertian pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Sedangkan keterampilan berasal dari akar kata terampil yang berarti

cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu, dan cekatan. Selain itu

keterampilan juga bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

menerapkan atau menggunakan pengetahuan yang dikuasainya dalam

suatu bidang kehidupan (Sukmadinata dan Syaodih, 2012: 184).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa keterampilan

mengacu pada kemampuan melakukan sesuatu dalam cara yang

efektif. Sedangkan kata vokasional berarti bersangkutan dengan

sekolah (kejuruan).

Pendidikan vokasional sering juga disebut dengan pendidikan

kejuruan atau pendidikan okupasi artinya adalah pendidikan yang

menyiapkan lulusannya yang mampu dan mau bekerja sesuai dengan

bidang keahliannya (Usman, 2012: 7). Menurut Sukamto (2001)

pendidikan vokasional adalah semua jenis dan bentuk pengalaman

belajar yang membantu anak didik meniti tahap-tahap perkembangan

vokasionalnya, mulai dari identifikasi, eksplorasi, orientasi, persiapan,

pemilihan, dan pemantapan karir di dunia kerja.

Vocational education is an education unit whose mission is to

develop professional attitude, able to compete, and able to work and

to have a career (Munastiwi, 2015: 222). Secara substansial

pendidikan vokasional adalah pendidikan yang memiliki misi

mengembangkan sikap profesional peserta didik sehingga mampu

bersaing dan bekerja serta memiliki karir yang baik. Pendidikan

vokasional bertanggung jawab membekali peserta didik dengan

wawasan, kemampuan, dan keterampilan di bidang industri serta

mengembangkan kemampuan untuk menguasai dan menyenangi jenis

pekerjaan tertentu.

Pendidikan keterampilan vokasional berbeda dengan

pendidikan umum. Pendidikan keterampilan vokasional adalah jenis

pendidikan yang mempersiapkan lulusannya memasuki dunia

pekerjaan (Sukmadinata dan Syaodih, 2012: 40) sehingga market

oriented akan menjadi karakteristik utama bagi pendidikan ini.

Kebutuhan pasar yang berubah-ubah sejalan dengan perkembangan

Page 50: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

37

teknologi menuntut sekolah yang mengembangkan pendidikan

keterampilan vokasional harus secara terus-menerus melakukan

inovasi. Pembelajaran dalam pendidikan keterampilan vokasioanl

harus diarahkan pada peningkatan kualitas keterampilan vokasional

(Sukmadinata dan Syaodih, 2012: 40) dan penilaian kemampuan

peserta didik harus sesuai dengan standar kerja industri (Sukmadinata

dan Syaodih, 2012: 41).

Menurut Ernawati (2014: 83) keterampilan vokasional terkait

dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan

motorik. Motorik kasar dan halus yang dimiliki setiap manusia bisa

diasah agar menjadi lebih lentur dan terampil sehingga bisa

memberikan manfaat bagi kehidupan. Latihan dengan teknik yang

benar akan membentuk perkembangan motorik manusia secara

maksimal. Pada umumnya keterampilan vokasional yang diajarkan di

sekolah memiliki tujuan untuk memaksimalkan perkembangan

motorik kasar dan motorik halus peserta didik. Motorik kasar berguna

untuk mempelajari pendidikan keterampilan kelompok produksi.

Sedangkan motorik halus berguna untuk mempelajari pendidikan

keterampilan kelompok jasa. Hal ini sesuai dengan pengelompokan

keterampilan vokasi yaitu kelompok produksi dan kelompok jasa.

Keterampilan kelompok produksi memiliki karakteristik

tersendiri yaitu adanya produk yang dihasilkan oleh peserta didik.

Produk ini dapat dihasilkan peserta didik pada saat mengikuti proses

pembelajaran atau setelah pembelajaran keterampilan vokasi. Bila

seorang peserta didik mampu menghasilkan produk yang baik selama

belajar maka peserta didik dinyatakan telah menguasai kompetensi

yang diajarkan oleh tenaga pendidik. Kompetensi ini kelak akan

bermanfaat bagi peserta didik sebagai seorang profesional dalam

bidangnya.

Kompetensi yang harus dikuasai oleh manusia di era

globalisasi menyangkut segi pengetahuan dan keterampilan

(Muhibbin, 2013: 117). Pengetahuan sendiri dapat berupa fakta,

konsep, teori, prosedur, atau meta kognitif, sedangkan keterampilan

dapat berkenaan dengan keterampilan kasar (hard skills) dan

keterampilan halus (soft skills). Kompetensi yang dikembangkan

dalam pendidikan keterampilan vokasional berupa kompetensi teknis,

vokasional ataupun kompetensi profesional (Sukmadinata dan

Syaodih, 2012: 38).

Menurut Northouse (2013) kompetensi teknis adalah

pengetahuan tentang dan keahlian dalam jenis pekerjaan atau aktivitas

tertentu. Kompetensi ini mencakup kompetensi dalam bidang tertentu

dan kemampuan untuk menggunakan peralatan serta teknik yang

tepat. Biasanya disediakan bagi penyiapan tenaga teknisi, operator,

dan staf.

Page 51: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

38

Pengembangan kompetensi vokasional diarahkan pada

pengembangan penguasaan kompetensi yang bersifat teknis dan

konseptual dalam menggunakan keterampilan intelektual dan sosial.

Oleh karena itu penyelesaian tugas dan peran vokasional tidak lagi

bersifat teknis mekanistis, tetapi bersifat analitis, problematis, bahkan

jika dimungkinkan bersifat inovatif. Pada dasarnya kompetensi

profesional lebih tinggi kompleksitasnya dibandingkan dengan

kompetensi vokasional. Selain menggunakan kompetensi intelektual

dan sosial yang tinggi, juga melibatkan penguasaan konsep yang kuat.

Kompetensi profesional lebih banyak berhadapan dengan tugas-tugas

analisis, pemecahan masalah, penelitian, dan pengembangan.

Keterbatasan pengembangan kreativitas di sekolah dapat

mempengaruhi kesiapan peserta didik sebagai sumber daya manusia

dalam menghadapi dunia kerja setelah sekolah. Sekolah yang baik

akan berusaha memfasilitasi, merancang program dan kegiatan yang

dapat mengembangkan kreativitas dan kompetensi yang dimiliki

peserta didik. Tidak hanya program dan kegiatan di sekolah saja,

metode pengajaran seorang guru juga mampu menggerakkan

kreativitas siswa. Kemampuan kepala sekolah dalam

mengimplementasikan fungsi manajemen akan memberikan

kontribusi positif bagi pengembangan kompetensi dan kreativitas

peserta didik.

c. Pendidikan Hard Skill dan Soft Skill

Menurut Idris Apandi (2015: 35) hard skill berkaitan dengan

pengetahuan dan keterampilan pada bidang tertentu. Keterampilan

yang digolongkan pada hard skills adalah keterampilan yang lebih

berorientasi pada pentingnya penerapan peralatan untuk mencapai

tujuan (Prayitno, 2012: 284). Dalam dunia usaha keterampilan ini

banyak digunakan oleh pekerja yang berhadapan langsung dengan

alat.

Hard skills adalah kompetensi yang menekankan pada

spesifikasi objek atau materi, tujuan, cara, dan perangkat kegiatannya

serta penilaian atas hasil kegiatan tersebut (Prayitno, 2012: 283).

Kompetensi ini dapat diterapkan menjadi produktivitas yang

bermanfaat untuk banyak hal dan mampu menjadikan sumber daya

manusia lebih profesional.

Perkembangan globalisasi membuat manusia tidak hanya

bersaing dengan manusia saja, melainkan harus bersaing juga dengan

teknologi. Persaingan dalam segala aspek membuat manusia harus

mampu menyesuaikan diri dengan arus globalisasi. Munculnya

berbagai produk teknologi dapat menggeser peran manusia dalam

dunia usaha. Jika hal ini terjadi manusia tak lagi memiliki pilihan lain

kecuali melebur menjadi satu dengan perkembangan teknologi itu

Page 52: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

39

sendiri. Hanya sumber daya manusia yang produktif berbekal

pengetahuan dan keterampilan yang dapat memenangkan persaingan.

Secara fitrah manusia hidup dengan memiliki daya saing,

adaptif, antisipatif, mampu belajar, terampil, mudah beradaptasi

dengan hal-hal baru. Manusia mampu bertahan hidup jika memiliki

bekal dalam dirinya, bekal berupa kemampuan diri baik berupa hard

skills maupun soft skills. Hard skills dan soft skills dikembangkan

melalui pendidikan dan pelatihan. Lembaga pendidikan sebagai

penyelenggara pendidikan formal bertanggung jawab untuk

mengembangkan hard skills dan soft skills peserta didik.

Menurut Idris Apandi (2015) soft skills berkaitan dengan

mentalitas dan kepribadian seseorang. Seseorang yang mempunyai

soft skill yang matang akan memiliki pengendalian diri yang baik,

memiliki kedewasaan berpikir, mampu mengambil keputusan dengan

bijaksana, memiliki visi hidup yang kuat, memiliki motivasi

berprestasi, mampu beradaptasi dengan lingkungan, pekerja keras,

ulet, mampu bekerja sama, mampu berinteraksi dan berkomunikasi

efektif, mampu membangun relasi dan jejaring yang kuat dalam

menjalankan usahanya.

Soft skills terdiri dari intrapersonal skill dan intrerpersonal

skill. Intrapersonal skill dipahami sebagai kemampuan memahami

konsep diri. Bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri,

mengenal lebih dalam siapa dirinya akan bermanfaat dalam

menentukan tujuan hidupnya. Kemampuan intrapersonal akan

membawa manusia untuk memilih dan memilah segala hal yang dapat

memberikan kontribusi positif bagi kehidupan.

Interpersonal skill didefinisikan sebagai kemampuan

memersepsi suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain

(Armstrong, 2002: 4). Kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan

berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal dengan orang

lain juga merupakan pengertian dari interpersonal skill. Seseorang

yang memiliki keterampilan ini dapat menjaga keharmonisan

hubungan sesama manusia. Keterampilan ini dikembangkan sebagai

perwujudan dari peran manusia sebagai makhluk sosial (homo social),

makhluk yang membutuhkan makhluk lainnya untuk menjaga

keberlangsungan hidup.

Keterampilan dapat diamati oleh pihak lain (Whetten dan

Cameron, 2007: 13) dan dapat dikembangkan karena tidak bersifat

konstan. Keterampilan dikembangkan melalui praktik dan umpan

balik. Individu dapat mengalami kemajuan dari yang kurang

berkompeten menjadi kompeten bahkan lebih berkompeten.

Sebaliknya keterampilan yang tidak diasah lama-kelamaan akan

tumpul kemudian menghilang bersamaan dengan waktu.

Page 53: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

40

B. Kerangka Konseptual

Penelitian ini akan membahas tentang manajemen pengembangan

pendidikan keterampilan di Madrasah Aliyah. Untuk memudahkan dalam

membaca, menganalisis, dan memahami penelitian ini, maka penulis membuat

kerangka konseptual yang terdiri dari input, proses, dan output.

1. Penelitian ini merumuskan input yang meliputi; rendahnya mutu lulusan SMK/

MAPK, terbatasnya lowongan pekerjaan yang tersedia, besarnya tingkat

pengangguran pada lulusan SMK/ MAPK, lambatnya respon pemerintah

terhadap pendidikan life skill, dan manajemen pengembangan pendidikan

keterampilan yang masih belum efektif.

2. Proses yang dilakukan mengacu pada Surat Keputusan Direktur Jenderal

Pendidikan Islam Nomor 1023 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Program Keterampilan di Madrasah Aliyah yang dikombinasikan dengan fungsi

manajemen sehingga diperoleh gambaran sebagai berikut:

a. Perencanaan meliputi analisis kebutuhan masyarakat, perumusan visi dan

misi, pembuatan perangkat pembelajaran, penentuan tempat magang/PKL,

Penentuan objek kunjungan industri, dan pendanaan.

b. Pengorganisasian meliputi penetapan struktur organisasi, rekrutmen guru,

placement guru dan peserta didik, penentuan kedudukan pendidikan

keterampilan, pengaturan jadwal dan waktu pembelajaran, pengalokasian

sarana dan prasarana, dan pengembangan SDM.

c. Pelaksanaan meliputi kegiatan pembelajaran, kemitraan dengan DUDI, dan

proses kepemimpinan.

d. Pengendalian meliputi penilaian hasil belajar, uji kompetensi, sertifikasi

keahlian dan magang, dan evaluasi program sekolah.

3. Output yang diharapkan adalah terwujudnya lulusan MAPK yang terampil dan

siap bekerja.

Page 54: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

41

Input

•Rendahnya mutu lulusan SMK/ MAPK.

•Terbatasnya lowongan pekerjaan yang tersedia.

•Besarnya tingkat pengangguran pada lulusan pendidikan SMK/ MAPK.

•Lambatnya respon pemerintah terhadap pendidikan life skill.

•Belum efektifnya manajemen pengembangan program pendidikan keterampilan.

Proses

Mengacu pada SK DIrjen Pendis Nomor 1023 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Keterampilan di Madrasah Aliyah yang dikombinasikan dengan fungsi manajemen, seperti uraian di bawah ini:

•Perencanaan meliputi analisis kebutuhan masyarakat, perumusan visi dan misi, pembuatan perangkat pembelajaran, rekrutmen guru dan peserta didik, penentuan tempat magang/PKL, dan penentuan sumber dana.

•Pengorganisasian meliputi penetapan struktur organisasi, placement guru dan peserta didik, penentuan kedudukan pendidikan keterampilan, pengaturan jadwal dan waktu pembelajaran, pengalokasian sarana dan prasarana, dan pengembangan SDM.

•Pelaksanaan meliputi kegiatan pembelajaran dan kemitraan dengan DUDI.

•Pengendalian meliputi penilaian hasil belajar, uji kompetensi, sertifikasi keahlian dan magang, dan evaluasi program sekolah.

Output

•Terwujudnya lulusan MAPK yang terampil dan siap bekerja.

Page 55: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan

menyajikan analisis data secara deskriptif. Penelitian kualitatif diartikan sebagai

penelitian yang tidak mengadakan perhitungan (Moleong, 2017: 3).

B. Objek dan Subjek Penelitian

1. Objek penelitian ini adalah MAN 15 Jakarta yang menerapkan pendidikan

keterampilan vokasional.

2. Subjek penelitian adalah kepala madrasah, waka kurikulum, guru pendidikan

keterampilan, guru umum, peserta didik, orang tua, dan lulusan. Subjek

penelitian akan memberikan informasi, pendapat, data, dan saran terkait dengan

fokus penelitian.

C. Data dan Sumber Data

Data adalah keterangan yang benar dan nyata berisi informasi yang dapat

digunakan sebagai dasar kajian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

berkaitan dengan manajemen pengembangan pendidikan keterampilan vokasional

yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.

Selain itu data tentang kendala dan solusi dalam mengatasi kendala pelaksanaan

pendidikan keterampilan juga akan dikumpulkan dalam penelitian ini.

Sumber data adalah tempat memperoleh data yang meliputi PPP (Person,

Place, Paper). Dalam penelitian ini sumber data adalah orang atau dokumen yang

akan menjadi sumber informasi bagi peneliti yang terkait dengan fokus penelitian

yang diperoleh selama observasi, survei, dan wawancara. Data penelitian

bersumber dari dokumen sekolah, kepala sekolah, waka kurikulum, guru

keterampilan, guru umum, peserta didik, orang tua, dan lulusan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi

non-partisipan. Menurut Sugiyono (2017: 146) dalam observasi non-partisipan

peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti hanya

bertugas datang ke tempat yang akan diteliti akan tetapi tidak terlibat secara

langsung dalam kegiatan. Peneliti hanya mengamati kegiatan program

keterampilan di MAN 15 Jakarta untuk mendapatkan data tentang manajemen

pengembangan pendidikan keterampilan vokasional pada madrasah tersebut.

Dalam melaksanakan observasi selain mengunjungi bengkel masing-

masing keterampilan, peneliti juga menghadiri kegiatan pembelajaran di kelas

keterampilan tata busana, otomotif, dan elektro. Kehadiran peneliti dalam

kegiatan pembelajaran keterampilan di kelas merupakan salah satu usaha untuk

Page 56: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

43

mendapatkan gambaran nyata terhadap pelaksanaan program keterampilan

vokasional.

b. Wawancara

Untuk mendapatkan data yang diinginkan peneliti melakukan wawancara

dengan informan. Wawancara dilakukan dengan dua cara yaitu tanya jawab

secara langsung berhadapan secara fisik dengan informan dan tanya jawab

secara tidak langsung yakni melalui media email. Wawancara dalam penelitian

ini adalah wawancara semi terstruktur yang diajukan kepada kepala madrasah,

waka kurikulum, guru keterampilan, guru umum, peserta didik, orang tua, dan

lulusan. Wawancara semi terstruktur adalah pelaksanaan wawancara

menggunakan pedoman wawancara secara sistematis namun bersifat bebas

dalam mengajukan pertanyaan (Sugiyono, 2017: 233).

Pedoman yang digunakan dalam wawancara semi terstruktur adalah

berupa butir-butir pertanyaan yang dibuat peneliti dan disesuaikan dengan

informan serta data yang diinginkan. Peneliti membuat beberapa pertanyaan

untuk masing-masing informan sesuai dengan tugas dan jabatannya. Meskipun

demikian dalam pelaksanaannya peneliti mengemukakan pertanyaan lain sesuai

dengan perkembangan di lapangan dan tentunya masih relevan dengan fokus

penelitian. Nama-nama informan yang peneliti wawancarai adalah kepala MAN

15 Jakarta Drs. Pursidi, wakil kepala madrasah Sugiantoro, S.Pd, guru

keterampilan tata busana Dra. Wahyu Harjanti dan Dra. Sri Mei Retnowati,

MM, guru keterampilan otomotif Drs. Ahmadi Joko Mulyono, guru

keterampilan elektro Triyono Priharto, S.Pd, guru fisika Intan Retnowati M.Psi,

peserta didik Zahwa Zoya Alfiah, M. Rizal dan Ahmad Syafi’i, lulusan Rizki

dan Arief, orang tua Suhardi.

c. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini untuk melengkapi data tentang

manajemen pengembangan pendidikan keterampilan. Secara garis besar

dokumen dibagi menjadi dua, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi

(Moleong, 2017: 216). Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan

seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya

(Moleong, 2017: 217). Dokumen pribadi dapat berupa autobiografi, surat

pribadi, dan buku harian. Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan

dokumen eksternal (Moleong, 2017 219). Dokumen internal berupa memo,

pengumuman, instruksi, dan aturan suatu lembaga masyarakat. Sedangkan

dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu

lembaga sosial (Moleong, 2017: 219) seperti majalah, buletin, dan berita yang

disiarkan pada media massa.

Tabel 3.1

Instrumen Pengumpulan Data Penelitian

No Komponen Indikator Bentuk

Pengumpulan

Data

Sumber Data

1 Profil sekolah:

Sejarah berdirinya

a. Sejarah

berdirinya

Observasi

Kepala

sekolah

Page 57: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

44

sekolah, sejarah

pendidikan

keterampilan, visi

dan misi sekolah,

kurikulum, data

guru dan tenaga

kependidikan,

data peserta didik

dan lulusan

sekolah

b. Sejarah

pendidikan

keterampilan

c. Visi dan misi

sekolah

d. Kurikulum

pendidikan

keterampilan

e. Data guru dan

tenaga

kependidikan

f. Data peserta

didik dan lulusan

Studi

dokumentasi

Wawancara

Wakil kepala

sekolah

Guru

keterampilan

2 Perencanaan a. Analisis

kebutuhan

peserta didik.

b. Merumuskan visi

dan misi sekolah.

c. Membuat

perangkat

pembelajaran.

d. Menentukan

objek kunjungan

industri

e. Menentukan

tampat PKL

f. Menentukan

sumber dana. .

