MANAJEMEN PENDIDIKAN

23
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen pendidikan Dosen Pembimbing :Dra.Romlah, M.Pd.I Kelompok 4 Ade Lenty hoya 1411090159 Endang Septriana 1411090175 Jamila 1411090189 Lusi Aprina 1411090198 Yesilia Kartina 1411090151 Kelas : Fisika D PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2016

description

tugas .

Transcript of MANAJEMEN PENDIDIKAN

Page 1: MANAJEMEN PENDIDIKAN

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DAN RENCANA

PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)

Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen

pendidikan

Dosen Pembimbing :Dra.Romlah, M.Pd.I

Kelompok 4

Ade Lenty hoya 1411090159

Endang Septriana 1411090175

Jamila 1411090189

Lusi Aprina 1411090198

Yesilia Kartina 1411090151

Kelas : Fisika D

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2016

Page 2: MANAJEMEN PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah SWT dzat yang telah menciptakan manusia dengan

sempurna, sehingga dengan segenap akal dan pikiran sebagai anugrah dari-Nya.

Penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk makalah yang berjudul

“MBS DAN RPS” ini, walaupun masih dengan berbagai kesalahan dari beberapa

sudut, dan serta merupakan salah satu untuk memenuhi tugas perkuliahan.

Panjatan do’a, shalawat dan salam sejahtera kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para pengikut yang setia beliau

yang telah mewariskan syari’at Islam kepada makhluk ciptaan Allah.

Untuk itu, penulis menghaturkan banyak terimakasih yang sedalam-

dalamnya dan penghargaan yang tidak terhingga. Dengan iringan do’a semoga

Allah senantiasa memberikan Rahmat-Nya dan memberikan balasan yang

setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

makalah ini. Akhirnya, keterbatasan waktu dan kemampuan penulis yang jauh

dari sempurna, maka untuk itu kritik dan saran dari pembaca penulis harapkan dan

semoga makalah ini bermanfaat. Amin …

Bandar Lampung, 16 Maret 2016

Penyusun

Page 3: MANAJEMEN PENDIDIKAN

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….............. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………........... ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………......................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………... 1

1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………...... 2

1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………....... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Prakondisi MBS…………………………………………………............ 3

2.2 Pelaksanaan Managemen Berbasis Sekolah……............................…....... 6

2.3 Fungsi jajaran birokrasi Managemen Berbasis Sekolah…………………10

2.4 Monitoring dan Evaluasi ………………………...................................…11

2.5 Tonggak- tonggak Kunci Keberhasilan MBS ………………...…………14

2.6 Pengertian Dan pentingnya Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)….14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………….............. 19

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: MANAJEMEN PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan pemberdayaan

sekolah dalam mengelola institusinya, telah dilakukan Depdiknas. Baik sebelum

otonomi daerah maupun sesudah otonomi daerah. Pada era otonomi daerah

muncul program pemberdayaan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah (

M B S ). MBS akan terlaksana apabila didukung oleh sumber daya manusia (

SDM ) yang memiliki kemampuan, integritas dan kemauan yang tinggi. Salah

satu unsur SDM dimaksud adalah guru, di mana guru merupakan faktor kunci

keberhasilan peningkatan mutu pendidikan karena sebagai pengelola proses

belajar mengajar bagi siswa.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

nasional khususnya pendidikan dasaar dan menengah pada setiap jenjang dan

satuan pendidikan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan

kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan

prasarana pendidikan, dan pewningkatan mutu manajemen sekolah. Namun

berbagai indikator mewujudkan bahwa, mutu pendidikan masih belum meningkat

secara signifikan. Sebagian kecil saja sekolah menunjukkan peningkatan mutu

pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih

memprihatinkan.

Dari berbagai pengamatan dan analisis, ada tiga hal pokok yang

menyebabkan mutu pendidikan kita tidak mengalami peningkatan secara

signifikan. Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional

menggunakan pendekatan yang menganggap bahwa apabila semua komponen

pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan

sarana serta prasarana pendidikan lainya terpenuhi, maka hasil pendidikan yang

dikehendaki yaitu mutu pendidikan secara otomatis akan terwujud. Dan yang

terjadi tidak demikian, karena hanya memusatkan pada masalah pendidikan dan

tidak memperhatikan proses pendidikannya.

Page 5: MANAJEMEN PENDIDIKAN

Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-

sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan

sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat

panjang dan kadang-kadang kebijakan ayang dikeluarkan tidak sesuai dengan

kondisi setempat. Lebih parah lagi jika sekolah sendiri pasif dalam arti tidak

punya kreativitas.

Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam

penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat

pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses

pendidikan.Sekolah tidak mempertanggung jawabkan hasil pelaksanaan

pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu

unsur yang berkepentingan dengan pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini ialah sebagai berikut :

1) Bagaimana prakondisi Managemen Berbasis Sekolah ?

