Manajemen Pendidkan.
-
Upload
ahmadminwar -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of Manajemen Pendidkan.
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
1/19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat telah
membawa dampak yang sangat besar di bidang pendidikan, khususnya dalam
peningkatan sumber daya manusia. Upaya-upaya telah dilakukan oleh pemerintah,
swasta dan lembaga-lembaga lain di bidang pengembangan sumber daya manusia
belum mampu mengimbangi persyaratan kebutuhan atau tuntutan masyarakat lokal ,
maupun tuntutan global. Dengan berubahnya sistem pengambilan keputusan dari
sistem sentralistik ke desentralisasi membawa dampak meningkatnya perang sekolah
dalam pengambilan keputusan hal-hal strategis yang menyangkut peningkatan
mutu pendidikan. Sekolah harus mampu menyusun sebuah rencana
pengembangan sekolah yang berisi; latar belakang, tujuan, sasaran yang akan
dicapai dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
B. Rumuan Masalah
1. Bagaimana proses penyusunanrencana pengembangan sekolah?
2. Apa saja langkah-langkah?
3. Apa latar belakang perlunya peningkatan mutu manajemen dalamsekolah?
4. Apa tujuan dan konsep MPMBS?
5. Bagaimana karakteristik MPMBS?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan proses penyusunan rencana pengembangan sekolah dan
langkah-langkahnya.
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
2/19
2
2. Mendiskripsikan langkah-langkah penyusunan rencana.
3. Menjelaskan latar belakang perlunya peningkatan mutu manajemen
berbasis sekolah (MPMBS).
4. Menjelaskan tujuan dan konsep MPMBS.
5. Menjelaskan karakteristik MPMBS.
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
3/19
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Penyusunan Dan Kriteria RPS yang Baik
1. Proses Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).
Dalam penyusunan RPS harus menerapkan prinsip-prinsip: memperbaiki
prestasi belajar siswa, membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan), sistematis, terarah, terpadu (saling terkait & sepadan),
menyeluruh, tanggap terhadap perubahan, demand driven (berdasarkan
kebutuhan), partisipasi, keterwakilan, transparansi, data driven, realistik sesuai
dengan hasil analisis SWOT, dan mendasarkan pada hasil review dan evaluasi.
Faktor penting yang harus diperhatikan oleh setiap sekolah adalah konsistensi
anatara perencanaan dengan pelaksanaan pengembangan sekolah. Perencanaan
sekolah yang baik akan memberikan kontribusi keberhasilan yang besar dalamimplementasinya.
Sedangkan perencanaan yang kurang baik akan memberikan dampak yang
kurang baik pula terhadap impelemntasinya. Oleh karena itu dalam setiap
membuat RPS, sekolah harus mempertimbangkan berbagai faktor yang
mempengaruhi seperti kondisi lingkungan strategis, kondisi sekolah saat ini, dan
harapan masa datang.
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) merupakan salah satu wujud dari
salah satu fungsi manajemen sekolah yang amat penting, yang harus dimiliki
sekolah untuk dijadikan sebagai panduan dalam menyelenggarakan pendidikan di
sekolah, baik untuk jangka panjang (20 tahun), menengah (5 tahun) maupun
pendek (satu tahun). Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) memiliki fungsi
amat penting guna memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam
rangka pencapaian tujuan sekolah yang lebih baik (peningkatan, pengembangan)
dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidakpastian masa depan.
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
4/19
4
Standar Nasional Pendidikan ( standar kelulusan, kurikulum, proses, pendidikan
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan
penilaian pendidikan) merupakan substansi penting dalam sistem pengelolaan
sekolah yang harus direncanakan sebaik-baiknya dan diakomodir dalam
penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah.
Atas dasar itu, Depdiknas telah menyiapkan sebuah panduan teknis bagi
sekolah dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah, yang disampaikan
oleh Prof. Slamet PH. MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D, yang mengupas tentang:
1. Pentingnya Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). RPS penting dimiliki
untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku sekolah dalam rangka
menuju perubahan atau tujuan sekolah yang lebih baik (peningkatan,
pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi
ketidakpastian masa depan.