Studi

dokumentasi

Wawancara

Kepala

sekolah

Wakil kepala

sekolah

Guru

keterampilan

2 Pengorganisasian a. Mengalokasikan

sumber daya

sekolah.

b. Membentuk

struktur

organisasi.

c. Melakukan

perekrutan guru,

pembantu

instruktur, dan

peserta didik.

d. Pengembangan

mutu guru

e. Melakukan

penempatan

sumber daya

manusia pada

posisi yang tepat.

Wawancara

Studi

dokumentasi

Kepala

sekolah

Wakil kepala

sekolah

Guru

keterampilan

4 Pelaksanaan a. Melakukan Wawancara Kepala

Page 58: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

45

kegiatan

pembelajaran di

kelas.

b. Mengimplementa

sikan proses

kepemimpinan.

c. Memberikan

motivasi

Studi

dokumentasi

sekolah

Wakil kepala

sekolah

Guru

keterampilan

5 Pengendalian a. Melakukan

penilaian hasil

belajar.

b. Melakukan uji

kompetensi

c. Melakukan

sertifikasi

keahlian dan PKL

d. Melakukan

evaluasi program

keterampilan.

e. Mengidentifikasi

kendala dalam

pelaksanaan

program

keterampilan.

f. Mengukur

keberhasilan

program

pendidikan

keterampilan.

Wawancara

Studi

dokumentasi

Kepala

sekolah

Wakil kepala

sekolah

Guru

keterampilan

E. Teknik Analisis Data

a. Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data yang sesuai dengan fokus

penelitian dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah itu data

diedit dan dipilah-pilah kemudian dianalisis secara deskriptif.

b. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono,

2017: 247). Pada tahap ini peneliti menyeleksi, menyederhanakan, dan

merangkum data yang didapatkan dari lapangan dan disusun secara sistematis

dalam bentuk uraian dan laporan agar mudah dipahami.

c. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya

(Sugiyono, 2017: 249). Penyajian data yang paling sering digunakan dalam

penelitian kualitatif adalah berupa teks yang bersifat naratif. Pada tahap ini,

Page 59: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

46

peneliti menyajikan data yang sudah direduksi berbentuk uraian singkat, bagan,

dan diskripsi yang menyeluruh pada aspek yang diteliti.

d. Simpulan atau Verifikasi

Pada tahapan ini, peneliti menyimpulkan data yang telah diperoleh dan

bersifat sementara. Karena, data tersebut akan berubah apabila peneliti

menemukan data lain yang lebih kuat. Pada tahap ini, peneliti juga mencari

makna data yang telah terkumpul dengan mencari pola, tema hubungan,

persamaan atau hipotesis dari hasil data di lapangan.

F. Pengecekan Keabsahan Data

a. Validitas Internal (Credibility)

1) Memperpanjang Masa Observasi

Pada tahap ini peneliti berupaya memperpanjang keikutsertaan dan

melibatkan diri dalam komunitas sekolah dan menambah waktu

keterlibatan dalam kegiatan sekolah sampai data yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan.

2) Ketekunan Pengamatan

Pada tahap ini peneliti mencermati data di lapangan secara rinci dan

mendalam. Tahapan ini membantu peneliti mencermati data mana yang

harus diamati dan data mana yang tidak perlu diamati.

3) Triangulasi

Pada tahap ini peneliti membandingkan hasil pengamatan pertama

dengan pengamatan berikutnya, melakukan pengujian temuan dengan

menggunakan berbagai sumber informasi.

4) Pemeriksaan Sejawat

Pada tahap ini peneliti mendiskusikan hasil data dengan orang lain

yang memiliki pemahaman terhadap penelitian yang sedang dilakukan,

sehingga peneliti mendapatkan masukan dan saran.

5) Kecukupan Referensial

Pada tahap ini peneliti mengajukan kritik internal terhadap temuan

penelitian. Berbagai bahan digunakan sebagai pembanding dan

mempertajam analisa data untuk mendukung penelitian.

6) Kajian Kasus Negatif

Peneliti menelaah lebih cermat terhadap kasus-kasus yang

menyimpang untuk menelaah kasus-kasus yang saling bertentangan

dengan maksud menghaluskan simpulan.

7) Mengadakan Member Check

Peneliti melakukan teknik ini agar informasi yang diperoleh dan

yang akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang

dimaksud informan dan key informan. Peneliti melakukan member check

di akhir wawancara dengan cara mengulangi jawaban atau pandangan

responden secara garis besar.

b. Validitas Eksternal (Transferability)

Pada tahap ini peneliti melaporkan hasil penelitian secara rinci, cermat dan

selengkap mungkin tentang konteks dan pokok permasalahan yang diperlukan

pembaca, sehingga pembaca dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh.

c. Dependability

Page 60: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

47

Pada tahap ini peneliti berupaya melakukan penelusuran hasil penelitian

dan proses penelitian untuk menentukan apakah temuan-temuan sesuai dengan

hasil di lapangan.

d. Confirmability

Dalam penelitian ini, teknik ini dilakukan bersamaan dengan

dependability. Perbedaannya, pada tahap ini peneliti melakukan pengauditan

konfirmabilitas untuk meneliti hasil (produk) penelitian, sedangkan

dependabilitas untuk menilai proses yang dilalui peneliti. Cara yang dapat

dilakukan adalah dengan meminta bantuan kepada dosen pembimbing untuk

mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam penelitian.

Page 61: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

48

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan

1. Gambaran Umum MAN 15 Jakarta

a. Sejarah

Madrasah Aliyah Negeri 15 Jakarta merupakan lembaga pendidikan

tingkat atas yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) berciri

khas Islam di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia.

MAN 15 Jakarta beralamat di jalan Inayah no. 24 RT. 03/08 kelurahan

Kelapa Dua Wetan kecamatan Ciracas kota Jakarta Timur dengan kode

pos 13730.

Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh, MAN 15 Jakarta pada

mulanya adalah kelas jauh dari MAN 2 Jakarta. MAN 2 Jakarta adalah

MAN reguler yang didirikan pada tahun 1960. Sejarah mencatat bahwa

pada tahun 1960 berdirilah Pendidikan Pegawai Urusan dan Peradilan

Agama Negeri (PPUPAN) yang berlokasi di Mampang Prapatan.

PPUPAN inilah yang nantinya akan menjadi cikal bakal lahirnya MAN 2

Jakarta. Tahun 1968 PPUPAN mengalami relokasi ke Pondok Pinang dan

tahun 1978 PPUPAN mengalami perubahan nama menjadi MAN 2

Pondok Pinang Jakarta Selatan.

MAN 2 Jakarta mengalami relokasi ke Cijantung Jakarta Timur

tepatnya di komplek Yayasan masjid PB. Soedirman pada tahun 1981.

Selanjutnya pada tahun 1991 MAN 2 Jakarta kembali mengalami relokasi

dari Cijantung Jakarta Timur ke jalan Penganten Ali no. 112 Ciracas

Jakarta Timur. Dalam perkembangannya MAN 2 Jakarta semakin banyak

diminati oleh masyarakat, sehingga tahun 1994 dilakukan penambahan

lokal dengan membangun gedung di Kepala Dua Wetan di atas tanah

seluas 4761 m². Selanjutnya MAN 2 Jakarta di Kelapa Dua Wetan dikenal

dengan MAN 2 Jakarta Kampus B.

Tabel 4.1

Identitas MAN 15 Jakarta

Komponen Deskripsi

Nama Sekolah MAN 15 Jakarta

NPSN 20177958

Alamat Jl. Inayah RT. 003/08 No. 24

Kelurahan Kelapa Dua Wetan

Kecamatan Ciracas

Kabupaten/Kota Jakarta Timur

Provinsi DKI Jakarta

Kode Pos 13730

Status Sekolah Negeri

Page 62: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

49

Akreditasi A

Nomor Telepon/Fax (021) 8707688

Web man15jkt.sch.id

Email [email protected]

Jenis Gedung Permanen

Tahun Didirikan 1994

Status Tanah Milik Sendiri

Luas Tanah 4761 m2

Sumber: Dokumen Sekolah

b. Visi dan Misi

Peneliti mendapatkan informasi yang berasal dari dokumen profil

sekolah bahwa visi dan misi MAN 15 Jakarta dibuat sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini dengan tanpa

meninggalkan ciri khas utama sekolah.

Visi MAN 15 Jakarta ”Terbentuknya Pribadi yang Berakhlakul

Karimah, Cerdas, Terampil, dan Kompetitif”.

Indikator Visi:

1) Terciptanya lingkungan madrasah yang Islami dan kondusif untuk

proses pembelajaran.

2) Terselenggaranya proses pembelajaran aktif, inovatif, kreatif &

menyenangkan.

3) Terwujudnya lulusan yang cerdas, kompetitif dan berakhlakul

kharimah.

4) Terlaksananya pengembangan kurikulum yang adaptif dan berwawasan

IPTEK.

5) Terlaksananya Manajemen Berbasis Madrasah (MBM).

Misi MAN 15 Jakarta adalah:

1) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

2) Meningkatkan mutu pembelajaran aktif, inovatif, kreatif.

3) Mengembangkan kurikulum berbasis karakter yang meliputi karakter

kerja, belajar dan akhlak mulia.

4) Meningkatkan dan mengembangkan potensi dan profesionalitas tenaga

pendidik dan tenaga kependidikan.

5) Mengembangkan pendidikan keterampilan yang meliputi keterampilan

otomotif, elektro, dan tata busana.

6) Menciptakan lingkungan madrasah yang religius, bersih, sehat, aman,

tertib, indah dan kekeluargaan.

7) Menghasilkan lulusan yang siap berkompetisi memasuki Perguruan

Tinggi dan dunia kerja.

c. Data Pendidik, Tenaga Kependidikan, Peserta Didik, dan Lulusan

Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Data yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa tenaga pendidik dan

tenaga kependidikan di MAN 15 Jakarta tahun 2018/2019 adalah:

Page 63: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

50

Tabel 4.2

Jumlah Guru dan Tenaga Kependidikan

PNS Honor Jumlah

Pendidik 27 12 39

Tenaga Kependidikan 9 12 21

Jumlah 36 24 60

Sumber: Dokumen Sekolah

Data Peserta Didik

Jumlah peserta didik MAN 15 Jakarta pada tahun pelajaran 2018/2019

adalah 600 orang.

Tabel 4.3

Jumlah Peserta Didik

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Rombel

Kelas X 85 95 180 5

Kelas XI 103 119 222 7

Kelas XII 63 135 198 6

Jumlah 251 349 600 18

Sumber: Dokumen Sekolah

Jumlah peserta didik pendidikan keterampilan tahun pelajaran 2018/2019

Tabel 4.4

Jumlah Peserta Didik Sesuai Jenis Keterampilan

Kelas Tata Busana Elektro Otomotif Jumlah

Kelas X 70 48 62 180

Kelas XI 107 65 50 222

Kelas XII 112 50 36 198

Jumlah 289 163 148 600

Sumber: Dokumen Sekolah

Tabel 4.5

Jumlah Lulusan yang Melanjutkan Pendidikan ke PTN

Tahun

Pelajaran

Jumlah

Lulusan

Diterima

di PTN

Diterima

di PTS

Langsung

Kerja

Persentase

Lulusan

Langsung

Kerja

2015/2016 149 13 46 90 60%

2016/2017 128 20 53 55 43%

2017/2018 128 33 50 45 35%

Sumber: Dokumen Sekolah

Page 64: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

51

d. Sejarah Pendidikan Keterampilan

Secara geografis MAN 2 Jakarta Kampus B bertempat di lokasi yang

strategis dan mudah dijangkau baik dengan kendaraan umum maupun

kendaraan pribadi. Selain itu MAN 2 Jakarta Kampus B berada di tengah

perkampungan yang tidak terlalu padat penduduknya dengan tingkat

perekonomian menengah dan budaya penduduknya yang heterogen.

Kelebihan lain yang dimiliki MAN 2 Jakarta Kampus B adalah berada di

wilayah yang dekat dengan industri-industri besar dan pusat-pusat

perbelanjaan.

Pada mulanya MAN 2 Jakarta Kampus B hanya digunakan untuk

kegiatan pembelajaran kelas X program reguler. Kemudian pada tahun

1994 MAN 2 Jakarta Kampus B mendapat bantuan penambahan gedung

untuk workshop Tata Busana, AC Kulkas, dan Otomotif dari Islamic

Development Bank (IDB) yang bekerjasama dengan Kementerian Agama

Republik Indonesia.

Selanjutnya tahun 1996 MAN 2 Jakarta Kampus B mendapat bantuan

seperangkat peralatan tata busana. Sejak saat inilah pendidikan

keterampilan mulai dibuka sebagai program tambahan bagi peserta didik

kelas XI dan XII yang memenuhi kualifikasi yang ditentukan sekolah.

Kualifikasi itu adalah peserta didik harus memiliki nilai akademik tinggi

dan tidak melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Pada waktu itu

kelas keterampilan hanya diisi oleh peserta didik sebanyak 20 orang.

MAN 2 Jakarta Kampus B pada tahun 2000/2001 kembali mendapat

bantuan berupa alat-alat keterampilan Otomotif dan AC Kulkas. Tak ingin

membuang waktu lebih banyak lagi, MAN 2 Jakarta Kampus B langsung

memanfaatkan alat-alat keterampilan tersebut dengan membuka program

keterampilan Otomotif dan AC Kulkas pada tahun pelajaran yang sama.

Pendidikan keterampilan Otomotif dan AC Kulkas diberikan kepada

peserta didik kelas XI dan XII. Ada beberapa kendala yang dihadapi MAN

2 Jakarta Kampus B dalam melaksanakan pendidikan keterampilan,

diantaranya adalah:

1) Waktu: pendidikan keterampilan dilakukan pada siang hari setelah

pembelajaran di kelas reguler selesai, sehingga kondisi peserta didik

tidak dalam keadaan prima untuk menerima pendidikan. Keadaan

inilah yang membuat pembelajaran keterampilan berjalan kurang

efektif.

2) Tempat: jarak kampus A program reguler yang terletak di Ciracas

dengan kampus B program keterampilan di Kelapa Dua Wetan cukup

jauh, sehingga peserta didik merasa terbebani dengan biaya transport

tambahan.

Pendidikan keterampilan di MAN 2 Jakarta Kampus B mengalami

perkembangan yang cukup baik. Perkembangan ini ditandai dengan

diwajibkannya seluruh peserta didik MAN 2 Jakarta Kampus B untuk

Page 65: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

52

mengikuti pendidikan keterampilan pada tahun 2001/2002. Sedangkan

untuk waktu pembelajaran dilaksanakan setelah pembelajaran di kelas

reguler selesai.

Melihat perkembangan pendidikan keterampilan di MAN 2 Jakarta

Kampus B yang signifikan, masyarakat mulai mengenal sekolah ini

dengan sebutan MAN 2 PK (Madrasah Aliyah Negeri 2 Program

Keterampilan). Respon orang tua dan masyarakat terhadap pendidikan

keterampilan di sekolah ini sangatlah baik. Bahkan pada tahun 2002/2003

MAN 2 Jakarta Kampus B membuka satu program keterampilan yang baru

yaitu Komputer Desain Grafis. Program ini murni dibiayai oleh orang tua

tanpa bantuan dari pemerintah.

MAN 2 Jakarta Kampus B berusaha untuk melakukan inovasi terhadap

pendidikan keterampilan. Pada tahun 2003 pendidikan keterampilan yang

semula berstatus sebagai kegiatan ekstrakurikuler diubah menjadi kegiatan

intrakurikuler. Jam belajar pendidikan keterampilan pun dimasukkan pada

jam belajar efektif dengan uraian sebagai berikut:

1) Senin dan Selasa untuk kelas X

2) Rabu dan Kamis untuk kelas XI

3) Jum’at untuk kelas XII

Program pendidikan keterampilan MAN 2 Jakarta Kampus B semakin

tenar. Program ini menjadi daya pikat tersendiri bagi masyarakat sekitar

untuk menitipkan anaknya belajar di MAN 2 Jakarta Kampus B. Tahun

2004/2005 MAN 2 Jakarta Kampus B kembali melakukan inovasi dengan

melakukan kunjungan industri untuk peserta didik kelas X, program

magang/PKL (Praktik Kerja Lapangan) untuk peserta didik kelas XI, dan

uji kompetensi untuk peserta didik kelas XII.

Inovasi-inovasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

sertifikasi keahlian dari instansi terkait yaitu BLK (Balai Latihan Kerja)

Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Tujuan lain yang

diharapkan adalah untuk mendapatkan pengakuan mutu dari DUDI.

Sertifikat keterampilan yang didapatkan peserta didik diharapkan bisa

menjadi bekal yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah.

MAN 2 Jakarta Kampus B resmi dinegerikan menjadi MAN 15 Jakarta

pada bulan Maret 2009 melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Agama

Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2009. Sejak inilah MAN 2 Jakarta

Kampus B resmi berganti nama menjadi MAN 15 Jakarta dan program

pendidikan keterampilan menjadi program unggulan.

2. Kondisi kekinian pendidikan keterampilan di MAN 15 Jakarta

Tiga keterampilan yang dikembangkan oleh MAN 15 Jakarta sejak tahun

1996 hingga sekarang terdiri dari keterampilan tata busana, elektro, dan

otomotif mengalami pasang surut. Motivasi dan kreatifitas pemimpin menjadi

Page 66: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

53

salah satu faktor internal yang sangat menentukan kemajuan pendidikan

keterampilan.

600 peserta didik belajar di MAN 15 Jakarta dengan latar belakang

ekonomi yang variatif. Namun jika diklasifikasikan secara umum kondisi

perekonomian orang tua di MAN 15 Jakarta berada pada tingkat menengah ke

bawah (Sugiantoro, 15 April 2019). Sebanyak 146 peserta didik MAN 15

Jakarta termasuk penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Kondisi perekonomian orang tua tentu saja berpengaruh terhadap kegiatan

yang akan dilakukan peserta didik MAN 15 Jakarta setelah masa belajarnya

selesai. Apakah lulusan akan melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi

(PT) atau langsung bekerja. Untuk mengetahui hal tersebut sekolah

menyebarkan angket kepada peserta didik kelas XII. Berdasarkan hasil angket

tersebut dapat diketahui bahwa sekitar 40% peserta didik berencana langsung

kerja dan 60% lainnya melanjutkan pendidikan ke PT.

Angka 40% bukanlah angka yang kecil, jika dihitung dari jumlah peserta

didik kelas XII saja ada sekitar 80 orang. Itu artinya 80 lulusan MAN 15

Jakarta berkeinginan untuk langsung bekerja setelah masa belajarnya selesai.

Di sinilah pendidikan keterampilan akan menunjukkan fungsinya, apakah

pendidikan keterampilan bisa menjadi bekal yang cukup bagi lulusan untuk

mendapatkan pekerjaan atau tidak.

Bagi peserta didik yang masuk pada kriteria 60% pendidikan keterampilan

diakui mampu mengantarkan lulusan MAN 15 Jakarta diterima di berbagai PT

negeri dan swasta di Jakarta, diantaranya adalah Universitas Negeri Jakarta

(UNJ), Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), Politekik Media Kreatif, UIN Jakarta,

dan Unindra. PNJ dan Politeknik Media Kreatif setiap tahunnya mengirimkan

undangan ke MAN 15 Jakarta (Intan, 03 Mei 2019). Intan menuturkan banyak

lulusan MAN 15 Jakarta yang kuliah di Politenik Media Kreatif dan PNJ baik

melalui jalur test ataupun undangan. Selain itu mereka juga mampu mencetak

prestasi sehingga nama MAN 15 Jakarta di PNJ sudah bagus.

