Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

55
Clinical Science Session Malpraktik Medik dan Kelalaian Medik Oleh : Meiustia Rahayu ■ M. Reza Azriyantha Harly Pratiwi Indah ■ Rifka Septia Putri Rima Putri Hastri ■ Faathira ■ Eka Fitriani Preseptor : dr. Rika Susanti, Sp.F

Transcript of Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Page 1: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Clinical Science Session

Malpraktik Medik dan Kelalaian MedikOleh :Meiustia Rahayu ■ M. Reza Azriyantha Harly Pratiwi Indah ■ Rifka Septia Putri Rima Putri Hastri ■ Faathira ■ Eka Fitriani

Preseptor :dr. Rika Susanti, Sp.F

Page 2: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

BAB IPENDAHULUA

N

Page 3: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Latar Belakang

Page 4: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Latar Belakang

Page 5: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Latar Belakang

►Dibutuhkan pemahaman istilah yang tepat mengenai keduanya.

Page 6: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Batasan Masalah

Penulisan referat ini dibatasi pada: aspek hukum hubungan dokter dan pasiendefinisi malpraktik medik dari segi medik dan hukumjenis-jenis malpraktik medikkriteria dan unsur malpraktik medikpembuktian kasus malpraktik medikkelalaian medik

Page 7: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Tujuan Penulisan

Referat ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:1.Memenuhi syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.2.Sarana dalam memberikan pemahaman tentang malpraktik medik dan kelalaian medik.

Page 8: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Metode Penulisan

Referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang diambil dari berbagai literatur.

Page 9: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Page 10: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Aspek Hukum Hubungan Dokter-Pasien

Dua subjek hukum Hubungan terapeutik dan hubungan

hukumThe Universal Declaration of Human Right (1948) The Unite Nations International Convenant on Civil and Political Right (1966):Dasar hukum hubungan dokter dan pasien:Hak menentukan nasib sendiri (the right to self determination)Hak atas informasi (the right to information)

Page 11: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Aspek Hukum Hubungan Dokter-Pasien

Page 12: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Aspek Hukum Hubungan Dokter-Pasien

▌Azas-azas hubungan terapeutik ▌

Page 13: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Aspek Hukum Hubungan Dokter-Pasien

▌Hak Pasien ▌

Page 14: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Aspek Hukum Hubungan Dokter-Pasien

▌Kewajiban Dokter ▌

Page 15: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Aspek Hukum Hubungan Dokter-Pasien

▌Kewajiban Pasien dan Hak Dokter ▌

Page 16: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Aspek Hukum Hubungan Dokter-Pasien

▌Akibat Tindakan Medik ▌

Page 17: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Aspek Hukum Hubungan Dokter-Pasien

Tanggung jawab dokter (Leenen):1.Informed consent (persetujuan tindakan medik)2.Standar Profesi Medik (SPM) → lege artis

a. Bekerja secara telitib. Sesuai ukuran medisc. Sesuai kemampuan rata-rata

dibanding dokter dari kategori keahlian medis yang sama

d. Dalam situasi yang sebandingPelanggaran keduanya dapat berujung tuntutan hukum, baik pidana maupun

perdata.

Page 18: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Aspek Hukum Hubungan Dokter-Pasien

Page 19: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Definisi Malpraktik Medik dari Segi Medik dan Hukum

Asal Kata

“mala” = buruk dan “praktik” = pelaksanaan profesiKamus Besar Bahasa Indonesia

1.Praktik kedokteran yang dilakukan salah atau tidak tepat, menyalahi undang-undang atau kode etik.2.Tindakan medik yang dilakukan tidak memenuhi standar medik yang telah ditentukan maupun standar operasional prosedur, baik dengan sengaja maupun karena kelalaian berat, yang membahayakan pasien dan mengakibatkan kerugian yang diderita pasien.

Page 20: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Definisi Malpraktik Medik dari Segi Medik dan Hukum

Hayat

a.kegagalan dokter atau ahli bedah mengerahkan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya sampai pada tingkat yang wajar, seperti biasanya dimiliki para rekannya dalam melayani pasien;b.atau kegagalannya dalam menjalankan perawatan serta perhatian (kerajinan, kesungguhan) yang wajar dan lazim dalam pelaksanaan ketrampilannya serta penerapan pengetahuannya;

Page 21: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Definisi Malpraktik Medik dari Segi Medik dan Hukum

Hayat

c.atau kegagalannya dalam mengadakan diagnosis terbaik dalam menangani kasus yang dipercayakan kepadanya;d.atau kegagalannya dalam memberikan keterampilan merawat serta perhatian yang wajar dan lazim seperti biasanya dilakukan oleh para dokter atau ahli bedah di daerahnya dalam menangani kasus yang sama.