2) Bagaimana pelaksanaan Managemen Berbasis Sekolah ?

3) Apa saja fungsi jajaran birokrasi Managemen Berbasis Sekolah?

4) Bagaimana monitoring dan evaluasi Managemen Berbasis Sekolah ?

5) Apa saja tonggak- tonggak kunci keberhasilan Managemen Berbasis Sekolah ?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penulis dapat

menyimpulkan tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1) Prakondisi Managemen Berbasis Sekolah

2) Pelaksanaan Managemen Berbasis Sekolah

3) Fungsi jajaran birokrasi Managemen Berbasis Sekolah

4) Monitoring dan evaluasi Managemen Berbasis Sekolah

5) Tonggak- tonggak kunci keberhasilan Managemen Berbasis Sekolah

Page 6: MANAJEMEN PENDIDIKAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prakondisi Managemen Berbasis Sekolah

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

adalah masih rendahnya mutu pendidikan dari sebagian sekolah khususnya

sekolah dasar dan menengah di pedesaan, misalnya di pedalaman dan di

perbatasan. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan nasional, misalnya pengembangan delapan standar nasional

pendidikan, alokasi dana pendidikan minimal 20% APBN dan APBD, sertifikasi

pendidik beserta tunjangan profesinya, penerapan ujian nasional, peningkatan

partisipasi masyarakat dalam pendidikan, dan sejumlah terobosan baru

berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Namun demikian, mutu pendidikan nasional belum merata di seluruh

tanah air. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, secara umum, menunjukkan

peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, sebaliknya sebagian

lainnya khususnya di pedesaan, masih memprihatinkan. Jadi, kesenjangan mutu

pendidikan nasional masih cukup lebar.

Berdasarkan kenyataan ini, berbagai pihak mempertanyakan: apa penyebab

kesenjangan mutu pendidikan nasional yang masih lebar ini? Tentu saja

jawabannya adalah banyak faktor yang menyebabkan lebarnya kesenjangan mutu

pendidikan nasional, tiga diantaranya adalah: (1) penerapan pendekatan sistem

secara parsial, (2) belum maksimalnya penerapan MBS, dan (3) rendahnya

partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah.

Faktor pertama, penerapan pendekatan sistem dalam penyelenggaraan

pendidikan di sekolah sering dilaksanakan secara parsial. Sekolah sebagai sistem

terdiri dari konteks, input, proses, output, dan outcome. Dalam kenyataannya,

pengembangan sekolah sering difokuskan pada input saja (guru, kurikulum,

sarana dan prasarana, dana, dsb.), proses saja (proses belajar mengajar, penilaian

Page 7: MANAJEMEN PENDIDIKAN

hasil belajar, kepemimpinan sekolah, dsb.), atau output saja (nilai ujian nasional,

perlombaan karya ilmiah, dsb.). Padahal, penyelenggaraan sekolah sebagai sistem

harus dilakukan secara utuh, tidak parsial, apalagi parosial. Artinya,

pengembangan sekolah secara sistem harus mencakup seluruh komponen sekolah

secara utuh mulai dari konteks, input, proses, output, hingga sampai outcome.

Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional yang dilakukan secara

birokratik-sentralistik telah menempatkan sekolah sebagai subordinasi yang

sangat tergantung pada keputusan birokrasi diatasnya yang mempunyai jalur yang

sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang diberlakukan kurang sesuai

dengan kondisi sekolah setempat. Karena sekolah lebih merupakan subordinasi

dari birokrasi di atasnya, maka mereka kehilangan kemandiriannya, terpasung

kreatifitasnya/inisiatifnya, rendah keluwesannya, rendah motivasinya, dan rendah

keberanian moralnya untuk melakukan hal-hal baru yang diperlukan untuk

memajukan sekolahnya.

Faktor ketiga, peranserta warga sekolah khususnya guru, karyawan dan siswa

serta peranserta masyarakat khususnya orangtua siswa dalam penyelenggaraan

sekolah selama ini belum optimal. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan

sering diabaikan, padahal terjadi atau tidaknya perubahan di sekolah sangat

tergantung pada guru. Dikenalkan pembaruan apapun jika guru tidak berubah,

maka tidak akan terjadi perubahan di sekolah tersebut. Partisipasi masyarakat

selama ini pada umumnya sebatas pada dukungan dana, sedang dukungan-

dukungan lain seperti pemikiran, moral, pisik, dan material belum optimal.