Keberadaan pendidikan keterampilan sejak tahun 1996 hingga sekarang

belum mampu menyumbangkan prestasi untuk sekolah. Pendidikan

keterampilan ini bisa dikatakan masih kering prestasi. Menurut Tri (15 Maret

2019) keadaan ini terjadi karena setiap MAPK memiliki jenis keterampilan

yang berbeda satu sama lain. 3 MAPK yang ada di wilayah DKI Jakarta saja

memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Hal ini dapat mempersempit

peluang untuk diselenggarakannya kompetisi bidang keterampilan. Selain itu

guru-guru keterampilan merasa kesulitan untuk mencari kompetisi yang

mengusung tema keterampilan vokasional di wilayah DKI Jakarta. Di bawah

ini akan diuraikan nama-nama MA di DKI Jakarta yang menyelenggarakan

pendidikan keterampilan:

Page 67: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

54

Tabel 4.6

Daftar MAN Penyelenggara Keterampilan di Jakarta

Nama

Madrasah

Jenis Keterampilan

Tata

Busana

Tata

Boga

Otomotif Elektro Mebelair Elektronik

Komputer

MAN 8

Jakarta

- - -

MAN 13

Jakarta

- - -

MAN 15

Jakarta

- - -

Meskipun demikian menurut Intan sebagai koordinator Karya Ilmiah

Remaja (KIR) menjelaskan beberapa kali peserta didik MAN 15 Jakarta

mengikuti lomba rekayasa teknologi karya ilmiah dan berhasil menjadi juara.

Pembimbing lomba ini adalah guru keterampilan elektro karena materi lomba

banyak berhubungan dengan kelistrikan dan peserta lomba adalah peserta

didik di kelas keterampilan elektro. Intan menyebutkan dirinya juga pernah

menjadi pembimbing lomba alat peraga fisika yang diselenggarakan oleh UIN

Jakarta. Desain alat peraga yang akan dibuat oleh peserta lomba sarat dengan

macam-macam teknik elektro. Sadar dengan keterbatasan yang dimilikinya

Intan meminta peserta lomba untuk berkonsultasi secara langsung dengan guru

keterampilan elektro. Dari 4 tim yang dikirim untuk mengikuti lomba, 2 tim

berhasil meraih juara 1 dan 2 dalam kompetisi yang sama. Sejak inilah MAN

15 Jakarta selalu mendapatkan undangan dari pihak penyelenggara lomba alat

peraga fisika.

Sejarah mencatat bahwa pada tahun 2015 keterampilan MAN 15 Jakarta

mendapatkan suntikan dana sebesar 500 juta dari Kementerian Agama RI.

Dana ini digunakan untuk penambahan alat-alat baru, sehingga pembelajaran

bisa dilakukan lebih baik lagi. Menurut Sugiantoro (15 April 2019) pemberian

dana 500 juta ini cukup signifikan untuk mengupgrade sarana dan prasarana

keterampilan.

Selain berusaha menambah sarana dan prasarana, sekolah juga berupaya

untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu guru pendidikan keterampilan

dengan cara mengirimkan guru-guru keterampilan mengikuti seminar,

workshop, dan pelatihan. Pengiriman guru-guru keterampilan pada kegiatan

tersebut sangat bergantung pada undangan yang diterima sekolah. Kegiatan

seperti ini masih sangat jarang diadakan oleh pemerintah.

Pada tahun 2017 sekolah mengirimkan 2 orang guru keterampilan untuk

mengikuti pelatihan sebagai asesor LSP di Surabaya (Tri, 15 Maret 2019). Di

akhir pelatihan peserta akan mengikuti uji kompetensi kelayakan sebagai

asesor. Peserta yang lulus uji kompetensi akan dinyatakan layak sebagai asesor

LSP dan diberikan sertifikat. Dengan adanya guru keterampilan yang sudah

memiliki sertifikat asesor membuka peluang bagi MAN 15 Jakarta untuk

melakukan uji kompetensi secara mandiri. Akan tetapi ada persyaratan lain

Page 68: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

55

yang harus dipenuhi sekolah sebelum mengadakan uji kompetensi mandiri

yaitu harus mendirikan Lembaga Sertifkasi Profesi (LSP) terlebih dahulu.

Kepala MAN 15 Jakarta mengatakan LSP ini akan kita buat tahun ini (Pursidi,

15 April 2019). Menurut Sugiantoro (15 April 2019) saat ini sekolah sedang

mempersiapkan admininstrasi untuk pembukaan LSP di MAN 15 Jakarta.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari Sugiantoro (15 April

2019) pada tahun 2018 pejabat Kementerian Agama RI bersama dengan tim

melakukan kunjungan ke MAN 15 Jakarta. Kunjungan ini pada mulanya

bertujuan untuk meninjau kondisi sekolah terkait dengan adanya keinginan

Kementerian Agama untuk mengubah status MAN 15 Jakarta dari MA

penyelenggara keterampilan menjadi MAN Kejuruan (MAK). Akan tetapi niat

ini dibatalkan karena luas tanah yang terdapat di MAN 15 Jakarta tidak

memenuhi syarat. Selain itu guru-guru umum tidak mendukung adanya

gagasan tersebut. Waktu itu sempat heboh karena guru-guru umum seperti

guru Biologi, Kimia, Fisika otomatis akan terlempar (Sugiantoro, 15 April

2019).

Keinginan Kementerian Agama untuk meningkatkan mutu pendidikan

keterampilan di MAN 15 Jakarta sangatlah besar. Keseriusan Kementerian

Agama ini tampak dari upayanya dalam memberikan bantuan dengan nilai

yang fantastis. Dengan menggandeng SBSN (Surat Berharga Syariah Negara)

Kementerian Agama menggelontorkan dana sebesar 5 milyar 14 juta rupiah

untuk membangun gedung workshop keterampilan. Rencananya gedung ini

akan dibangun 3 lantai sesuai dengan 3 macam keterampilan yang ada di

MAN 15 Jakarta. Saat ini kondisi gedung workshop otomotif sudah

dirobohkan dan akan segera dibangun gedung baru di atas tanah yang sama.

Desain gedung 3 lantai ini juga akan dilengkapi dengan ruang uji, sekretariat

LSP, dan ruang guru keterampilan.

3. Kendala Pendidikan Keterampilan di MAN 15 Jakarta

Selama lebih dari dua dekade implementasi pendidikan keterampilan di

MAN 15 Jakarta menemui berbagai kendala, yaitu:

a. Perubahan kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah adakalanya berubah bersamaan dengan

pergantian pejabat/pemegang kekuasaan. Hal ini juga terjadi di dunia

pendidikan. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah DKI Jakarta

terhadap BLK memberikan dampak yang besar bagi pendidikan

keterampilan di MAN 15 Jakarta. Kebijakan baru tersebut adalah adanya

larangan bagi BLK untuk memberikan sertifikat keahlian kepada madrasah

(Pursidi, 15 April 2019). Ditetapkannya kebijakan ini membuat pendidikan

keterampilan di MAN 15 Jakarta menjadi terhambat.

b. Perubahan kurikulum

Perubahan kurikulum mengakibatkan jam belajar peserta didik

menjadi lebih panjang karena beban belajar dan mata pelajaran yang harus

dipelajari juga semakin banyak. Guru-guru keterampilan merasa bahwa

jam belajar keterampilan yang berkurang berpotensi membuat peserta

didik kurang mumpuni dalam pendidikan keterampilan (Mei, 11 April

2019).

Page 69: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

56

c. Keterlambatan pemerintah dalam menerbitkan peraturan yang menjadi

pedoman bagi pendidikan keterampilan di MA.

Pendidikan keterampilan yang sudah berlangsung sejak tahun

1996 tidak mendapatkan respon yang cepat dari pemerintah. Pemerintah

terkesan cuci tangan dan mengabaikan keberadaan pendidikan

keterampilan di MA. Setelah mendatangkan berbagai macam peralatan

keterampilan ke sekolah kontrol pemerintah tidak lagi terlihat. Keadaan ini

seperti memperlihatkan seolah-olah pendidikan keterampilan adalah

program internal yang digagas sendiri oleh sekolah dan tidak ada

hubungannya dengan pemerintah.

d. Pergantian kepala sekolah yang berimbas pada perubahan kebijakan

internal sekolah.

Istilah “ganti kepala sekolah berarti ganti kebijakan” sering kali

terdengar di dunia pendidikan. Istilah ini tidak selamanya benar, namun

juga tidak selalu salah. Setiap pemimpin/kepala sekolah memiliki gayanya

masing-masing dan visi yang berbeda-beda. Namun perlu diperhatikan

bahwa kebijakan yang ditetapkan kepala sekolah akan berdampak pada

warga sekolah dan juga program-program sekolah.

e. Biaya operasional yang kurang memadai.

Pendidikan di MAN 15 Jakarta murni dibiayai oleh pemerintah

yang artinya penggunaan anggaran pun harus sesuai dengan aturan

pemerintah. Tidak semua kebutuhan pendidikan keterampilan bisa

diakomodir oleh dana pendidikan yang bersumber dari pemerintah.

Keadaan ini mendorong guru agar lebih inovatif dan berusaha memenuhi

segala keperluan pendidikan dengan melibatkan orang tua peserta didik

secara langsung.

f. Tidak adanya toolman

Pembelajaran keterampilan yang menggunakan banyak alat

menuntut guru keterampilan bertindak lebih cekatan. Guru keterampilan

harus mempersiapkan berbagai alat dan bahan keterampilan sebelum

pembelajaran dan merapikannya kembali setelah pembelajaran. Selan itu

bila terjadi kerusakan alat maka guru keterampilan juga harus beralih

fungsi menjadi teknisi (Wahyu, 05 April 2019). Peran ganda yang harus

dijalankan guru keterampilan menjadi kendala tersendiri bagi guru-guru

keterampilan.

g. Keterlambatan peserta didik datang ke workshop keterampilan

Sebagai lembaga formal MAN 15 Jakarta berkewajiban untuk

mengimplementasikan kurikulum nasional yang memuat berbagai mata

pelajaran. Umumnya dalam menyampaikan materi pelajaran guru juga

akan melengkapinya dengan tugas dan seorang peserta didik diharuskan

untuk menyelesaikan tugas dalam kurun waktu tertentu. Alasan inilah

yang menjadi sebab keterlambatan peserta didik datang ke workshop

keterampilan. Pernyataan ini dikemukakan oleh Joko (03 Mei 2019)

sebagai salah satu kendala dalam mengajar keterampilan.

Page 70: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

57

4. Perencanaan pendidikan keterampilan vokasional

Dalam rangka melaksanakan fungsi manajemen MAN 15 Jakarta membuat

perencanaan dalam setiap program dan kegiatan sekolah. Sebagai salah satu

program sekolah, pendidikan keterampilan juga membuat perencanaan demi

tercapainya tujuan sekolah dengan maksimal. Perencanaan pendidikan

keterampilan di MAN 15 Jakarta meliputi:

a. Analisis kebutuhan masyarakat sekitar.

Menurut Triyono (15 Maret 2019) kondisi kota Jakarta yang panas

dan masyarakat banyak yang memiliki alat-alat pendingin seperti AC dan

kulkas menjadi salah satu alasan MAN 15 Jakarta memilih

mengembangkan keterampilan elektro reparasi AC/kulkas. Selain itu

pemilihan ini merupakan arahan dari konsultan yang ditunjuk oleh

Kementerian Agama RI dan IDB untuk menentukan jenis keterampilan

yang cocok dengan lingkungan di sekitar sekolah (Triyono, 15 Maret

2019). Pernyataan ini didukung oleh Mei (11 April 2019) yang

menyebutkan bahwa jenis keterampilan yang dikembangkan oleh MAN 15

Jakarta merupakan hasil kesepakatan dari IDB dengan Kementerian

Agama RI pada awal pembukaan program keterampilan.

Tahun 2002/2003 terjadi penambahan keterampilan di MAN 15

Jakarta, yaitu desain grafis. Keterampilan ini didirikan atas dasar

permintaan orang tua. Sebagai pihak penyelenggara pendidikan, sekolah

menyambut baik dan berupaya untuk menanggapi antusiasme orang tua

yang begitu besar secara positif. Sebelum menambah jenis keterampilan

baru, sekolah mempertimbangkan usulan orang tua dengan melakukan

analisis dan observasi lapangan. Memang kala itu respon masyarakat

terhadap komputer begitu besar. Komputer sudah mengalami

perkembangan yang begitu besar dan dirasakan mulai membumi. Keadaan

ini berbeda dengan tahun 1990an yang menunjukkan bahwa komputer

merupakan barang mahal yang tidak bisa dijumpai di sembarang tempat.

Realita inilah yang mendorong MAN 15 Jakarta untuk

mengimplementasikan permintaan orang tua.

Berbagai persiapan dilakukan, mulai dari penyediaan ruangan,

media pembelajaran, kurikulum dan perangkat pembelajaran, hingga guru

yang akan mengajar keterampilan desain grafis. Tentunya bukan hal yang

mudah untuk membuka jenis keterampilan baru di sekolah. Dengan usaha

dan kerja keras pimpinan, guru, tenaga kependidikan, dan orang tua

keterampilan desain grafis akhirnya bisa diselenggarakan di MAN 15

Jakarta.

b. Perumusan visi dan misi sekolah.

Keberadaan pendidikan keterampilan sebenarnya bukan inisiatif

sekolah sendiri, melainkan hasil penunjukan dari Kementerian Agama

(Joko, 03 Mei 2019). Penunjukan MAN 15 Jakarta sebagai MA

penyelenggara keterampilan oleh pemerintah berdampak terhadap

perumusan visi dan misi sekolah. Berbeda dengan MA reguler biasa

rumusan visi dan misi MAN 15 Jakarta menggambarkan adanya program

keterampilan yang sedang dikembangkan. Visi MAN 15 Jakarta yang

berbunyi “Terbentuknya Pribadi yang Berakhlakul Karimah, Cerdas,

Page 71: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

58

Terampil, dan Kompetitif” menjadi bukti bahwa pendidikan keterampilan

menjadi salah satu program penting di sekolah ini. Selain tersurat dalam

visi pendidikan keterampilan juga tertulis dalam misi sekolah. Misi yang

berhubungan langsung dengan pendidikan keterampilan adalah

“mengembangkan pendidikan keterampilan yang meliputi keterampilan

otomotif, elektro, dan tata busana dan menghasilkan lulusan yang siap

berkompetisi memasuki Perguruan Tinggi dan dunia kerja”.

Visi dan misi sekolah merupakan gambaran karakteristik sekolah.

Segala hal yang termaktub dalam visi dan misi harus dibuktikan dengan

berbagai kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh seluruh warga

sekolah. Banyaknya sekolah yang berada di wilayah Indonesia

mengharuskan masing-masing sekolah memiliki daya pembeda antara

sekolah satu dan lainnya. Visi dan misi sekolah bisa menjadi pembeda

yang cukup efektif dimata masyarakat.

Keseriusan MAN 15 Jakarta dalam mengembangkan pendidikan

keterampilan juga dibuktikan dengan pembuatan logo khusus sekolah yang

bertuliskan kata “Program Keterampilan”. Logo ini dipakai bersamaan

dengan logo Kementerian Agama pada kegiatan sekolah maupun di

jejaring sosial milik MAN 15 Jakarta. Berikut adalah gambar logo khusus

yang dimiliki MAN 15 Jakarta:

Gambar 4.1

Logo Khusus MAN 15 Jakarta

Sumber: Dokumen Sekolah

c. Pembuatan perangkat pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru hendaknya

membuat perangkat pembelajaran terlebih dahulu. Perangkat pembelajaran

terdiri dari program tahunan, program semester, RPP, job sheet, media

pembelajaran, dan kriteria belajar minimal. Perangkat pembelajaran dibuat

sesuai dengan aturan kurikulum 2013 dan kalender akademik. Pembuatan

perangkat pembelajaran dilakukan setiap satu tahun sekali. Sebelum

ditandatangani kepala sekolah perangkat pembelajaran terlebih dahulu

diperiksa oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum.

Pembuatan perangkat pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru-

guru keterampilan saja. Setiap guru wajib membuat perangkat

pembelajaran sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran di kelas. Bentuk kesiapan guru dalam mengajar bisa dilihat

dari kelengkapan administrasi yang dimilikinya. Untuk menciptakan

Page 72: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

59

perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kaidah, MAN 15 Jakarta

mengadakan kegiatan pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran untuk

guru-guru dengan mengundang narasumber yang recommended dan

berskala nasional.

Sebagai program tambahan pendidikan keterampilan pada awalnya

tidak memiliki kurikulum secara formal. Perangkat keterampilan memang

sudah didatangkan, namun pemerintah tidak melengkapinya dengan

kurikulum. Kondisi ini sempat membuat MAN 15 Jakarta kebingungan

akan jati dirinya (Pursidi, 12 April 2019). Melihat ketimpangan yang

terjadi guru-guru keterampilan berinisiatif untuk merumuskan kurikulum

keterampilan melalui forum MGMP keterampilan seDKI Jakarta.

Kurikulum keterampilan yang dihasilkan melalui forum MGMP

disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan lingkungan madrasah.

Akan tetapi tidak semua kurikulum keterampilan didesain dalam forum

MGMP, ada juga kurikulum keterampilan yang didesain mandiri oleh guru

keterampilan yaitu jenis keterampilan yang hanya terdapat pada satu

sekolah saja. Kurikulum inilah yang menjadi pedoman bagi guru-guru

keterampilan untuk memulai pembelajaran di kelas.

d. Penentuan objek kunjungan industri

Kunjungan industri adalah kegiatan pembelajaran di luar

kelas/workshop dengan cara berkunjung ke industri-industri tertentu yang

ada di wilayah sekitar sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan peserta didik, memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk melihat secara langsung kegiatan industri sesuai

dengan jenis keterampilan yang dipelajari dan sebagai pembanding apakah

ilmu yang dipelajari di sekolah masih relevan dan masih diaplikasikan di

dunia industri atau tidak.

Kunjungan industri wajib diikuti oleh peserta didik kelas X. Kegiatan

ini menjadi salah satu kegiatan rutin tahunan yang dilakukan oleh MAN

15 Jakarta. Biasanya dalam menentukan objek kunjungan industri guru-

guru keterampilan terlebih dahulu membuat proposal dan

menyampaikannya kepada pimpinan sekolah (Sugiantoro, 15 April 2019).

Objek kunjungan industri berbeda-beda dalam setiap tahunnya tergantung

dari keputusan kepala sekolah dan guru-guru keterampilan.

Kegiatan ini sepenuhnya dibiayai oleh orang tua peserta didik.

Sekolah akan mengadakan sosialisasi tentang kebutuhan yang diperlukan

selama kegiatan berlangsung kepada orang tua. Pembayaran dilakukan

secara manual dan diserahkan kepada masing-masing guru keterampilan

karena guru-guru keterampilan bertindak sebagai koordinator kegiatan.

Dalam membuat perencanaan kunjungan industri guru-guru

keterampilan terlebih dulu membentuk panitia kecil yang bertugas

mempersiapkan dan menyukseskan kegiatan kunjungan industri. Anggota

panitia kecil adalah guru-guru umum (bukan guru keterampilan).

e. Penentuan tempat PKL

Setelah belajar di workshop keterampilan selama beberapa waktu

peserta didik akan diarahkan untuk mengikuti Praktik Kerja Lapangan

Page 73: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

60

(PKL). PKL dilakukan di tempat-tempat industri yang sesuai dengan

keterampilan yang telah dipelajari dan diyakini bisa memberikan

pengalaman nyata secara langsung kepada peserta didik. Tempat PKL

ditentukan bersama-sama oleh guru-guru keterampilan dan peserta didik

kemudian dilaporkan pada kepala sekolah. Kegiatan ini dilakukan secara

berkelompok dan peserta didik diberikan kesempatan untuk mencari

tempat PKL sendiri. Berbekal surat pengantar dari sekolah, peserta didik

akan mulai mencari tempat PKL sesuai dengan kebutuhan mereka. Peserta

PKL merupakan peserta didik kelas XI dan guru-guru keterampilan

bertugas sebagai guru pendamping.

Kegiatan PKL sudah dihapuskan karena kesulitan penyesuaian jadwal

PKL dengan kegiatan pembelajaran di sekolah. Setelah PKL dihapus

sempat diganti dengan kegiatan In House Training (IHT). Namun setelah

IHT dihapus hingga saat ini belum ada program alternatif yang ditawarkan

sekolah sebagai pengganti PKL dan IHT.

f. Pembentukan panitia In House Training

In House Training atau biasa disingkat dengan IHT merupakan

kegiatan pembelajaran keterampilan yang diikuti oleh peserta didik kelas

XI dengan cara mengundang instruktur dari Balai Latihan Kerja (BLK) ke

sekolah. Kegiatan IHT dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dilakukan

full di sekolah, full di BLK, atau di sekolah dan BLK (Sugiantoro, 15

April 2019). Dibutuhkan panitia kecil untuk memastikan kegiatan ini

berjalan lancar. Oleh karena itu guru-guru keterampilan yang berperan

sebagai koordinator kegiatan akan menunjuk beberapa guru umum untuk

menjadi panitia IHT.