2. Arti Perencanaan Sekolah/RPS.Perencanaan sekolah adalah suatu proses
untuk menentukan tindakan masa depan sekolah yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia.RPS adalah
dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah di masa depan dalam rangka
untuk mencapai perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
3. Tujuan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). RPS disusun dengan
tujuan untuk: (1) menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang telah
ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko
yang kecil; (2) mendukung koordinasi antar pelaku sekolah; (3) menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah,
antarsekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota, dan antarwaktu
4. Sistem Perencanaan Sekolah (SPS). Sistem Perencanaan Sekolahadalah
satu kesatuan tata cara perencanaan sekolah untuk meng-hasilkan rencana-
rencana sekolah (RPS) dalam jangka panjang, jangka menengah, dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara sekolah dan
masyarakat (diwakili oleh komite sekolah).
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
5/19
5
5. Tahap-tahap Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS),
mencakup: (a) Melakukan analisis lingkungan strategis sekolah; (b)
Melakukan analisis situasi untuk mengetahui status situasi pendidikan
sekolah saat ini (IPS); (c) Memformulasikan pendidikan yang diharapkan
di masa mendatang; (d) Mencari kesenjangan antara butir 2 & 3; (e)
Menyusun rencana strategis; (f) Menyusun rencana tahunan; (g)
Melaksanakan rencana tahunan; dan (h) Memonitor dan mengevaluasi.
2. Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Operasional (Renop) Dalam RPS
Renop disusun berdasarkan Renstra, dan tidak boleh menyimpang dari
Renstra. Sehingga antara Renstra dan Renop harus terkait dan ada benang
merahnya. Renstra dan Renop inilah yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai
dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi, pembinaan, dan pembimbingan
oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan sekolah. Adapun langkah-
langkah penyusunan Renop adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis lingkungan operasional sekolah
2. Melakukan analisis pendidikan sekolah saat ini
3. Melakukan analisis pendidikan sekolah 1 tahun kedepan (yang
diharapkan)
4. Merumuskan kesenjangan antara pendidikan sekolah saat ini dan satu (1)
tahun kedepan
5. Merumuskan tujuan tahunan/tujuan jangka pendek (sasaran)
6. Mengidentifikasi urusan-urusan sekolah yang perlu dilibatkan untuk
mencapai setiap sasaran dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya
7. Melakukan analisis SWOT (mengenali tingkat kesiapan masing-masing
urusan sekolah melalui analisis SWOT)
8. Menyusun langkah-langkah pemecahan persoalan, yaitu mengubah
ketidaksiapan menjadi kesiapan urusan sekolah.
9. Menyusun rencana program sekolah
10. Menentukan milestone (output apa & kapan dicapai)
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
6/19
6
11. Menyusun rencana biaya (besar dana, alokasi, sumber dana)
12. Menyusun rencana pelaksanaan program
13. Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi
14. Membuat jadwal pelaksanaan program
15. Menentukan penanggungjawab program/kegiatan
Adapun yang menjadi ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan ketika
menyusun Renop sekolah adalah:
1. Menggunakan strategi analisis swot.
2. Analisis swot dilakukan setiap tahun.
3. Renop merupakan pemjabaran dari renstra.
4. Program yang direncanakan lebih operasional.
5. Ada benang merah antara tujuan lima tahunan dan sasaran (tujuan) satu
tahunan
6. Rencana dan program sekolah harus memperhatikan hasil analisis SWOT.
7. Penulisan Renop juga mengacu pada buku MBS-2.
3. Kriteria RPS yang Baik
Hasil evaluasi ini akan digunakan sebagai masukan bagi pengambilan
keputusan sekolah.1
Suatu perencanaan pengembangan dapat dikatakan baik apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a) Keluasan, cakupan, dan ketajaman analisis lingkungan strategis sekolah,
b) Keluasan, cakupan, dan ketajman analisis situasi pendidikan sekolah saatini,
c) Kualitas dan kuantitas situasi pendidikan sekolah yang di harapkan.
d) Analisis kesesuaian.
e) Kelengkapan elemen Renstra.
f) Cakupan jenis perencanaan (pemerataan, kualitas, efisiensi, relevansi dan
kapasitas)
1 Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif , (Jakarta: Bumi Aksara,2008), h. 5-6
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
7/19
7
g) Kemanfaatan serta kesesuaian Renstra dan Renop dengan permasalahan
pendidikan
h) Kelayakan strategi implementasi Renstra dan Renop
i) Kelayakan rencana monitoring dan evaluasi
j) Kecukupan, kemutakhiran, dan kerelevansian data
k) Kelayakan anggaran antara rencana pendidikan, pendapatan, dan rencana
pembelajaran
l) Tingkat partisipasi dan keinklusifan unsur-unsur yang terkait dengan
perencanaan
m) Sustainabilitas SDM, EMIS, dana pendukung , dsb.
n) Sistem, proses/prosedur, dan mekanisme penyusun RPS.
o) Kelengkapan elemen Renop.
B. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
1. Latar Belakang MPMBS
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan
dunia pendidikan. Pendidikan mempunyai peran yang sangat startegis dalam
menentukan arah maju mundurnya kualitas pengetahuan masyarakat (bangsa).
Penyelenggaraan pendidikan yang bagus oleh suatu lembaga pendidikan akan
menghasilkan kualitas lulusan yang bagus pula. Sedangkan lembaga pendidikan
yang melaksanakan pendidikan hanya dengan sekedarnya maka lulusannya
kurang sempurna kualitasnya. Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu
Negara. Berdasarkan hasil penelitian pengendalian mutu pendidikan, bahwa
pendidikan memegang peranan kunci dalam pengembangan sumber daya manusia
dan insan yang bekualitas.2
Semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan lembaga
pemerintahan di suatu negara, maka akan semakin baik tingkat kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat di suatu negara. Dengan demikian proses peningkatan mutu
pendidikan merupakan langkah pertama untuk mewujudkan kesejahteraan dan
2Nana Syaodih Sukmadinata, dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Bandung:
Refika Aditama, 2006), hal. 1
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
8/19
8
kemakmuran rakyat. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3
Pelaksanaan pendidikan oleh lembaga-lembaga pendidikan setidaknya
mampu mencapai makna pendidikan di atas. Memang tidak mudah untuk
mencapai semua komponen yang tercantum dalam UU Sisdiknas tersebut, akan
tetapi jika disertai dengan niat dan usaha yang maksimal oleh lembaga formal
maupun nonformal diharapkan akan terwujud output pendidikan seperti di atas.
Dalam implementasinya pemerintah mengeluarkan perpu nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan. Dalam penjelasan perpu tersebut disebutkan
bahwa visi pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Pasca reformasi, paradigma otomi daerah menjadi paradigma dasar
penentuan dalam segala sendi aturan Negara. Sejalan dengan otonomui daerah itu,
pemerintah pun bertekad bulat untuk melaksanakan desentralisasi pendidikan
yang bertumpu kepada pemberdayaan sekolah di semua jenjang pendidikan.4
Semenjak diberlakukaknnya otonomi daerah tanggal 1 Januari 2001, depdiknas
merubah orientasi manajemen sekolah yang duluinya berbasis pusat menjadi
Manjemen berbasis sekolah (MBS).5 MBS bertujuan untuk meningkatkan semua
kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu, efesiensi, inovasi, relevansi, dan
pemeratan serta akses pendidikan.6 Sedangkan MPMBS (Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) pada dasarnya adalah bagian dari MBS
3. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra.Umbara, 2003), Hal. 3
4. Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), Hal. 572
5 Ibid,ha. 573
6.__________________, manajemen peningkatan Mutu Berbasis Sekolah(mpmbs)
(www.pakguruonline.com,diakses tanggal 19 oktober 2009)
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
9/19
9
(Manajemen berbasis sekolah). Fokus dari MPMBS (Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah) terletak pada upaya peningkatan kualitas mutu sekolah
yang diukur dari inputnya, prosesnya dan outputnya.7
2. Tujuan MPMBS
Tujuan pokok memperlajari manajemen peningkatan mutu pendidikan adalah
untuk memperoleh cara, tehnik, metode yang sebaik-baiknya dilakukan, sehingga
sumber-sumber yang sangat terbatas seperti tenaga, dana, fasilitas, material maupun
sepiritual guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Menurut Shrode dan Voich (1974) tujuan utama Manajemen peningkatan
mutu pendidikan adalah produktifitas dan kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak
tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan mutu pendidikan/lulusannya,
keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan kerja pembangunan
daerah/nasional, tanggung jawab sosial. Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan
penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan
kelemahan, peluang dan ancaman.8
Secara rinci tujuan manajemen peningkatan Mutu pendidikan antara lain:1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM)
2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
4. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas
administrasi pendidikan.