Padahal, kesuksesan sekolah sangat memerlukan teamwork yang kompak, cerdas,

dinamis, harmonis, dan lincah. Hal ini hanya akan terjadi apabila pertisipasi warga

sekolah dan masyarakat maksimal. Partisipasi maksimal akan mampu

meningkatkan rasa kepemilikan terhadap sekolah dan rasa kepemilikan akan

meningkatkan dedikasi warga sekolah dan masyarakat terhadap sekolah.

Berdasarkan ketiga faktor tersebut, tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya

penyampurnaan, salah satunya adalah mempertegas konsep dasar MBS dan

Page 8: MANAJEMEN PENDIDIKAN

memperkuat pelaksanaannya. Oleh karena itu, pembahasan MBS selanjutnya akan

difokuskan pada: (1) landasan yuridis, (2) asumsi-asumsi diterapkannya MBS, (3)

prakondisi yang diperlukan dalam penyelenggaraan MBS, (4) konsep dasar MBS

yang meliputi: pola baru manajemen pendidikan masa depan, arti, tujuan,

karakteristik MBS, dan urusan-urusan yang didesentralisasikan ke sekolah, dan

(5) pelaksanaan MBS.

Sekolah adalah satu dari Tripusat pendidikanyang dituntut untuk mampu

menjadikan output yang unggul, mengutip pendapat Gorton tentang sekolah ia

mengemukakan, bahwa sekolah adalah suatu system organisasi, dimana terdapat

sejumlah orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang

dikenal sebagai tujuan instruktsional.

MBS terlahir dengan beberapa nama yang berbeda, yaitu tata kelola berbasis

sekolah, managemen mandiri sekolah, dan bahkan juga dikenal dengan school site

management atau managemen yang bermakas di sekolah. Istilah- istilah tersebut

memang mempunyai pengertian dengan penekanan yang sedikit berbeda. Namun,

nama-nama tersebut memiliki roh yang sama, yakni sekolah diharapkan dpat

menjadi lebih otonom dalam pelaksanaan managemen sekolahnya, khususnya

dalam penggunaan 3M, yakni Man, Money, and Material.1

Penyerahan otonomi dalam pengelolaan sekolah ini dib2erikan tidak lain

dan tidak bukan adalah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena

itu, maka direktoratpembinaan SMP menamakan MBS sebagai Managemen

1 E.Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. (Bandung: PT.Remaja Rosda, 2004).hlm 11

2. Anonim.Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). (Jakarta: Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Pertama, Ditjen Mandikdasmen. Depdiknas rujukan utama

dari materi pelatihan ini.2007).hlm 25

Page 9: MANAJEMEN PENDIDIKAN

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah(MPMBS).Istilah managemen sekolah

seringkali diartikan sama dengan istilah administrasi sekolah atau pengelolaan,

yaitu segala usaha bersama untuk mendaya gunakan sumber-sumber, baik

personal maupun material secaraefektif dan efienguna menujang tercapainya

tuujuan pendidikan di sekolah secara optimal.

2.2 Pelaksanaan Managemen Berbasis Sekolah

1. Rasional

Pelaksanaan MBS disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan tiap-tiap

sekolah. Ada empat hal pokok yang memerlukan perubahan dalam melaksanakan

MBS:

a) Peraturan perundang-undangan yang menetapkan sekolah bersifat otonom.

b) Kebiasaan berperilaku unsur-unsur sekolah perlu disesuaikan dengan

tuntutan MBS.

c) Peran sekolah menjadi sekolah yang mandiri dan bermotivasi diri tinggi.

d) Struktur organisasi pendidikan perlu di tata kembali sesuai dengan

tuntutan kebutuhan.2

2. Tahap-tahap pelaksanaan MBS

a. Sosialisasi.

Sekolah mensosialisasikan konsep MBS kepada seluruh warga sekolah dan

masyarakatmelalui berbagai kegiatan antara lain seminar, lokakarya, diskusi, rapat

kerja. Kegiatan mensosialisasi MBS dapat dilakukan dengan cara :

Melakukan identifikasi dan mengenalkan sistem, budaya, dan sumber daya yang

diperlukan untuk menyelenggarakan MBS.

1) Membuat komitmen secara rinci jika terjadi perubahan sistem, budaya, dan

sumber daya yang cukup mendasar.

2) Mengklarifikasikan visi,misi dan tujuan, sasaran rencana, dan program-program

penyelenggaraan MBS.

Page 10: MANAJEMEN PENDIDIKAN

3) Memberikan penjelasan secara rinci mengapa diperlukan manajemen berbasis

sekolah.

4) Mendorong sistem, budaya, dan sumber daya manusia yang mendukung

penerapan MBS dan memberi penghargaan kepada warga sekolah yang

menerapkannya.

5) Mengarahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran,

rencana, dan program-program sekolah.

3. Identifikasi Tatangan sekolah

Sekolah mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh sekolah.