Panitia IHT akan mendiskusikan cara pelaksanaan IHT. Apakah IHT

dilaksanakan full di sekolah atau full di BLK atau setengah-setengah

(sekolah dan BLK). Ketiga cara ini pernah diaplikasikan oleh MAN 15

Jakarta dalam tahun yang berbeda (Sugiantoro, 15 April 2019).

g. Pendanaan

MAN 15 Jakarta termasuk sekolah yang menerapkan pendidikan gratis

untuk peserta didiknya, tidak ada pungutan uang bulanan yang wajib

dibayarkan oleh orang tua. Sumber dana pendidikan berasal dari DIPA,

BOS, BOP pemerintah daerah DKI Jakarta, dan orang tua. Biaya yang

dibebankan kepada orang tua peserta didik meliputi biaya kegiatan

ekstrakurikuler, pembangunan masjid, study tour, kunjungan industri, dan

pembelian bahan praktik (Sugiantoro, 15 April 2019). Pembiayaan

pendidikan yang dikeluarkan oleh orang tua biasanya akan dirapatkan

terlebih dahulu oleh komite dengan orang tua di awal tahun pelajaran.

Sugiantoro (15 April 2019) menjelaskan bahwa dana pendidikan

keterampilan dikategorikan menjadi dua, yaitu dana pembelian alat dan

dana operasional. Untuk pembelian alat keterampilan sumber dana berasal

dari Kementerian Agama Republik Indonesia dan IDB. Sedangkan untuk

biaya operasional dibebankan kepada DIPA, BOS, BOP pemerintah

daerah DKI Jakarta, dan orang tua.

Page 74: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

61

h. Perencanaan bidang SDM

SDM utama dalam pendidikan keterampilan meliputi guru

keterampilan, toolman, dan peserta didik. Guru keterampilan bertugas

mengajar peserta didik di workshop keterampilan sedangkan toolman

bertugas membantu guru dalam menyiapkan dan maintenance alat dan

bahan keterampilan. Peserta didik adalah individu yang akan mengikuti

serangkaian kegiatan keterampilan yang diselenggarakan sekolah.

Sebelum melakukan rekrutmen SDM keterampilan, MAN 15

Jakarta membuat perencanaan bidang SDM terlebih dahulu. Perencanaan

bidang SDM dibuat dengan dua cara, yaitu tertutup dan terbuka. Kata

tertutup disini diartikan sebagai proses rekrutmen yang tidak didahului

dengan adanya pengumuman secara terbuka kepada khalayak ramai yang

dilakukan oleh sekolah. Sedangkan kata terbuka dimaknai dengan proses

rekrutmen yang didahului dengan penyebaran informasi secara terbuka

kepada khalayak ramai/masyarakat. Kegiatan yang terdapat dalam

perencanaan bidang SDM adalah melakukan analisis kebutuhan SDM,

membuat kualifikasi yang harus dipenuhi oleh pelamar, membuat

pengumuman, proses rekrutmen, dan pengumuman hasil rekrutmen.

Kualifikasi untuk perekrutan guru keterampilan, diantaranya

adalah memiliki pendidikan terakhir S1 dan lulusan dari fakultas teknik

dengan spesifikasi keterampilan tertentu (Sugiantoro, 15 April 2019).

Sehingga pendidikan keterampilan nantinya akan diajarkan oleh guru-guru

profesional yang telah memenuhi standar yang ditetapkan sekolah. Sejak

resmi berdiri pada tahun 2009 hingga sekarang rekrutmen guru

keterampilan sejatinya baru dilakukan dua kali di sekolah ini, yaitu

pertama rekrutmen langsung dilakukan oleh Kementerian Agama

Republik Indonesia pada tahun 1998 atau ketika mulai dibukanya program

keterampilan ini dan kedua dilakukan mandiri oleh sekolah karena salah

satu guru keterampilan tata busana sudah selesai masa baktinya. Kegiatan

rekrutmen guru secara mandiri ini baru terjadi sekali yaitu pada tahun

2019.

Sedangkan untuk pembantu instruktur/toolman MAN 15 Jakarta

masih belum memilikinya. Penyebabnya adalah keadaan sekolah tidak

memungkinkan untuk memberikan gaji yang layak kepada toolman (Joko,

03 Mei 2019). Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari hasil

wawancara dengan wakil kepala sekolah bagian kurikulum (15 April

2019) menyatakan bahwa dulu keterampilan otomotif memiliki seorang

toolman dengan upah di bawah UMP. Kemudian pada tahun 2018 terdapat

aturan pemerintah yang mengatakan bahwa guru yang berhak memperoleh

gaji sesuai dengan UMP harus memiliki pendidikan terakhir S1 dan

terdaftar dalam Simpatika. Sedangkan toolman yang akan didaftarkan

belum memiliki ijazah S1 sehingga solusi yang ditawarkan sekolah adalah

dengan mengubah posisi toolman menjadi tata usaha. Dengan demikian

sekarang ini keterampilan otomotif tidak memiliki toolman secara

permanen. Oleh karena itu untuk mengakomodir tugas-tugas toolman

Page 75: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

62

maka dibuatlah perencanaan bidang SDM (toolman) sebagaimana uraian

berikut ini:

1) Tugas menyiapkan alat dan bahan keterampilan dilakukan sepenuhnya

oleh guru keterampilan.

2) Tugas maintenance alat dan bahan keterampilan dilakukan oleh guru

keterampilan dan teknisi dari luar. Jika alat dan bahan keterampilan

mengalami kerusakan ringan maka guru-guru keterampilan akan

memperbaikinya sendiri. Namun jika alat dan bahan keterampilan

mengalami kerusakan berat maka sekolah akan mendatangkan teknisi

dari luar untuk memperbaikinya.

Rekrutmen peserta didik di MAN 15 Jakarta dilakukan dengan

sistem online. Ada 3 jalur rekrutmen yang digunakan yaitu jalur prestasi,

madrasah, dan reguler. Calon peserta didik akan mendaftarkan dirinya

secara online pada akun sekolah. Setelah dinyatakan lulus administrasi

maka langkah selanjutnya adalah mengikuti tes yang diadakan oleh

sekolah. Hasil tes akan diumumkan melalui akun sekolah yang dapat

diakses oleh masyarakat. Tahun pelajaran 2018/2019 tercatat bahwa ada

1.000 pendaftar yang masuk pada akun sekolah. Daya tampung yang

dimiliki sekolah adalah sekitar 200 orang (Intan, 03 Mei 2019).

Kesempatan yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh sekolah untuk

mendapatkan input yang baik.

i. Perencanaan bidang sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana menjadi faktor penunjang utama dalam

pendidikan keterampilan. Sadar akan hal tersebut MAN 15 Jakarta

berusaha untuk membuat perencanaan sarana dan prasarana yang

berdasarkan pada SK Dirjen Pendis nomor 1023 tahun 2016. Sarana dan

prasarana meliputi perangkat media pendidikan, perangkat praktik

keterampilan, perangkat keselamatan kerja, dan buku-buku paket belajar

untuk setiap keterampilan.

Langkah perencanaan bidang sarana dan prasarana meliputi

penyusunan daftar kebutuhan, cara pengadaan barang dan estimasi biaya.

Penyusunan daftar kebutuhan sarana dan prasarana keterampilan

dilakukan oleh guru-guru keterampilan yang kemudian akan dianalisis

oleh wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana. Sarana dan

prasarana keterampilan dipenuhi dengan cara membeli perangkat

pembelajaran dan perangkat keterampilan. Dana pembelian sarana dan

prasarana keterampilan berasal dari pemerintah.

Selain gedung dan berbagai alat keterampilan sarana dan

prasarana lain yang harus dipenuhi dalam pendidikan keterampilan adalah

buku paket. Buku paket menjadi faktor penting yang mendukung kegiatan

pembelajaran di kelas. Biasanya buku paket dibuat dan dicetak oleh

pemerintah atau penerbit kemudian didistribusikan melalui toko atau

sekolah. Peserta didik dan sebagian besar guru menjadi konsumen buku-

buku paket tersebut. Namun hal ini tidak berlaku untuk pendidikan

keterampilan di MAN 15 Jakarta. Zahwa (12 April 2019) mengatakan

bahwa ada buku khusus yang wajib dimiliki oleh peserta didik tata busana,

Page 76: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

63

biasanya disebut buku biru. Dalam buku inilah tertulis materi menjahit.

Mei mengakui bahwa guru-guru keterampilan di MAN 15 Jakarta

membuat modul keterampilan secara mandiri karena memang belum ada

yang menjualnya secara bebas di pasaran. Modul inilah yang menjadi

panduan bagi peserta didik untuk belajar keterampilan di sekolah maupun

di rumah.

5. Pengorganisasian Pendidikan Keterampilan Vokasional

Langkah-langkah yang dilakukan oleh MAN 15 Jakarta dalam

menjalankan fungsi manajemen pengorganisasian adalah:

1. Penetapan struktur organisasi

Struktur organisasi di MAN 15 Jakarta adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2

Struktur Organisasi MAN 15 Jakarta

Sumber: Dokumen Sekolah

2. Placement guru dan peserta didik

Guru keterampilan di MAN 15 Jakarta ada 4 orang dengan placement

sebagai berikut:

Tabel 4.7

Daftar Nama Guru Keterampilan

No Nama Guru Jenis Keterampilan

1 Wahyu Harjanti Tata busana

2 Sri Mei Tata busana

3 Triyono Elektro/reparasi AC dan kulkas

4 Ahmadi Joko Mulyono Otomotif

Placement peserta didik dilakukan setiap awal tahun pelajaran pada

peserta didik kelas X. Metode placement dilakukan dengan cara pihak

sekolah menyebarkan formulir pemilihan jenis keterampilan. Peserta didik

Page 77: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

64

akan menuliskan pilihan keterampilan 1 dan 2. Selanjutnya peserta didik

akan dikelompokkan berdasarkan pilihan keterampilan berdasarkan

kapasitas kelas keterampilan yang tersedia.

3. Penentuan kedudukan pendidikan keterampilan

Pendidikan keterampilan menjadi mata pelajaran muatan lokal

(Sugiantoro, 15 April 2019) yang menggunakan jam lintas minat sesuai

dengan SK Dirjen Pendis nomor 1023 tahun 2016 (Intan, 03 Mei 2019).

Sebagai mata pelajaran muatan lokal dan juga program tambahan nilai

pendidikan keterampilan akan dituliskan dalam raport hasil belajar peserta

didik. Hal ini sesuai dengan aturan yang terdapat pada SK Dirjen Pendis

nomor 1023 tahun 2016.

4. Pengalokasian sarana dan prasarana

MAN 15 Jakarta memiliki sarana dan prasarana pendidikan

keterampilan yang cukup memadai, yakni gedung workshop untuk

masing-masing keterampilan yang di dalamnya terdapat berbagai macam

alat keterampilan, kursi, layar sekaligus proyektornya.

Workshop tata busana letaknya bersebelahan dengan ruang BP dan di

dalamnya terdapat gudang dan kamar mandi. Ruangan ini diisi dengan

berbagai mesin, diantaranya adalah mesin jahit, mesin obras, mesin lubang

kancing, meja ukur, lemari display, meja setrika, setrika listrik, manekin,

AC, kipas angin, meja potong, serta berbagai benang dan jarum.

Animo peserta didik untuk mengikuti keterampilan tata busana begitu

besar sehingga membuat workshop tata busana selalu ramai. Saat

pembelajaran sedang berlangsung ruangan ini terasa panas karena

banyaknya anak yang belajar dan AC yang berfungsi hanya 1 saja

(Wahyu, 05 April 2019). Jumlah peserta didik pada keterampilan tata

busana lebih banyak dibandingkan dengan dua keterampilan lainnya.

Keadaan ini dapat dimaklumi mengingat jumlah peserta didik perempuan

lebih banyak dibandingkan jumlah peserta didik laki-laki. Selain itu

sebagian peserta didik menganggap bahwa keterampilan tata busana

adalah keterampilan yang feminim dan lebih dekat dengan karakter

perempuan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zahwa (12 April 2019)

alasan saya memilih keterampilan tata busana adalah karena saya

perempuan.

Dalam gambar workshop tata busana tampak beberapa mesin yang

tertutup dengan kain merah. Mei (15 April 2019) menjelaskan bahwa

mesin-mesin yang tertutup warna merah itu bukanlah mesin yang rusak,

mesin itu sengaja ditutup karena guru tata busana membutuhkan tempat

yang luas ketika pembelajaran pada hari efektif. Dengan tempat yang luas

peserta didik dan guru bisa melakukan pembelajaran secara lebih leluasa

dan nyaman. Pada hari biasa pembelajaran dilakukan dengan rasio 1:2 (1

mesin untuk 2 peserta didik). Menurut Zahwa (11 April 2019) penggunaan

mesin secara bergantian dapat menghambat penyelesaian tugas, sehingga

peserta didik sering tidak mampu menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

Kondisi ini jauh berbeda jika dibandingkan pada waktu ujian tiba yang

Page 78: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

65

mana seluruh mesin akan difungsikan dan digunakan oleh peserta didik

dengan rasio 1:1 (1 mesin 1 untuk 1 peserta didik).

Berdasarkan keterangan yang disampaikan Triyono (15 Maret 2019)

sebenarnya ruangan elektro awalnya bagus dan lapang sekali, udaranya

juga sejuk. Namun karena ruangan ini dibagi menjadi dua, yaitu untuk

kelas jadi sekarang seperti ini. Workshop elektro tidak dilengkapi dengan

AC sehingga lebih cepat berdebu. Letaknya yang bersebelahan dengan

kelas dan di depannya terdapat workshop otomotif dan mushalla membuat

sirkulasi udara kurang bagus. Perlengkapan yang terdapat dalam workshop

elektro diantaranya adalah kipas angin, AC split (utuh dan sudah

dibongkar), kulkas (utuh dan sudah dibongkar), freon, papan refrigerator,

meja, kursi, lemari, tabung oksigen, tabung asetilin, perlengakapan las,

solder, berbagai rangkaian listrik, dan sebagainya. Ruangan ini juga

dilengkapi dengan ruang instruktur/guru meskipun ukurannya tidak terlalu

luas.

Workshop otomotif didalamnya terdapat berbagai jenis kendaraan roda

dua dengan cc yang bervariasi (kecil hingga besar), mesin bubut,

dongkrak, toolkit, kunci, obeng, tang, palu, kompresor, dan sebagainya. Di

ruangan ini tampak berbagai macam kendaraan roda dua baik dalam

keadaan utuh maupun sudah dibongkar. Di samping itu ruang

instruktur/guru juga melengkapi workshop otomotif.

Gambar 4.3

Workshop Tata Busana

Gambar 4.4

Workshop Otomotif

Page 79: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

66

Gambar 4.5

Workshop Elektro

Sumber: Dokumen Pribadi

5. Pengaturan jadwal dan waktu pembelajaran

Jadwal kegiatan pembelajaran dibuat oleh wakil kepala sekolah bagian

kurikulum di awal tahun pelajaran. Pengaturan jadwal kegiatan

pembelajaran mengacu pada struktur kurikulum MA penyelenggara

program keterampilan. Jam pelajaran pendidikan keterampilan diatur

sebagaimana pembelajaran mata pelajaran pada umunya. Jadwal mata

pelajaran keterampilan terintegrasi dalam jadwal pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran di MAN 15 Jakarta dilaksanakan setiap hari efektif

mulai dari pukul 06.30 sampai 15.10 wib atau 10 JP setiap harinya. Mata

pelajaran keterampilan mendapatkan alokasi waktu sebanyak 4 JP per

minggu untuk kelas X dan XI serta 2 JP per minggu untuk kelas XII

(Sugiantoro, 15 April 2019). Alokasi waktu 1 JP adalah 40 menit,

sehingga secara keseluruhan kegiatan pembelajaran keterampilan

dilaksanakan selama 160 dan 80 menit per minggu.

Tabel 4.8

Struktur Kurikulum MAN 15 Jakarta

No Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu

X XI XII

Kelompok A (Pendidikan Agama dan Budi Pekerti)

1 Al Quran Hadis 2 2 2

2 Fikih 2 2 2

3 Akidah Akhlak 2 2 2

4 SKI 2 1 2

5 Pendidikan Pancasila

dan

Kewarganegaraan

2 2 2

6 Bahasa Indonesia 4 4 4

7 Matematika 4 4 4

8 Sejarah Indonesia 2 1 2

9 Bahasa Arab 2 2 2

10 Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (Umum)

11 Seni Budaya 2 2 -

12 PJOK 2 2 2

Page 80: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

67

13 Prakarya dan

Kewirausahaan

2 2 -

Jumlah JP Kelompok A

dan B

30 30 26

Kelompok C (Peminatan IPA)

14 Matematika 3 4 4

15 Fisika 3 4 4

16 Biologi 3 4 4

17 Kimia 3 4 4

Kelompok C (Peminatan IPS)

18 Sejarah 3 4 4

19 Ekonomi 3 4 4

20 Sosiologi 3 4 4

21 Geografi 3 4 4

Jumlah JP Kelompok C 12 16 16

Kelompok Lintas Minat

22 Keterampilan 4 4 2

23 Mapel

IPA/IPS/Bahasa

2 2 2

24 BK 2 2 -

25 Bimbel - - 4

Jumlah JP per Minggu 50 50 50

Sumber: Dokumen Sekolah

Kepadatan jam belajar dan banyaknya mata pelajaran di MAN 15

Jakarta berkorelasi dengan tugas yang harus diselesaikan oleh peserta

didik. Menurut Joko (03 Mei 2019) anak-anak sering terlambat masuk

kelas keterampilan karena mereka harus mengerjakan tugas mata pelajaran

lain terlebih dulu. Realita ini membuat jam belajar keterampilan semakin

berkurang.

6. Pengembangan SDM

Sebagai salah satu lembaga yang memberikan layanan pendidikan

bagi pelanggannya, MAN 15 Jakarta berupaya untuk meningkatkan

kualitas guru dengan beberapa cara, diantaranya adalah:

a. Mengirimkan guru-guru keterampilan untuk mengikuti kegiatan

MGMP keterampilan se DKI Jakarta.

b. Mengirimkan guru untuk mengikuti workshop dan seminar tentang

pendidikan keterampilan (Pursidi, 15 April 2019).

c. Mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan sebagai asesor LSP pada

tahun 2017 (Pursidi, 15 April 2019).

Peneliti berusaha untuk mendapatkan data yang valid terkait

pengiriman guru untuk kegiatan seminar, workshop, maupun pelatihan ke

bagian Tata Usaha (TU) dan guru-guru keterampilan itu sendiri. Informasi

yang peneliti dapatkan adalah mereka memang pernah dikirim untuk

mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut ke beberapa kota diantaranya adalah

Yogyakarta, Padang, dan Surabaya. Akan tetapi kegiatan ini sudah lama

Page 81: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

68

terjadi sehingga mereka lupa kapan waktu pelaksanaannya dan dokumen

foto juga sudah tidak dimiliki.

Pengembangan SDM keterampilan terbaru adalah dikirimnya dua guru

keterampilan yakni guru keterampilan elektro dan otomotif ke Surabaya

pada tahun 2017 untuk mengikuti pelatihan asesor LSP. Guru-guru yang

dikirim mampu menjalankan tugas dengan baik, mereka dinyatakan lulus

dan layak sebagai asesor sesuai bidang keahliannya.

6. Pelaksanaan Pendidikan Keterampilan Vokasional

Perencanaan sebaik apapun tidak akan berguna jika tidak

diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Berikut akan dijelaskan

pelaksanaan pendidikan keterampilan di MAN 15 Jakarta:

1. Kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran keterampilan dilakukan dengan cara

moving class. Peserta didik akan mendatangi kelas keterampilan sesuai

dengan pilihannya pada jam yang telah ditentukan. Pembelajaran

dilakukan selama 4 hari dalam satu minggu, yakni hari Senin, Selasa,

Kamis, dan Jum’at. Khusus hari Rabu kelas keterampilan tidak digunakan

karena guru-guru keterampilan mengikuti kegiatan MGMP guru

keterampilan se DKI Jakarta (Wahyu, 05 April 2019).

Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik mendapatkan materi

sesuai dengan jenis keterampilan yang ditekuni. Menurut Wahyu (11 April

2019) materi keterampilan tata busana yang diajarkan memiliki muatan

20% teori dan 80% praktik. Secara tersirat pernyataan tersebut didukung

oleh Tri (15 Maret 2019) mengatakan perbandingan teori dengan praktik

adalah 30:70, bahkan mungkin bisa lebih dari itu karena tuntutannya

adalah membuat anak-anak terampil. Peserta didik langsung diajak untuk

mempraktikkan teori yang sudah diajarkan, misalnya ketika peserta didik

telah selesai mempelajari teori pembuatan busana wanita, maka

selanjutnya mereka akan praktik membuat busana wanita secara langsung

di sekolah. Seluruh proses pembuatan busana wanita dilakukan di sekolah,

mulai dari menggambar pola, mengukur, memotong, hingga menjahit.

Pengerjaan tugas menjahit secara keseluruhan sengaja dilakukan di

sekolah dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kecurangan yang

mungkin dilakukan oleh peserta didik (Mei, 11 April 2019).

Sedangkan materi pembelajaran pendidikan keterampilan tata

busana, elektro, dan otomotif yang dipelajari oleh peserta didik kelas X

sampai XII adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9

Materi pembelajaran keterampilan tata busana

No Materi Pembelajaran Tata Busana

1 Pengetahuan alat jahit

2 Teknologi jahit

3 Desain busana

4 Pembuatan pola dasar

Page 82: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

69

5 Pengetahuan bahan tekstil

6 Tehnik menghias kain

7 Pembuatan pola desain

8 Busana wanita

9 Busana pria

10 Busana anak

11 Pengelolaan usaha

12 Kunjungan industri

Tabel 4.10

Materi pembelajaran keterampilan elektro

No Materi Pembelajaran Keterampilan Elektro

1 Pengenalan materi tertulis

2 Pengenalan alat

3 Pengenalan bahan kelistrikan

4 Penggunaan alat ukur kelistrikan

5 Kerja bangku

6 Teknik refrigator

7 Gambar teknik lanjut

8 Instalasi listrik komersial

9 Teknik pendingin

10 Pengenalan alat dan bahan mesin pendingin

11 Penggunaan alat-alat ukur mesin pendingin

12 Penggunaan trains lemari es

13 Pemejaan dasar

14 Manajemen pengolahan Usaha

15 Mengulang dinamis

16 Power suplay

17 Penggunaan trainer AC

18 Tehnik pembengkakan dan pengembangan pipa

19 Analisa komponen mesin pendingin secara mekanik, elektrik

20 Kunjungan industri

Tabel 4.11

Materi pembelajaran keterampilan otomotif

No Materi Pembelajaran Keterampilan Otomotif

1 Pengenalan alat

2 Penggunaan alat

3 Pengenalan program

4 Pengukuran dan pembacaan alat ukur

5 Praktik kerja bangku

Page 83: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

70

6 Penjelasan listrik dan karbit

7 Instalasi kelistrikan mobil

8 Sistem transmisi

9 Sistem rem

10 Sistem garden

11 Kunjungan Industri dan PKL

Sebelum melakukan praktik peserta didik akan menyiapkan alat

dan bahan terlebih dahulu. Dengan menerapkan sistem sekolah gratis bagi

peserta didiknya, MAN 15 Jakarta tidak mampu mengcover bahan praktik

yang dibutuhkan oleh setiap keterampilan. Oleh karena itu guru-guru

keterampilan berupaya untuk mengadakan bahan praktik dengan metode

sebagai berikut:

Tabel 4.12

Strategi Pengadaan Bahan Praktik

No Strategi Pengadaan

Bahan Praktik

Keterampilan

Tata Busana Elektro Otomotif

1 Peserta didik

mengumpulkan uang

kepada guru

- -

2 Peserta didik membeli

bahan praktik secara

mandiri

-

3 Peserta didik membawa

bahan praktik sendiri

- -

4 Iuran guru dan peserta

didik

- -

Menurut Mei (11 April 2019) kondisi sekarang berbeda dengan sebelum

terjadi pergantian kepala sekolah, meskipun sama-sama menerapkan

pendidikan gratis Mei mengakui bahwa sebelum pergantian kepala sekolah

peserta didik masih mendapatkan bahan praktik dari sekolah dan hasil

praktiknya boleh dibawa pulang. Pernyataan ini didukung oleh Joko (03 Mei

2019) yang mengatakan sebelumnya (sebelum kepala sekolah ini)

keterampilan otomotif masih mendapatkan dana untuk perbaikan maupun

pembelian bahan bakar. Dana menjadi salah satu kendala yang ditemui ketika

proses pelaksanaan pendidikan keterampilan.

Kegiatan pembelajaran keterampilan menghasilkan produk-produk

tertentu. Produk ini sebagian disimpan di workshop keterampilan dan sebagian

dibawa pulang oleh peserta didik. Namun tidak semua keterampilan dapat

menghasilkan produk yang bisa dipamerkan. Keterampilan elektro dan

otomotif termasuk keterampilan yang tidak menghasilkan produk.

Keterampilan ini terfokus pada penciptaan keahlian terhadap perbaikan yang

berhubungan dengan elektro (AC/kulkas) dan otomotif. Sehingga peserta didik

Page 84: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

71

yang sudah memahami dan memiliki keahlian elektro dan otomotif pada

akhirnya mereka dapat menyelesaikan sebuah kasus yang berhubungan dengan

keterampilan tersebut. Berbeda dengan keterampilan tata busana yang

menghasilkan produk-produk nyata.

Produk tata busana akan dipamerkan dalam acara-acara sekolah, misalnya

pada kegiatan perpisahan dan pentas seni. Demonstrasi produk keterampilan

tata busana pada ajang kegiatan intern sekolah dilakukan dalam bentuk fashion

show dan bazar busana. Busana yang ditampilkan merupakan karya dari

peserta didik setelah mempelajari materi-materi ketatabusanaan. Beberapa

produk keterampilan tata busana dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.6: Produk Keterampilan Tata Busana

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Berikut adalah gambar kegiatan pembelajaran keterampilan pada masing-

masing workshop.

Gambar 4.7: Kegiatan Pembelajaran Keterampilan Tata Busana

Page 85: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

72

Gambar 4.8: Kegiatan Pembelajaran Keterampilan Elektro

Gambar 4.7: Kegiatan Pembelajaran Keterampilan Otomotif

Sumber: Dokumentasi Pribadi dan sekolah

Keterampilan tata busana sudah memiliki unit produksi. Karya yang

dihasilkan adalah seragam peserta didik MAN 15 Jakarta yang terdiri dari rok,

blus, kemeja, celana, kerudung, dan seragam olah raga. Selain menjahit untuk

keperluan sekolah, unit produksi tata busana juga menerima pesanan dari

sekolah lain yakni MAN 2 Jakarta. Namun sudah dua tahun ini MAN 2

Jakarta tidak lagi memesan seragam dari unit produksi tata busana (Wahyu,

05 April 2019). Tidak diketahui dengan jelas apa alasan MAN 2 Jakarta

menghentikan pesanannya.

Pekerja di unit produksi pada awalnya adalah para alumni MAN 15

Jakarta. Mereka direkrut dan langsung bekerja dibawah arahan guru-guru

keterampilan tata busana. Guru-guru keterampilan tata busana yakin bahwa

para alumni mampu bekerja di unit produksi dengan baik dan siap menerima

orderan, meskipun mereka masih belum memiliki pengalaman di dunia kerja.

Pengalaman yang didapatkan dari kegiatan PKL dan IHT bisa menjadi bekal

yang berguna. Menurut Mei (11 April 2019) kurikulum yang lama mampu

membuat peserta didik mahir menjahit dibandingkan dengan kurikulum

sekarang. Dihilangkannya program PKL dan IHT memberikan dampak yang

besar pada kemampuan menjahit peserta didik.

Keadaan unit produksi sekarang berbeda dengan beberapa tahun lalu.

Tidak ada lagi alumni yang bekerja di unit produksi. Pesanan yang diterima

unit produksi dikerjakan oleh guru-guru keterampilan dan pekerja dari luar.

Walaupun demikian pengelola unit produksi masih memprioritaskan keluarga

dan saudara peserta didik ataupun alumni MAN 15 Jakarta untuk menjadi

pekerja. Pengelola merasa kesulitan untuk merekrut alumni. Wahyu (05 April

Page 86: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

73

2019) menuturkan sekarang ini alumni lebih tertarik menjadi SPG di mall

dibandingkan bekerja di unit produksi sekolah.

2. Kemitraan dengan Dunia Usaha/Dunia Industri (DUDI)

Bentuk kegiatan kemitraan dengan DUDI yang telah dilakukan oleh MAN

15 Jakarta adalah:

a. Kunjungan Industri

Kunjungan industri diikuti oleh peserta didik kelas X ke berbagai

tempat industri yang berkaitan dengan keterampilan masing-masing.

Tujuan diadakannya kujungan industri adalah untuk meningkatkan

wawasan dan pengetahuan peserta didik terhadap dunia kerja. Dalam

kunjungan industri peserta didik berkesempatan untuk melihat secara

langsung kegiatan di dunia kerja sekaligus membandingkan ilmu yang

diperoleh di sekolah dengan aplikasinya di lapangan.

b. Praktik Kerja Lapangan (PKL) atau magang.

Peserta didik akan mengikuti kegiatan PKL ketika libur sekolah

baik pada semester ganjil maupun semester genap. Waktu lamanya PKL

sangatlah beragam, tergantung kebijakan masing-masing industri yang

menjadi tempat PKL. Ada yang memberikan waktu selama 2 minggu, 1

bulan, 2 bulan, bahkan ada yang sampai 3 bulan. Kondisi real inilah yang

menimbulkan permasalahan baru bagi sekolah, yaitu ketika semester baru

sudah dimulai anak-anak masih PKL dan itu tidak merata (Sugiantoro, 15

April 2019) karena waktu PKL yang diberikan oleh industri bermacam-

macam. Permasalahan lain yang terjadi menurut Sugiantoro (15 April

2019) adalah anak-anak yang PKL ini tidak 100% sesuai dengan keahlian

yang mereka miliki. Setelah melakukan dialog dengan peserta PKL

diperoleh informasi bahwa tugas mereka selama PKL diantaranya adalah

membantu menggadakan dokumen (fotokopi) dan membuat kopi.

Tentunya keadaan ini bukanlah keadaan ideal yang diinginkan sekolah

pada pelaksanaan kegiatan PKL. Melihat realita ini sekolah pun

menentukan sikap untuk mengevaluasi program kegiatan PKL.

Evaluasi program PKL dilakukan dalam rapat kerja tahunan yang

diikuti oleh seluruh pimpinan dan dewan guru MAN 15 Jakarta. Point

penting yang menjadi bahan evaluasi adalah waktu PKL yang tidak

sinkron dengan waktu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah dan

kegiatan yang dilakukan peserta didik selama PKL. Berdasarkan hasil

rapat evaluasi inilah kegiatan PKL resmi dihapus.

c. In-House Training (IHT)

IHT dilaksanakan dengan cara mengundang instruktur/guru dari

BLK ke sekolah. Setiap hari Sabtu selama 8 kali pertemuan peserta didik

akan mengikuti kegiatan IHT (Joko, 03 Mei 2019). Kegiatan ini dilakukan

setelah PKL resmi dihapuskan oleh sekolah. Terobosan ini diharapkan

dapat mempertahankan mutu pendidikan keterampilan di MAN 15 Jakarta.

Page 87: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

74

Gambar 4.10 : IHT Keterampilan Tata Busana

Gambar 4.11 : IHT Keterampilan Elektro

Gambar 4.12 : IHT Keterampilan Otomotif

Sumber: Dokumen Sekolah

d. Pengendalian Pendidikan Keterampilan Vokasional

Bentuk kegiatan yang dilakuan sekolah untuk memenuhi fungsi

pengendalian dalam manajemen adalah:

1. Penilaian hasil belajar

Kurikulum yang digunakan oleh MAN 15 Jakarta adalah

Kurikulum 2013. Dengan demikian penilaian hasil belajar seluruh mata

pelajaran di MAN 15 Jakarta juga mengacu pada sistem penilaian

Kurikulum 2013. Sebagai salah satu mata pelajaran di MAN 15 Jakarta

pendidikan keterampilan juga mengadakan penilaian sesuai dengan aturan

Kurikulum 2013. Setelah guru selesai menyampaikan materi dalam satu

kompetensi dasar (KD) maka guru akan mengadakan penilaian harian.

Penilaian akhir semester (PAS) dan penilain akhir tahun (PAT) juga

dilakukan bersama-sama dengan mata pelajaran yang lain sesuai dengan

Page 88: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

75

jadwal yang disusun oleh panitia PAS dan PAT. Namun sudah 3 sampai 4

tahun ini PAS dan PAT keterampilan sudah tidak terjadwal lagi dari

sekolah, sehingga guru-guru keterampilan mengadakan PAS dan PAT

sendiri di kelas masing-masing (Joko, 03 Mei 2019) nanti nilainya

diserahkan kepada wali kelas (Wahyu, 05 April 2019). Menurut Wahyu

(05 April 2019) pendidikan keterampilan dianaktirikan dengan

menghapuskannya dari jadwal PAS dan PAT. Salah satu alasan yang

disampaikan oleh guru-guru umum adalah agar penilaian bisa dilakukan

dalam waktu yang relatif lebih cepat.

Ada dua bentuk penilaian yang diadakan oleh guru-guru

keterampilan yaitu penilaian teori dan praktik. Bobot materi yang dinilai

adalah 40% teori dan 60% praktik (Joko, 03 Mei 2019). Nilai yang

diperoleh dari tes teori dan praktik akan dituliskan di raport peserta didik

dan selanjutnya dilaporkan kepada orang tua.

2. Uji kompetensi keahlian

Uji Kompetensi diselenggarakan atas dasar kerjasama antara pihak

sekolah dengan BLK. Peserta yang diperbolehkan mengikuti uji

kompetensi adalah peserta didik kelas XII. Sudah 4 tahun ini uji

kompetensi tidak ada lagi karena kita sudah tidak bekerjasama dengan

BLK lagi (Wahyu, 05 April 2019). Sebagai gantinya sekolah mengadakan

uji kompetensi mandiri di sekolah dan dilakukan oleh guru-guru

keterampilan.

3. Sertifikasi keahlian dan sertifikasi magang

Idealnya sertifikasi keahlian diadakan diakhir program

keterampilan melalui uji kompetensi oleh BLK ataupun lembaga yang

memiliki otoritas mengeluarkan sertifikat. Sertifikat keahlian ini sejatinya

bisa menjadi alat bagi lulusan MAN 15 Jakarta agar mudah mendapatkan

pekerjaan.

Ketika masih bekerjasama dengan BLK sertifikasi keahlian

dilakukan oleh BLK. Setelah peserta didik mengikuti uji kompetensi maka

mereka berhak menerima sertifikat keahlian yang ditandatangani oleh

BLK dan kepala sekolah. Sertifikat ini bisa menjadi jaminan kualitas

keahlian pemegangnya. Namun sangat disayangkan sudah 4 tahun ini

sekolah tidak lagi mengadakan sertifikasi keahlian melalui BLK.

Sertifikasi keahlian dilakukan sendiri oleh sekolah dan sertifikat keahlian

juga dikeluarkan sekolah. sehingga di lapangan akhirnya tidak dipercaya

dengan perusahaan-perusahaan karena yang tanda tangan adalah kepala

sekolah (Pursidi, 15 April 2019).

Sertifikat lain yang didapatkan oleh peserta didik adalah sertifikat

magang. Dilihat dari namanya saja dapat dipahami bahwa sertifikat ini

diberikan kepada peserta didik setelah mengikuti program magang/PKL.

Sertifikat magang dibuat dan dikeluarkan oleh industri yang menjadi

tempat magang/PKL.

4. Evaluasi pendidikan keterampilan

Page 89: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

76

Rapat tahunan yang rutin dilakukan menjadi salah satu kegiatan

yang berfungsi untuk mengevaluasi seluruh kegiatan dan program

sekolah, salah satunya adalah pendidikan keterampilan. Rapat yang

diselenggarakan setiap awal tahun pelajaran ini diikuti oleh pimpinan,

guru, dan staf.

Evaluasi pendidikan keterampilan ini menghasilkan keputusan

dihapusnya kegiatan IHT dan PKL. Meskipun hal ini memberikan

pengaruh terhadap turunnya kompetensi peserta didik. Menurut Mei (11

April 2019) dulu ketika masih ada IHT peserta didik lebih mahir dan

lebih menguasai keterampilan yang dipelajari. Berbeda dengan

sekarang ini, dia menyebutkan bahwa peserta didiknya saat ini hanya

sekedar bisa menjahit saja dan penguasaan dasar-dasar menjahitpun

hanya 50%.

B. Pembahasan

Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia madrasah memiliki peran

strategis untuk mewujudkan generasi bangsa yang bermutu dan terampil.

Organisasi yang bergerak di bidang jasa ini juga menerapkan ilmu manajemen

untuk mengelola sumber daya yang ada. Dalam disiplin ilmu manajemen dikenal

adanya istilah fungsi manajemen dari para ahli, diantaranya adalah menurut

Nickels, McHugh and McHugh (1997) fungsi manajemen terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.

1. Perencanaan

Seluruh pakar manajemen sepakat bahwa kegiatan manajemen dimulai

dengan membuat perencanaan. Perencanaan adalah pengambilan keputusan

sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan (Siagian, 2011:

41). Perencanaan merupakan langkah awal yang berpengaruh terhadap hasil

akhir yang hendak dicapai. Biasanya akan terdapat rentang waktu antara

perencanaan dengan hasil akhir. Semakin besar hasil yang ingin dicapai di

akhir maka rentang waktu perencanaan akan semakin panjang.

Titik pangkal yang ingin dicapai oleh perencanaan adalah terwujudnya

tujuan organisasi. Dalam membuat perencanaan langkah pertama yang harus

dipenuhi adalah menetapkan tujuan. Tujuan yang ditetapkan bersama-sama

dengan seluruh anggota organisasi akan memberikan dampak psikologis

tersendiri bagi setiap anggota organisasi. Lahirnya rasa dihargai dan menjadi

bagian dari tujuan itu sendiri membuat para anggota organisasi akan

berkomitmen untuk mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen ini akan

ditunjukkan dengan membentuk rencana kerja yang efektif dan berusaha

mengikuti setiap tahapan dalam rangka mencapai tujuan. Rencana biasanya

dibuat lentur sebagai bentuk antisipasi terjadinya unpredictable condition yang

mungkin terjadi di kemudian hari.

Sekolah merupakan organisasi yang bergerak di bidang pendidikan juga

menerapkan ilmu manajemen untuk mengelola program-programnya. Fungsi-

fungsi manajemen diaplikasikan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.

Dalam rangka mengaplikasikan fungsi manajemen sekolah pun membuat

perencanaan. Perencanaan program-program sekolah dibuat oleh pihak

internal sekolah atau bekerja sama dengan pihak lain. Sebagaimana yang

dilakukan oleh MAN 15 Jakarta dalam penetapan program pendidikan

Page 90: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

77

keterampilan. Sebelum menentukan jenis pendidikan keterampilan yang akan

dikembangkan terlebih dahulu dilakukan analisis kebutuhan masyarakat di

sekitar sekolah. Analisis ini dibuat oleh Kementerian Agama Republik

Indonesia, IDB, dan MAN 15 Jakarta. Keterampilan tata busana, elektro, dan

otomotif adalah jenis keterampilan yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis

Kementerian Agama Republik Indonesia dan IDB. Sedangkan lahirnya

keterampilan desain grafis merupakan fakta bahwa sekolah juga melakukan

analisis kebutuhan masyarakat terhadap jenis keterampilan lainnya.