Page 22: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Definisi Malpraktik Medik dari Segi Medik dan Hukum

Black’s Law Dictionary

Syarat –syarat malpraktik:a.Adanya hubungan dokter dan pasienb.Kehati-hatian standar yang dapat dipakai dalam pelanggarannyac.Kerugian yang dapat dituntut ganti rugid.Hubungan kausal antara pelanggaran kehati-hatian dan kerugian yang diderita.

Page 23: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Definisi Malpraktik Medik dari Segi Medik dan Hukum

Coughlin's Dictionary of Law

“Malpractice is professional misconduct on the part of a professional person, such as physician, engineer, lawyer, accountant, dentist, veterinarian. Malpractice may be the result of ignorance, neglect, or lack of skill or fidelity in the performance of professional duties; intentional wrong doing or illegal or unethical practice.”

Page 24: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Definisi Malpraktik Medik dari Segi Medik dan Hukum

World Medical Association (1992)

“Medical malpractice involves the physician's failure to conform to the standard of care for treatment of the patient's condition, or lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient''.Ikatan Dokter Indonesia

Melanggar prosedur standar atau tidak melakukan informed consent.Melanggar undang-undang terkait, UU No.23 tahun 1992

Page 25: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Jenis-jenis Malpraktik Medik

Page 26: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Jenis-jenis Malpraktik Medik

▌Malpraktik Etik ▌

Dokter bertindak tidak sesuai etika kedokteran.

Dampak negatif dari kemajuan teknologi:~melakukan pemeriksaan laboratorium yang

tidak perlu.~sponsor obat merk tertentu oleh pihak

farmasi.Pedoman pengambilan keputusan dokter (Albert R. Jonsen):Menentukan indikasi medis.Menghormati pilihan pasien.Mempertimbangkan dampak tindakan pada pasien.Mempertimbangkan kondisi sosioekonomi pasien.

Page 27: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Jenis-jenis Malpraktik Medik

▌Malpraktik Hukum – 1. Malpraktik Pidana ▌

Memenuhi delik pidana (perbuatan tercela dan dilakukan dengan sikap batin yang salah). Pertanggungjawaban individu.

Page 28: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Jenis-jenis Malpraktik Medik

▌Malpraktik Hukum – 2. Malpraktik Perdata ▌

Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan atau melakukan apa yang menurut kesepakatannya dilakukan tetapi terlambat atau tidak sempurna melakukan atau melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak dilakukan. Pertanggungjawaban individu atau korporasi.Pembuktian kelalaian dokter untuk penggantian kerugian:adanya kewajiban dokter terhadap pasiendokter melanggar SPM yang lazim digunakanpasien menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti rugikerugian disebabkan oleh tindakan di bawah standar

Page 29: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Jenis-jenis Malpraktik Medik

▌Malpraktik Hukum – 3. Malpraktik Administratif ▌ Dokter melanggar hukum administrasi:Persyaratan profesi –Surat Izin Kerja–Surat Izin PraktikBatas kewenangan dokterKewajiban dokter

Page 30: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kriteria dan Unsur Malpraktik Medik

▌Kriteria Malpraktik Medik ▌

▌Unsur Malpraktik Medik ▌

Page 31: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kriteria dan Unsur Malpraktik Medik

Page 32: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Pembuktian Pidana Malpraktik Medik

Pasal 183 KUHP:Larangan hakim menjatuhkan hukuman kecuali didasarkan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah

Kasus tidak melanggar kode etik → masalah selesai

Melanggar kode etik → diberikan peringatan Melanggar hukum → diserahkan ke pengadilan

hukum pidana

Page 33: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Sistem dan Beban Pembuktian Malpraktik Medik

▌Empat Sistem Pembuktian Malpraktik Medik ▌

Page 34: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Sistem dan Beban Pembuktian Malpraktik Medik

• Pasal 183 KUHP (Indonesia), pembuktian berganda (peraturan undang-undang dan keyakinan hakim).

Pembuktian negatif (negatief

wettelijke bewijstheori)

▌Empat Sistem Pembuktian Malpraktik Medik ▌

Page 35: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Sistem dan Beban Pembuktian Malpraktik Medik

▌Beban Pembuktian Malpraktik Medik ▌

Pasal 66 KUHAP: tersangka / terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian

Beban pembuktian biasa oleh Jaksa Penuntut Umum

Permasalahan:a.dibutuhkan pembuktian teknisb.dibutuhkan saksi ahli (dari profesi

kedokteran) Asas praduga tak bersalah (presumption of

innocence), seseorang yang diadili dianggap tidak bersalah sampai kesalahannya dapat dibuktikan di depan hakim.