5. Teratasinya masalah mutu pendidikan.9
Pada dasarnya MPMBS bertujuan untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
7. Ibid,hal :2
8 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, , (Bandung: PT Remaja Rosda Karya 2004) hlm:
15.9 Husaini Usman, Op. Cit, hlm: 8
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
10/19
10
sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif. Lebih rincinya, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
(MPMBS) bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama
(partisipatif).
3. Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya.
4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.10
3. Konsep MPMBS
Semenjak diberlakukannya UU no 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan
UU no 25 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, dan
derivisi menjadi UU no 32 dan 33 tahun 2004, maka berkenaan dengan otonomi
daerah yang awalnya sentralisasi menjadi desentralisasi dan sekolah diberi
kewenangan untuk mengatur dan melaksanakan pendidikan sesuai dengan visi, misi
dan tujuan sekolah tersebut berada dengan mengacu undang-undang yang telah ada.
Disebutkan pula dalam UU sisdiknas tahun 2003 pasal 50 ayat 5 yang berbunyi
“pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan menengah, serta satuan
pendidikan yang berbasis keunggulan lokal”. Dan juga disebutkan dalam pasal 51
ayat 1 yang berbunyi “pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan menenga, dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah/sekolah”.
Sedangkan MPMBS dapat didefinisikan sebagai model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan
lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong
sekolah meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk memenuhi
10www.dikdasmen.depdiknas.go.id, Artikel pendidikan, Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
11/19
11
kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka
pendidikan nasional. Karena itu, esensi MPMBS=otonomi sekolah+ fleksibilitas +
partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah .
Dengan pengertian di atas, maka sekolah memiliki kewenangan (kemandirian)
lebih besar dalam mengelola sekolahnya (menetapkan sasaran peningkatan mutu,
menyusun rencana peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkatan mutu, dan
melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu), memiliki fleksibilitas
pengelolaan sumberdaya sekolah, dan memiliki partisipasi yang lebih besar dari
kelompok-kelompok yang berkepentingan dengan sekolah.
Dengan kepemilikan ketiga hal ini, maka sekolah akan merupakan unit utama
pengelolaan proses pendidikan, sedang unit-unit diatasnya (Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, dan Departemen Pendidikan Nasional)
akan merupakan unit pendukung dan pelayan Sekolah, khususnya dalam pengelolaan
peningkatan mutu. Sekolah yang mandiri atau berdaya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Tingkat kemandirian tinggi/tingkat ketergantungan rendah
b. Bersifat adaptif dan antisipatif/proaktif sekaligus; memiliki jiwa
kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani mengambil resiko, dan
sebagainya)
c. Bertanggungjawab terhadap kinerja sekolah
d. Memiliki kontrol yang kuat terhadap input manajemen dan sumber dayanya
e. Memiliki control yang kuat terhadap kondisi kerja
f. Komitmen yang tinggi pada dirinya dan
g. Prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya.11
Secara umum, paparan di atas telah memberikan gambaran tentang konsep dan
dasar sekolah berbasis otonomi sekolah. Selanjutnya adalah upaya yang dilakukan
oleh pihak sekolah untuk melakukan upaya peningkatan mutu sekolah. Sekolah yang
telah diberi kewenangan penuh untuk memformulasikan ukuran keberhasilan dan
kualitas pendidikannya pun akhirnya memiliki ketergantungan penuh terhadap
budaya organisasi yang dipimpin oleh kepala sekolah dan pihak-pihak lain yang
11 Artikel pendidikan, konsep dasar MPMBM, www.dikdasmen.depdiknas.go.id, hlm: 10-13
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
12/19
12
berkepentingan terhadap sekolah. Secara alamiah proses hidup mati organisasi selalu
tergantung kepada kemampuan organisasi memenuhi harapan dan kebutuhan
stakeholdernya.12
Pemenuhan terhadap kebutuhan stakeholder menjadi langkah yang wajib
ditempuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekolah. Proses selanjutnya adalah
upaya untuk memformulasikan visi,misi, dan tujuan sekolah. Setelah formulasi
visi,misi, dan tujuan pun tercapai kemudian dilakukan perencanaan strategis untuk
mencapai visi, misi dan tujuan tersebut.
