MANAJEMEN DAKWAH POLITIK PKS -...
Transcript of MANAJEMEN DAKWAH POLITIK PKS -...
MANAJEMEN DAKWAH POLITIK PKS
(Study Dewan Perwakilan Daerah(DPD) Partai Keadilan Sejahtera
Kota Depok)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
ADE PRIATNA
108053000027
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014M/1434H
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Maret 2014
Ade Priatna
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT. Yangtelah melimpahkan Rahmat dan karunianya,
sehingga penulis dapatmenyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
judul “Manajemen Dakwah Politik PKS(Study Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok)”. tepatpada
waktunya.
Sholawat dan Salam, barokah yang seindah-indahnya,
mudah-mudahanselalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Yang telah membawa kitadari zaman kegelapan menuju zaman
Ilmiah yaitu Dinul Islam.
Penulismenyampaikanterimakasih yang sebesar-
besarnyakepadaKeduaOrangtuatercintaIbuSaedahdanBapakMuhari
(alm).Yang
senantiasaberdo’adanmemberikansemangatjuangtakkenallelahsampa
isaatini, sehinggaskripsiinidapatterselesaikan.
Penulisan Skripsi ini dimaksud untuk memenuhi salah satu
persyaratandalam menyelesaikan program Sarjana Ilmu Dakwah dan
Imu Komunikasi UINJakarta sebagai wujud serta partisipasipenulis
dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang
telahpenulis peroleh selama dibangku kuliah.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semuapihak yang telah menbantu penulisan skripsi ini, baik
iv
secara langsung maupuntidak langsung. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah &Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Suparto, M. Ed, MA selakuWakilDekanBidangAkademik
3. Drs. Jumroni, M.si
selakuWakilDekanBidangAkademikumum
4. Drs. WahidinSaputra, MA
selakuselakuWakilDekanBidangKemahasiswaan
5. Bapak Cecep Castrawijaya, MM dan Bapak Mulkanasir,
S.Pd, MM selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
6. Bapak Drs. Sihabuddin Noor, MA selaku Dosen
Pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkann
penulisan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis selama 4 tahun.
8. M. Supariyono, A.Mdselaku Ketua UmumDPD PKS Kota
Depok, yang telah menberikan izin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di DPD PKS Kota Depok.
v
9. Moh. HafidNasir, Selaku SekretarisUmum yang telah
memberi arahan agar peneliti dapat melaksanakan penelitian
dengan baik.
10. Segenap pengurus DPD PKS kota Depok, yang telah
meluangkanwaktunya untuk membantu penulis mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
11. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini Semoga Allah SWT, melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa didunia ini tidak ada yang sempurna.
Begitu juga dari penulisan skripsi ini, yang tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan.
Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan
kesalahan, penulisberharap sungguh dengan rahmat dan izin-Nya
mudah-mudahan skripsi inibermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Jakarta, 25 Maret2014
Penulis
vi
ABSTRAKSI
Ade Priatna (108053000027), 2014. “Manajemen Dakwah Politik PKS (Study
DewanPerwakilan Daerah(DPD) Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok)”.
Skripsi Jurusan Manajemen Dakwah, FakultasIlmu Dakwah & Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. Dr. Sihabuddin Noor, MA
Untuk melaksanakan Amar ma’ruf nahi munkar, dakwah memerlukan
media atau sarana penunjang, baik lisan, tulisan bahkan politik. Melalui media ini
dakwah akan dapat disebarkan secara luas, selain juga dapat menterjemahkan
perilaku kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Endang
Saifuddin Ansari bahwa dengan cara-cara ini Islam dapat diterjemahkan secara
lebih leluasa termasuk soal politik.Sudah menjadi kata sepakat bagi para ahli,
bahwa perkembangan pemikiran politik itu mempunyai hubungan langsung yang
tidak terpisah dengan perkembangan sejarah (Political Science History). Soal ini
terbukti jelas dalam “Pemikiran Politik Islam” di mana Sejarah Islam itu
sendirilah yang membawa dan mencetuskan “Politik Islam”.
BerdasarkanhaltersebutmakarumusanmasalahdalampenelitianiniapakahMan
ajemenDakwahPolitik DPD PKS Kota Depokdapatmeningkatkantujuandakwah
Islam dalamberpolitik di Kota
Depokdengancarapolitikpemerintahanmelaluikekuasaan,
kegiatandanaktifitasdakwah yang dilakukanoleh PKS Kota Depok. Penelitian ini
menggunakan pendekatan Deskriptif-Kualitatif. Diharapkandengan menggunkan
pendekatan tersebut penulis mendapatkan gambaran yangobjektif, faktual, akurat
dan sistematis, mengenai masalah-masalah yang ada diobyek penelitian.
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan interview danobservasi. Kemudian
hasil penelitian tersebut dianalisis dengan tahapan reduksidata, penyajian data dan
yang terakhir adalah verifikasi atau menarik kesimpulan
Hasil dari penelitian ini adalah:pertama,Bahwa konsep dakwah politik yang di
jalankan oleh DPD PKS Depokdiantaranya melalui : Dakwah bit Tadwin, Dakwah
Fardiyah, Dakwah bil Lisan, Dakwah bil Haal yang rutin mereka lakukan baik
terhadap kader, simpatisan maupun masyarakat umum di Kota Depok.kedua,
kunci keberhasilan Manajemen Dakwah Politik itu berorientasi pada pengenalan
nilai-nilai dasar Islam dan dilakukan di berbagai kesempatan dakwah yang
merupakan pembentukan opini umum Islami, penyebaran fikrah Islam yang benar
dan menyeluruh.
Kata Kunci: ManajemenDakwah, DakwahPolitik.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
ABSTRAKSI ..................................................................................................vi
BAB IPendahuluan
A. LatarBelakangMasalah …………………………………...…....... 1
B. PembatasandanPerumusanMasalah………………….....…...… 10
C. TinjauanPustaka ……………………………………………...…. 10
D. MetodologiPenelitian …………...………………………………. 12
E. TujuandanManfaatPenelitian…………….................................. 22
F. SistematikaPenulisan ....................................................................23
BAB IILandasan Teori Konsep Dakwahdan Politik
A. KonsepDakwah
1. PengertianDakwah …………………………….……………. 25
2. Unsur-unsurDakwah …………………………….………...... 26
3. HukumDakwah ………………………………….………….. 34
4. Prinsip-prinsipDakwah ………………………….………...... 35
B. KonsepPolitik Islam
1. PengertianPolitik ………………………………………….... 41
2. PolitikDalamPandangan Islam …………………………….. 46
3. HubunganPolitikdanDakwah ……………………………... 49
C. KonsepManajemenDakwahPolitik
1. PengertianManajemenDakwah ………………….…………. 52
2. Fungsi-fungsiManajemenDakwah ………………….……… 54
3. PengertianManajemenDakwahPolitik …………………….. 56
viii
BAB IIIGambaran UmumDPD PKS Kota Depok
A. SejarahPartaiKeadilanSejahtera ……………………………... 58
B. VisidanMisiPartaiKeadilanSejahtera ………………………. 59
C. Lokasi DPD PKS Kota Depok ………………………………… 61
D. Keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera ..................................... 61
E. StrukturKepengurusan ……………………………………….. 64
BAB IVAnalisisManajemen Dakwah Politik DPD PKS Kota Depok
A. AplikasiKonsepManajemenDakwahPolitik …...………….... 65
B. AnalisisAplikasiManajemenDakwahPolitik……………….. 79
BAB VPenutup
1. Kesimpulan …………………………………………………… 83
2. Saran …………………………………………………………..84
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah yang selalu mendorong pemeluknya
untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan
kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang
dilakukannya. Predikat Khaira Ummah (umat yang paling baik dan pilihan)
hanyalah diberikan Allah Swt. kepada kelompok umat yang aktif terlibat
dalam kegiatan dakwah. Sekaligus Islam telah mengatur segala sesuatu baik
mengenai ekonomi maupun dagang atau soal hidup sosial dan lain
sebagainya hingga tidak ada satu soal sekecil apapun yang ditinggalkan.1
Islam tampil di dunia untuk menyebarluaskan dakwah dan panggilan
Allah di bumi dan membawa kabar gembira bagi penduduknya, sekaligus
untuk membangun suatu pemerintahan yang menjamin kehidupan manusia
yang teratur dan terarah dan memberikan perlindungan kepadanya dari
kejahatan dirinya sendiri dan kejahatan orang lain. Oleh karena itu, sifat,
watak atau karakteristik negara menurut konsepsi Islam tidak pernah
terpisah dari jiwa dakwah dan medannya. Negara harus berjalan secara
harmonis dengan kegiatan dakwah, persis seperti bertemunya ujung sungai
1 Fuad Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu
Jaya, 1988), 174
2
dan hilirnya.2 Dakwah Islam yang telah berlangsung sekian lama ini pada
intinya adalah sebuah proses dan upaya tabligh dalam arti menyampaikan
kebenaran ajaran agama untuk membangun tatanan kehidupan yang penuh
kedamaian dan jauh dari dendam masa lalu serta berusaha menatap ke depan
yang lebih baik.
Berdakwah merupakan salah satu fenomena yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan kita. Dakwah membuat masygul akal pikiran
kita. Dakwah bisa menggerakkan pelbagai naluri kita dan menempati tempat
yang sentral dalam kehidupan kita, apalagi di dalam era yang sarat dengan
krisis akidah sepeti sekarang ini.3 Perjuangan Islam sepanjang sejarahnya
dapat dilihat sebagai usaha kaum Muslim memenuhi gambaran al-Qur’an
itu, khususnya berkenaan dengan tugas kewajibannya bagi kemanusiaan.
Tugas itu juga sering diungkapkan dalam kalimat aslinya dalam bahasa
Arab, yaitu “Amar ma‟ruf nahi munkar”. Karena tugas Amar ma‟ruf nahi
munkar itulah umat Islam selalu terlibat dalam perjuangan melawan setiap
bentuk kezaliman.4
Untuk melaksanakan Amar ma‟ruf nahi munkar, dakwah
memerlukan media atau sarana penunjang, baik lisan, tulisan bahkan politik.
Melalui media ini dakwah akan dapat disebarkan secara luas, selain juga
dapat menterjemahkan perilaku kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikatakan Endang Saifuddin Ansari bahwa dengan cara-
2 Muhammad Husin Fadhlullah, Metodologi Dakwah Dalam al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera, 1997), 12 3 Ibid, 7
4 Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, (Jakarta:
Paramadina, 1999), 43
3
cara ini Islam dapat diterjemahkan secara lebih leluasa termasuk soal
politik.5
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkap masalah dakwah. Tetapi,
dari sekian banyak ayat yang memuat prinsip-prinsip dakwah itu ada satu
ayat yang memuat sandaran dasar dan fundamen pokok bagi metodologi
dakwah. Ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S An-Nahl:
125)
Banyak yang tidak menyadari bahwa politik menyangkut kekuasaan,
cara menggunakan kekuasaan serta proses pengelolaan pemerintahan dan
negara maka politik termasuk salah satu alat untuk dakwah. Sudah menjadi
kata sepakat bagi para ahli, bahwa perkembangan pemikiran politik itu
mempunyai hubungan langsung yang tidak terpisah dengan perkembangan
sejarah (Political Science History). Soal ini terbukti jelas dalam ―Pemikiran
Politik Islam‖ di mana Sejarah Islam itu sendirilah yang membawa dan
mencetuskan ―Politik Islam‖. Dengan kata lain dapat disebut, bahwa
―Politik Islam‖ dengan ―Sejarah Islam‖ sejalan dan masing-masing
5 Endang Saifuddin Ansari, Wawasan Islam; Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam
dan Umatnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. Ke-4, 178
4
sempurna menyempurnakan ibarat darah dan daging. Maka tidaklah dapat
diketahui mana yang menimbulkan yang lain laksana ayam dan telur dan
mana yang menjadi sebab dan mana pula yang menjadi musabbab ibarat
kata dan bahasa. Kait mengait ini didapatkan di dalam ―Sejarah Islam‖
secara keseluruhan, sejarah tidak terpisah dari politik dan politik adalah
sebahagiaan daripada sejarah. Kalau diambil arti politik yang luas itu, maka
didapatkan bahwa politik itu terkadang ditimbulkan oleh pribadi manusia,
terkadang oleh sekelompok manusia dan terkadang pula oleh satu aliran
tertentu.6 Sistem politik dalam pandangan Islam adalah hukum atau
pandangan yang berkaitan dengan cara bagaimana urusan masyarakat
dikelola dan diatur dengan hukum Islam.7 Setelah runtuhnya rezim orde
baru, proses demokrasi di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan.
Hal ini terlihat dengan berubahnya sistem kepartaian, dari tiga partai
menjadi sistem multi partai.8
Alam reformasi telah melahirkan banyak partai politik, baik yang
berlabel agama maupun non agama. Ada partai politik yang menggunakan
label agama, seperti Partai Kristen dan Partai Islam (PI), sedangkan partai
politik nonagama, diantaranya berlabel sosialisme, nasionalisme, dengan
berbagai variannya.9 Pandangan-pandangan mengenai unsur-unsur lain,
misalnya mengenai konsep dan ideologi perjuangan umat Islam, yang
6 Fuad Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 11
7 Hafidz Abdurrahman, diskursus ―Islam Politik Spiritual” (Bogor : Al-Azhar
Press, 2007), 202 8 http:// Partisipasi Politik Non Muslim Dalam Partai Politik Islam (Analisa
Terhadap PK Sejahtera) _ Garam Manis.htm 9 A.M Fatwa, Satu Islam Multi Pertai, (Bandung: MIZAN, 2000), 93
5
menjadi bagian integral dari batang tubuh politik Islam, menjadi jelas
dengan sendirinya.10
Sebagai contoh peran dakwah dalam politik, pada masa kejayaan
umat Islam era Khalifah Abbasiah, hingga Turki Usmani dan Kerajaan
Islam Aceh masa Sultan Iskandar Muda, semua aktifitas dakwah Agama
ditopang oleh para pemegang kekuasaan atau pelaku politik, bahkan mereka
sendiri juga merupakan politisi-politisi yang sekaligus sebagai da’i,
sehingga kita tidak heran bagaimana jayanya Islam dan kaum Muslimin
ketika itu.
Satu hal yang sangat menggembirakan apabila semangat untuk
mendakwahkan Islam tumbuh di masyarakat dan pemerintah kita. Karena
hal yang demikian berarti umat ini mulai menuju kepada kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat. Maka langkah apapun yang bisa kita lakukan untuk
mendukung masyarakat atau pemerintah kita dalam menghidupkan ajaran-
ajaran Islam ini, hendaknya kita berikan dukungan.
Profesionalisme politik yang tipikal Islam harus dirumuskan.
Dikalangan umat dibina dan ditumbuhkan kader yang tangguh berakidah
kuat, berakhlaq mulia, menguasai persoalan politik serta kaitannya dengan
masalah sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Syaikh Hasan Al Banna
menegaskan, ―Setelah batasan global dari makna Islam yang syamil dan
substansi makna politik yang luas dan tidak terkait dengan kepartaian ini,
saya bisa mengatakan secara terus terang bahwa seorang muslim tidak akan
10
Bahtiar Effendy, “Islam dan Negara” Transformasi Pemikiran dan Praktik
Politik Islam di Inonesia (Jakarta : Paramadina), 43
6
sempurna Islamnya kecuali jika ia seorang politisi, mempunyai jangkauan
pandangan yang jauh, dan mempunyai kepedulian yang besar terhadap
umatnya‖.