Tantangan adalah selisih antara hasil yang diharapkan di masa yang akan datang,

contoh hasil prestasi akademik dan non akademik . Tantangan sekolah bersumber

dari hasil sekolah yang dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu kualiatas,

produktivitas, efektivitas, dan efisien.

4. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah.

V i s i

Setiap sekolah memiliki visi yang berisi tentang :

a. Wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan untuk

memandu perumusan misi sekolah.

b. Pandangan jauh ke depan kemana sekolah akan di bawa.

c. Gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah agar sekolah yang

bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.

Visi sekolah harus mengacu kebijakan pendidikan nasional tetapi sesuai

dengan kebutuhan peserta didik yang dilayani. Oleh karena itu, visi suatu sekolah

tak harus sama dengan sekolah lainsepanjang tidak keluar dari ketentuan nasional

yaitu tujuan pendidikan nasional. Visi sebaiknya dilengkapi dengan indikator

sebagai penjelasan apa yang dimaksudkan oleh visi tersebut agar tidak

menimbulkan aneka tafsir. Misalnya Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan

taqwa.

M i s i

Page 11: MANAJEMEN PENDIDIKAN

Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Dalam

merumuskan misi harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan aspirasi

semua warga sekolah yang terkait. Misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi

tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Contoh Visi

sekolah ” Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa dapat merumuskan

misi sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, bagi siswa

sesuai potensi masing- masing.

2. Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah.

3. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya,

sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

4. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yanga dianut dan juga

budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

T u j u a n

Tujuan adalah apa yang akan dicapai dihasilkan oleh sekolah yang

bersangkutan dan kapan tujuan tersebut akan dicapai. Tujuan pada dasarnya

merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah ditetapkan.

S a s a r a n

Sasaran adalah penjabaran tujuan : yaitu suatu yang akan

dihasilkan/dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibanading

tujuan sekolah. Rumusan sasaran harus selalu mengandung peningkatan baik

peningkatan kualitas, efektivitas, produktivitas, maupun efisiensi.Sasaran harus

dibuat spesifik, terukur jelas kriterianya dan disertai indikator-indikator yang

rinci, dan mengacu pada visi, misi, dan tujuan sekolah.

5. Identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan.

Fungsi-fungsi yanag digunakan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu

tingkat kesiapannya, antara lain fungsi proses belajar mengajar, pengembangan

kurikulum perencanaan dan evaluasi, ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi

Page 12: MANAJEMEN PENDIDIKAN

pelayanan kesiswaan, pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan

sekolah masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas.

6. Analisis SWOT

Analisis SWOT ( Strenht, Weakness, Opprtunity, Threat ) dilakukan untuk

mengetahui tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah untuk

mencapai sasaran yang ditetapkan, analisis SWOT dilakukan terhadap

keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik faktor yang tergolong internal

maupun eksternal. Fungsi yang memadai sebagai kekuatan dan fungsi yang

kurang dinyatakan sebagai kelemahan, untuk factor internal dan ancaman.

7. Alternatif Pemecahan Masalah

Tindakan tersebut merupakan upaya untuk mengatasi kelemahan maupun

ancaman, agar menjadi kekuatan atau peluang, yakni dengan memanfaatkan faktor

lain yang menjadi kekuatan atau peluang.

8. Rencana dan Program Sekolah

Rencana harus menjelaskan secara detail aspek-aspek yang ingin dicapai, kegiatan

yang harus dilakukan siapa, kapan dan dimana dilaksanakan, serta biaya yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Program adalah bentuk

dukumen untuk menggambarkan langkah dalam mewujudkan keterpaduan dlam

pelaksanaan.

9. Implementasi Rencana dan Program Sekolah

Dalam kaitannya dengan implementasi Rencana dan Program sekolah kepala

sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang

tersedia semaksimal mungkin semata-mata untuk kualitas pembelajaran.

10. Evaluasi Pelaksanaan

Sekolah harus melakukan evaluasi pelaksanaan program, baik jangka pendek (

akhir semester ), jangka menengah ( satu tahun ), jangka panjang uantuk

mengetahui seberapa jauh program sekolah memenuhi tuntutan pasar. Hasil

Page 13: MANAJEMEN PENDIDIKAN

evaluasi dibuat laporan meliputi laporan teknis yang menyangkut program

pelaksanaan dan hasil MBS dan laporan keuangan tentang penggunaan uang serta

pertanggungjawabannya.

11. Sasaran Baru

Hasil evaluasi untuk menentukan sasaran baru untuk tahun yang akan datang.

Setelah sasaran baru ditetapkan, kemudian dilakukan analisis SWOT untuk

mengetahui tingkat kesiapan masing-masing fungsi dalam sekolah.

