Management Syok Kardiogenik

download Management Syok Kardiogenik

of 3

description

bngmg

Transcript of Management Syok Kardiogenik

MANAGEMENT SYOK KARDIOGENIKSyok kardiogenik merupakan stadium akhir dari disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif yang terjadi apabila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital baik jantung, otak, maupun ginjal. Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri jantung. Tanda gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi kegagalan jantung. Kerusakan mengakibatkan penurunan tekanan darah arteri ke organ organ vital. Penurunan aliran darah ke arteri koroner mengakibatkan asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada akhirnya akan meningkatkan iskemia dan penurunan kontraktilitas jantung yang persisten untuk memompakan darah menurun.1. Manifestasi KlinisTanda khas syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan urin output, dan kulit dingin dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung. Penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolic Presure) menunjukan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif. 2. Penatalaksanaana. Tindakan umum adalah koreksi disritmia mayor karena mungkin dapat menyebabkan atau berperan pada terjadinya syok. Bila dari ahsil pengukuran tekanan diduga atau terdeteksi terjadi hipovolemi atau volume intravascular yang rendah, pasien harus diberi infus IV untuk menambah jumlah cairan dalam sistem sirkulasi. Bila terjadi hipoksia dapat diberikan oksigen , kadang dengan tekanan positif jika aliran biasa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan.b. FarmakoterapiTerapi medis dipilih dan diarahkan sesuai curah jantung dan tekanan darah arteri rerata. Salah satu kelompok obat yang biasa digunakan adalah katekolamin yang dapat meningkatkan tekanan darah dan curah jantung, namun cenderung meningkatkan beban kerja jantung dengan meningkatkan kebutuhan oksigen. Bahan vasoaktif seperti natrium nitroprusida dan nitrogliserin adalah obat yang efektif untuk menurunkan tekanan darah sehingga kerja jantung menurun. Bahan-bahan ini menyebabkan arteri dan vena mengalami dilatasi sehingga menimbulkan lebih banyak pintasan volume intravaskuler ke perifer dan menyebabkan penurunan preload dan afterload. Bahan vasoaktif ini biasanya diberikan bersama dopamine, suatu vasopressor yang membantu memelihara tekanan darah yang adekuat.c. Pompa balon intra aortaPenggunaan terapi lain yakni alat bantu sirkulasi diberikan untuk menangani syok kardiogenik. Sistem bantuan mekanis yang paling sering digunakan adalah pompa balon intra aorta (IABP). IABP menggunakan counterpulsation internal untuk menguatkan kerja pemompaan jantung dengan cara pengembangan dan pengempisan balon secara teratur yang diletakan di aorta descenden. Alat ini dihubungkan dengan kotak pengontrol yang seirama dengan aktivitas elektrokardiogram. Pemantauan hemodinamika juga sangat penting untuk menentukan status sirkulasi pasien selama menggunakan IABP. Balon dikembangkan selama diastole ventrikel dan dikempiskan selama systole dengan kecepatan yang sama dengan frekuensi jantung. IABP akan menguatkan diastole yang mengakibatkan peningkatan perfusi arteria koronaria dan jantung. IABP dikempiskan selama sistol yang akan mengurangi beban kerja ventrikel kiri.3. Implikasi KeperawatanPasien dengan syok kardiogenik memerlukan asuhan keperawatan yang terus menerus. Mengkaji pasien dengan teliti, mengukur parameter hemodinamika, dan mencatat asupan cairan dan haluaran urin mengenai adanya disritmia, yang harus segera dikoreksi adalah sangat penting. Karena pada kasus ini teknologi sangat dibutuhkan untuk keefektifan penatalaksanaan medis, maka pasien selalu dirawat di ruangan asuhan keperawatan intensif. Perawat asuhan kritis yang telah mempunyai keterampilan tinggi bertanggung jawab terhadap penatalaksanaan keperawatan. Namun setiap perawat harus memahami konsep modalitas perawatan.Sumber : Smeltzer, Suzanne & Brenda G. Bare . 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta. EGC.