Perencanaan strategis itu pun dituangkan ke dalam rencana program-program
dan rencana kegiatan. Setelah proses tersebut selesai dilaksakan proses selanjutnya
adalah mengkalkulasi kebutuhan finansial untuk membiayai semua program sekolah
tersebut. Setelah proses tersebut diatas, kemudian memetakan letak demografis
sekolah dan stakeholder potensial yang mungkin didapatkan sekolah. Hal itu
diperlukan untuk mendukung proses pemenuhan kebutuhan finansial dan dukungan
moral secara penuh dari para stakeholder pada program-program sekolah.
Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemandirian yaitu
kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka/tidak
tergantung. Kemandirian dalam program dan pendanaan merupakan tolok ukur
utama kemandirian sekolah. Pada gilirannya, kemandirian yang berlangsung
secara terus menerus akan menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan
sekolah (sustainabilitasFleksibilitas dapat diartikan sebagai keluwesan-keluwesan
yang diberikan kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan dan
memberdayakan sumberdaya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan
mutu sekolah. Dengan keluwesan-keluwesan yang lebih besar diberikan kepada
sekolah, maka sekolah akan lebih lincah dan tidak harus menunggu arahan dari
atasannya untuk mengelola, memanfaatkan dan memberdayakan sumberdayanya.
Dengan cara ini, sekolah akan lebih responsif dan lebih cepat dalam menanggapi
segala tantangan yang dihadapi. Namun demikian, keluwesan-keluwesan yang
dimaksud harus tetap dalam koridor kebijakan dan peraturan perundang-undangan
yang ada.
12Listyo Prabowo, Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah (Malang: UIN
Malang Press: 2008) hlm. 2
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
13/19
13
Peningkatan partisipasi yang dimaksud adalah penciptaan lingkungan yang
terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan
masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, usahawan, dsb.)
didorong untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai
dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan yang
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Singkatnya: makin besar
tingkat partisipasi, makin besar pula rasa memiliki; makin besar rasa memiliki,
makin besar pula rasa tanggungjawab; dan makin besar rasa tanggungjawab,
makin besar pula dedikasinya.
Dengan pengertian diatas, maka sekolah memiliki kewenangan
(kemandirian) lebih besar dalam mengelola sekolahnya (menetapkan sasaran
peningkatan mutu, menyusun rencana peningkatan mutu, melaksanakan rencana
peningkatan mutu, dan melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu),
memiliki fleksibilitas pengelolaan sumberdaya sekolah, dan memiliki partisipasi
yang lebih besar dari kelompok-kelompok yang berkepentingan dengan sekolah.
Dengan kepemilikan ketiga hal ini, maka sekolah akan merupakan unit utama
pengelolaan proses pendidikan, sedang unit-unit diatasnya (Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, dan Departemen Pendidikan
Nasional) akan merupakan unit pendukung dan pelayan sekolah, khususnya dalam
pengelolaan peningkatan mutu.
Sekolah yang mandiri atau berdaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
tingkat kemandirian tinggi/tingkat ketergantungan rendah; bersifat adaptif dan
antisipatif/proaktif sekaligus; memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif,
gigih, berani mengambil resiko, dan sebagainya); bertanggungjawab terhadap
kinerja sekolah; memiliki kontrol yang kuat terhadap input manajemen dan
sumberdayanya; memiliki kontrol yang kuat terhadap kondisi kerja; komitmen
yang tinggi pada dirinya; dan prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya.
Selanjutnya, bagi sumberdaya manusia sekolah yang berdaya, pada umumnya,
memiliki ciri-ciri: pekerjaan adalah miliknya, dia bertanggungjawab,
pekerjaannya memiliki kontribusi, dia tahu posisinya dimana, dia memiliki
kontrol terhadap pekerjaannya, dan pekerjaannya merupakan bagian hidupnya.
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
14/19
14
4. Perbedaan Pola Manajemen
Perubahan dalam manajemen pendidikan disebabkan oleh lemahnya pola lama
manajemen pendidikan nasional yang selama ini bersifat sentralistik. Otonomi daerah
telah mendorong dilakukannya penyesuaian diri dari pola lama menuju pola baru
manajemen pendidikan masa depan yang lebih bernuansa otonomi dan yang lebih
demokratis. Kebijakan ini diterapkan pemerintah dalam kerangka meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Salah satu bentuk kebijakan itu adalah perubahan dalam
manajemen pendidikan.