Perumusan visi dan misi sekolah dibuat untuk kepentingan jangka panjang

organisasi. Visi dan misi sekolah tidak bisa diubah sembarangan karena visi

dan misi adalah gambaran wajah sekolah secara utuh. Dengan membaca visi

dan misi sekolah orang akan tau karakter sebuah sekolah. MAN 15 Jakarta

mempunyai visi “Terbentuknya Pribadi yang Berakhlakul Karimah, Cerdas,

Terampil, dan Kompetitif”. Dituliskannya kata “terampil” bukanlah tanpa

alasan, kata itu memperlihatkan bahwa ada program tertentu yang diyakini

mampu melahirkan lulusan yang memiliki keterampilan yang mumpuni.

Implementasi perencanaan jangka pendek di sekolah biasanya dilakukan

setiap satu tahun sekali melalui rapat kerja tahunan. Dalam rapat ini akan

dibahas berbagai macam rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam setahun

ke depan. Mulai dari bentuk kegiatan, sasaran kegiatan, pelaku kegiatan,

tempat dan waktu kegiatan, hingga sumber dana dan besaran dana yang akan

digunakan. Contoh perencanaan jangka pendek pendidikan keterampilan di

MAN 15 Jakarta adalah membuat perencanaan terkait dengan kegiatan

kunjungan industri, PKL, dan pembentukan panitia IHT serta pembuatan

perangkat pembelajaran.

Kunjungan industri, PKL, dan pembentukan panitia IHT tidak

direncanakan dalam rapat kerja tahunan yang biasa dilakukan di awal tahun

pelajaran. Melainkan dilakukan di luar rapat kerja tahunan. Teknik delegatif

dan konsultatif dipilih untuk membuat perencanaan ini. Teknik perencanaan

delegatif adalah kepala sekolah memberikan kesempatan dan kepercayaan

kepada guru-guru keterampilan untuk membuat rencana kegiatan tertentu.

Perencanaan dengan teknik ini dipilih karena kepala sekolah merasa yakin

bahwa guru-guru keterampilan mampu membuat perencanaan yang baik

terkait dengan kegiatan-kegiatan keterampilan. Teknik delegatif akan

memberikan ruang selebar-lebarnya bagi guru-guru keterampilan untuk

membuat inovasi dan menuangkan seluruh ide kreatifnya. Tidak sembarang

orang bisa diberikan kepercayaan untuk mengaplikasikan teknik delegatif,

hanya orang-orang yang sudah profesional dan berpengalaman di bidang

tertentu saja yang mampu menjalankannya.

Seorang pemimpin yang baik tidak mungkin membiarkan bawahannya

bekerja sendiri tanpa arahan darinya. Karena bagaimanapun kepiawaian

seorang bawahan dalam membuat perencanaan, seorang pemimpin tetap

memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengawasi kinerja bawahan.

Diantara sekian banyak tugas pemimpin diantaranya adalah memastikan

kegiatan berjalan lancar dan melakukan pengendalian. Dengan

memberlakukan teknik konsultatif secara tidak langsung seorang pemimpin

sudah melaksanakan tugasnya dalam hal pengendalian.

Page 91: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

78

Dalam membuat perencanaan kegiatan keterampilan guru-guru

keterampilan melakukan konsultasi secara langsung dengan kepala sekolah.

Garis komando kepala sekolah yang langsung terhubung dengan guru-guru

keterampilan mempermudah penerapan teknik konsultatif. Ketika

berkonsultasi tentunya akan ada diskusi antara kepala sekolah dan guru-guru

keterampilan tentang kegiatan yang direncanakan. Perencanaan inilah yang

diterapkan di MAN 15 Jakarta untuk kegiatan keterampilan.

Perencanaan di MAN 15 Jakarta juga bisa disebut sebagai perencanaan

mikro yaitu perencanaan pada tingkat institusional (Gunawan dan Benty,

2017: 51). Perencanaan pendidikan keterampilan dilakukan atas dasar

penjabaran dari perencanaan pendidikan yang bersifat makro dan meso.

Perencanaan makro dibuat oleh pemerintah dan berskala nasional. Contoh dari

perencanaan makro adalah perumusan tujuan pendidikan dan kurikulum

nasional. Perencanaan meso diterjemahkan sebagai perencanaan yang lebih

bersifat operasional sebagai bentuk penjabaran dari perencanaan makro. Pada

umumnya perencanaan meso terdapat pada departemen atau unit-unit tertentu

yang bertanggung jawab terhadap program yang lebih spesifik.

Dalam perencanaan mikro kekhasan masing-masing instansi mendapatkan

prioritas. Akan tetapi perencanaan mikro harus sejalan dengan apa yang telah

ditetapkan pada perencanaan makro dan meso. Contoh perencanaan mikro

dalam dunia pendidikan adalah pembuatan perangkat pembelajaran oleh guru.

Pembuatan perangkat pembelajaran lazim dilakukan oleh guru di sekolah

manapun dan mengampu pelajaran apapun. Tujuan pembuatan perangkat

pembelajaran adalah agar guru dapat mengajar secara sistematis dan lebih

terarah. Tidak ada lagi cerita adanya guru yang mengajar diluar materi yang

seharusnya disampaikan.

Sebagai seorang guru, guru-guru keterampilan juga memiliki kewajiban

yang sama yaitu membuat perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran

dibuat oleh masing-masing guru keterampilan dengan mengacu pada

Kurikulum resmi dari pemerintah. Bahkan ada tugas tambahan yang harus

dikerjakan oleh guru-guru keterampilan, yaitu membuat kurikulum

keterampilan untuk MA. Dalam membuat kurikulum secara mandiri tentunya

harus dilakukan dengan jeli dan sungguh-sungguh. Analisis terhadap

lingkungan dan karakteristik sekolah, kebutuhan masyarakat sekitar, dan

kemampuan peserta didik menjadi faktor utama yang harus diperhatikan. Guru

juga dituntut untuk mengkaji berbagai literatur yang berkaitan dengan materi

kurikulum. Sejatinya tugas membuat kurikulum bukanlah tugas seorang guru,

melainkan tugas pemerintah sebagai pemegang kebijakan tertinggi terhadap

penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.

Sambil menunggu terbitan kurikulum keterampilan di MA dari

pemerintah, MAN 15 Jakarta berusaha untuk mendesain kurikulum

keterampilan sendiri. Mulai dari perumusan SKL, KI, KD, hingga materi yang

akan diajarkan pada peserta didik. Kurikulum SMK menjadi acuan utama bagi

pembuatan kurikulum keterampilan di MAN 15 Jakarta. Mengingat

kompleksitas kurikulum SMK yang tinggi dan perbedaan karakteristik sekolah

maka hanya bagian-bagian tertentu saja yang diadopsi dan diaplikasikan pada

pendidikan keterampilan di MA.

Page 92: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

79

Untuk menghasilkan kurikulum yang komprehensif idealnya harus

dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten, bahkan pembuatan kurikulum

biasanya dibuat oleh tim bukan perorangan. Keadaan di MAN 15 Jakarta

menunjukkan bahwa kurikulum keterampilan dibuat dengan dua cara, yaitu

melalui forum MGMP dan dibuat mandiri oleh guru keterampilan.

Pembuatan kurikulum dengan cara seperti ini dikhawatirkan dapat

mempengaruhi hasil yang diperoleh. Mengingat guru-guru keterampilan

bukanlah seorang ahli di bidang keilmuan kurikulum. Oleh karena itu sekolah

perlu membentuk tim perumus kurikulum keterampilan.

Pelaksana utama pendidikan keterampilan terdiri dari guru dan peserta

didik. Peran sentral guru di dunia pendidikan menjadi faktor penyebab

perekrutan guru harus dilakukan secara hati-hati. Sebelum melakukan

perekrutan, sekolah menetapkan syarat yang harus dipenuhi oleh calon

pelamar. Tentunya penetapan syarat ini sebagai upaya untuk mendapatkan

SDM yang berkualitas dan tepat.

Ada dua cara perekrutan guru keterampilan di MAN 15 Jakarta, yaitu

perekrutan yang dilakukan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia dan

perekrutan yang dilakukan sekolah secara mandiri. Perekrutan oleh

Kementerian Agama RI bisa dilihat dari sejarah penerimaan dan status guru

keterampilan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Sedangkan perekrutan

mandiri oleh sekolah dilakukan karena adanya guru keterampilan yang sudah

mencapai masa purnabakti. Meskpiun demikian sekolah tetap berupaya untuk

mendapatkan guru keterampilan yang memenuhi standar yang telah dibuat

oleh sekolah.

Seleksi peserta didik secara umum dilakukan dengan sistem online, mulai

dari jalur madrasah, prestasi maupun reguler. Ada 1.000 pendaftar yang telah

masuk pada sistem pendaftaran online MAN 15 Jakarta. Keadaan ini

merupakan peluang emas yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk

menjaring peserta didik yang benar-benar berkualitas dan sesuai dengan

standar yang dipersyaratkan sekolah. MAN 15 Jakarta hanya membutuhkan

200 peserta didik saja untuk mengisi kuota yang tersedia. Kesempatan untuk

memilih peserta didik terbuka lebar. Sekolah bisa memilih dengan menyeleksi

siapa yang memenuhi kriteria dan siapa yang tidak. Dari hasil seleksi inilah

diharapkan terjaring peserta didik yang memiliki kompetensi dasar yang baik

sehingga mampu mengikuti seluruh rangkaian kegiatan sekolah.

Seleksi peserta didik keterampilan dilakukan dengan cara manual yakni

melalui pengisian formulir pemilihan jenis keterampilan oleh masing-masing

peserta didik. Setiap peserta didik diberikan kesempatan untuk memilih dua

jenis keterampilan, satu sebagai pilihan utama dan satu sebagai pilihan

cadangan. Selanjutnya wakil kepala sekolah bidang kurikulum akan

mengklasifikasikannya sesuai dengan kapasitas masing-masing workshop

keterampilan.

Seleksi yang tepat akan menghasilkan input yang tepat juga. Seleksi yang

dilakukan dengan cara mengisi formulir pilihan memiliki kelebihan dan

kekurangan. Diantara kelebihannya adalah :

1) Meringankan tugas penyeleksi.

2) Menghemat waktu penyeleksi dan peserta seleksi.

3) Menghemat biaya.

Page 93: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

80

4) Prosesnya mudah.

Sedangkan kekurangannya adalah tidak mampu menjangkau kompetensi

peserta seleksi secara mendalam karena mereka hanya menuliskan pilihan saja

tanpa disertai dengan argumentasi atau pengetahuan dasar tentang pilihan

yang ditentukan.

Seleksi yang dilakukan dengan cara menjawab beberapa pertanyaan

diyakini dapat memberikan hasil yang lebih baik. Karena dengan melihat

jawaban peserta seleksi akan diperoleh gambaran tentang argumen ataupun

pengetahuan dasar yang dimiliki. Memang tugas penyeleksi menjadi lebih

berat karena harus mempersiapkan pertanyaan dan mengoreksi lembar

jawaban, selain itu waktu seleksi juga menjadi lebih lama dibandingkan

dengan sekedar menuliskan pilihan saja. Tentu biaya yang dikeluarpun

menjadi lebih banyak.

2. Pengorganisasian

Menurut Solihin (2012: 92) fungsi pengorganisasian adalah membagi

pekerjaan kepada para pelaksana tugas serta mengembangkan struktur

hubungan antar pelaksana tugas sehingga tugas tersebut dapat dilakukan.

Pengorganisasian didefinisikan sebagai proses penciptaan struktur organisasi

(Robbins dan Coulter, 2005: 284) dengan mempertimbangkan tujuan, sumber

daya, dan lingkungan organisasi.

Nickels, McHugh dan McHugh (1997) dalam Sule dan Saefullah (2015:

11) menyebutkan fungsi pengorganisasian meliputi beberapa kegiatan di

bawah ini:

Gambar 4.13

Fungsi Pengorganisasian

a. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan

menetapkan prosedur

Sumber daya organisasi yang terdiri dari tangible recources

(sumber daya berwujud) dan intangible resources (sumber daya tidak

Mengalokasikan sumber daya , merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur

Menetapkan struktur organisasi

Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan SDM

Kegiatan penempatan SDM

Page 94: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

81

berwujud) (Solihin, 2009: 11) perlu dialokasikan dengan tepat. Terjadinya

kekeliruan dalam pengalokasian sumber daya dapat menyebabkan

pelaksanaan rencana organisasi menjadi terhambat.

Tangible resources disebut juga dengan sumber daya fisik seperti

tanah, mesin, modal, keterampilan-keterampilan manusia, bahan mentah,

dan teknologi. Sedangkan nama lain intangible resources adalah sumber

daya non fisik yang meliputi reputasi organisasi, pengetahuan dan

pengalaman SDM, nama merek, dan hubungan dengan konsumen.

MAN 15 Jakarta memiliki sumber daya organisasi baik tangible

resources maupuan intangible resources yang memadai. Dilihat dari

sumber daya guru pendidikan keterampilan (intangible resources), MAN

15 Jakarta didukung oleh guru-guru yang memenuhi kualifikasi untuk

masing-masing jenis keterampilan. Guru-guru keterampilan ini bukanlah

“guru jadi-jadian” yang direkrut secara sembarangan. Mereka adalah guru-

guru profesional dengan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan

jenis keterampilan yang diajarkannya. Bahkan salah satu diantara mereka

adalah pemilik usaha konveksi rumahan yang cukup berkembang, dunia

yang berhubungan erat dengan keterampilan yang diajarkannya di sekolah

yakni keterampilan tata busana.

Intangible resources lain yang dimiliki MAN 15 Jakarta adalah

dua dari empat orang guru keterampilan merupakan pemegang sertifikat

asesor LSP. Tentu hal ini akan memudahkan MAN 15 Jakarta untuk

mendapatkan izin pendirian LSP di lingkungan sekolah, terlebih lagi

dukungan dari pemerintah daerah dan pusat juga sudah didapatkan. Ada

beberapa keuntungan yang didapatkan bila memiliki LSP sendiri, yaitu

bisa mengadakan uji kompetensi mandiri, bisa mengeluarkan sertifikat

keahlian yang bisa dipercaya dan diakui oleh DUDI, menjadi salah satu

peluang untuk menjalin relasi, bisa menjadi ajang promosi sekolah, dan

menjadi sumber pendapatan sekolah.

MAN 15 Jakarta dikenal sebagai MA reguler yang memiliki

program tambahan keterampilan. Jelas ini akan menjadi daya tarik

tersendiri untuk masyarakat yang ingin membuat anak-anaknya menjadi

pribadi yang pandai, terampil, sekaligus mandiri. Banyak orang tua yang

memilih sekolah ini karena adanya program keterampilan. Orang tua

berpikir jika nanti anaknya tidak melanjutkan pendidikan ke PT maka anak

ini tidak akan menganggur di rumah, akan tetapi mereka bisa berkarya

dengan memanfaatkan keterampilan yang telah diperoleh di sekolah untuk

bekerja atau kuliah sambil bekerja.

Sumber daya organisasi yang berbentuk tangible recources juga

memiliki peran yang tidak kalah pentingnya. Pendidikan keterampilan di

MAN 15 Jakarta mempunyai sarana dan prasarana yang cukup lengkap.

Masing-masing keterampilan memiliki workshop yang dilengkapi dengan

berbagai macam alat dan bahan keterampilan yang berfungsi sebagai

media pembelajaran. Meskipun workshop keterampilan elektro mengalami

perampingan namun fungsi dasarnya masih berjalan dengan baik.

Workshop yang semula luas dan nyaman digunakan dibagi menjadi dua

bagian, satu bagian untuk workshop elektro dan satu bagian lagi untuk

kelas reguler.

Page 95: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

82

Keadaan ini tentunya tidak lepas dari peran pemimpin/kepala

sekolah, karena pemegang kekuasaan puncak di sekolah adalah kepala

sekolah. Kebijakan yang ditetapkan kepala sekolah bisa jadi berefek

kurang baik bagi sebagian orang, walaupun pada dasarnya kebijakan ini

diambil untuk kemaslahatan sekolah.

b. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis

kewenangan dan tanggung jawab.

Struktur organisasi merupakan kerangka kerja organisasi yang

didalamnya terdapat garis kewenangan dan tanggung jawab. Individu yang

bekerja harus memperhatikan garis kewenangan dan tanggung jawab yang

terdapat dalam struktur organisasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari

adanya tumpang tindih atau tabrakan antara kewenangan, tugas, dan

tanggung jawab setiap individu.

Struktur organisasi yang dibuat oleh MAN 15 Jakarta hampir

sama dengan struktur organisasi pada umumnya. Kepala sekolah sebagai

puncak pimpinan yang dibantu dengan TU dan beberapa wakil kepala

sekolah yang meliputi wakil kepala sekolah urusan kurikulum, wakil

kepala sekolah urusan kesiswaan, wakil kepala sekolah urusan hubungan

masyarakat, dan wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana.

Peran kepala sekolah yang biasa disebut dengan EMASLIM

(educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator,

motivator) tidak bisa dipandang sebelah mata. Untuk menjalankan tugas

berat ini kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah pada bidang-

bidang tertentu, diantaranya adalah waka kurikulum, waka kesiswaan,

waka sarana dan prasarana, dan waka humas. Wakil kepala sekolah akan

bekerja sesuai dengan tupoksi dan arahan dari kepala sekolah. Tugas wakil

kepala sekolah tidak bisa berdiri sendiri, masing-masing mempunyai

keterikatan dan saling berhubungan antara satu dan lainnya. Sebagai

contoh tugas seorang wakil kepala sekolah bidang kurikulum adalah

memastikan kegiatan pembelajaran di sekolah berjalan efektif dan sesuai

aturan. Pembelajaran dapat dilakukan jika melibatkan guru dan peserta

didik yang sudah terdaftar dalam akun resmi yang ditetapkan pemerintah.

Guru dan peserta didik dapat belajar dengan nyaman jika didukung dengan

sarana dan prasarana yang memadai. Peserta didik bisa masuk sekolah

tertentu setelah mendaftar dengan persetujuan dari orang tua.

Guru-guru keterampilan terhubung garis komando secara langsung

dengan kepala sekolah. Selain itu ada garis koordinatif yang

menghubungkan antar sesama guru, guru dengan wali kelas, guru dengan

wakil kepala sekolah, guru dengan tenaga kependidikan memiliki arti

bahwa setiap bagian sekolah harus saling berkoordinasi. Garis komando

dan koordinatif dibuat untuk memaksimalkan kinerja masing-masing

individu di sekolah.

c. Kegiatan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan begitu

cepat tanpa bisa dibendung. Fungsi dunia pendidikan sebagai penyedia

SDM yang berkualitas menjadi semakin berat. Mau tidak mau dunia

Page 96: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

83

pendidikan harus berjalan beriringan dengan perkembangan itu sendiri.

Sekolah yang tidak mau mengupgrade dirinya akan ditinggalkan oleh

pelanggan. Bukan tidak mungkin sekolah semacam ini lambat laun akan

gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan sekolah lain.

Pelatihan dan pengembangan SDM merupakan upaya

penyelarasan antara perkembangan IPTEK dengan keberadaan organisasi.

Pelatihan dan pengembangan SDM bertujuan untuk memastikan dan

memelihara SDM yang tersedia tetap memenuhi kualifikasi yang

ditetapkan (Sule dan Saefullah, 2015: 204) serta meningkatkan mutu

SDM. Dengan mengirim guru mengikuti pelatihan, seminar, dan loka

karya mutu organisasi dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Menurut

Nurkolis (2003: 119) peran kepala sekolah sebagai educator dapat

dipenuhi dengan cara mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-

penataran.