Allah berfirman : "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma'ruf dan
mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali
Imran : 104)
Telah sama-sama diketahui bahwa cara yang efektif untuk mencegah
kemungkaran adalah dengan terlibat dalam pengambilan kebijakan atau
kekuasaan. Apabila kekuasaan berada di tangan orang-orang salih, atau
didukung oleh orang-orang salih, maka memiliki kesempatan yang lebih
besar untuk menolak kemungkaran dalam kehidupan masyarakat luas.
Sebaliknya, jika kekuasaan di tangan orang zhalim, maka akan bisa
digunakan untuk mengembangkan kemungkaran dan kezhaliman secara
luas. Salah satu sarana perubahan yang cukup efektif dalam sistem
demokrasi saat ini adalah partai politik.
Diskursus seputar politik dakwah dan dakwah politik terus bergulir
yang berawal sebenarnya dari sebuah kekhawatiran akan terjadinya distorsi
pemetaan antara dakwah dan politik di ranah kenegaraan. Politik identik
dengan kekuasaan yang berarti menghalalkan segala cara, sementara
dakwah adalah untuk kebaikan dan perbaikan masyarakat yang jelas tujuan
dan misi yang diembannya. Lewat kiprah partai politik tersebut, diharapkan
gerakan dakwah memiliki peran dan pengaruh positif dalam mengelola
7
pemerintahan Negara. Dalam hal ini jelas kebenaran ajaran Islam bahwa
berpolitik bagian dari dakwah dan dakwah merupakan tujuan dari berpolitik.
Tentu karena ini wilayah politik maka strategi dan upaya yang
dilakukan harus juga sesuai dengan praktik perpolitikan dengan senantiasa
mengacu kepada koridor nilai-nilai Islam yang universal. Di sini setiap kita
dituntut arif mencermati setiap strategi kebijakan yang coba dijalankan oleh
sebuah partai yang menjadikan dakwah sebagai basis aktivitasnya.
Munculnya sejumlah partai yang menggunakan simbol dan asas Islam atau
yang mempunyai pendukung utama komunitas Islam, maka tidak terlalu
salah untuk mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah munculnya
kembali kekuatan politik Islam.11
Paradigma ini terus berlangsung sekian lama sampai lahirnya PKS,
sebuah partai yang mengusung jargon dan misi dakwah dalam praktik
perpolitikannya. Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sebelumnya bernama
Partai Keadilan (PK), hadir menjadi sebuah alternatif cara pandang Islam
yang baru, selain NU dan Muhammadiyah. Partai Keadilan Sejahtera
memberikan harapan baru bagi masyarakat Indonesia yang memiliki
karakter : muda, religius Islam, loyal pada organisasi, berjiwa nasionalisme,
dan peduli pada persoalan internasional (wa bil khusus Palestina). Beda
dengan gerakan politik berhaluan Islam yang lain. Mereka jelas mengambil
jalur politik bergabung dengan sistem demokrasi dengan nilai-nilai
perjuangan Ikhwanul Muslimin yang teramat kental.
11
Bahtiar Effendy, “(Re)Politisasi Islam” Pernahkan Islam Berhenti Berpolitik?,
195
8
Sejak awal idiom partai dakwah merupakan tantangan terbesar bagi
para politikus Muslim. Di satu pihak, nilai Islam harus selalu hadir dalam
keseharian politik mereka. Manakala sistem perpolitikan yang sekian lama
berlangsung justru berseberangan dengan nilai dakwah dan politik Islam itu
sendiri, tentu kekhawatiran itu wajar saja muncul karena memang
mempertemukan politik dengan dakwah merupakan satu fenomena dan
ijtihad yang baru di arena perpolitikan Indonesia yang sekian lama jauh dari
nilai dakwah atau sama sekali tidak beririsan dengan dakwah. Karenanya
menjadi sebuah keharusan jika kita memberikan kesempatan bagi
munculnya sebuah partai Islam, yang mengaspirasikan suara umat muslim
untuk mewujudkan cita-cita plitik yang tidak pernah padam mengingat tugs
dakwah amar ma‟ruf nahi munkar.
Ini bisa saja menjadi upaya politisasi dakwah dalam konotasi positif,
yaitu mengemas dakwah dalam kemasan politik yang menjunjung tinggi
nilai kebaikan dan kemanusiaan. Atau akan menjadi dakwahisasi politik,
dalam arti membawa dakwah dalam wilayah politik sehingga praktik
dakwah sedikit demi sedikit akan bergeser menjadi praktik yang sesuai
dengan nilai siyasah syar'iyyah yang dijunjung tinggi oleh Islam. Pada
tataran ini, kembali semangat menjunjung siyasah syar'iyyah dalam wilayah
politik praktis direduksi perannya atau dimarginalkan.
PKS pada dasarnya adalah partai dakwah, yang tidak berhenti pada
peraihan suara, suara bagi PKS adalah sarana untuk melompat ke tahapan
berikutnya, maka PKS tidak hanya melakukan ekstentifikasi atau perluasan
9
dakwah melalui pemilu dan kampanye akan tetapi setelah itu berlanjut ke
tahap berikutnya yaitu melakukan intensifikasi.12
Kondisi yang demikian mengandung indikasi bahwa persoalan
dakwah akan semakin berat dan meningkat. Untuk penanggulangan dakwah
tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri dan sambil lalu, tetapi hendaklah
dilakukan secara bekerjasama dalam satu kesatuan yang teratur rapi. Hal ini
menghendaki adanya tenaga-tenaga terampil dan mampu untuk mengelola
dan mengatur pelaksanaan dakwah atau disebut dengan manajemen dakwah.
Kemampuan itu dimulai dari mengidentifikasikan masalah menyusun
rencana yang tepat, mengorganisir para pelaksana (sumber daya manusia)
dan daya lainnya yang tersedia, menggerakkan kepada pencapaian tujuan
dan melakukan penggendalian atau pengawasan terhadap tindakan-tindakan
dakwah.
Manajemen sangat diperlukan dalam mencapai tujuan dakwah,
karena manajemen merupakan suatu sistem dan metode atau teknik untuk
melakukan pengelolaan yang baik, mendapatkan hasil yang memuaskan,
menghindarkan perbuatan yang merugikan dan mubazir, menghindari
kesalahan dan kekeliruan dan upaya untuk menegak kebenaran dalam suatu
lembaga. Semua itu akan terwujud jika manajemen tersebut sesuai dengan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam al-Qur’an dan Hadis. Seperti efesiensi
yang mengajarkan kepada manusia untuk tidak boros, seimbang,
pencapaian manfaat dan adil. Dalam bekerja dan mengambil keputusan
12
Adi Andriana, “Momentum Politik Dakwah PKS‖. Terbit 31 Maret 2014,
(diakses pada tanggal 15 Apri 2014 dari
http://www.muharrikdakwah.com/2014/03/momentum-dakwah-politik-pks.html)
10
hendaklah memegang prinsip berfikir positif, bermusyawarah, disiplin,
kebersamaan dalam hal-hal yang konstruktif dan sebagainya.
Atas dasar pemikiran tersebut, penulis mencoba mengangkat
pembahasan yang terangkum dalam skripsi yang berjudul: “Manajemen
Dakwah Politik Partai Keadilan Sejahtera” (Study Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Banyak hal yang terkait mengenai aktifitas dakwah PKS. Namun,
fokus pembatasan masalah hanya pada Konsepsi Manajemen Dakwah DPD
PKS Depok sebagai partai politik Islam.
2. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi
ini, maka penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Apa Saja Aplikasi Konsep Manajemen Dakwah Politik DPD PKS
Depok?
b. Bagaimana Analisis Dari Manajemen Dakwah Politik DPD PKS
Depok?
C. Tinjauan Pustaka
Melihat dari banyaknya partai-partai Islam yang muncul pada masa
setelah Orde Baru ini, PKS muncul sebagai partai yang berideologi Islam
11
dengan beragam kegiatan serta aktivitas dakwah politiknya dalam upaya
merebut kekuasaan demi tujuan dakwah itu tercapai. Skripsi tentang PKS ini
juga sebelumnya sudah pernah dibuat dalam bentuk skripsi diantaranya :
Karya Miftahuddin (S1, PPI, FUF, 2008) yang berjudul Pengaruh
Ideologi Ikhwanul Muslimin Terhadap Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Beliau menjelaskan proses pengaruh ideologi Ikhwanul Muslimin terhadap
Partai Keadilan Sejahtera terjadi melalui proses transfer pemikiran yang
dibawa oleh para sarjana-sarjana dari Timur Tengah tahun 1980-an yang
membentuk sebuah gerakan yang terkenal dengan istilah “tarbiyah”.
Dari tinjaun pustaka diatas dapat dipahami bahwa aktivitas ataupun
kegiatan dakwah politik PKS sedikit banyak terpengaruh oleh pemikiran-
pemikiran Ikhwanul Muslimin. Namun dalam penelitian yang penulis buat
jauh berbeda yaitu “Manajemen Dakwah Politik Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) Kota Depok (Study Manajemen Dakwah Politik Partai Keadilan
Sejahtera)‖
12
D. Metodologi Penelitian
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, karena
fokus penelitiannya adalah Manajemen Dakwah Politik. Penelitian kualitatif
memiliki karakteristik antara lain: ilmiah, manusia sebagai alat (instrument),
menggunakan metode kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari
dasar (grounded theory), deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada
hasil, adanya batas yang ditentukan, fokus, adanya kriteria untuk keabsahan
data, desain penelitian yang bersifat sementara, dan hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama.13
Moleong dalam Metodologi Penelitian Kualitatif mengutip dari
Bogdan dan Taylor, mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.14
Pendekatan
kualitatif digunakan untuk mengungkapkan data deskriptif dari informasi
tentang apa yang mereka lakukan, dan yang mereka alami terhadap fokus
penelitian. Pendekatan ini merupakan suatu proses pengumpulan data secara
sistematis dan intensif untuk memperoleh pengetahuan tentang Manajemen
Dakwah Politik, yang mana penelitian ini dilakukan di DPD Partai Keadilan
Sejahtera Kota Depok.
13 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006), 8-13 14
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian, 4
13
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor DPD PKS kota Depok yang
beralamat di Margonda Raya Gg. Beringin No. 07, Kemiri Muka, Beji,
Depok. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari
sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data
tambahan yang berupa dokumen-dokumen. Sumber dan jenis datanya dibagi
kedalam kata-kata dan tindakan,sumber data tertulis, foto dan statistik.15
Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Sumber data primer, yaitu sumber data yang diambil peneliti
melalui wawancara dan observasi. Sebagaimana yang
diungkapkan Moleong bahwa: ‖Kata-kata dan tindakan orang-
orang yang di amati atau diwawancarai merupakan sumber data
utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis dan
melalui perekaman video atau audio tape, pengambilan foto, atau
film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau
15
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 157
14
pengamatan berperan serta sehingga merupakan hasil usaha
gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya‖.16
2. Sumber data sekunder, yaitu sumber data diluar kata-kata dari
tindakan yakni sumber data tertulis. Sumber tertulis dapat dibagi
atas sumber dari buku dan majalah ilmiah, sumber data arsip,
dokumen pribadi dan dokumen resmi yang digunakan penulis
dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik pengambilan sumber data dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik bola salju (snow bolling sampling). Yang dimaksud
dengan teknik bola salju adalah:
‖Peneliti memilih responden atau sample secara berantai, jika
pengumpulan dari data responden atau sample ke-1 sudah selesai, peneliti
minta agar responden kelurahan-2, lalu yang ke-2 juga memberikan
rekomendasi untuk responden ke-3, dan selanjutnya. Proses bola salju ini
berlangsung terus sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai
kebutuhan‖.17
Dari keterangan diatas, maka sumber data utama yang menjadi
sumber informasi dalam penelitian ini adalah: ketua umum dpd pks depok
yang nantinya akan memberikan pengarahan kepada peneliti dalam
pengambilan sumber data, dan memberikan informasi serta rekomendasi
kepada informan lainnya seperti; para anggota dalam kepengurusan dpd pks
16
Ibid 17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), 115
15
depok. Sehingga semua data-data yang diperlukan peneliti terkumpul sesuai
dengan kebutuhan penelitian.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah alat pada waktu penelitian
menggunakan suatu metode. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa metode antara lain:
1. Metode Interview
Metode interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal,
melakukan percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.18
Peneliti mengumpulkan data dengan cara mewawancarai
secara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan, terutama
penasehat, ketua, dan para anggota ta’mir. Dalam metode interview peneliti
memakai pedoman wawancara berstruktur. Dalam wawancara berstruktur
semua pertanyaan telah dirumuskan dengan cermat biasanya secara tertulis
sehingga pewawancara dapat menggunakan daftar pertanyaan itu sewaktu
melakukan interview atau jika mungkin menghafalkan diluar kepala agar
percakapan lebih lancar dan wajar.19
2. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan
18
M.Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 113 19
M.Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),117-118
16
observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang
kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.20
Observasi digunakan untuk memperoleh data dilapangan
dengan alasan untuk mengetahui situasi, menggambarkan keadaan,
melukiskan bentuk. Guga dan Lincoln. menyebutkan observasi
dalam penelitian kualitatif, yaitu: ada beberapa alasan mengapa
penelitian kualitatif menggunakan pengamatan:
a. Pengamatan didasarkan pada pengamatan langsung, b.
Pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri kemudian mencatat perilaku kejadian sebagaimana
yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya, c. Pengamatan
memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan bidang usaha yang profesional maupun
pengetahuan yang diperoleh secara langsung dari data, d.
Sering terjadi ada keraguan data yang diperoleh dengan teknik
wawancara, jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan
data adalah dengan pengamatan, e. Teknik pengamatan
memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang
rumit dan dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik
komunikatif lainnya tidak memungkinkan, pengamatan dapat
menjadi alat yang sangat bermanfaat.21
20
Ibid, 106 21
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 174-175
17
Dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan
adalah observasi dengan partisipasi. maka dari itu peneliti
mengamati dengan langsung kegiatan yang ada pada lembaga serta
hal-hal yang terkait dengan penelitian ini.22
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat,agenda dan sebagainya.23
Adapun
penelitian ini, metode dokumentasi ini digunakan dengan cara
memeriksa dan mencatat dokumen yang diperlukan dalam
penelitian. Dokumen yang dikumpulkan dan dianalisis peneliti
adalah dokumen yang berkaitan dengan kondisi ta’mir masjid
sebagai lokasi penelitian dan dokumen yang berkaitan dengan fokus
dan masalah penelitian. Dokumen yang dianalisis yaitu struktur
organisasi, profil keangotaan program-program atau kegiatan usaha
ta,mir masjid, data-data yang dihasilkan peneliti tersebut diharapkan
mampu menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
22
M. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 152 23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), 231
18
disarankan oleh data.24
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan
pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh25
. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.26
1. Data reduction
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah
dikemukakan semakin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data
akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.27
2. Data display (penyajian data)
24
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 280 25
Milles,and Huberman, M.A. Qualitative Data Analysis. Terjemahan Tjejep RR (
Jakarta : UI Press :1982), 87 26
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta. 2011), 334 27
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi, 335-337
19
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and huberman
menyatakan ―yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.28
3. Conclusion drawing/verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih besifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.29
G. Pengecekan Keabsahan Data
Moleong berpendapat bahwa "Dalam penelitian diperlukan suatu
teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh
keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik
sebagai berikut:30
1. Persistent Observation (ketekunan pengamatan) yaitu
mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek
28
Ibid, 339-340 29
Ibid, 343 30
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 172
20
penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap
berbagai aktivitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian.31
Dalam hal ini berkaitan dengan peranan Bidang Usaha masjid
dalam kemandirian Masjid.
2. Triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau perbandingan terhadap data. Triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data
dengan cara "membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam metode kualitatif".32
H. Tahapan Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Dalam taraf pra lapangan peneliti akan melakukan observasi
terus terang atau tersamar. Observasi terus terang atau tersamar
dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data, bahwa
ia sedang melakukan penelitian. Sehingga mereka yang diteliti
mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi
dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam
observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari
merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau
31
Ibid, 329 32
Ibid, 330
21
dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan
untuk melakukan observasi.33
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan data, pada tahap ini yang dilakukan peneliti dalam
mengumpulkan data adalah:
1) Wawancara dengan Ketua Umum DPD Partai Keadilan
Sejahtera Kota Depok.
2) Wawancara dengan para anggota bidang DPD Partai
Keadilan Sejahtera Kota Depok.
3) Observasi langsung dan pengambilan data langsung dari
lapangan.
4) Menelaah teori-teori yang relevan.
b. Mengidentifikasi data
Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara,
dokumentasi dan observasi diidentifikasi agar memudahkan
peneliti dalam menganalisa sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi.
b. Menganalisa data sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
33 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, cv. 2007), 66
22
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengkaji Apa Saja Aplikasi Konsep Manajemen Dakwah
Politik yang diterapkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mampu
menopang dakwah, sebagai perwujudan eksistensi partai yang
berbasis Islam.
2) Dapat memberikan gambaran yang jelas, Bagaimana Analisis
Dari Manajemen Dakwah Politik PKS Kota Depok sebagai partai
yang memiliki karakter ke-Islaman, sehingga mampu
menghubungkan atau mensinergiskan dakwah Islam terhadap
politik.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dari penelitian ini
adalah :
a. Manfaat Akademis : Penelitian ini diharapkan memberikan
kontribusi khasanah ilmu pengetahuan kepada mahsiswa/i agar
dapat mengkaji lebih jauh bagaimana aplikasi konsep
manajemen dakwah politik PKS Kota Depok.
b. Manfaat praktis : penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi, wawasan serta acuan bagi peneliti mengenai
manajemen dakwah politik PKS.
23
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam menguraikan materi yang akan dibahas
dan sekaligus agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya, maka
penulis mensistemasikan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab-bab
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini menjelaskan seputar Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Landasan Teori. Bab ini menjelaskan seputar teori
yang berisikan mengenai Pengertian Manajemen,
Manajemen Dakwah, Dakwah dan Politik, Pengertian
Manajemen Dakwah Politik, Perspektif Dakwah dan
Politik dan Hubungan dan keterkaitan Dakwah dan
Politik.
BAB III Gambaran Umum Tentang PKS. Bab ini akan
menjelaskan tentang Latar Belakang Sejarah
Berdirinya PKS Depok, Keanggotaan Partai Keadilan
Sejahtera, Struktur Organisasi, Landasan Filosofi
Partai dan Visi dan Misi Politiknya. Item di atas
untuk menjelaskan bagaimana doktrin dan
aktualisasinya dalam partai.
24
BAB IV Memaparkan Hasil analisis dan temuan-temuan
tentang Manajemen Dakwah Politik DPD Partai
Keadilan Sejahtera Kota Depok berupa Aplikasi
Konsep Manajemen Dakwah Politik PKS dan
Bagaimana Aplikasinya Dalam Manajemen Dakwah
Politik tersebut.
BAB V Bab ini merupakan akhir dari pembahasan yang
berisi tentang kesimpulan terhadap pembahasan
data-data yang telah di analisis dan saran-saran
sebagai bahan pertimbangan.
25
BAB II
LANDASAN TEORI KONSEP MANAJEMEN DAKWAH
DAN POLITIK
A. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah ditinjau dari segi Etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu
bentuk isim Masdar dari kata daa‟a yad‟u da‟watan yang artinya menyeru,
memanggil, mengajak dan menjamu.34
Berdasarkan Ensiklopedi Islam,
dakwah adalah masdar (kata dasar) dari kata kerja da‟a-yad‟u yang berarti
panggilan, seruan atau ajakan.35
Kata daa‟a mengandung arti mengajak,
menyeru dan memanggil, maka sebagai ajakan, seruan, panggilan kepada
Islam.
Adapun pengertian lain mengatakan kata dakwah diambil dari kata
daa‟a yang artinya memanggil, menyeru, dan menghimpun manusia untuk
suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya
sebagaimana yang terdapat dalam surat QS.Yunus : 2536
34
Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan penyelenggara
Penerjemahan/Penafsiran Al-Qur’an), (1973), 127 35
Ismah Ismail, Ensiklopedi Islam, Vol-1 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
1997), 280 36
Ismah Ismail, Vol-1 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), 280
26
“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan
menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus
(Islam)”. (QS.Yunus : 25)
Sedangkan secara istilah dakwah didefinisikan dengan
mengemukakan pendapat bahwa dakwah ialah sebagai setiap kegiatan yang
bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat
kepada Allah Swt. Sesuai dengan garis aqidah, yaitu syari’at dan akhlaq
Islamiyah.37
Dalam buku Prinsip dan Kode Etik Dakwah, dakwah ialah
mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing
mereka kepada petunjuk dengan cara ber amar ma‟ruf nahyi munkar.38
Sedangkan konsep dakwah menurut penulis adalah seruan atau
ajakan yang berupa amar ma’ruf nahyi munkar baik melalui perbuatan
ataupun perkataan.
2. Unsur-Unsur Dakwah
a. Da’i (Subjek Dakwah)
Da’i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
daa‟a yang merupakan bentuk Isim Fa‟il (kata yang menunjukkan pelaku)
yang artinya orang melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis da’i
yaitu setiap muslim yang berakal Mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban
dakwah.39
Definisi terminologis tersebut memberi pengertian, bahwa
kewajiban dakwah terbebani kepada setiap muslim yang telah mencapai usia
baligh, aqil dan mukallaf, baik laki-laki maupun perempuan. Sehingga
37
Muhammad Sayyid al-Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemahan
Nabhani Idris (Jakarta Akademika Pressindo, 2002), 1 38
Ensiklopedi Islam, 280 39
Ismah Ismail, ―Strategi Dakwah di Era Millenium‖, 2
27
secara luas dakwah bukan hanya aktifitas yang diperlukan oleh sekelompok
orang, tetapi hanya diaktifkan oleh para ulama, tidak hanya oleh para aktivis
kampus, tetapi seluruh elemen dan komponen masyarakat yang mempunyai
kewajiban yang sama.40
Dakwah merupakan kewajiban individu, tetapi harus ada kelompok
khusus yang menangani dakwah secara profesional. Kewajiban dakwah
secara individu berlaku pada tingkatan wa tawaa shaw bi al-haq wa
tawaa shaw bi al-shabr. Sementara itu, secara kolektif, kewajiban
dakwah membutuhkan organisasi, menejemen, dan jaringan sosial yang
kuat.41
Menjadi seorang da’i adalah suatu tugas yang sangat mulia dan
memiliki beban tersendiri, karena semua yang telah didakwahkannya harus
bias masuk dan diaplikasikan dalam kehidupan keseharian dari objek
dakwahnya. Idris Abdus Shomad dalam Diktat Ilmu Dakwah membagi
bekal yang harus dimilki oleh seorang da’i menjadi tiga bekal utama yakni:
1. Pemahaman yang benar dan tepat, maksudnya ialah pengetahuan
tentang hal-hal yang terkait dengan dakwah dan konsekuensinya.
Baik pengetahuan ke-Islaman maupun pengetahuan ilmu dakwah
serta pengetahuan umum yang dapat menunjang dakwahnya.
2. Ke-Islaman yang kokoh, maksudnya ialah keyakinan da’i tentang
kebenaran Islam sebagai isu utama dakwahnya, yakni keimanan
40
Idris Abdu Shomad, Diktat Ilmu Dakwah (Depok:T:pn.,2004), 6 41
Abdullah, “Jurnal Dakwah Islam‖ terbit 13 Februari 2013, (diakses pada
tanggal 16 April 2014 dari http://dakwah-islam.org/jurnal-dakwah-islam.html)
28
yang melahirkan kecintaanya kepada Allah Swt. Rasul-Nya dan
kepada al-Islam, keimanan yang mewujudkan rasa takut hanya
kepada Allah Swt. Dan rasa harap kepada rahmat dan
keberkahan (daya guna) dari-Nya.
3. Hubungan kuat dengan Allah Swt, yaitu keterkaitan da’i kepada
Allah dan sikap tawakkal hanya kepada-Nya, karena
keyakinannya bahwa Allah Maha Esa dalam penciptaan Alam
Semesta, Pemeliharaan, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
b. Mad’u (Objek Dakwah)
Mad’u secara etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata
Da‟a Yad‟u yang merupakan bentuk isim maf‟ul yang artinya orang yang di
ajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Secara terminologis Mad’u adalah
objek dan sekaligus subjek yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali.42
Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang
bayi yang baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah
mad’u dalam dakwah Islam.dkawah tidak hanya ditujukan kepada orang
Islam, tetapi juga kepada orang-orang di luar Islam. Intinya dakwah itu
ditujukan untuk siapa saja tanpa melihat status sosialnya, ekonomi dan latar
belakang mereka. Pernyataan ini sesuai dengan Q.S Saba’: 28
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
42
Idris Abdu Shomad, Diktat Ilmu Dakwah, 6
29
pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.
(QS. Saba’: 28)
c. Metode Dakwah
Secara etimologis metode berasal dari dua kata yaitu meta (melalui)
dan hodos (jalan/cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata
Methodos yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq.
Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang
mencapai suatu maksud.43
Sedangkan dakwah seperti yang telah
dikemukakan pada bagian sebelumnya adalah ajakn, seruan manusia untuk
mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.44
Secara teknis operasional, rumusan dakwah diarahkan kepada subjek
atau juru dakwah. Pemahaman ini dapat diperoleh dari ayat-ayat yang
menjelaskan tentang bagaimana sikap, tindakan atau perilaku yang harus
dimiliki oleh seorang juru dakwah dalam menjalankan misi dakwahnya.
Dengan kata lain, pengertian dakwah yang dirumuskan al-Qur’an lebih
ditekankan pada aspek teknis penyampaian dakwah itu sendiri, yakni berupa
sikap, tindakan maupun perilaku dalam berdakwah.45
Metode dakwah seperti yang terdapat dalam Q.S An-Nahl: 125
43
M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Pemuda Media, 2006), 6 44
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), 43 45
Masmudin, “Dakwah dan Pengembangan Masyarakat‖ terbit 2 Maret 2011,
(diakses pada tanggal 16 April 2014 dari
http://altajdidstain.blogspot.com/2011/02/dakwah-dan-pengembangan-masyarakat.html)
30
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S An-Nahl:
125)
Dari ayat diatas dapat dijelaskan pada dasarnya dakwah mempunyai
beberapa metode diantaranya:
Terbagi menjadi tiga metode dakwah, yaitu sebagai berikut:
1) Al-Hikmah
Kata hikmah berbentuk masdarnya hukuman atau Hakama
yang artinya secara makna aslinya adalah mencegah, jika dikaitkan
dengan dakwah akan berarti menghindari hal-hal yang kurang
relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.46
Al-hikmah diartikan pula sebagai al-adl (keadilan), al-haq
(kebenaran), al-hilm (ketabahan), al-„ilm (pengetahuan) dan an-
nubuwwah (kenabian), yang tentunya dilihat dari porsinya. Hikmah
dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu
dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Oleh karena itu, para
Da’i dituntut untuk mampu mengerti, memahami sekaligus
memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima
46
M. Munir, Metode Dakwah, 8
31
dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan
kalbunya.
Lebih lanjut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi
mengartikan hikmah yaitu dakwah bil hikmah dengan dakwah
menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang
menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.47
Dengan
demikian, jika dikaitkan dengan dakwah, akan ditemui bahwa
hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak
menggunakan satu metode saja. Sebaliknya, mereka harus konsisten
dengan objek dakwah dan selalu bersumber kepada al-Qur’an dan al-
Hadits.
2) Al-Mau‟izhah Al-Hasanah
Secara bahasa Mau‟izhah Hasanah terdiri dari dua kata, yaitu
Mau‟izhah dan Hasanah. Kata Mau‟izhah berasal dari kata
Wa‟adza-ya‟idzu-wa‟adzun-I‟dzatan yang berarti nasehat,
bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara Hasanah atau
merupakan kebalikan dari sayyi‟ah yang berarti kebaikan.48
Adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi
mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki
manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur’an.49
47
M. Munir, Metode Dakwah, 10 48
M. Munir, Metode Dakwah, 15 49
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), 37
32
Sedangkan M. Munir dalam buku Metode Dakwah dalam
mengklasifikasikan Mau’izhah Hasanah menjadi beberapa bentuk,
yaitu:
a. Nasehat atau petuah
b. Bimbingan, pengajaran (Pendidikan)
c. Kisah-kisah
d. Kabar gembira dan peringatan (al-Basyis dan al-Nadzir)
e. Wasiat (pesan-pesan positif)
3) Al-Mujadalah Bi-al-lati hiya ahsan
Dari segi etimologi langkah lafadz mujadalah diambil dari
kata jadala yang bemakna memintal atau melilit. Apabila
ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa‟ala,
jadala dapat bermakna berarti berdebat, dan mujadalah perdebatan.
Secara terminologis al-mujadala berarti upaya tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan
permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang
diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.50
d. Materi Dakwah
Pada dasarnya materi dakwah adalah ajaran Islam yang
memiliki karakter sejalan dengan fitrah manusia dan kebutuhannya,
sirah Nabawiyah mengajarkan kepada kita bahwa materi pertama
yang menjadi landasan utama ajaran Islam, yang disampaikan
50
M. Munir, Metode Dakwah, 19
33
Rasulullah SAW kepada umat manusia adalah masalah yang
berkaitan dengan aqidah salimah. Keimanan yang benar, masalah al-
insan, tujuan program, status dan tugas hidup manusia di dunia dan
tujuan akhir yang harus dicapainya, dan persamaan manusia
dihadapan Allah SWT.51
Jadi materi dakwah adalah Al-Islam yang
bersumber di Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang
meliputi aqidah, syariah dan akhlak dengan berbagai macam cabang
ilmu yang diperoleh darinya.
e. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses
dalam rangka mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dilakukan untuk
memberikan arah atau pedoman bagi gerakan langkah kegiatan
dakwah, sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan
sia-sia.52
Salah satu misi kerasulan dari zaman ke zaman senantiasa
sama yaitu sebagai da’i yang menyeru kejalan Allah, mereka
mengajak umat-Nya agar menyembah hanya kepada Allah Swt. Dan
menjauhi illah selain Allah Swt. Berupa ideology, isme-isme dan
kepercayaan hidup lainnya. Sehingga tujuan dakwah adalah mengajak
umat manusia kepada jalan Islam yang benar dan diridhai Allah Swt.
Agar hidup bahagia dan sejahtera didunia dan di akhirat yang pada
dasarnya menjadi tujuan akhir manusia hidup di muka bumi ini.