Di dalam MPMBS disebutkan bahwa terdapat beberapa dimensi perubahan
pola manajemen pendidikan dari pola lama menuju pola baru manajemen pendidikan,
yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1.
Dimensi-Dimensi Perubahan Pola Manajemen
Pendidikan Pola Lama
Menuju Pola Baru
Subordinasi Otonomi
Pengambilan keputusan terpusat Pengambilan keputusan
partisipatif
Ruang gerak kaku Ruang gerak luwes
Pendekatan birokratik Pendekatanprofessional
Sentralistik Desentralistik
Diatur Motivasi diri
Overregulasi Deregulasi
Mengontrol Mempengaruhi
Mengarahkan Memfasilitasi
Menghindari resiko Mengelola resikoGunakan uang semuanya Gunakan uang seefisien
mungkin
Individu yang cerdas Teamwork yang cerdas
Informasi terpribadi Informasi terbagi
Pendelegasian Pemberdayaan
Organisasi hierarkis Organisasi datar
Terdapat perbedaan yang mendasar antara pola lama dengan pola baru
manajemen pendidikan. Pada pola lama manajemen pendidikan, tugas dan fungsi
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
15/19
15
sekolah lebih pada melaksanakan program daripada mengambil inisiatif merumuskan
dan melaksanakan program peningkatan mutu yang dibuat sendiri oleh sekolah.
Sementara itu, pada pola baru manajemen pendidikan sekolah memiliki wewenang
lebih besar dalam pengelolaan lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara
partisipatif dan partsisipasi masyarakat makin besar, sekolah lebih luwes dalam
mengelola lembaganya, pendekatan profesionalisme lebih diutamakan daripada
pendekatan birokrasi, pengelolaan sekolah lebih desentralistik, perubahan sekolah
lebih didorong oleh motivasi-diri sekolah daripada diatur dari luar sekolah, regulasi
pendidikan lebih sederhana, peranan pusat bergeser dari mengontrol menjadi
mempengaruhi dan dari mengarahkan ke memfasilitasi, dari menghindari resiko
menjadi mengolah resiko, penggunaan uang lebih efisien karena sisa anggaran tahun
ini dapat digunakan untuk anggaran tahun depan (efficiency-based budgeting), lebih
mengutamakan teamwork , informasi terbagi ke semua warga sekolah, lebih
mengutamakan pemberdayaan, dan struktur organisasi lebih datar sehingga lebih
efisien.
5. Karakteristik MPMBSKarakteristik bisa diketahui dari bagaimana sekolah dapat
mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan
sumber daya manusia dan pengelolaan administrasi. (Mulyasa,2002).
Nurkolis (2006) MBS memiliki karakteristik yang bertolak belakang dengan
karakteristik MKE, yaitu dalam hal misi sekolah hakikat aktifitas sekolah,
strategi-strategi manajemen, penggunaan sumber-suber daya, peran warga
sekolah, hubungan interpersonal, kualitas para administrator dan indikator-
indikator evektifitas.
Menurut Umaedi dalam Suryosubroto (2010: 197-198) karakter MBS antara lain:
a.) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
b.) Sekolah memiliki visi dan target yang ingin dicapai
c.) Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
16/19
16
d.) Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah
e.) Adanya pengembangan staf sesuai kemajuan iptek
f.) Adanya evaluasi yang terus menerus guna perbaikan mutupendidikan
g.) Adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid dan
masyarakat. Manajemen Berbasis Sekolah memiliki karakteristik yang perlu
dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah
ingin sukses dalam menerapkan MBS, sejumlah karakteristik MBS perlu dimiliki.
Karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif.
Jika MBS merupakan wadah/kerangka, sekolah efektif merupakan isinya. Oleh
karena itu, karakteristik MBS memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah
efektif yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output.