2.3 Fungsi jajaran birokrasi Managemen Berbasis Sekolah

Tugas dan fungsi sekolah adalah mengelola penyelenggaraan MBS di

sekolah masing-masing. Mengingat sekolah merupakan unit terdepan dalam

penyelenggaraan MBS, maka sekolah menjalankan tugas dan fungsi sebagai

berikut

:

1. Menyusun rencana dan program pelaksanaan MBS dengan melibatkan semua

unsur sekolah

2. Mengkoordinasikan dan menyerasikan segala sumberdaya yang ada di sekolah

dan diluar sekolah untuk mencapai sasaran MBS yang telah ditetapkan.

3. Melaksanakan MBS secara efektif dan efisien

4. Melaksanakan pengawasan dan bimbingan dalam pelaksanaan MBS untuk

mencapai

sasaran MBS

5. Pada setiap akhir tahun ajaran melakukan evaluasi untuk menilai tingkat

ketercapaian

sasaran program MBS yang telah ditetapkan guna untuk menentukan sasaran

baru pro-gram MBS tahun-tahun berikutnya.

6. Menyusun laporan-laporan program MBS secara lengkap

7. Mempertanggungjawabkan hasil penyelenggaraan MBS kepada semua pihak

yang berkepentingan.

Page 14: MANAJEMEN PENDIDIKAN

2.4 Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi (ME) merupakan bagian integral dari pengelolaan

pendidikan, baik di tingkat mikro (sekolah), meso (dinas pendidikan

kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi), maupun makro

(kementerian).Monitoring adalah suatu proses pemantauan untuk mendapatkan

informasi tentang pelaksanaan MBS. Jadi, fokus monitoring adalah pemantauan

pada pelaksanaan MBS, bukan pada hasilnya. Tepatnya, fokus monitoring adalah

pada komponen proses MBS, baik menyangkut proses pengambilan keputusan,

pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, maupun pengelolaan proses

belajar mengajar. Sedang evaluasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan

informasi tentang hasil MBS. Jadi, fokus evaluasi adalah pada hasil MBS.

Informasi hasil ini kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan.

ME pada MBS bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan

untuk pengambilan keputusan. Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi

masukan (umpan balik) bagi perbaikan pelaksanaan MBS. Sedang hasil evaluasi

dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan

terhadap keseluruhan komponen MBS, baik pada konteks, input, proses, output,

maupun outcomenya. Masukan-masukan dari hasil monitoring dan evaluasi akan

digunakan untuk pengambilan keputusan.

MBS sebagai sistem, memiliki komponen-komponen yang saling terkait

secara sistematis satu sama lain, yaitu konteks, input, proses, output, dan outcome.

Konteks adalah eksternalitas sekolah berupa demand and support(permintaan dan

dukungan) yang berpengaruh pada input sekolah. Dalam istilah lain, konteks sama

artinya dengan istilah kebutuhan. Dengan demikian, evaluasi konteks berarti

evaluasi tentang kebutuhan. Alat yang tepat untuk melakukan evaluasi konteks

adalah penilaian kebutuhan (needs assessment).

Input adalah segala “sesuatu” yang harus tersedia dan siap karena

dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.Secara garis besar, input dapat

diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu harapan, sumberdaya, dan input manajemen.

Page 15: MANAJEMEN PENDIDIKAN

Harapan-harapan terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran. Proses adalah berubahnya

sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam MBS sebagai sistem, proses terdiri dari:

proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses

pengelolaan program, proses belajar mengajar, proses evaluasi sekolah, dan

proses akuntabilitas. Dengan demikian, fokus evaluasi pada proses adalah

pemantauan (monitoring) implementasi MBS, sehingga dapat ditemukan

informasi tentang konsistensi atau inkonsistensi antara rancangan/disain MBS

semula dengan proses implementasi yang sebenarnya.

Output adalah hasil nyata dari pelaksanaan MBS. Hasil nyata yang dimaksud

dapat berupa prestasi akademik (academic achievement), misalnya, nilai NUN,

dan peringkat lomba karya tulis, maupun prestasi non-akademik (non-academic

achievement), misalnya, IMTAQ, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi olahraga,

kesenian, dan kerajinan. Fokus evaluasi pada output adalah mengevaluasi

sejauhmana sasaran (immediate objectives) yang diharapkan (kualitas, kuantitas,

waktu) telah dicapai oleh MBS. Dengan kata lain, sejauhmana “hasil nyata sesaat”

sesuai dengan “hasil/sasaran yang diharapkan”.

Outcome adalah hasil MBS jangka panjang, yang berbeda dengan output yang

hanya mengukur hasil MBS sesaat/jangka pendek. Karena itu, fokus evaluasi

outcome adalah pada dampak MBS jangka panjang, baik dampak individual

(siswa), institusional (sekolah), dan sosial (masyarakat).