51
Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, 17 52
Hasanuddin, Manajemen Dakwah, 59
34
3. Hukum Dakwah
Hukum menurut M.H. Tirtaatmadja ialah semua aturan (norma) yang
harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup
dengan ancaman mesti mengganti kerugian –jika melanggar aturan-aturan
itu—akan membahayakan diri sendiri atau harta.
Sedangkan menurut J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto
berpendapat bahwa hukum ialah peraturan-peraturan yang bersifat
memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran
mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan,
yaitu dengan hukum tertentu.53
Pengertian dakwah secara bahasa berasal dari bahasa Arab, ,ع,و د
yang berarti dasar kecenderungan sesuatu disebabkan suara dan kata-kata.54
Sedangkan secara istilah pengertian dakwah mengalami perkembangan dan
perbedaan makna sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dengan demikian pengertian hukum
dakwah adalah aturan-aturan yang memuat tentang kewajiban dan tata-cara
dakwah sesuai dengan hukum Islam.
53
Hasanuddin, Hukum Dakwah, 12 54
Abi al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu‟jam Muqayyis al Lughat,
(Mesir: Musthafa al Baabi al-Halabi, 1996) dalam Salmadanis, Filsafat Dakwah, (Jakarta:
Surau, 2003), 76
35
4. Prinsip-Prinsip Dakwah
Prinsip mengandung pengertian dasar atau asas kebenaran yang
menjadi pokok pada dasarnya berfikir, bertindak dan sabagainya. Pada
esensinya dakwah adalah meletakkan prinsipnya kepada al-Qur’an dan al-
Hadits. Dakwah dapat diartikan sebagai suatu proses yang
berkesinambungan, maksudnya suatu proses yang bukan isidensial,
melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara
terus menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah
perilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah
dirumuskan.55
Pada dasarnya prinsip dakwah yaitu amar ma’ruf nahyi munkar,
meskipun demikian tidak menjadikan dakwah sebagai suatu yang mudah
untuk dilakukan, tanpa mengindahkan tata cara yang sopan dan santun
sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw. Karena dakwah adalah
merupakan kewajiban terhadap setiap muslim tanpa memandang asal
golongan maupun sosial dari objek dakwahnya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu
kita perhatikan secara seksama agar dakwah dapat dilaksanakan dengan baik
dan menyejukkan pendengar (mad’u), berdasarkan M. Munir yang terdapat
dalam buku Metode Dakwah56
yang memuat prinsip-prinsip dakwah yang
menyejukkan yakni sebagai berikut :
55
Didin Hafidhuddin, Dakwah Faktual (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 77 56
M. Munir, Metode Dakwah, 50-58
36
Pertama, mencari titik temu atau sisi kesamaan. Apabila diamati
pola dakwah Rasulallah Saw. Sebelum tiba masanya hijrah, tidak pernah
menyeru ummatnya sendiri atau ahli kitab sebutan orang-orang kafir,
musyrik atau munafik. Melainkan dengan seruan yang sama dengan dirinya
yakni yaa ayyuhan naas (wahai manusia) atau yaa qaumii (wahai kaumku).
Bahkan untuk orang-orang yang munafik, sebelum jatuhnya kota mekkah
nabi Muhammad Saw. mempergunakan panggilan yaa ayyuhal ladziina
aamanu (wahai orang-orang yang beriman), dan sama sekali tidak pernah
mengucapkan terang-terangan kemunafikan mereka dengan panggilan yaa
ayyuhal munaafiquun (wahai orang-orang yang munafiq).
Kedua, menggembirakan sebelum menakut-nakuti. Sudah menjadi
fitrah manusia menyukai hal-hal yang menyenangkan dan membenci kepada
yang menakutkan, maka selayaknya bagi para da’i untuk memulai
dakwahnya dengan member harapan yang menarik dan menggembirakan
sebelum memberikan ancaman. Rasulallah Saw. bersabda dalam hadits yang
diriwayakan Muslim.
―Serulah manusia! Berilah kabar gembira dan janganlah membuat
orang lari. ―Seorang da’i seharusnya terlebih dahulu memberikan targhib
(kabar gembira) sebelum tarhib (ancaman). Contohnya memberi tahu
keutamaan menjalankan sholat pada waktunya sebelum memberi peringatan
besarnya dosa meninggalkan sholat. Kabar gembira dan ancaman memang
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam berdakwah, karena targhib
memberikan perenungan dan penyadaran motivasi untuk menumbuhkan
harapan dan optimisme seseorang. Sedangkan tarhib memberikan
37
perenungan dan penyadaran kepada seseorang untuk kembali kepada jalan
Allah Swt.
Ketiga, memudahkan tidak mempersulit, Rasulallah Saw. selalu
menerapkan metode yang mempermudah tidak mempersulit, karena pada
dasarnya Allah Swt. menyukai yang mudah dan tidak mempersulit seperti
yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 185 :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena
itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya)
di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur”. (QS. Al-Baqarah : 185)
Keempat, memperhatikan psikologi mad’u. mengingat bermacam-
macam tipe manusia yang dihadapi da’i dan berbagai jenis antara dia
dengan mereka serta kondisi psikologis mereka. Setiap da’i yang
mengharapkan sejuk dalam aktifitas dakwahnya harus memperhatikan
kondisi psikologis mad’u. hal ini menjadi penting, mengingat tidak semua
pokok persoalan yang dihadapi seseorang dapat diselesaikan dengan metode
penyampaian yang sama.
Dai dalam menyampaikan dakwah lebih asyik memberi materi
tentang neraka dan syurga, sudah sepatutnya da’i memanaje materi yang
38
dibutuhkan oleh mad’u. Dakwah dilakukan tidak semata-mata dakwah bil-
lisan (dengan kata-kata) melainkan dengan aksi social (dakwah bil-hal).
Sehingga urgensi manajemen dalam dakwah menjadi takterelakkan, agar
dakwah yang dilakukan secara individual dan kelompok baik melalui
perkataan, tulisan, lembaga dan berbagai aktivitas sehari-hari menjadi
efektif dan sesuai dengan tujuan dakwah Islam. Mengajak manusia dari apa
adanya menuju kepada apa yang seharusnya, menyelamatkan orang-orang
agar tidak sampai jatuh ke dalam murka Allah.57
Lebih lanjut Faizhah dan Lalu Muchsin Effendi dalam bukunya
Psikologi Dakwah58
menjelaskan bahwa agar dakwah menjadi efektif,
masyarakat dakwah khususnya para da’i harus memahami prinsip dakwah
yang sesuai dengan kenyataan dakwah di lapangan, yakni sebagai berikut :
1. Dakwah itu harus dimulai kepada diri sendiri (Ibda‟ binafsik)
dan menjadikan keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat,
sebagaimana firman Allah Swt. yang terdapat dalam Al-Qur’an
Surat At-Tahrim ayat 6 :
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
57
Muhammad Zen, “Signifikansi Manajemen Dakwah Islam Dalam Agenda
Perubahan Sosial” (Tulisan ini di muat di jurnal SIMBOL Tahun 2000), (diakses pada
tanggal 15 April 2014 dari http://muhammadzen.wordpress.com/manajemen/) 58
Faizhah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Prenada Media,
006), x-xii
39
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim : 6)
2. Secara mental, da’i harus siap menjadi pewaris para nabi yakni
mewarisi pejuangan yang beresiko seperti para nabi juga harus
mengalami kesulitan ketika berdakwah kepada kaumnya meski
sudah dilengkapi dengan mu‟jizat.
3. Da’i juga harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan
waktu untuk dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu
dakwah pun harus memperhatikan tahapan-tahapan sebagaimana
dahulu nabi Muhammad Saw. harus melalui tahapan periode
Mekkah dan Madinah.
4. Da’i juga harus menyelami alam fikiran masyarakat sehingga
kebenaran Islam bisa disampaikan dengan menggunakan logika
masyarakat. Sebagaimana pesan Rasul : Khatib an as‟ala qadri
„uqulihim dalam menghadapi kesulitan, da’i harus bersabar,
jangan bersedih atas kearifan masyarakat dan jangan terbelenggu
dalam tipu daya setan, karena sudah menjadi sunnatullah bahwa
setiap pembawa kebenaran pasti akan dilawan oleh orang kafir,
bahkan setiap nabi pun harus mengalami di usir oleh kaumnya.
Seorang da’i harus bisa mengajak, sedangkan yang memberi
petunjuk adalah Allah Swt.
5. Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi
dakwah, sebaliknya citra buruk dakwah akan membuat semua
aktivitas dakwah menjadi kontra produktif. Citra positif bisa
40
dibangun dengan kesungguhan dan konsisten dalam waktu yang
lama, tetapi citra buruk dapat dibangun hanya karena oleh satu
kesalahan fatal. Dalam hal ini, keberhasilan membangun
komunitas Islam, meski kecil akan sangat efektif untuk dakwah.
6. Da’i harus memperhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah,
yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal
yang bersifat universal. Yakni Al-Khair adalah kebaikan
universal yang datangnya secara normatif dari Tuhan, seperti
keadilan dan kejujuran, sedangkan Al-Ma‟ruf adalah sesuatu
yang secara ―sosial‖ dipandang sebagai kepantasan.
41
B. Konsep Politik Islam
1. Pengertian Politik
Politik diambil dari kata “polis” dalam bahasa Yunani Kuno yang
artinya “kota atau city” ―kota dalam bahasa itu adalah Negara yang
berkuasa, menurut istilah sekarang.59
Kata politik berasal dari bahasa
Inggris yaitu politia yang menunjukkan sifat pribadi atau perbuatan, secara
leksikal, kata asal tersebut berarti acting or judging wisely, well judge,
prudent.60
Politik secara lughah, berasal dari kata „sasa‟, yasuusu‟,
siyasatan‟ yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Pengarang kamus
al-Muhits mengatakn bahwa, Sustu ar-ra‟iyata siyasatan atau ―berarti saya
memerintahnya dan melarangnya.‖61
Dalam soal ini didapatkan kata Arab
yang telah dipakai dalam bahasa Indonesia dalam arti sama ―siasat‖. Dalam
arti demikian arti politik/siasat itu sangat luas jangkauannya dan
pemakaiannya. Sebab ―Politik‖ yang demikian dipakai dalam segala tindak
tanduk manusia.62
Secara istilah, ―Politik‖ pertama kali dikenal melalui buku Plato
yang berjudul Politiea yang juga dikenal dengan Republik. Kemudian
muncul karya Aristoteles yang berjudul politiea dan menjalankan dua karya
tersebut sebagai pangkal pemikiran politik. Pada umumnya dapat dikatakan
bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam satu system (atau
Negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem
59
Fuad. Muhd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 1 60
Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur‟an (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada,1994), 34 61
Abdul Qodim Zallum, Pemikiran Politik Islam, 11 62
Fuad. Muhd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 2
42
politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan
skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.
Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan umum (Public Policies) yang mengatur
pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) dari
sumber-sumber yang ada. Untuk melaksanakan kebijakan itu, perlu
memiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan dipakai
dari proses ini. Cara yang dipakainya dapat bersifat meyakinkan
(persuasive) dan jika perlu paksaan (coercion).63
Berdasarkan uraian sebelumnya seperti yang dikemukakan oleh
Miriam Budiarjo dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politik dapat
disimpulkan bahwa konsep-konsep politik itu terbagi menjadi sebagai
berikut :
a. Negara (State)
Negara adalah suatu organisasi dalam sebuah wilayah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.
Sarjana-sarjana yang menekankan Negara sebagai inti dari politik
(politics) memusatkan perhatiannya pada lembaga-lembaga
kenegaraan serta bentuk formulirnya dengan definisi yang bersifat
tradisional dan agak sempit ruang lingkupnya.
b. Kekuasaan (Power)
63
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Dian Rakyat, 1972:
reprint, Jakarta: PT Gramedia, 2002), 8
43
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang ataupun kelompok
untuk mempengaruhi tingkah laku orang atu kelompok lain sesuai
dengan keinginan dari pelaku sarjana-sarjana yang melihat kekuatan
sebagai inti dari politik, beranggapan bahwa politik adalah semua
kegiatan yang menyangkut masalah merebutkan dan
mempertahankan kekuasaan yang biasanya dianggap bahwa
perjuangan kekuasaan (power struggle) ini mempunyai tujuan yang
menyangkut kepentingan seluruh masyarakat.
Pendekatan ini banyak terpengaruh oleh sosiologi, lebih luas
ruang lingkupnya dan juga menutup gejala-gejala sosial seperti
serikat buruh, organisasi keagamaan, organisasi kemanusiaan dan
kaum militer. Bidang ilmu yang membahas khusus masalah ini
disebut politikologi studi pembentukan pembagian kekuasaan.
c. Konflik dan Kerjasama
Perbedaan politik yang menjadi ciri dan menjadi sumber dari
tindakan-tindakan dari tema-tema politik, adalah perbedaan antara
kawan-lawan. Pernyataan ini diperjelas dengan ucapan seorang
negarawan Inggris yang menyatakan “we have no permanent friends
but we have a permanent policies” yang artinya kami tidak
mempunyai kepentingan yang kekal abadi.64
Politik adalah perbuatan kemasyarakatan (yaitu perbuatan
yang diarahkan kepada kelakuan orang-orang lain) yaitu bertujuan
64
Fuad. Muhd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 2
44
untuk mengatur secara mengikat konflik-konflik kemasyarakatan
mengenai nilai-nilai. Lebih lanjut dinyatakan, politik terdiri dari
pertarungan antara aktor-aktor yang mempunyai keinginan-
keinginan yang saling bertentangan mengenai pokok-pokok
pertentangan masyarakat.65
d. Kebijakan (Policy)
Politik adalah aspek dari semua perbuatan yang berkenaan
dengan usaha kolektif. Kehidupan politik menurut pendirian yang
lazim, meliputi semua aktivitas yang berpengaruh terhadap
kebijaksanaan ini. Lebih lanjut dijelaskan bahwa politik adalah
tindakan yang dijalankan menurut suatu rencana tertentu,
terorganisasi dan terarah yang secara tekun berusaha menghasilkan,
mempertahankan atau merubah susunan kemasyarakatan.66
e. Pembagian (Distibution) atau Alokasi (Allocation)
Harold D. Laswell mengatikan politik dengan siapa
memperoleh, bilamana, dengan cara apa? J. J jong mengartikan
bahwa :
―…...proses politik akan kita artikan sebagai keseluruhan dari
perbuatan-perbuatan daripada interaksi-interaksi antara orang-orang
dan hubungan-hubungan dalam ruang ketegangan antara kuasa
65
A. Hoogerwerf. Politikologi: Pengertian dan problem-problem (Jakarta:
Erlangga, 1985), 45 66
A. Hoogerwerf. Politikologi: Pengertian dan problem-problem, 43
45
Negara dan rakyat Negara, antara pemerintah dan warga penduduk,
sebagaimana lebih lanjut dibatasi dan dipengaruhi oleh data-data
yuridis. ―Pistis‖, sosial, ekonomi, teknik dan geografis, sepanjang
perbuatan-perbuatan dan interaksi-interaksi ini, pemerintahan ini,
yang merupakan pembagian (kembali) secara umum dari nilai-nilai
non materiil yang berorientasi pada keadaan dan bilamana perlu
akan dipertahankan dengan tangan besi.‖67
Secara singkatnya Harold D. Laswell memberikan pengertian
bahwa politik masyaakat Who gets what, when dan how. What disini
terutama berupa kekuasaan atau otoritas pilitik. Sedangkan siapa,
kapan, dan bagaimana adalah masalah-masalah yang menentukan
bentuk pengelolaan politik suatu masyarakat.68
Menurut Deliar Noer politik adalah …..segala aktivitas atau
sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan bermaksud untuk
mempengauhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu
macam bentuk susunan masyarakat.69
Sedangkan menurut Miriam
Budiarjo politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sisitem
politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-
tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tindakan-tindakannya.70
67
Ibid, 45-46 68
Amien Rais, cakrawal Islam Antara cita dan fakta, (Bandung, Mizan, 1991), 30 69
Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur‟an, 37 70
Ibid, 37
46
2. Politik Dalam Pandangan Islam
Islam adalah satu-satunya agama suci yakni agama Allah Swt. yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk menjadi penutup agama-
agama yang telah dibawa sebelumnya oleh para nabi. Islam adalah agama
yang paling sempurna. Didalamnya terdapat semua jawaban atas pertanyaan
dalam kehidupan ini yang terdapat dalam al-Qur’an yang merupakan
mu’jizat paling tinggi yang diberikan Allah Swt. kepada Rasulallah Saw.