Dalam menguraikan karakteristik MBS pendekatan sistem, yaituinput,
proses, dan output digunakan untuk memandunya (Rohiyat, 2010). Hal ini
didasari oleh pengertian bahwa sekolah merupakan sebuah sistem sehingga
penguraian karakteristik MBS (yang juga karakteristik sekolah efektif didasarkan
pada input, proses, dan output). Uraian berikut dimulai dari output dan diakhiri
dengan input karenaoutput memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangkan
proses memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output,
daninput memiliki tingkat kepentingan dua tingkat lebih rendah darioutput
1. Output yang Diharapkan
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah
yang dihasilkan melalui proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada
umumnya, outputdapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi
akademik dan output yang berupa prestasi non akademik.Output prestasi
akademik misalnya, NUAN/NUNAS, lomba karya ilmiah remaja, lomba (Bahasa
Inggris, Matematika, Fisika), cara berfikir (kritis, kreatif divergen, nalar, rasional,
induktif, deduktif, dan ilmiah).Output nonakademik,misalnya akhlak/budi pekerti,
dan perilaku sosial yang baik seperti bebas narkoba, kejujuran, kerjasama yang
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
17/19
17
baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi,
toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olahraga, kesenian, dan kepramukaan.
2. Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses
sebagai berikut:
a. Proses Belajar Mengajar dengan Efektivitas yang Tinggi.
b. Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
c. Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
d. Sekolah Memiliki Teamwork yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis
e. Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen
f. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan
3. Input Pendidikan
a. Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang Jelas
b. Sumberdaya Tersedia dan Siapc. Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi
d. Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi
Dengan demikian, secara umum karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
adalah:
1. Kemandirian, yang menggambarkan otonomi manajemen sekolah yang
efektif dan layanan belajar yang bermutu, menggunakan evaluasi hasil
belajar yang standar, prestasi pembelajaran.
2. Kemitraan, memanfaatkan potensi pemangku kepentingan sekolah
(pemberdayaan potensi sekolah) dan masyarakat.
3. Partsiipasi, kepemimpinan sekolah yang lugas, visioner, antisipasif dan
berjiwa enterpreneurship mengikutsertakan potensi sumber daya sekolah.
4. Keterbukaan, senantiasa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan
kompetitif.
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
18/19
18
5. Akuntabilitas, melakukan analisis kebutuhan, perencanaan pengembangan,
dan evaluasi kinerja sesuai visi misi untuk mencapai tujuan dan target
sekolah, menyediakan kesejahteraan personal sekolah yang cukup dan
pantas.
6. Sekolah tersebut menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran
7. Sekolah merupakan agen perubahan
8. Adanya komunikasi yang efektif antara warga sekolah
9. Kepemimpinan yang efektif (memiliki kepribadian, manajerial,
kewirausahaan)
10. Adanya kolaboratif team work dan memiliki tujuan bersama
-
8/18/2019 Manajemen Pendidkan.
19/19
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
RPS adalah sebuah dokumen perencanaan yang dibuat oleh “sekolah” untuk
mengadakan perubahan fisik dan nonfisik sekolah dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan sekolah. RPS menggambarkan peta perjalanan perubahan sekolah
dari suatu kondisi sekarang menuju kondisi yang lebih baik dan lebih menjanjikan
dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
RPS menggambarkan sekolah sebagai suatu sistem dan bagian dari suatu
sistem yang lebih luas yang berinteraksi secara berkesinambungan, memperoleh
masukan dari masyarakat dan memberikan output kepada masyarakat. Sehingga
mutu pelayanan sekolah sangat tergantung dari input yang diterimanya dan proses
yang dikerjakannya. Oleh karena itu jika pelayanan sekolah ingin ditingkatkan
maka input dan proses dalam sekolah itu harus disempurnakan.
Pada dasarnya esensi konsep manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah (MPMBS) adalah otonomi sekolah plus pengambilan keputusan secara
partisipatif. Konsep ini membawa konsekuensi bahwa pelaksanaan MPMBS
sudah sepantasnya menerapkan pendekatan “idiograpik ” (membolehkan adanya
keberbagaian cara melaksanakan MPMBS) dan bukan lagi mengunakan
pendekatan “monotetik ” (cara melaksanakan MPMBS yang cenderung
seragam/konformitas untuk semua sekolah). Oleh karena itu, dalam arti yang
sebenarnya tidak ada satu resep pelaksanaan MPMBS yang sama untuk
diberlakukan ke semua sekolah. Tetapi satu hal yang perlu diperhatikan bahwa
mengubah pendekatan manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menjadi
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Bukanlah merupakan proses
sekali jadi dan bagus hasilnya (one – shot and quick-fix), akan tetapi merupakan
proses yang berlangsung secara terus-menerus dan melibatkan semua pihak yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan.