Malpraktik Di Bidang Kedokteran
-
Upload
afiya-fathina -
Category
Documents
-
view
126 -
download
11
description
Transcript of Malpraktik Di Bidang Kedokteran
Malpraktik di Bidang Kedokteran
a. Definisi
Malpraktik menurut Azrul Azwar (1996), memiliki beberapa arti. Pertama,
malpraktik adalah setiap kesalahan professional yang diperbuat oleh dokter, oleh
karena pada waktu melakukan pekerjaan profesionalnya, tidak memeriksa, tidak
menilai, tidak berbuat atau meninggalkan hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat
atau dilakukan oleh dokter pada umumnya, di dalam situasi dan kondisi yang sama.
Kedua, malpraktik adalah setiap kesalahan yang diperbuat oleh dokter, oleh karena
melakukan pekerjaan dokter di bawah standard yang sebenarnya secara rata-rata dan
masuk akal, dapat dilakukan oleh setiap dokter dalam situasi atau tempat yang sama.
Ketiga, malpraktik adalah setiap kesalahan professional diperbuat oleh seorang
dokter, yang di dalamnya termasuk kesalahan karena perbuatan-perbuatan yang tidak
masuk akal serta kesalahan karena pketerampilan ataupun kesetiaan yang kurang
dalam menyelenggarakan kewajiban ataupun kepercayaan professional yang
dimilikinya.
Menurut Munir Fuadi (2005), malpraktik adalah setiap tindakan medis yang
dilakukan dokter atau orang-orang di bawah pengawasannya, atau penyedia jasa
kesehatan yang dilakukan terhadap pasiennya, baik dalam hal diagnosis, terapeutik
dan manajemen penyakit yang dilakukan secara melanggar hokum, kepatutan,
kesusilaan dan prinsip-prinsip professional baik dilakukan dengan sengaja atau
karena kurang hati-hati yang menyebabkan salah tindak rasa sakit, luka, cacat,
kerusakan tubuh, kematian dan kerugian lainnya yang menyebabkan dokter atau
perawat harus bertanggungjwab baik secara administrative, perdata maupun pidana.
b. Kriteria malpraktik
Malpraktik mempunyai empat kriteria untuk bisa dikatakan suatu kejadian disebut
malpraktik, yaitu:
1) Adanya duty (kewajiban) yang harus dilaksanakan
2) Adanya dereliction/breach of that duty (penyimpangan kewajiban);
3) Terjadinya damage atau akibat bagi pasien
4) Terbuktinya direct causal relationship atau hubungan sebab-akibat secara
langsung antara pelanggaran kewajiban dengan kerugian
(Afandi, 2009)
c. Jenis Malpraktik
Ngesti Lestari dan Soedjatmiko membedakan malpraktek medik menjadi dua
bentuk, yaitu malpraktek etik (ethical malpractice) dan malpraktek yuridis
(yuridical malpractice), ditinjau dari segi etika profesi dan segi hukum.17
a. Malpraktek Etik
Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah tenaga kesehatan melakukan
tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan.
Misalnya seorang bidan yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan
etika kebidanan. Etika kebidanan yang dituangkan dalam Kode Etik Bidan
merupakan seperangkat standar etis, prinsip, aturan atau norma yang berlaku
untuk seluruh bidan.
b. Malpraktek Yuridis
Soedjatmiko membedakan malpraktek yuridis ini menjadi tiga bentuk, yaitu
malpraktek perdata (civil malpractice), malpraktek pidana (criminal
malpractice) dan malpraktek administratif (administrative malpractice).18
1) Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)
Malpraktek perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak
terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh
tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige
daad), sehingga menimbulkan kerugian kepada pasien. Contoh dari
malpraktek perdata, misalnya seorang dokter yang melakukan operasi ternyata
meninggalkan sisa perban didalam tubuh si pasien. Setelah diketahui bahwa
ada perban yang tertinggal kemudian dilakukan operasi kedua untuk
mengambil perban yang tertinggal tersebut.
2) Malpraktek Pidana
Malpraktek pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami
cacat akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati. Atau kurang cermat dalam
melakukan upaya perawatan terhadap pasien yang meninggal dunia atau
cacat tersebut.