Selain memonitor dan mengevaluasi komponen-komponen konteks, input, proses, output,

dan outcome sekolah, yang tidak kalah penting untuk dimonitor dan dievaluasi adalah

pelaksanaan prinsip-prinsip MBS yang baik (tata pengelolaan yang baik), seperti disebut

sebelumnya yaitu meliputi: partisipasi, transparansi, tanggungjawab, akuntabilitas, wawasan

ke depan, penegakan hukum, keadilan, demokrasi, prediktif, kepekaan, profesionalisme,

efektivitas dan efisiensi, dan kepastian jaminan hukum. Setiap tata pengelolaan harus

dievaluasi apakah sebelum dan sesudah MBS ada perubahan tata pengelolaan

sekolah.Berikut adalah visualisasi ME pada saat sebelum dan pada saat sesudah

melaksanakan MBS.

Page 16: MANAJEMEN PENDIDIKAN

1. Jenis Monitoring dan Evaluasi: Internal dan Eksternal

Ada dua jenis monitoring dan evaluasi sekolah, yaitu internal dan

eksternal. Yang dimaksud monitoring dan evaluasi internal adalah monitoring dan

evaluasi yang dilakukan oleh sekolah sendiri. Pada umumnya, pelaksana

monitoring dan evaluasi internal adalah warga sekolah sendiri yaitu kepala

sekolah, guru, siswa, orangtua siswa, guru bimbingan dan penyuluhan, dan warga

sekolah lainnya.

Tujuan utama monitoring dan evaluasi internal sekolah adalah untuk

mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri (sekolah) sehubungan dengan

sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Sedang yang dimaksud monitoring dan

evaluasi eksternal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak

eksternal sekolah (external institution), misalnya Dinas Pendidikan, Pengawas,

dan Perguruan tinggi, atau gabungan dari ketiganya. Hasil monitoring dan

evaluasi eksternal dapat digunakan untuk: rewards system terhadap individu

sekolah, meningkatkan iklim kompetisi antar sekolah, kepentingan akuntabilitas

publik, memperbaiki sistem yang ada secara keseluruhan, dan membantu sekolah

dalam mengembangkan dirinya.

2.5 Tonggak- tonggak Kunci Keberhasilan MBS

1. untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan MBS harus melihat

jeli keadaan sekolah sebelum penerapan MBS

2. Setelah menerapkan MBS pada tahapan waktu yg tertentu yang

telah direncanakan dalam program kerja pendek maupun panjang.

3. Hasil setelah penerapan MBSharus dibandingkan dengan sebelum

penerapan MBS

4. Untuk berhasil dengan baik pada dasarnya tidak dapat

meninggalkan yang namanya RPS.

Page 17: MANAJEMEN PENDIDIKAN

Untuk mengevaluasi keberhasilan MBS, sekolah-sekolah yang melaksanakan

MBS harus membuat tonggak-tonggak kunci keberhasilan untuk kurun waktu

tertentu. Tonggak-tonggak kunci keberhasilan MBS merupakan target-target hasil

MBS yang akan dicapai dalam jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1

tahun). Target-target tersebut bersumber dari pemerataan kualitas pendidikan, dan

tata kelola sekolah yang baik (good governance) yang meliputi: partisipasi,

transparansi, tanggungjawab, akuntabilitas, wawasan kedepan, penegakan hukum,

keadilan, demokrasi, prediktif, kepekaan, profesionalisme, efektivitas dan

efisiensi, dan kepastian jaminan hukum. Sebaiknya, tonggak-tonggak kunci

keberhasilan dibuat tabuler yang terdiri dari program-program strategis dan

tonggak-tonggak kunci keberhasilan dari setiap program strategis.

2.6 Pengertian Dan pentingnya Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

Perencanaan sekolah adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa

depan sekolah yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan

sumberdaya yang tersedia. RPS adalah dokumen tentang gambaran kegiatan

sekolah di masa depan dalam rangka untuk mencapai perubahan/tujuan sekolah

yang telah ditetapkan.

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) merupakan salah satu wujud dari

salah satu fungsi manajemen sekolah yang amat penting yang harus dimiliki

sekolah. RPS berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku

sekolah dalam rangka menuju tujuan sekolah yang lebih baik (peningkatan,

pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidakpastian

masa depan.

Berdasarkan pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku,

khususnya pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP), mulai sekarang setiap sekolah pada semua satuan,

jenis dan jenjang pendidikan termasuk SMP harus memenuhi SNP tersebut. Salah

satu upaya untuk mencapai SNP, setiap sekolah wajib membuat RPS.