Dalam al-Qur’an segala hal dalam tentang kehidupan manusia diatur dan
diberikan petunjuknya, seperti tauhid, akhlaq dan ibadah (muamalah).
Politik juga dapat disimpulkan atau dikategorikan kedalam bidang ibadah
(muamalah), yang didalamnya mengatur tentang hubungan manusia dalam
ruang lingkup pemerintahan.
Para ahli sepakat bahwa perkembangan pemikiran politik itu
mempunyai hubungan langsung yang tidak terpisah dengan perkembangan
sejarah, hal ini dibuktikan dengan jelas dalam ―Pemikiran Politik Islam‖
dimana sejarah Islam itu sendiilah yang membawa dan mencetuskan
―Politik Islam‖ dengan ―Sejarah Islam‖ sejalan dengan masing-masing
saling menyempurnakan ibarat darah dan daging.71
Dalam Islam politik pertama kali dilakukan oleh nabi-nabi, para nabi
diutus oleh Allah Swt untuk membentuk manusia, mengadakan masyarakat
dan ummat dengan tujuan untuk melaksanakan ajaran-ajaran dan perintah
Allah Swt. dalam satu lembaga yang berkuasa ―Divine Soverenigty―.
Sebagai contoh yang dialami oleh Nabi Daud As dan Nabi Sulaiman As
71
Fuad. Muhd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 11
47
yang bertindak sebagai raja. Bukti lain yang tidak kalah mengagumkannya
yaitu ketika Nabi Muhammad Saw sebagai Rasulallah mendirikan Negara
Madinah yang dimulai dengan peringatan hijrah. Dimana menurut H.A.R
Gibb hijrah dapat dipandang pada umumnya sebagai satu titik perubahan
yang memberi satu permulaan masa baru dalam hidup :Muhammad‖ dan
akhlaqnya.72
Dengan sendirinya jika ditinjau Negara yang didirikan Rasulallah
Saw beserta kaum muslimin di Madinah, maka ia telah melakukan satu
tindakan politik jika diukur dengan istilah politik dewasa ini.
Politik dalam Islam disebut siyasah yang bermakna mengatur urusan
ummat, yang dilaksanakan oleh Negara (Pemerintah) maupun ummat.
Dal;am al-Qur’an tidak tertulis secara tekstuil mengenai kata siyasah.
Namun dalam al-Qur’an QS. An-Nisa ayat 58-59 membahas tentang
menyerahkkan amanat dan penghormatan kepada pemimpin.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
72
Ibid, 26
48
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat. [58] Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”. (QS. An-Nisa : 58-59)
Dua ayat di atas yaitu 58 dan 59 QS. An-Nisa adalah dasar yang
telah diturunkan oleh Allah Swt dengan wahyu sebagai poko pertama
didalam mendirikan sesuatu kekuasaan, atau suatu pemerintahan, sekaligus
untuk menaati pemimpin yang memimpin ummat.
Yang pertama adalah menyerahkan amanat kepada ahlinya.
Tegasnya, hendaklah seluruh pelaksana pemerintahan, seluruh aparat
pemerintah diberika kepada orang yang bisa memegang amanat, orang yang
ahli. Hak pertama ialah kepada rakyat, atau dalam istilah agama, pada
ummat pilihan utama puncak pimpinan Negara, yang juga bisa disebut
dengan khalifah, sultan dan presiden. Yang kedua ialah pemerintah untuk
menaati Allah Swt. Rasul dan Ulil Amri (pemimpin), dengan syariat tidak
betentangan dengan hukum-hukum Allah Swt. yang terdapat dalam al-
Qur’an dan al-Hadits yang menjadi petunjuk hidup ummat Islam.73
73
Hamka, Tafsir Al-Azhar: Juz V (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1983), 136
49
3. Hubungan Politik dan Dakwah
Setelah matang dalam wacana dan ranah ajaran Islam yang syamil,
kaffah dan tawazun, muncullah pergulatan antara perlunya kegiatan tarbiyah
memasuki pentas politik atau tetap konsisten di jalur dakwah. Dakwah,
menurut konseptor sekaligus negarawan dunia, ibnu khaldun, akan
menambah kuat solidaritas sosial bagi para pelaku maupun objek dakwah.
Akumulasi gerakan dakwah yang profesional dan maksimum, sebagaimana
diterapkan Rasulullah, mengakibatkan output yang baik. Pandangan lain
menyatakan, Rasulullah ketika menyampaikan amr ma’ruf adalah dalam
rangka merealisasikan langkah dakwahnya. Pada saat itu tidak hanya
pengikutnya saja menyukai, bahkan kalangan kafir Quraisy sekalipun
menaruh simpati. Justru ketika Rasulullah menyampaikan amr ma’ruf pada
saat itulah langkah politik Rasulullah dimulai. Karena dengan serta merta
para kafir Quraisy merasa terancam status politiknya dan langsung
melakukan penyerangan baik fisik maupun psikis terhadap Rasulullah
maupun pengikutnya.74
Hubungan fungsional antara politik dan dakwah sering tidak
mengerti dengan baik oleh sementara kaum Muslimin. Sehingga banyak
yang menganggap bahwa ketika kegiatan politik berdiri sendiri, terpisah
sama sekali dari kegiatan dakwah. Bahkan dalam masyarakat kita, ada kesan
kurang positif terhadap kegiatan politik, seolah-olah politik selalu
74
Djony Edward, Efek Bola Salju, Partai Keadilan Sejatera (Bandung : PT.
Syaamil Cipta Media, 2006), 73-74
50
mengandung kelicikan, hipokrisi, ambisi buta, pengkhianatan, penipu, dan
berbagai konotasi buruk lainnya.75
Dakwah di ranah politik sebenarnya bukan sesuatu yang bid’ah
dalam ajaran Islam. Rasulallah SAW dalam sejarah kenabian justru telah
menginspirasikan bahwa dakwah di ranah politik merupakan sesuatu
keniscayaan dalam peradaban Islam.76
Sedangkan menurut Prof. DR. M.
Amien Rais, MA, sebagai cendikiawan muslim mengatakan bahwa
kegiatan; dakwah dalam Islam sesungguhnya meliputi semua dimensi
kehidupan manusia, karena amr ma’ruf dan nahi munkarjuga meliputi segala
bidang kehidupan. Tetapi jangan dilupakan bahwa semua pendukung amr
ma’ruf dan nahi munkar juga menggunakan segenap jalur kegiatan
kehidupan. Secara demikian, kegiatan budaya, politik, ekonomi, sosial, dan
lain-lain, dapat dijadikan kegiatan dakwah islamiyah (da’wah ila Allah)
maupun dakwah jahiliyah, yakni dakwah yang menjadikan neraka sebagai
muara akhir (da’wah ila an-nar). Dari pemahaman seperti ini mudah kita
mengerti bahwa politik pada hakikatnya merupakan bagian dari dakwah.
Politik dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Tetapi bagaimanapun ia
didefinisikan, satu hal sudah pasti, bahwa politik menyangkut kekuasaan.
Dalam pengertian sehari-hari, politik juga berhubungan dengan cara
dan proses pengelolahan pemerintahan suatu Negara. Bagi seorang muslim,
kegiatan politik harus menjadi kegiatan yang integral dari kehidupannya
75
M. Amien Rais, Cakrawala Islam, Antara Cinta dan Fakta, (Bandung : Mizan,
1991), cet. Ke- III, 23 76
Khuzaifah Hanum, ―Dakwah, Politik dan Indonesia‖ terbit 22 Mei 2012,
(diakses pada tanggal 17 April 2014 dari
http//hanumisme.wordpress.com/2012/05/22/dakwah-politik-dan-indonesia/
51
yang utuh. Karena politik adalah alat dakwah, maka aturan permainan yang
harus ditaati juga harus pararel dengan aturan permainan dakwh. Misalnya,
tidak boleh menggunakn paksaan dan kekerasan, tidak boelh menyesatkan,
tidak boleh menjungkir balikan kebenaran, dan juga tidak diizinkan
menggunakan induksi-induksi psikotropik yang mengelabui masyarakat.
Selain itu, keterbukaan, kejujuran, rasa tanggung jawab, serta keberanian
menyatakan kebenaran sebagai benar dan yang batil sebagai batil, harus
menjadi cirri-ciri politik sebagai fungsi sebagai sarana dakwah. Politik yang
dijalankan oleh seorang muslim, sekaligus yang berfungsi sebagai alat
dakwah, sudah tentu bukanlah politik sekuler, melainkan politik yang penuh
komitmen kepada Allah SWT. Tujuan yang diletakkan politik seperti ini
bukanlah kekuasaan demi kekuasaan, atau pencapaian kepentingan demi
kepentingan itu sendiri. Semua itu merupakan sarana atau tujuan antara
untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya, yaitu pengabdian kepada Allah
SWT.
Menurut tinjauan Islam ada dua jenis politik, yaitu politik kualitas
tinggi (high Politics) dan politik kualitas rendah (Low Politics). Tetapi
paling tidak, ada tiga ciri yang harus dimiliki politik kualitas-tinggi atau
mereka yang menginginkan terselenggaranya high Politics. Pertama, setiap
jabatan politik pada hakikatnya merupakan amanah dari masyarakat, yang
harus dipelihara sebaik-baiknya. Kedua, setiap jabatan politik mengandung
pertanggung jawaban (mas’uliyyah, accountability). Ketiga, kegiatan politik
52
harus dikaitkan secara ketat dengan ukhuwwah (brotherhood), yakni
persamaan diantara umat manusia.77
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bagaimana hubungan
antara politik dan dakwah dalam islam. Dimana politik bisa dijadikan
sebagai bagian dari dakwah Islam untuk menyebar luaskan ajaran Islam dan
juga membentuk pemerintahan yang berpihak pada rakyatnya.
C. Konsep Manajemen Dakwah Politik
1. Pengertian Manajemen Dakwah
Jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
manajemen, maka “citra professional” dalam dakwah akan terwujud pada
kehidupan masyarakat. Dengan demikian, dakwah tidak dipandang dalam
objek ubudiyah saja, akan tetapi diinterpretasikan dalam berbagai profesi.
Inilah yang dijadikan inti dari pengaturan secara manajerial organisasi
dakwah. Sedangkan efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan
dakwah adalah merupakan suatu hal yang harus mendapatkan prioritas.
Aktivitas dakwah diktakan berjalan secara efektif jika apa yang menjadi
tujuan benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan
pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya, jika kegiatan
lembaga dakwah yang dilaksanakan menurut prinsip-prinsip manajemen
akan menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang
77
M. Amien Rais, Cakrawa Islam, 31
53
bersangkutan dan akan menumbuhkan sebuah citra [image] profesionalisme
di kalangan masyarakat, khusunya dari pengguna jasa dari profesi da’i.78
Sedangkan A. Rasyid Shaleh mengartikan manajemen dakwah
sebagai perencanaan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan
menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas
dan kemudian menggerakkan ke arah dakwah.79
Manajemen baik dipandang sebagai ilmu (science) maupun seni (art)
pada awal exisistensinya dapat dicermati kerap kali berkutat pada persoalan
industri dan bussines.80
Perkembangan selanjutnya justru manajemen sangat
diperlukan dan bermanfaat bagi setiap usaha dalam berbagai bidang, tak
terkecuali sektor dakwah. Semua aktivitas manusia yang memiliki tujuan tak
bisa terlepaskan dari urgensi manajemen, sebab manajemen memberikan
pelumas bagi roda aktivitas manusia untuk mengapai dan mengail tujuan
yang telah diharapkan (dicita-citakan). Demikian halnya aktivitas dakwah
yang memiliki tujuan yang lebih kompleks, tentunya eksistensi manajemen
sangat berperan agar substansi dakwah yang akan disampaikan kepada
mad’u melalui berbagai metode menjadi efektif dan efisien.
Inilah yang merupakan inti dari manajemen dakwah, yaitu sebuah
pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas
78
Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, [Yogyakarta: PT al-Amin
Press, 1996], 37 79
A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, [Jakarta: Bulan Bintang, 1993],
123 80
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta:
CV Haji Masagung,1993), cet. ke-9, 3
54
dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan
dakwah.
2. Fungsi-fungsi Manajemen Dakwah
Manajemen sebagai suatu disiplin lmu relatif masih muda usia.
Sebagai suatu disiplin ilmu, manajemen dimulai pada saat orang mulai
membuat sistematika, kodifikasi, dan anjuran mengenai bagaimana
memanajemeni organisasi dengan lebih baik. Kemudian lahirlah berbagai
teori yang dapat diajarkan dan dipelajari.81
Adapum unsur-unsurnya sebagai berikut :82
a. Planning (perencanaan) sebagai formulasi tindakan di masa
mendatang diarahkan kepada tujuan yang akan dicapai oleh
organisasi.
b. Decision making (pengambilan keputusan) sebagai langkah
manajer secara bijaksana untuk memilih dari berbagai alternatif
tindakan yang mungkin dapat ditempuh.
c. Organizing (pengorganisasian) sebagai upaya
mempertimbangkan tentang susunan organisasi, pembagian
pekerjaan, prosedur pelaksanaan, pembagian tanggung jawab dan
lain-lain, yang apabila dikerjakan secara seksama akan menjamin
efisiensi penggunaan tenaga kerja.
81
Hasanuddin, Manajemen Dakwah, UIN Jakarta Press, 1 82
Ibid, 24
55
d. Staffing (penyusunan staf) yaitu dimulai dari rekruitmen,
penempatan dan pelatihan untuk mengembangkan tenaga kerja
bagi kemajuan organsasi.
e. Communicating (komunikasi) yaitu kegiatan manajer
berkomunikasi dengan semua unsur dalam organisasi sehingga
perintah dan arus informasi serta umpan balik dapat berjalan
lancer sebagaimana diharapkan.
f. Motivating (motivasi) yaitu memberikan dorongan semangat
kepada para pekerja untuk mencapai tujuan bersama dengan cara
memenuhi kebutuhan dan harapan mereka serta memberikan
penghargaan.
g. Leading (memimpin) yaitu dengan memimpin dengan penuh
inspirasi sehingga manajemen tanggap dan mampu
menyesuaikan dengan tuntutan keadaan.
h. Controlling (pengawasan) yaitu apabila manajer membandingkan
antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan berarti ia berada
dijalur pengawasan yang benar. Deviasi yang terjadi harus
menjadi bahan penyusunan perenncanaan mendatang.