Page 36: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kendala Pembuktian Malpraktik Medik

▌Pembuktian Malpraktik Medik ▌ UU Kesehatan, KODEKI,

Standar Profesi Kedokteran

Page 37: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kelalaian Medik

Page 38: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kelalaian Medik

“medical negligence” Kegagalan melakukan pelayanan yang

adekuat oleh dokter, rumah sakit, atau penyedia leyanan kesehatan lainnya.

“de minimus not curat lex, the law does not concern itself with trifles”

Selama akibat dari kelalaian ini tidak membawa kerugian atau mencederai orang lain, tidak ada akibat hukum yang dibebankan kepada orang tersebut.

Page 39: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Yurisprudensi Keputusan Pengadilan Boston (1979)

“Negligence is the lack of ordinary care. It is a failure to do what a reasonable careful and prudent person would done on the occasion in question”.

Kelalaian Medik

Medical Injury Compensation Reform Act

“Professional negligence is a negligence act or omission to act by a healthcare provider in the rendering of professional services, which is the proximate cause of personal injury or wrongful death, provided that the service are within the scope of service for which the provider is licensed and which are not within any restriction imposed by the licensing agency or licensed hospital”.

Page 40: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kelalaian Medik

▌Klasifikasi menurut Hukum Pidana ▌

Page 41: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kelalaian Medik

▌Unsur Kelalaian Medik ▌

Page 42: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kelalaian Medik

Page 43: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kelalaian Medik

▌Kelalaian Medik vs Kecelakaan Medik (Guwandi (2005) ▌

Page 44: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

▌Kelalaian Medik vs Kecelakaan Medik (Guwandi (2005) ▌

Page 45: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

▌Istilah-istilah bahasa Inggris ▌

Kelalaian Medik

Page 46: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

▌Istilah-istilah bahasa Inggris ▌

Kelalaian Medik

Page 47: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

BAB IIIPENUTUP

Page 48: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kesimpulan

Page 49: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kesimpulan

Page 50: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kesimpulan

Malpraktik administrati

f

Page 51: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kesimpulan

Page 52: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Kesimpulan

Page 53: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik
Page 54: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Daftar Pustaka1. Achadiat CM. Hukum Kedokteran. Dalam: Dinamika Etika dan

Hukum Kedokteran Dalam Tantangan Zaman. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007; h.1-59.

2. Yunanto. Tesis: Pertanggungjawaban dokter dalam transaksi terapeutik. Semarang: Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2009. h.14-23.

3. Komalawati V. Hukum dan Etika Dalam Praktek Dokter. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1989; h.19-20.

4. Flynn M. Medical Malpractice: Negligence Duty of Care. Dalam: Encyclopedia of Forensic Medicine, Volume 4. Florida: Elsevier Ltd. Nova South Eastern University. 2005; h.324-5.

5. Astuti EK. Tesis: Hubungan Hukum Antara Dokter dengan Pasien dalam Upaya Pelayanan Medis. Medan: Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. 2003; h.34-42.

6. Lusiana KI. Skripsi: Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana di Bidang Medis. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2010; h.10-9.

7. Isfandyarie A. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2006, h.5-17.

8. Poernomo B. Pokok-pokok Tata Acara Peradilan Pidana Indonesia dalam Undang-undang RI, edisi kedua. Yogyakarta: Liberty. 1993; h.41.

Page 55: Malpraktik Medik Dan Kelalaian Medik

Daftar Pustaka9. Harahap Y. Pembahasan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding Kasasi, dan Peninjauan Kembali, edisi kedua. Jakarta: Sinar Grafika. 2000. h.279.

10.Maryanti N. Malpraktek Kedokteran. Jakarta: Bina Aksara. 1998. h.1-10.

11.Ameln F. Kapita Selekta Hukum Kedokteran. Jakarta: Grafika Tama Jaya. 1991. h.87.

12.Hariyani S. Sengketa Medik. Jakarta: Diadit Media. 2005; h.64.13.Adi P. Tesis: Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Dalam Rangka

Penanggulangan Tindak Pidana Malpraktik Kedokteran. Semarang: Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2010; h.1-42.

14.Sutarto S. Hukum Acara Pidana. Semarang: Universitas Diponegoro. 2008; h.55.

15.Hamzah A. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2001; h.234-59.

16.Subekti. Hukum Pembuktian. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. 2003; h.7.

17.Nugraha CI. 2011. Skripsi: Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Malpraktek Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran di Indonesia. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2011; h.1-55.

18.Guwandi. Berbagai Macam Kelalaian. Dalam: Dugaan Malpraktek Medik dan Draft RPP: Perjanjian Terapetik Antara Dokter dan Pasien. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h.94-112.