Page 18: MANAJEMEN PENDIDIKAN

RPS wajib dibuat oleh semua sekolah, baik yang termasuk kelompok

rintisan, potensial, nasional maupun internasional. RPS harus dimiliki oleh setiap

sekolah sebagai panduan dalam penyelenggaraan pendidikan, baik untuk jangka

panjang (20 tahun), menengah (5 tahun) maupun pendek (satu tahun).

Diharapkan, semua jenis kelompok sekolah menggunakan format RPS yang sama.

Perbedaannya terletak pada isi, kedalaman, dan luasan atau cakupan program

sesuai dengan kondisi sekolah dan tuntutan masyarakat sekitarnya. Perbedaan

lainnya adalah lama waktu pencapaian SNP. Bagi sekolah yang memiliki potensi

lebih tinggi dari pada sekolah lain akan dapat mencapai SNP relatip lebih cepat.

Demikian sebaliknya, bagi sekolah yang miskin potensi akan lebih lamban dalam

mencapai SNP. Namun demikian harapannya adalah semua sekolah tersebut

dalam kurun waktu tertentu mencapai SNP yang ditentukan oleh pemerintah.

Standar Nasional Pendidikan yang harus dicapai oleh tiap sekolah tersebut

meliputi standar kelulusan, kurikulum, proses, pendidikan dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian

pendidikan. Sangat dimungkinkan suatu sekolah telah memenuhi standar

kelulusan tetapi fasilitasnya belum standar atau sebaliknya. Suatu sekolah

sekarang kondisinya kurang dalam standar fasilitas seperti ruang

kelas,laboratorium, buku, dan sebagainya dan secara bertahap akan dipenuhi

selama kurun waktu tertentu.

Sementara itu kondisi gurunya telah memenuhi SNP. Begitu seterusnya

pada aspek-aspek lainnya. Suatu sekolah dimungkinkan dalam waktu lima tahun

mampu mencapai SNP, sementara itu terdapat sekolah untuk mencapai SNP

memerlukan waktu 15 tahun. Semua itu sangat tergantung kepada unsur-unsur

yang ada di sekolah itu sendiri. Dan apabila suatu sekolah telah memenuhi SNP,

maka diharapkan akan mampu menyelenggarakan pendidikan secara efektif,

efisien, berkualitas, relevan, dan mampu mendukung tercapainya pemerataan

pendidikan bagi masyarakat luas.

Page 19: MANAJEMEN PENDIDIKAN

Oleh karena itu dipandang sangat penting adanya suatu pedoman

pencapaian SNP yang mampu memberikan arah dan pegangan bagi tiap sekolah

dalam rangka pencapaian SNP tersebut. Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

diharapkan menjadi salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut, baik

bagi sekolah rintisan, potensial maupun nasional.

Landasan Hukum Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

Rencana Pengembangan Sekolah dibuat berdasarkan peraturan-perundangan

yang berlaku yaitu: Undang-Undang Nomor 25 tahun 2005 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Rencana Strategis Departemen

Pendidikan Nasional 2005-2009.3

Pentingnya Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

RPS penting dimiliki untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku

sekolah dalam rangka menuju perubahan atau tujuan sekolah yang lebih baik

(peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi

ketidakpastian masa depan.Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) merupakan

salah satu wujud dari salah satu fungsi manajemen sekolah yang amat penting

yang harus dimiliki sekolah. RPS berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan

bagi para pelaku sekolah dalam rangka menuju tujuan sekolah yang lebih baik

(peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi

ketidakpastian masa depan.

Berdasarkan pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, khususnya

pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP), mulai sekarang setiap sekolah pada semua satuan, jenis dan

3 Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), Depdiknas,2010.hlm 50

Page 20: MANAJEMEN PENDIDIKAN

jenjang pendidikan termasuk SMP harus memenuhi SNP tersebut. Salah satu

upaya untuk mencapai SNP, setiap sekolah wajib membuat RPS.

RPS wajib dibuat oleh semua SMP, baik yang termasuk kelompok rintisan,

potensial, nasional maupun internasional. RPS harus dimiliki oleh setiap sekolah

sebagai panduan dalam penyelenggaraan pendidikan, baik untuk jangka panjang

(20 tahun), menengah (5 tahun) maupun pendek (satu tahun). Diharapkan, semua

jenis kelompok sekolah menggunakan format RPS yang sama. Perbedaannya

terletak pada isi, kedalaman, dan luasan atau cakupan program sesuai dengan

kondisi sekolah dan tuntutan masyarakat sekitarnya. Perbedaan lainnya adalah

lama waktu pencapaian SNP. Bagi sekolah yang memiliki potensi lebih tinggi dari

pada sekolah lain akan dapat mencapai SNP relatip lebih cepat.