Malpraktek pidana ada tiga bentuk yaitu:22
a) Malpraktek pidana karena kesengajaan(intensional), misalnya
pada kasus aborsi tanpa insikasi medis, tidak melakukan
pertolongan pada kasus gawat padahal diketahui bahwa tidak ada
orang lain yang bisa menolong, serta memberikan surat
keterangan yang tidakbenar.
b) Malpraktek pidana karena kecerobohan (recklessness), misalnya
melakukan tindakan yang tidak lege artis atau tidak sesuai
dengan standar profesi serta melakukan tindakan tanpa disertai
persetujuan tindakan medis.
c) Malpraktek pidana karena kealpaan (negligence), misalnya
terjadi cacat atau kematian pada pasien sebagai akibat tindakan
tenaga kesehatan yang kurang hati-hati.
3) Malpraktek Administratif
Malpraktek administrastif terjadi apabila tenaga kesehatan melakukan
pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang berlaku, misalnya
menjalankan praktek bidan tanpa lisensi atau izin praktek, melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan lisensi atau izinnya, menjalankan
praktek dengan izin yang sudah kadaluarsa, dan menjalankan praktek tanpa
membuat catatan medik.
d. Factor Pendukung terjadinya Malpraktik
Menurut Hatta (2008), ada tiga hal yang dapat menyebabkan seorang tenaga
kesehatan melakukan tindakan malpaktik medic, yaitu apabila tidak melakukan
tindakan medis sesuai dengan:
1) Standar profesi Kedokteran
Dalam profesi kedokteran, ada tiga hal yang harus ada di dalam
standar profesinya, yaitu kewenangan, kemampuan rata-rata dan
ketelitian umum
a) Kewenangan
Menurut sifatnya, ada dua kewenangan yang dapat dibedakan tetapi
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pertama, kewenangan
berdasarkan keahlian. Kedua, kewenangan berdasarkan undang-
undang. Seorang dokter dapat melakukan praktik apabila
mempunyai ilmu medis dan dokter tersebut mempunyai STR (surat
Tanda Registrasi) dan SIP (Surat Izin Praktik).
b) Kemampuan Rata-Rata
Kemampuan rata-rata seorang dokter mencakup knowledge, skill
dan professional attitude. Kemampuan rata-rata mempunyai banyak
factor yang mempengaruhinya, misalnya banyaknya pengalaman
seorang dokter, daerah tempat praktik, fasilitas praktik dan
pergaulan sesame dokter. Berdasarkan alasan tersebut, walaupun
mungkin standar profesinya sama tetapi penerapannya pada kasus-
kasus dugaan malpraktik medic harus disesuaikan dengan keadaan
tersebut
c) Ketelitian Umum
Ketelitian umum dimaksudkan pada kecermatan dan kehati-hatian
dokter dalam melakukan tindakan medis sama dengan dokter lain.
2) Standar prosedur operasional
Berdasarkan penjelasan Pasal 50 undang-Undang no 29 tahun 2004
tentang praktik Kedokteran, standar operasional adalah suatu
perangkat instruksi yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses
kerja rutin tertentu. Tujuan standar operasional adalah menjaga
konsistensi tahapan kerja, agar mengetahui dengan jelas peranan dan
fungsi tiap posisi dalam organisasi, memperjelas aliran tugas,
kewenangan dan tanggung jawab petugas dan melindungi organisasi
dan staf dari tindakan malpraktik medic
3) Informed Consent
Substansi dari informed consent adalah memberikan informasi tentang
metode dan jenis perawatan yang dilakukan terhadap pasien. Sering
kali hal ini tidak dilakukan karena dokter menganggap segala tindakan
medik yang dilakukan terhadap pasien tidak akan menimbulkan resiko
dan apabila menimbulkan risiko dokter tersebut yakin dapat
menanganinya.
Dafpus
Azrul Azwar, 1996, criteria malpraktikdalam profesi kesehatan, makalah kongres
nsional IV PERHUKI Surabaya
Munir Fuadi, 2005, Sumpah Hipkrates aspek hokum malpraktik dokter, Bandung:
citra aditya bakti, hal 2-3
Afandi, Dedi, 2009, mediasi: alternative penyelesaian sengketa medis, majalah
kedokteran Indonesia vol 59 no 5, mei 2009
Hatta, Muhammad, 2008, Malpraktik Medik di Indonesia: suatu kajian medikolegal,
jurnal suloh vol. IV no. 3 Desember 2008: 175-256