Ulfatin dan Triwiyanto (2016: 143) menyebutkan bahwa salah

satu tujuan diselenggarakannya pelatihan adalah meningkatkan

ketertarikan atau komitmen guru beserta tenaga kependidikan terhadap

sekolah dan membina persepsi guru serta tenaga kependidikan bahwa

sekolah adalah tempat terbaik untuk bertugas. Rutinitas yang sama di

setiap harinya dapat menimbulkan kebosanan pada pelakunya. Solusi yang

tepat untuk menghilangkan rasa bosan adalah mengadakan kegiatan

refreshing dan recharging dengan cara mengirimkan guru-guru pada

kegiatan seminar, pelatihan, atau sejenisnya. Selain mendapatkan

tambahan ilmu dan wawasan, semangat dan motivasi mengajar guru juga

akan tumbuh kembali.

d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat.

The right man in the right place, ungkapan ini layak diterapkan di

organisasi manapun termasuk sekolah. Setiap manusia terlahir dengan

kemampuan yang bervariasi dan perlu diapresiasi dengan memberikan

tempat yang tepat agar kemampuan itu bisa disalurkan dan dikembangkan.

Dengan menempatkan guru-guru keterampilan sesuai spesifikasi dan latar

belakang pendidikan yang dimiliki menjadi salah satu langkah nyata untuk

memajukan pendidikan keterampilan.

Guru-guru keterampilan yang memenuhi kualifikasi tidak akan

mengalami kesulitan karena mereka mengajar sesuai dengan ilmu dan

passion yang ada pada dirinya. Penempatan guru yang tepat dapat

memberikan manfaat, yaitu mendukung terciptanya pembelajaran yang

aktif, inovatif, dan menyenangkan dan dapat meningkatkan semangat

belajar peserta didik.

e. Pengaturan jadwal dan waktu pembelajaran

Alokasi waktu belajar keterampilan yang ditentukan berdasarkan

SK Dirjen Pendis Nomor 1023 tahun 2016 adalah 45 menit per JP dan

diberikan sebanyak 6 JP per minggu. Alokasi waktu JP untuk mata

pelajaran lain pun juga sudah ditetapkan. Berikut adalah perbedaan

struktur kurikulum yang tercantum dalam SK Dirjen Pendis No 1023

tahun 2016 dan MAN 15 Jakarta:

Page 97: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

84

Tabel 4.13

Perbedaan Struktur Kurikulum antara SK Dirjen Pendis No. 1023 Tahun

2016 dengan MAN 15 Jakarta

Mata Pelajaran SK Dirjen

Pendis No. 1023

Tahun 2016

MAN 15

Jakarta

Kelas

SKI 2 1 XI

Sejarah Indonesia 2 1 XI

Bahasa Arab 4 2 X

PJOK 3 2 X, XI, XII

Seni Budaya 2 - XII

Prakarya dan

Kewirausahaan

2 - XII

Muatan Lokal 2 - X, XI, XII

Keterampilan 6 4 X, XI

Keterampilan 6 2 XII

BK - 2 X, XI

Bimbel - 4 XII

Jumlah JP per Minggu 53 50 X

55 50 XI, XII

Alokasi waktu per JP 45 menit 40 menit X, XI, XII

Tabel di atas menunjukkan bahwa struktur kurikulum yang

terdapat pada SK Dirjen Pendis Nomor 1023 tahun 2016 belum

diimplementasikan sepenuhnya oleh MAN 15 Jakarta. MAN 15 Jakarta

merasa struktur kurikulum yang dibuat oleh pemerintah terlalu padat

sehingga apabila diimplementasikan sepenuhnya akan membuat peserta

didik dan guru pulang lebih lama dan pembelajaran menjadi tidak

maksimal.

Jam belajar harian di MAN 15 Jakarta sudah sesuai dengan aturan

Permendikbud Nomor 23 tahun 2017 tentang Hari Sekolah yang

menjelaskan bahwa jam belajar setiap hari adalah 8 jam dan dilakukan

selama 5 hari efektif. Kebutuhan guru keterampilan terhadap jam minimal

tatap muka per minggu sebanyak 24 jam pun terpenuhi. Dengan demikian

guru-guru keterampilan layak mendapatkan tunjangan sertifikasi.

Sebagaimana disebutkan dalam SK Dirjen Pendis nomor 1023

tahun 2016 bahwa MAPK harus menggunakan struktur kurikulum yang

berlaku di MA pada umumnya tanpa ada pengurangan mata pelajaran

membuat beban belajar di MAPK lebih tinggi dibandingkan dengan MA

reguler. Jika bercermin pada kebijakan tersebut maka seharusnya input

MAPK harus lebih baik dibandingkan dengan MA reguler.

3. Pelaksanaan

Setelah perencanaan dibuat dan pengorganisasian dilakukan, maka

langkah selanjutnya adalah pelaksanaan. Pelaksanaan sebuah kegiatan

Page 98: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

85

melibatkan berbagai sumber daya organisasi, mulai dari dana, sarana dan

prasarana, dan SDM. SDM akan menjadi faktor utama dan penentu

keberhasilan sebuah pelaksanaan kegiatan. Sebaliknya kegagalan sebuah

kegiatan juga bisa diakibatkan karena human error. Kolaborasi dan kerjasama

seluruh SDM dalam organisasi akan membuat kegiatan yang berat menjadi

ringan dan sesuatu yang sulit menjadi mudah.

Bentuk kegiatan pelaksanaan dalam pendidikan keterampilan adalah

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru keterampilan dan

implementasi proses kepemimpinan. Proses pembelajaran di sekolah terjadi

karena adanya interaksi antara guru dan peserta didik. Sedangkan materi yang

diajarkan seorang guru berasal dari kurikulum yang telah ditetapkan. Idealnya

kegiatan pembelajaran dilakukan oleh seorang guru dengan memanfaatkan

media pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar.

Pendidikan keterampilan merupakan pendidikan yang lebih

menitikberatkan praktik dibandingkan dengan teori. Dalam pembelajaran

keterampilan struktur kurikulum terbentuk dari 70% praktik dan 30% teori.

Besarnya persentase praktik dibandingkan dengan teori diharapkan mampu

memberikan pengalaman belajar yang aplikatif bagi peserta didik, sehingga

peserta didik benar-benar dapat menyerap materi dan mampu

mengaplikasikannya dalam kehidupan.

Desain kurikulum yang dibuat sedemikian rupa pada mulanya adalah hasil

inovasi guru-guru keterampilan sendiri. Keterlambatan pemerintah dalam

menerbitkan pedoman pelaksanaan pendidikan keterampilan di MA membuat

MA penyelenggara keterampilan tidak memiliki arah yang jelas. Sekolah

mengalami kebingungan sehingga implementasi kurikulum nasional menjadi

setengah-setengah dan pendidikan keterampilan juga tidak sepenuhnya

maksimal.

Pada awal penyelenggaraan program keterampilan pemerintah tidak

melengkapinya dengan juknis pelaksanaan. Pemerintah hanya menyediakan

perangkat pembelajaran keterampilan saja dan menunjuk beberapa sekolah

untuk merealisasikan program. Wajar jika sekolah mengalami kebingungan

terhadap implementasi program keterampilan yang dipelopori oleh

Kementerian Agama Republik Indonesia dan IDB ini. Pihak sekolah berusaha

untuk mengembangkan pendidikan keterampilan yang sudah ada sambil

mencari model pendidikan keterampilan yang tepat yang bisa diterapkan di

sekolah.

Program pendidikan keterampilan mulai diselenggarakan pada tahun 1996,

sedangkan pedoman penyelenggaraan program keterampilan baru dirilis pada

tahun 2016. Selama 20 tahun MAPK bingung akan jati dirinya dan berusaha

mengembangkan keterampilan dengan ijtihadnya masing-masing.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah pedoman yang diterbitkan pemerintah

mampu menyelesaikan seluruh permasalahan yang berhubungan dengan

pendidikan keterampilan di MA. Kenyataannya adalah pedoman

penyelenggaraan program keterampilan yang diterbitkan pemerintah belum

mampu menjadi jawaban atas permasalahan yang terjadi pada MAPK selama

ini. Beban belajar yang begitu banyak membuat peserta didik tidak mampu

menyerap materi/informasi yang disampaikan guru dengan baik. Waktu belajar

yang ada di MAPK sama dengan waktu belajar yang terdapat pada MA

Page 99: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

86

reguler. Sehingga kegiatan PKL/magang tidak bisa dilakukan dengan

maksimal. Belum lagi dengan aturan tentang pengadaan pembantu

guru/toolman yang sulit dipenuhi oleh sekolah. JP keterampilan yang

diberikan sebanyak 6 JP per minggu belum mampu menghasilkan peserta

didik yang mumpuni dan terampil. Selain KBM di workshop pendidikan

keterampilan juga harus didukung dengan berbagai macam kegiatan yang lain,

misalnya PKL, IHT, dan kunjungan industri. Kegiatan penunjang tentunya

juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan menuntut adanya win-win

solution antara pihak sekolah dengan orang tua.

Menurut Nickels, McHugh dan McHugh (1997) dalam Sule dan Saefullah

(2015: 11) implementasi proses kepemiminan merupakan kegiatan yang

tercakup dalam fungsi pelaksanaan. Pemimpin sebagai motor penggerak yang

memiliki otoritas penuh untuk memberdayakan seluruh sumber daya

organisasi. Jika organisasi diibaratkan sebagai kereta maka pemimpin adalah

lokomotifnya. Gerbong kereta akan selalu mengikuti arah jalan sang

lokomotif, bila lokomotif salah jalan maka seluruh gerbong kereta juga akan

mengalami hal yang sama.

Dalam menjalankan tugasnya pemimpin harus menguasai berbagai macam

keterampilan agar organisasi yang dipimpinnya berjalan dengan baik.

Keterampilan yang perlu dikuasai oleh seorang pemimpin adalah conceptual

skills, human skills, dan technical skills (Tambunan, 2015: 37). Conceptual

skills adalah kemampuan untuk berpikir dan bekerja dalam kaitannya dengan

model, kerangka, hubungan yang luas (Tambunan, 2015: 39), ide, dan konsep

(Northouse, 2013: 46). Pemimpin harus memiliki keterampilan menciptakan

konsep, ide, dan gagasan yang berkorelasi dengan kegiatan dalam organisasi.

Pendidikan keterampilan sebagai salah satu program unggulan di MAN 15

Jakarta menuntut perhatian lebih dari kepala sekolah. Peran ganda yang

dilakoni MAN 15 Jakarta tidaklah ringan. Implementasi dua kurikulum

sekaligus membuat sekolah ini berbeda dengan sekolah pada umumnya.

Disinilah penguasaan conceptual skills kepala sekolah akan diuji. Kepala

sekolah yang menguasai conceptual skills secara matang bisa menciptakan

berbagai terobosan/alternatif yang bermanfaat bagi peningkatan mutu

pendidikan keterampilan. Sebaliknya kepala sekolah yang terbatas penguasaan

conceptual skillsnya akan mengakibatkan mutu pendidikan keterampilan

menjadi stagnan bahkan mengalami kemunduran.

Human skills adalah kemampuan bekerja secara efektif dengan orang-

orang dan membina kerja tim (Tambunan, 2015: 39). Implementasi human

skills di sekolah tidak hanya terbatas pada SDM intern sekolah saja, melainkan

pada seluruh manusia yang terlibat dengan sekolah secara langsung maupun

tidak langsung. Kepala sekolah harus pandai memahami perasaan orang lain,

mampu berkomunikasi dengan baik, mahir meyakinkan orang lain, dan pandai

memberikan motivasi. Human skills bisa bermanfaat untuk membangun relasi

dengan DUDI ataupun pihak lain. Dengan demikian kegiatan pendidikan

keterampilan yang berhubungan dengan kemitraan bisa berjalan dengan baik.

4. Pengendalian

Page 100: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

87

Fungsi manajemen yang terakhir adalah pengendalian. Penulis akan

mengklasifikasikan pengendalian dalam pendidikan keterampilan menjadi dua

bagian, yaitu:

a. Pengendalian hasil belajar

Pengendalian hasil belajar peserta didik terbagi menjadi tiga: penilaian

hasil belajar, uji kompetensi, sertifikasi keahlian, dan sertifikasi magang.

Penilaian hasil belajar pendidikan keterampilan menurut SK Dirjen Pendis

nomor 1023 adalah sesuai dengan aturan kurikulum 2013. Sistem

penilaian Kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud nomor 23 tahun

2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Permendikbud nomor 23

tahun 2016 menyebutkan bahwa penilaian pendidikan pada pendidikan

dasar dan pendidikan menengah terdiri atas:

1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik

2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

3) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah

Penilaian hasil belajar oleh pendidik akan digunakan untuk menyusun

laporan kemajuan hasil belajar harian, akhir semester, dan akhir

tahun/kenaikan kelas. Sebelum menyusun laporan akan diadakan penilaian

oleh pendidik terlebih dahulu. Penilaian ini terdiri dari penilaian harian

(PH), penilaian akhir semester (PAS), dan penilaian akhir tahun/kenaikan

kelas (PAT/PKK). PH dilakukan setelah satu kompetensi dasar diajarkan

dan diberikan pada saat pembelajaran efektif. Sedangkan PAS dan

PAT/PKK diselenggarakan oleh pihak sekolah dengan membentuk panitia

pelaksana secara khusus. Panitia pelaksana mempunyai tugas untuk

mengatur jadwal serta segala keperluan yang berhubungan dengan

pelaksanaan PAS dan PAT/PKK. Aspek yang dinilai adalah aspek

pengetahuan dan keterampilan, sedangkan aspek sikap dinilai pada waktu

pembelajaran.

Sebagai salah satu mata pelajaran di MAN 15 Jakarta pendidikan

keterampilan seharusnya dinilai sesuai dengan ketentuan di atas. Idealnya

pendidikan keterampilan melakukan PAS, dan PAT/PKK pada setiap

tingkatan kelas dengan jadwal penilaian yang terstruktur.

Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan guru-guru keterampilan

mengadakan PH, PAS, dan PAT/PKK secara mandiri pada waktu belajar

efektif. Mata pelajaran keterampilan tidak termasuk dalam mata pelajaran

yang diujikan dalam PAS dan PAT/PKK. Meskipun demikian guru-guru

keterampilan diwajibkan untuk menyerahkan nilai mata pelajaran

keterampilan kepada wali kelas sebagai nilai PAS atau PAT/PKK.

Kegiatan penilaian yang dilakukan secara serempak pada waktu

tertentu memberikan kesan positif tersendiri baik bagi guru maupun

peserta didik. Dengan adanya PAS dan PAT yang terstruktur guru-guru

keterampilan akan lebih bersemangat dalam mengajar. Mereka akan

berpikir bahwa mata pelajaran keterampilan memiliki kedudukan yang

sama dengan mata pelajaran lainnya. Peserta didik akan lebih termotivasi

dan antusias ketika mengikuti pembelajaran di kelas karena akan ada PAS

Page 101: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

88

dan PAT yang harus mereka ikuti. Selain itu peserta didik tidak akan

menganggap remeh mata pelajaran keterampilan karena tanpa disadari

adanya pemikiran yang menyebutkan bahwa mata pelajaran yang tidak

diujikan secara terstruktur adalah mata pelajaran yang tidak penting.

Selain penilaian yang diatur dalam Kurikulum 2013 pendidikan

keterampilan juga mempunyai sistem evaluasi tersendiri sebagaimana

diatur dalam SK Dirjen Pendis nomor 1023 tahun 2016. Dalam SK

tersebut tertulis bahwa jenis evaluasi yang terdapat pada pendidikan

keterampilan berbentuk teori dan praktik dengan bobot teori 30% dan

praktik 70%. Persentase antara teori dan praktik dalam sistem evaluasi

sejalan dengan persentase dalam pembelajaran. Di akhir pendidikan

keterampilan peserta didik akan mengikuti uji kompetensi oleh pihak yang

berkompeten seperti BLK, LSP, BNSP, dan DUDI. Peserta didik yang

mengikuti uji kompetensi dengan pihak yang berkompeten akan

mendapatkan sertifikat keahlian yang disahkan oleh kepala sekolah dan

lembaga yang menguji/DUDI.

Uji kompetensi lebih bersifat memberi kesempatan kepada peserta

didik untuk memperoleh sertifikasi (pengakuan) terhadap keahlian yang

dimiliki sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja (Rivai dan Murni,

2012: 98). Uji kompetensi ini mutlak menjadi hak peserta didik, namun

sangat disayangkan karena sekarang tidak lagi diberikan. Penghapusan uji

kompetensi dikarenakan beberapa hal, diantaranya adalah terputusnya

kerjasama antara MAN 15 Jakarta dengan BLK. Saat ini uji kompetensi

hanya dilakukan oleh guru-guru keterampilan di lingkungan sekolah.

Kemudian peserta didik akan mendapatkan sertifikat yang dikeluarkan

oleh sekolah dan disahkan oleh kepala sekolah.

Dalam dunia kerja sertifikat keahlian yang diakui adalah sertifikat

keahlian yang diterbitkan oleh lembaga yang berkompeten dan memiliki

kredibilitas. Sertifikat keahlian ini menjadi dokumen penting yang bisa

menggambarkan sekaligus menjadi jaminan keahlian yang dikuasai

pemegang sertifikat. Seseorang bisa dengan mudah memasuki dunia kerja

dengan menggunakan sertifikat keahlian. Sebaliknya seseorang yang tidak

memiliki sertifikat keahlian akan mengalami kesulitan dalam mencari

pekerjaan.

Sebagai MA penyelenggara program keterampilan sertifikat keahlian

menjadi barang berharga bagi lulusan MAN 15 Jakarta terlebih lagi bagi

mereka yang tidak melanjutkan pendidikan ke PT. Uji kompetensi

merupakan kegiatan terakhir yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik

untuk mengetahui daya serap terhadap pendidikan yang selama ini

dijalani. Hilangnya uji kompetensi akan membuat mata rantai proses

pembelajaran pendidikan keterampilan menjadi terputus. Proses yang tidak

sempurna membuat hasil akhir menjadi tidak maksimal.

Pendidikan keterampilan juga dilengkapi dengan program

magang/PKL. Program ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan

Page 102: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

89

pengalaman peserta didik secara langsung di dunia usaha/kerja. Peserta

didik berkesempatan untuk berinteraksi dengan para professional secara

langsung. Pada program inilah peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu

yang didapat selama belajar di workshop keterampilan.

Waktu pelaksanaan PKL diatur sesuai dengan kebijakan industri yang

ditempati, biasanya berkisar antara 1 sampai 3 bulan. Terdapat perbedaan

yang cukup besar terkait pengaturan waktu di dunia industri dan dunia

pendidikan. Dunia pendidikan yang memuat berbagai macam kegiatan

memiliki aturan tersendiri sesuai dengan kurikulum dan kalender

akademik yang disahkan pemerintah. Permintaan DUDI terhadap

pelaksanaan PKL selama 1 sampai 3 bulan menimbulkan permasalahan

baru di sekolah. Karena selain sebagai penyelenggara pendidikan

keterampilan MAN 15 Jakarta juga memiliki kewajiban untuk

mengimplementasikan kurikulum nasional secara utuh. Sangat tidak

memungkinkan bila sekolah memberikan waktu selama 1 sampai 3 bulan

bagi peserta didik untuk melakukan PKL mengingat kegiatan

pembelajaran untuk mata pelajaran lainnya harus tetap dilaksanakan.

Permasalahan lain yang muncul adalah ketika DUDI tidak

menjalankan perannya secara maksimal terhadap program PKL. Di

lapangan masih ditemui keberadaan DUDI yang memberikan tugas diluar

keahlian peserta PKL sehingga membuat program ini kehilangan ruhnya.

Tentu saja hal ini sangat merugikan peserta PKL mengingat tujuan

utamanya tidak tercapai. Harus ada kesepakatan dan komitmen antara

pihak sekolah dengan DUDI tentang tugas dan kewajiban masing-masing

pihak dalam kegiatan PKL. Kegiatan semacam ini merupakan upaya

preventif yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak agar tidak ada

salah satu pihak yang merasa dirugikan.

Sebenarnya keberadaan DUDI yang mengesampingkan keahlian

peserta PKL lazim ditemui di berbagai tempat. Tidak hanya terjadi pada

program PKL yang diadakan oleh MA penyelenggara keterampilan saja.