56
3. Pengertian Manajemen Dakwah Politik
A. Rasyid Shaleh mengartikan manajemen dakwah sebagai
perencanaan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan
tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian
menggerakkan ke arah dakwah.83
Sedangkan Dakwah politik (da‟wah siyasiyah) adalah mengemban
dakwah Islam melalui jalan politik, yaitu dakwah dengan metode melakukan
aktivitas politik („amal siyasi). Sedangkan aktivitas politik adalah segala
aktivitas yang terkait dengan pengaturan urusan masyarakat (ri‟ayatu syu`un
al-ummah), baik yang terkait dengan kekuasaan (as-sulthan) sebagai subjek
(al-haakim) yang melakukan pengaturan urusan masyarakat secara
langsung, maupun yang terkait dengan umat sebagai objek (al-mahkum)
yang melakukan pengawasan (muhasabah) terhadap aktivitas kekuasaan
dalam mengatur urusan masyarakat. (Mafahim Siyasiyah li Hizb At-Tahrir,
2005, hlm. 5).84
Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang ada di dalam atau ada
pada kekuasaan. Aktivitas dakwah politik bangsa, dan Negara dipandang
sebagai alat dakwah yang paling strategis.85
Jadi dakwah politik yang
dimaksudkan di sini bukanlah dakwah sebagai bagian aktivitas kekuasaan,
83
A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, [Jakarta: Bulan Bintang, 1993],
123 84
Mafahim Siyasiyah li Hizb At-Tahrir, 2005, 5 85
Pinkqu.blogspot.com/2013/07/filasafat-dakwah.html?m=1 diakses tanggal 18 April 2014
57
melainkan sebagai bagian aktivitas masyarakat, khususnya yang dilakukan
oleh kelompok-kelompok Islam yang terdapat di tengah-tengah masyarakat.
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa dakwah
politik yang dilakukan kelompok-kelompok Islam ini intinya adalah
muhasabah atau amar ma’ruf nahi munkar kepada kekuasaan. Dengan
melakukan dakwah politik, berarti sebuah kelompok telah melaksanakan
amar ma’ruf nahi munkar yang diwajibkan oleh Allah kepada umat Islam.
58
BAB III
GAMBARAN UMUM DPD PKS KOTA DEPOK
A. Sejarah Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Gerakan tarbiyah merupakan prototype gerakan dakwah kampus
yang mengedepankan aspek pendidikan atau pembinaan jamaah dengan
mengacuh pada marhalah dakwah yang ditempuh Rasulullah; berupaya
mengaplikasikan Islam secara menyeluruh (Kaffah), komprehensif (Syamil),
dan manusiawi (Insani). Kalau sebelumnya di Indonesia gerakan Tarbiyah
dianggap gerakan underground bahkan dicap gerakan eksklusif, belakang
telah terjadi gerakan ―elit‖ dan sesuai dengan karakternya yang inklusif.
Kalau sebelumya dicurigai oleh aparat, kini dakwah tarbiyah malah masuk
kerumah-rumah jenderal, pengusaha, wartawan, eksekutif muda sampai
kepada para pedagang dan kuli bangunan.86
Berkembangnya gerakan ini membuat para aktifitasnya membentuk
Partai Keadilan. Partai Keadilan (PK) adalah salah satu partai politik yang
didirikan oleh sejumlah aktifis muslim ditengah iklim demokrasi yang
peluangnya dibuka oleh reformasi Indonesia. Partai ini dideklarasikan pada
tanggal 9 Agustus 1998 dilapangan Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan dengan jumlah masa yang hadir pada saat itu lebih dari 50
ribu orang.87
86
Djony Edward, Efek Bola Salju, Partai Keadilan Sehatera, 3 87
Ibid, 9
59
Seperti yang dikatakan oleh DR. Mardani yang merupakan salah satu
wakil sekretaris jenderal dari DPP Partai Keadilan Sejahtera bahwa :
―Berdirinya PKS berasal dari Partai Keadilan (PK) yang didirikan pada
tahun 1998 setelah 1999 terkena electoral tresholde (ketentuan batas
minimum) thayyibatun wa rabbun ghafur, sehingga untuk mewujudkan cita-
cita tersebut, PK Sejahtera memiliki visi dan misi yang mencerminkan
keinginannya untuk tetap eksis.
B. Visi dan Misi Partai Keadilan Sejahtera
1. Visi Partai Keadilan Sejahtera
―Terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat‖
Masyarakat Madani adalah masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang
berbasiskan pada nilai-nilai, norma, hukum, moral yang ditopang oleh
keimanan; menghormati pluralitas; bersikap terbuka dan demokratis; dan
bergotong royong menjaga kedaulatan Negara. Pengertian genuin dari
masyarakat madani itu perlu dipadukan dengan konteks masyarakat
Indonesia di masa kini yang Ukhuwwah Islamiyyah (ikatan keislaman),
Ukhuwwah Wathaniyyah 9ikatan kebangsaan), dan Ukhuwwah Basyariyyah
(ikatan kemanusiaan), dalam bingkai NKRI Adil, adalah kondisi dimana
entitas dan kualitas kehidupan-baik pembangunan politik, ekonomi, hukum,
dan sosial-kemasyarakatan-ditempatkan secara proporsional dalam ukuran
yang pas dan seimbang, tidak melawati batas. Yakni sikap moderat, suatu
keseimbangan yang terhindar dari jebakan dua kutub ekstrem : mengurangi
dan melebihi (tafrith dan ifrath) Sejahtera, mengarahkan pembangunan pada
pemenuhan kebutuhan lahir dan batin manusia, agar manusia dapat
60
memfungsikan dirinya sebagai hamba dan khalifah Allah, yakni
keseimbangan antara kebutuhan dan sumber pemenuhannya. Kesejahteraan
dalam artinya yang sejati adalah keseimbangan (tawazun) hidup yang
merupakan buah dari kemampuan seseorang memenuhi tuntutan-tuntutan
dasar seluruh dimensi dirinya (ruh, akal dan jasad) Bermartabat, secara
individual dan sosial menurut bangsa Indonesia untuk menepatkan dirinya
sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bangsa yang bermartabat adalah
bangsa yang mampu menampilkan dirinya, baik dalam aspek sosial, politik,
maupun budaya secara elegan, sehingga memunculkan penghormatan dan
kekaguman dari bangsa lain. Martabat muncul dari akhlak dan budi pekerti
yang baik, mentalitas, etos kerja dan akhirnya bermuara pada integritas
kepribadian dan muncul dalam wujud produktivitas dan kreativitas.
2. Misi Partai Keadilan Sejahtera
Terdapat tujuh misi dari Partai Keadilan Sejahtera yakni : Pertama,
menyebarluaskan da'wah Islam dan mencetak kader-kadernya sebagai
anashir taghyir; Kedua, mengembangkan institusi-institusi kemasyarakatan
yang Islami di berbagai bidang sebagai markaz taghyir dan pusat solusi;
Ketiga, membangun opini umum yang Islami dan iklim yang mendukung
bagi penerapan ajaran Islam yang solutif dan membawa rahmat; Keempat,
membangun kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan,
pelayanan dan pemberdayaan hak-hak kewarganegaraannya; Kelima,
menegakkan amar ma'ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara konsisten
dan kontinyu dalam bingkai hukum dan etika Islam; Keenam, secara aktif
melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan ishlah dengan berbagai
61
unsur atau kalangan umat Islam untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah dan
wihdatul-ummah, dan dengan berbagai komponen bangsa lainnya untuk
memperkokoh kebersamaan dalam merealisir agenda reformasi; Ketujuh,
ikut memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan
menolak kedhaliman khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang
tertindas.88
C. Lokasi DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok
Penelitian ini dilakukan di kantor DPD PKS kota Depok yang
beralamat di Margonda Raya Gg. Beringin No. 07, Kemiri Muka, Beji
Depok.
D. Keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera
Dalam anggaran rumah tangga Partai Keadilan Sejahtera, bab III
pasal 8 mengenai keanggotaan dijelaskan siapa saja yang berhak menjadi
anggota Partai Keadilan Sejahtera adalah sebagai berikut :89
1. Warga negara Indonesia, laki-laki maupun perempuan
2. Berusia tujuh belas tahun ke atas, atau sudah menikah
3. Berkelakun baik
4. Setuju dengan tujuan-tujaun partai
5. Mengajukan permohonan menjadi anggota partai kepada
sekretariat pusat melalui DPD (Dewan Pimpinan Daerah)
88
http://www.pksdepok.com/p/struktur-dpd.html diakses tanggal 20 Februari 2013
89 Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ( AD/ART ) PKS bab III pasal 8
62
6. Melaksanakan dan disiplin dengan kewajiban-kewajiban
keanggotaan
7. Mengucapkan ikrar kesetiaan pada prinsip-prinsip dan disiplin
partai
Tabel 3 Jenjang Keanggotaan PKS
JENIS
KEANGGOTAAN PENGERTIAN
Anggota Pemula Mereka yang mengajukan permohonan untuk
menjadi anggota partai dan terdaftar dalam
keanggotaan partai yang dicatat oleh Dewan
Pimpinan Cabang (DPC) setelah lulus mengikuti
training orientasi partai I (satu).
Anggota Muda Mereka yang terdaftar dalam keaggotaan partai
yang dikeluarkan oleh dewan pimpinan cabang
(DPC) dan telah lulus pelatihaan kepartaian
tingkat dasar satu.
Anggota Madya Mereka yang terdaftar dalam keaggotaan partai
yang dikeluarkan oleh dewan pimpinan cabang
(DPC) dan telah lulus pelatihaan kepartaian
tingkat dasar dua.
Anggota Dewasa Mereka yang terdaftar dalam keaggotaan partai
yang dikeluarkan oleh dewan pimpinan cabang
(DPC) dan telah lulus pelatihaan kepartaian
tingkat lanjutan
Anggota Ahli Mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai
yang dikeluarkan oleh dewan pimpinan pusat
(DPP) dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat
tinggi.
Anggota Purna Mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai
yang dikeluarkan oleh dewan pimpinan pusat
(DPP) dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat
ahli.
63
Anggota
Kehormatan
Mereka yang berjasa dalam perjuaangan partai
dan dikukuhkan oleh Majelis Pertimbangan
Partai.
Jenjang keanggotaan ini merupakan jenjang kaderisasi para aktivis
Partai Keadilan Sejahtera. Jika telah memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan, maka jenjang keanggotaannya pun berubah.
Struktur PKS melengkapi dirinya dengan berbagai bidang, biro dan
badan (nama berbeda pada level struktur yang berbeda). Bidang, biro dan
badan ini secara langsung maupun tidak langsung akan bersentuhan
langsung dengan masyarakat. Bidang, biro dan badan yang ada menangani
fokus kerja pada aspek yang spesifik antara lain : aspek politik, aspek
dakwah, aspek wanita, aspek pemuda, aspek kaderisasi, aspek kesejahteraan
rakyat.90
Sekretariat DPD Partai Keadilan Kota Depok tahun 1999 mulanya
beralamat di Jl. Ciliwung 98 yang merupakan kediaman Bapak Mujtahid
Rahman Yadi (ketua DPD PKS Depok periode 2007-sekarang), kemudian
dengan pertimbangan agar lebih strategis, sekretariat dipindahkan ke Jl.
Margonda Raya, dekat Kampus Guna Darma. Setelah Pemilu 1999,
sekretariat dipindahkan lagi ke rumah Ust. Abdullah Muadz, di Komplek
Timah, Tugu, Cimanggis. PKS Depok sampai tahun 2011 sudah dipimpin
oleh 5 kepemimpinan. Diantaranya periode Imam Budi Hartono (1999 -
90
http://www.pksdepok.com/p/struktur-dpd.html diakses tanggal 20 Februari 2013
64
M. Supariyono, A.Md.
Ketua Umum
Moh. Hafid Nasir
Sekretaris Umum
Drs. SARMA BARKAS
Bendahara Umum
Farid Nu’man, S.S
Bidang Pemb. Keummatan
Muttaqin, S.Si
Bidang Kebijakan Publik
Agus Suprayitno, S.Si
Bidang Kaderisasi
Hendra Wijaya, STG
Bdg. Kepanduan & Olga
Mukhlas
Bdg. Pengem. Ekonomi Kewiraus.
Anung Haryono
Bdg. Kelembagaan sosial
Yuliani Widianingsih, S.S., M.Si
Bidang Perempuan
Alamsyah Agus, S.Sos, MM
Bdg. Generasi Muda & Profes
2001), Periode Saleh MP (2001 – 2004), Periode Prihandoko (2004 – 2007),
Periode Mujtahid R Yadi (2007 – 2010) dan periode Supariyono (2010-
2015).91
E. Struktur Kepengurusan
STRUKTUR ORGANISASI
DPD PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
KOTA DEPOK
PERIODE 2010 – 2015
― Menjadikan Partai Dakwah yang kokoh dan transformatif untuk Melayani
Umat‖
91
http://www.pksdepok.com/p/struktur-dpd.html diakses tanggal 20 Februari
2013
65
BAB IV
APLIKASI KONSEP MANAJEMEN DAKWAH POLITIK
DPD PARTAI KEADILAN SEJAHTERA KOTA DEPOK
A. Aplikasi Konsep Manajemen Dakwah Politik
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) harus menjadikan dakwah sebagai
panglimanya. Motivasi dan nilai dakwah mengarahkan seluruh kegiatan
partai. Motivasi dan nilai dakwah selalu menyertai kegiatan lainnya. Seluruh
kegiatan memilki muatan penting terlebih di tunjang oleh manajemen politik
dakwah yang di miliki oleh PKS kota Depok dan untuk keberhasilan
dakwah. Muatan dakwah tersebut berupa92
:
1) Fikrah-fikrah umum untuk membentuk opini-opini umum
2) Dasar-dasar keislaman untuk mendukung dakwah dan
menyiapkan masyarakat masuk ke dakwah khashah. Ruhiyah
maknawiyah
3) Muatan disampaikan dengan memperhatikan kondisi setempat.
Dakwah sebagai kegitan menyeru seluruh manusia kepada Allah
memiliki implikasi bahwa dakwah harus memungkinkan sampai kepada
sebanyak-banyaknya orang. Sehingga dakwah harus ada dan dilakukan
diberbagai kesempatan. Untuk itu perlu adanya manajemen politik dakwah
yang memadai agar kegiatan dakwah dapat meluas, berinteraksi serta
mengumpulkan banyak orang dapat menjadi bahan untuk direkrut ke dalam
92
Data Departemen Dakwah, DPP PKS, (Jakarta, 10 Agustus 2009)
66
tajnid nukhbawi. Sehingga dakwah menjadi pintu bagi terekrutnya orang
untuk menjadi kader dakwah.93
Menurut Data Departemen Dakwah DPP PKS bahwa kegiatan
dakwah itu mempunyai tiga tahap yakni berupa :
1. Tabligh, seperti momen-momennya maulid nabi, isra’ mi’raj, dan
muharram
2. Ta’lim, seperti menupas kajian-kajian Tafsir Ibnu Katsir, shahih
bukhari dan Riyadu Shalihin
3. Dialog Peduli Masyarakat (DPM), tapi Dialog Peduli Masyarakat
(DPM) ini agak menjurus kepada kepartaian.94
Kemudian dapat dijelaskan pula pada data-data yang perlu
diprogram agar berhasil guna dan dapat dievaluasi keberhasilannya pada
waktu dan periode tertentu. Kegiatan dakwah tersebut berupa :
1. Dakwah Fardiyah, hubungan baik secara pribadi yang
berdampak kepada ketertarikan kepada Islam
2. Tabligh, usaha mengajak sekelompok orang untuk mengenal
nilai-nilai dasar Islam, seperti khutbah, tabligh akbar, makkah,
dan sejenisnya
3. Ta’lim, usha untuk mengajarkan ilmu-ilmu dasar Islam secara
rutin : ta’lim fil masajid, ta’lim rutin partai, ta’lim kaum buruh
tani, ta’lim kaum perkantoran, ta’lim remaja masjid, ta’lim untuk
kaum muallaf, yasinan, dan jenis ta’lim lainnya.
93
Data Departemen Dakwah, DPP PKS, (Jakarta, 10 Agustus 2009) 94
Ibid
67
4. Dakwah media, usaha untuk membentuk opini umum masyarakat
tentang dan kepada Islam melalu berbagai media, seperti koran,
radio, web, televisi, internet, dan sejenisnya
5. Pertemuan dan aktivitas umum, usaha memasukan nilai-nilai
Islam kepada sekelompok orang yang berada pada bidang-bidang
yang tidak langsung berhubungan dengan dakwah Islam seperti
seminar, training, karangtaruna, klub olahraga, klub pencita
alam, klub peminat fotografi, pertemuan keluarga dan amal
khairi lainnya.95
Kegunaan dari kegiatan dakwah tersebut dapat dilihat dari sifat
kegiatan dakwah dan fungsi kegiatan dakwah antara lain :
1. Sifat kegiatan dakwah merupakan :
a. Kegiatan terbuka diperuntukan bagi seluruh kalangan
b. Berorientasi pada pengenalan nilai-nilai dasar Islam
c. Dilakukan di berbagai kesempatan
2. Fungsi kegiatan dakwah merupakan :
a. Pembentukan opini umum Islami
b. Penyebaran fikrah Islam yang benar, menyeluruh dan
jelas
c. Pintu rekrutmen ke dakwah khashah
d. Pembentukan lingkungan Islami
e. Pemunculan kader dakwah sebagai rijal al-ummah
95
Data Departemen Dakwah, DPP PKS, (Jakarta, 20 Juni 2013)
68
f. Wahana mobilitas horizontal kader ke masyarakat.96
Adapun pola pelaksanaan kegiatan dakwah dapat dilakukan seperti :
1. Pengelola dan pelaksana melakukan hubungan dengan peserta
dakwah secara fardi maupun jama’i, sehingga mengenal satu
sama lain. Peserta dalam dakwah adalah setiap orang dari
berbagai segmen untuk diseru kepada Islam, peserta tidak
dibatasi usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan,
agama, dan keadaan lainnya.
2. Pengelola dan pelaksana melakukan pembentukan opini umum
Islami dan tashawul Islam di forum individual dan atau massal
3. pengelola dan pelaksana memantau perubahan peserta dakwah
secara fardi dan atau jama’i, dengan mengacu kepada
karakteristik sebagai berikut :
a. Pribadi yang hanif
b. Siap mendengarkan dakwah
c. Memiliki kecenderungan untuk merubah diri dari orang lain
d. Memiliki potensi tertentu yang bermanfaat bagi dakwah
e. Melaksanakan ibadah wajib
f. Simpati terhadap Islam dan keislaman
4. pengelola dan pelaksana memutuskan untuk menindaklanjuti
hasil pemantauan dengan mengkondisikan peserta dakwah .
Oleh sebab itu pengelola dakwah merupakan struktur dakwah di
setiap level struktur (elemen pembinaan kader) penyelenggaraan
96
Data Departemen Dakwah, DPP PKS, (Jakarta, 20 Juni 2013)
69
dakwah dengan membentuk atau menunjuk lembaga dakwah
tersebut. Adapun pelaksanaannya yakni berupa :
1. Pelaksana dakwah adalah : kader, muballigh dan mu’allim
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan efektivitas pelaksanaan
dakwah diperlukan i’dad dan taf’il bagi pelaksana
3. Kemampuan dasar muballigh/mu’allim : membaca ayat dan
hadits dengan benar, mampu berkomunikasi.97
Berpijak dari kesadaran terhadap kenyataan-kenyataan
tersebut, maka proses pelaksanaan manajemen dakwah politik ke
depan perlu diterapkan secara proposional yang meliputi aspek aspek
sebagai berikut :
1. Perencanaan, pengorganisasian, dan pembiayaan kegiatan
dakwah
2. Pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian kegiatan dakwah
3. Umpan balik terhadap hasil penilaian perencanaan dakwah.98
Untuk menentukan keberhasilan kegiatan dakwah hingga dapat
disebut efektif, fungsional, dan profesional diperlukan adanya standar dan
kriteria sebagai alat ukur dari keberhasilan tersebut baik kuantitatif maupun
kualitatif. Berangkat dari prinsip bahwa kegiatan dakwah adalah
melaksanakan perintah Allah dalam rangka menegakkan amar ma’ruf nahi
97
Data Departemen Dakwah, DPP PKS, (Jakarta, 20 Juni 2013) 98
RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah, (Jakarta, Amzah, 2007), Edisi
-1,
Cet -1, 71
70
mungkar, maka stndar dan kriteria yang harus dipakai adalah yang
bersumber dari al-Qur’an dan As-sunnah diantaranya :
1. Dakwah Fardiah
Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan
seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam
jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa
persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori
dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran
memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang
sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu
upacara kelahiran (tasmiyah).99
Dakwah fardiah yang dilakukan di setiap
liqo dengan cara mentoring dan halaqah, karena dakwah ini paling efektif
untuk menyerap ilmu yang telah disampaikan.
2. Dakwah bil-Lisan
Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek
dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan
dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian
yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram,
99
Jundiyah, ―The Journey Of Dakwah‖, (diakses pada tanggal 15 Apri 2014 dari
http://fummri.org/?p=140)
71
disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.100
Dakwah jenis ini
dilakukan dalam bentuk (Kajian Bulanan PKS).
3. Dakwah bil-Haal
Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan
nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad’ulah)
mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da’i (juru dakwah). Dakwah jenis ini
mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah. Pada saat
pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan
Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan
kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
4. Dakwah bit-Tadwin
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit
at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab,
buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan
dakwah sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari dakwah model ini
tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat.
Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda,
―Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para
syuhada‖. Dakwah dalam bentuk ini disampaikan melalui Media PKS
berupa majalah, buletin, ,poster, spanduk, dan selebaran.101
100
Ibid 101
Jundiyah, ―The Journey Of Dakwah‖, (diakses pada tanggal 15 Apri 2014 dari
http://fummri.org/?p=140)
72
Dalam hal ini penulis menyimpulkan kunci keberhasilan dakwah
politik itu merupakan kemampuan dalam mengkoordinir kader dan
simpatisan, masyarakat umum dan terjun langsung ke pemukiman dan
perkampungan untuk dilakukan oleh seluruh jajaran partai, dari struktur
pimpinan hingga kader dan simpatisan, dan berbagai kerja-kerja dakwah
politik lainnya. Tentunya termasuk aktivitas standar seperti bakti sosial,
pelayanan kesehatan, dan aksi cepat tanggap bencana.
Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dijalankan oleh para kader dan
simpatisan PKS di Kota Depok diantaranya :
1. Konsolidasi Kader DPR PKS Tanah Baru
Setelah 290 hari menjalankan amanat para kader, Senin, 23 Januari
2012, pukul 08.30-12.00 WIB, kepengurusan DPRa Tanah Baru Depok
melakukan konsolidasinya di awal tahun 2012 ini, guna me-review kembali
kekurangan yang ada, dan perbaikan yang harus dilakukan di masa
mendatang.
Dihadiri oleh Ketua DPC Beji, Bapak Ir. Suwardi, kegiatan
konsolidasi berjalan cukup semarak, dengan dihadiri lebih dari 60 kader dari
Wilayah Tanah Baru. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa
laksana membangun sebuah bangunan, maka konsolidasi merupakan istilah
umum yang sering digunakan sebagai bagian dari fase yang harus terus
menerus dilakukan secara berkala, agar bangunan tetap berada dalam
keseimbangan. Pada kesempatan ini pula, Anggota Legislatif DPRD Depok,
Ibu Farida menyampaikan update parlementaria terkininya untuk dapat
73
ditindaklanjuti oleh para kader DPRa Tanah Baru untuk kesejahteraan
masyarakat Tanah Baru pada khususnya.102
2. Galang Dukungan, DPRa PKS Curug Bojongsari selenggarakan
lomba memasak antar Majelis Taklim
Curug. Ahad pagi (02/14) Puluhan ibu-ibu berbusana rapih dan
cantik-cantik, berduyun-duyun menuju kediaman Pak Dimyani di Jalan
Raya Curug Topik Bojongsari. Mereka adalah ibu-ibu majlis taklim se-
Kelurahan Curug. Pasalnya ada acara dari Partai Keadilan Sejahtera DPRa
Curug, Bojongsari, Depok. Acaranya yaitu lomba masak Nasi Goreng sehat
bersama Chef Suroso. Sekaligus sebagai wahana untuk menjalin
silaturahiem dan merajut ukhuwah antara kader-kader PKS dengan seluruh
ibu-ibu Majlis taklim Se-Kelurahan Curug. Selain acara Lomba Memasak
juga tersedia stand-stand bazar yang sederhana tetapi meriah, ada yang
menjual makanan, ada yang menjual Gamis, Jilbab, bros dan lain
sebagainya.
Acara dimulai jam 08.30 tepat dan dibuka dengan tasmi (menyimak)
bacaan hafalan surat Al-Quran oleh dua orang anak dari kader Partai
keadilan Sejahtera yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari ketua
Panitia, Ibu Ningsih dan dilanjutkan sambutan oleh pak Dimyani selaku
tuan rumah. Kemudian pengarahan dari Chef Suroso, mengenai tata cara
lomba, peraturan dan hal-hal yang menjadi penilaian. Alhamdulillah acara
102
http://pkstanahbaru.wordpress.com/2012/01/23/konsolidasi-kader-dpr-pks-
tanah-baru/#more-81 (diakses pada tanggal 17 April 2014)
74
tersebut diikuti oleh 9 Majlis Taklim Se-Kelurahan Curug. Ketika nama
Majlis Taklim di panggil oleh Chef Suroso untuk memulai memasak,
terdengar suara riuh yang penuh semangat dari supporter masing-masing
dari Majlis Taklim tersebut. Di sela-sela acara lomba tersebut, hadir juga
Caleg nomor 2 dari Partai keadlilan sejahtera untuk Dapil Bojongsari, yaitu
Bapak Syawal Tarigan dan Caleg nomor 7 Ibu Hajjah Runayah untuk
silaturahiem dan berdialog dengan ibu-ibu Majlis Taklim dan Tokoh-tokoh
setempat.
Tepat pukul 10.30 seluruh peserta sudah menyelesaikan perlombaan
dan terlihat sepiring hasil masakan dengan berbagai hiasan yang kreatif.
Chef Suroso menyicipi satu persatu setiap hidangan dan memeberikan
komentar dari mulai rasa, cara penyajian sampai hiasan-hiasan masakan.
Dan terpililah para pemenang lomba mulai juara harapan satu sampai juara
satu. Yang penyerahan hadiahnya di berikan oleh Caleg dari Partai Keadilan
Sejahtera dan tokoh masyarakat setempat.103
3. Sambut Ramadhan 1434 H, DPRa PK Sejahtera Kelurahan Curug-
Bojongsari Kota Depok Selenggarakan Pelayanan Kesehatan Gratis
dan Santunan Paket Sembako untuk Dhuafa.
Curug (7/7). Tagline ―Cinta, Kerja dan Harmoni‖ yang dicanangkan
oleh Anis Matta, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sangat
menginspirasi para kader, termasuk kader DPRa PK Sejahtera Kelurahan
103
http://pksbojongsari.com/2014/03/04/galang-dukungan-dpra-pks-curug-
bojongsari-selenggarakan-lomba-memasak-antar-majelis-taklim/#more-748 (diakses pada
tanggal 17 April 2014)
75
Curug-Bojongsari Kota Depok. Untuk mewujudkan semangat yang
terkandung dalam tagline tersebut, DPRa PK Sejahtera Kelurahan Curug-
Bojongsari Kota Depok mengadakan kegiatan bakti sosial (baksos) dalam
bentuk Pelayanan Kesehatan Gratis dan Santunan Paket Sembako untuk
Dhuafa. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Ahad, 7 Juli 2013 bertempat
di rumah Ibu Amah di Kampung Ablak RT: 02 RW: 03 Kelurahan Curug-
Bojongsari Kota Depok. Lebih dari 100 orang meramaikan acara ini. Terdiri
dari masyarakat sekitar, tokoh masyarakat, ibu- ibu majelis taklim, remaja,
dan anak-anak.
Kegiatan ini terdiri dari beberapa rangkaian. Acara dimulai pukul
09:00 WIB yang diawali dengan sambutan oleh Ustadz Pendi, tokoh
masyarakat sekaligus ketua Kampung Ablak RT: 02 RW: 03 Kelurahan
Curug-Bojongsari Kota Depok. Dalam sambutannya, Ustadz Pendi sangat
senang dan mendukung kegiatan yang digagas oleh DPRa PK Sejahtera
Kelurahan Curug-Bojongsari Kota Depok karena sangat membantu warga,
terlebih dalam pelaksanaannya melibatkan remaja dan pemuda di
lingkungan. Selanjutnya sambutan dari Bapak Syawaludin Tarigan, tokoh
pemuda Kelurahan Curug- Bojongsari Kota Depok yang juga caleg nomor
urut 2 dari dapil Bojongsari-Sawangan-Cipayung. Pemuda yang akrab
disapa Syawal ini menyampaikan bahwa program baksos ini adalah wujud
dan cinta PKS kepada warga masyarakat. Sehubungan dengan momen
menjelang ramadhan, diharapkan kader PKS bersama warga dapat
meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Seusai sambutan, acara
dilanjutkan dengan santunan untuk anak-anak yatim piatu dan ibu-ibu janda
76
lansia dalam bentuk penyerahan paket sembako yang terdiri atas beras,
minyak goreng, gula pasir dan mie instan. Sebanyak 30 paket dibagikan
dalam kegiatan ini. Lalu diikuti dengan kegiatan pengobatan gratis yang
diikuti oleh 90 pasien dan dilayani oleh 2 orang dokter. Masyarakat sangat
antusias mengikuti kegiatan ini.