Demikian sebaliknya, bagi sekolah yang miskin potensi akan lebih lamban

dalam mencapai SNP. Namun demikian harapannya adalah semua sekolah

tersebut dalam kurun waktu tertentu mencapai SNP yang ditentukan oleh

pemerintah.

Standar Nasional Pendidikan yang harus dicapai oleh tiap sekolah tersebut

meliputi standar kelulusan, kurikulum, proses, pendidikan dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian

pendidikan. Sangat dimungkinkan suatu sekolah telah memenuhi standar

kelulusan tetapi fasilitasnya belum standar atau sebaliknya. Suatu sekolah

sekarang kondisinya kurang dalam standar fasilitas seperti ruang kelas,

laboratorium, buku, dan sebagainya dan secara bertahap akan dipenuhi selama

kurun waktu tertentu.

Sementara itu kondisi gurunya telah memenuhi SNP. Begitu seterusnya pada

aspek-aspek lainnya. Suatu sekolah dimungkinkan dalam waktu lima tahun

mampu mencapai SNP, sementara itu terdapat sekolah untuk mencapai SNP

memerlukan waktu 15 tahun. Semua itu sangat tergantung kepada unsur-unsur

yang ada di sekolah itu sendiri. Dan apabila suatu sekolah telah memenuhi SNP,

maka diharapkan akan mampu menyelenggarakan pendidikan secara efektif,

Page 21: MANAJEMEN PENDIDIKAN

efisien, berkualitas, relevan, dan mampu mendukung tercapainya pemerataan

pendidikan bagi masyarakat luas.

Oleh karena itu dipandang sangat penting adanya suatu pedoman pencapaian

SNP yang mampu memberikan arah dan pegangan bagi tiap sekolah dalam rangka

pencapaian SNP tersebut. Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) diharapkan

menjadi salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut, baik bagi sekolah

rintisan, potensial maupun nasional.

RPS sangat penting manfaatnya bagi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

untuk penyusunan rencana pendidikan di daerahnya. Semua RPS di

Kabupaten/Kota dapat dijadikan dasar bagi penyusunan Rencana Pengembangan

Pendidikan Kabupaten/Kota (RPPK). Dengan cara ini, RPPK akan lebih relevan

dengan kebutuhan setiap sekolah di daerahnya. Demikian manfaat bagi Dinas

Pendidikan Tingkat Propinsi. Dalam membuat Rencana Pengembangan

Pendidikan Propinsi (RPPP) harus didasarkan atas semua RPPK yang ada di

daerahnya. Demikian juga pada tingkat nasional, RPPP dapat digunakan sebagai

informasi bagi penyusunan Rencana Pengembangan Pendidikan Nasional

(RPPN). Secara visual, keterkaitan antara RPS, RPPK, RPPP, dan RPPN

Page 22: MANAJEMEN PENDIDIKAN

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. MBS adalah model manajemen sekolah yang memberikan otonomi kepada

sekolah dan menekankan keputusan sekolah sbersama/ partisipatif dari semua

warga sekoalh dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan

kebijakan pendidikan nasional.

2. MBS memberikan kemungkinan sekolah memiliki kewenangan yang besar

mengelola

sekolahnya agar lebih berdaya kreatif sehingga dapat mengembangkan program-

program yang lebih cocok dengan kebutuhan dan potensi sekolah.

3. Tahap pelaksanaan MBS meliputi sosialisasi merumuskan visi, misi, tujuan dan

sasaran sekolah, identifikasi fungsi-fungsi pendidikan/sekolah, analisis tingkat

kesiapan fungsi, pemecahan masalah, menyiapkan/ menyusun program, evaluasi

dan

penyempurnaan.

4. MBS akan efektif apabila pelaksanaanya didukung oleh sumber daya manusia (

SDM )

Yang memilki kemauan,integritasyang tinggi,baik dijajaran sekolah,Dinas

Pendidikan

Kabupate/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi maupun pusat

5. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS adalah merupakan sistem dan bagian

integral pengelolaan pendidikan. Dengan ME dapat diketahui tingkat kemajuan

pendidikan di sekolah., dimana dari hasil ME ini dipakai sebagai bahan masukan

untuk penyempurnaan dalam penyelenggaraan sekolah.

Page 23: MANAJEMEN PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jakarta: Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Pertama, Ditjen Mandikdasmen. Depdiknas (rujukan utama

dari materi pelatihan ini).

Atmodiwirio, Soebagio.2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Ardazya Jaya.

Danim,Sudarwan.2006.Visi Baru Manajemen Sekolah.Jakarta:PT.Bumi Aksara

E.Mulyasa. 2004.Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT.Remaja Rosda.

Fattah, Nanang, 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Bandung:

CV Pustaka Bani Quraisy

Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), Depdiknas, 2010