Keadaan ini sudah menjadi potret yang menghiasi program PKL dari

berbagai instansi. Dibutuhkan kesadaran dari DUDI supaya bersedia

membimbing peserta PKL sehingga bisa menjadi individu yang

berkompeten di bidang masing-masing. Karena bagaimanapun juga

mereka adalah tunas bangsa yang akan menggantikan generasi tua di masa

mendatang.

b. Pengendalian program pendidikan keterampilan

Menurut Robbins dan Mary (2007: 232) pengendalian adalah

proses memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan itu

diselesaikan seperti yang telah direncanakan dan proses mengoreksi setiap

penyimpangan yang berarti. Tercapai atau tidaknya tujuan organisasi bisa

diukur melalui pengendalian. Jika tujuan organisasi tidak tercapai maka

perlu dilakukan langkah evaluasi yang berujung pada perbaikan.

Sebaliknya, jika tujuan organisasi tercapai maka langkah selanjutnya

adalah meningkatkan mutu dan prestasi organisasi. Karena pada dasarnya

Page 103: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

90

tujuan akhir dari pengendalian adalah untuk mengukur ketercapaian tujuan

organisasi yang menjadi benchmarks mutu sebuah organisasi.

Chuck William (2001: 279) berpendapat bahwa ada tiga metode

dasar pengendalian, yaitu berdasarkan umpan balik, yang terjadi

bersamaan, dan pengendalian sebelum terjadi. Pengendalian sebelum

terjadi disebut juga dengan pengendalian pencegahan (Robbins dan Mary,

2007: 248).

Tabel 4.14

Metode Pengendalian

Metode Pengendalian Definisi

Pengendalian umpan balik Mekanisme untuk mengumpulkan

informasi tentang ketidaksempurnaan

prestasi setelah terjadi (Chuck

William, 2001: 279).

Pengendalian yang terjadi

bersamaan

Mekanisme untuk mengumpulkan

informasi mengenai kekurangan

prestasi pada saat terjadinya (Chuck

William, 2001: 279).

Pengendalian sebelum terjadi Mekanisme untuk mengumpulkan

informasi mengenai kekurangan-

kekurangan dari kinerja sebelum hal

itu terjadi (Chuck William, 2011:

280).

Sumber: Chuck William (2011: 279 – 280)

Pengendalian pendidikan keterampilan di MAN 15 Jakarta

menggunakan metode pengendalian umpan balik. Proses implementasi

pengendalian umpan balik diawali dengan mengumpulkan data/informasi

tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan keterampilan

dari berbagai sumber. Informasi yang terkumpul dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan untuk memperbaiki prestasi selanjutnya.

Metode pengendalian umpan balik dipakai untuk memperbaiki prestasi

baik secara personal maupun universal organisasi.

Informasi yang terhimpun menjadi bahan materi yang akan dibahas

dalam rapat evaluasi kinerja sekolah, di sinilah fungsi manajemen

pengendalian akan mengambil perannya. Apakah program yang

berhubungan dengan pendidikan keterampilan akan dipertahankan, diganti

dengan program lainnya, atau justru dihapuskan. Jika program memiliki

manfaat bagi seluruh warga sekolah, maka program tersebut tidak akan

dihapuskan. Namun sebaliknya jika program berjalan kurang efektif dan

sedikit manfaatnya maka program akan diganti atau dihapuskan.

Pengendalian umpan balik diaplikasikan pada program IHT dan PKL.

Dalam rapat evaluasi kinerja sekolah program ini dibahas secara terbuka

oleh pimpinan dan seluruh guru. Berbagai fakta dan data diungkapkan

dalam rapat ini. Guru-guru keterampilan tidak memiliki power yang cukup

Page 104: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

91

untuk mempertahankan program IHT dan PKL. Adanya sikap diskriminasi

antara mata pelajaran pendidikan keterampilan dengan mata pelajaran

lainnya membuat posisi guru-guru keterampilan menjadi semakin sulit.

Ditambah lagi guru keterampilan juga kalah kuantitas jika dibandingkan

dengan guru-guru diluar mata pelajaran keterampilan. Keadaan inilah yang

membuat kepala sekolah memutuskan program IHT dan PKL

dinonaktifkan tanpa disertai dengan pembuatan program

pengganti/alternatif.

Kondisi di lapangan menunjukkan penonaktifan IHT dan PKL

memberikan dampak terhadap penurunan skill peserta didik. Jam belajar

efektif di sekolah belum cukup memadai untuk menghasilkan peserta didik

yang berkompeten di bidang keterampilan. Dampak ini memang tidak

tampak dalam waktu singkat dan secara langsung. Perlahan-lahan

degradasi skill peserta didik terjadi dan guru-guru keterampilan lah yang

dapat merasakannya.

Kepala sekolah memiliki peran besar dalam menentukan kemajuan

pendidikan keterampilan. Perhatian yang diberikan kepala sekolah akan

menumbuhkan semangat guru-guru keterampilan.

Dalam manajemen sarana dan prasarana dikenal dengan istilah

penghapusan sarana dan prasarana. Kata penghapusan diartikan sebagai

kegiatan untuk meniadakan barang sesuai dengan aturan yang berlaku.

Menurut Bafadal (2004) tujuan penghapusan barang salah satunya adalah

menghapuskan barang-barang yang out of date dari lembaga agar tidak

memboroskan tempat atau ruangan.

Perangkat keterampilan yang terdapat di workshop perlu dipilah untuk

memisahkan perangkat yang masih bagus dan perangkat yang out of date.

Ruangan workshop keterampilan sangatlah terbatas. Oleh karena itu perlu

dilakukan penghapusan terhadap perangkat keterampilan yang tidak

dibutuhkan dan out of date. Penghapusan ini dilakukan agar workshop

menjadi lebih luas dan nyaman digunakan. Perangkat keterampilan bisa

dihapuskan jika memenuhi syarat yang terdapat dalam aturan penghapusan

barang. Syarat penghapusan barang menurut Nurabadi (2014: 79) adalah:

1) Diklasifikasikan mengalami kerusakan berat.

2) Dipandang tidak sesuai dengan kebutuhan.

3) Dipandang kuno sehingga tidak efektif dan efisien lagi.

4) Menurut aturan tertentu terkena larangan.

5) Mengalami penyusutan

6) Melebihi kapasitas sehingga tidak dipergunakan lagi.

7) Dilihat dari segi utilitasnya tidak seimbang dengan kerumitan

pemeliharaannya.

8) Barang-barang yang dicuri.

9) Barang-barang yang diselewengkan.

10) Barang-barang yang terbakar atau musnah akibat bencana alam.

BAB V

Page 105: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

92

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan tentang manajemen

pengembangan pendidikan keterampilan vokasional di MAN 15 Jakarta dapat

disimpulkan bahwa:

1. Implementasi fungsi manajemen

a. Perencanaan

1) Menggunakan teknik delegatif dan konsultatif.

2) Waktu pembuatan perencanaan kegiatan bersifat fleksibel dan dinamis.

3) Kegiatan perencanaan meliputi: analisis kebutuhan masyarakat,

perumusan visi dan misi sekolah, pembuatan perangkat pembelajaran,

penentuan objek kunjungan industri, penentuan tempat PKL, pendanaan.

j. Pengorganisasian

1) Penetapan struktur organisasi.

2) Rekrutmen guru.

3) Placement guru dan peserta didik.

4) Penentuan kedudukan pendidikan keterampilan.

5) Pengalokasian sarana dan prasarana.

6) Pengaturan jadwal dan waktu pembelajaran.

7) Pengembangan SDM.

k. Pelaksanaan

1) Kegiatan pembelajaran di workshop keterampilan.

2) Kemitraan dengan DUDI: kunjungan industri, PKL, dan IHT.

3) Implementasi proses kepemimpinan.

l. Pengendalian

1) Penilaian hasil belajar yang terdiri dari penilaian harian, penilaian akhir

semester, dan penilaian akhir tahun.

2) Uji kompetensi keahlian.

3) Sertifikasi keahlian dan sertifikasi magang.

4) Evaluasi pendidikan keterampilan.

2. Kendala dan solusi dalam pelaksanaan pendidikan keterampilan adalah sebagai

berikut:

a. Perubahan kebijakan pemerintah terkait peran BLK di MAPK. Solusinya

adalah dengan mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan asesor yang

diadakan oleh BNSP. Guru yang lulus dalam pelatihan tersebut

mendapatkan sertifikat sebagai asesor dan boleh melakukan uji kompetensi

dengan cara menginduk pada LSP tertentu.

b. Pergantian kurikulum menjadi hal yang lazim di dunia pendidikan. Oleh

karena itu guru harus mampu beradaptasi dengan cepat sehingga kegiatan

pembelajaran tetap berjalan efektif.

c. Keterlambatan pemerintah dalam menerbitkan peraturan yang menjadi

pedoman bagi pendidikan keterampilan di MAPK. Sekolah berusaha

mengatasi kendala ini dengan cara menciptakan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari SKL, KI, KD, materi pembelajaran, penilaian hasil belajar,

dan buku paket secara mandiri. Perangkat pembelajaran dibuat dengan

memperhatikan kurikulum yang berlaku dan mengadopsi materi yang

terdapat di SMK.

Page 106: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

93

d. Pergantian kepala sekolah yang berimbas pada perubahan kebijakan internal

sekolah. Solusinya adalah guru-guru keterampilan tetap berkomunikasi

secara aktif dan berusaha melaksankan kebijakan yang sudah ditetapkan.

e. Terbatasnya biaya operasional. Munculnya metode pengadaan bahan praktik

pada masing-masing keterampilan merupakan solusi terhadap kendala ini.

f. Tidak adanya pembantu guru/toolman. Pendidikan keterampilan yang sarat

dengan alat dan bahan membutuhkan adanya toolman. Dengan tidak adanya

toolman guru-guru keterampilan berusaha untuk menyelesaikan

permasalahan sendiri. Jika permasalahan sudah terlalu berat dan tidak bisa

diatasi oleh guru-guru keterampilan maka akan diundang teknisi dari luar.

g. Keterlambatan peserta didik datang ke workshop keterampilan. Kendala ini

diselesaikan dengan cara memberikan motivasi kepada peserta didik secara

terus-menerus.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang terdapat pada penelitian ini maka peneliti

dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi MAN 15 Jakarta

a. Manajemen pengembangan pendidikan keterampilan yang telah berjalan

saat ini hendaknya lebih ditingkatkan lagi. Terlebih lagi pada fungsi

pelaksanaan dan pengendalian. Kebijakan seorang pemimpin akan

memberikan pengaruh secara langsung terhadap proses pelaksanaan

pendidikan keterampilan dan pengendalian memiliki korelasi yang kuat

dengan hasil akhir yang dicapai oleh pendidikan keterampilan.

b. Penilaian hasil belajar pendidikan keterampilan dilaksanakan sesuai dengan

aturan yang terdapat pada Kurikulum Nasional. Perlu diingat bahwa model

penilaian hasil belajar akan berpengaruh terhadap output yang dihasilkan.

c. Membentuk unit pengendalian mutu pendidikan keterampilan. Tugas utama

unit ini adalah memastikan pendidikan keterampilan mampu melahirkan

output yang sesuai dengan kebutuhan DUDI. Dalam unit ini pula akan

dibentuk tim perumus kurikulum keterampilan.

d. Mengangkat wakil kepala sekolah bidang keterampilan. Selama ini guru-

guru keterampilan berkomunikasi dengan kepala sekolah dan wakil kepala

sekolah bagian kurikulum secara langsung. Banyaknya tugas mereka

membuat konsentrasi menjadi terpecah. Dengan adanya wakil kepala

sekolah bidang keterampilan diharapkan mampu membuat pendidikan

keterampilan berjalan lebih maksimal.

e. Membuat struktur organisasi khusus untuk pendidikan keterampilan. setelah

mengangkat wakil kepala sekolah bidang keterampilan dan membentuk unit

pengendalian mutu maka langkah berikutnya adalah membuat struktur

organisasi. Garis komando dan garis koordinasi yang terdapat dalam struktur

organisasi akan mempermudah guru-guru keterampilan berkomunikasi

secara efektif.

f. Memaksimalkan keterlibatan orang tua dalam hal pembiayaan pendidikan

keterampilan. Pendidikan keterampilan memiliki kebutuhan yang banyak

sedangkan sekolah memiliki sumber dana yang terbatas. Dengan adanya

biaya yang dibayarkan oleh orang tua secara rutin setiap bulan bisa menjadi

Page 107: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

94

biaya operasional tambahan yang sangat berarti bagi pendidikan

keterampilan.

g. Pengadaan toolman. Bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan

keterampilan keberadaan toolman menjadi bagian yang penting. Pendidikan

keterampilan yang berhubungan langsung dengan alat dan bahan

membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyiapkan dan maintenance.

Oleh karena itu keberadaan toolman akan sangat membantu tugas guru

dalam hal ini.

h. Membangun kerjasama dengan DUDI yang ada di sekitar sekolah. Jika

kerjasama sudah terjalin maka kegiatan PKL/magang bisa dilakukan sesuai

dengan kebutuhan dan aturan kedua pihak (sekolah dan DUDI).

2. Bagi Kementerian Agama

a. Mengadakan kompetisi yang berkaitan dengan pendidikan keterampilan baik

skala kecil maupun besar. Keringnya pendidikan keterampilan dari prestasi

salah satu penyebabnya adalah karena minimnya penyelenggaraan kompetisi

tentang keterampilan di lingkungan Kementerian Agama.

b. Mengkaji lebih dalam tentang pedoman penyelenggaraan pendidikan

keterampilan di MAPK agar dapat menjawab berbagai permasalahan yang

ada.

c. Membuat satu MAPK model yang dapat menjadi rujukan bagi sekolah yang

sejenis untuk belajar dan sebagai pembanding.

DAFTAR PUSTAKA

Page 108: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

95

Apandi, Idris. (2015). Guru kalbu. Bandung: SMILE’s Publishing.

Armstrong, Thomas. (2002). Sekolah para juara menerapkan multiple

intelligences di dunia pendidikan. Jakarta: Kaifa.

Anwar. (2015). Pendidikan kecakapan hidup (Life skills education). Bandung:

Alfabeta.

Bafadal, I. (2004). Manajemen perlengkapan sekolah teori dan aplikasinya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Blinova, Tatiana., Svetlana Bylina, Victor Rusanovskiy. (2015). Vocational

education in the system of determinants of reducing youth unemployment:

interregional comparisons. Procedia Social and Behavioral Sciences, 214,

526-534.

Chatib, Munif. (2011). Sekolahnya manusia. Bandung: Mizan Pustaka.

Couch, Sue et al. (1997). Skills for life. USA: West Publishing Company.

Depdiknas. (2002). Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui

Pendekatan Broad-Based Education. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2012). Petunjuk teknis pendidikan kecakapan hidup. Jakarta:

Depdiknas.

Ernawati, Iim. (2014). Manajemen pelatihan berbasis life skill dalam

meningkatkan kompetensi lulusan pendidikan kesetaraan paket c. Jurnal

EMPOWERMENT. 4 (1), 78-91.

Fatchurochman, Nanang. (2012). Pendidikan madrasah berbasis entrepeneurship.

Depok: Lendean Hati Pustaka.

Fuad, Nurhattati. (2014). Manajemen pendidikan berbasis masyarakat: Konsep

dan strategi implementasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Gunawan, Imam dan Djum Djum, N., Benty. (2017). Manajemen pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Hakim, Lukmanul. (2009). Perencanaan pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Hidayanto. (2002). Belajar Keterampilan Berbasis Keterampilan Belajar. Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan, 037, 562-574.

Kartono, Kartini. (2011). Pemimpin dan kepemimpinan apakah

kepemimpinan abnormal itu?. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Kemendikbud. (2018). Statistik sekolah menengah kejuruan. Jakarta: PDSPK

Kemendikbud.

Page 109: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

96

Kompri. (2015). Manajemen sekolah orientasi kemandirian kepala sekolah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexy J. (2017). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muhaimin, dkk. (2012). Manajemen pendidikan aplikasinya dalam penyusunan

rencana pengembangan sekolah/ madrasah. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Musfah, Jejen. (2017). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Munastiwi, Erni. (2015). The management model of vocational education quality

assurance using holistic skills education. Procedia Social and Behavioral

Sciences, 204, 218 – 230.

Nata, Abuddin. (2005). Filsafat pendidikan islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Nirmala, Intan dan Abdul Naser Rafi’i Attamimi. (2017). Statistik pendidikan

tinggi tahun 2017. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Iptek Dikti.

Northouse, Peter G. (2013). Kepemimpinan: teori dan praktik. (Ati Cahayani,

penerjemah). Jakarta: Indeks.

Nurabadi, A. (2014). Manajemen sarana dan prasarana. Malang: Universitas

Negeri Malang.

Nurdin, Diding dan Imam Sibaweh. (2015). Pengelolaan pendidikan dari teori

menuju implementasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Nurkolis. (2003). Manajemen berbasis sekolah teori, model dan aplikasi, Jakarta:

PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Prabowo, Sugeng Listyo dan Faridah Nurmaliyah. (2010). Perencanaan

pembelajaran pada bidang studi tematik, muatan lokal, kecakapan hidup,

bimbingan dan konseling. Malang: UIN-Maliki Press.

Pramudyo, Anung. (2015). Mempersiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia

Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015. JBMA. II(2),

92 – 99.

Putra, Dwi Aditya. (8 Januari 2019). Pemerintah Jokowi ciptakan 10,34 juta

lapangan kerja baru sejak 2015 hingga 2018. Merdeka.com. Diunduh dari

https://www.google.com/amp/m.merdeka.com/amp/uang/pemerintah-jokowi-

ciptakan-1034-juta-lapangan -kerja-baru-sejak-2015-hingga-2018.html

Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni. (2012). Education management analisis teori

dan praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. (2005). Manajemen. (Harry Slamet,

Penerjemah). Jakarta: Indeks.

Page 110: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

97

Sagala, Syaiful. (2013). Kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan.

Bandung: Alfabeta.

Saroni, Mohammad. (2017). Sertifikasi keahlian siswa. Yogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Siagian, Sondang, P. (2011). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Siswanto, Agus. (2016). The Power of islamic enterpreneurship. Jakarta: Bumi

Aksara.

Solihin, Ismail. (2009). Pengantar manajemen. Jakarta: Erlangga.

Sudjana, Djudju. (2007). Pendidikan nonformal. Jurnal dalam Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan Bagian 2 Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung: Imperial Bhakti

Utama.

Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih dan Erliana Syaodih. (2012). Kurikulum dan

pembelajaran kompetensi. Bandung: Refika Aditama.

Supriyoko, Ki. (2017, 29 Maret). Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Harian

Kedaulatan Rakyat. Yogyakarta.

Sule, Ernie Tisnawati dan Kurniawan Saefullah. (2015). Pengantar manajemen

edisi pertama. Jakarta: Prenadamedia Group.

Syah, Muhibbin. (2013). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Tambunan, Toman Sony. (2015). Pemimpin dan kepemimpinan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Usman, Husaini. (2013). Manajemen teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

______________ (2012). Kepemimpinan pendidikan kejuruan. Yogyakarta: UNY

Press.

Widiasworo, Erwin. (2017). Inovasi pembelajaran berbasis life skill &

enterpreneurship. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Williams, Chuck. (2001). Manajemen. (M. Sabarudin Napitupulu, penerjemah).

Jakarta: Salemba Empat.

Whetten, David A dan Kim S. Cameron. (2007). Pengembangan keterampilan

manajemen. (Edina T. Sofia, penerjemah). Jakarta: Indeks.

Page 111: MANAJEMEN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46050/1/SITI ABIDAH... · “Manajemen Pengembangan Pendidikan Keterampilan Vokasional

98

WHO. (1997). Life skills education for children and adolescent in schools.

Geneva.

Yoga, Miarti. (2018). Saatnya membekali anak dengan kecakapan hidup. Solo:

Tiga Serangkai.

Yukl, Gary. (2015). Kepemimpinan dalam organisasi. (Ati Cahayani, penerjemah).

Jakarta: Indeks.

Zubaidah, Siti. (2017). Keterampilan abad ke-21: Keterampilan yang diajarkan

melalui pembelajaran. Diambil 8 Januari 2019, dari

https://www.researchgate.net/publication/318013627.