Kegiatan baksos ini dilaksanakan sebagai wujud cinta kader DPRa
PK Sejahtera Kelurahan Curug- Bojongsari Kota Depok kepada warga
masyarakat. Semoga dengan menebarkan cinta, kader DPRa PK Sejahtera
Kelurahan Curug-Bojongsari Kota Depok selalu bekerja untuk kebaikan
sehingga ke depan harmoni di masyarakat yang selama ini dicita-citakan
akan tercapai.104
4. Bersama, Menggenggam 3 Besar : LT3B DPRa Curug
Bojongsari (23/6). Kejayaan manusia apabila dia mampu menjadi
mukmin sejati. Bukan mudah menjadi seorang mukmin sejati karena dia
harus berhadapan dengan 5 jenis musuh, sebagaimana sabda Rasulullah
yang bermaksud yang bermaksud: ―Mukmin itu ada bersamanya lima
musuh iaitu: orang mukmin yang hasad dengki, munafik yang
memarahinya, orang kafir yang memeranginya, syaitan yang
menyesatkannya dan nafsu yang mengajak kepada kejahatan.‖ Hal tersebut
diuraikan oleh Ustadz Mustofa (Ketua DPC PK Sejahtera Kec Bojongsari
Kota Depok) dalam acara Liqo Tansiqi Tarbawi Tiga Besar (LT3B) DPRa
PKS Kel Curug, Bojongsari, Kota Depok. Taujih ini memberikan gambaran
104
http://pksbojongsari.com/2013/07/07/sambut-ramadhan-1434-h-dpra-pk-
sejahtera-kelurahan-curug-bojongsari-kota-depok-selenggarakan-pelayanan-kesehatan-
gratis-dan-santunan-paket-sembako-untuk-dhuafa/, (diakses pada tanggal 17 April 2014)
77
bahwa sebagai kader dakwah dan PKS sebagai wasilah akan selalu
mengalami penentangan dari musuh-musuh dakwah. Oleh karena itu kita
tidak boleh patah semangat hanya karena media massa sering menjelek-
jelekkan PKS.Acara ini dihadiri oleh kader dan simpatisan PKS di
lingkungan Kel Curug yang berjumlah lebih dari 30 orang. Kegiatan
dilaksanakan di Masjid Yayasan Otista Jl. Raya Curug Topik, Bojongsari.
Sebagaimana juklak yang diturunkan dari DPD, LT3B ini dilandasi
adanya amanat Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera untuk melakukan
upaya pemenangan dakwah pada Pemilu 2014 dengan meraih posisi 3
Besar, perlunya sarana yang efektif untuk KOORDINASI, KONSOLIDASI
dan AKSI pemenangan dakwah oleh seluruh kader. Untuk itu, perlu
diadakan ―Liqo Tansiqi Tarbawi Tiga Besar‖ (LT3Besar). Acara ini
bertujuan mengkordinasikan dan mensinergikan agenda aksi pemenangan,
memperkokoh ma’nawiyah, ukhuwah serta soliditas kader dan struktur dan
optimalisasi peran kader dalam pemenangan pemilu.
Di akhir acara ini, segenap kader dan simpatisan PKS DPRa Curug
merumuskan rencana aksi untuk pemenangan dakwah di lingkungan antara
lain dengan kegiatan pelayanan kesehatan dan bakti sosial. Rama
Hardiansyah (Ketua DPRa) menyampaikan pesan untuk seluruh kader
dan simpatisan ‖ Bersama, menggenggam 3 Besar: LT3B Dpra Curug‖.105
105
http://pksbojongsari.com/2013/06/23/bersama-menggenggam-3-besar-lt3b-
dpra-curug/, (diakses pada tanggal 17 April 2014)
78
Dari banyak dan beragamnya kegiatan dakwah yang PKS lakukan di
kota Depok penulis dapat mengukurnya secara kuantitatif dalam hal
kegiatan yang mereka lakukan berikut presentasenya dari sebelas kecamatan
yang ada di wilayah kota depok :
Tabel aktivitas dakwah DPD PKS Kota Depok 2010-2013
No.
Kecamatan
Dakwah
Tahun
2010
2011
2012
2013
1.
Beji, Pan Mas, Cipayung,
Sukmajaya, Cilodong, Limo,
Cinere, Cimanggi, Tapos,
Sawangan, Bojong Sari
Dakwah bit
Tadwin
19%
21%
24%
25%
2.
Beji, Pan Mas, Cipayung,
Sukmajaya, Cilodong, Limo,
Cinere, Cimanggi, Tapos,
Sawangan, Bojong Sari
Dakwah
Fardiyah
22%
24%
22%
23%
3.
Beji, Pan Mas, Cipayung,
Sukmajaya, Cilodong, Limo,
Cinere, Cimanggi, Tapos,
Sawangan, Bojong Sari
Dakwah bil
Lisan
27%
25%
25%
25%
4.
Beji, Pan Mas, Cipayung,
Sukmajaya, Cilodong, Limo,
Cinere, Cimanggi, Tapos,
Sawangan, Bojong Sari
Dakwah bil
Haal
32%
30%
29%
27%
Presentase
100%
100%
100%
100%
Dari table diatas dapat dilihat bahwa konsep dakwah yang di jalankan
oleh DPD PKS Depok mengalami perkembangan meskipun memang ada
beberapa yang turun naik setiap tahunnya. Dalam hal ini penulis
berkesimpulan adalah bahwa konsep dakwah politik yang dijalankan DPD
PKS sudah sesuai dengan tujuan dakwah yang mereka usung selama ini
melalui Dakwah bit Tadwin, Dakwah Fardiyah, Dakwah bil Lisan, Dakwah bil
79
Haal yang rutin mereka lakukan baik terhadap kader, simpatisan maupun
masyarakat umum di Kota Depok.
B. Analisis Aplikasi Manajemen Dakwah Dalam Politik PKS
Politik memang bukanlah barang yang suci, namun politik juga
bukan barang yang najis. Kalau mau diibaratkan, politik bisa dikatakan
seperti sebuah pedang yang tajam. Dimana bisa akan berdampak positif,
seperti melindungi seseorang dari kejahatan, membela negara disaat perang
terjadi dan masih banyak yang lainnya. Jika pedang tersebut dipegang oleh
orang yang baik dan benar. Namun akan lain cerita jika pedang yang tajam
ini jatuh ditangan orang yang jahat dan salah. Mereka bisa melakukan hal
apa saja sekehendak mereka, walau itu merupakan tindak kejahatan dan
salah serta melanggar norma hukum. Mereka tidak perduli, yang terpenting
pedang yang tajam ini bisa membuat dirinya atau kelompoknya berkuasa
dan memiliki apa yang diinginkan.
Untuk menentukan keberhasilan kegiatan dakwah politik hingga
dapat disebut efektif, fungsional, dan profesional diperlukan adanya standar
dan kriteria sebagai alat ukur dari keberhasilan tersebut maka standar dan
kriteria yang harus dipakai adalah yang bersumber dari al-Qur’an dan as-
Sunnah diantaranya :
1. Dakwah Fardiah
Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan
seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam
jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa
80
persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori
dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran
memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang
sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu
upacara kelahiran (tasmiyah).106
Dakwah fardiah yang dilakukan di setiap
liqo dengan cara mentoring dan halaqah, karena dakwah ini paling efektif
untuk menyerap ilmu yang telah disampaikan.
2. Dakwah bil-Lisan
Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek
dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan
dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian
yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram,
disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.107
Dakwah jenis ini
dilakukan dalam bentuk (Kajian Bulanan PKS).
3. Dakwah bil-Haal
Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan
nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad’ulah)
mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da’i (juru dakwah). Dakwah jenis ini
mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah. Pada saat
pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan
106
Jundiyah, ―The Journey Of Dakwah‖, (diakses pada tanggal 15 Apri 2014 dari
http://fummri.org/?p=140) 107
Ibid
81
Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan
kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
4. Dakwah bit-Tadwin
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin
(dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku,
majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan
dakwah sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari dakwah model ini
tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat.
Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda,
―Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para
syuhada‖. Dakwah dalam bentuk ini disampaikan melalui Media PKS
berupa majalah, buletin, ,poster, spanduk, dan selebaran.108
Sifat dari kegiatan dakwah di atas merupakan kegiatan terbuka
diperuntukkan bagi seluruh kalangan, berorientasi pada pengenalan nilai-
nilai dasar Islam dan dilakukan di berbagai kesempatan. Sedangkan fungsi
kegiatan dakwah merupakan pembentukan opini umum Islami, penyebaran
fikrah Islam yang benar, menyeluruh dan jelas, pintu rekrutmen ke dakwah
khashah, pembentukan lingkungan Islami, pemunculan kader dakwah
sebagai rijal al-ummah dan wahana mobilitas horizontal kader ke
masyarakat.
Dalam hal ini penulis menyimpulkan kunci keberhasilan Manajemen
Dakwah Politik itu merupakan kemampuan dalam mengkoordinir kader dan
108
Jundiyah, ―The Journey Of Dakwah‖, (diakses pada tanggal 15 Apri 2014 dari
http://fummri.org/?p=140)
82
simpatisan, masyarakat umum dan terjun langsung ke pemukiman dan
perkampungan untuk dilakukan oleh seluruh jajaran partai, dari struktur
pimpinan hingga kader dan simpatisan, dan berbagai kerja-kerja dakwah
politik lainnya. Tentunya termasuk aktivitas standar seperti bakti sosial,
pelayanan kesehatan, dan aksi cepat tanggap bencana.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan yang diperoleh dari
observasi, wawancara dan dokumentasi, maka peneliti dapat menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
Bahwa Aplikasi Konsep Manajemen Dakwah Politik yang di
jalankan oleh DPD PKS Depok mengalami perkembangan meskipun
memang ada beberapa yang turun naik setiap tahunnya. Dalam hal kegiatan
dakwah politik yang dijalankan DPD PKS sudah sesuai dengan tujuan
dakwah yang mereka usung selama ini melalui Dakwah bit Tadwin,
Dakwah Fardiyah, Dakwah bil Lisan, Dakwah bil Haal yang rutin mereka
lakukan baik terhadap kader, simpatisan maupun masyarakat umum di Kota
Depok.
Dalam hal ini penulis menyimpulkan kunci keberhasilan manajemen
dakwah politik itu berorientasi pada nilai-nilai dasar Islam dan dilakukan di
berbagai kesempatan. Sedangkan fungsi kegiatan dakwah merupakan
pembentukan opini umum Islami, penyebaran fikrah Islam yang benar,
menyeluruh dan jelas, pintu rekrutmen ke dakwah khashah, pembentukan
lingkungan Islami, pemunculan kader dakwah sebagai rijal al-ummah dan
wahana mobilitas horizontal kader ke masyarakat.
84
B. Saran
Upaya untuk menciptakan partai yang mandiri tidaklah mudah,
diperlukan kemampuan manajerial (idarah) dan kesiapan dari para pengurus
partai. Tentunya harus ada upaya perbaikan internal dari pengurus
khususnya usaha dakwah yang dituntut harus peka terhadap perubahan-
perubahan yang akan terjadi, oleh karena itu ada beberapa hal yang bisa
dilakukan pengurus partai PKS untuk bisa menghadapi hal tersebut, antara
lain :
Menyelenggarakan kajian-kajian serta pelatihan-pelatihan tentang
leadership, kepada pengurus-pengurus partai dalam bidang manajemen
dakwah politik khususnya Yang berkaitan dengan kepartaian agar kegiatan
dalam kepengurusan yang dimiliki oleh partai dapat dimaksimalkan dengan
sebaik-baiknya baik untuk kalangan internal partai terlebih bagi masyarakat
umum sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan diharapkan.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abdu Shomad, Idris, Diktat Ilmu Dakwah (Depok:T:pn.,2004)
Abdullah, “Jurnal Dakwah Islam‖ terbit 13 Februari 2013, (diakses pada
tanggal 16 April 2014 dari http://dakwah-islam.org/jurnal-dakwah-
islam.html)
Abdurrahman, Hafidz, diskursus ―Islam Politik Spiritual” (Bogor : Al-
Azhar Press, 2007)
Andriana, Adi, “Momentum Politik Dakwah PKS‖. Terbit 31 Maret 2014,
(diakses pada tanggal 15 Apri 2014 dari
http://www.muharrikdakwah.com/2014/03/momentum
dakwahpolitikpks.html)
Ansari, Endang Saifuddin, Wawasan Islam; Pokok-Pokok Pikiran Tentang
Islam dan Umatnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. Ke-4
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Budiarjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Dian Rakyat, 1972:
reprint, Jakarta: PT Gramedia, 2002)
Edward, Djony, Efek Bola Salju, PArtai Keadilan Sehatera, (Bandung :
Syaamil Cipta Media)
Effendy, Bahtiar, “Islam dan Negara” Transformasi Pemikiran dan Praktik
Politik Islam di Inonesia (Jakarta : Paramadina)
Effendy, Bahtiar, “(Re)Politisasi Islam” Pernahkan Islam Berhenti
Berpolitik? (Bandung : Mizan, 2000)
Ensiklopedi Islam, Vol-1 (Jakarta: PT Ichtiar BARU Van Hoeve, 1997)
Ismail, Ismah Vol-1 (Jakarta: PT Ichtiar BARU Van Hoeve, 1997)
Fatwa, A.M. Satu Islam Multi Partai, (Bandung: MIZAN, 2000)
Fuad, Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya, 1988)
Hanum, Khuzaifah ―Dakwah, Politik dan Indonesia‖ terbit 22 Mei 2012,
(diakses pada tanggal 17 April 2014 dari
http//hanumisme.wordpress.com/2012/05/22/dakwah-politik-dan-indonesia/
86
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996)
__________, Manajemen Dakwah (UIN Jakarta Press, 2005)
Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah,
(Jakarta: CV Haji Masagung,1993)
Hoogerwerf, A., Politikologi: Pengertian dan problem-problem (Jakarta:
Erlangga, 1985)
Husin Fadhlullah, Muhammad, Metodologi Dakwah Dalam al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera, 1997)
Hafidhuddin, Didin, Dakwah Faktual (Jakarta: Gema Insani Press, 2001)
Khatib Pahlawan Kayo, RB. Manajemen Dakwah, (Jakarta, Amzah, 2007),
Edisi -1
Muhtarom, Zaini, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, [Yogyakarta: PT al-
Amin Press, 1996]
Muin Salim, Abdul Konsepsi Politik Dalam Al-Qur’an (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,1994)
Masmudin, “Dakwah dan Pengembangan Masyarakat‖ terbit 2 Maret 2011,
(diakses pada tanggal 16 April 2014 dari
http://altajdidstain.blogspot.com/2011/02/dakwah-dan-
pengembangan masyarakat.html)
Munir, M. Metode Dakwah (Jakarta: Pemuda Media, 2006)
Milles and Huberman, M.A. Qualitative Data Analysis. Terjemahan Tjejep
RR Jakarta : UI Press :1982.
Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006
Madjid, Nurcholish, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, (Jakarta:
Paramadina, 1999)
Nasution, M. Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
87
Rencana Strategis Partai Keadilan Sejahtera tahun 2005-2010, (Jakarta,
September 2005)
S, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar ; Metode dan Tekhnik,
(Bandung: Tarsito, 1989)
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, cv. 2007).
________, Metode Penelitian Kombinasi, Bandung : Alfabeta, 2011
Shaleh, A Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, [Jakarta: Bulan Bintang,
1993]
Sayyid al-Wakil, Muhammad, Prinsip dan Kode Etik Dakwah,
Penerjemahan Nabhani Idris (Jakarta Akademika Pressindo, 2002)
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997)
Usman, Husaini ―Metodologi Penelitian Sosial”
Yunus, Muhammad, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan
penyelenggara Penerjemahan/Penafsiran Al-Qur’an), (1973)
Zen , Muhammad, “Signifikansi Manajemen Dakwah Islam Dalam Agenda
Perubahan Sosial” (Tulisan ini di muat di jurnal SIMBOL Tahun
2000), (diakses pada tanggal 15 April 2014 dari
http://muhammadzen.wordpress.com/manajemen/)
Putus Rantai Kemiskinan, 20 % Bangku Sekolah Negeri Depok Untuk
Warga Miskin
Galang Dukungan, DPRa PKS Curug Bojongsari selenggarakan lomba
memasak antar Majelis Taklim
Sambut Ramadhan 1434 H, DPRa PK Sejahtera Kelurahan Curug-Bojongsari
Kota Depok Selenggarakan Pelayanan Kesehatan Gratis dan Santunan Paket
Sembako untuk Dhuafa